Ideologi Media TINJAUAN TEORITIS

yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua model; 1 model good news story dan 2 model bad news story. 58 4. Tahap Konfirmasi Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca penonton, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial. 59

C. Ideologi Media

Kata ideologi banyak dipergunakan dalam arti yang berbeda-beda, dan tidak ada keseragaman mengenai pengertian ideologi. Kita tidak bisa berbicara tentang ideologi tanpa menjabarkan dulu apa yang kita maksud. Bila kita ingin merespon pendapat orang lain mengenai ideologi, maka kita harus paham terlebih dulu dalam arti apa ideologi dipakai olehnya. Ini dilakukan supaya terjadi saling kesepahaman. Raymond William mengklasifikasikan kata ideologi ke dalam tiga arti. 60 Pertama, ideologi merupakan sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki kelompok atau kelas tertentu. Definisi ini banyak digunakan oleh kalangan psikologi yang 58 Ibid, h. 209. 59 Ibid, h. 212. 60 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS, 2007, h. 87-92. melihat ideologi sebagai seperangkat sikap yang dibentuk dan diorganisasikan dalam bentuk yang koherensaling berhubungan. Kedua, ideologi merupakan sebuah kesadaran palsu. Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori di mana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain yang tidak dominan. Karena kelompok yang dominan mengontrol dengan ideologi yang disebarkan ke dalam masyarakat, maka akan membuat kelompok yang didominasi melihat hubungan itu tampak natural, dan diterima sebagai kebenaran. Di sini ideologi disebarkan lewat berbagai instrumen, mulai dari pendidikan, politik sampai media massa. Ketiga, Ideologi merupakan proses umum produksi makna dan ide. Ideologi di sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna. Franz Magnis Suseno mengartikan ideologi: 1 ideologi sebagai kesadaran palsu, ideologi dalam hal ini diartikan sebagai sesuatu yang mempunyai konotasi yang negatif, sebagai claim yang tidak wajar atau tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan berpihak kepada yang mempropagandakannya penguasa. 2 Ideologi dalam arti netral, diartikan sebagai sistem berpikir, nilai-nilai, dan sikap dasar rohani sebuah gerakan, kelompok sosial atau kebudayaan. 3 Ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah. Dalam filsafat sosial yang berhaluan positivistik, segala pemikiran yang tidak dapat dites secara matematis-logis atau empiris, atau dengan kata lain tidak rasional, dapat disebut ideologis. 61 61 Franz Magnis, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis Yogyakarta: Kanisius, 2001, h.230. Untuk mengetahui bagaimana cara atau penyebaran ideologi itu dilakukan, teori Gramsci tentang hegemoni layak menjadi acuan. Antonio Gramsci membangun suatu teori yang menekankan bagaimana penerimaan kelompok yang didominasi terhadap kehadiran kelompok dominan berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan. Dalam konteks ini, media dapat menjadi sarana di mana satu kelompok meninggikan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Ini bukan berarti media sebagai kekuatan jahat yang secara sengaja merendahkan masyarakat bawah. 62 Artinya, hegemoni dipandang sebagai cara kelompok dominan untuk menguasai media massa dalam memperkuat posisinya terhadap kelompok lainnya yang didominasi. Kelompok dominan pemilik kekuasaan dapat mempergunakan media massa untuk merendahkan kelompok yang lemah. Konsep hegemoni dipopulerkan ahli filsafat politik terkemuka Italia, Antonio Gramsci, yang berpendapat bahwa kekuatan dan dominasi kapitalis tidak hanya melalui dimensi material dari sarana ekonomi dan relasi produksi, tetapi juga kekuatan force dan hegemoni. Jika yang pertama menggunakan daya paksa untuk membuat orang banyak mengikuti dan memenuhi syarat-syarat suatu cara produksi atau nilai-nilai tertentu, maka yang terakhir meliputi perluasan dan dominasi oleh kelas penguasa lewat kegunaan kepemimpinan intelektual, moral dan politik. Hegemoni menekankan pada bentuk ekspresi, cara penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan, mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya, sehingga itu berlangsung mempengaruhi dan membentuk alam pikir mereka. Proses itu terjadi dan berlangsung melalui pengaruh budaya yang disebarkan secara sadar dan meresap, serta berperan dalam menafsirkan pengalaman tentang kenyataan. Seperti yang dikatakan Raymond William, hegemoni bekerja melalui dua saluran: ideologi dan budaya melalui makna nilai-nilai itu bekerja. Melalui hegemoni, ideologi kelompok dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaan dapat ditularkan. Akan tetapi, berbeda dengan manipulasi dan indoktrinasi, hegemoni justru melihat wajar, orang menerima sebagai kewajaran dan sukarela. Ideologi hegemoni itu menyatu dan tersebar dalam praktek, kehidupan, persepsi, dan pandangan dunia sebagai suatu yang dilakukan dan dihayati secara sukarela. 63 Peneliti berkesimpulan, bahwa hegemoni merupakan cara yang digunakan untuk memaksa ideologi kelas penguasa kelompok yang dominan kepada kelompok yang tidak dominan. Hegemoni melakukan penyebarannya melalui dua saluran, yakni ideologi dan budaya. 62 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 103. 63 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 104. Gambar 3: “Hierarchy of Influence” Shoemaker and Reese Karl Marx menyatakan ideologi sebagai “kesadaran palsu”. Van Dijk menjelaskan “kesadaran palsu” tersebut, “ Bagaimana kelompok dominan memanipulasi ideologi kepada kelompok yang tidak dominan melalui kampanye disinformasi..., melalui kontrol media dan sebagainya”. 64 Dalam hubungannya dengan media massa, kecenderungan atau perbedaan setiap media massa dalam memproduksi informasi kepada khalayak, dapat diungkap dengan pelapisan-pelapisan yang meliputi insitusi-institusi media massa. Dengan kata lain, pelapisan-pelapisan inilah yang mempengaruhi isi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese membentuknya dalam model “Hierarchy of Influence”, sebagai berikut: 65 Tingkat Ideologis 5 Tingkat Ekstramedia 4 Tingkat Organisasi 3 Isi Media Tingkat Rutinitas Media 2 Tingkat Individual 1 1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Diantaranya adalah karakteristik pekerja komunikasi wartawan, latar belakang personal dan profesional. 2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan seleksi-seleksi yang dihasilkan oleh komunikator. 64 Ibid, h. 13. 65 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, h. 138. 3. Pengaruh Organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah mencari keuntungan materil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengauh pada isi yang dihasilkan. 4. Pengaruh dari luar organisasi. Pengaruh ini meliputi lobi dari kelompok kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan dibidang pers. 5. Pengaruh ideologi. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi di sini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat. 66 Bila dikaitkan dengan masalah penelitian di dalam skripsi ini, maka Harian Kompas dan Republika memiliki hegemoni dan ideologi di dalam medianya serta mempengaruhinya dalam mengkonstruksi realitas.

D. Teori Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki