Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan karier atau Carrier development adalah suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam suatu organisasi dalam jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan Martoyo, 2000. Menurut Anoraga 2000, karier merupakan suatu urutan promosi atau pemindahan transfer kejabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik dalam hierarki hubungan kerja selama kehidupan kerja seseorang. Perusahaan pada umumnya selalu terdapat perbedaan baik dari pengetahuan, keahlian, karakter, dan kemampuan serta keterampilan bekerja dari tiap-tiap karyawan. Untuk mengatasi perbedaan tersebut, maka karyawan dituntut untuk meningkatkan mutu kemampuannya melalui program pelatihan kerja. Menurut Nitisemito dalam Hutagaol, 2002 bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan keterampilan, sikap, tingkah laku dan pengetahuan dari para karyawan sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. Pelatihan kerja dilakukan untuk meningkatkan kemampuan yang ada dalam diri karyawan. Karyawan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang Universitas Sumatera Utara ada dan semakin meningkatkan kelebihan-kelebuhan ataupun keterampilan yang dimilikinya. Karyawan yang mengikuti pelatihan kerja di perusahaan pada umumnya tidak semua yang mengalami pengembangan karier. Hal tersebut dikarenakan produktivitas kerja karyawan yang belum tentu meningkat. Kendala yang dihadapi perusahaan adalah bagaimana penerapan keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan di dalam perusahaan, sehingga dengan demikian diharapkan dapat mendorong meningkatnya produktivitas kerja karyawan tersebut. Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil dengan masukan sebagaimana Hasibuan 2000 menyatakan bahwa: Produktivitas adalah perbandingan antara hasil output dengan masukan input. Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi waktu-bahan- tenaga dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya. Ukuran output dapat dinyatakan dalam bentuk: jumlah satuan fisik produkjasa, nilai rupiah produkjasa, nilai tambah, jumlah pekerjaankerja dan jumlah laba kotor. Sedangkan ukuran input dapat dinyatakan dalam bentuk: jumlah waktu, tenaga kerja, jam-orang, biaya tenaga kerja, jam mesin, biaya penyusutan dan perawatan mesin, material, biaya material, seluruh biaya pengusahaan dan luas tanah. Menurut Kendrich dalam Stoner, 1996 menyatakan produktivitas sebagai hubungan antara keluaran output = O berupa barang dan jasa dengan masukan Universitas Sumatera Utara input = I berupa sumber daya, manusia atau bukan, yang digunakan dalam proses produksi; hubungan tersebut biasanya dinyatakan dengan bentuk rasio OI. Tingkat rasio produktivitas pada periode tertentu ataupun perbandingannya dengan rasio produktivitas dari waktu ke waktu merupakan tolak ukur yang penting. Tingkat produktivitas pada saat tertentu menggambarkan efisiensi operasi pada saat itu. Sementara, perbandingan dari waktu ke waktu akan menunjukkan peningkatan atau penurunan produktivitas. PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan adalah salah satu perusahaan BUMN di Indonesia yang bergerak dalam bidang jasa transportasi udara. PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan setiap tahunnya selalu memperhatikan produktivitas kerja karyawannya. Perkembangan produktivitas kerja karyawan pada PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Tabel 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat produktivitas kerja karyawan PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan. Tabel 1.1 Tingkat Produktivitas Kerja Karyawan PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan Tahun 2005 Sampai dengan Tahun 2009 dalam persen 2005 2006 2007 2008 2009 73 75 79 82 84 Sumber : PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan 2010. Data diolah. Tingkat produktivitas kerja tersebut dihitung berdasarkan perbandingan antara OI. Kriteria penilaian besarnya output ditentukan oleh jumlah pekerjaan yang diselesaikan, tingkat pelayanan, nilai tambah dan laba yang dihasilkan. Universitas Sumatera Utara Kriteria penilaian input dinyatakan dalam jumlah tenaga kerja, waktu dan biaya tenaga kerja. Pengembangan karier karyawan diharapkan akan terwujud dengan meningkatnya produktivitas kerja karyawan tersebut, karena perusahaan memberi perhatian terhadap usaha yang dilakukan oleh karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerjanya. Semakin baik produktivitas kerja karyawan, maka diharapkan semakin baik pula pengembangan karier yang dialami oleh karyawan tersebut. Tabel 1.2 di bawah ini menjelaskan mengenai pengembangan karier karyawan PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan. Tabel 1.2 Jumlah Karyawan PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan yang Mendapat Pelatihan Kerja dan Dipromosikan Grade 1 – Grade 14 Tahun 2005 Sampai dengan Tahun 2009 Divisi Pelatihan Kerja Promosi Jabatan 2005 - 2009 2005 2006 2007 2008 2009 Divisi Pel. OPS LLU 32 35 33 28 30 81 Divisi Pel. OPS Bandara 31 40 35 37 38 166 Divisi T. Elektro dan Listrik 28 30 29 31 33 72 Divisi Peralatan 17 19 16 17 18 37 Divisi Adm Komersial 22 23 25 27 28 57 J u m l a h 413 Sumber : PT Angkasa Pura II Persero Bandara Poloniia Medan 2010. Data diolah. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.2 di atas menunjukkan pengembangan karier pada PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan ditentukan oleh banyaknya karyawan yang memperoleh promosi jabatan. Dimana setiap karyawan yang diberi kesempatan dalam promosi jabatan tersebut harus menjalani pelatihan kerja terlebih dahulu. Selain itu juga dilihat dari tingkat produktivitas kerja masing- masing karyawan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelatihan Kerja dan Produktivitas Kerja terhadap Pengembangan Karier Karyawan pada PT Angkasa Pura II Persero Bandara Polonia Medan”.

B. Perumusan Masalah