Pemerintah Tingkat Provinsi menetapkan kebijakan dan strategi sesuai dengan kewenangannya termasuk penyediaan anggaran operasionalnya.
Ada tiga dimensi pengembangan minat membaca yang dijelaskan oleh Yuliana 2012, 7, antara lain :
1. Dimensi Edukatif Pedagogik
Dimensi ini menekankan tindak- tindak motivasional apa yang dilakukan oleh para guru di kelas, untuk semua bidang studi yang pada akhirnya para siswa
tertarik dan memilaki minat yang terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa saja.
2. Dimensi Sosio Cultura Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca dapat digalakkanberdasarkan
hubungan social dan kebiasaan anak didik sebagai anggota masyarakat, misalnya dalam masyarakat paternalistic, orang tua atau pemimpin slalu menjadi panutan.
3. Dimensi Perkembangan Psikologis Anak usia sekolah pada jenjang SLTP usia 13-15 tahun merupakan usia anak
menjelang remaja, tahap masa ini didominasi oleh fungsi penalaran secara intelektual. Pada masa ini perlu dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam
upaya memotivasi kegemaran membaca siswa.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa dalam pengembangan minat baca terdapat tiga dimensi yaitu, dimensi Edukatif Pedagogik yang memberikan motivasi
kepada pelajar dan mahasiswa oleh gurudosen, dimensi Sosio Cultura yang mengandung makna bahwa minat baca dapat digalakkan berdasarkan hubungan sosial, serta dimensi
Perkembangan Psikologis yaitu diperlukannya pertimbangan secara sungguh-sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran membaca siswa.
2.8 Motivasi Membaca
Minat baca dapat menjadi daya pendorong atau motivasi oleh seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian minat baca berarti dorongan atau motivasi untuk
membaca. Menurut Darmono 2007, 217 “Motivasi dalam membaca sangat penting karena
kerap kali kegagalan dalam membaca disebabkan oleh rendahnya motivasi. minat dan
Universitas Sumatera Utara
kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang, termasuk anak-anak dalam usia sekolah”.
Sedangkan Mudjito 1994, 86 hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi internal ini diantaranya yang penting adalah:
1. Adanya Kebutuhan
Karena adanya kebutuhan, maka seseorang didorong untuk membaca. 2.
Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri Apabila seseorang mengetahui hasil-hasi atau prestasinya sendiri dari membaca,
maka ia akan terdorong untuk membaca lebih banyak lagi.
3. Adanya aspirasi atau cita-cita
Mungkin bagi seorang anak kecil dia belum punya cita-cita. Sebaliknya bagi anak yang telah remaja, cita-cita itu akan menjadi lebih jelas dan tegas. Cita-cita itu
akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk belajar, karena dengan belajar lebih banyak, ia akan dapat mencapai cita-citanya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Makmun 2007, 37 yang mengemukakan bahwa“Adalah suatu kekuatan, tenaga, daya atau suatu keadaan yang kompleks dan
kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak kea rah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak. Motivasi timbul dan berkembang dari dalam diri individu sendiri dan dari
lingkungan”. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa motivasi
membaca berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar serta rasa ingin tahu yang tinggi dalam melibatkan tujuan yang berkaitan untuk mencapai tujuan dalam memperoleh informasi
dan ilmu pengetahuan.
2.9 Peranan Pustakawan
Telah banyak program atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka upaya menumbuhkan minat baca masyarakat di Indonesia, namum bagaimana hasilnya masih belum
dapat dirasakan dan masih jauh dari harapan. Pustakawan dalam upaya menumbuhkan minat baca masyarakat dewasa ini, tidak hanya bertumpu pada apa yang pernah diterapkan didalam
mengelola informasi dan bahan pustaka yang dimiliki saja, kemudian menunggu pengguna
Universitas Sumatera Utara
yang datang dan tidak melengkapi sarana perpustakaan dengan teknologi informasi yang mutakhir dan pustakawannya tidak proaktif.
Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, Pasal 1 dinyatakan bahwa, “Pustakawan adalah sesorang yang memiliki kompetensi yang di peroleh melalui pendidikan
dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan layanan perpustakaan”.
Pustakawan atau petugas pelayanan memegang peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan perpustakaan. Pustakawan harus memilki kemampuan dan ilmu yang cukup
dalam memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan, sehingga peran pustakawan juga menjadi faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu pelayanan tersebut.
Peran pustakawan di perpustakaan sangat dominan terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat perpustakaan pemustaka. Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka yang
beraneka ragam, tentunya diperlukan cara-cara yang dapat memikat bagi mereka.
Menurut Ratnaningsih yang dikutip oleh Engkos Koswara 1998, 300
menyatakan bahwa: Peran proaktif pustakawan berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat baca
masyarakat sejak dini, memang utamanya dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan yang melayani anak-anak. Pustakawan harus mampu mengajar,
membimbing, serta memberi contoh pada anak-anak. Sedangkan Abbas yang dikutip oleh Kusumah 2001, 1 mengemukakan bahwa peran
pustakawan adalah : 1. Pustakawan sebagai gerbang ke masa depan dan masa lalu.
2. Pustakawan sebagai pengajar. 3. Pustakawan sebagai manajer knowledge.
4. Pustakawan sebagai organizer jaringan sumber-sumber informasi. 5. Pustakawan sebagai penyokong untuk pengembangan kebijakan
informasi. 6. Pustakawan sebagai komunitas partner.
7. Pustakawan sebagai pengayak sumber informasi. 8. Pustakawan sebagai kolaborasi dengan penyedia sumber teknologi.
9. Pustakawan sebagai teknisi.
10. Pustakawan sebagai konsultan informasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rachman 2006, 57 pustakawan memainkan berbagai peranberperan ganda
yang dapat disingkat dengan akronim EMAS dengan rinciansebagai berikut: 1. Edukator, Sebagai seorang pustakawan pendidik, pustakawan juga harusmemahami
prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara,yaitu: “ing ngarsa sung tolada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
a. Ing ngarsa sung tulada, artinya harus mampu lewat sikap danperbuatannya menjadikan dirinya sebagai pola anutan dan ikutan orangorangyang dilayaninya.
b. Ing madya mangun karsa artinya pustakawan harus mampumembangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orangyang dilayaninya.
c. Tut wuri handayani artinya pustakawan harus mampu mendorong orangorangyang dilayaninya agar berani berjalan dan bertanggung jawab.
2. Manajer, pada hakikatnya pustakawan adalah “manajer informasi” yangmengelola
informasi pada satu sisi lain. Informasi yang banyak dan terdapatdalam berbagai wadah yang jumlah selalu bertambah harus dikelola denganbaik.
3. Administrator, sebagai administrator pustakawan harus mampu
menyusun,melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan serta dapatmelakukan analisis atas hasil yang telah dicapai, kemudian melakukan
upayaupayaperbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
4. Supervisor, sebagai supervisor pustakawan harus: a. Dapat melaksanakanpembinaaan professional, untuk mengembangkan jiwa
kesatuan dan persatuanantar sesama pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatansemangat kerja dan kebersamaan.
b. Dapat meningkatkan prestasi,pengetahuan dan keterampilan, baik rekan-rekan sejawat maupun masyarakatpengguna yang dilayaninya.
c. Mempunyai wawasan yang luas, pandanganjauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikapsabar, tetapi tegas, adil, objektif dalam
melaksanakan tugasnya. d.Mampuberkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan
parapembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan kendala, sehinggamampu menigkatkan kinerja unit organisasinya.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa peran pustakawan sangat penting, karena mereka dapat mengatur alokasi sumber daya bagi perkembangannya. Merekalah sebagai
penentu yang dapat mengantisipasi berbagai gambaran dan imajinasi untuk perkembangan perpustakaan akan dicapai dimasa mendatang.Pustakawan memiliki banyak peran, yaitu
sebagai edukator, manager, pustakawan juga berperan sebagai pengayak sumber informasi, sebagai teknisi dan sebagai konsultan informasi untuk pengembangan perpustakaan sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi pengguna perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin maju membuat banyak perubahan yang terjadi di segala bidang, terutama dalam bidang pendidikan.
Perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan seperti yang telah kita rasakan saat ini dan sejalan dengan berkembangnya teknologi kita mudah mendapatkan berbagai bentuk
informasi dari berbagai media, seperti Internet, Majalah, Koran, Buku-buku dan lain sebagainya yang dapat kita manfaatkan sebagai informasi terbaru.
Perhatian pemerintah terhadap pendidikan khususnya dalam hal mengembangkan bakat dan minat dituangkan dalam penjelasan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1b pemerintah dalam hal menaruh perhatian pada pengembangan minat baca, melalui peranan guru atau pendidik, bunyi penjelasan pasal 12
ayat 1b adalah “pendidik atau guru yang mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik, fasilitas disedikan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
kebutuhan satuan pendidik, hal tersebut menyiratkan makna bahwa pemerintah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan salah satunya adalah perpustakaan”.
Minat baca akan tumbuh apabila terdapat koleksi perpustakaan yang relevan dengan tingkat pertumbuhan dan kebutuhan pengguna. Koleksi dan minat baca merupakan satu hal
yang berkaitan. Karena dengan adanya koleksi diperpustakaan maka minat baca masyarakat pengguna akan bertambah. Apabila perpustakaan menyediakan koleksi dalam jumlah yang
yang besar dan menarik tentu akan membuat masyarakatpengguna tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan.
Masyarakat dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan perpustakaan daerah. Kebiasaan ini mampu meningkatkan minat baca,
Universitas Sumatera Utara