barang yang akan diminta dibandingkan saat harga barang rendah, asalkan hal-hal lain sama cateris paribus begitu juga sebaliknya.
5.2 Pengujian parameter regresi secara tunggal Uji-t
Berdasarkan hasil uji t dengan tingkat kepercayaan 95 α 0.05, koefisien
yang berpengaruh secara nyata terhadap permintaan daging sapi adalah konsumsi daging sapi, dan produksi daging sapi, sedangkan koefisien yang tidak
berpengaruh secara nyata adalah harga daging sapi, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, dan harga daging ayam. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan
t
hitung
dengan t
tabel
atau dari perbandingan probabilitasnya sig α , yaitu sebagai
berikut:
5.2.1 Pengaruh konsumsi daging sapi X
1
terhadap permintaan daging sapi Y
Berdasarkan perhitungan hasil regresi berganda didapat koefisien regresi konsumsi bernilai positif sebesar 0.836. angka ini menunjukkan
hubungan yang searah antara konsumsi daging sapi dengan permintaan daging sapi. Ini menyatakan bahwa setiap penambahan konsumsi daging sapi
sebesar satu kilo, maka akan meningkatkan permintaan daging sapi sebesar 0.836 kilo. Hal ini menunjukkan bila konsumsi daging meningkat, maka
permintaan daging sapi pun akan menungkat. a. Pengujian
Ho : b1=0 tidak terdapat pengaruh konsumsi X1 terhadap permintaan daging sapi Y
42
H
1
: b
1
0 terdapat pengaruh konsumsi X1 terhadap permintaan daging sapiY yang bernilai positif
b. Ketentuan H
o
: ditolak, jika T
hitung
T
tabel
, atau Sig α
H
1
: ditolak, jika T
hitung
T
tabel
, atau Sig α
c. Kesimpulan Pada tingkat kepercayaan 95, konsumsi daging sapi dalam negeri
dengan nilai t
hitung
sebesar 4.528 t
tabel
= 2.2622 atau α untuk jumlah
konsumsi sebesar 0.020 0.05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tolak H
o
T
hitung
T
tabel
, atau Sig α yang berarti bahwa
konsumsi X1 memiliki pengaruh yang nyata atau signifikan secara statistik terhadap permintaan daging sapi Y
Gambar 4. Daerah penentuan Ho Variabel konsumsi
Hal ini dikarenakan, peningkatan konsumsi daging sapi belum dapat diimbangi dengan produksi daging sapi yang memadai, baik dari
segi mutu maupun jumlahnya. 4.528
4.528 -4.528
Daerah H
ditolak Daerah
Ho ditolak
Daerah terima
Ho
2.2622
43
Konsumsi daging sapi di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 558.790 ton. Namun pada tahun selanjutnya menurun cukup tajam
menjadi 478.690 ton. Penurunan konsumsi masih terus berlanjut hingga tahun 2007, akibat melambungnya harga BBM dunia juga disebabkan
faktor eksternal yaitu adanya kasus sapi gila yang terjadi di Amerika serta penyakit mulut dan kuku di India dan Kanada yang berakibat
adanya kekhawatiran konsumen dalam negeri untuk mengkonsumsi daging sapi yang terjadi pada akhir tahun 2005, sehingga mengakibatkan
menurunnya permintaan masyarakat pada waktu itu. Pada tahun 2007 konsumsi daging sapi meningkat mencapai 453.533 ton dan selanjutnya
tahun 2008 meningkat mencapai angka 478.650 ton. Namun demikian konsumsi daging sapi diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya dan
akan terus meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia.
5.2.2 Pengaruh produksi daging sapi X