Prestasi Hasil Belajar Peserta Diklat

102 diklat ini tidak menyiapkan suatu tim asesor penilai. Dengan kata lain, penilaian diserahkan penuh terhadap pengajar masing-masing. Dari uraian di atas penulis kritisi bahwa pendidikan dan pelatihan Diklat Peningkatan kompetensi guru SMK mata pelajaran bimbingan konseling di LPMP D. I Yogyakarta adalah tidak mengacu kepada standar kompetensi yang baku atau diklat tersebut mengacu pada sistem diklat yang masih konvensional. Hal ini tercermin pada batas nilai kelulusan diklat minimal 60,00. Artinya, seseorang dinyatakan berhasillulus apabila yang bersangkutan memiliki nilai rata-rata minimal 60,00. Hasil wawancara dengan panitia penyelenggara diklat menyatakan bahwa pelaksanaan diklat telah mengacu kepada standar kompetensi guru SMK yang memuat, kompetensi profesional, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi paedagogik sehingga peserta mampu mengajar di SMK sesuai dengan tugasnya pokok dan fungsinya sebagai guru bimbingan konseling. Sistem pengujian tidak menggunakan sistem uji kompetensi yang hanya melibatkan asesor internal amupun eksternal. Berdasarkan studi dokumen penulis teliti dengan cermat, pada dasarnya diklat peningkatan kompetensi guru SMK mata pelajaran bimbingan konseling di LPMP D. I Yogyakarta menggunakan sistem konvensional, yakni melalui tes tulisan, tes praktik, dan penilaian hasil kerja yang telah dibuat oleh masing-masing peserta diklat.

b. Prestasi Hasil Belajar Peserta Diklat

Secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan bahwa untuk mengajar suatu keberhasilan diklat, alat yang paling ampuh yakni melalui evaluasi. Evaluasi 103 dimaksudkan berupa tes atau nontes. Tes ini meliputi tes lisan, tes tulisan, atau tes praktik, sedangkan non tes bisa berupa pengamatan, cek list, dan lain-lain. Oleh karena itu, evaluasi merupakan bagian penting dalam kegiatan diklat sebagai usaha pengumpulan informasi untuk pertimbangan dan pengambilan keputusan. Berdasarkan evaluasi dapat diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan diklat. Evaluasi diklat dapat dikategorikan efektif manakala dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dengan menggunakan kaidah-kaidah evaluasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu, evaluasi diklat merupakan kegiatan pengukuran dan penilaian berdasarkan seperangkat kriteria yang telah disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Sistem yang dipakai dalam mengevaluasi Diklat Peningkatan kompetensi guru SMK mata pelajaran bimbingan konseling di LPMP D. I Yogyakarta meliputi evaluasi terhadap prestasi hasil belajar peserta yang dilakukan oleh widyaiswara. Sistem penilaian yang dipakai untuk mengukur tingkat ketercapaian diklat melalui tes tertulis bagi mata tataran umum yakni Kebijakan Depdiknas. dan tes tertulis praktek bagi mata tataran pokok. Adapun mata tataran untuk umum adalah:, Pemahaman diri, KTSP dan permasalahannya, layanan BK dalam KTSP, Profil konselor, lauyanan konseling di sekolah, penyususnan program BK, Bursa kerja khusus, Trafficking dalam dunia kerja dan PTK. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola atau panitia penyelenggara diklat diperoleh data bahwa sistem evaluasi yang dipakai dalam mengukur kemampuan peserta diklat dengan menggunakan sistem konvensional, yakni tes tulisan yang dilakukan pada awal diklat, tengah diklat, dan akhir diklat 104 berupa tes tulisan atau praktik, serta mengacu kepada pedoman evaluasi LPMP D.I Yogyakarta. Prestasi hasil belajar yang diperoleh peserta diklat peningkatan kemampuan guru SMK mata pelajaran bimbingan konseling adalah nilai tertinggi 88,75 dan nilai terendah 81,00 Rata-rata penguasaan secara kuantitatif dikategorikan baik dengan predikat baik.

c. Kinerja Lulusan