fungsi karya sastra itu pada dasarnya adalah media penyampaian isi hati pengarang atas apa yang dirasakan atau yang dialami oleh pengarang itu sendiri
atas apa yang terjadi pada masyarakat. Karya sastra dapat dikatakan merupakan gambaran tentang apa yang terjadi dalam masyarakat dengankata lain hal yang
disampaikan dalam karya sastra adalah cerminan masyarakat .
2.1.3 Folklore Menurut Jhon Harlod Brunvard dalam Danandjaja 1986:2, folklore adalah
”Sebagian hasil kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun oleh anggota kolektif macam apa saja yang dimiliki secara
tradisonal dalam versi berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai oleh alat gerak atau alat pembantu pengingat mnemonic device.”
Menurut Iing Suniarti dkk, dalam Sudjiman 16:1990 foklore adalah ” Kisahan anonim yang tidak terikat ruang dan waktu yang beredar secara lisan di
tengah masyarakat”.
2.1.4 Batak Toba
Dewasa ini suku Batak Toba terdiri dari sejumlah daerah Toba Toba Holbung, tetapi ada juga daerah di luar Toba yaitu, Uluan, Humbang, Samosir,
dan Silindung yang sebenarnya tidak termasuk daerah Toba. Oleh Uli Kozok Kozok, 1999:3 ”Suku Batak Toba adalah masyarakat
yang memiliki kesamaan atau kemiripan dari segi bahasa dan budaya serta pendidikan dengan masyarakat yang berdiam di tempat yang disebut Toba
Holbung, dan mereka ini lazim disebut etnis Toba oleh para ahli bahasa dan antropologis”.
2.2 Landasan Teori
Universitas Sumatera Utara
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural yang
dikembangkan oleh Propp. Pada awalnya teori Propp ini muncul karena penelitiannya pada cerita rakyat Rusia. Setelah dibandingkan dengan cerita-cerita
rakyat yang tersebar di belahan dunia memiliki kesamaan tindakan function, hanya cara penyampaainnya yang lebih beragam.
Adapun strukturalsime Propp ini yang diutamakan adalah perbuatan, function , ada 31 fungsi yang mendasari klasifikasi cerita rakyat itu Junus, 1988
: 63-64 . Adapun ke-31 fungsi tersebut adalah :
1. Seorang anggota keluarga meninggalkan rumah.
2. Wira diperingatkan dengan suatu larangan tertentu.
3. Larangan itu dilanggar.
4. Tokoh jahat berusaha untuk berkenalan.
5. Tokoh jahat mendapat informasi mengenai korbannya.
6. Tokoh jahat berusaha dan mencoba menipu korbannya.
7. Korban menyerah pada tipuan tokoh jahat atau terpengaruhi muslihat dari
tokoh jahat. 8.
Tokoh jahat melukai atau menculik salah satu anggota keluarganya. Anggota keluarga memerlukan pertolongan.
9. Malapetaka atau kekurangan itu dinyatakan; Wira dihadapkan kepada
suatu permintaan atau perintah; ia dibiarkan pergi atau disuruh. 10.
Pencari setuju atau memutuskan suatu tindakan balas tertentu. 11.
Wira meninggalkan rumah.
Universitas Sumatera Utara
12. Wira mengalami percobaan. Ia diserang dan mendapat bantuan dari
mahluk atau kekuatan supernatural. 13.
Wira bereaksi atas kekuatan atau kepada yang menolongnya. 14.
Wira mampu mendayagunakan kekuatan supernatural. 15.
Wira dibawa ke tempat benda yang dicarinya. 16.
Wira dan tokoh jahat terlibat pertempuran. 17.
Wira dikenal. 18.
Tokoh jahat dikalahkan. 19.
Malapetaka atau kekurangan pertama ditiadakan. 20.
Wira kembali ke rumah dalam perjalann. 21.
Wira dikejar. 22.
Wira selamat dari pengejaran. 23.
Wira sampai di rumah, atau di daerah atau di negara lain tanpa dikenali oleh siapapun.
24. Orang yang menyamar sebagai Wira mengajukan tuntutan yang tidak
berdasar. 25.
Wira kemabali dihadapkan pada tugas yang sukar. 26.
Tugas itu dapat diselesaikan. 27.
Wira dikenali. 28.
Kedok orang yang menyamar sebagai Wira terbuka. 29.
Orang yang menyamar sebagai Wira diberi muka baru. 30.
Tokoh jahat dihuku m. 31.
Wira kawin, menikah atau menaiki tahta kerajaan
Universitas Sumatera Utara
Fungsi-fungsi di atas dilengkapi dengan tujuh orang yang melakukan tindakan atau action yang melekat apa yang namanya function, adapun function tersebut
adalah,: 1.
Tokoh jahat. 2.
Pemberi . 3.
Penolong. 4.
Orang yang dicari putri mahkota dan ayahnya. 5.
Yang disuruh. 6.
Wira pencari atau korban. 7.
Seorang yang menyamar sebagai Wira. Junus,1988; 63-64 Hubungan function yang dikemukankan di atas sangat berkaitan dengan
motifeme yang dikemukakan oleh Alan Dundes. Berdasarkan pandangan Alan Dundes, setiap cerita itu mengandung, dua motifeme, empat motifeme, dan enam
motifeme. Struktur motifeme itu adalah sebagai berikut:
a. Dua motifeme; L Lack, dan LL Lack Liquidatet .
L adalah Lack, kekurangan atau discuiblirium yaitu keadaan yang tidak seimbang.
LL adalah Lack Liquidatet, kekurangan dihilangkan atau ecuilibrium yaitu seimbang.
b. Empat motifeme; Int, Viol, Conseq, dan AE.
Int adalah Interdiction yaitu larangan. Viol adalah Voilation yaitu pelanggaran.
Conseq adalah Consequence yaitu akibat.
Universitas Sumatera Utara
AE adalah Attempted Escape yaitu berusaha untuk melarikan diri. c.
Enam motifeme yaitu; L, LL, Int, Viol, Conseq, dan AE. L adalah Lack, kekurangan atau discuiblirium yaitu keadaan yang tidak
seimbang. LL adalah Lack Liquidatet, kekurangan dihilangkan atau ecuilibrium yaitu
seimbang. Int adalah Interdiction yaitu larangan.
Viol adalah Voilation yaitu pelanggaran. Conseq adalah Consequence yaitu akibat.
AE adalah Attempted Escape yaitu Berusaha untuk melarikan diri. Setelah cerita rakyat dianalisis secara struktural kemudian dilanjutkan
dengan analisis fungsi yang dikemukakan oleh Bascom Danandjaya, 1986:19- 20, foklor memiliki empat fungsi yaitu:
a. Sebagai system proyeksi Projective system
b. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga
kebudayaan. c.
Sebagai alat pendidikan anak Pedagogical device . d.
Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar anggota kolektif dari masyarakat tersebut mematuhinya.
Fungsi yang diutarakan tersebut di atas didasarkan pada pencatatan hal-hal yang tampak atau tersirat dalam cerita Batak Toba. Tentang fungsi tersebut,
kemudian dilanjutkan dengan penyebaran angket yang berisi sejumlah pertanyaan kepada masyarakat Batak Toba secara acak. Hal ini bertujuan untuk melihat
bagaimana sebenarnya fungsi cerita rakyat itu di tengah-tengah masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
cenderung meninggalkan dan mulai lupa cerita rakyat tersebut. Penyebaran angket ini tidak “menghancurkan” konsep teori fungsi dari William R. Bascom, justru
sebaliknya. Hal ini digunakan untuk memperkuat legitimasi akan teorinya tersebut.
Penulis memilih teori ini karena teori fungsi yang dikemukakan oleh Bascom mampu memberikan penjelasan mengenai kebenaran fungsi cerita rakyat itu bagi
kehidupan masyarakakat Batak Toba.
2.3 Tinjauan Pustaka