34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kesimpulan di dalam penelitian ini adalah:
a. Pemberian
ekstrak etanol
daun pegagan
EEDP memiliki
efek antihiperurisemia, ditunjukkan dengan nilai signifikan ketiga dosis EEDP
berbeda signifikan dengan kelompok yang diberikan CMC Na p0,05. b.
Dosis yang paling efektif dari ekstrak etanol daun pegagan EEDP sebagai antihiperurisemia adalah 400 mgkg BB pada jam ke-4.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan uji efek antihiperurisemia daun pegagan dengan pelarut yang
lain misalnya etil asetat, sebagai bahan perbandingan untuk ekstrak etanol daun pegagan.
Universitas Sumatera Utara
35
DAFTAR PUSTAKA
Abdulla, M.A., AL-Bayaty, F.H., Younis L.T., and Abu H.M.I. 2010. Anti-ulcer activity of Centella asiatica leaf extract against ethanol-induced gastric
mucosal injury in rats.
Journal of Medicinal Plants Research
. 413: 1253- 1259.
Babykutty, S., Padikkala, J., Sathiadevan, P.P., Vijayakurup, V., Azis TKA., Srinivas, P., Gopala, S. 2009. Apoptosis induction of Centella asiatica on
human breast cancer cells.
African J. Trad. Compliment Alternat, Med
. 61: 9-16.
Bourne, R.H., dan Zastrow, V.M. 2001.
Reseptor dan Farmakodinamika Obat. Dalam Farmakologi Dasar dan Klinik
. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. BPOM RI. 2010.
Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat; Pegagan Centella asiatica L. Urban
. Jakarta: Direktorat Obat Asli Indonesia Bradwejn, J., Zhou, Y., Koszycki, D.,Shlik, J. 2000. A double blind, placebo-
controlled study on the effects of gotu kola Centella asiatica on acoustic startle response in healthy subject.
J.Clin Psychopharmacol
. 206: 680. Cesarone, M.R., Incandela, L., De Sanctis, M.T., Belcaro, G., Bavera, P., Bucci,
M., Ippolito, E. 2001. Evaluation of treatment of diabetic microangiopathy with total triterpenic fraction of Centella asiatica: A clinical prospective
randomized trial with a microcirculatory model.
Angiol.
522: 49-54. Depkes RI. 1977.
Materia Medika Indonesia
. Jilid I. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. 1995.
Materia Medika Indonesia
. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2000.
Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Ditjen POM. 1979.
Farmakope Indonesia
. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 1995.
Farmakope Indonesia
. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ernest, M.E., Clark, E.C. dan Hawkins, D.W. 2008. Dalam: Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey, L.M.
Pharmacoteraphy; A pathophysiologic Approach
. Seventh edition 2008. USA: The McGraw-Hill Companies.
Universitas Sumatera Utara
36 Farnsworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants
. Journal of Pharmaceutical Sciences
. Gaw, A., Murphy, M.J. Robert, O’reilly, C.D., Stewart, M.J. dan Stepherd, J.
2011.
Biokimia Klinis
: Teks Bergambar. Edisi ke-4. Diterjemahkan oleh: dr.Albertus Agung Mahode dan July Manurung. Jakarta: EGC.
Gnanappragasama, A., Ebenezar, K.K., Sathish, V., Govindarajub, P., Devaki, T. 2004. Protective effect of Centella asiatica on antioxidant tissue defense
system against adriamycin induced cardiomyopathy in rats.
Life Sciences
. 762: 585-597.
Gnanapragasama, A., Yogeeta, S., Subhashini, R., Ebenezar, K.K., Sathish, V., Devaki, T. 2007. Adriamycin induced myocardial failure in rats:
Protective role of Centella asiatica.
Molecular and Cellular Biochemistry
. 2941: 55-63.
Harborne, J.B. 1987.
Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan
. Penerjemah : Kokasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Edisi Ketiga. Bandung: ITB Press
Hidayat, R. 2009. Gout dan Hiperurisemia.
Scientific Journal Of Pharmaceutical Development and Medical Application.
221: 47-50. Incandela, L., Cesarone, M.R., Cacchio, M., De Sanctis, M.T., Santavenere, C.,
D’Auro, M.G., Bucci, M., Belcaro, G. 2001. Total triterpenic fraction of Centella asiatica in chronic venous insufiency and high-perfussion
microangiopathy.
Angiol
. 522: 13-15. Jayanthirtha, M. 2004. Preliminary immunodulatory activities of methanol extract
of Elipta alba and Centella asiatica.
Phytomed
. 114: 361-365. Jayshree, G., Kurup, M.G., Sudars, W.S., Jacob, V.B. 2003. Anti-oxidant activity
of Centella asiatica on lymphoma-bearing mice.
Fitoterapia
. 745: 431- 434.
Katzung, B.G. 2002.
Farmakologi: Dasar dan Klinik
. Jilid 3. Diterjemahkan oleh: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNAIR. Jakarta: Salemba
Medika Kristiani, R.D., Rahayu, D. dan Subarnas, A. 2013. Aktivitas Antihiperurisemia
Ekstrak Etanol Akar Pakis Tangkur
Polypodium feei
Pada Mencit Jantan.
Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik. ISSN 1411-0903
. 153: 174- 177.
Kumar, A., Dogra, S., Prakash, A. 2009. Neuroprotective effects of Centella asiatica against intracerebroventricular colchicines-induced cognitive
impairment and oxidative stress. Intern J. Alzaimer’s Dis. 234: 25-28.
Universitas Sumatera Utara
37 Laurance, B., Keith, P., Donald, B., dan Lain, B. 2008.
Goodman and Gildman’s
Manual of Farmacology and Therapeutics
. Boston: McGraw Hill. Li, H., Gong, X., Zhang, L., Zhang, Z., Lu, F., Zhou, Q., Chen, J., Wan, J. 2009.
Madecassoside attenuate inflammatory response on collagen-induced arthritis in DBA1mice.
Phytomed
. 166: 538-546. Lin, C.M., Chen, C.S., Chen, C.T., Liang, Y.C., dan Lin, J.K. 2002. Molecular
Modeling Of Flavonoids that Inhibits Xanthine Oxidase.
Biochemical and Biophysical Research Communications
. 2942002: 167-172. Mazzali, M., Hughes, J., Kim, Y.G., Jefferson, J., Kang, D.H., Gordon, K.L., Lan,
H.Y., Krvlighn, S. dan Johnson, R.J. 2001. Elevated uric acid increases blood pressure in the rats by a novel crystal independent mechanism.
Hypertension
. 385: 1101-1106. Muhtadi, Suhendi, A., Nurcahyanti, W., Sutrisna, E.M. 2012. Potensi Daun
Salam
Syzigium polyanthum
Walp. dan Biji Jinten Hitam
Nigella sativa
Linn Sebagai Kandidat Obat Herbal Terstandar Asam Urat.
Pharmacon
131: 30-36. Murray, K.R., Granner, K.D., Rodwell, W.V. 2003.
Biokimia Harper
. edisi 27. Jakarta: EGC.
Price, S.A., dan Wilson, L.M. 2005.
Patofisiologi: Konsep klinis konsep-konsep penyakit
. Edisi 6. Jakarta: EGC. Ritschel, W.A. 1974.
Laboratory Manual of Biopharmaceutics and Pharmacokinetics
. Drug Intelligence Publication. Shamley, D. 2005.
Pathophysiology an Essential Text for the Allied Health Professions,
Elsevier Limited,USA. Simarmata, V.B.C., Saragih, A., Bahri, S. 2012. Uji Efek Penurunan Kadar Asam
Urat Dari Ekstrak Etanol Daun Sidaguri Sida rhombifolia l. Pada Mencit Jantan.
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology
. 1 1: 21-28. Sugianto, I.S., Subandi., dan Muntolib. 2012.
Uji fitokimia ekstrak pegagan centella asiatica dan buah sirsak annona muricata l. Serta potensinya
sebagai inhibitor enzim xantin oksidase
. Malang : FMIPA Universitas Malang.
Umameswari, M. 2013. Virtual Screening Analysis and In-vitro Xanthine
Oxidase Inhibitory Activity of Some Commercially Available Flavonoids
. Iran J Pharm Res
. 123: 317 –323.
Universitas Sumatera Utara
38 Watanabe, S., Kimura, Y., Shindo, K. dan Fukui, T. 2006. Effect of Human
Placenta Extract on Potassium Oxonate-Induced Elevation of Blood Uric Acid Concentration.
Journal of Health Science
. 526: 738-742. Wisesa, I.B.N., Suastika, K. 2009. Hubungan Antara Konsentrasi Asam Urat
Serum Dengan Resistensi Insulin Pada Penduduk Suku Bali Asli Di Dusun Tenganan Pegrisingan Karangasem.
J Penyakit Dalam
. 210: 110-122.
Universitas Sumatera Utara
39
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan
Universitas Sumatera Utara
40
Lampiran 2.
Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan
Universitas Sumatera Utara
41
Lampiran 3.
Gambar daun segar, simplisia dan serbuk daun pegagan
Centella asiatica
Universitas Sumatera Utara
42
Lampiran 3 lanjutan
Universitas Sumatera Utara
43
Lampiran 4. Gambar mikroskopik serbuk simplisia daun pegagan
Centella asiatica
L. Urb. pada perbesaran 10 x 10
Keterangan : 1 = Epidermis dengan stomata 2 = Rambut penutup
3 = Serabut sklerenkim 4 = Epidermis atas dengan mesofil
Universitas Sumatera Utara
44
Lampiran 5. Bagan alur penelitian
Daun pegagan
Simplisia
Serbuk
Karakterisasi simplisia Skrining fitokimia
- Pemeriksaan makroskopik - Pemeriksaan mikroskopik
- Penetapan kadar air - Penetapan kadar sari larut
dalam air - Penetapan kadar sari larut
dalam etanol - Penetapan kadar abu total
- Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Pemeriksaan : - Alkaloid
- Flavonoida - Saponin
- Tanin - Steroidtriterpenoid
Dicuci dari pengotor hingga bersih Ditiriskan
Ditimbang Dikeringkan di lemari pengering
Dihaluskan
Universitas Sumatera Utara
45
Lampiran 5 lanjutan
Diremaserasi dengan etanol 70 hingga
diperoleh 100 bagian maserat
Serbuk simplisia 300 gram
Ampas Maserat
1
Dimaserasi dengan 75 bagian etanol 70
Ekstrak etanol kental 148.58 gram
Diuapkan menggunakan rotary evaporator
Depekatkan di atas penangas air Maserat
2
Maserat
Karakterisasi
Penetapan: - Kadar air
- Kadar sari larut dalam air
- Kadar sari larut dalam etanol
- Kadar abu total - Kadar abu tidak larut
dalam asam Pengujian aktivitas
antihiperurisemia
Pengukuran kadar asam urat
Skrining fitokimia
Pemeriksaan : - Alkaloida
- Flavonoida - Saponin
- Tanin - Steroidtriterpenoid
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 6. Perhitungan kadar air serbuk simplisia daun pegagan
Kadar Air = x 100
1. Kadar Air =
x100 = 4,0
2. Kadar Air =
x100 = 3,9
3. Kadar Air =
x100 = 4,0
Kadar Air Rata-Rata = = 3,97
No Berat Sampel g
Volume Air ml 1.
2. 3.
5,0 5,1
5,0 0,2
0,2 0,2
Universitas Sumatera Utara
47
Lampiran 7. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam air serbuk simplisia daun pegagan
1. Kadar Sari larut air =
x x100 = 17,28
2. Kadar Sari larut air =
x x100 = 17,18
3. Kadar Sari larut air =
x x100 = 17,28
Kadar Sari Larut air rata-rata = = 17,24
No Berat Sampel g
Berat Sari g 1.
2. 3.
5,005 5,006
5,005 0,173
0,172 0,173
Kadar sari larut air =
Berat sari g Berat sampel g
100 20
100
Universitas Sumatera Utara
48
Lampiran 8. Perhitungan penetapan kadar sari larut dalam etanol serbuk simplisia daun pegagan
No. Berat sampel g
Berat sari g Kadar
1. 5,0
0,16 16
2. 5,0
0,15 15
3. 5,0
0,15 15
1. Kadar sari larut dalam etanol =
0,16 g 5 g
100 20
100 = 16
2. Kadar sari larut dalam etanol =
0,15 g 5 g
100 20
100 = 15
3. Kadar sari larut dalam etanol =
0,15 g 5 g
100 20
100 = 15
Kadar rata-rata =
16 15 15 3
=
15,33 Kadar sari larut etanol =
Berat sari g Berat sampel g
100 20
100
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 9. Perhitungan penetapan kadar abu total serbuk simplisia daun pegagan
1. Kadar abu total =
0,1574 2,135 g
100 = 7,37
2. Kadar abu total =
0,1714 2,0156 g
100 = 8,50
3. Kadar abu total =
0,1593 2,0524 g
100 = 7,76
Kadar rata-rata =
7,73 8,50 7,76 3
100 = 7,87 No. Berat sampel g
Berat sari g Kadar
1. 2,1353
0,1574 7,37
2. 2,0156
0,1714 8,50
3. 2,0524
0,1593 7,78
Kadar abu total =
Berat abu total g Berat sampel g
100
Universitas Sumatera Utara
50
Lampiran 10. Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam simplisia daun pegagan
No. Berat sampel g
Berat abu g Kadar
1. 2,0012
0,1002 5,0
2. 2,0002
0,1020 5,1
3. 2,0001
0,1000 5,0
1. Kadar abu tidak larut dalam asam =
0,1002 2,0012 g
100 = 5,0
2. Kadar abu tidak larut dalam asam =
0,10 0 2,0002 g
100 = 5,1
3. Kadar abu tidak larut dalam asam =
0,1000 2,0001 g
100 = 5,0
Kadar rata-rata=
5,0 5,1 5,0 3
= 5,03 Kadar abu tidak larut dalam asam
= Berat abu g
Berat sampel g
x 100
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 11. Volume maksimum sesuai jalur pemberian dan konversi dosis.