Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015

(1)

BUAH DAN SAYUR PADA SISWA KELAS VIII DAN IX SMP NEGERI 127 JAKARTA BARAT TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh : NURLIDYAWATI

111110100097

PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015M/1436 H


(2)

(3)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI

Skripsi, 25 Oktober 2015

Nurlidyawati, NIM : 1111101000097

Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015

liv + 125 halaman, 23 tabel, 5 bagan, 3 gambar, 5 lampiran ABSTRAK

Kurang mengonsumsi buah dan sayur merupakan perilaku makan yang dapat merugikan bagi kesehatan. Jika seseorang mengalami kurang konsumsi buah dan sayur maka seseorang tersebut akan mengalami kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat dan zat gizi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 165 siswa/siswi yang diperoleh secara acak proporsional. Data konsumsi buah dan sayur diperoleh dari lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ) sedangkan data jenis kelamin, uang jajan, niat, ketersediaan buah dan sayur dirumah, kesukaan terhadap buah dan sayur dan pengaruh orangtua diperoleh menggunakan kuesioner. Uji Chi-Square dan uji T-Test Independent digunakan dalam analisis data.

Prevalensi siswa yang perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang sebesar 82,4%, dimana perilaku konsumsi buah dan sayurnya kurang lebih banyak ditemukan pada siswa yang berjenis kelamin perempuan (55,2%) dibandingkan siswa berjenis kelamin laki-laki (44,8%). Variabel jenis kelamin, kesukaan terhadap buah dan sayur, uang jajan, ketersediaan buah dan sayur dirumah dan pengaruh orangtua diketahui tidak memiliki hubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur, sedangkan faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ialah niat (p=0,000).

Disimpulkan bahwa tidak adanya niat dalam berperilaku yang terdiri dari sikap, norma subjektif dan pengendalian dalam berperilaku merupakan faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015. Disarankan kepada siswa/siswi kelas VIII dan IX SMPN 127 untuk meningkatkan motivasi agar memiliki niat dalam mengonsumsi buah dan sayur setiap harinya.

Kata kunci : Perilaku konsumsi buah dan sayur, siswa SMP, niat Daftar bacaan : 84 (1991-2015)


(4)

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM MAJOR IN NUTRITION, PUBLIC HEALTH

Undergraduate Thesis, October 25, 2015 Nurlidyawati, NIM : 1111101000097

Factors Associated with Fruits and Vegetables Consumption Behaviour of Students in Grade 8th and 9th at 127 Junior High School West Jakarta year of 2015

liv + 125 pages, 23 tables, 5 charts,3 pictures, 5 attachments ABSTRACT

Consuming less fruits and vegetables can be disadvantageous for health. When person experiences less consumption of fruits and vegetables he will have lack of nutrients such as vitamins, minerals, fiber and other nutrients. The objective of this research are determining factors associated with fruits and vegetables consumption behavior students in grade 8th and 9th at 127 Junior High School West Jakarta year of 2015.

This research uses a cross sectional study design. Samples for 165 students proportionally randomized. Fruits and vegetables consumption data obtained from Food Frequency Questionnaire (FFQ), while the data of gender, expenses, intentions, the availability of fruits and vegetables at home, preference for fruits and vegetables and the influence of parents obtained using a questionare. Chi-Square test and Independent T-Test were used in the data analysis.

The prevalence of student behavior of fruits and vegetables consumption is less than 82,4%, where it significantly higher in female student (55,2%) that men student (44,8%). Gender, preference for fruits and vegetables, expenses, the availability of fruits and vegetables at home and influence of parents are not related to fruits and vegetables consumption behaviour. The significant factor of fruits and vegetables consumption behaviour in grade 8th and 9th at 127 Junior High School year of 2015 is intentions, (p=0.000).

For conclusion, no intention of consuming fruits and vegetables consist of attitudes, subjective norms and perceive behaviour are determining to intens factor that associated with fruits and vegetables consumption behaviour in grade 8th and 9th at 127 Junior High School year of 2015. For suggestions, the students of grade 8th and 9th at 127 Junior High School should increase their motivation to having intentions for daily consumption of fruits and vegetables. Keywords: the behaviour of fruit and vegetable consumption, students of Junior High School, intentions References: 84 (1991-2015)


(5)

(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Nurlidyawati

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 05 September 1992

Alamat : Jalan Kemanggisan Ilir II No. 03 RT. 005 RW. 07 Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah Kode Pos 11480 Kota Madya Jakarta Barat

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : nurlidyawati59@gmail.com

Telepon : 081296063812

Riwayat Pendidikan

1999-2000 TK Risanti I Jakarta Barat

2000-2006 SDN Kemanggisan 14 Pagi Jakarta Barat

2006-2009 SMPN 127 Jakarta Barat

2009-2011 SMAN 16 Jakarta Barat


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat wal afiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Shalawat serta salam juga penulis sampaikan teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Pada penulisan skirpsi ini yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Pada Siswa Kelas VIII dan IX SMP Negeri 127 Jakarta Barat Tahun 2015”, tidak dipungkiri bahwa penulis tidak akanmampu bekerta sendiri tanpa mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak H. Muhammad Zen dan Ibu HJ. Nurmiyati yang senantiasa mendoakan, mengarahkan, memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada henti selama ini.

2. Bapak Dr Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Ketua Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti,SKM M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku dosen pembimbing 1 yang selalu memberikan saran, arahan ke arah positif dan semangat berjuang kepada penulis.

5. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang selalu memberikan arahan dan informasi kepada penulis.

6. Seluruh Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang senantiasa memberikan ilmu, waktu serta arahan kepada penulis.

7. Kakak-kakak dan Abang-abangku (Nurafiawati, Rully Hendrawan, Rully Arifin, Swesti Niagasari, Kiki Akbari, Rochmat Hidayatullah dan Fitria Sari) yang senantiasa memberikan doa dan semangat kepada adik bungsunya ini.

8. Seluruh keponakan (Alya Lifiannisa, Hisyam Shafwan Arafi, Sabiila Fitri Nadifah, Danish Eshan Said dan Mikayla) yang selalu menanyakan dan menjahili skripsi penulis.


(9)

9. Keenam sahabatku yang dipertemukan di bangku perkuliahan sejak semester 1 hingga sekarang dan harus sampai seterusnya ;) (Aqmarina Mahadibya, Anisa Ajeng Nastiti, Dwi Ramadhani Puspitasari, Efri Malisa Dwi Putri dan Kartika Anisa Putri), “Terimakasih atas segala waktunya, kejahilannya, suka-dukanya dan kasih sayang kalian, semoga persahabatan kita berlanjut sampai nenek-nenek ya :‟)”

10.Kedua sahabatku sejak SMP yang terus menemaniku sampai sekarang (Ika Amalia dan Syarifah), “Terimakasih atas persaudaraan tanpa ikatan darah yang kita miliki, semoga kita akan menuju kesuksesan hidup bersama. Aamin :D”

11.Teman-teman peminatan gizi tahun 2011 (Nana, Indah, Widya, Bintan, Donna, Harum, Renita, Yarra, Wulan, Kiyah, Ummi, Ayu, Ryan, Hatan, Muslim dan Kahfi) yang senantiasa berjuang sejak semester peminatan dan merasakan lika-liku perjuangan calon ahli gizi masyarakat bersama. “semangat terus buat kita semua :D” dan

12.Teman-teman seperjuangan, mahasiswa/i kesehatan masyarakat angkatan 2011 yang selalu memberikan masukkan kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, penulis mengahapkan saran, kritik dan arahan dari segala pihak untuk penyempurnaan skripsi ini kea rah yang lebih baik dikemudian hari.

Jakarta, November 2015


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Pertanyaan Penelitian ...9

D. Tujuan Penelitian ...10

1. Tujuan Umum ...10

2. Tujuan Khusus ...10

E. Manfaat Penelitian ...11

1. Manfaat Bagi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat ...11

2. Manfaat Bagi SMPN 127 Jakarta Barat ...11

3. Manfaat Bagi Peneliti Lain ...12

F. Ruang Lingkup ...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...13

A. Konsumsi Buah dan Sayur ...13

1. Penialaian Perilaku Konsumsi ...14

a. Metode Food Recall 24 jam ...14


(11)

c. Penimbangan Makanan (Food Weighing) ...16

d. Food Frequency Questionnaire (FFQ) ...16

2. Buah dan Sayur ...17

a. Definisi Buah ...18

b. Definisi Sayur ...19

c. Manfaat Buah dan Sayur Bagi Tubuh ...20

d. Dampak Kurang Konsumsi Buah dan Sayur Bagi Tubuh ...21

3. Anjuran Kebutuhan Buah dan Sayur ...23

B. Remaja ...24

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Pada Remaja26 1 Karakteristik Individu ...27

a. Umur ...27

b. Jenis Kelamin ...28

c. Kesukaan/Preferensi Terhadap Buah dan Sayur ...29

2 Faktor Lingkungan ...30

a. Uang Jajan ...30

b. Latar belakang budaya ...31

c. Kesediaan Buah dan Sayur di Rumah ...32

d. Pengaruh Orangtua...33

D. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) ...34

E. Faktor Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Terhadap Konsumsi Buah dan Sayur ...37

1. Niat Berperilaku Mengkonsumsi Buah dan Sayur...37

a. Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...38

b. Norma Subjektif terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...40

c. Perceived Behavioral Control terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ..41

F. Kerangka Teori ...46

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASINAL DAN HIPOTESIS ...49

A. Kerangka Konsep ...49


(12)

C. Hipotesis ...55

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...56

A. Desain Penelitian ...56

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...56

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...56

D. Teknik Pengumpulan Data ...60

1. Sumber Data...60

2. Instrumen Penelitian ...61

3. Cara Pengumpulan Data ...61

E. Manajemen Data ...63

1. Mengkode Data (data coding) ...63

2. Penyuntingan Data(data editing) ...67

3. Pengolahan Data ...67

4. Membuat Struktur Data (data structure) ...68

5. Memasukkan Data(data entry) ...68

6. Pembersihan Data (data cleaning) ...68

F. Uji Instrumen Penelitian ...69

1. Uji Validitas ...69

2. Uji Reabilitas ...72

G. Analisis Data ...74

1. Analisis Univariat ...74

2. Analisis Bivariat...74

BAB V HASIL ...77

A. Gambaran Umum SMPN 127 Jakarta Barat ...77

B. Analisis Univariat ...78

1. Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...78

2. Niat Mengonsumsi Buah dan Sayur ...79

3. Faktor Karakteristik Individu ...80

a. Jenis Kelamin ...80

b. Kesukaan/preferensi Terhadap Buah dan Sayur ...81


(13)

a. Uang Jajan ...85

b. Ketersediaan Buah dan Sayur di rumah ...86

c. Pengaruh Orangtua ...86

C. Analisis Bivariat ...87

1. Hubungan antara Niat Mengonsumsi Buah dan Sayur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...87

2. Hubungan antara Faktor Karakteristik Individu dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...88

a. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur .88 b. Hubungan antara kesukaan/preferensi Terhadap Buah dan Sayur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...89

4. Hubungan antara Faktor Lingkungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...90

a. Hubungan antara Uang Jajan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...90

b. Hubungan antara Ketersediaan Buah dan Sayur di rumah dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...91

c. Hubungan antara Pengaruh Orangtua dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...92

BAB VI PEMBAHASAN ...94

A. Keterbatasan Penelitian ...94

B. Gambaran Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...94

C. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ....97

1. Hubungan antara Niat Mengonsumsi Buah dan Sayur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...97

2. Hubungan antara Faktor Karakteristik Individu (Jenis Kelamin dan Kesukaan/preferensi Terhadap Buah dan Sayur) dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...101

a. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur 101 b. Hubungan antara kesukaan/preferensi Terhadap Buah dan Sayur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...103

3. Hubungan antara Faktor Lingkungan (Uang Jajan, Ketersediaan Buah dan Sayur di Rumah dan Pengaruh Orangtua) dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...106

a. Hubungan antara Uang Jajan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ....106

b. Hubungan antara Ketersediaan Buah dan Sayur di rumah dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur ...108


(14)

c. Hubungan antara Pengaruh Orangtua dengan Perilaku Konsumsi Buah dan

Sayur ...110

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN...114

A. Simpulan ...114

B. Saran ...114

DAFTAR PUSTAKA ...116

LAMPIRAN ... xviii

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... xix

Lampiran 2 Lembar FFQ ...xxv

Lampiran 3 Output Hasil Uji Validtas dan Reabilitas Kuesioner ... xxvi

Lampiran 4 Output Hasil Penelitian (Kuesioner)... xxxii Lampiran 5 Output Hasil Penelitian (FFQ) ... lii


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Dependen ...52

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Independen ...53

Tabel 4.1 Perhitungan Besar Sampel Minimum ...58

Tabel 4.2 Perhitungan Proporsi Sampel Pada Setiap Kelas ...59

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner ...71

Tabel 4.4 Hasil Uji Reabilitas Kuesioner ...73

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Kelamin ...78

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...79

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Niat Mengonsumsi Buah dan Sayur Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...79

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...80

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesukaan/Preferensi Terhadap Buah dan Sayur Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...81

Tabel 5.6 Distribusi Gambaran Kesukaan/Preferensi Terhadap Buah Pada Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...82

Tabel 5.7 Distribusi Gambaran Kesukaan/Preferensi Terhadap Sayur Pada Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...83

Tabel 5.8 Distribusi Gambaran Uang Jajan Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...85

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Buah dan Sayur di rumah Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...86

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengaruh Orangtua Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...87

Tabel 5.11 Analisis Hubungan antara Niat Mengonsumsi Buah dan Sayur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...88

Tabel 5.12 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...88


(16)

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Kesukaan/Preferensi Terhadap Buah dan Sayur dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...89 Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Uang Jajan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...91 Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Ketersediaan Buah dan Sayur Dirumah dengan Perilaku

Konsumsi Buah dan Sayur Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat Tahun 2015 ...92 Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Pengaruh Orangtua dengan Perilaku Konsumsi Buah


(17)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991) ...36 Bagan 2.2 Kerangka Theory of Planned Behavior Mengkonsumsi Buah dan Sayur...46 Bagan 2.3 Kerangka Teori Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Buah dan Sayur Pada

Anak-anak dan Remaja Menurut Ramussen et al., (2006) ...47 Bagan 2.4 Kerangka Teori Modifikasi Ajzen (1991) dan Ramussen et al., (2006) ...48 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ...51


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang ...24 Gambar 5.1 Distribusi Jenis Buah yang Paling Disukai Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127

Jakarta Barat Tahun 2015 ...82 Gambar 5.2 Distribusi Jenis Sayur yang Paling Disukai Siswa Kelas VIII dan IX SMPN 127


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengonsumsi suatu jenis makanan tertentu merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Mengonsumsi makanan yang memiliki zat gizi sesuai dengan kebutuhan tubuh akan berpengaruh terhadap status gizi seseorang sehingga pada akhirnya dalam proses kehidupan, tubuh akan terpelihara dan akan ada perbaikan sel-sel tubuh serta mengoptimalkan proses pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004).

Pangan atau makanan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia (Saparinto dan Diana, 2006). Selain menyehatkan bagi tubuh, pangan juga berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh atau pemelihara dan memperbaiki bagian-bagian yang rusak, memberi tenaga atau energi bagi tubuh saat istirahat dan beraktivitas (Atmojo, 2007). Pentingnya makanan bagi tubuh membuat manusia harus benar-benar memperhatikan pola makan sehari-hari agar tetap sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit (Sekarindah, 2008).

Kurang mengonsumsi buah dan sayur merupakan perilaku makan yang dapat merugikan bagi kesehatan. Jika seseorang mengalami kurang konsumsi buah dan sayur maka seseorang tersebut akan mengalami kekurangan nutrisi seperti vitamin, mineral, serat dan zat gizi lainnya. Buah-buahan dan sayuran segar juga mengandung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Komponen gizi dan komponen aktif non-nutrisi yang terkandung dalam buah dan sayur berguna sebagai


(20)

antioksidan untuk membebaskan radikal bebas, antikanker dan menetralkan kolesterol jahat (Khomsan, dkk., 2008).

Kemudian, kurang konsumsi buah dan sayur juga bisa berdampak bagi kesehatan seperti menimbulkan gangguan penglihatan, meningkatkan kolesterol darah, risiko kegemukan, kanker kolon, sembelit dan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh (Ruwaidah, 2007). Selain itu, dampak kesehatan lainnya jika tubuh kekurangan konsumsi buah dan sayur tubuh akan berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, diabetes, hipertensi dan obesitas (Krueger, et al., 2007).

Pada umumnya buah dan sayuran memiliki kandungan yang rendah energi dan tinggi akan serat, vitamin dan mineral (Soenardi, 2005). Selain itu, buah dan sayur merupakan sumber karbohidrat kompleks yang mengenyangkan. Walaupun memiliki kandungan kalori yang rendah, konsumsi buah dan sayur memberi kepuasan bagi tubuh karena kekayaan nutrisi yang dimilikinya. Salah satu cara untuk mengurangi dampak buruk dari kelebihan sodium adalah dengan mengonsumsi buah dan sayur. Hal tersebut dikarenakan, konsumsi buah dan sayuran akan menyeimbangkan elektrolit tubuh (Lingga, 2012).

Konsumsi buah dan sayur sangat penting dalam pola makan seimbang, hal ini dikarenakan buah dan sayur mengandung vitamin dan mineral, serat makanan, dan zat-zat phytochemical yang diperlukan tubuh. Tanpa vitamin dan mineral, proses pemanfaatan zat gizi yang dikonsumsi tidak dapat optimal. Tanpa serat makanan, buang air besar tidak lancer. Zat Phytochemical antara lain merupakan antioksidan yang sangat penting untuk tubuh DNA mempunyai pengaruh untuk kesehatan (Rozaline, 2010).


(21)

Konsumsi buah dan sayur di berbagai negara masih belum memenuhi rekomendasi yang diberikan oleh World Health Organization (WHO) atau rekomendasi dari negaranya sendiri (Annur, 2014). WHO merekomendasikan konsumsi sayur dan buah untuk remaja sebanyak 400 – 600 gram per orang per hari untuk mencegah terjadinya penyakit kronis (WHO, 2003). Kurang lebih setiap porsi buah dan sayur memiliki berat 80 gram. Selain itu, berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (2014), anjuran mengonsumsi buah dan sayur di Indonesia sebesar 3-5 porsi sayur atau setara dengan 250 gram sayur dan 2-3 porsi buah atau setara dengan 150 gram buah.

Masih rendahnya perilaku konsumsi buah dan sayur di dunia dapat dilihat dari berbagai penelitian tentang konsumsi buah dan sayur di beberapa negara Eropa seperti di Norwegia yang diketahui kesediaan buah dan sayurnya rendah didapatkan sebesar 93% dari seluruh populasinya kurang mengonsumsi buah dan sayur yang telah direkomendasikan WHO. Selain itu, di Skotlandia yaitu salah satu negara yang diketahui kesediaan buah dan sayurnya cukup tinggi didapatkan sebesar 56% dari seluruh populasinya kurang mengonsumsi buah dan sayur yang telah ditetapkan WHO (Naska, 2000). Sedangkan, di Indonesia sendiri diketahui masuk dalam kategori negara dengan tingkat konsumsi buah dan sayur yang paling rendah, padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akan buah dan sayur (Putri, 2011).

Selain itu, berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2013 perilaku kurang konsumsi buah dan sayur yang diukur berdasarkan individu yang biasa mengonsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu pada anak-anak usia diatas 10 tahun, di Indonesia diketahui bahwa tidak terjadi perubahan yang berarti di tahun 2007 dan 2013 yaitu dari 93,6% pada tahun 2007 dan hanya turun 0,1% atau menjadi 93,5% di tahun


(22)

2013. Kemudian, menurut data survei konsumsi makanan individu Indonesia tahun 2014 diketahui rata-rata konsumsi sayur dan olahannya pada penduduk Indonesia kelompok umur 13-18 tahun sebesar 45,8 gram per orang per hari serta rata-rata konsumsi buah dan olahannya pada penduduk Indonesia kelompok umur 13-18 tahun sebesar 25,2 gram per orang per hari (Balitbangkes, 2014). Angka tersebut masih jauh dari anjuran konsumsi buah dan sayur di Indonesia yang seharusnya yaitu sebanyak 200-300 gram buah per orang per hari dan 150-200 gram sayur per orang per hari (Almatsier, 2004). Rendahnya konsumsi kedua sumber serat tersebut menjadikannya masuk ke dalam 10 besar faktor penyebab kematian di dunia (Parhati,2011).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup tinggi. Berdasarkan data statistik kependudukan, jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 diketahui sebanyak 237,6 juta jiwa dan 26,67% diantaranya adalah remaja (10-19 tahun), jumlah tersebut lebih besar dibanding kelompok bayi dan anak-anak, dewasa, serta lanjut usia. Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu mendapatkan perhatian serius karena remaja termasuk dalam usia sekolah dan sangat beresiko terhadap masalah kesehatan (BKKBN, 2011).

Masa remaja adalah tahap perkembangan yang penting dalam kehidupan seorang manusia (Adisti, 2010). Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang paling rentan setelah ibu hamil dan balita jika kurang mengonsumsi buah dan sayur (Arisman, 2009). Remaja juga merupakan masa anak yang mengalami pertumbuhan cepat dan pesat sehingga membutuhkan nutrisi tinggi (Susianto, 2010). Biasanya remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya seperti keluarga, sekolah dan teman sebaya yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan termasuk jenis makanan yang dikonsumsi


(23)

(Wulansari, 2009). Memperhatikan pola makan pada saat remaja sangatlah penting karena budaya dan pengalaman pada masa remaja akan menentukan masa dewasa seseorang (Santrock, 2003).

DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan prevalensi penduduknya diatas prevalensi nasional (Lestari, 2012). Dalam segi konsumsi buah dan sayur, DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi yang tingkat kurang konsumsi buah dan sayur di atas usia 10 tahun mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2013 (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tentang konsumsi sayuran dan buah-buahan perkapita perhari menurut Provinsi Kota-Desa Tahun 2007, DKI Jakarta menempati urutan terendah dengan konsumsi sebesar 71,56 kkal/hari (Aswatini, dkk, 2008). Selain itu menurut data Riskesdas tahun 2013, Provinsi DKI Jakarta memiliki proporsi konsumsi buah dan sayur pada remaja awal lebih rendah dari persentase nasional, yakni hanya sebesar 5%. Kemudian, wilayah Kotamadya Jakarta Barat merupakan wilayah tertinggi kedua yang memiliki proporsi konsumsi buah dan sayur yang kurang dari anjuran (Riskesdas DKI Jakarta, 2013).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi makan seseorang. Menurut Ajzen (1985) dalam teorinya (Theory of Planned Behavior) mengungkapkan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh niat. Niat dalam perilaku selain dipengaruhi oleh variabel sikap (attitude toward behavior) dan norma subjektif (subjective norms), serta dipengaruhi juga oleh variabel pengendali dalam berperilaku (perceived behavioral control). Dalam studi literatur yang disusun oleh peneliti Jennifer Klama (2013), ditemukan bahwa terdapat tujuh penelitian yang menyatakan niat memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja.


(24)

Ketujuh penelitian tersebut terdiri dari penelitian Blanchard Fisher et al., (2009); Blanchard Kupperman et al., (2009); Bogers et al., (2004); Collins & Mullan (2011); Povey et al., (2000); Godin et al., (2010) dan Kittinger et al., (2008).

Selain itu, perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor umur, jenis kelamin, preferensi/kesukaan terhadap buah dan sayur, latar belakang budaya, uang jajan, ketersediaan buah dan sayur di rumah dan pengaruh orang tua (Ramussen et al.,2006). Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dan kecukupan gizi individu (Wulansari, 2009).

Menurut Ramussen et al., (2006), anak-anak dan remaja perempuan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja. Hal ini selaras dengan penelitian Baker dan Wardle (2003) dalam Farisa (2012), ditemukan bahwa perempuan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak, walaupun mengonsumsi dengan porsi yang lebih kecil.

Pada penelitian Neumark-Sztainer et al. (2003), menemukan bahwa kesukaan/preferensi buah dan sayur memiliki hubungan secara langsung terhadap konsumsi buah dan sayur pada remaja. Hal yang sama juga disampaikan Ramussen et al., (2006), yaitu hampir di seluruh Negara beranggapan bahwa rasa dan kesukaan terhadap suatu makanan sangatlah penting hubungannya dengan perilaku konsumsi seseorang tidak terkecuali konsumsi buah dan sayur.

Pada penelitian Young, Fors dan Hayes (2004), menemukan bahwa apa yang orangtua makan di depan anaknya akan mempengaruhi pola makan sang anak. Hal selaras juga dinyatakan Pearson et al (2009), anak-anak akan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak bila orangtua juga suka mengonsumsi buah dan sayur dengan baik.


(25)

Hal tersebut dikarenakan perilaku orang dewasa dalam mengonsumsi buah dan sayur akan mendorong anak-anaknya melakukan hal yang sama.

Penghasilan keluarga yang dilihat berdasarkan uang jajan anak juga memengaruhi konsumsi buah dan sayur. Pada penelitian Zenk (2005) dalam Ramussen et al., (2006), ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan keluarga dengan perilaku konsumsi individu, yaitu seseorang yang memiliki pendapatan dan status ekonomi tinggi cenderung akan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak.

Berdasarkan data-data di atas peneliti beranggapan bahwa hubungan antara niat untuk berperilaku menurut theory of planned behavior dan faktor lain seperti umur, jenis kelamin, kesukaan terhadap buah dan sayur, pengaruh orang tua dan uang jajan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja merupakan hal yang penting untuk diteliti.

Menurut Story et al., (2002), remaja awal berada pada usia antara 11 – 14 tahun. Siswa SMP memiliki usia yang berada pada rentang tersebut. Pemilihan SMP Negeri 127 Jakarta Barat dijadikan sebagai tempat untuk penelitian dikarenakan pertama, SMP Negeri 127 Jakarta Barat memiliki mata pelajaran pendidikan kesehatan jasmani yang mengharuskan siswa/i nya membawa dan mengonsumsi buah dan sayur disekolah. Kedua, belum adanya penelitian terkait perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa SMP di wilayah Jakarta Barat. Ketiga, berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 siswa yang dipilih secara acak di SMPN 127 Jakarta Barat didapatkan bahwa siswa kurang mengonsumsi buah dari rekomendasi sebesar 80% dan kurang mengonsumsi sayur sebesar 73,4% dengan rata-rata porsi konsumsi buah dan sayur yang masing-masing hanya sebesar 1,5 porsi per orang per hari. Kategori cukup jika konsumsi


(26)

buah 2-3 porsi dan sayur 3-5 porsi per orang per hari. Oleh karena itu, peneliti beranggapan perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Menurut data Riskesdas tahun 2013, DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi yang tingkat kurang konsumsi buah dan sayur di atas usia 10 tahun mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2013 yaitu dari 94,5% menjadi 95%. Selain itu, menurut data Riskesdas Provinsi DKI Jakarta tahun 2013diketahui Kotamadya Jakarta Barat merupakan wilayah tertinggi kedua yang memiliki proporsi konsumsi buah dan sayur yang kurang dari anjuran. Kurang mengonsumsi buah dan sayur bisa berdampak bagi kesehatan seperti menimbulkan gangguan penglihatan, meningkatkan kolesterol darah, risiko kegemukan, kanker kolon, sembelit serta dapat berisiko terkena berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, stroke, diabetes, hipertensi dan obesitas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 siswa yang dipilih secara acak di SMPN 127 Jakarta Barat didapatkan bahwa siswa kurang mengonsumsi buah dari rekomendasi sebesar 80% dan kurang mengonsumsi sayur sebesar 73,4% dengan rata-rata porsi konsumsi buah dan sayur yang masing-masing hanya sebesar 1,5 porsi per orang per hari. Kategori cukup jika konsumsi buah 2-3 porsi dan sayur 3-5 porsi per orang per hari. Oleh karena itu, peneliti beranggapan perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.


(27)

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015?

2. Bagaimana gambaran niat yang dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian dalam berperilaku dalam mengonsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran faktor karakteristik individu (jenis kelamin dan kesukaan/preferensi) dalam mengonsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran faktor lingkungan (uang jajan, ketersediaan buah dan sayur di rumah dan pengaruh orangtua dalam mengonsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015?

5. Apakah ada hubungan antara niat yang dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian dalam berperilaku dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015?

6. Apakah ada hubungan antara faktor karakteristik individu (jenis kelamin dan kesukaan/preferensi terhadap buah dan sayur) dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015?

7. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan (uang jajan, ketersediaan buah dan sayur dirumah dan pengaruh orangtua) dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015?


(28)

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahuinya gambaran perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.

b) Diketahuinya gambaran niat dalam berperilaku mengonsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.

c) Diketahuinya gambaran faktor karakteristik individu (jenis kelamin dan kesukaan/preferensi) dalam mengonsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.

d) Diketahuinya gambaran faktor lingkungan (uang jajan, ketersediaan buah dan sayur di rumah dan pengaruh orangtua dalam mengonsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.

e) Diketahuinya hubungan antara niat yang dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian dalam berperilaku dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.


(29)

f) Diketahuinya hubungan antara faktor karakteristik individu (jenis kelamin dan kesukaan/preferensi terhadap buah dan sayur) dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.

g) Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (uang jajan, ketersediaan buah dan sayur dirumah dan pengaruh orangtua) dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa kelas VIII dan IX di SMPN 127 Jakarta Barat tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang gambaran perilaku konsumsi buh dan sayur remaja dan memberikan informasi kesehatan khususnya di bidang gizi remaja.

2. Manfaat Bagi SMPN 127 Jakarta Barat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk mengetahui gambaran dan faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur siswa serta dapat dijadikan masukan untuk menerapkan kebijakan hidup sehat para siswa di sekolah.


(30)

3. Manfaat Bagi Peneliti Lain

Memberikan informasi dan dapat dijadiakan acuan untuk pengembangan penelitian berikutnya.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi semester VII Peminatan Gizi Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 127 Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-September 2015 dengan menggunakan sampel kelas VIII dan IX sebanyak 165 siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa SMP Negeri 127 Jakarta Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang atau cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan kuesioner. Sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini adalah lembar absensi siswa serta profil sekolah SMP Negeri 127 Jakarta Barat.


(31)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsumsi Buah dan Sayur

Konsumsi adalah pemakaian barang hasil produksi (bahan pakaian, makanan, dsb), barang-barang yang langsung memenuhi keperluan hidup kita (KBBI, 2010). Konsumsi sayuran dan buah-buahan berarti memakai hasil produksi yang berupa sayuran atau buah-buahan guna memenuhi keperluan hidup. Sayuran dan buah-buahan sering dikelompokkan dalam komoditi hortikultural, komoditi tersebut relatif kaya akan berbagai zat gizi, serta rendah dalam energi tetapi tinggi kadar seratnya, mineral dan vitamin. Karena alasan tersebut komoditi tersebut merupakan komponen yang sangat berguna, dalam tercapainya keseimbangan pangan dan gizi masyarakat (Winarno, 2002).

Disamping itu, sedemikian jauh belum dapat diungkapkan secara pasti hubungan antara dosis dan respon konsumsi serat dan penyakit, nampaknya ada kepastian yang konsisten dalam kenyataan bahwa sayuran dan buah-buahan memiliki peranan penting sebagai pelindung dalam pencegahan terjadinya dan pertumbuhan kanker. Masih belum jelas apakah pengaruhnya terhadap terjadinya kanker berdasarkan adanya peran zat gizi seperti misalnya vitamin E, vitamin C dan beta karoten yang terlibat dalam meredam radikal bebas dalam tubuh atau ada komponen lain dari komoditi holtikultura tersebut yang emang benar-benar memiliki efek yang kuat terhadap pencegahan kanker. Data yang tersedia menyatakan bahwa energi yang tersedia dari sumber sayuran dan


(32)

buah-buahan setara dengan 200/g/orang/hari atau sekitar 4,5% dari total suplai energi dianggap cukup (Winarno 2002).

1. Penilaian Perilaku Konsumsi

Penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Akan tetapi hasil penilaian konsumsi makanan hanya dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang. Hal ini karena penilaian konsumsi tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung.

Menurut Gibson (2005), secara umum penilaian konsumsi dapat mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga bahkan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Penilaian konsumsi dapat dibagi menjadi dua jenis metode, metode kualitatif dan kuantitatif. Selain bisa dibagi berdasarkan metode kuantitatif dan kualitatif, penilaian konsumsi bisa dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu tingkat nasional, rumah tangga dan individu. Berikut beberapa metode penilaian konsumsi secara kuantitatif untuk tingkat individu.

Menurut Gibson (2005), penilaian konsumsi makanan seseorang dibagi menjadi beberapa metode, diantaranya :

a) Metode Food Recall 24 jam


(33)

dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi dalam periode 24 jam yang lalu. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall24 jam data yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain). Jika pengukuran dilakukan hanya satu kali (1 x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan individu. Oleh karena itu, recal 24 sebaiknya dilakukan berulang-ulang dengan hari yang tidak berturut-turut. Akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recal 24 jam tanpa berturut-turut, mampu menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang asupan harian individu.

b) Estimated Food Records

Metode ini disbeut juga “food record” atau “diary record”, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam URT (Ukuran Rumah Tangga) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2- 4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu akan tetapi penggunaan metode cenderung lebih membebani


(34)

responden sehingga bisa membuat responden merubah kebiasaan makanannya terlebih dibutuhkan kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperikirakan jumlah yang dikonsumsi.

c) Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Perlu diperhatikan, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi. Meski pada umumnya data yang diperoleh lebih akurat jika menggunakan metode ini, namun dalam pelaksanaannya memerlukan waktu dan uang yang lebih besar, terlebih dibutuhkan kerjasama yang baik dengan responden.

d) Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Food Frequency Questionnaire (FFQ) telah banyak digunakan dalam berbagai studi epidemiologi. Lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ) memiliki dua bagian utama, yaitu daftar nama makanan atau kelompok makanan tertentu dan urutan waktu konsumsi responden yang biasanya berada dalam rentan waktu tertentu. Pilihan urutan waktu konsumsi dalam FFQ biasanya bersifat umum, misalnya sering, kadang-kadang dan tidak pernah dan bisa juga digambarkan


(35)

dengan hitungan hari yang lebih spesifik seperti dalam rentan waktu mingguan ataupun bulanan.

Food Frequency Questionnaire (FFQ) ada yang bersifat kualitatif dan semi kuantitatif. Lembar FFQ kualitatif berisikan daftar nama makanan atau kelompok makanan dan pilihan waktu konsumsi responden yang dapat dilihat dengan keterangan sering, kadang-kadang dan tidak pernah ataupun hitungan hari. Sedangkan FFQ semi kuantitatif adalah lembar FFQ kualitatif yang ditambahkan dengan ukuran rumah tangga atau jumlah per jenis makanan sehingga dapat dihitung asupan per zat gizi nya.

2. Buah dan Sayur

Buah dan sayur merupakan bahan pangan utama dalam kehidupan kita sehari hari, selain ikan, daging, kacang-kacangan, dan sumber karbohidrat seperti nasi, kentang, roti dll. Sejak tahun 80-an, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengingatkan untuk back to nature (kembali ke alam) karena buah dan sayur merupakan sumber vitamin, mineral dan zat non-gizi lain yang sangat ideal untuk menjaga kebugaran dan penanggulangan penyakit. Besarnya manfaat buah-buahan dan sayuran segar sebagai sumber vitamin dan mineral telah banyak diketahui. Kandungan gizi yang cukup menonjol pada buah-buahan dan sayuran adalah vitamin dan mineral (Surahman dan Darmajana 2004).


(36)

a) Definisi Buah

Buah adalah bagian dari tanaman yang strukturnya mengelilingi biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri. Buah-buahan merupakan sumber vitamin (terutama vitamin C dan Karotin atau provitamin A) dan mineral (seperti zat kalsium, zat pospor dan lainnya) dalam jumlah kecil. Serat banyak terdapat pada buah-buahan di bagian kulitnya. Jadi, bila buah yang dapat dimakan dengan kulitnya, dianjurkan tidak perlu dikupas, hanya dicuci sampai bersih (Sediaoetama, 2004).

Setiap buah mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang berbeda. Misalnya belimbing, durian, jambu, jeruk, manga, melon, papaya, rambutan, sawo dan sirsak merupakan kebiasaan buah yang mengandung vitamin C relatif tinggi dibandingkan buah lainnya. Sedangkan jambu biji, manga matang, pisang raja dan nangka merupakan sumber provitamin A yang sangat tinggi (Astawan, 2008).

Buah-buahan dapat dikelompokkan sebagai berikut : (Radha dan Matthew 2007)

a. Buah di iklim sedang,misalnya : apel, pir, almond, walnut.

b. Buah di daerah tropis, misalnya : mangga, pisang, papaya, jambu biji merah, jeruk.


(37)

b) Definisi Sayur

Sayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Bagian tumbuhan yang dapat dibuat sayur antara lain daun (sebagian besar sayur adalah daun), batang (wortel adalah umbi batang), bunga (jantung pisang), buah muda (labu), sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Sediaoetomo, 2004).

Menurut Astawan (2008) sayuran dapat dikelompokan sebagai berikut :

1) Jenis sayuran daun, misalnya daun bayam, kangkung, daun singkong, lembayung, katuk, genjer, sawi, kenikir, daun ubi, daun jambu mete dan tespong.

2) Jenis sayuran buah, misalnya terong, labu siam, tomat, pare, labu air dan pare welut.

3) Jenis sayuran bunga, misalnya kembang kol, bunga pisang (jantung pisang), bunga papaya, bunga sedap malam, bunga turi, brokoli 4) Jenis sayuran kacang muda, misalnya kacang panjang, buncis,

kapri, kara dan kecipir. Disebut kacang muda karena dipetik dan digunakan masih muda. Bila dibiarkan sampai tua dan kering biijinya yang digunakan. Biji yang tua ini termasuk kacang-kacangan yang mengandung zat protein nabati.


(38)

5) Jenis sayuran tunas, misalnya taoge dan rebung. Taoge dibuat dari kacang-kacangan yang ditumbuhkan. Macam taoge yang sering digunakan untuk hidangan sayuran, misalnya taoge kacang hijau. c) Manfaat Buah dan Sayur Bagi Tubuh

Buah dan sayuran memiliki banyak manfaat yang baik bagi kesehatan. Dari segi kesehatan, sayuran memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Mengonsumsi sayuran sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan gizi, berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, serta bermanfaat untuk perawatan kecantikan. Manfaat buah dan sayur adalah sebagai berikut :(Rukmana 2005)

1) Sayuran dapat membuat awet muda dan selalu segar ; 2) Memperbaiki pencernaan makanan ;

3) Merangsang nafsu makan ;

4) Mengaktifkan kelenjar ludah, pankreas dan hati ; 5) Merangsang pengeluaran cairan lambung, serta ; 6) Membantu proses pencernaan daging, ikan dan lemak.

Selain itu, menurut Khomsan, dkk (2008), buah dan sayur mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Ada dua alasan utama yang membuat konsumsi buah dan sayur penting untuk kesehatan, yaitu :

a) Buah dan sayur sangat kaya akan kandungan vitamin, mineral dan zat gizi lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Tanpa mengonsumsi buah dan sayur, maka kebutuhan gizi seperti


(39)

vitamin C, vitamin A, potassium dan folat kurang terpenuhi. Oleh karena itu, buah dan sayur merupakan sumber makanan yang baik dan menyehatkan.

b) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi tinggi buah dan sayur dapat menurunkan insiden terkena penyakit kronis. Salah satu studi epidemiologi yang mengkaji secara umum terhadap perilaku sekelompok masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat Cina, Jepang dan Korea lebih sedikit terkena kanker dan penyakit jantung coroner dibandingkan masyarakat Eropa dan Amerika. Hal ini disebabkan karena masyarakat Korea, Jepang dan Cina dikenal sangat suka mengonsumsi sayuran dan buah-buahan lebih banyak dari Negara Eropa dan Amerika.

c) Buah-buahan dan sayuran segar juga mengandung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Komponen gizi dan komponen aktif non-nutrisi yang terkandung dalam buah dan sayur berguna sebagai antioksidan untuk membebaskan radikal bebas, antikanker dan menetralkan kolesterol jahat.

d) Dampak Kurang Konsumsi Buah dan Sayur Bagi Tubuh

Menurut para ahli, makanan berserat dapat mengurangi risiko penyakit degeneratif yang salah satunya adalah penyakit stroke dan saluran pencernaan lainnya. Di negara berkembang dimana dalam jumlah


(40)

total pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun atau naik 14 juta jiwa dari 38 juta jiwa karena penyakit degeneratif. Salah satu faktor pemicu penyakit stroke adalah kurangnya konsumsi buah dan sayur (Yatim, 2005).

Buah-buahan dan sayuran memiliki manfaat bagi penderita stroke. Kekayaan mineral yang dimiliki kedua jenis pangan nabati tersebut juga bermanfaat untuk menjaga kestabilan tekanan darah. Konsumsi buah dan sayuran akan menyeimbangkan elektrolit tubuh, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran sudah cukup untuk mengatasi kelebihan sodium pada penderita hipertensi. Buah dan sayuran merupakan sumber karbohidrat kompleks yang mengenayangkan. Walaupun memiliki kandungan kalori yang rendah, konsumsi buah dan sayuran memberi kepuasan bagi tubuh karena kekayaan nutrisi yang dimilikinya (Lingga 2012).

Selain itu, beberapa dampak apabila seseorang kurang mengonsumsi buah dan sayur menurut Ruwaidah (2007), antara lain :

1) Meningkatkan kolesterol darah 2) Gangguan penglihatan/mata 3) Menurunkan kekebalan tubuh 4) Meningkatkan risiko kegemukkan 5) Meningkatkan risiko kanker kolon 6) Meningkatkan risiko sembelit.


(41)

e) Anjuran Kebutuhan Buah dan Sayur

WHO menganjurkan konsumsi sayur dan buah untuk hidup sehat sejumlah 400 gr per orang per hari, yang terdiri dari 250 gram sayur dan 150 gram buah. Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayur dan buah 300-400 gram per orang per hari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 gram per orang per hari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah konsumsi sayur dan buah tersebut adalah porsi sayur. Menurut WHO/FAO (2003), yang dimaksud dengan 1 porsi sayur adalah 1 mangkok sayur segar atau ½ mangkok sayur masak dan 1 porsi buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1 mangkok buah irisan. Konsumsi buah dan sayur dianggap „cukup‟ apabila asupan buah dan sayur 5 porsi atau lebih per hari. Sedangkan yang dianggap „kurang‟ apabila asupan buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari.

Sedangkan di Indonesia menurut rekomendasi Pedoman Gizi Seimbang, UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, masyarakat Indonesia dianjurkan mengonsumsi 3-5 porsi sayur yaitu sebanyak 150-200 gram atau 1 ½ - 2 mangkok sayuran sehari sedangkan untuk buah dianjurkan masyarakat mengonsumsi 2-3 porsi buah per hari yaitu sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong porsi sehari berupa papaya atau buah lain (Kemenkes, 2014).


(42)

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang Sumber Gambar : Kemenkes RI, 2014

Konsumsi buah dan sayur harus cukup, tidak boleh kurang ataupun berlebihan sebab jika kekurangan ataupun kelebihan dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Kekurangan buah dan sayur dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat gizi seperti vitamin dan mineral yang bermanfaat dan dibutuhkan tubuh. Sedangkan jika tubuh kelebihan buah dan sayur dapat berakibat membebani kerja ginjal (Khomsan, 2003).

B. Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Menurut WHO (2007), batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Selain itu menurut Story et al., (2002), seseorang dikatakan remaja jika ia berusia 11 sampai 21


(43)

tahun. Namun, jika pada saat remaja seseorang tersebut sudah menikah , maka ia tergolong dewasa bukan lagi remaja (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Remaja terbagi menjadi tiga tahap usia. Remaja awal, usia 11 sampai 14 tahun adalah dimana remaja mengalami pubertas dan perubahan kognitif. Selanjutnya remaja tengah, usia 15-17 tahun adalah dimana remaja mengalami peningkatan kemandirian dan melakukan berbagai eksperimen. Kemudian terakhir yaitu remaja akhir, usia 18 sampai 21 tahun adalah dimana remaja mulai membuat keputusannya sendiri (Story et al., 2002).

Selain itu menurut Yunus (2010), masa remaja diperinci menjadi beberapa masa yaitu:

1. Masa praremaja (remaja awal)

Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relative singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga sering kali masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik dan sebagainya.

2. Masa remaja (remaja madya)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja.


(44)

3. Masa remaja akhir

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.

Masa remaja adalah tahap perkembangan yang penting dalam kehidupan seorang manusia (Adisti, 2010). Selain itu, remaja merupakan kelompok yang positif dan produktif karena pada saat remaja seseorang memiliki vitalitas, energi dan semangat yang luar biasa sehingga bisa dikembangkan untuk hal yang positif (Surbakti, 2009). Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Efendi dan Makhfudli, 2009).

Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkhohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi (Arisman, 2009).

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Pada Remaja

Berdasarkan penelitian-penelitian kuantitatif terdahulu terkait konsumsi buah dan sayur ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan teori Ramussen et


(45)

al.,(2006) diketahui bahwa karakteristik individu dan lingkungan memiliki hubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak dan remaja. Faktor karakteristik individu yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur meliputi umur, jenis kelamin dan kesukaan/preferensi. Sedangkan faktor lingkungan yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur meliputi uang jajan, latar belakang budaya, ketersediaan buah dan sayur di rumah dan pengaruh orangtua. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur yang dikelompokkan berdasarkan faktor karakteristik individu dan faktor lingkungan:

1. Karakteristik Individu a) Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dan kecukupan gizi individu (Wulansari, 2009). Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut (Arisman, 2009). Kebutuhan remaja terkait konsumsi buah dan sayur sebaiknya tercukupi, karena buah dan sayur sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral serta penetral kadar kolesterol darah terutama yang berasal dari pangan hewani. Dengan konsumsi buah dan sayur, kadar kolesterol dapat terkontrol.

Berdasarkan buku Studi Diet Total Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia tahun 2014 ditemukan bahwa rata-rata konsumsi buah dan sayur pada kelompok umur remaja hanya sebesar 25,2 dan 45,8 gram per orang per hari, angka tersebut masih jauh dari anjuran rekomendasi Pedoman Gizi Seimbang, UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, masyarakat Indonesia dianjurkan mengonsumsi


(46)

buah 2-3 porsi buah sebanyak 200-300 gram sehari dan sayur 3-5 porsi sayur sebanyak 150-200 gram sehari. Oleh karena itu, semua golongan umur membutuhkan konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup, khususnya remaja (Farida, 2010).

b) Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada anak-anak dan remaja (Ramussen et al., 2006). Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku makan seseorang. Jenis kelamin turut mempengaruhi kebiasaan dan perilaku makan karena jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan energi (Farisa, 2012). Perbedaan jenis kelamin akan menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan individu satu dengan yang lain cukup berbeda (Lestari, 2012).

Jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada remaja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vilanty (2014), bahwa ada hubungan antara perilaku konsumsi remaja di Surabaya dengan jenis kelamin. Pada penelitian Baker dan Wardle (2003) dalam Farisa (2012), ditemukan perempuan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak, walaupun mengonsumsi dengan porsi yang lebih kecil. Farida (2010), pada penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja. Hal tersebut dikarenakan, secara umum remaja laki-laki lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori namun lebih sedikit mengonsumsi buah dan sayur


(47)

dibandingkan remaja perempuan. Hal tersebut selaras dengan pendapat Ramussen et al., (2006), bahwa anak-anak dan remaja perempuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi buah dan sayur. Selain itu, di Georgia, didapatkan perempuan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak,dari pada laki-laki dan berdasarkan uji statistik pula diketahui bahwa jenis kelamin berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur (Reynolds et al., 2004).

c) Kesukaan/Preferensi Terhadap Buah dan Sayur

Kesukaan/preferensi makanan merupakan tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya terhadap suatu jenis makanan (Suharjo, 1989). Hampir di seluruh Negara beranggapan bahwa rasa dan kesukaan terhadap suatu makanan sangatlah penting hubungannya dengan perilaku konsumsi seseorang tidak terkecuali konsumsi buah dan sayur (Ramussen et al., 2006).

Kesukaan/preferensi buah dan sayur memiliki hubungan secara langsung terhadap konsumsi buah dan sayur pada remaja (Neumark-Sztainer et al. 2003). Hal tersebut selaras dengan penelitian Annur (2014), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara preferensi dengan konsumsi buah dan sayur. Hal tersebut dikarenakan, sebagian besar responden menyukai sayuran segar (55,9%).

Kesukaan pada buah berkaitan erat dengan ketersediaan buah dan sayur, baik di rumah maupun di sekolah. Jika ketersediaan buah dan sayur di rumah rendah, pola makan tidak berbeda , preferensi tidak berpengaruh. Sedangkan jika preferensi rendah, tetapi ketersediaan buah dan sayur cukup baik, maka konsumsi


(48)

akan meningkat (Neumark-Sztainer et al. 2003). Hal tersebut selaras dengan Capaldi (1999) dalam Blanchette dan Brug (2005), yang menyatakan bahwa jika ketersediaan buah dan sayur kurang maka paparan buah dan sayur pada anak juga terbatas, sehingga akan mengurangi kesukaan dan preferensi terhadap buah dan sayur dan sebaliknya.

2. Faktor Lingkungan a) Uang Jajan

Krisis ekonomi, sosial dan politik yang terjadi sejak tahun 1997 merupakan akar dari masalah gizi. Krisis tersebut menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. Hal ini menyebabkan menurunnya perilaku konsumsi seseorang dan akhirnya status gizi seseorang mengalami penurunan Aritonang (2002) dalam Ernawati (2006).

Faktor penghasilan keluarga merupakan salah satu faktor dalam perilaku konsumsi buah dan sayur (Ramussen et al., 2006). Berdasarkan penelitian Zenk (2005) dalam Ramussen et al., (2006), ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan keluarga dengan perilaku konsumsi individu, yaitu seseorang yang memiliki pendapatan dan status ekonomi tinggi cenderung akan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak. Penghasilan keluarga memiliki hubungan dengan uang jajan anak. Biasanya apabila penghasilan keluarga besar, maka uang saku anak pun juga akan besar (Farisa, 2012).

Uang saku yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi makanan apa yang dimakan dan frekuensinya (Anzarkusuma dkk, 2004). Keluarga dengan


(49)

pendapatan terbatas cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh. Setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang terjamin, karena dengan uang yang terbatas tidak akan banyak pilihan bahan makanan yang dikonsumsi (Suhardjo, 2006). Peluang bertambahnya uang saku yang diterima remaja dari orangtua diduga semakin besar dengan semakin meningkatnya daya beli dan pendapatan masyarakat di perkotaan (Bahria, 2009).

Remaja yang memiliki uang saku cukup besar, biasanya akan lebih sering mengonsumsi makanan modern yang memiliki gengsi dengan harapan akan diterima di kalangan teman sebaya mereka (Benjamin et al.,2004 dalam Estetika 2007). Hal selaras juga terjadi pada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa remaja yang memiliki uang lebih tidak berpikir agar menggunakan uangnya untuk membeli buah tetapi mereka lebih memilih makanan yang kurang sehat seperti: kue-kue, makanan cepat saji dan keripik (Ramussen et al., 2006).

b) Latar Belakang Budaya

Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip dasar ilmu gizi. Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan atau makanan. misalnya, bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dianggap tabu untuk dikonsumsi karena alasan-alasan tertentu, sehingga akan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu tersebut (Suhardjo, 2006).


(50)

Tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dalam pola konsumsi pada umumnya dipengaruhi oleh kebudayaan atau sikap mengenai suatu makanan, baik mengenai jenis pangan, manfaat, dan bagaimana makanan tersebut dimakan. Kebudayaan suatu bangsa masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan pengetahuan konsumsi makanan menjadi rendah (Supariasa, 2001).

c) Ketersediaan Buah dan Sayur di Rumah

Berdasarkan 15 penelitian di berbagai Negara, diketahui bahwa faktor ketersediaan buah dan sayur di rumah merupakan salah satu faktor utama yang turut mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada anak-anak dan remaja (Ramussen et al., 2006). Buah dan sayur yang tersedia di rumah dipilih dan didapatkan oleh orangtua yang berbelanja. Jenis makanan yang tersedia lebih banyak mempunyai peluang yang lebih besar untuk dikonsumsi, sedangkan jenis makanan yang tidak tersedia tidak akan dikonsumsi orang. Jadi upaya untuk menyediakan lebih banyak buah dan sayuran di rumah dapat meningkatkan konsumsi jenis makanan ini (Reynolds et al., 2004).

Berdasarkan penelitian Farisa (2012), diketahui bahwa sebesar 60,1% responden mengonsumsi buah dan sayur dalam kategori baik lebih banyak terdapat pada responden yang memiliki ketersediaan buah dan sayur yang baik di rumah. Sementara itu, 25% lainnya diketahui mengonsumsi buah dan sayur yang


(51)

baik pula tetapi memiliki ketersediaan buah dan sayur dirumah yang kurang baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rahmawati (2000), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan dengan perilaku makan sayur pada anak. Penelitian Young et al. (2000), dan Cullen et al. (2003) juga mengatakan bahwa ketersediaan buah dan sayur dirumah berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja.

d) Pengaruh Orangtua

Orangtua merupakan sosok yang sangat penting dalam suatu keluarga. Kebiasaan anggota keluarga mengonsumsi nutrisi (terutama pada anak) sangat erat kaitannya dengan kebiasaan orang tua. Kebanyakan anak-anak belajar mengonsumsi buah dan sayur dari anggota keluarganya yang juga suka mengonsumsi buah dan sayur (Ramussen et al,. 2006).

Pada penelitian Young, Fors dan Hayes (2004), menemukan bahwa apa yang orangtua makan di depan anaknya akan mempengaruhi pola makan sang anak. Hal selaras juga dinyatakan Pearson et al. (2009), anak-anak akan mengonsumsi buah dan sayur lebih banyak bila orangtuajuga suka mengonsumsi buah dan sayur dengan baik. Hal tersebut dikarenakan perilaku orang dewasa dalam mengonsumsi buah dan sayur akan mendorong anak-anaknya melakukan hal yang sama. Hal senada juga terdapat pada penelitian Melinda (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara contoh dari orangtua dengan peilaku konsumsi buah dan sayur pada siswa SMPN 28 Jakarta dan SMPN 1 Jakarta. Hal tersebut dikarenakan para orangtua yang suka mengonsumsi


(52)

buah dan sayur dan mendorong anaknya agar melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh orangtuanya.

D. Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

Theory of Planned Behavior atau teori perilaku terencana mengungkapkan bahwa niat merupakan faktor utama dalam melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Dalam Theory of Planned Behavior dijelaskan bahwa niat seseorang berperilaku dipengaruhi oleh variabel sikap (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norms), dan pengendali dalam berperilaku (perceived behavioral control). Menurut Ajzen dan Fishbein, sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari niat berperilaku. Sikap ialah kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan yang berkaitan dengan akibat/konsekuensi atas perilaku yang dimunculkan oleh individu yang bersangkutan (behavioral beliefs) dan ditimbang berdasarkan hasil evaluasi individu terhadap konsekuensi/akibat yang ditimbulkan dari perilaku yang akan dilakukan (outcome evaluation). Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan norma subjektif dan pengendali dalam berperilaku.

Norma subjektif merupakan persepsi/pandangan individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Norma subjektif diartikan pula sebagai hasil dari kepercayaan seseorang tentang apa yang orang lain atau kelompok sosialnya pikir tentang perilakunya, dikombinasikan dengan motivasinya untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial ini. Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir


(53)

bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa orangtua, pasangan, sahabat, dokter dan sebagainya (Fishbein dan Ajzen, 2005).

Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari niat yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku. Menurut Azjen (2006), norma subjektif dibentuk oleh dua hal yang mendasar yaitu : (1) Normative Belief, yaitu kepercayaan atau keyakinan individu bahwa orang lain mengharapkan seorang individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu dan (2) Motivations to comply, yaitu kecenderungan individu untuk menampilkan apa yang menjadi keinginan dan pengharapan orang lain.

Faktor terakhir yang merupakan faktor tambahan yang dikembangkan dari teori sebelumnya (The Theory of Reaction Action) yaitu pengendali dalam berperilaku (perceived behavioral control). Menurut Ajzen (1991), pengendali dalam berperilaku (perceived behavioral control) merupakan keberadaan rasa kebutuhan dan peluang yang berasal dari persepsi individu tentang kemudahan atau kesulitan dalam melakukan suatu tindakan. Faktor ini menjelaskan situasi dimana faktor non-motivasi juga berperan dalam merubah sikap seseorang dalam berperilaku. Faktor non-motivasi yang dimaksud meliputi faktor biaya, kemampuan dan pengetahuan yang dapat mempengaruhi kendali dalam berperilaku seseorang dalam melakukan perilaku (Achmat, 2010).

Perceived Behavioral Control (PBC) menunjuk suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud berada dibawah pengendaliannya. Pengendalian tersebut dapat berupa kepercayaan seseorang terhadap faktor-faktor yang mempermudah atau mempersulit berprilaku (Edberg, 2010).


(54)

Seseorang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi atau niat yang kuat untuk menampikan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui niat. Berdasarkan (bagan 2.1), terlihat adanya garis penuh yang menghubungkan PBC dengan tingkah laku secara tidak langsung melalui perantara niat. Hubungan yang tidak langsung ini setara dengan hubungan dua faktor lainnya dengan tingkah laku. Selain itu ada keistimewaan pada faktor PBC ini, yaitu adanya hubungan secara langsung PBC dengan tingkah laku yang digambarkan dengan garis putus-putus, tanpa melalui niat. Menurut Ajzen (1991), garis putus-putus pada bagan di atas menandakan bahwa hubungan antara perceived behavioral control dengan tingkah laku yang diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara keyakinan yang berasal dari kebiasaan yang dilakukan seperti pengetahuan tentang sesuatu yang akan dilakukan, rasa percaya diri untuk melakukan dan ketersediaan alat yang digunakan untuk melakukan suatu perilaku (actual behavioral control).

Bagan 2.1

Theory of Planned Behavior (Ajzen, 1991)

Intention Behavior Attitude toward

the Behavior

Normative Beliefs

Subjective Norm

Control Beliefs

Perceived Behavioral Control Behavioral


(55)

E. Faktor Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Terhadap Konsumsi Buah dan Sayur

1. Niat Berperilaku Mengonsumsi Buah dan Sayur

Niat merupakan faktor yang paling bisa memprediksi seseorang melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak. Seperti pada umumnya, semakin kuat niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku maka semakin besar pula kemungkinan usaha yang diperbuat . Niat adalah suatu fungsi dari rasa percaya (beliefs) dan atau informasi yang penting mengenai kecenderungan bahwa menampilkan suatu perilaku akan mengarahkan pada suatu hasil yang spesifik. Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif (Ajzen, 1991). Niat seseorang untuk mengonsumsi buah dan sayur dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control dalam mengonsumsi buah dan sayur. Kualitas niat dipengaruhi oleh waktu yang dimiliki seseorang untuk berperilaku. Oleh karenanya, niat bisa berubah oleh waktu. Semakin lama jarak antara niat dan perilaku, semakin besar kecenderungan terjadinya perubahan niat (Achmat, 2010).

Dalam studi literatur yang disusun oleh peneliti Jennifer Klama (2013), ditemukan bahwa terdapat tujuh penelitian yang menyatakan niat memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja. Ketujuh penelitian tersebut terdiri dari penelitian Blanchard Fisher et al., (2009); Blanchard Kupperman et al., (2009); Bogers et al., (2004); Collins & Mullan (2011); Povey et al., (2000); Godin et al., (2010) dan Kittinger et al., (2008). Dari tujuh penelitian diatas, adanya hubungan yang signifikan antara niat dengan


(56)

perilaku konsumsi buah dan sayur pada remaja dinyatakan melalui uji hubungan korelasi antara niat dengan faktor sikap, niat dengan norma subjektif dan niat dengan pengendalian dalam berperilaku. Berbeda dengan penelitian Cox et al., (1998), yang pada penelitiannya menemukan adanya hubungan yang signifikan antara niat dengan perilaku makan yang dinyatakan oleh uji hubungan Chi-Square. Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan uji hubungan Chi-Square dikarenakan peneliti hanya ingin melihat ada tidaknya hubungan antara niat yang dipengaruhi oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian dalam berperilaku dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada responden.

a) Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Sikap menunjukkan status mental seseorang yang digunakan oleh individu untuk menyusun cara mereka mempersepsikan lingkungan mereka dan memberi petunjuk cara meresponnya (Achmat, 2010). Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari niat berperilaku. Selain itu, sikap ialah kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan-kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif (Ajzen dan Fishbein, 2005).

Sikap merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku makan seseorang. Menurut Theory of Planned Behavior, sikap seseorang ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan yang berkaitan dengan akibat/konsekuensi atas perilaku yang dimunculkan oleh individu yang


(57)

bersangkutan (behavioral beliefs) dan ditimbang berdasarkan hasil evaluasi individu terhadap konsekuensi/akibat yang ditimbulkan dari perilaku yang akan dilakukan (outcome evaluation).

Seseorang akan memiliki sikap positif jika seseorang tersebut memiliki keyakinan atau pandangan bahwa buah dan sayur merupakan makanan yang menyehatkan dan memiliki rasa yang lezat sehingga tidak akan merasa mual atau timbul rasa sakit di perut jika memakannya. Sebaliknya, seseorang akan memiliki sikap negatif terhadap buah dan sayur jika seseorang tersebut memiliki keyakinan atau pandangan yang buruk terhadap buah dan sayur seperti beranggapan bahwa buah dan sayur merupakan makanan yang membosankan dan memiliki rasa yang pahit. Selain itu, evaluasi juga turut mempengaruhi sikap seseorang. Misal, adanya evaluasi positif jika seseorang menilai bahwa mengonsumsi buah dan sayur sangat penting bagi kesehatan karena jika seseorang rutin mengonsumsi buah dan sayur akan terhindar dari sembelit dan berbagai penyakit lainnya. Sebaliknya, jika seseorang itu memiliki evaluasi negatif ketika seseorang tersebut menilai sulitnya mendapatkan buah dan sayur dan akan hanya menghabiskan uang saja.

Berdasarkan penelitian Farisa (2012) terhadap siswa SMPN di Depok, ditemukan bahwa konsumsi buah dan sayur yang baik lebih banyak pada responden yang memiliki sikap baik terhadap buah dan sayur, yaitu sebesar 60,1%. Sementara itu, konsumsi buah dan sayur yang baik pada responden yang memiliki sikap kurang baik terhadap buah dan sayur hanya sebanyak 25%. Selain


(58)

itu, berdasarkan uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan konsumsi buah dan sayur.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan Klama et al., (2013) mengenai gambaran konsumsi buah dan sayur dengan menggunakan theory of planned behavior ditemukan bahwa antara faktor sikap dan perilaku konsumsi buah dan sayur memiliki hubungan langsung yang signifikan (r=0,073). Hal ini dikarenakan jika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap asupan buah dan sayur maka seseorang tersebut akan memiliki niat untuk mengonsumsi buah dan sayur tersebut setiap harinya (Kittinger et al., 2008).

b) Norma Subjektif terhadap Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Norma subjektif adalah persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tindakan tersebut. Norma subjektif diartikan pula sebagai hasil dari kepercayaan seseorang tentang apa yang orang lain atau kelompok sosialnya pikir tentang perilakunya, dikombinasikan dengan motivasinya untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial ini. Seorang individu akan berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Misal, seseorang percaya bahwa orang yang dianggap penting seperti orangtua, teman, dan pasangan menginginkan orang tersebut untuk mengonsumsi buah dan sayur ataupun sebaliknya. Kemudian selain rasa percaya dari orang lain, orang ini harus mempunyai motivasi untuk mengikuti apa yang menjadi keinginan orang


(1)

32 2.50 1.94 cukup kurang kurang

33 5.16 1.42 cukup kurang kurang

34 2.28 2.71 cukup kurang kurang

35 1.71 1.86 kurang kurang kurang

36 1.35 2.41 kurang kurang kurang

37 0.86 0.79 kurang kurang kurang

38 1.79 2.28 kurang kurang kurang

39 3.78 2.71 cukup kurang kurang

40 3.42 3.74 cukup cukup cukup

41 2.14 1.43 cukup kurang kurang

42 4.64 4.36 cukup cukup cukup

43 2.56 2.99 cukup kurang kurang

44 0.86 1.85 kurang kurang kurang

45 0.43 0.14 kurang kurang kurang

46 2.14 0.14 cukup kurang kurang

47 3.21 0.00 cukup kurang kurang

48 0.14 0.14 kurang kurang kurang

49 2.00 6.00 cukup cukup cukup

50 1.00 1.43 kurang kurang kurang

51 0.57 0.14 kurang kurang kurang

52 0.71 1.79 kurang kurang kurang

53 0.79 1.00 kurang kurang kurang

54 3.50 0.14 cukup kurang kurang

55 0.71 1.28 kurang kurang kurang

56 6.37 7.21 cukup cukup cukup

57 3.71 4.21 cukup cukup cukup

58 1.85 1.14 kurang kurang kurang

59 0.28 1.00 kurang kurang kurang

60 0.28 0.85 kurang kurang kurang

61 1.57 2.57 kurang kurang kurang

62 1.14 3.14 kurang cukup kurang

63 1.57 1.64 kurang kurang kurang

64 0.43 0.43 kurang kurang kurang

65 0.43 0.43 kurang kurang kurang

66 0.86 1.03 kurang kurang kurang

67 4.21 6.28 cukup cukup cukup

68 2.64 5.49 cukup cukup cukup

69 0.85 1.14 kurang kurang kurang


(2)

liv

Nomor Responden

Hasil FFQ Keterangan

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Porsi Buah Porsi Sayur Porsi Buah Porsi Sayur

71 1.78 0.00 kurang kurang kurang

72 2.57 2.00 cukup kurang kurang

73 2.35 1.00 cukup kurang kurang

74 1.78 0.79 kurang kurang kurang

75 4.07 2.85 cukup kurang kurang

76 2.43 5.43 cukup cukup cukup

77 1.14 1.28 kurang kurang kurang

78 1.57 2.49 kurang kurang kurang

79 2.14 2.00 cukup kurang kurang

80 2.64 0.57 cukup kurang kurang

81 2.21 2.07 cukup kurang kurang

82 1.99 3.35 kurang cukup kurang

83 1.85 2.85 kurang kurang kurang

84 1.42 1.93 kurang kurang kurang

85 1.28 1.28 kurang kurang kurang

86 3.00 2.00 cukup kurang kurang

87 0.28 1.85 kurang kurang kurang

88 0.85 0.28 kurang kurang kurang

89 0.71 0.57 kurang kurang kurang

90 1.64 1.50 kurang kurang kurang

91 0.71 0.71 kurang kurang kurang

92 0.00 0.00 kurang kurang kurang

93 1.93 1.93 kurang kurang kurang

94 0.85 1.14 kurang kurang kurang

95 2.42 4.64 cukup cukup cukup

96 3.21 6.13 cukup cukup cukup

97 1.28 2.07 kurang kurang kurang

98 1.14 0.85 kurang kurang kurang

99 0.85 2.07 kurang kurang kurang

100 1.99 1.85 kurang kurang kurang

101 4.00 3.71 cukup cukup cukup

102 1.71 0.43 kurang kurang kurang

103 3.21 2.36 cukup kurang kurang

104 3.50 3.78 cukup cukup cukup

105 1.71 1.28 kurang kurang kurang

106 1.57 1.28 kurang kurang kurang

107 3.57 6.00 cukup cukup cukup

108 1.14 3.42 kurang cukup kurang


(3)

110 1.78 1.71 kurang kurang kurang

111 1.00 1.93 kurang kurang kurang

112 4.79 3.65 cukup cukup cukup

113 1.14 0.85 kurang kurang kurang

114 1.56 3.22 kurang cukup kurang

115 0.99 1.00 kurang kurang kurang

116 1.14 0.85 kurang kurang kurang

117 1.85 1.85 kurang kurang kurang

118 0.28 1.00 kurang kurang kurang

119 1.71 2.35 kurang kurang kurang

120 0.43 1.14 kurang kurang kurang

121 3.64 6.85 cukup cukup cukup

122 3.79 2.36 cukup kurang kurang

123 2.14 0.43 cukup kurang kurang

124 1.14 1.28 kurang kurang kurang

125 2.57 1.57 cukup kurang kurang

126 1.93 1.64 kurang kurang kurang

127 3.35 0.43 cukup kurang kurang

128 1.50 1.50 kurang kurang kurang

129 0.14 0.14 kurang kurang kurang

130 1.57 0.43 kurang kurang kurang

131 2.57 1.00 cukup kurang kurang

132 1.14 0.28 kurang kurang kurang

133 0.43 0.43 kurang kurang kurang

134 0.99 0.99 kurang kurang kurang

135 0.14 0.57 kurang kurang kurang

136 2.42 2.71 cukup kurang kurang

137 2.71 1.85 cukup kurang kurang

138 0.43 0.28 kurang kurang kurang

139 1.57 2.28 kurang kurang kurang

140 1.78 2.14 kurang kurang kurang

141 2.42 2.57 cukup kurang kurang

142 0.43 0.43 kurang kurang kurang

143 1.28 1.56 kurang kurang kurang

144 2.42 2.78 cukup kurang kurang

145 1.14 1.71 kurang kurang kurang

146 2.14 0.85 cukup kurang kurang

147 3.14 4.49 cukup cukup cukup


(4)

lvi

Nomor Responden

Hasil FFQ Keterangan

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur

Porsi Buah

Porsi Sayur

Porsi Buah

Porsi Sayur

149 1.14 0.99 kurang kurang kurang

150 0.85 1.28 kurang kurang kurang

151 4.50 1.42 cukup kurang kurang

152 0.57 1.64 kurang kurang kurang

153 0.43 1.71 kurang kurang kurang

154 4.49 6.21 cukup cukup cukup

155 1.57 1.21 kurang kurang kurang

156 0.85 1.36 kurang kurang kurang

157 0.57 1.14 kurang kurang kurang

158 1.71 3.65 kurang cukup kurang

159 1.85 3.92 kurang cukup kurang

160 1.00 1.14 kurang kurang kurang

161 0.71 1.50 kurang kurang kurang

162 0.57 0.14 kurang kurang kurang

163 0.14 1.14 kurang kurang kurang

164 1.14 1.57 kurang kurang kurang

165 1.85 1.71 kurang kurang kurang

Rata-rata: 2.00 2.05

cukup=68 cukup=33 cukup=29 kurang=9

7

kurang=13


(5)

(6)