Konsumsi Rumah Tangga Pilihan dalam Mengkonsumsi

Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009. USU Repository © 2009 mana pendapatan tenaga kerja seumur hidup yang diharapkan akan berhubungan dengan pendapatan disposable tenaga kerja “yang sekarang”.Jhingan, 1994:17

2.1.1 Konsumsi Rumah Tangga

Herlambang dkk., 2001www.journal.com Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah total nilai pasar dari barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli oleh rumah tangga dan lembaga-lembaga nirlaba. Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri atas dua komponen utama, yaitu a pengeluaran untuk membeli barang- barang tahan lama seperti mobil, mesin cuci, tv, dan yang lainnya; b pengeluaran untuk barang-barang yang tidak tahan lama, seperti makanan, pakaian, sabun, dan jasa lainnya. Dumairy, 1997www.journal.com Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatan. Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan semakin besar pula pengeluarannya untuk konsumsi. Perilaku konsumsi masyarakat tidak bisa dilepaskan dari perilaku tabungannya. Bilamana pendapatan bertambah, baik konsumsi maupun tabungan, akan sama-sama bertambah. Pola konsumsi masyarakat yang kurang mapan biasanya didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primer. Sebaliknya, yang sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau tersier. Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009. USU Repository © 2009

2.1.2 Pilihan dalam Mengkonsumsi

Pada hakikatnya kegiatan untuk membuat pilihan dapat dilihat dari dua segi. Dari segi penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki dan dari segi mengkonsumsi barang-barang yang dihasilkan. Setiap individu harus memikirkan cara terbaik dalam menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Usaha ini juga bertujuan untuk memaksimumkan pendapatan yang akan dinikmatinya dengan menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Seterusnya dengan pendapatan yang diterima, setiap individu akan menetukan jenis-jenis dan jumlah barang yang akan dikonsumsi. Dengan pendapatan yang dimiliki, setiap individu tidak dapat memiliki semua barang yang diinginkan. Oleh sebab itu sekali lagi mereka harus menentukan pilihan. Persoalan yang harus mereka selesaikan adalah: dengan menggunakan pendapatan mereka, barang-barang apakah yangperlu dibeli dan berapa jumlahnya agar pembelian dan penggunaan barang-barang tersebut akan memberi kepuasan yang maksimum bagi diri dan keluarganya Sukirno, 2008:8. Apabila dipergunakan tanpa kualifikasi apapun, istilah konsumsi itu, di dalam ilmu ekonomi akan secara umum diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Namun harap diingat bahwa beberapa macam barang, seperti mesin-mesin maupun bahan mentah, dipergunakan untuk menghasilkan barang lain. Hal ini dapat kita sebut sebagai konsumsi produktif, sedangkan konsumsi yang langsung dapat memuaskan kebutuhan disebut sebagai konsumsi akhir . sekarang ini sudah tidak ada lagi yang Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009. USU Repository © 2009 memperdebatkan, bahwa makanan yang dimakan oleh para buruh demi pekerjaan mereka adalah konsumsi produktif. Oleh karena itu, bahwa bahan bakar yang dikonsumsi oleh mesin-mesin dengan makanan yang dikonsumsi oleh para buruh atau para pekerja merupakan analogi yang benar. Namun, demikian sebenarnya terdapat perbedaan yang amat penting diantara keduanya, yaitu bahwa mesin-mesin itu secara spesifik sekali sengaja disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan tertentu untuk memberikan jasa-jasa ekonomisnya serta tidak dapat disangkal lagi bahwa mesin itu sendiri sebenarnya tidak pernah mengharapkan untuk dapat mengkonsumsi bahan bakar itu. Sementara itu para pekerja, konsumsi makanannya itu ditentukan dengan memperhatikan selera maupun kesejahteraan.Rosyidi, 2006 :163

2.1.3 Konsep Kebutuhan Dasar