Perubahan Perilaku TINJAUAN PUSTAKA

21 21 peningkatan pengetahuan dan sikap siswa yang berkaitan tentang pencegahan DBD. Selain itu, kegiatan ini juga berhasil merubah pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga karena kegiatan ini mampu menjadi tindakan penyampaian informasi dari siswa ke keluarga di rumah Notoatmodjo dkk, 2012.

2.2 Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku adalah tujuan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo 2010, pendidikan kesehatan itu sekurang-kurangnya memiliki 3 dimensi, yaitu: 1. Mengubah perilaku negatif tidak sehat menjadi positif sesuai dengan nilai- nilai kesehatan. 2. Mengembangkan perilaku positif pembentukan atau pengembangan sehat. 3. Memelihara perilaku yang sudah positif perilaku yang sesuai dengan nilai kesehatan atau mempertahankan perilaku kesehatan yang sudah ada. Dalam mengubah perilaku individu maka ada beberapa strategi yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO World Health Organization yaitu salah satunya melalui pendidikan atau promosi kesehatan dengan cara pemberian informasi kesehatan Education Notoatmodjo, 2010. Menurut Green 1991 dalam Notoatmodjo 2010 mengungkapkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 1. Faktor predisposisi predisposing factors, yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan serta nilai-nilai dari individu. Universitas Sumatera Utara 22 22 2. Faktor pemungkinan enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, fasilitas-fasilitas serta sarana kesehatan. 3. Faktor pendorong atau penguat reinforcing factors, yang terwujud dalam sikap dan perilaku dari petugas kesehatan atau petugas lain yang akan menguatkan referensi dari perilaku masyarakat. Sasaran dan tujuan dari promosi kesehatan terdiri dari domain yang utama yaitu: pengetahuan knowledge, sikap attitude, dan praktik atau tindakan practice. Pengetahuan dan sikap adalah perilaku tertutup yang masih belum tampak, sedangkan tindakan adalah perilaku yang sudah terbuka. Sehingga hasil penyuluhan kesehatan dimulai dari peningkatan pengetahuan tentang kesehatan kemudian meningkatnya sikap terhadap kesehatan dan akhirnya terjadi perubahan tindakan yang mengubah perilaku sasaran untuk hidup sehat Notoatmodjo, 2012. Dengan begitu, setelah faktor predisposisi, diharapkan dukungan dari lingkungan sekitar peserta kemungkinan dapat merubah perilaku konsumsi atau tentang kesehatannya sehingga perubahan perilaku peserta dapat lebih kuat. Selain itu, faktor yang kuat dalam mendorong perubahan perilaku konsumsi anak adalah petugas kesehatan ataupun teman-teman disekitar anak yang menjadi faktor pendorong perubahan perilaku tentang kesehatan dalam membantu pemberian informasi dan pengetahuan Notoatmodjo, 2012. Hal ini mengingatkan juga bahwa salah satu teori perubahan perilaku yaitu Teori Stimulus Organisme SOR bahwa perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan stimulus yang berkomunikasi dengan organisme. Menurut Universitas Sumatera Utara 23 23 Hosland, et al 1953 perubahan perilaku hakikatnya sama dengan proses belajar yang terdiri dari: 1. Stimulus rangsangan yang diberikan kepada organisme, bila stimulus tidak diterima maka stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi individu. Tetapi bila diterima maka ada perhatian dari individu tersebut 2. Setelah diterima oleh organisme individu maka ia akan mengerti stimulus yang diberikan 3. Setelah organisme mengolah stimulus itu sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak atau bersikap 4. Tetapi pada akhirnya dengan dukungan fasilitas dan didororng oleh lingkungan dari organisme tersebut maka terjadilah perubahan perilaku. Gambar 2.1 Diagram Perubahan Perilaku menurut Teori SOR Dalam hal ini, penyuluhan tentang konsumsi sayur dan buah dapat menjadi stimulus sehingga merangsang pengetahuan dan perhatian dari anak untuk mengerti. Kemudian respon siswa yang belum tampak berupa perubahan Stimulus Promosi Kesehatan Organisme:  Perhatian  Pengertian  Penerimaan Respon Perubahan Sikap Respon Perubahan TindakanPerilaku Universitas Sumatera Utara 24 24 sikap menjadi kesiapan bagi siswa untuk menerima stimulus yang diterima sehingga akhirnya saat anak siap untuk merubah sikapnya melalui pengetahuan yang diterimanya maka akan ada efek dari tindakan dari anak sehingga perilaku konsumsi sayur dan buah dapat berubah menjadi lebih baik setelah diberikan penyuluhan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan perilaku anak dari aspek perubahan sikap dan pengetahuan. Dalam pengukurannya, posttest akan diberikan setelah berjarak waktu selama 3 hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa lama ingatan informasi yang diberikan dapat diingat dan bertahan. Menurut Sulastyawati 2007 dalam penelitian Prasetyo 2013 mengungkapkan bahwa pemberian test kedua atau posttest untuk mengendapkan informasi yang diterima oleh anak sekolah dasar pada penyuluhan lebih baik tidak lebih dari 3 hari, serta penelitian yang dilakukan oleh Scoopy di Amerika dalam Lunandi 1993, manusia memiliki kelekatan ingatan hanya sebanyak 10 dalam jarak waktu selama 3 hari yang penyampaiannya dilakukan dengan cara bercerita. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni 2015 tentang pengaruh penyuluhan dengan berbicara atau ceramah dalam perubahan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa sekolah dasar Bantul di Yogyakarta sebanyak satu kali, dapat dilihat bahwa perubahan perilaku pada posttest yang diberikan sesaat penyuluhan selesai, mengalami peningkatan dari 40 menjadi 80, hal ini dinilai dari kuesioner dan praktik. Sehingga hanya dengan menambahkan stimulus, informasi, pengetahuan agar terjadinya perubahan perilaku tetapi faktor Universitas Sumatera Utara 25 25 reinforcement atau petugas dalam cara memberikan informasi dan stimulus memegang peranan yang penting.

2.3 Sayur dan Buah