66
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode statistik diperoleh hasil-hasil sebagai berikut :
5.1.1. Diskripsi Data Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari kantor Badan Pusat Statistik Sumatera Utara di Jl. Asrama Medan,
situs BPS http:sumut.bps.go.id, LHA BPK RI, situs Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Republik Indonesia DJPK-RI Kementerian Keuangan
yaitu: http:www.djpk.kemenkeu.go.id
dan Hasil
Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah EKPPD Inspektorat Proivinsi Sumatera Utara dan Perwakilan BPKP Sumatera Utara.
Data yang digunakan yaitu Laporan Realisasi Anggaran LRA, Laporan Indeks Pembangunan Manusia, Laporan Hasil Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah
EKPPD. Data variabel DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP, diperoleh dari Laporan Realisasi Anggaran, data IPM diperoleh dari Laporan Indeks
Pembangunan Manusia, data variabel Belanja Pelayanan Dasar BPD diperoleh dari hasil EKPPD dan Laporan Realisasi Anggaran Per Urusan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Statistik Deskriptif
IPM? DAU?
DAK? PAD?
DBH? BKP?
BPD? Mean
73.74917 393.6302 44.77115 57.50350 198.2622 25.65227 60.86698 Median
73.84500 336.8221 44.62555 21.10651 47.55067 17.96122 65.52970 Maximum
78.27000 1153.789 91.18800 1147.901 1787.457 169.4399 81.39866 Minimum
66.27000 0.000000 1.106700 4.335375 8.620850 0.000000 0.141590 Std. Dev.
2.414785 204.0470 18.04186 151.7914 303.5156 28.71760 14.83518 Skewness
-0.569548 1.614166 0.286500 5.600214 2.663859 2.302044 -1.937503 Kurtosis
3.439213 5.929612 2.706154 36.40821 11.69664 9.745407 7.015316 Jarque-Bera
7.452247 95.02377 2.073370 6207.791 520.0807 333.4907 155.6922 Probability
0.024086 0.000000 0.354628 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 Sum
8849.900 47235.63 5372.537 6900.420 23791.46 3078.272 7304.038 Sum Sq. Dev. 693.9113 4954586. 38735.55 2741835. 10962486 98139.39 26189.82
Observations 120
120 120
120 120
120 120
Cross sections 30
30 30
30 30
30 30
Sumber : Hasil Eviews 7 2014.
Rata-rata Dana Alokasi Umum di 30 kabupatenkota di Sumatera Utara sebesar Rp393,63 Milyar dan standar deviasinya sebesar 204,05 Dana Alokasi
Umum paling rendah senilai Rp0,00 berada di Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Labuhanbatu Selatan sebagai daerah pemekaran dari Labuhanbatu, sedangkan
DAU paling tinggi berada di Kota Medan senilai Rp1.153,789 Milyar. Sesuai dengan Undang-undang 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, kebutuhan DAU untuk suatu daerah ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsep fiscal gap, dimana kebutuhan DAU suatu
daerah ditentukan atas kebutuhan daerah fiscal need dengan potensi daerah fiscal capacity. Hal ini berarti bahwa dana alokasi umum dimaksudkan untuk menutup
kebutuhan daerah yang melebihi dari potensi daerah yang sudah ada. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut, alokasi DAU kepada daerah-daerah
yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah- daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh
alokasi yang lebih besar. Dengan konsep ini, daerah yang fiscal capacity-nya lebih besar dari fiscal needs perhitungan DAU-nya akan negatif.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintah kabupatenkota di Sumatera Utara memperoleh proporsi DAU yang cenderung meningkat dan
dapat dialokasikan untuk peningkatan pembangunan. Rata-rata Dana Alokasi Khusus DAK untuk 30 kabupatankota di
Sumatera Utara sebesar Rp. 44,77 Milyar dan standar deviasinya sebesar 18,041. Pemerintah kabupatankota yang memiliki DAK paling rendah adalah Kabupaten
Labuhanbatu Selatan sebesar Rp1,11 Milyar dan DAK paling tinggi adalah kabupaten Deli Serdang sebesar Rp91,19 Milyar.
Dana Alokasi Khusus DAK dialokasikan dengan memperhatikan tersedianya data dalam APBN. Sesuai dengan UU No 25 Tahun 2009, yang
dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah: kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian
kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya: kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasiprasarana baru,
pembangunan jalan kawasan terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer; dan kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
Rata-rata Pendapatan Asli Daerah PAD untuk 30 kabupatankota di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp57,50 Milyar dan standar deviasinya sebesar
151,79. Pemerintah kabupatankota yang memiliki PAD paling rendah adalah Kabupaten Padang Lawas sebesar Rp4,34 Milyar dan PAD paling tinggi adalah
Kota Medan sebesar Rp1.147,90 Milyar. Berdasarkan Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 pasal 79 disebutkan
bahwa pendapatan asli daerah PAD terdiri dari: hasil pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba dari Badan Usaha Milik Daerah BUMD, lain-lain pendapatan
Universitas Sumatera Utara
yang sah. Pada tahun 2009, terbit undang-undang baru yaitu Undang-undang nomor 28 Tahun 2009 yang mengatur jenis pendapatan daerah. Sebagian pendapatan yang
sebelumnya dikelola oleh pemerintah pusat diserahkan ke daerah kabupaten dan kota yaitu pajak bumi dan bangunan pedesaanperkotaan PBB-P2 dan pendapatan
yang sebelumnya dikelola oleh pemerintah provinsi yaitu pajak air bawah tanah ABT. Pendapatan asli daerah kabupatenkota Provinsi Sumatera Utara cenderung
mengalami kenaikan. Pendapatan asli daerah PAD yang diperoleh dari penerimaan daerah pada
kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara memiliki peran penting dalam mendanai pembangunan daerah tersebut lihat lampiran
Rata-rata Dana Bagi Hasil DBH untuk 30 kabupatankota di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp198,26 Milyar dan standar deviasinya sebesar 303,52.
Pemerintah kabupatankota yang memiliki DBH paling rendah adalah Kabupaten Nias sebesar Rp8,62 Milyar dan DHH paling tinggi adalah Kota Medan sebesar Rp
1.787,48 Milyar. Dana Bagi Hasil DBH yang diperoleh dari penerimaan daerah pada kabupatenkota di Sumatera Utara memiliki peran penting dalam mendanai
pembangunan daerah tersebut. Rata-rata Bantuan Keuangan Provinsi BKP untuk 30 kabupatankota di
Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp25,6 Milyar dan standar deviasinya sebesar 28,7. Pemerintah kabupatankota yang memiliki BKP paling rendah adalah
Kabupaten Asahan sebesar Rp0,00 yang terdapat pada 13 kabupaten dan BKP paling tinggi adalah Kabupaten Simalungun sebesar Rp169,44 Milyar.
Universitas Sumatera Utara
Bantuan Keuangan Provinsi BKP yang diperoleh dari alokasi dana pemerintah Provinsi Sumatera Utara ke kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara
memiliki peran penting dalam mendanai pembangunan daerah tersebut. Rata-rata proporsi Belanja Pelayanan Dasar BPD untuk 30 kabupatankota
di Provinsi Sumatera Utara sebesar 60.86 dan standar deviasinya sebesar 14.83. Pemerintah kabupatankota yang memiliki BPD paling rendah adalah Kabupatan
Labuhanbatu sebesar 0.14 dan BPD paling tinggi adalah Kabupaten Simalungun sebesar 81.40. Belanja pelayanan dasar yang dialokasikan pada pemerintah
kabupatenkota di pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah tersebut
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia IPM didasari faktor-faktor yaitu angka melek huruf penduduk dewasa, angka harapan hidup pada waktu lahir,
rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Pembangunan manusia yang terjadi pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 2009 s.d.
2012 cenderung mengalami kenaikan. Rata-rata IPM untuk 30 kabupatankota di Provinsi Sumatera Utara sebesar
73,75 poin dan standar deviasinya sebesar 2,41. IPM paling rendah adalah Kabupaten Nias Selatan sebesar 66,27 dan IPM paling tinggi adalah Kota Pematang
Siantar sebesar 78,27 poin. Dengan semakin tingginya IPM maka akan menciptakan pembangunan manusia yang memiliki daya saing yang tinggi terhadap
persaingan globalisasi.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2. Uji Asumsi Klasik
Secara teoritis, salah satu metode pendugaan parameter dalam model regresi linear adalah Ordinasy Least Square OLS. Metode OLS digunakan dengan
berlandaskan pada sejumlah asumsi tertentu. Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi, dan pada prinsipnya model regresi linear yang dibangun sebaiknya tidak
boleh menyimpang dari asumsi BLUE Best, Linear, Unbiased, Estimator, atau dalam pengertian lain model yang dibuat harus lolos dari penyimpangan asumsi
adanya serial
korelasi, normalitas,
linearitas, heteroskedastisitas
dan multikolinearitas. Hal ini dilakukan sebelum melakukan analisis regresi data panel.
5.1.2.1.Pengujian Normalitas Data
Uji distribusi normal merupakan uji untuk mengukur data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistic parametric statistic
inferensial. Pendugaan persamaan dengan menggunakan metode Ordinasy Least Square OLS harus memenuhi sifat kenormalan, karena jika tidak normal maka
dapat menyebabkan varians infinitive ragam tidak hingga atau ragam yang sangat besar. Hasil pendugaan yang memiliki varian infinitive menyebabkan pendugaan
dengan metode OLS akan menghasilkan nilai dugaan yang tidak berarti. Pengujian normalitas residual metode OLS secara formal dapat dilakukan
metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera. Jarque-Bera test mempunyai distribusi chi square dengan derajad bebas dua df=2. Jika hasil Jarque-Bera test
lebih besar dari chi square pada α=5, maka tolak hipotesis nul yang berarti tidak
berdistribusi normal. Jika Jarque-Bera test lebih kecil dari chi square pada α=5,
maka terima hipotesis nul yang berarti error term berdistribusi normal. Distribusi normal juga bisa dilihat dari nilai probabilitas p dari statistic, dimana apabila
Universitas Sumatera Utara
probabilitasnya lebih besar dari α=5 maka data berdistribusi normal Widarjono,
2013. Dengan demikian untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan membandingkan nilai Jarque-Bera JB dengan chi
Square dengan
α=5 dan df =2, sebesar 5.9915 yaitu:
a. Jika nila JB 5.9915 maka residualnya berdistribusi tidak normal b. Jika nila JB 5.9915 maka residualnya berdistribusi normal
Nilai residual hasil regresi dari pooled data panel dilihat hasil grafik histogram dan nilai Jarque-Bera JB. Hasil pengujian normalitas dengan
menggunakan Eviews7 adalah sebagai berikut : Tabel 5.2. Hasil Pengujian Normalitas
No KabupatenKota
Kode Jarque-Bera JB
Prob. 1.
N i a s _nias
0.204869 0,902637
2. Mandailing Natal
_madin 0.529471
0.767409 3.
Tapanuli Selatan _tapse
0.564262 0.754175
4. Tapanuli Tengah
_tapte 0.230445
0.891168 5.
Tapanuli Utara _taput
0.506897 0.776120
6. Toba Samosir
_tobas 0.241812
0.886117 7.
Labuhanbatu _lab
0.928835 0.628501
8. A s a h a n
_asah 0.479433
0,786851 9.
Simalungun _simal
0.458745 0.795033
10. D a i r i
_dairi 0.468995
0.790968 11.
K a r o _kar
0.231293 0.890790
12. Deli Serdang
_dser 0.529994
0.767208 13.
L a n g k a t _lang
0.621085 0.733049
14. Nias Selatan
_nisel 0.350002
0.839456 15.
Humbang Hasundutan _humha
0.764051 0.682478
16. Pakpak Bharat
_pakb 0.172256
0.917477 17.
Samosir _samos
0.183268 0.912439
18. Serdang Bedagai
_sergai 0.437117
0.803677 19.
Batu Bara _bbara
0.230767 0.891024
20. Padang Lawas Utara
_paluta 0.891918
0.640210 21.
Padang Lawas _palas
0.650223 0.722447
22. Labuhanbatu Selatan
_labusel 0.564589
0.754052 23.
Labuhanbatu Utara _labura
0.279697 0.869490
24. S i b o l g a
_sibol 0.564257
0.754177 25.
Tanjungbalai _tjbalai
0.316329 0.853709
26. Pematangsiantar
_psian 0.815574
0.665121 27.
Tebing Tinggi _ttinggi
0.904526 0.636187
28. M e d a n
_mes 0.380582
0.826719 29.
B i n j a i _binj
0.235693 0.888832
30. Padangsidimpuan
_psidem 0.897207
0.638519
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai JB untuk variable IPM pada masing-masing Kabupaten dan Kota yang diamati mempunyai nilai JB
lebih kecil dari Chi Square dengan
α=5 dan df =2, sebesar 5.9915. Hal ini juga
didukung dari hasil tingkat probability p untuk masing-masing Kabupaten dan Kota yang diamati mempunyai nilai yang lebih besar dari
α=5, sehingga residual berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IPM untuk
seluruh Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang diamati telah berdistribusi normal.
5.1.2.2.Pengujian Multikolinearitas
Gujarati 2003 menyatakan bahwa multikolinearitas adalah fenomena sampling. Ia terjadi pada sampel dan bukan pada populasi. Metode yang dapat
digunakan untuk mengukur derajat kolinearitas adalah jika terjadi R
2
yang tinggi tetapi sedikit variable yang signifikan. Jika model memiliki R
2
. Yang tinggi misalnya0,7 tetapi sedikit variable yang signifikan, maka dapat diduga bahwa
model yang dibangun mengalami multikolinearitas Ariefianto, 2012. Model regresi penelitian yang dibangun dengan 1 satu variable dependen
IPM dan 5 lima variable independen yaitu DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP yang diolah dengan eviews7 adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.3. Hasil Regresi Dengan Pooled Least Square
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
73.91747 0.530370
139.3697 0.0000
DAU? 0.006060
0.001626 3.726506
0.0003 DAK?
-0.070139 0.013560
-5.172588 0.0000
PAD? 0.003449
0.001615 2.135202
0.0349 DBH?
-0.000990 0.000846
-1.170784 0.2441
BKP? 0.022783
0.007071 3.222082
0.0017 R-squared
0.342193 Mean dependent var 73.74917
Adjusted R-squared 0.313342 S.D. dependent var
2.414785 S.E. of regression
2.001008 Akaike info criterion 4.273886
Sum squared resid 456.4598 Schwarz criterion
4.413260 Log likelihood
-250.4332 F-statistic 11.86062
Durbin-Watson stat 0.274451 ProbF-statistic
0.000000
Dari hasil output table 5.3. tersebut dapat diketahui bahwa nilai R
2
=.342193 yang berada dibawah rule of tumb 0,7 dan empat variable independen DAU
p value= 0.0003, DAK p value= 0.0000, PAD p value=0.0349 dan BKP p value= 0.0017 signifikan dan hanya 1 variabel DBH p value= 0.2441 tidak
signifikan. Dengan demikian model yang dibangun dalam penelitian ini tidak mengalami multikolinearitas
.
Deteksi adanya multikolinearitas dapat juga dilaksanakan dengan menghitung nilai Tolerance dan VIF. Perhitungan dilakukan dengan melihat
hubungan secara individual antara variable independen dengan variable independen yang lainnya yang disebut dengan regresi auxiliary. Regresi ini menghasilkan
koefisien determinasi Rj
2
dari setiap regresi auxiliary, dimana merupakan R
2
yang
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari regresi auxiliary antara variable independen dengan variable independen sisanya.
Nilai tolerance TOL dan VIF dapat dicari dengan menggunakan formula sebagai berikut :
TOL= 1-Rj2 VIF=
1 1−��
Dimana Rj
2
merupakan nilai R
2
regresi auxiliary Menurut Widarjono 2013 ketentuan yang digunakan untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas adalah sebagai berikut : 1. Apabila nilai VIP melebihi angka 10 maka terdapat multikolinearitas pada
model karena nilai Rj
2
melebihi 0.9 dan sebaliknya apabila VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas pada model
2. Apabila tolerance TOL mendekati 1 satu maka disimpulkan tidak ada masalah multikolinearitas.
Regresi auxiliary beserta nilai koefisien determinasi Rj
2
adalah sebagai
berikut: 1. DAU = b
+ b
1
DAK + b
2
PAD + b
3
DBH + b
4
BKP 2. DAK = b
+ b
1
DAU + b
2
PAD + b
3
DBH + b
4
BKP 3. PAD = b
+ b
1
DAU + b
2
DAK + b
3
DBH + b
4
BKP 4. DBH = b
+ b
1
DAU + b
2
DAK + b
3
PAD + b
4
BKP 5. BKP = b
+ b
1
DAU + b
2
DAK + b
3
PAD + b
4
DBH
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4. Hasil Estimasi Nilai R-Squared R
2
, VIF dan TOL
No Regresi
Sebutan Rj
2
Nilai R
2
VIF TOL
1 Auxiliary 1
R
2
1 0.694420
3.272465 0.305580
2 Auxiliary 2
R
2
2 0.437808
1.778752 0.562192
3 Auxiliary 3
R
2
3 0.440325
1.786751 0.559675
4 Auxiliary 4
R
2
4 0.489447
1.958661 0.510553
5 Auxiliary 5
R
2
5 0.183949
1.225414 0.816051
Dari table 5.4. tersebut, hasil perhitungan nilai VIF, nilainya lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak ada masalah multikolinearitas dalam model.
Begitu juga dengan nilai TOL mendekati angka 1 sehinga bisa disimpulkan juga bahwa tidak ada masalah multikolinearitas.
5.1.2.3.Pengujian Autokorelasi
Pada output hasil regresi data panel dengan metode CEM terlihat hasil statistic DW- Test yang dapat dilihat di tebel 5.5. Output tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5. Hasil Regresi CEM
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
73.91747 0.530370
139.3697 0.0000
DAU? 0.006060
0.001626 3.726506
0.0003 DAK?
-0.070139 0.013560
-5.172588 0.0000
PAD? 0.003449
0.001615 2.135202
0.0349 DBH?
-0.000990 0.000846
-1.170784 0.2441
BKP? 0.022783
0.007071 3.222082
0.0017 R-squared
0.342193 Mean dependent var 73.74917
Adjusted R-squared 0.313342 S.D. dependent var
2.414785 S.E. of regression
2.001008 Akaike info criterion 4.273886
Sum squared resid 456.4598 Schwarz criterion
4.413260 Log likelihood
-250.4332 Hannan-Quinn criter. 4.330487
F-statistic 11.86062 Durbin-Watson stat
0.274451 ProbF-statistic
0.000000
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014.
Universitas Sumatera Utara
Pada output hasil regresi data panel dengan metode CEM terlihat hasil statistic DW-Test. Nilai statistic DW-Test tersebut adalah 0.274451 yang berada
pada kisaran angka 0, sedangkan nilai kritis d pada α=0.05 dengan n=30 dan k=5
untuk nilai du=1,090, dengan demikian nilai tersebut tidak berada di antara 1,090DW-Stat3,910. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model CEM
tersebut mempunyai masalah autokorelasi. Output regresi data panel dengan metode FEM adalah sebagai berikut:
Tabel 5.6 : Hasil Regresi FEM
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
72.19349 0.283364
254.7730 0.0000
DAU? 0.004125
0.000626 6.585771
0.0000 DAK?
-0.005130 0.004221
-1.215530 0.2275
PAD? 0.000571
0.000567 1.005901
0.3173 DBH?
0.000491 0.000198
2.484538 0.0149
BKP? 0.001225
0.001675 0.731564
0.4664 Cross-section fixed dummy variables
R-squared 0.982472 Mean dependent var
73.74917 Adjusted R-squared
0.975461 S.D. dependent var 2.414785
S.E. of regression 0.378277 Akaike info criterion
1.132114 Sum squared resid
12.16297 Schwarz criterion 1.945133
Log likelihood -32.92686 Hannan-Quinn criter.
1.462285 F-statistic
140.1279 Durbin-Watson stat 1.637305
ProbF-statistic 0.000000
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014.
Pada output hasil regresi data panel dengan metode FEM terlihat hasil statistic DW-Test. Nilai statistic DW-Test tersebut adalah 1.637305 yang berada
pada kisaran angka 2, sedangkan nilai kritis d pada α=0.05 dengan n=30 dan k=5
untuk nilai du=1,090, dengan demikian nilai tersebut berada di antara 1,090DW-
Universitas Sumatera Utara
Stat3,910. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model tersebut tidak mempunyai masalah autokorelasi :
Output regresi data panel dengan metode REM adalah sebagai berikut: Tabel 5.7 : Hasil Regresi REM
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled EGLS Cross-section random effects
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic
Prob. C
72.33272 0.436655
165.6518 0.0000
DAU? 0.003987
0.000607 6.574075
0.0000 DAK?
-0.007445 0.004149
-1.794427 0.0754
PAD? 0.000688
0.000558 1.232201
0.2204 DBH?
0.000486 0.000196
2.474513 0.0148
BKP? 0.001730
0.001666 1.038469
0.3012 Weighted Statistics
R-squared 0.537360
Mean dependent var 7.389635
Adjusted R-squared 0.517069
S.D. dependent var 0.572775
S.E. of regression 0.398040
Sum squared resid 18.06168
F-statistic 26.48242
Durbin-Watson stat 1.101148
ProbF-statistic 0.000000
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014. Pada output hasil regresi data panel dengan metode REM terlihat hasil
statistic DW-Test. Nilai statistic DW-Test tersebut adalah 1.101148 yang berada pada kisaran angka
1, sedangkan nilai kritis d pada α=0.05 dengan n=30 dan k=5 untuk nilai du=1,090, dengan demikian nilai tersebut berada di antara 1,090DW-
Stat3,910. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model REM tersebut mempunyai masalah autokorelasi
Dari hasil estimasi ketiga model tersebut maka, diketahui bahwa hanya pada metode regresi panel dengan model FEM dan REM yang tidak terdapat masalah
autokorelasi, sedangkan pada model CEM terjadi masalah autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
5.1.2.4.Pengujian Heteroskedastisitas
Uji Park dilakukan dengan cara menguji pengaruh antara nilai variable independen dengan logairtma natural nilai kuadrat residualnya. Jika nilai
signifkansi antara logaritma natural kuadrat nilai residualnya LnResid
2
i lebih besar dari 5 0,05 mata tidak terjadi masalah heterokedastitas. Hasil pengujian
dengan Eviews adalah sebagai berikut: Tabel 5.8 : Hasil Pengujian Heterokekastisitas Uji Park
Dependent Variable: LOGRESID?2 Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
0.563574 0.567319
0.993399 0.3226
DAU? -0.005083
0.001740 -2.921878
0.0042 DAK?
0.029181 0.014504
2.011905 0.0466
PAD? 0.000584
0.001728 0.337804
0.7361 DBH?
0.002037 0.000905
2.251207 0.0263
BKP? -0.009073
0.007563 -1.199559
0.2328 R-squared
0.088101 Mean dependent var 0.074001
Adjusted R-squared 0.048105 S.D. dependent var
2.193829 S.E. of regression
2.140411 Akaike info criterion 4.408580
Sum squared resid 522.2750 Schwarz criterion
4.547954 Log likelihood
-258.5148 F-statistic 2.202763
Durbin-Watson stat 1.214914 ProbF-statistic
0.058771
Dari pengujian output regresi antara nilai variable independen dengan nilai logaritma natural kuadrat nilai residualnya di atas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi PAD, dan BKP lebih dari 0,05. Pengujian dengan Uji Park juga menunjukkan 3 variabel variabel DAU, DAK dan DBH signifikan terhadap
absolute residualnya dibanding 2 variabel lainnya, sehingga terjadi masalah heterokekastititas.
Universitas Sumatera Utara
Uji Glejser dilakukan dengan cara menguji pengaruh antara nilai variable independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifkansi antara variable
independen dengan absolut residual lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heterokedastitas. Hasil pengujian dengan Eviews adalah sebagai berikut:
Tabel 5.9 : Hasil Pengujian Heterokekastisitas Uji Glejser
Dependent Variable: ABSRESID? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
1.945383 0.311784
6.239523 0.0000
DAU? -0.002371
0.000956 -2.480072
0.0146 DAK?
0.011009 0.007971
1.381065 0.1700
PAD? -7.26E-05
0.000950 -0.076412
0.9392 DBH?
0.000769 0.000497
1.546292 0.1248
BKP? -0.004276
0.004157 -1.028602
0.3058 R-squared
0.075077 Mean dependent var 1.543567
Adjusted R-squared 0.034510 S.D. dependent var
1.197153 S.E. of regression
1.176315 Akaike info criterion 3.211357
Sum squared resid 157.7437 Schwarz criterion
3.350732 Log likelihood
-186.6814 F-statistic 1.850702
Durbin-Watson stat 0.642952 ProbF-statistic
0.108554
Dari pengujian output regresi antara nilai variable independen dengan nilai absolut residualnya di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi DAK, PAD,
DBH dan BKP lebih dari 0.05 atau tidak signifikan. Pengujian dengan Uji Gletser juga menunjukkan variabel DAU signifikan terhadap absolute residualnya
dibanding 4 variabel lainnya maka terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Hasil ini tidak jauh berbada dengan kesimpulan dari uji Park.
Universitas Sumatera Utara
Karena terjadi heteroskedastisitas, maka data diolah kembali dengan menggunakan transformasi. Transformasi data bertujuan untuk mengubah data
yang tidak mengikuti sebaran normal dengan keragaman antar perlakuan tidak homogen menjadi sebaran normal dengan keragaman perlakukan menjadi
homogen. Transformasi data mengubah skala pengukuran data asli menjadi bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam.
Menurut Aswinda 2013 transformasi data yang biasa digunakan adalah: 1. Transformasi square root akar yang digunakan apabila data mengikuti
sebaran Poisson yang ditandai dengan rata-rata
ў
data hasil pengamatan masing-masing perlakuan hampir sama dengan variannya. Data yang mengikuti
sebaran Poisson biasanya data dalam persen dengan persentase yang sangat kecil atau sebaliknya sangat besar atau sebaran data 0-10 atau jika terdapat nilai
0 nol.
2.
Transformasi logaritma yang digunakan bila berkaitan dengan waktu dan rata- rata
ў
mengikuti rata-rata Geometrik dengan ciri-ciri apabila rata-rata
ў
suatu perlakukan semakin besar, maka variannya juga semakin besar, sehingga
homogenitas ragamvarian antar pelakuan tidak terpenuhi. Data yang mempunyai ciri-ciri tersebut adalah data yang berkaitan dengan waktu.
3. Transformasi arcsin yang digunakan jika data mengikuti sebaran binominal dengan ciri-ciri rata-rata
ў
sebandig dengan variannya. Data dalam satuan pengukuran persentase biasanya mengikuti sebaran ini.
4. Transformasi inverse kebalikan yang digunakan jika rata-rata
ў
mengikuti rata-rata Harmonik dengan ciri-ciri jika satuan pengukuran yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
dalam penelitian dari dua satuan. Jika satuan terebut tidak rasional maka perlu dibalik atau diharmonisasikan dalam analisis data.
Dalam penelitian ini, hasil akan diolah kembali dengan menggunakan transformasi akar agar memenuhi sebaran normal. Pemilihan transformasi akar juga
karena terdapat nilai 0 sehingga digunakan transformasi akar x + 0.5.
5.1.2.5.Pengujian Normalitas Data Setelah Transformasi
Nilai residual hasil regresi dari pooled data panel dilihat hasil grafik histogram dan nilai Jarque-Bera JB. Hasil pengujian normalitas dengan
menggunakan Eviews7 adalah sebagai berikut : Tabel 5.10. Hasil Pengujian Normalitas Data Setelah Transformasi
No KabupatenKota
Kode Jarque-Bera JB
Prob. 1.
N i a s _nias
0.310632 0.856145
2. Mandailing Natal
_madin 0.345874
0.841190 3.
Tapanuli Selatan _tapse
0.345520 0.841339
4. Tapanuli Tengah
_tapte 0.347580
0.840473 5.
Tapanuli Utara _taput
0.339168 0.844016
6. Toba Samosir
_tobas 0.351489
0.838832 7.
Labuhanbatu _lab
0.352312 0.838487
8. A s a h a n
_asah 0.396549
0.820145 9.
Simalungun _simal
0.331121 0.847419
10. D a i r i
_dairi 0.387965
0.823672 11.
K a r o _kar
0.305956 0.858149
12. Deli Serdang
_dser 0.333353
0.846473 13.
L a n g k a t _lang
0.345522 0.841339
14. Nias Selatan
_nisel 0.327380
0.849005 15.
Humbang Hasundutan _humha
0.365274 0.833071
16. Pakpak Bharat
_pakb 0.323020
0.850858 17.
Samosir _samos
0.403982 0.817102
18. Serdang Bedagai
_sergai 0.329480
0.848114 19.
Batu Bara _bbara
0.347205 0.840631
20. Padang Lawas Utara
_paluta 0.442916
0.801350 21.
Padang Lawas _palas
0.404959 0.816703
22. Labuhanbatu Selatan
_labusel 0.371439
0.830506 23.
Labuhanbatu Utara _labura
0.389876 0.822886
24. S i b o l g a
_sibol 0.415958
0.812224 25.
Tanjungbalai _tjbalai
0.378664 0.827512
26. Pematangsiantar
_psian 0.350600
0.839205 27.
Tebing Tinggi _ttinggi
0.313585 0.854881
28. M e d a n
_mes 0.330256
0.847785 29.
B i n j a i _binj
0.352023 0.838608
30. Padangsidimpuan
_psidem 0.276982
0.870671
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa nilai JB untuk variable IPM pada masing-masing Kabupaten dan Kota yang diamati mempunyai nilai JB
lebih kecil dari Chi Square dengan
α=5 dan df =2, sebesar 5.9915. Hal ini juga
didukung dari hasil tingkat probability p untuk masing-masing Kabupaten dan Kota yang diamati mempunyai nilai yang lebih besar dari
α=5, sehingga residual berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IPM untuk
seluruh Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang diamati telah berdistribusi normal.
5.1.2.6.Pengujian Multikolinearitas Setelah Transformasi
Model regresi penelitian yang dibangun dengan 1 satu variable dependen IPM dan 5 lima variable independen yaitu DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP yang
diolah dengan eviews7 adalah sebagai berikut: Tabel 5.11. Hasil Regresi Dengan Pooled Least Square Setelah Transformasi
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
8.608073 0.053158
161.9351 0.0000
DAU? 0.010399
0.003283 3.167771
0.0020 DAK?
-0.047243 0.009391
-5.030939 0.0000
PAD? 0.010485
0.002604 4.026347
0.0001 DBH?
-0.001800 0.001654
-1.088235 0.0278
BKP? 0.017380
0.004325 4.018513
0.0001 R-squared
0.398608 Mean dependent var 8.615654
Adjusted R-squared 0.372231 S.D. dependent var
0.140842 S.E. of regression
0.111592 Akaike info criterion -1.499227
Sum squared resid 1.419618 Schwarz criterion
-1.359852 Log likelihood
95.95360 F-statistic 15.11206
Durbin-Watson stat 0.297785 ProbF-statistic
0.000000
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil output table 5.11. tersebut dapat diketahui bahwa nilai R
2
=0.398608 yang berada dibawah rule of tumb 0,7 dan kelima variable independen DAU p value = 0.0020, DAK p value = 0.0000, PAD p value = 0.0001, DBH
p value = 0.0278 dan BKP p value = 0.0001 seluruhnya signifikan. Dengan demikian model yang dibangun dalam penelitian ini tidak mengalami
multikolinearitas
.
Deteksi adanya multikolinearitas dapat juga dilaksanakan dengan menghitung nilai Tolerance dan VIF. Perhitungan dilakukan dengan melihat
hubungan secara individual antara variable independen dengan variable independen yang lainnya yang disebut dengan regresi auxiliary. Regresi ini menghasilkan
koefisien determinasi Rj
2
dari setiap regresi auxiliary, dimana merupakan R
2
yang diperoleh dari regresi auxiliary antara variable independen dengan variable
independen sisanya. Nilai tolerance TOL dan VIF dapat dicari dengan menggunakan formula
sebagai berikut :
TOL= 1-Rj2 VIF=
1 1−��
Dimana Rj
2
merupakan nilai R
2
regresi auxiliary Menurut Widarjono 2013 ketentuan yang digunakan untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas adalah sebagai berikut : 1. Apabila nilai VIP melebihi angka 10 maka terdapat multikolinearitas pada
model karena nilai Rj
2
melebihi 0.9 dan sebaliknya apabila VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas pada model
Universitas Sumatera Utara
2. Apabila tolerance TOL mendekati 1 satu maka disimpulkan tidak ada masalah multikolinearitas.
Regresi auxiliary beserta nilai koefisien determinasi Rj
2
adalah sebagai
berikut: 1. DAU = b
+ b
1
DAK + b
2
PAD + b
3
DBH + b
4
BKP 2. DAK = b
+ b
1
DAU + b
2
PAD + b
3
DBH + b
4
BKP 3. PAD = b
+ b
1
DAU + b
2
DAK + b
3
DBH + b
4
BKP 4. DBH = b
+ b
1
DAU + b
2
DAK + b
3
PAD + b
4
BKP 5. BKP = b
+ b
1
DAU + b
2
DAK + b
3
PAD + b
4
DBH Tabel 5.12. Hasil Estimasi Nilai R-Squared R
2
, VIF dan TOL Setelah Transformasi
No Regresi
Sebutan Rj
2
Nilai R
2
VIF TOL
1 Auxiliary 1
R
2
1 0.613366
2.586425 0.386634
2 Auxiliary 2
R
2
2 0.402700
1.674201 0.597300
3 Auxiliary 3
R
2
3 0.332376
1.497849 0.667624
4 Auxiliary 4
R
2
4 0.458449
1.846548 0.541551
5 Auxiliary 5
R
2
5 0.152087
1.179366 0.847913
Analisis hasil perhitungan nilai VIF, nilainya lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak ada masalah multikolinearitas dalam model. Begitu juga
dengan nilai TOL mendekati angka 1 sehinga bisa disimpulkan juga bahwa tidak ada masalah multikolinearitas.
5.1.2.7.Pengujian Autokorelasi Setelah Transformasi
Pada output hasil regresi data panel dengan metode CEM terlihat hasil statistic DW-Test. Output tersebut adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Hasil Regresi CEM Setelah Transformasi
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
8.608073 0.053158
161.9351 0.0000
DAU? 0.010399
0.003283 3.167771
0.0020 DAK?
-0.047243 0.009391
-5.030939 0.0000
PAD? 0.010485
0.002604 4.026347
0.0001 DBH?
-0.001800 0.001654
-1.088235 0.2788
BKP? 0.017380
0.004325 4.018513
0.0001 R-squared
0.398608 Mean dependent var 8.615654
Adjusted R-squared 0.372231 S.D. dependent var
0.140842 S.E. of regression
0.111592 Akaike info criterion -1.499227
Sum squared resid 1.419618 Schwarz criterion
-1.359852 Log likelihood
95.95360 F-statistic 15.11206
Durbin-Watson stat 0.297785 ProbF-statistic
0.000000
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014. Pada output hasil regresi data panel dengan metode CEM terlihat hasil
statistic DW-Test. Nilai statistic DW-Test tersebut adalah 0.297785 yang berada pada kisaran angka 0
, sedangkan nilai kritis d pada α=0.05 dengan n=30 dan k=5 untuk nilai du=1,090, dengan demikian nilai tersebut tidak berada di antara
1,090DW-Stat3,910. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model CEM tersebut mempunyai masalah autokorelasi.
Output regresi data panel dengan metode FEM adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.14. Hasil Regresi FEM Setelah Transformasi
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
8.459965 0.024895
339.8204 0.0000
DAU? 0.006189
0.000943 6.563313
0.0000 DAK?
-0.001457 0.002739
-0.531916 0.5962
PAD? 0.004550
0.001048 4.341658
0.0000 DBH?
0.001830 0.000353
5.181254 0.0000
BKP? -0.000305
0.001095 -0.278610
0.7812 Cross-section fixed dummy variables
R-squared 0.985885 Mean dependent var
8.615654 Adjusted R-squared
0.980239 S.D. dependent var 0.140842
S.E. of regression 0.019799 Akaike info criterion
-4.767880 Sum squared resid
0.033320 Schwarz criterion -3.954861
Log likelihood 321.0728 F-statistic
174.6126 Durbin-Watson stat
1.841452 ProbF-statistic 0.000000
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014.
Pada output hasil regresi data panel dengan metode FEM terlihat hasil statistic DW-Test. Nilai statistic DW-Test tersebut adalah 1.841452 yang berada
pada kisaran angka 2, sedangkan nilai kritis d pada α=0.05 dengan n=30 dan k=5
untuk nilai du=1,090, dengan demikian nilai tersebut berada di antara 1,090DW- Stat3,910. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model tersebut tidak mempunyai
masalah autokorelasi : Output regresi data panel dengan metode REM adalah sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15. Hasil Regresi REM Setelah Transformasi
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled EGLS Cross-section random effects
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C 8.467228
0.030747 275.3827
0.0000 DAU?
0.006194 0.000922
6.718661 0.0000
DAK? -0.002816
0.002704 -1.041400
0.2999 PAD?
0.004636 0.001010
4.589765 0.0000
DBH? 0.001759
0.000351 5.009208
0.0000 BKP?
0.000114 0.001090
0.104203 0.9172
Cross-section random S.D. Rho 0.106091
0.9663 Idiosyncratic random S.D. Rho
0.019799 0.0337
Weighted Statistics R-squared
0.610514 Mean dependent var 0.800457
Adjusted R-squared 0.593431 S.D. dependent var
0.032942 S.E. of regression
0.021005 Sum squared resid 0.050298
F-statistic 35.73871 Durbin-Watson stat
1.213675 ProbF-statistic
0.000000 Unweighted Statistics
R-squared 0.159503 Mean dependent var
8.615654 Sum squared resid
1.984039 Durbin-Watson stat 0.030768
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014. Pada output hasil regresi data panel dengan metode REM terlihat hasil
statistic DW-Test. Nilai statistic DW-Test tersebut adalah 1.213675 yang berada pada kisaran angka 1
, sedangkan nilai kritis d pada α=0.05 dengan n=30 dan k=5 untuk nilai du=1,090, dengan demikian nilai tersebut berada di antara 1,090DW-
Stat3,910. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model REM tersebut tidak mempunyai masalah autokorelasi
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil estimasi ketiga model tersebut maka, diketahui bahwa hanya pada metode regresi panel dengan model FEM dan REM yang tidak terdapat masalah
autokorelasi, sedangkan pada model CEM terjadi masalah autokorelasi. Menurut gujarati 2003, masalah autokorelasi dapat diatasi apabila menggunakan model
GLS Generalized Leas-Square dalam penelitian maka hasil output tidak memiliki masalah autokorelasi. Perlakuan data dengan model GLS akan memberikan nilai
DW pada kisaran 2 seperti pada table berikut : Output regresi data panel dengan metode FEM Pooled EGLS
Tabel 5.16. Hasil Regresi FEM Pooled EGLS Setelah Transformasi
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled EGLS Cross-section weights
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic Prob.
C 8.442662
0.019692 428.7362
0.0000 DAU?
0.008213 0.000712
11.53372 0.0000
DAK? -0.005401
0.002024 -2.668740
0.0091 PAD?
0.006189 0.000888
6.969818 0.0000
DBH? 0.001087
0.000281 3.867495
0.0002 BKP?
0.000391 0.000800
0.488091 0.6267
Weighted Statistics R-squared
0.999983 Mean dependent var 11.11523
Adjusted R-squared 0.999976 S.D. dependent var
3.808633 S.E. of regression
0.018468 Sum squared resid 0.028990
F-statistic 148855.4 Durbin-Watson stat
2.036063 ProbF-statistic
0.000000 Unweighted Statistics
R-squared 0.984595 Mean dependent var
8.615654 Sum squared resid
0.036365 Durbin-Watson stat 1.705949
Universitas Sumatera Utara
Pada output hasil regresi data panel dengan metode FEM Pooled EGLS terlihat hasil statistic DW-Test. Output tersebut adalah sebagai berikut senilai
2.036063 yang berada pada kisaran angka 2. Hal ini mengindikasikan bahwa pada model tersebut tidak mempunyai masalah autokorelasi
5.1.2.8.Pengujian Heteroskedastisitas Setelah Transformasi
Uji Park dilakukan dengan cara menguji pengaruh antara nilai variable independen dengan logaritma natural nilai kuadrat residualnya. Jika nilai
signifkansi antara logaritma natural kuadrat nilai residualnya LnResid
2
i lebih besar dari 5 0,05 mata tidak terjadi masalah heterokedastitas. Hasil pengujian
dengan Eviews adalah sebagai berikut: Tabel 5.17. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Setelah Transformasi Uji Park
Dependent Variable: LOGRESID?2 Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
-3.622468 1.041568
-3.477898 0.0007
DAU? -0.144960
0.064323 -2.253623
0.0261 DAK?
0.078523 0.183998
0.426761 0.6704
PAD? 0.020668
0.051024 0.405066
0.6862 DBH?
0.032788 0.032416
1.011467 0.3139
BKP? -0.103622
0.084744 -1.222760
0.2239 R-squared
0.072125 Mean dependent var -5.855606
Adjusted R-squared 0.031429 S.D. dependent var
2.221725 S.E. of regression
2.186534 Akaike info criterion 4.451219
Sum squared resid 545.0261 Schwarz criterion
4.590594 Log likelihood
-261.0731 F-statistic 1.772270
Durbin-Watson stat 1.087261 ProbF-statistic
0.124097
Universitas Sumatera Utara
Dari pengujian output regresi antara nilai variable independen dengan nilai logaritma normal kuadrat residualnya di atas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi DAK, PAD, DBH, BKP lebih dari 0,05. Pengujian dengan Uji Park juga menunjukkan 1 variabel DAU signifikan terhadap absolute residualnya
dibanding 4 variabel lainnya, namun masih dalam batas toleransi. Uji Glesjer dilakukan dengan cara menguji pengaruh antara nilai variable
independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifkansi antara variable independen dengan absolut residual lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi masalah
heterokedastitas. Hasil pengujian dengan Eviews adalah sebagai berikut: Tabel 5.18. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Setelah Transformasi Uji Glesjer
Dependent Variable: ABSRESID? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
0.160593 0.033963
4.728483 0.0000
DAU? -0.003706
0.002097 -1.766933
0.0799 DAK?
0.002144 0.006000
0.357349 0.7215
PAD? -0.001493
0.001664 -0.897068
0.3716 DBH?
0.000864 0.001057
0.817081 0.4156
BKP? -0.004641
0.002763 -1.679371
0.0958 R-squared
0.093141 Mean dependent var 0.083900
Adjusted R-squared 0.053367 S.D. dependent var
0.073280 S.E. of regression
0.071298 Akaike info criterion -2.395204
Sum squared resid 0.579500 Schwarz criterion
-2.255830 Log likelihood
149.7122 F-statistic 2.341726
Durbin-Watson stat 0.334660 ProbF-statistic
0.045918
Dari pengujian output regresi dengan Uji Gletser antara nilai variable independen dengan nilai absolut residualnya di atas dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP lebih dari 0.05 atau tidak signifikan
Universitas Sumatera Utara
maka tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan kesimpulan dari uji Park.
5.1.3. Pemilihan Estimasi Model Regresi Data Panel
Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari 30 kabupatenkota cross section yang diamati pada beberapa periode pengamatan dari tahun 2009-2012
time series. Penelitian ini mengandung dimensi tempat dan waktu atau dengan kata lain merupakan kombinasi data cross section dan time series, dengan demikian
teknik regresi yang digunakan untuk model regresi data panel Gujarati,2003. Model regresi data panel secara umum mengakibatkan kesulitan dalam
spesifikasi modelnya. Nilai residualnya akan mempunyai tiga kemungkinan yaitu residual time series, cross section maupun gabungan keduanya. Untuk mengatasi
kesulitan tersebut, maka dalam analisis data panel terdapat beberapa metode analisis yakni model Ordinary Least Square OLS, model fixed effect FEM dan
model random effect REM. Model Ordinary Least Square OLS merujuk kepada model dengan koefisien intersep dan slope yang tidak berbeda konstan antar
kabupatenkota dan antar waktu 2009-2012, sehingga mengabaikan dimensi tempat dan waktu dari data penel dan menggunakan estimasi regresi OLS untuk
estimasinya Gujarati, 2003. Kelemahan dalam model OLS ini yaitu adanya ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sebenarnya, dimana kondisi tiap-tiap
obyek saling berbeda, bahkan satu obyek pada suatu waktu akan sangat berbeda dengan kondisi obyek tersebut pada waktu yang lain.
Model fixed effect FEM atau dikenal dengan Least Square Dummy Variables LSDV merujuk kepada model dengan slope tidak berbeda konstan
tetapi intersep bervariasi atau berbeda berdasarkan cross section dalam hal ini
Universitas Sumatera Utara
kabupatenkota. Walaupun intersep dapat berbeda antar kabupatenkota namun tiap-tiap intersep tersebut tidak berbeda dari waktu ke waktu Gujarati,2003.
Model random effect REM merujuk pada model dengan slope tidak berbeda konstan tetapi intersep bervariasi atau berbeda berdasarkan cross section
dalam hal ini kabupatenkota secara random dan bukan fixed Gujarati,2003. Seperti yang telah disampaikan apada Bab III terdahulu, sebelum
menentukan model data panel, terlebih dahulu dilakukan uji Chow Test, Hausman Test dan LM Test. Mekanisme uji tersebut untuk menentukan metode pemilihan
data panel yang tepat yaitu dengan membandingkan metode OLS dengan metode pendekatan FEM terlebih dahulu. Jika hasil yang diperoleh menunjukkan model
OLS yang diterima, maka model pendekatan OLS yang akan digunakan dalam analisis. Jika model pendekatan FEM yang diterima, maka akan melakukan
perbandingan lagi dengan model pendekatan REM.
5.1.3.1. Uji Chow
Uji Chow yang menghasilkan nilai F test maupun chi-square dengan signifikan probabilitas stat
lebih kecil dari α = 0,05 menghasilkan keputusan bahwa FEM lebih baik dibandingkan model PLS dalam menguji data panel Juanda
dan Juanidi, 2012. Hipotesis dalam uji chow adalah: H0: Common Effect Model atau pooled OLS
H1: Fixed Effect Model Dalam posisi setelah mengestimasi model FEM, dengan melakukan
fixedrandom effect testing dan menggunakan alat uji redundant Fixed Effect- Likehood Ratio dalam Eviews, menghasilkan uji Chow seperti terlihat dalam tabel
5.19.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.19. Chow testlikehood Ratio Test
Redundant Fixed Effects Tests Pool: POOL_MODERATING
Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic d.f.
Prob. Cross-section F
121.947539 29,85
0.0000 Cross-section Chi-square
450.238372 29
0.0000 Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: IPM? Method: Panel Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
8.608073 0.053158
161.9351 0.0000
DAU? 0.010399
0.003283 3.167771
0.0020 DAK?
-0.047243 0.009391
-5.030939 0.0000
PAD? 0.010485
0.002604 4.026347
0.0001 DBH?
-0.001800 0.001654
-1.088235 0.2788
BKP? 0.017380
0.004325 4.018513
0.0001 R-squared
0.398608 Mean dependent var 8.615654
Adjusted R-squared 0.372231 S.D. dependent var
0.140842 S.E. of regression
0.111592 Akaike info criterion -1.499227
Sum squared resid 1.419618 Schwarz criterion
-1.359852 Log likelihood
95.95360 Hannan-Quinn criter. -1.442626
F-statistic 15.11206 Durbin-Watson stat
0.297785 ProbF-statistic
0.000000
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014. Output dari Eviews pada Tabel 5.19. chow testlikehood ratio test tersebut
menunjukkan bahwa F test maupun Chi-square signifikan p-value 0.0000 dan 0.0000 lebih kecil dari 5, sehingga H
ditolak, maka model FEM lebih baik dibandingkan dengan model PLS.
Hasil estimasi regresi data panel dengan Common Effect Model CEM
dapat dilihat pada Tabel 5.20. sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.20. Estimasi Regresi Data Panel Common Effect Model CEM
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
8.608073 0.053158
161.9351 0.0000
DAU? 0.010399
0.003283 3.167771
0.0020 DAK?
-0.047243 0.009391
-5.030939 0.0000
PAD? 0.010485
0.002604 4.026347
0.0001 DBH?
-0.001800 0.001654
-1.088235 0.2788
BKP? 0.017380
0.004325 4.018513
0.0001 R-squared
0.398608 Mean dependent var 8.615654
Adjusted R-squared 0.372231 S.D. dependent var
0.140842 S.E. of regression
0.111592 Akaike info criterion -1.499227
Sum squared resid 1.419618 Schwarz criterion
-1.359852 Log likelihood
95.95360 Hannan-Quinn criter. -1.442626
F-statistic 15.11206 Durbin-Watson stat
0.297785 ProbF-statistic
0.000000
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014. Hasil estimasi regresi data panel dengan Fixed Effect Model FEM dapat
dilihat pada Tabel 5.21. Perhitungan F statistic dengan menggunakan uji Chow adalah sebagai berikut Baltagi,2005:
F=
��� −��� �−
��� ��−�−�
Dimana : SSE
1
= Sum Square Error dari Model Common Effect SSE
2
= Sum Square Error dari Model Fixed Effect n= Jumlah Pemerintah Daerah cross section
nt= jumlah cross section x jumlah time series k = Jumlah variable independen
F Tabel didapat dari :
Universitas Sumatera Utara
F-Tabel = { α: df n-1,nt-n-k}
Dimana : α= tingkat signifikasi yang dipakai alfa
n= jumlah Pemerintah Daerah cross section nt= jumlah cross section x jumlah time series
k=jumlah variable independensebagai berikut : Berdasarkan hasil regresi pada tabel 5.20 dan 5.21. diperoleh nilai F-statistic
sebesar F-Statistik
=
. − .
− .
. − −
=
1. .
= 2655.135 F-tabel
= {5; df30-1, 30.4-30-5} = 5;29,85= 1.60088 model valid untuk cross section fixed effect. Hasil pengujian ini menguatkan dugaan
bahwa model untuk seluruh sampel data sebaiknya menggunakan model FEM dengan cross-section fixed effect. Dari output tersebut diperoleh nilai F-Statistik
sebesar 2655.1348 sedangkan F Tabel untuk 30 pemerintah Kabupaten dan Kota n=30-1=29 dan jumlah observasi n = 120 dan jumlah parameter k =5, maka
diperoleh F Tabel pada α=5 atau F 0,0529,85 adalah sebesar 1.60088, sehingga
F
Statistik
F
Tabel
, maka H0 ditolak yang berarti model paling tepat adalah Fixed Effect Model FEM
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.21. Estimasi Regresi Data Penel Fixed Effect Model FEM
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
8.459965 0.024895
339.8204 0.0000
DAU? 0.006189
0.000943 6.563313
0.0000 DAK?
-0.001457 0.002739
-0.531916 0.5962
PAD? 0.004550
0.001048 4.341658
0.0000 DBH?
0.001830 0.000353
5.181254 0.0000
BKP? -0.000305
0.001095 -0.278610
0.7812 Effects Specification
Cross-section fixed dummy variables R-squared
0.985885 Mean dependent var 8.615654
Adjusted R-squared 0.980239 S.D. dependent var
0.140842 S.E. of regression
0.019799 Akaike info criterion -4.767880
Sum squared resid 0.033320 Schwarz criterion
-3.954861 Log likelihood
321.0728 Hannan-Quinn criter. -4.437709
F-statistic 174.6126 Durbin-Watson stat
1.841452 ProbF-statistic
0.000000
5.1.3.2. Uji Hausman
Hasil uji Chow yang menunjukkan bahwa FEM signifikan, dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih metode FEM atau REM. Berdasarkan uji
Hausman Test dengan menggunakan Eviws 7.0, diperoleh nilai probabilitas sebesar 1 pada persamaan unmoderated dan persamaan moderated. Hal ini
menunjukkan bahwa Hausman Test tidak signifikan lebih besar dari 10 maka Ho diterima, artinya model fixed effect tidak dapat digunakan.
Uji Chow yang menghasilkan nilai F test maupun chi-square dengan signifikan probabilitas stat
lebih kecil dari α = 0,05 menghasilkan keputusan bahwa FEM lebih baik dibandingkan model PLS dalam menguji data panel Juanda
dan Juanidi, 2012. Hipotesis dalam uji hausman adalah :
Universitas Sumatera Utara
H0 : Random Effect Model individual effect uncorrelated H1 : Fixed Effect Model
Uji hausman mengikuti distribusi statistic chi-square dengan derajat bebas sebanyak peubah bebas p. Hipotesis nol ditolak jika nilai statistic Hausman lebih
besar daripada nilai kritis statistic chi-square atau p- value lebih kecil dari α. Hal ini
berarti bahwa model yang tepat untuk regresi data panel adalah FEM Juanda dan Juanidi, 2012.
Dalam posisi setelah mengestimasi model REM, dengan melakukan fixedrandom effect testing dan menggunakan alat uji correlated random effect-
Hausman Test dalam Eviews, menghasilkan uji Hausman seperti terlihat dalam Table 5.22.
Tabel 5.22. Correlated Random Effet-Hausman Test
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: POOL_MODERATING
Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f.
Prob. Cross-section random
19.310246 5
0.0017 Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed
Random VarDiff.
Prob. DAU?
0.006189 0.006194
0.000000 0.9772
DAK? -0.001457
-0.002816 0.000000
0.0020 PAD?
0.004550 0.004636
0.000000 0.7549
DBH? 0.001830
0.001759 0.000000
0.0571 BKP?
-0.000305 0.000114
0.000000 0.0002
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014. Output dari E-views pada Tabel Hausman Test tersebut menunjukkan
bahwa p-value = 0.0017 lebih kecil dari 5, sehingga H0 ditolak, maka model FEM lebih baik dibandingkan dengan model REM.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, uji Lagrange Multiplier LM Test dilakukan untuk menentukan pemilihan model terbaik antara common effect OLS dan random
effect. Uji signifikansi Random Effect ini dikembangkan oleh Breusch Pagan, dimana dalam uji ini didasarkan pada distribusi chi-square dengan degree of
freedom sebesar jumlah variabel independen. Jika nilai LM statistic lebih besar dari nilai kritis satistik chi-square maka H
ditolak, artinya estimasi yang tepat untuk model regresi data panel adalah metode random effect daripada common effect dan
sebaliknya. Berdasarkan uji chow dan uji hausman tersebut di atas model yang paling tepat adalah Fixed Effect Model FEM. Uji LM digunakan apabila hasil pada
Uji Chow menunjukkan bahwa model yang lebih tepat untuk digunakan adalah Common Effect Model CEM dan pada uji hausman menunjukkan bahwa model
yang lebih tepat untuk digunakan adalah Random Effect Model REM. Berdasarkan pengujian untuk memilih model, dengan uji chow dan
hausman dapat disimpulkan bahwa model lebih tepat mengikuti Fixed Effect Model atau FEM, dibandingkan dengan common effect model CEM maupun random
effect model REM. Atas kondisi tersebut maka penulis tidak perlu lagi melakukan Uji Lagrange Multiplier LM data panel dengan demikian model data Fixed Effect
Model FEM merupakan model yang paling sesuai.
5.1.3.3.Hasil Estimasi Model Regresi Data Panel Hasil estimasi untuk 120 observasi selama periode 2009-2012 yang
memberikan dukungan empiris. Berdasarkan hasil pengolaan data diperoleh hasil bahwa dalam persamaan variabel yang signifikan mempengaruhi IPM
kabupatenkota adalah variabel DAU, DAK, PAD dan DBH. Persamaan regresi
Universitas Sumatera Utara
data panel unmoderated model statis, dengan demikian dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 5.24. Estimasi Model Regresi Data Panel Statis
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Included observations: 4
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 120
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
8.459965 0.024895
339.8204 0.0000
DAU? 0.006189
0.000943 6.563313
0.0000 DAK?
-0.001457 0.002739
-0.531916 0.5962
PAD? 0.004550
0.001048 4.341658
0.0000 DBH?
0.001830 0.000353
5.181254 0.0000
BKP? -0.000305
0.001095 -0.278610
0.7812 Effects Specification
Cross-section fixed dummy variables R-squared
0.985885 Mean dependent var 8.615654
Adjusted R-squared 0.980239 S.D. dependent var
0.140842 S.E. of regression
0.019799 Akaike info criterion -4.767880
Sum squared resid 0.033320 Schwarz criterion
-3.954861 Log likelihood
321.0728 F-statistic 174.6126
Durbin-Watson stat 1.841452 ProbF-statistic
0.000000
Sumber : Hasil Eviews 7. 2014. Adapun persamaan yang dihasilkan secara umum untuk keseluruhan
Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera utara adalah sebagai berikut: IPM= 8.459965 + 0.006189DAU - 0.001457DAK + 0.004550PAD + 0.001830DBH
0.000305BKP. Adapun persamaan yang dihasilkan masing-masing untuk
keseluruhan Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera Utara dapat dilihat di Lampiran 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Dimana : IPM = Indeks Pembangunan Manusia IPM
C = Constanta
DAU = Dana Alokai Umum DAK = Dana Alokai Khusus
PAD = Pendapatan Asli Daerah DBH = Dana Bagi Hasil
BKP = Bantuan Keuangan Provinsi Ketika alokasi Dana Alokasi Umum terjadi perubahan dan variabel lainnya
tetap, maka diharapkan akan memberikan peningkatan IPM kabupatenkota sebesar
0.006189 dengan arah yang sama. Ketika alokasi Dana Alokasi Khusus terjadi
perubahan dan variabel lainnya tetap, maka akan memberikan peningkatan IPM
kabupatenkota sebesar 0.001457 dengan arah yang berlawanan. Ketika alokasi
Pendapatan Asli Daerah terjadi perubahan dan variabel lainnya tetap, maka
diharapkan akan memberikan peningkatan IPM kabupatenkota sebesar 0.004550
dengan arah yang sama. Ketika alokasi Dana Bagi Hasil terjadi perubahan dan variabel lainnya tetap, maka diharapkan akan memberikan peningkatan IPM
kabupatenkota sebesar 0.001830 dengan arah yang sama. Ketika alokasi Bantuan
Keuangan Provinsi terjadi perubahan dan variabel lainnya tetap, maka diharapkan
akan memberikan peingkatan IPM kabupatenkota sebesar 0.000305 dengan arah
yang berlawanan. Model regresi data panel, selanjutnya dikembangkan dari bentuk statis ke
model dinamis dengan metode Auto-Regressive Distributed Lag ADL. Untuk lag
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan penulis menduga dari orde lag pada pengujian autokorelasi, yakni lag 1.
Tabel 5.25. Estimasi Regresi Data Panel Model ADL
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample adjusted: 2010 2012 Included observations: 3 after adjustments
Cross-sections included: 30 Total pool balanced observations: 90
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
0.171361 0.862014
0.198791 0.8432
IPM?-1 0.980920
0.104743 9.365021
0.0000 DAU?
0.001634 0.001954
0.835962 0.4072
DAU?-1 0.000847
0.000496 1.707161
0.0941 DAK?
0.000796 0.001990
0.399889 0.6910
DAK?-1 -0.002842
0.001100 -2.583194
0.0128 PAD?
-0.000896 0.001042
-0.859961 0.3940
PAD?-1 -0.000533
0.000669 -0.795675
0.4301 DBH?
-0.000291 0.000210
-1.384299 0.1725
DBH?-1 -0.000621
0.000518 -1.198534
0.2365 BKP?
0.000762 0.000427
1.783198 0.0807
BKP?-1 -0.000588
0.000649 -0.905365
0.3697 Effects Specification
Cross-section fixed dummy variables R-squared
0.998907 Mean dependent var 8.628475
Adjusted R-squared 0.998015 S.D. dependent var
0.138510 S.E. of regression
0.006171 Akaike info criterion -7.034856
Sum squared resid 0.001866 Schwarz criterion
-5.896054 Log likelihood
357.5685 F-statistic 1119.794
Durbin-Watson stat 3.242044 ProbF-statistic
0.000000
Persamaan yang dihasilkan dari hasil regresi dinamis tabel 5.25 untuk Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera utara memberikan perbaikan
dibanding model statis tabel 5.24 dimana koefisien determinasi meningkat menjadi 0.998907 dari 0.985885, sedangkan statistik DW meningkat menjadi
3.242044 dari 1.841452 dan masih berada di antara 1,090DW-Stat3,910. Model
Universitas Sumatera Utara
dengan spesifikasi dinamis ini dengan demikian tidak mengalami permasalahan autokorelasi.
Koefisien autoregressive IPM?-1 memenuhi persyaratan stasioneritas kerena memiliki nilai absolut dibawah 1, yakni 0,98092. Koefisien respon jangka
pendek DAU terhadap IPM adalah sebesar 0.001634 dan 0.000847. Koefisien respon jangka pendek DAK terhadap IPM adalah sebesar 0.000796 dan
-0.002842. Koefisien respon jangka pendek PAD terhadap IPM adalah sebesar -0.000896 dan -0.000533. Koefisien respon jangka pendek BDH terhadap IPM
adalah sebesar -0.000291 dan -0.23650. Koefisien respon jangka pendek BKP terhadap IPM adalah sebesar 0.000762 dan -0.000588.
Parameter respon jangka panjang bagi variabel DAU, DAK, PAD, DBH, BKP terhadap IPM dapat dilihat dari hasil perhitungan sebagai berikut:
Tabel 5.26. Perhitungan Respon Jangka Panjang Λ
Variabel Regresi
Koefisien Variabel
Perhitungan Λ
Hasil Λ
IPM?-1 0.980920
DAU? 0.001634
DAU
. 1 + .
1− .
0.130031 DAU?-1
0.000847 DAK?
0.000796 DAK
. − .
1− .
-0.107233 DAK?-1
-0.002842 PAD?
-0.000896 PAD
− . − .
1− .
-0.074895 PAD?-1
-0.000533 DBH?
-0.000291 DBH
− . 1− .
1 1− .
-0.047799 DBH?-1
-0.000621 BKP?
0.000762 BKP
. − .
1− .
0.009119 BKP?-1
-0.000588
Ketika alokasi Dana Alokasi Umum DAU terjadi perubahan dan variabel lainnya tetap, maka diharapkan akan memberikan peningkatan IPM kabupatenkota
sebesar 0.130031 dengan arah yang sama. Ketika alokasi Dana Alokasi Khusus
DAK terjadi perubahan dan variabel lainnya tetap, maka akan memberikan
perubahan IPM kabupatenkota sebesar 0.107233 dengan arah yang berlawanan.
Universitas Sumatera Utara
Ketika alokasi Pendapatan Asli Daerah PAD terjadi perubahan dan variabel lainnya tetap, maka diharapkan akan memberikan perubahan IPM kabupatenkota
sebesar 0.074895 dengan arah yang berlawanan. Ketika alokasi Dana Bagi Hasil
DBH terjadi perubahan dan variabel lainnya tetap, maka diharapkan akan
memberikan perubahan IPM kabupatenkota sebesar 0.047799 dengan arah yang
berlawanan. Ketika alokasi Bantuan Keuangan Provinsi BKP terjadi perubahan dan variabel lainnya tetap, maka diharapkan akan memberikan perubahan IPM
kabupatenkota sebesar 0.009119 dengan arah yang sama. 5.1.4. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan regresi data panel, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini ada 2 dua yaitu :
1. DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM secara parsial maupun simultan.
2. Belanja Pelayanan Dasar BPD memoderasi hubungan pengaruh DAU, DAK, PAD, DBH, DBDB terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM.
5.1.4.1. Uji Statistik F
Hasil pengujian statistik F uji simultan dengan metode statis pada variabel dana alokasi umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah, dana bagi hasil,
bantuan keuangan provinsi diperoleh dari tabel diperoleh nilai F
statistic
sebesar
174.6126
pada tingkat kepercayaan α = 5 dengan tingkat signifikansi
0.000000
. Pada kepercayaan α =
0.000000
jauh dibawah 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan sig =
0.000000
α = 5 yang berarti hipotesis pertama diterima, yang menyatakan dana alokasi umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah, dana
Universitas Sumatera Utara
bagi hasil, bantuan keuangan provinsi secara simultan berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara.
Pengujian statistik F uji simultan dengan model dinamis pada variabel dana alokasi umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah, dana bagi hasil,
bantuan keuangan provinsi diperoleh dari tabel diperoleh nilai F
statistic
sebesar
1119.794
pada tingkat kepercayaan α = 5 dengan tingkat signifikansi
0.000000
. Pada kepercayaan α =
0.000000
jauh dibawah 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan sig =
0.000000
α = 5 yang berarti hipotesis pertama diterima, yang menyatakan dana alokasi umum, dana alokasi khusus, pendapatan asli daerah, dana
bagi hasil, bantuan keuangan provinsi secara simultan berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara
5.1.4.2. Uji Statistik t
Hasil pengujian pengaruh secara parsial dengan uji statistik t dengan model statis atas variabel dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli
Daerah, Dana Bagi Hasil, Bantuan Keuangan Provinsi terhadap terhadap indeks pembangunan manusia kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat
pada tabel berikut : Tabel 5.27. Uji t Model Statis
Dependent Variable: IPM? Method: Pooled Least Squares
Sample: 2009 2012 Cross-sections included: 30
Total pool balanced observations: 120 Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic
Prob. C
8.459965 0.024895
339.8204 0.0000
DAU? 0.006189
0.000943 6.563313
0.0000 DAK?
-0.001457 0.002739 -0.531916
0.5962 PAD?
0.004550 0.001048
4.341658 0.0000
DBH? 0.001830
0.000353 5.181254
0.0000 BKP?
-0.000305 0.001095 -0.278610
0.7812
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 5.27, maka secara parsial pengaruh maing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat diuraikan
berikut: 1. Variabel DAU dengan t
statistic
sebesar 6.563313 pada tingkat kepercayaan α =
5 dengan signifikansi prob.= 0.0000 yang lebih kecil dari α = 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel DAU berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM pada pemerintah kabupatan dan kota di
Sumatera Utara selama tahun 2009-2012 2. Variabel DAK mempunyai nilai t
statistic
= -
0.531916
pada tingkat kepercayaan α = 5, dengan signifikansi prob.=0.5962 yang lebih besar
dari α=0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DAK berpengaruh tidak signifikan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia IPM pada pemerintah kabupatan dan kota di Sumatera Utara selama tahun 2009-2012.
3. Variabel PAD mempunyai nilai t
statistic
= 4.341658 pada tingkat kepercayaan α
= 5, dengan signifikansi prob.=0.0000 yang lebih kecil dari α=0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel PAD berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM pada pemerintah kabupatan dan kota di
Sumatera Utara selama tahun 2009-2012. 4. Variabel DBH mempunyai nilai tstatistic
= 5.181254 pada tingkat kepercayaan α = 5, dengan signifikansi prob.=0.0000 yang lebih kecil dari α=0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DBH berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM pada pemerintah kabupatan dan
kota di Sumatera Utara selama tahun 2009-2012.
Universitas Sumatera Utara
5. Variabel BKP mempunyai nilai t
statistic
= -0.278610 pada tingkat kepercayaan α=5, dengan signifikansi prob.=0.7812 yang lebih besar dari α=0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BKP tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia IPM pada pemerintah kabupatan dan
kota di Sumatera Utara selama tahun 2009-2012. Dengan informasi yang disajikan pada tabel 5.25 dengan pendekatan model
statis maka dapat dibangun persamaan sebagai berikut : Indeks Pembangunan Manusia IPM = 8.459965 + 0.006189DAU - 0.001457DAK + 0.004550PAD +
0.001830DBH - 0.000305 BKP. Model persamaan data panel tersebut merupakan
model dengan skala square root transformation transformasi akar kuadrat, sehingga untuk keperluan model analisis dan pembahasan dilakukan penyesuaian
perhitungan ke skala data awal untuk menilai pengaruh DAU, DAK, PAD, DBH dan BKP terhadap IPM dengan mengkuadratkan hasil transformasi tersebut setelah
disesuaikan dengan variannya dengan rumusan y+vy
2.
, dimana y merupakan nilai
hasil transformasi
dan vy
merupakan varian
dari y
http:statisticalconcepts.blogspot.com201002 transformation-of-data-validity-
of.html, sehingga model yang dibentuk adalah sebagai berikut
:
Indeks Pembangunan Manusia IPM = 8.459965+0.021105
2
x120
2
+ 0.006189+0.001379
2
x120
2
DAU – 0.001457+0.001458
2
x120
2
DAK +
0.00455+0.001406
2
x120
2
PAD +
0.00183+0.000529
2
x120DBH
2
- 0.000305+0.000419
2
x120
2
BKP. Indeks Pembangunan Manusia IPM = 72.83490+0.01259DAU
– 0.00111DAK + 0.00936PAD+0.00369DBH-0.00032BKP
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pengujian pada persamaan tersebut maka secara parsial pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan
model statis dapat diuraikan berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 72.83490 yang menunjukkan bahwa apabila semua
variabel independen yaitu dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Bantuan Keuangan Provinsi
dianggap nol, maka IPM adalah sebesar 72.83490.
2. Koefisien b
1
sebesar 0.01259 menunjukkan bahwa kenaikan variabel DAU sebesar 1 Milyar akan diikuti dengan kenaikan IPM sebesar 1,26
3. Koefisien b
2
sebesar -0.00111 menunjukkan bahwa kenaikan variabel DAK sebesar 1 Milyar akan diikuti dengan penurunan IPM sebesar 0,11
4. Koefisien b
3
sebesar 0.00936 menunjukkan bahwa kenaikan variabel PAD sebesar 1 Milyar akan diikuti dengan kenaikan IPM sebesar 0,94
5. Koefisien b
4
sebesar 0.00369 menunjukkan bahwa kenaikan variabel DBH sebesar 1 Milyar akan diikuti dengan kenaikan IPM sebesar 0,37
6. Koefisien b
5
sebesar 0.00032 menunjukkan bahwa kenaikan variabel BKP sebesar 1 Milyar akan diikuti dengan penurunan IPM sebesar 0,03.
Hasil pengujian pengaruh secara parsial dengan uji statistik t dengan model dinamis atas variabel dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli
Daerah, Dana Bagi Hasil, Bantuan Keuangan Provinsi terhadap terhadap indeks pembangunan manusia kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat
pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara