BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Konsumsi Makanan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Hal ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi tenaga kerja pensortir daun tembakau masih tergolong
sangat kurang. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam
jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi apabila kekurangan itu berat maka akan timbul
defesiensi yang berat dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi Agung, 2002.
5.1.1 Konsumsi Energi
Hasil Food Recall menunjukkan bahwa rata-rata jumlah energi sebelum intervensi pada kelompok perlakuan sebanyak 1707,09 kkal dan kelompok kontrol
sebanyak 1820,83 kkal dimana perbedaan antara kedua kelompok adalah 113,74 kkal, setelah intervensi jumlah energi pada kelompok perlakuan sebanyak 1741,06 kkal
dan kelompok kontrol sebanyak 1843,41 kkal dimana perbedaan antara kedua kelompok adalah 102,35 kkal.
Riris Oppusunggu : Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah Fe Terhadap Produktivitas Kerja Wanita Pensortir Daun Tembakau Di Pt. X Kabupaten Deli Serdang, 2009
USU Repository © 2008
Rata-rata konsumsi energi pada tenaga kerja pensortir daun tembakau masih tergolong rendah karena belum sesuai dengan rata-rata kecukupan zat gizi orang
dewasa wanita bekerja sedang menurut umur 20-45 tahun tingkat asupan energi adalah sebesar 2200 kkal per hari. Maka kekurangan rata-rata energi adalah sebesar
493 kkal per hari atau 500 kkalhari. Kekurangan energi dapat terjadi karena rata-rata tenaga kerja hanya makan dua kali sehari yaitu waktu siang dan malam hari,
sedangkan pagi hari hanya mengkonsumsi sepotong roti dan secangkir teh manis kemudian untuk snack siang hanya sepotong bakwan atau pisang goreng. Secara
umum jumlah asupan energi setiap hari adalah sangat kurang. Menurut Almatsier 2004 menyatakan bahwa konsumsi makanan oleh
masyarakat atau keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasan makan secara perorangan. Hal ini
bergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan pendidikan masyarakat yang bersangkutan. Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di
Indonesia menunjukkan bahwa keadaan energi yang kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena
kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah
makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh Soegih, 1987.
Riris Oppusunggu : Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah Fe Terhadap Produktivitas Kerja Wanita Pensortir Daun Tembakau Di Pt. X Kabupaten Deli Serdang, 2009
USU Repository © 2008
Bagi orang dewasa yang bekerja keras akan membutuhkan energi yang banyak umumnya menggunakan cadangan energi dalam tubuhnya, akibat penggunaan
tersebut dan tidak adanya penggantian energi, sehubungan dengan kurangnya pemasukan zat makanan maka tenaga kerja tidak dapat diharapkan adanya
produktivitas kerja yang optimal atau bila seseorang bekerja keras tanpa diimbangi dengan makanan yang bergizi dan cukup setiap hari maka dalam waktu dekat akan
menderita kekurangan tenaga, lemas, lemah, lesu dan tidak bergairah melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan demikian persedian energi selama bekerja adalah
sangat diperlukan Kartasapoetra, 2005.
5.1.2 Konsumsi Protein