BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Masalah Transshipment
Masalah transshipment merupakan masalah transportasi yang sering dihadapi dalam pendistribusian suatu komoditi homogen dari
buah sumber ke tujuan, yang pendistribusiannya tidak harus dilakukan secara langsung, tetapi bisa melalui
titik transit gudang terlebih dahulu, disini titik transit berperan sebagai titik perantara atau dapat dikatakan melewati agen terlebih dahulu sebelum sampai ke
tempat tujuan. Hal ini disebabkan adanya permintaan barang pada beberapa tempat yang jaraknya jauh sehingga tidak memungkinkan untuk pendistribusian
secara langsung atau biaya pendistribusian secara langsung lebih mahal dibandingkan bila melalui titik transit terlebih dahulu.
Banyak rute yang dapat ditempuh untuk mendistribusikan barang ke tempat- tempat tujuan dan masing-masing rute memiliki biaya pendistribusian yang
berbeda. Besarnya biaya pendistribusian dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jumlah barang yang akan diangkut dan biaya angkut per unit. Suatu perusahaan
pastinya menginginkan semua permintaan barang dapat terpenuhi dan memperoleh biaya pendistribusian yang seminimum mungkin sehingga diperlukan
adanya pengalokasian barang yang tepat.
Dalam masalah transshipment titik-titik perantara dapat berperan sebagai sumber maupun tujuan, misalnya sebuah pabrik yang memproduksi pupuk ingin
mengirimkan pupuk ke berbagai distributor di Indonesia akan tetapi sebelum sampai ke distributor harus melalui beberapa gudang terlebih dahulu. Disini
pabrik berperan sebagai sumber, dan distributor sebagai tujuan, sedangkan gudang berperan sebagai titik perantara yang dapat sekaligus berperan sebagai sumber
maupun tujuan artinya gudang merupakan tujuan dari pabrik dan gudang merupakan sumber dari distributor.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Model Transshipment
Model Transshipment merupakan perluasan dari model transportasi dimana sambungan titik-titik transshipment ditambahkan diantara sumber dan tujuan.
Sebuah contoh titik transshipment yakni sebuah pusat distribusi atau gudang yang berlokasi diantara pabrik sumber dan toko tujuan. Dalam masalah
transshipment, barang atau komoditi didistribusikan dari sumber melalui titik transshipment ke titik tujuan, dari satu sumber ke sumber lainnya, dari satu titik
transshipment ke titik transshipment lainnya, dari satu tujuan ke tujuan lainnya, atau langsung dari sumber ke tujuan, atau kombinasi beberapa alternatif tersebut.
Asumsi-asumsi pada masalah transshipment tidak seimbang: 1.
Titik perantara dapat bertindak sebagai sumber maupun tujuan. 2.
Banyaknya kapasitas persediaan dan permintaan ditentukan sebagai berikut: a.
Persediaan pada titik sumber sejati = Persediaan pada sumber itu. b.
Persediaan pada titik perantara = Persediaan di titik itu + jumlah total persediaanpermintaan.
c. Permintaan pada titik tujuan sejati = Permintaan pada tujuan itu.
d. Permintaan pada titik perantara = Permintaan di titik itu + jumlah total
persediaanpermintaan. 3.
Jika total persediaan lebih besar dari total permintaan perlu di tambahkan kolom dummy pada tabel awal dengan biaya pendistribusian 0.
4. Jika total permintaan lebih besar dari total persediaan perlu di tambahkan
baris dummy pada tabel awal dengan biaya pendistribusian 0.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Contoh Masalah Transshipment Tidak Seimbang