19
2.6.1 Anatomi hati
Hati terbagi dalam dua lobus bagian utama, dimana lobus kanan yang berukuran lebih besar dari lobus kiri. Dua lobus tersebut terbagi menjadi empat
lobus, yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudatus dan lobus kuadratus. Setiap lobus terdiri atas lobulus. Lobulus berbentuk polyhedral segi banyak dan terdiri
atas se-sel hati berbentuk kubus yang disebut hepatosit Batticaca, 2009. Hati terdiri dari dua jenis sel utama, yaitu hepatosit yang aktif secara metabolis dan sel
kupfer yang bersifat fagositik Sacher dan McPherson, 2004. Hati memiliki tiga pembuluh darah utama yaitu arteri hepatika,vena porta
hepatika dan vena hepatika. Setiap lobulus diperdarahi oleh sebuah saluran sinusoid atau kapiler hepatika Batticaca, 2009.
2.6.2 Fungsi hati
Hati memiliki fungsi antara lain: a. Fungsi metabolik
Hati berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Hati mengubah amonia menjadi urea untuk dikeluarkan melalui ginjal.
b. Fungsi ekskresi Hati berfungsi dalam ekskresi pigmen empedu, garam empedu dan kolesterol
yang diekskresi dalam empedu sampai intestin. c. Fungsi pertahanan tubuh dan detoksifikasi
Sel kupffer pada hati melakukan fagositosit untuk mengeliminasi senyawa asing. Amonia didetoksifikasi menjadi urea. Hati bertanggung jawab untuk
memetabolisme xenobiotik detoksifikasi.
Universitas Sumatera Utara
20 d. Fungsi hematologi
Hati berperan dalam pembentukan darah khususnya pada embrio, sintesis protein plasma termasuk faktor pembekuan darah dan destruksi eritrosit.
e. Fungsi penyimpanan Glikogen, vitamin A, D dan B
12
serta sumber unsur besi tersimpan dalam hati Satyanarayana, 2005.
2.6.3 Biokimia hati
Dua enzim yang paling sering berkaitan dengan kerusakan hepatoselular adalah aminotransferase yang mengkatalis pemindahan reversibel satu gugus
amino antara sebuah asam amino dan sebuah asam alfa-keto. Fungsi ini penting untuk pembentukan asam-asam amino yang dibutuhkan untuk menyusun protein
hati. Apabila sel hati mengalami kerusakan, enzim-enzim yang secara normal terdapat dalam intrasel masuk ke dalam aliran darah. Peningkatan kadar
aminotransferase setara dengan luas kerusakan hepatoselular Sacher dan McPherson, 2004.
Kadar yang meningkat secara mencolok 500 unitliter khas terdapat pada kerusakan sel hati akut misalnya karena virus, obat-obatan, hepatitis karena
ischemia sedangkan kenaikan berderajat sedang kurang dari 300 unitliter dapat terlihat pada berbagai keadaan kerusakan hepatosellular akut atau kronik. ALT
pada umumnya lebih sensitif dari pada AST untuk mendeteksi hepatitis viral, AST meningkat melebihi ALT biasanya dua kali atau lebih tinggi pada penyakit
hati karena alkoholisme Woodley dan Whelan 1992. Karakteristik kedua enzim aminotransferase dapat dilihat pada tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
21
Tabel 2.2 Karakteristik aminotransferase terkait hati Sacher dan McPherson,
2004 Karakteristik
AST ALT
Letaknya di jaringan selain hati
Lebih banyak di jantung dibandingkan di hati, juga di
oto rangka, ginjal dan otak Konsentrasinya relatif
rendah di jaringan lain
Lokasi dihepatosit Mitokondria dan sitoplasma
Hanya di sitoplasma Rentang rujukan
dalam darah 10 - 40 Uliter
5 - 35 Uliter Waktu paruh dalam
darah Perubahan pada
kerusakan inflamatorik akut
12 - 22 jam Sensitif sedang
35 - 57 jam Sangat sensitif
Perubahan pada neoplasma primer
atau sekunder Meningkat secara bermakna Peringkat sedang atau
tidak ada peringkat Perubahan pada
sirosis hati Meningkat sedang
Meningkat ringan atau sedang
Perubahan pada infark miokard
Meningkat secara bermakna Meningkat ringan atau sedang
Beberapa enzim hati yang dapat dijadikan parameter untuk pemeriksaan fungsi hati yaitu:
a. Bilirubin Bilirubin merupakan hasil perombakan hemoglobin. Kadar bilirubin dalam
serum meningkat apabila perombakan hemoglobin meningkat sehingga lebih banyak bilirubin dihasilkan dan kadar tersebut juga meningkat kalau fungsi
hepatoseluler terganggu untuk mengkonjugasi bilirubin. Secara normal, hepatosit mengkonjugasi bilirubin dengan asam glukoronat agar dapat larut dalam air,
sehingga dapat diekskresikan ke saluran empedu dan dikeluarkan dari tubuh bersama tinja Widmann, 1989.
Universitas Sumatera Utara
22 b. Alkaline phospatase ALP
ALP merupakan suatu enzim yang berfungsi mengeluarkan gugus fosfat dari protein dan dari molekul lain Sacher dan McPherson, 2004. Peningkatan
aktivitas ALP pada penyakit hati merupakan akibat dari peningkatan sintesis enzim eleh sel-sel yang melapisi kanalikuli empedu, biasanya sebagai respon
terhadap kolestasis. Aktivitas ALP yang tinggi pada hati juga dapat terjadi saat terdapat lesi desak ruang misalnya tumor Gaw, dkk., 2011.
c. Gamma Glutamil Transpeptidase GGT GGT berfungsi mengkatalisis transfer gugus gamma glutamil dari peptida
seperti glutation ke asam amino lain dan dapat berperan dalam transpor asam amino Harrison, 2000. Aktivitas GGT dalam plasma dapat meningkat apabila
terjadi kolestasis Gaw, dkk., 2011 dan juga akan meningkat pada pasien yang mengkonsumsi bahan-bahan yang menstimulasi sistem oksidasi mikrosomal hati
misalnya: barbiturat, phenitoin dan alkohol Woodley dan Whelan, 1995. d. Protein plasma
Gagal hepatoseluler akut lebih cepat diketahui dari pengukuran protein plasma yaitu prealbulmin, karena memiliki waktu paruh hanya 2 hari, sehingga
kadar prealbumin cepat menurun apabila sintesis hati terganggu Sacher dan McPherson, 2004. Sedangkan albumin memiliki waktu paruh yang panjang
dalam plasma sekitar 20 hari, sehingga penurunan konsentrasi albumin yang signifikan berlangsung lambat jika sintesis tiba-tiba berkurang. Hipoalbuminemia
merupakan gambaran penyakit hati kronis tahap lanjut. Protein lainnya seperti globulin total dalam serum terkadang digunakan sebagai ukuran kasar untuk
tingkat keparahan penyakit hati Gaw, dkk., 2011.
Universitas Sumatera Utara
23
2.6.4 Gangguan fungsi hati akibat zat toksik