Analisa Data Penjualan Produksi Teh Botol Sosro

04 , 6 2 1 72 2 1 = + = + = σ σ σ n maka didapat : 58 , 04 , 6 5 , 35 39 = − = − = Z Z m Z σ µ Dari daftar normal standart diperoleh Z tabel = 0,0359. Karena Z hit Z tabel maka 1 H ditolak yang berarti data penjualan produksi teh botol sosro dipengaruhi oleh trend menaik.

3.2 Analisa Data Penjualan Produksi Teh Botol Sosro

Langkah awal dalam menganalisa data penjualan produksi teh botol sosro pada PT. Sinar Sosro Sumatera Bagian Utara adalah dengan memplot data penjualan produksi teh botol sosro dari Juni 2007 sampai dengan mei 2013. Plot data penjualan produksi teh botol sosro dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini : 70 63 56 49 42 35 28 21 14 7 1 180000 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 I nde x Da ta Pe nju ala n Ti me Se r i e s Pl ot of Da t a Pe nj ua l a n Gambar 1. Plot Data Penjualan Produksi Teh Botol Sosro Dari plot data penjualan produksi teh botol sosro dapat dilihat bahwa terdapat data ekstrim outliner. Dari plot data dapat juga bahwa data tidak stasioner dalam rataan, selain itu Universitas Sumatera Utara juga dapat dilihat dari plot data bahwa terdapat pola trend menaik yang menyatakan data tidak stasioner dalam varians. Untuk lebih meyakinkan hal tersebut dapat dilihat koefisien autokorelasi dari data penjualan produksi teh botol sosro. Koefisien autokorelasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : ∑ ∑ = + − = − − − = n t t k t k n t t k Y Y Y Y Y Y r 1 2 1 Dengan : = k r koefisien autokorelasi = t Y data actual pada periode t = Y nilai tengah mean dari data aktual = +k t Y data aktual pada periode t dengan time lag ketertinggalan k Diperoleh nilai koefisien autokorelasi data penjualan produksi teh botol sosro untuk : Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y r − + − + + − + − − − + − − + + − − + − − = 72 2 71 2 2 2 1 72 71 71 70 3 2 2 1 1 ... ... ... 58015,38 12367 58015,38 12766 ... 38 , 8015 5 16852 38 , 8015 5 12367 38 , 8015 5 12367 58015,38 12766 2 2 1 + − + − + − − + − − = r 2 2 58015,38 104230 58015,38 116163 ... 38 , 58015 104230 38 , 58015 116163 38 , 58015 116163 38 , 58015 110721 ... − + − + − − + − − + 0,895434 1 = r Dengan cara yang sama, nilai-nilai koefien autokorelasi data penjualan produksi teh botol sosro dapat diperoleh seperti pada lampiran 3. Untuk melihat apakah data sudah stasioner atau belum, dapat dilihat dari nilai koefisien autokorelasi lampiran 3pada hal.57 yang berbeda nyata dari nol yaitu nilai koefisien yang masih diluar batas interval. Koefisien autokorelasi dari data acak mempunyai Universitas Sumatera Utara distribusi sampling yang mendekati kurva normal baku dengan nilai tengah mean nol dan kesalahan standar n 1 . Suatu deret bersifat acak apabila koefisien korelasinya berada dalam batas interval k k k r SE Z r r SE Z 2 2 α α ≤ ≤ − atau       ≤ ≤       − n Z r n Z k 1 1 2 2 α α . Maka batas interval untuk data penjualan produksi teh botol sosro dengan n = 72, maka 95 dari seluruh koefisien autokorelasi harus berada pada :       ≤ ≤       − 72 1 96 , 1 72 1 96 , 1 k r atau berada pada batas nilai 231 , 231 , ≤ ≤ − k r . Terlihat bahwa masih kurang dari 95 nilai koefisien autokorelasi data penjualan yang berada dalam batas interval yaitu pada lag-1 0,895434, lag-2 0,846844, lag-3 0,824277, lag-4 0,744387, lag-5 0,73568, lag-6 0,73466, lag-7 0,673896, lag-8 0,63796, lag-9 0,609394, lag-10 0,517599, lag-11 0,487841, lag-12 0,45885, lag-13 0,380986, lag-14 0,34325. Hal ini menyatakan bahwa data belum stasioner. Plot koefisien autokorelasi dan plot autokorelasi parsial data penjualan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 berikut : 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1. 0 0. 8 0. 6 0. 4 0. 2 0. 0 - 0. 2 - 0. 4 - 0. 6 - 0. 8 - 1. 0 La g Au toc orr ela tio n Aut ocor r e l a t i on Funct i on f or Da t a Pe nj ua l a n w it h 5 signif icance lim it s f or t he aut ocor r elat ions Gambar 2. Plot Autokorelasi Data Penjualan 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1. 0 0. 8 0. 6 0. 4 0. 2 0. 0 - 0. 2 - 0. 4 - 0. 6 - 0. 8 - 1. 0 La g Pa rti al Au toc orr ela tio n Pa r t i a l Aut ocor r e l a t i on Funct i on f or Da t a Pe nj ua l a n w it h 5 signif icance lim it s f or t he par t ial aut ocor r elat ions Gambar 3. Plot Autokorelasi Parsial Data Penjualan Universitas Sumatera Utara Untuk mengatasi ketidakstasioneran dalam varians maka dapat dilakukan transformasi logaritma sedangkan untuk mengatasi ketidakstasioneran dalam rataan dapat dilakukan pembedaan. Data hasil transformasi dapat dilihat pada lampiran 5 pada hal.59 dan data hasil pembedaan pertama dapat dilihat pada lampiran 6 pada hal.60. Selanjutnya data yang dianalisa adalah data hasil transformasi logaritma natural. Plot data hasil transformasi dan plot data pembedaan pertama dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5 berikut ini : Gambar 4. Plot Data Hasil Transformasi Logaritma Natural Gambar 5. Plot Data Pembedaan Pertama Selanjutnya dihitung nilai koefisien autokorelasi data pembedaan pertama lampiran 7pada hal.61 dan nilai koefisien autokorelasi parsial data pembedaan pertama lampiran 8pada hal 62. Plot autokorelasi dan autokorelasi parsial data pembedaan pertama dapat dilihat pada gambar 6 dan gambar 7. Dari plot autokorelasi data pembedaan pertama dapat dilihat dengan jelas adanya pengaruh musiman, hal ini terlihat pada nilai koefisien autokorelasi untuk lag-3, lag-6, lag-9 dan selanjutnya yang signifikan. Oleh karena pendekatan metode Box-Jenkins mengasumsikan bahwa data yang dianalisa bersifat stasioner, maka langkah selanjutnya menstasionerkan data tersebut. Universitas Sumatera Utara 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1. 0 0. 8 0. 6 0. 4 0. 2 0. 0 - 0. 2 - 0. 4 - 0. 6 - 0. 8 - 1. 0 La g Au toc orr ela tio n Aut ocor r e l a t i on Funct i on f or Da t a Pe mbe da a n w it h 5 signif icance lim it s f or t he aut ocor r elat ions Gambar 6. Plot Autokorelasi Data Pembedaan Pertama 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1. 0 0. 8 0. 6 0. 4 0. 2 0. 0 - 0. 2 - 0. 4 - 0. 6 - 0. 8 - 1. 0 La g Pa rti al Au to co rre lat ion Par t i al Aut ocor r el at i on Funct i on f or Dat a Pembedaan w it h 5 signif icance lim it s f or t he par t ial aut ocor r elat ions Gambar 7. Plot Autokorelasi Parsial Data Pembedaan Pertama Seperti terlihat pada plot autokorelasi nilai-nilai yang signifikan adalah nilai-nilai dengan pola musiman dengan periode musiman 3 periode. Oleh karena itu untuk menstasionerkannya dilakukan pembedaan yang musiman. t t Y B W 3 1 − = Dengan : t W = deret yang sudah dideferensi dengan ordo d B = Operator penggerak mundur backward shift operator t Y = Data aktual Data hasil pembedaan musiman pertama dapat dilihat pada lampiran 9 lihat pada hal.64. Selanjutnya dihitung nilai koefisien autokorelasi data pembedaan musiman pertama dan nilai koefisien autokorelasi parsial data pembedaan musiman pertama, dapat dilihat pada lampiran 10 pada hal.64 dan lampiran 11 pada hal.65. Universitas Sumatera Utara Jika data sudah stasioner maka nilai koefisien autokorelasi akan menurun mendekati nol sesudah lag ke-2. Dari lampiran 10 lihat pada hal.64 nilai koefisien autokorelasi pada lag ke-2 turun mendekati nol yaitu 0,028755 hal ini menyatakan data pembedaan musiman pertama telah stasioner. Untuk lebih meyakinkan bahwa data sudah stasioner, dapat dilihat dari nilai koefisien autokorelasi dan autokorelasi parsial data pembedaan musiman pertama dengan melihat nilai-nilai koefisien autokorelasi berada dalam batas interval yang ditentukan dengan menggunakan persamaan : k k k r SE Z r r SE Z 2 2 α α ≤ ≤ − atau       ≤ ≤       − n Z r n Z k 1 1 2 2 α α Dengan : n = Jumlah sampel = k r koefisien autokorelasi Maka didapat batas interval :       ≤ ≤       − n r n k 1 96 , 1 1 96 , 1 yang berarti bahwa dengan tingkat kepercayaan 95, maka 95 dari seluruh koefisien autokorelasi dan autokorelasi parsial yang didasarkan atas sampel harus terletak didalam interval tersebut. Untuk data hasil pembedaan musiman pertama dengan n = 69, maka 95 dari seluruh koefisien autokorelasi harus berada pada interval :       ≤ ≤       − n Z r n Z k 1 1 2 2 α α menjadi       ≤ ≤       − 69 1 96 , 1 69 1 96 , 1 k r atau berada pada batas nilai 236 , 236 , k r ≤ − . Plot autokorelasi dan autokorelasi parsial data pembedaan musiman pertama dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9 berikut : Universitas Sumatera Utara 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1. 0 0. 8 0. 6 0. 4 0. 2 0. 0 - 0. 2 - 0. 4 - 0. 6 - 0. 8 - 1. 0 La g Au toc orr ela tio n Aut ocor r e l a t i on Funct i on f or Pe mbe da a n Musi ma n Pe r t a ma w it h 5 signif icance lim it s f or t he aut ocor r elat ions Gambar 8. Plot Autokorelasi Data Pembedaan Musim Pertama 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1. 0 0. 8 0. 6 0. 4 0. 2 0. 0 - 0. 2 - 0. 4 - 0. 6 - 0. 8 - 1. 0 La g Pa rti al Au toc orr ela tio n Pa r t i a l Aut ocor r e l a t i on Funct i on f or Pe mbe da a n Musi ma n Pe r t a ma w it h 5 signif icance lim it s f or t he par t ial aut ocor r elat ions Gambar 9. Plot Autokorelasi Parsial Data Pembedaan Musiman Pertama

3.3 Identifikasi Model