105
timbunan sampah yang kurang dari 10 meter dari sumber air bersih.
6.3.2. Hubungan
Personal Hygiene Ibu Balita dengan Riwayat Penyakit Diare
Higiene perorangan merupakan ciri berperilaku hidup sehat. Beberapa kebiasaan berperilaku hidup sehat antara lain
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
Depkes RI, 2006. Wardhani 2010, Yusiana dan Devita 2013 dan Hanif
dkk. 2011 menyebutkan ada hubungan antara praktik personal hygiene ibu balita dengan kejadian diare balita di Kelurahan
Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Begitupun dalam penelitian Setyanto 2006 menyebutkan hubungan yang
bermakna antara personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita umur 6-24 bulan rawat inap Puskesmas Wirosari I Kabupaten
Grobogan. Fatmawati 2003 pun menyatakan ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian diare.
1. Kebiasaan Cuci Tangan Setelah Buang Air Besar Ibu Balita
Hasil uji statistik menunjukkanbahwa nilai OR sebesar 0,818 dengan nilai interval CI 95 0,340-1,972, sehingga dapat
disimpulkan kebiasaan mencuci tangan setelah Buang Air Besar
106
merupakan faktor protektif karena nilai OR1 namun tidak memiliki hubungan karena nilai interval CI 95 yang tidak
menunjukkan tidak ada hubungan. Lauziah 2012, Rosisdi dkk. 2010, Elfiatri 2008 dan
Sinaga dkk 2013 menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare. Rompas dkk.,
Amaliah 2010 dan Mansur 2013 menyimpulkan dalam hasil penelitiannya bahwa ada hubungan antara perilaku cuci tangan
pakai sabun dengan terjadinya diare. Sehingga hubungan antara cuci tangan pakai sabun sangat penting untuk mencegah penyakit
termasuk diare. Hasil penelitian Wardayu 2010, Kamilla dkk. 2012 dan
Taosu dkk. 2013 menyatakan bahwa ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan setelah Buang Air Besar dengan
kejadian diare. Ketidaksesuaian
penelitian ini
dengan penelitian
sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan cuci tangan setelah buan air besar dengan kejadian diare ini dapat
disebabkan oleh karena kekurangan peneliti dalam menggali dan mengingatkan responden akan pertanyaan tentang kebiasaan
mencuci tangan setelah Buang Air Besar. Hal ini pun menjadi salah satu kekurangan dalam metode case control yang seringkali
107
sulit merekam dan menggali kejadian yang telah berlalu kepada responden dalam penggalian faktor risiko.
Selain itu variable ini tidak berhubungan bisa terjadi karena ada beberapa responden yang memang tidak berhubungan
langsung dengan balita atau kesalahan pemiihan responden yang memiliki pengasuh sehingga tidak terjadi paparan secara langsung
ke balita. Penelitian ini meneliti ibu balita sebagai responden
sehingga ada kemungkinan balita yang memiliki riwayat penyakit diare telah mampu makan sendiri dan tidak memiliki paparan
langsung dengan ibu balita sehingga tidak langsung menjadi faktor risiko. Selain itu dari distribusi kebiasaan cuci tangan setelah
buang air besar pada ibu balita terlihat sudah sangat baik dengan jumlah 222 91,0 dari total sampel 244. Sehingga diare di
Kelurahan Andir tidak disebabkan oleh personal hygiene berupa kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar karena kebiasaan
responden yang sudah baik. Namun dari jumlah responden yang memiliki riwayat penyakit diare lebih kecil dari jumlah responden
tidak memiliki riwayat penyakit diare. Hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya observasi secara langsung kepada responden
sehingga ada kemungkinan responden tidak mengatakan kebiasaan yang sebenarnya.
2. Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Makan Ibu Balita
108
Hasil uji statistik menunjukkanbahwa nilai OR sebesar 0,256 dengan nilai interval CI 95 0,148-0,443, sehingga dapat
disimpulkan kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita merupakan faktor proteksi karena nilai OR1. Nilai CI 95
menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita dengan riwayat penyakit diare. Nilai OR
menunjukkan bahwa kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita yang buruk dapat 10,256 atau 3,9 kali menimbulkan
riwayat penyakit diare dibandingkan kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita yang baik.
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Taosu dkk. 2013 dan Kamilla dkk. 2012 yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita dengan kejadian diare pada balita. Hal ini terlihat sudah baiknya reponden
dalam kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita dengan jumlah mencapai 148 orang dari 244 orang. Jumlah tersebut
mayoritas tidak memiliki riwayat diare dengan jumlah 93 orang. Hasil survey Environmental Service Program ESP tahun
2011 di Indonesia menunjukkan hanya sekitar 3 responden yang mencuci tangan dengan sabun, dengan rincian: responden yang
mencuci tangan setelah buang air besar hanya 12 , setelah membantu BAB Buang Air Besar bayi 14 , sebelum makan
14, sebelum memberi makan bayi 7 , dan sebelum menyiapkan