Laptah Sem I 2017 RSPAW Salatiga 5
Tabel 2.1. Lanjutan ……
No. Uraian
II. Keuangan dan Administrasi Umum
3. Metode a. Manajemen komplain masih ada kendala pada pendokumentasian
komplain dan prosedur penyampaian jawaban atas komplain pelanggan.
b. User belum mentaati alur dan prosedur dalam mengoperasinalkan program aplikasi yang ada.
2.1.2. Faktor Eksternal
Selain hambatan dari faktor internal juga terdapat dari faktor eksternal yaitu : 1. Adanya peraturan perundang-undangan yang berubah khususnya peraturan
tentang pengadaan barang dan jasa sehingga masih perlu peningkatan pemahaman oleh panitia pengadaan barang dan jasa;
2. Perubahan harga dan inflasi juga mempengaruhi dalam pelaksanaan strategi pencapaian Tujuan dan sasaran;
3. Peraturan pelaksanaan BPJS Kesehatan yang kurang mendukung pelayanan di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga
4. Sistem rujukan BPJS Kesehatan.
2.2 Kelembagaan
Rumah Sakit ini secara kelembagaan berada di bawah Departemen Kesehatan RI yang saat ini disebut dengan Kementrian Kesehatan, dengan struktur
organisasi tidak jelas. Baru pada tahun 1978 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 137MenKesSKIV1978 ditetapkan Struktur Organisasi yang
lebih jelas tugas pokok dan fungsinya yaitu sebagai rumah sakit khusus yang menyelenggarakan pelayanan terhadap penderita penyakit TB paru, dengan
sebutan RSTP. Beberapa sanatorium di Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai RSTP hanya RSTP “Ngawen” Salatiga dan RSTP Kalibakung Slawi Tegal,
sedangkan 3 tiga eks sanatorium, masing-masing di Semarang, Klaten dan
Purwokerto dikonversi dengan Rumah Sakit Umum. Selanjutnya pada tanggal 26 September 2002, dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor
1208MenkesSKIX2002, RSTP “Ngawen” Salatiga berubah nama menjadi Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, dan merupakan satu-satunya rumah sakit
paru di Provinsi Jawa Tengah.
Laptah Sem I 2017 RSPAW Salatiga 6
Peluang tersebut menjadikan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi rumah sakit dengan cakupan
wilayah yang cukup luas yaitu wilayah Jawa Tengah dan Provinsi lain yang tidak memiliki RSTP. Peluang ini bertambah besar bila ditinjau dari letak Rumah Sakit
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang berlokasi diantara 3 tiga kota besar yaitu Semarang, Yogyakarta dan Surakarta, dimana ketiga kota tersebut diharapkan
mampu mendukung keberadaan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga baik dalam pengadaan SDM, sarana maupun prasarana.
Perubahan situasi dan kondisi serta perilaku hidup masyarakat mengisyaratkan, bahwa kedepan seharusnya Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga kembali pada fungsi dan tugas pokok melaksanakan dan penanggulangan dan penyembuhan penyakit paru tidak sebatas penanggulangan dan penyembuhan
penyakit TB Paru saja. Tugas tersebut secara riil telah dilakukan oleh Rumah Sakit Tuberkulosa
Paru- Paru “Ngawen” Salatiga. Hal ini baru terwujud dengan terbitnya SK Menkes
RI tanggal 26 Pebruari 2004 Nomor: 190MENKESSKII2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Paru, yang membawa konsekuensi bertambahnya
beban kerja, kebutuhan dana dan SDM serta lebih luasnya cakupan pelayanan. Kebijakan pemerintah selanjutnya, dalam hal ini Departemen Kesehatan RI
menetapkan bahwa Unit Pelaksana Teknis UPT Depkes RI sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
PPK-BLU berdasarkan SK Menteri Keuangan no.274KMK.052007 tanggal 21 Juni 2007 dan SK Menteri Kesehatan No. 756MenkesSKVI2007 tanggal 26 Juni
2007. Perkembangan selanjutnya dengan diterbitkannya Permenkes Nomor 249MenkesPerIII2008, tertanggal 11 Maret 2008, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga mempunyai kesempatan untuk lebih berkembang, hal ini juga didukung dengan keluarnya SK Menteri Kesehatan
RI Nomor: 438MenkesSKVI2009 tanggal 18 Juni 2009, tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga menjadi Rumah Sakit Khusus
Kelas A, sehingga Rumah sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga dapat lebih fleksibel dalam melaksanakan pengelolaan keuangan, peningkatan dan pengembangan
pelayanan guna memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna.