70 sarpras rusak misal bola sepak dengan membeli bola plastik dikarenakan
lebih murah harganya dibandingkan bola standarnya. Misal lembing bisa menggunakan rantingbambu kecil modifikasi yang penting anak tahu
dan dapat mempraktikkannya ”. Tetapi sangat disayangkan karena dalam
kenyataannya pada waktu observasi alat-alat modifikasi tersebut belum terpenuhi.
Usaha yang dilakukan dirasa sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan sarpras tersebut. Guru penjas berharap biaya pemenuhan
sarpras dapat dianggarkan untuk memenuhi kebutuhan sarpras. Hal ini terbukti dari hasil wawa
ncara “Apakah sudah dirasa cukup dengan usaha BapakIbu dalam memenuhi kebutuhan sarpras penjas tersebut ? saran-
saran BapakIbu untuk sarpras penjas di SD ini apa ? ” jawaban guru
penjas adalah “Sudah cukup, sarannya dana untuk peralatan dianggarkan
agar bisa terpenuhi dan pembelajaran dapat berjalan”. Dengan demikian hasil dari modifikasi yang dilakukan oleh guru
penjas cukup untuk menggantikan sarpras yang seharusnya digunakan. Guru yang kreatif dalam pembelajaran penjas akan membuat siswanya
nyaman dalam pembelajaran walaupun jauh dari kondisi yang seharusnya didapatkan.
B. Pembahasan
Berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan jasmani di SD se-Gugus III Kecamatan Galur
Kabupaten Kulon Progo tahun 2014 masih belum memenuhi standar nasional pendidikan. Dari setiap SD yang di teliti terdapat perbedaan
71 kelengkapan sarana prasarana pendidikan jasmani. Setiap sekolah
memiliki kendala tersendiri dalam memenuhi sarana dan prasarana pendidikan jasmani.
Sekolah Dasar di Gugus III kebanyakan terkendala maslah kurang luasnya area atau lahan sehingga harus meminjam. Hal ini dilakukan
karena sekolah ingin memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada sehingga pembelajaran pendidikan jasmani dapat berjalan dengan lancar.
Kondisi geografis di pedesaan juga menyebabkan sekolah tidak memiliki fasilitas tempat bermainberolahraga sendiri sehingga harus meminjam.
Besarnya jumlah sarana dan prasarananya pembelajaran ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam memahami standar ideal pemerintah. Hal
ini tidak sesuai terjadi di SD se-Gugus III Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo. Keadaan itu menyebabkan sarana dan prasarana pendidikan
jasmani belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam standar ideal pemerintah dalam pendidikan.
72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kondisi sarana pendidikan jasmani di SD Gugus III Kecamatan Galur
tahun 2014 untuk SD Negeri 2 Bunder mampu menyediakan sarana dan prasarana 50 dari standar ideal, SD Negeri 1 Bunder menyediakan 55,56
dari standar ideal, SD Negeri Sidakan menyediakan 68,52 dari standar ideal, SD Muh. 1 Banaran menyediakan 41,03 dari standar ideal, SD Muh. 2
Banaran menyediakan 46,30 dari standar ideal dan SD Negeri Trisik menyediakan 49,15 dari standar ideal.
Dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran penjas agar terlaksana para guru penjas di SD se-Gugus III dalam memenuhi kekurangan sarpras yaitu
dengan memodifikasi atau menggunakan benda yang ada di sekeliling sekolah yang dapat digunakan sebagai sarpras penjas.
Tetapi setelah melakukan wawancara kepada setiap guru penjas, pada kenyataannya di lapangan alat-alat yang dimodifikasi tersebut belum semuanya
di setiap Sekolah Dasar se-Gugus III Kecamatan Galur keberadaannya ada. Dan usaha lain yang dilakukan untuk memenuhi kekurangan sarpras yang akan
digunakan dalam pembelajaran penjas dengan membeli sarpras yang baru menggunakan anggaran BOS atau mendapat bantuan dari pemerintah berwujud
peralatan olahraga anak POA.