Optik Perancangan Aplikasi Pengajaran Berbantuan Komputer Dengan Model Tutorial Pelajaran Fisika Pada SMA

Mysql show databases; Mysql create database dataakademik; Mysql create database testing; Mysql show databases; Mysql drop database testing; Mysql show databases; Mysql use dataakademik; Mysql create table mahasiswa - nim int3 primary key, - nama varchar30, - alamat varchar12, - telpon vcarchar12; Mysql show tables; Mysql desc mahasiswa; Mysql alter table mahasiswa change nim nim int8; Mysql desc mahasiswa; Mysql create table percobaannomor int2; Mysql show tables; Mysql drop table percobaan; Mysql show tables; Mysql insert into mahasiswa values 13593032, ‘Mardian Hardipto’,’Haiteu Utara’,’Bandung’,’6013853’; Mysql insert into mahasiswanim,nama,alamat values 13593029,’agus Sutiawan’,’Bagusrangin’,’Bandung’,’2505050’; Mysql select from mahasiswa; Mysql update mahasiswa set telepon=’2503645’ where nim=13593029; Mysql select from mahasiswa; Mysql delete from mahasiswa where nama=’Mardian Hardipto’; Mysql select from mahasiswa; Mysql grant insert, select on data. to sutolocalhost identified by ‘berbahaya’; Mysql exit;

2.6 Optik

Cabang fisika yang mempelajari cahaya yang meliputi bagaimana terjadinya cahaya, bagaimana perambatannya, bagaimana pengukurannya dan bagaimana sifat-sifat cahaya dikenal dengan nama optika . Dari sini kemudian dikenal kata optik yang berkaitan dengan kacamata sebagai alat bantu penglihatan. Optika dibedakan atas optika geometri dan optika fisik. Universitas Sumatera Utara Pada optika geometri seperti telah dikatakan pada pendahuluan modul ini dipelajari sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif lebih besar dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya. Sedangkan pada optika fisik cahaya dipelajari dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif sama atau lebih kecil dibanding panjang gelombang cahaya sendiri. Modul ini hanya membahas optika geometri sebab optika fisik baru akan dipelajari di kelas tiga jurusan IPA.

2.6.1 Hukum Pemantulan Cahaya

Bayangan yang dibentuk oleh cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung disebabkan oleh pemantulan cahaya dari permukaan cermin. Pemantulan cahaya merupakan pembalikan cahaya dari suatu permukaan. Cahaya yang dipantulkan oleh suatu benda sehingga kita dapat melihat benda tersebut.

2.6.2 Pemantulan Cahaya

2.6.2.1 Cermin Datar

Sifat bayangan: Maya, sama besar, tegak. r i = Di mana: i = sudut datang r = sudut pantul Contoh: Pada gambar berikut ini, sudut manakah yang merupakan sudut datang dan yang manakah sudut pantul? Universitas Sumatera Utara 2 1 3 a b c d Gambar 2.2 Pemantulan Cahaya pada Bidang Datar Penyelesaian: Garis 2 pada gambar di atas melukiskan sinar datang ke permukaan cermin sedangkan garis 1 adalah garis normal. Sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis normal. Jadi sudut datang adalah c, sedangkan sudut pantul dibentuk oleh garis normal 1 dan sinar pantul 3 dan besarnya sama dengan sudut datang. Pada gambar sudut pantul adalah b.

2.6.2.2 Cermin Cekung

Cermin cekung bersifat mengumpulkan sinar konvergen. 2 R f + = atau f s s 1 1 1 = + Untuk cermin cekung f dan R bertanda positif + dan untuk cermin cembung f bertanda negatif - dan R bertanda negatif -. Di mana: f = jarak fokus R = jari-jari bidang lengkung s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin Universitas Sumatera Utara Contoh: Sebuah benda tinggi 2 cm terletak 30 cm di depan cermin cekung yang mempunyai jari-jari kelengkungan 30 cm. Tentukan letak dan tinggi bayangannya? Penyelesaian: h’ = Tinggi bayangan = ...? h = tinggi benda = 2 cm s = 30 cm R = 30 cm R s s 2 1 1 = + kali s s m 1 30 30 = = = 30 2 1 30 1 = + s h h m = 30 1 30 1 30 2 1 = − = s h m h . = cm s 30 = cm h 2 2 1 = × = Jadi letak bayangan dari cermin 30 cm dan tingginya 2 cm, bayangannya nyata terbalik sama besar.

2.6.2.3 Cermin Cembung

Cermin cembung bersifat menyebarkan sinar divergen. 2 R f − = Di mana: f = jarak fokus R = jari-jari bidang lengkung Universitas Sumatera Utara Contoh: Benda yang tingginya 4 cm terletak 40 cm di depan cermin cembung yang mempunyai jarak fokus 10 cm. Tentukan letak, tinggi dan sifat bayangannya. Penyelesaian: s = 40 cm f = 10 cm h = 4 cm f s s 1 1 1 = + h h s s = 10 1 1 40 1 − = + s 4 40 8 h = − 40 1 40 4 1 − − = s 40 24 − = h 40 5 1 − = s cm h 8 , − = cm s 8 − = Jadi jarak bayangan dengan cermin 8 cm, tingginya 0,8 cm, dan bayangannya maya terbalik diperkecil.

2.6.3 Pembiasan Cahaya

2.6.3.1 Indeks Bias

Indeks bias mutlak adalah perbandingan antara cepat rambat cahaya di udara vakum dengan cepat rambat cahaya dalam medium. Persamaan umum Snellius: 2 2 1 1 sin sin θ θ n n = Universitas Sumatera Utara Indeks bias mutlak adalah perbandingan antara cepat rambat cahaya di udara vakum dengan cepat rambat cahaya dalam medium. med V c n = Di mana: n = Indeks bias θ = Sudut antara ke dua cermin c = Cepat rambat udara di udara 3 x 10 8 ms V med = Cepat rambat cahaya dalam medium Tabel 2.2 Indeks Bias Mutlak Beberapa Medium Medium med V c n = Vakum Udara Air Etilalkohol Kuarsa Kerona Flinta Plexiglas Intan 1,0000 1,0003 1,33 1,36 1,46 1,52 1,58 1,51 2,42 Contoh: Bila laju cahaya dalam vakum 3 x 10 8 ms dan indeks bias air 1,33 serta indeks bias intan ialah 2,40. Hitunglah cepat rambat cahaya dalam air dan intan? Penyelesaian: c = 3 x 10 8 ms n air = 1,33 n intan = 2,40 Universitas Sumatera Utara Cepat rambat cahaya dalam air = Cepat rambat cahaya dalam intan = Maka cepat rambat cahaya dalam air adalah 2,25 x 10 8 ms dan cepat rambat cahaya dalam intan adalah 1,25 x 10 8 ms

2.6.3.2 Prisma

Prisma adalah alat optik yang dibatasi oleh dua bidang datar yang membuat sudut satu sama lain dan dapat membias serta menguraikan cahaya. Perpotongan antara sinar yang masuk dan sinar keluar dari prisma disebut sudut deviasi. Besar sudut deviasi D. Maka besar sudut deviasi umum: β − + = 2 1 r i D Deviasi minimum: β 1 − = n D m Di mana: D = sudut deviasi i 1 = sudut datang pada bidang 1 r 2 = sudut bias pada bidang 2 β = sudut pembias prisma D m = deviasi minimum n’ = indeks bias prisma Universitas Sumatera Utara

2.6.3.3 Lensa cekung

1 1 1 s s f + = Di mana: f = jarak fokus s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin Contoh: Sebuah benda diletakkan pada jarak 30 cm dari sebuah lensa cekung yang fokusnya 15 cm. Jika tinggi benda 6 cm, tentukan jarak bayangan, perbesarannya, dan tinggi bayangan yang terbentuk Penyelesaiannya: m = perbesaran bayangan s = 30 cm f = -15 cm h = 6 cm f s s 1 1 1 = + s s m = h h m = 15 1 1 30 1 − = + s 30 10 = m 6 3 1 h = 30 1 15 1 1 − − = s kali m 3 1 = cm h 2 = 30 1 2 1 − − − = s 10 1 30 3 1 − = − − = s Universitas Sumatera Utara cm s 10 − = Sehingga jarak bayangan = 10 cm, perbesarannya = 13 kali, dan tinggi bayangan yang terbentuk = 2 cm.

2.6.3.4 Lensa Cembung

h h s s m = = Di mana: m = perbesaran bayangan s = jarak benda ke cermin s = jarak bayangan ke cermin h = tinggi benda h = tinggi bayangan, Marthen, 1999, hal: 212-215 Contoh: Sebuah benda diletakkan di depan lensa yang mempunyai jarak fokus 20 cm. Bayangan yang terbentuk 5 kali lebih besar dari benda dan di belakang lensa. a. Apa jenis lensa itu? b. Berapakah jarak benda? Penyelesaian: f = 20 cm m = 5 kali a. Lensa cembung, karena bayangan di belakang lensa. b. s s m = s s 5 = f s s 1 1 1 = + Universitas Sumatera Utara 20 1 5 1 1 = + s s 20 1 5 1 5 = + s 20 1 5 6 = s 120 5 = s cm s 24 = Maka jarak benda tersebut ialah 24 cm. Universitas Sumatera Utara BAB 3 PERANCANGAN APLIKASI

3.1 Analisis Perancangan dan Pengembangan