Komparasi iklan televisi Citra versi Women Empowerment versi satu dan versi dua

commit to user

B. Komparasi iklan televisi Citra versi Women Empowerment versi satu dan versi dua

Dari proses analisis yang dilakukan melalui pembacaan terhadap simbol- simbol yang ada pada kedua versi iklan dengan menggunakan metode Roland Barthes, maka didapatkan beberapa perbedaan maupun kesamaan dalam merangkum ideologi ekofeminisme, yaitu : Persamaan a. Setting tempat dan waktu Kedua versi iklan ini menggunakan setting kebudayaan Jawa, Bali dan Waingapu dengan lokasi dan kondisi yang sama pula. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis shot yang sama. b. Simbol alam Kedua versi iklan ini sama-sama banyak menggunakan elemen alam seperti laut, pantai, tanah, padang rumput, sungai dan langit. Eksekusi shot alam ini biasanya ada ada dua jenis yakni secara close up dan extreme long shot untuk mendapatkan efek dramatis. c. Simbol budaya dan tradisi Kedua versi iklan ini menggunakan elemen tradisi dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjukkan hidupnya nilai-nilai ekofeminisme dalam keseharian mereka. Tradisi ini diambil dari kebudayaan yang diulas, yakni Jawa menggunakan batik, Bali menggunakan bantenan dan Waingapu menggunakan tenun. 94 commit to user d. Simbol domestik Representasi ruang domestik banyak hadir pada kedua versi ini yang sama-sama menggunakan elemen dapur, proses pengolahan beras, menenun kain dan menganyam keranjang. Kegiatan domestik ini merepresentasikan sifat nurture perempuan yang tidak terlepas dari unsur nature atau fisik. e. Ending iklan Kedua versi iklan ini memiliki shot ending yang sama. Sebelum iklan berakhir ada empat shot yang menggiring ke akhir cerita yakni secara berturut-turut menampilkan shot close up anak-anak perempuan, wanita dewasa, wanita tua kemudian model utama lalu diakhiri dengan tampilnya produk di akhir iklan. Perbedaan 1. Urutan shot Iklan televisi ini memiliki dua versi dengan inti cerita yang sama dan eksekusi shot yang sama pula dengan urutan shot yang berbeda. Terdapat juga beberapa shot yang tidak terdapat pada masing-masing versi. Seperti shot atap dan tiang rumah, berbelanja serta peronce melati pada versi dua yang tidak ada pada versi satu. Namun perbedaan ini tidak mengubah konsep keseluruhan iklan. 2. Copy Dari keseluruhan versi iklan ini digunakan dua copy yang berbeda untuk tiap versi yakni sebagai berikut : commit to user versi copy 1 satu Pada awalnya citra. Seni bagi nusa negeri pertiwi. Menjunjung tradisi dan budaya. Karena kekuatan suatu bangsa. Berawal dari perempuan. Dari Citra untuk perempuan Indonesia. 2 dua Pada awalnya citra. Menguntai cerita. Karena kekuatan suatu bangsa. Berawal dari perempuan. Dari Citra untuk perempuan Indonesia. Tabel VI : Copy Iklan versi satu dan versi dua Perbedaan kedua copy tersebut ada pada kata “seni bagi nusa negeri pertiwi menjunjung tradisi dan budaya” menjadi “menguntai cerita” yang dapat dimaknai dengan merujuk kalimat sebelumnya yaitu “pada awalnya Citra”. Pada versi satu Citra memandang dirinya sebagai sebuah seni yang dipersembahkan pada negeri, yang dimaksudkan disini adalah para perempuan Indonesia, dengan tetap melestarikan kearifan lokal. Citra menyadari perempuan Indonesia terlahir hidup dengan nilai budaya dan tradisi yang kental sehingga yang kemudian Citra lakukan adalah mendukung sikap tersebut dengan berusaha memberikan produk terbaik, yang mana terbuat dari bahan-bahan alam dan diolah secara alamiah sehingga tidak berbahaya. commit to user Sedangkan pada versi kedua yakni dengan teks “menguntai cerita” ingin menunjukkan bahwa Citra memandang dirinya sebagai sosok yang memberikan sumbangsihnya pada kaum perempuan Indonesia. Citra bertindak sebagai penguntai atau pihak subyek, dengan wanita sebagai obyeknya. Melalui keberadaan dirinya, Citra menemani perempuan Indonesia menjalani kehidupannya, membantu mereka menjadi lebih percaya diri menghadapi peran sebagai seorang wanita. 3. Graading Kedua versi iklan ini memiliki graading warna yang berbeda. Pada versi satu memiliki warna dasar coklat dengan efek emas sedangkan pada versi dua memiliki dasar warna abu-abu dengan efek gelap. Dari analisis warna yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa versi satu lebih menonjolkan sebuah harapan sedangkan versi dua lebih menonjolkan sebuah kenyataan. Pada versi satu penggunaan graading coklat keemasan memberi kesan keagungan yang kuat, menunjukkan keindahan dan harapan mengenai wanita dan alam. Sedangkan pada versi dua penggunaan graading coklat abu-abu gelap memberi kesan suram yang mendominasi cerita. Kesan suram ini dimaksudkan untuk mempertegas suramnya kenyataan situasi yang menghantui masa depan ekologi maupun wanita. Ekofeminisme dalam iklan ini dipresentasikan dalam bentuk kasih sayang dan pengasuhan terhadap alam. Fokus kedua iklan ini pada dasarnya sama yakni tentang hubungan alam dan wanita namun berbeda pada pendekatannya. Pada commit to user versi satu, fokus terdapat pada posisi dan peranan alam dalam kehidupan, serta bagaimana alam memberikan dirinya untuk manusia. Sedangkan pada versi dua menekankan pada hubungan timbal balik antara wanita dan alam, serta bagaimana wanita menjaga keseimbangan alam melalui peran domestiknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Hubungan wanita dengan alam Kualitas feminin Ruang domestik Versi satu · Wanita Bali membawa sesajen · Wanita Waingapu menganyam keranjang · Wanita Waingapu menenun kain ikat · Model berdiri dengan backlight alami · Panorama laut dan pantai · Batik dan proses membatik · Model bermain- main dengan anak-anak · Kegiatan memasak di dapur · Wanita Waingapu menumbuk dan mengayak beras Versi dua · Panorama laut, jaring ikan, tanaman dan tanduk ternak · Wanita Waingapu menganyam keranjang bambu · Batik dan proses membatik · Atap dan pilar rumah · Model · Kegiatan berbelanja di pasar tradisional · Kegiatan memasak di dapur commit to user · Bayangan daun di tanah, tanaman semak di tanah dan langit biru berawan · Model duduk tep di tengah diantara rerumputan dan hamparan kain batik · Panorama laut dan pantai · Wanita Waingapu menenun kain ikat · Wanita Waingapu menganyam keranjang · Wanita Bali membawa sesajen bermain- main dengan anak-anak Tabel VII : Komparasi tanda-tanda pada iklan versi satu dan dua Pada tataran mitos, dimana mitos adalah cerita yang digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam, maka Barthes menggunakan mitos untuk menjelaskan mengenai makna. Iklan televisi ini memaknai peran perempuan dan alam dengan menggunakan mitos tentang peran perempuan di ruang domestik. commit to user Di Indonesia mitos mengenai perempuan selalu stereotipe, cantik di luar dan di dalamnya ahli mengerjakan semua tugas kewanitaan. Hanya ada dua kondisi perempuan yakni yang pertama mendapat pengakuan karena dedikasinya pada ruang publik dengan bekerja keras di luar rumah hingga mengorbankan kepentingan pribadi. Lalu yang kedua kondisi dimana perempuan mengabdi sepenuhnya pada keluarga dan rumah tangga dengan mengorbankan pencapaian status di ruang publik. Perempuan pada kondisi kedua inilah yang sering dinyatakan sebagai perempuan tertindas. Sehingga perempuan yang bergelut di ruang domestik kini menjadi semakin tidak populer terutama di kota-kota besar. Pemaknaan tersebut kemudian dibantah melalui iklan televisi ini. Kreatif iklan menyodorkan pemaknaan yang baru terhadap peran perempuan yang lebih selaras dengan budaya dan alam Indonesia dengan menggunakan pendekatan ekofeminisme. Dengan munculnya wacana ekofeminisme di iklan ini maka perempuan disadarkan untuk memahami kembali peran dan fungsinya dalam kehidupan. Wanita terlahir dengan memiliki fisiologi dan nilai-nilai feminin nature yang kemudian dilestarikan dengan adanya budaya dan norma-norma nurture dalam masyarakat, hal ini disetujui oleh feminisme aliran ekofeminisme. Kelangsungan ekologi dipandang bergantung pada peranan wanita dalam kehidupan, karena semakin dekat wanita dengan alam maka semakin baik dan cara untuk menjadi dekat tersebut dengan memaksimalkan peranan di ruang domestik. Dengan kata lain ekofeminisme tidak menjauhkan perempuan dari sifat natural mereka. commit to user BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN