Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara Yang Aman (Safety Riding) : (Study Deskriptif pada Anggota Klub Motor STiC Medan)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERAN KLUB MOTOR DALAM

PEMBENTUKAN PRILAKU

BERKENDARAAN YANG AMAN

(SAFETY RIDING)

(Studi Deskriptif Pada Anggota Klub STIC Medan) SKRIPSI

Diajukan Oleh:

070901043

Royan Prayudi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

(3)

ABSTRAK

Transportasi adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar, mulai dari kegiatan hidup tunggal yang paling sederhana sampai pada kegiatan hidup yang paling kompleks dan selalu

menimbulkan dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Pengendara memegang

peranan vital dalam berlalu lintas, temuan di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan penyebab utama dari kecelakaanlalu lintas. Berkendara yang aman (safety riding) sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman (safety riding) bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir dampak dari kecelakaan. Klub motor dapat di jadikan salah satu sarana untuk menanamkan disiplin berlalu lintas khususnya bagi para remaja yang di pandang masih memiliki emosi yang tidak stabil sehingga dapat membahayakan dri sendiri ataupun orang lain saat berkendara.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran atas apa yang dilihat dari situasi, kejadian dan perilaku. Lokasi penelitian ini berada di Jalan Setia Budi No 5 dimana tempat itu di jadikan kesekertariatan STiC dengan unit analisis adalah anggota klub motor STiC yang mengikuti kegiatan klub dan mengerti tentang Berkendara yang aman (safety riding).

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada informan di ketahui bahwa angota STiC banyak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan seputar lalu lintas dan sepeda motor, melalui kegiatan yang di buat oleh pengurus klub serta dilengkapi dengan peraturan yang mengikat. Sosialisasi yang diberikan juga tidak hanya sebatas dengan agenda klub saja namun juga hasil dari diskusi yang sering dilakukan oleh anggota yang lebih senior, selain itu klub juga membentuk satu nilai yang di tanamkan kepada seluruh anggotanya dimana setiap anggota harus menjaga harkat dan martabat klub di mata klub lain dengan selalu mengutamakan Berkendara yang aman (safety riding) setiap berkendara maupun itu di dalam klub ataupun di luar klub. Klub memiliki peran untuk dapat membentuk kepribadian anggotanya dalam berkendara dan klub juga memiliki kesadaran untuk mengkampanyakan Berkendara yang aman (safety riding) kepada masyarakat ini di tandai dengan selalu menyelipkan pengetahuan tentang berkendara pada setiap agenda yang di jalankan oleh klub.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan hidayahnya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan peyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berkat rahmat dan karuniaNya yang begitu besar sehingga penulis dapat merangkai kata dari kata dan menghadapi berbagai hambatan selama proses penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara Yang Aman (Safety Riding) ( Study Deskriptif pada Anggota Klub Motor STiC Medan). Dengan ketulusan hati, skripsi ini penulis persembahkan sebagai tanda bakti dan cinta penulis kepada kedua orang tua penulis yaitu Ibunda Rohana dan Ayahanda Surianto yang telah banyak mencurahkan doa dan kasih sayang pengorbanan baik moril maupun materil yang sangat tulus dan tiada henti kepada penuis. Ungkapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada kakakku tercinta Rita Ayu Rupa Sari SE yang telah memberikan dorongan,motivasi dan semangat yang sangat luar biasa dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama,bantuan dan dukungan dari semua pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(5)

Dengan kerendahan hati izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan yang tulus dan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati M.Si selaku Ketua Jurusan .

3. Bapak Drs. T.Ilham Saladin M.SP selaku Sekretaris Jurusan.

4. Bapak Drs. Junjungan SBP.Simanjuntak, M.Si Selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Rosmiani, M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah selalu memberikan arahan-arahan positif selama dalam proses belajar.

6. Staf Pengajar Khususnya Dosen-dosen sosiologi dan pegawai fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Khususnya Kak Beti dan Kak Feni dan juga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil besar dalam studi penulis.

7. Staf kepala desa yang telah memberikan data.

8. Kepada kakak dan adikku yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Ungkapan terimakasih yang setulus-tulusnya penulis persembahkan kepada Maya Lestari S.Sos atas cinta, kasih sayang, dan perhatian yang telah di berikan dengan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(6)

10.Buat sahabat-sahabat ku yang telah turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terutama Neko S.Sos, Adrian, Emby, Ridwan, Ngadino, Hadi, Aspipin dan teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Kepada informan-informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh penulis.

Terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas doa, dukungan dan partisipasinya, semoga amal kebaikan yang telah diberikan senantiasa mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin yarobbal alamin.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu masukan dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis hargai. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis banyak mengucapkan terimakasih.

Medan Januari 2013


(7)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan

Abstrak………...i

Kata Pengantar ... ...ii

Daftar Isi ... …...iv

Daftar Tabel ... …...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………...1

1.2 Perumusan Masalah ……….. ... ….…...9

1.3 Tujuan Penelitian ………...10

1.4 Manfaat Penelitian ………10

1.5 Defenisi Konsep ………..……….11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kelompok Sosia………...13

2.2 Peran Sosial ………...19

2.3 Perilaku Sosial ………...21

2.4 Sosial ………...23

2.5 Berkendara Yang Aman (Safety Riding)……….25


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ……….…31

3.2 Lokasi Penelitian ………...31

3.3 Unit Analisis Dan Informasi ………...32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………...32

3.5 Teknik Analisa Data ……….34

3.5 Bagan Penelitian...35

3.6 Jadwal Kegiatan ... ….……36

BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... …...…..38

4.1.1 Sejarah Singkat Perkembangan Klub Motor………...……...38

4.1.2 Sejarah Berdirinya STiC ... ……....39

4.1.3 Letak Kesekertariatan STiC ... …..…..40

4.1.4 Visi dan Misi...40

4.2 Profil Informan ... ……....41

4.2.1 Informan Kunci ……….41

4.2.2 Informan Biasa ………...50

4.3 Hasil Interpretasi Data ... ...…..56

4.3.1 Klub Motor dan Nilai Berkendara Yang Aman (Safety Riding) ……..56

4.3.2 Sosialisasi Berkendara Yang Aman (Safety Riding) Pada Klub Motor……….………..…..61

4.3.3 Peran Klub Motor Terhadap Pembentukan Perilaku Berkendara Yang Aman (Safety Riding) ... ….…..68


(9)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... ……..74 5.2 Saran ... ……..75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

3.6 Bagan Penelitian ………..35 3.7 Jadwal Kegiatan ………..36


(11)

ABSTRAK

Transportasi adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar, mulai dari kegiatan hidup tunggal yang paling sederhana sampai pada kegiatan hidup yang paling kompleks dan selalu

menimbulkan dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Pengendara memegang

peranan vital dalam berlalu lintas, temuan di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan penyebab utama dari kecelakaanlalu lintas. Berkendara yang aman (safety riding) sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman (safety riding) bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir dampak dari kecelakaan. Klub motor dapat di jadikan salah satu sarana untuk menanamkan disiplin berlalu lintas khususnya bagi para remaja yang di pandang masih memiliki emosi yang tidak stabil sehingga dapat membahayakan dri sendiri ataupun orang lain saat berkendara.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran atas apa yang dilihat dari situasi, kejadian dan perilaku. Lokasi penelitian ini berada di Jalan Setia Budi No 5 dimana tempat itu di jadikan kesekertariatan STiC dengan unit analisis adalah anggota klub motor STiC yang mengikuti kegiatan klub dan mengerti tentang Berkendara yang aman (safety riding).

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada informan di ketahui bahwa angota STiC banyak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan seputar lalu lintas dan sepeda motor, melalui kegiatan yang di buat oleh pengurus klub serta dilengkapi dengan peraturan yang mengikat. Sosialisasi yang diberikan juga tidak hanya sebatas dengan agenda klub saja namun juga hasil dari diskusi yang sering dilakukan oleh anggota yang lebih senior, selain itu klub juga membentuk satu nilai yang di tanamkan kepada seluruh anggotanya dimana setiap anggota harus menjaga harkat dan martabat klub di mata klub lain dengan selalu mengutamakan Berkendara yang aman (safety riding) setiap berkendara maupun itu di dalam klub ataupun di luar klub. Klub memiliki peran untuk dapat membentuk kepribadian anggotanya dalam berkendara dan klub juga memiliki kesadaran untuk mengkampanyakan Berkendara yang aman (safety riding) kepada masyarakat ini di tandai dengan selalu menyelipkan pengetahuan tentang berkendara pada setiap agenda yang di jalankan oleh klub.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi adalah salah satu elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan dalam perkembangannya. Tranportasi telah menjadi salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar, mulai dari kegiatan hidup tunggal yang paling sederhana sampai pada kegiatan hidup yang paling kompleks dan selalu menimbulkan dampak yang baik bagi kehidupan manusia. Transportasi selalu menjadi pembicaraan karena di pandang dapat menghemat waktu dalam memindahkan sebuah objek dari satu tempat ketempat yang lain.

Namun dalam perkembangannya transportasi juga menjadi salah satu penyebab kematian dalam masyarakat yang di akibatkan oleh kecelakaan salah satunya seperti yang di muat dalam harian Analisa tanggal 15 oktober 2012. Medan, (Analisa). Empat pengendara sepeda motor dikabarkan meninggal dunia akibat kecelakaan maut yang terjadi di Jalan Kapten Sumarsono depan Panglong Jaya Abadi dan Jalan Cinta Karya, Kelurahan Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia, Minggu (14/10) dinihari.Berdasarkan informasi yang dihimpun di Sat Lantas Polresta Medan, Minggu sore, awalnya kecelakaan maut terjadi di Jalan Kapten Sumarsono tepat di depan Panglong Jaya Abadi di mana tiga remaja diduga tewas di tempat akibat tabrakan antara dua sepeda motor Suzuki Spin dengan Yamaha Vixion.Tiga korban


(13)

tewas antara lain Yudi Wahyudi (16) warga Jalan Dusun VI Pringgan Karya V Helvetia yang menaiki Suzuki Spin, Yudistira (16) dan Kalay (16) keduanya warga Jalan Bambu, Kecamatan Medan Timur. Sedangkan seorang lagi Mahendra Janu (16) warga Jalan Veteran Pasar VI selamat dari kecelakaan maut dan saat ini mendapat perawatan di RS Martha Friska.

Berkendara yang aman (safety riding) sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk menjaga kelancaran transportasi, selain itu berkendara yang aman (safety riding) bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir dampak dari kecelakaan. Masyarakat sebagai subjek hukum harus patuh dan disiplin terhadap standart berkendara yang aman (safety riding) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dengan menerapkan berkendara yang aman (safety riding) maka akan menciptakan lalu lintas yang lancar dan aman bagi seluruh penggunanya. Memang tidak mudah untuk memahami manfaat dari berkendara yang aman (safety riding) yang baik, karena dianggap tidak nyaman dan membuang waktu terkadang terasa lebih menguntungkan apabila tidak mematuhi standar berkendara yang aman (safety riding) itu sendiri.

di akses pada hari minggu tanggal 9 Desember 2012 pukul 12.21 WIB ). Hal tersebut menunjukan bahwa berkendara yang aman (safety riding) penting untuk di implementasikan oleh seluruh unsur masyarakat dalam mengunakan sarana transportasi.

Masalah kedisiplinan dalam penggunaan berkendara yang aman (safety riding) berlalu lintas yang buruk merupakan fenomena yang terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Masalah ini mencakup seluruh kalangan baik masyarakat yang berpendapatan tinggi maupun dengan masyarak yang


(14)

berpenghasilan rendah, ini menunjukan masalah kedisiplinan bukan berasal dari perbedaan kesenjangan di masyarakat namun lebih kepada kesadaran diri untuk lebih mengutamakan keselamatan di jalan raya. Di Indonesia pemerintah pernah menyerukan gerakan disiplin nasional dalam kehidupan bermasyarakat yang dimulai dari disiplin di jalan raya. Salah satu wujudnya yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan atau lebih dikenal sebagai UULAJR. Adanya UULAJR diharapkan masyarakat dapat memahami dan melaksanakan undang-undang tersebut sebagai pedoman dalam disiplin berlalu lintas, tetapi kenyataannya masih banyak ditemui pelanggaran yang dilakukan oleh para pengguna jalan. Di beberapa tempat dapat dijumpai sejumlah kendaraan umum seperti angkot atau bus kota yang berhenti sembarangan padahal terdapat rambu dilarang berhenti, sepeda motor melewati trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki, berjalan melawan arus, berputar arah sembarangan, berkendara tanpa memiliki surat-surat yang lengkap, kebut-kebutan dan bermanuver di jalan yang padat serta tidak mengunakan helm sebagai standar keselamatan yang paling pokok bagi pengguna sepeda motor.

Fenomena ketidakdisiplinan masyarakat mengunakan safety riding dalam berlalu lintas ini salah satunya didukung oleh data Direktorat Polda Sumut. Pada tahun 2008 terjadi 1.239 kecelakaan dengan korban manusia mencapai 2.314 orang, 518 orang diantaranya meninggal dunia, 1.203 orang mengalami luka berat, dan 896 orang mengalami luka ringan. Pada tahun 2009 terjadi 1.556 kecelakaandengan korban manusia mencapai 2.700 orang, 877 orang meninggal dunia, 846 orang luka


(15)

kecelakaan dengan korban manusia mencapai 2.860 orang, .891 orang diantaranya meninggal dunia 275 orang luka ringan, dan 1.694 orang luka ringan.

Pada uraian di atas terlihat bahwa jumlah kecelakaan masih sangat tinggi dan relatif tidak menurun dari tahun ketahun. Menurut WHO angka kematian dan kecelakaan akibat pemakaian sepeda motor tertinggi di negara Asia. Menurut Hisashi Ogawa peneliti WHO tingginya angka kecelakaan lalu lintas pada pengguna sepeda motor terutama di negara yang sedang berkembang disebabkan:

1. Infrastruktur yang kurang baik.

2. Kurangnya disiplin pengguna sepeda motor dalam berkendaraan, mematuhi peraturan lalu lintas dan memperhatikan kelayakan atas kendaraannya (layak jalan).

3. Kurangnya mempergunakan perlengkapan pengaman diri untuk kecelakaan/Saefty Riding.

4. Memperoleh izin mengendara/SIM tanpa tes yang ketat.

Pada negara maju peraturan lalu lintasnya mewajibkan pengguna sepeda motor melengkapi diri dengan Berkendara yang aman (safety riding) yang tujuannya adalah:

1. Memperbaiki/meningkatkan perhatian dan penglihatan dari pengendara kendaraan lain terhadap keberadaan sepeda motor, sehingga dapat dihindari kecelakaan lalu lintas.


(16)

3. Sebagai padding atau pelindung tubuh (lutut, bahu, dan siku) dari benturan yang kuat.

4. Melindungi diri dari pengaruh cuaca seperti angin ribut, hujan, dan kedinginan.

5. Menekan tingkat kecelakaan yang terjadi setiap tahunnya

Pengendara memegang peranan vital dalam berlalu lintas. Temuan di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan penyebab utamadari kecelakaan lalulintas. Di Indonesia, menurut data statistik Polri mencatat angka sebesar 84% sedangkan data Departemen Perhubungan sebesar 86,8% setiap kecelakaan disebabkan oleh faktor pengemudi, mulai dari berkendara tanpa perlengkapan yang memadai, pelanggaran rambu-rambu dan pengatur lalu lintas, teknik dan kemampuan berkendara yang tidak benar hingga berkendara dalam kontrol yang buruk seperti mengantuk, mabuk alkohol atau narkoba. 91% kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh human error, 5% disebabkan faktor kendaraan, 3% faktor jalan dan 1% oleh faktor lingkungan. Faktor human eror menjadi penyumbang terbesar karena masyarakat tidak mematuhi peraturan lalu lintas atau berperilaku yang tidak terpuji selama berada di jalan raya. (www.docstoc.com › diakses hari Minggu 22 February 2012 pukul 10.00 WIB).

Perilaku seorang pengendara dipengaruhi oleh faktor luar berupa keadaan sekelilingnya, cuaca, daerah pandangan serta penerangan jalan di malam hari. Selain itu juga di pengaruhi emosinya sendiri seperti sifat tidak sabar dan marah-marah.


(17)

Seorang pengendara yang sudah hafal dengan jalan yang dilaluinya akan berbeda sifatnya dengan seorang pengemudi pada jalan yang belum dikenalnya. Dalam hal ini yang terakhir, pengemudi cenderung untuk mengikuti kelakuan pengemudi-pengemudi yang lainnya (Alik Ansyori, 2008 : 8).

Pada dasarnya penanaman disiplin berlalu lintas tidak hanya di bebankan ke sekolah dalam memberikan sosialisasi serta demonstrasi tertib berlalu lintas, tetapi juga melalui praktek-praktek di kesehariannya misalnya secara bergantian murid dilibatkan dalam membantu teman-temannya dan warga sekitar untuk menyeberang jalan di depan sekolah. Selain itu disiplin tidak hanya ditujukan bagi golongan tertentu saja melainkan harus ada pada setiap warga negara termasuk didalamnya para remaja.

Pada tahap remaja, seseorang akan tertarik pada kelompok sebaya karena remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan sikap yang sama sehingga banyak melakukan kegiatan bersama dalam mengisi waktu luangnya Salah satu bentuk kelompok di kalangan remaja adalah klub motor. Berkembangnya klub motor atau komunitas bikers di Kota Medan merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negatif. Situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat adalah klub motor melakukan tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat seperti balapan liar, mabuk-mabukan, tawuran, maupun narkoba. Bahkan komunitas bikers dianggap sebagai mesin penghasil generasi yang anarkis karena perilaku anggota klub motor di jalan terkadang mengganggu kenyamanan dan keamanan, misalnya saat konvoi di


(18)

jalan raya. Rombongan konvoi ini seolah-olah menjadi penguasa jalan sehingga pengguna jalan yang lain harus mengalah, apabila tidak mau maka mereka tidak segan-segan untuk melakukan tindakan intimidasi berupa makian, ancaman bahkan tindak kekerasan pada pengguna jalan lain yang juga memiliki hak yang sama atas penggunaan jalan umum.

Namun pada kenyataannya kelompok - kelompok bermotor tidak hanya di dominasi oleh klub motor saja namun ada juga klompok motor yang menamakan diri mereka sebagai Geng motor. Jika di cermati terdapat perbedaan yang mendasar antara Klub motor dan Geng motor yakni, Klub motor adalah sebuah kelompok yang dengan sengaja di bentuk sebagai wadah untuk menyalurkan hoby mereka di bidang otomotif, dan klub motor memiliki struktur organisasi dan Angaran Dasar Aturan Rumah Tangga (ADART) yang jelas beserta dengan peraturan yang mengikat para anggotanya. Salah satu klub yang ada di kota medan adalah STiC (Suzuki Thunder Independen Club). Klub yang berdiri pada tangal 8 bulan juni tahun 2008 ini memiliki peraturan yang harus di patuhi oleh setiap anggotanya. Seperti peraturan yang ada pada umumnya jika ada anggota yang melanggar aturan tersebut seperti tidak mematuhi safety riding maka akan di beri sanksi oleh pengurus klub, Sanksi yang diberikan mulai dari denda sampai pemecatan dari keanggotaan. Sedangkan tujuan dari terbentuknya Geng motor adalah sebagai wadah untuk menancapkan eksistensi klompoknya di dalam masyarakat dengan cara mebuat keonaran, ugal-ugalan di jalan raya, serta melakukan tindakan kriminal terhadap pengguna jalan yang lain.


(19)

Banyak sisi positif yang dapat digali dari keberadaan klub motor antara lain sebagai wadah untuk mensosialisasikan berkendara yang aman (safety riding) kepada para anggotanya dan juga bisa saling berdiskusi atau tukar pengalaman mengenai tips servis atau modifikasi sehingga dapat menambah pengetahuan akan seluk-beluk mengenai motor. Bahkan pengetahuan yang diperoleh bisa dijadikan modal di masa depan yaitu dengan membuka usaha bengkel servis atau modifikasi motor. Di setiap klub motor pasti memiliki struktur organisasi dan pada waktu-waktu tertentu anggota klub motor ini berkumpul untuk mengadakan kegiatan touring ke berbagai daerah, mengikuti pameran otomotif, lomba modifikasi motor bahkan mengadakan bakti sosial seperti sunatan massal, donor darah atau peduli korban bencana alam. Selain itu, di beberapa klub motor juga mengadakan acara khusus untuk melatih dan memberi pendidikan tentang keselamatan dan keamanan dalam berkendara (berkendara yang aman (safety riding)) dengan melibatkan beberapa vendor sebagai sponsor.

Begitu juga yang dilakukan oleh klub motor STiC, dalam kegiatannya pengurus selalu menyisipkan agenda untuk menambah pengetahuan anggotanya tentang seluk beluk speda motor serta prilaku yang baik dalam berkendara. Setiap bulannya, pada minggu kedua mereka memberikan pengetahuan tentang bagaimana berkendaraan yang baik dan aman dan pada minggu ketiga mereka memberikan pengetahuan tentang kendaraan bermotor (sepeda motor). Dalam penerapannya di lapangan khususnya sewaktu melakukan konvoi setiap anggota selalu di awasi oleh


(20)

sweeper (Orang yang bertugas untuk menjaga konvoi) jika di temukan pelanggaran dalam setiap konvoi maka akan di kenakan sangsi oleh pengurus.

Faktor yang mempengaruhi remaja sehingga mampu mengendalikan dirinya termasuk mengendalikan kesadaran dan menerapkan prilaku berkendara yang aman (safety riding) dalam berlalu lintas adalah peran dari kelompok. Pada hakikatnya peran kelompok sebagai penguat identitas (identity), peneguh harapan (expectations), membuat positif persepsi (perception), dan pengurangan konflik (conflict). (Sentot Imam Wahjono, 2010 : 151). Remaja lebih mudah untuk di pengaruhi oleh apa yang dianggap kelompok mereka sebagai cara yang terbaik dari pada pendirian mereka sendiri. Tidak mudah bagi remaja untuk mengikatkan dirinya pada suatu kelompok karena setiap kelompok memiliki tuntutan yang harus dapat dipenuhi oleh setiap remaja yang ingin bergabung. Remaja menyadari dan beranggapan bahwa penerimaan sosial dipengaruhi kesan penilaian orang lain terhadap dirinya sehingga banyak remaja melakukan usaha agar dapat diterima oleh lingkungannya sosialnya. Sehingga dari hal diatas peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian tentang Peran Klub Motor Terhadap Pembentukan Perilaku Berkendara yang aman (safety riding) Kepada Para Anggotanya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah “Bagaimanakah Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara yang aman (safety riding) Kepada Para Anggotanya”?


(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum kegiatan penelitian dilakukan dengan suatu tujuan pokok yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana peran klub motor dalam pembentukan prilaku

berkendara yang aman (safety riding).

2. Untuk mengetahui siapa yang berperan dalam pembentukan prilaku berkendara yang aman (safety riding) dalam klub motor.

1.4 Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi manfaat penelitian adalah: 1.4.1 Manfaat teoritis

1. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir peneliti melalui karya ilmiah, sekaligus penerapan ilmu pengatahuan yang talah di peroleh

2. Untuk lebih memahami Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara yang aman (safety riding)

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang berisikan tentang Peran Klub Motor Dalam Pembentukan Prilaku Berkendara yang aman (safety riding)

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


(22)

1.5. Defenisi Konsep

1. Berkendara yang aman (safety riding)

Berkendara yang aman (safety riding) suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya.

2. Perilaku Berkendara yang aman (safety riding)

Prilaku Berkendara yang aman (safety riding) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah sikap yang wajib dimiliki dan di patuhi oleh setiap pengendara, baik roda dua maupun roda empat, dimana setiap pengendara yang tidak memiliki prilaku berkendara yang aman (safety riding) dapat diberi sangsi sesuai undang-undang yang berlaku. Namun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah prilaku berkendara yang aman (safety riding) bagi pengendara roda dua (sepeda motor).

3. Klub Motor

Klub motor yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah kelompok yang dengan sengaja di bentuk sebagai wadah untuk menyalurkan hoby mereka di bidang otomotif, dan klub motor memiliki struktur organisasi dan Angaran Dasar Aturan Rumah Tangga (ADART) yang jelas beserta dengan peraturan yang mengikat


(23)

4. Remaja

Remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa, dimana pada saat ini adalah masa yang paling berat kareana pada saat remaja adalah masa dimana seseorang sedang mencari jati dirinya.

5. STiC

STiC pada dasarnya merupakan sebuah singkatan dari Suzuki Thunder Independen Club yang merupakan salah satu kelompok sosial yang berorientasi pada kendaran otomotif khususnya sepeda motor yang tebentuk pada tanggal 8 bulan 6 tahun 2008 di Medan


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kelompok Sosial

Alasan yang paling populer untuk bergabung dalam kelompok tentusaja berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan kita untuk merasa aman, memperoleh status, harga diri, afiliasi, kekuatan, dan pencapaian tujuan. Sukses sebuah kelompok bergantung pada berbagai fariabel seperti kemampuan anggota kelomok, ukuran/besar kelompok, tingkat konflik, dan tekanan internal pada anggota untuk menyesuaikan dengan norma kelompok. (Makmuri, 2005 : 237)

Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Artinya, secara alamiah manusia tidak dapat hidup sendirian. Dari detik-detik kehidupannya, manusia sudah dalam kelompok, dia adalah anggota keluarga (Carolina Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993 : 1) Dalam perjuangan hidupnya, guna memenuhi kebutuhan hidup, manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia lain di sekelilingnya. Sejak dilahirkan ke dunia sampai meninggal dunia, manusia selalu terlibat dalam interaksi, artinya tidak terlepas dari kelompok.

Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang hidup bersamaan dengan mengadakan hubungan


(25)

timbale balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, sturktur, serta norma-norma tertentu yang brlaku bagi mereka.(J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2004 : 23)

1. Pengertian Kelompok Berdasarkan Persepsi

Dalam hal ini anggota-anggotanya kelompok tersebut mempersepsi setiap anggota menyadari hubungan mereka dengan anggota lainnya. Seperti yang di kemukakan oleh Smith bahwa kelompok sosial adalah sebagai suatu unit yang terdiri dari sejumlah orang yang memiliki persepsi kolektif, mengenai kesatuan mereka, dan yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap lingkungan mereka (Iskandar 1990:120).

2. Pengertian Kelompok Berdasarkan Motivasi

Pandangan ini terjadi karena para ahli mengamati adanya individu-individu yang bergabung dalam suatu kelompok, maka kebutuhannya yang muncul pada dirinya dapat di penuhi. Cattel mengatakan bahwa kelompok adalah kumpulan individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang lainya (Iskandar, 1990 : 120)

3. Pengertian Kelompok Berdasrkan Tujuan

Pengertian ini sangat dekat dengan bahasan kelompok yang mendasarkan pada motivasi.


(26)

4. Pengertian ini lebih mendasarkan pada bahasa sosiologi.

Karena sosiologi mempunyai tingkatan analisis yang terkecil adalah kelompok.

5. Pengertian Kelompok Berdasarkan Interdependensi

Aspek terpenting dalam hal individu-individu yang berkelompok disebabkan faktor saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Pengeertian kelompok dilihat dari aspek saling ketergantungan (Interpendensi).

6. Pengertian Kelompok Berdasarkan Pada Interaksi

Batasan kelompok dari tinjauan interaksi diajukan oleh Homans, Boner, dan Stogdill. Boner mengemukakan kelompok adalah sejumlah orang yang berinteraksi dengan sesame lainnya, dan interaksi ini membedakan bentuk kelompok-kelompok bersama dengan kelompok yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapatlah dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam satu aturan yang salingmempengaruhi pada setiap anggotanya.

Menurut Johnson dan Johnson dalam Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar (Abuhuraera dan Purwanto 2006:57) pengertian tujuan kelompok sebagai suatu keadaan dimasa mendatang yang diinginkan oleh anggota-anggota kelompok dan oleh karena itu mereka melakukan berbagai tugas kelompok dalam rangka mencapai keadaan tersebut. Tujuan kelompok biasanya dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan - tujuan indifidual dan tujuan - tujuan semua kelompok. Tugas-


(27)

tugas kelompok terdiri atas tiga jenis yaitu: Tugas - tugas produksi, tugas-tugas diskusi, dan tugas-tugas pemecahan masalah. Fungsi dan tugas kelompok merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh kelompok dalam usaha mencapai tujuan kelompok.

Slamet Santoso (1999 : 48) mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menunjukan bahwa kelompok sosial mempuyai cirri-ciri tertentu, yaitu:

1. Adanya motif yang sama

Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai motif yang sama. Motif yang sama ini merupakan pengikat sehingga setiap anggota kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri, melainkan bekerja bersama untuk mencapai satu tujuan tertentu.

2. Adanya sikap in-group dan out-group

Jika ada sekelompok manusia yang mempunyai tugas yang sulit atau yang mengalalmi kepahitan hidup bersama, mereka menunjukan tingkah laku yang kusus. Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang di tunjukan oleh kelompok tersebut adalah sikap out-group atau sikap terhadap orang luar.

3. Adanya solidaritas

Solidaritas adalah kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial. Terdapatnya solidaritas yang tinggi di dalam kelompok tergantung kepeda


(28)

kepercayaan setiap anggota kepeda anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik.

Struktur kelompok adalah suatu system mengenai relasi antar anggota-anggota kelompok berdasarkan peranan dan status mereka serta sumbangan masing-masing dalam interaksi kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Adanya norma kelompok

Norma–norma kelompok yang dimaksud disini adalah pedoman-pedoman yang mengatur tingkah laku individu dalam suatu kelompok. Pedoman ini sesuai dengan rumusan dengan tingkah laku yang patut dilakukan anggota kelompok apabila terjadi sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan kelompok tersebut. Pada kelompok resmi, norma dan tingkah laku ini biasanya sudah tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), bahkan norma tingkah laku anggota masyarakat suatu Negara telah tertulis dalam undang-undang.

Ada beberapa bentuk/jenis kelompok yang bisa kita temukan terutama dalam literatur sosiologi maupun psikologi sosial. Klasifikasi bentuk-bentuk kelompok ini di dasarkan pada sudut pandang masing-masing ahli seperti berikut ini :

1. Kelompok Primer (Primery Group) dan Kelompok Skunder (Secondary Group) Menurut Cooley, primary group adalah kelompok yang ditandai cirri-ciri kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi.


(29)

2. Gemeinschaft dan gesellschaft

Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Sebaliknya Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai satu sikap dalam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat di umpamakan dengan sebuah mesin.

3. Formal Group dan informal Group

Formal group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara anggota-anggotanya. Sedangkan informal group tidak memiliki struktur dan organisasi yang tertentu atau yang pasti, biasanya terbentuk karena penemuan-penemuan.

4. Membership Group dan Refrence Group

Membership group adalah tempat seseorang menjadi anggota. Refrence Group adalah kelompok tempat seseorang mengidentifikasikan diri, menyetujui norma-normanya, tujuan, dan sikap indifidu di dalamnya.

5. In-group dan Out-group

In-group adalah kelompok sosial dengan mana indifidu mengidentifikasikan dirinya. Sedangkan out-group adalah individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-gruopnya.


(30)

Menurut Shaw dalam Carolina Nitimihardjo dan Jusman Iskandar (Abuhuraera dan Purwanto 2006:57) struktur kelompok adalah pola-pola hubungan diantara berbagai posisi dalam suatu susunan kelompok. Dalam menganalisis struktur kelompok maka tiga unsur penting yang terkait dalam struktur kelompok, yaitu posisi, ststus, dan peranan perlu ditelaah. kelompok sosial juga mempunyai perilaku kepemimpinan dalam berorganisai, Perilaku kepemimpinan menurut House dan Desler (dalam Gary A Yulk, 1989 : 99) adalah tindakan pemimpin dalam mempengaruhi persepsi, motivasi bawahan dan sebagai bawahan mereka puas dengan tindakan pemimpin tersebut. (Anwar Prabu ,2008:53)

2.2 Peran Sosial

Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai denagn apa yang diteteapkan oleh budaya dan konstruksi sosial sesuai denagn teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntut untuk berprilaku. Dalam pengorganisasian dalam pengarahan, ruang lingkup peran meliputi peran pembangkit semangat dan peran menyampaikan informasi yang dalam hal ini di butuhkan suatu sikap kepemimpinan. Peran pembangkit semangat dapat dijalankan dengan cara pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk pengharagaan dan intensif. Pemberian insentif hendaknya di dasarkan pada aturan yang ada dan transpran. Insentif akan efektif jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan prestasi yang di capai dan di sampikan dalam suatu event khusus guna mendorong induvidu-individu lain. Dukungan yang


(31)

di berikan bias melalui ucapan langsung ataupun tidak langsung dalam kalimat yang sugestif.

Sedangkan peran menyampaikan informasi merupakan jantung kualitas prusahaan atau organisasi, artinya komunikasi internal dan eksternalnya berpengaruh terhadap kordinasi kerja dan eksistensi prusahaan atau organisasi. Penyampaian atau penyebaran informasi harus di rancang sedemikian rupa agar sesuai sasaran dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan harus terus di monitor untuk mengetahui dampak internal dan eksternalnya. Monitoring di lakukan dengan perencanaan yang efektif dan sitemik. Peran konsulting ataupun bimbingan juga wajib di berikan ke lingkungan internal secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang baik pula. Hal ini merupakan sikap simpatik yang dapat bermanfaat positif terhadap suatu permasalaham yang terjadi (Petrus,2008:2)

Parson (dalam Petrus 2008:1), memandang keadaan seperti ini secara sistem yaitu aktor tidak di lihat dari tindakan dan sudut pikirannya, melaikan status dan perannya. System sosial di defenisiskan sebagai aktor, beraksi, lingkungan, optimalisasi kepuasan dan kultur. Dalam sebuah interaksi, peran dan status aktor merupakan unit fundamental. Status adalah posisi dalam struktur sosial, sedangkan peran adalah fungsi yang dijalankan dalam posisi struktur. Dalam hal ini prilaku merupakan sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi, menyesusikan diri dengan lingkungan eksternal. Sistem kepribadian mewlaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Sitem sosial menjalankan fungsi integrasi dengan


(32)

mengendalikan setiap komponennya dan sistem kulturan melaksanankan fungsi pemeliharaan pola. Fungsi-fungsi penting ini adalah:

a. Adaptation, sistem penyesuaian diri dengan lingkungannya dan setelah itu membuat lingkungan sesuai dengan kebutuhan

b. Goal attainment, sistem pencapaian tujuan

c. Intergration, sistem yang mensinergikan antar komponen dengan sitem lainnya d. Latency, sistem pemeliharaan dan mendialektikan pola-pola cultural yang

menopang dan menciptakan motivasi

Menurut Azwar (dalam Iskandar 2005) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, institusi, dan faktor emosional. Sedangkan beberapa karakteristik yaitu:

1. Karakteristik arah, menunjukan sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu, mendukung atau menolak terhadap objek sikap.

2. Karakteristik intensitas, menunjukan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu bias berbeda tingkatannya

3. Karakteristik keluasan, menunjukan pada cakupan luas tidaknya aspek dari objek sikap.

2.3 Perilaku Sosial

Teori behaviorisme menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan


(33)

nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku manusia sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang member respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep”manusia mesin” (Homo Mechanicus).

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar. 6 februari 2012 pukul 10;20 WIB)


(34)

2.4 Sosialisasi

Menurut Vander Zanden, sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat (Ihromi, 1999; 75). Seorang bayi lahir kedunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik, kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat sikap dan nilai, kesukaan, dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi dan konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya (Paul B.Horton dan Chester L.Hunt, 1993;99-100). Setelah berinteraksi dengan individu lain yang berada disekitarnya atau bersosialisasi dengan lingkungannya barulah individu tadi dapat berkembang. Dalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anaknya adalah orang tuanya. Melalui lingkungan itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari; melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal.

Tanpa mengalami proses sosialisasi yang memadai tidak mungkin seorang warga masyarakat dapat hidup normal tanpa menjumpai kesulitan dalam masyarakat. Jelas, bahwa hanya dengan menjalani proses sosialisasi yang cukup banyak sajalah seorang individu warga masyarakat dapat meyesuaikan segala tingkah pekertinya dengan segala keharusan norma-norma sosial. Hanya lewat proses-proses sosialisasi ini sajalah generasi-genarasi muda dapat belajar bagaimana seharusnya bertingkah laku di dalam kondisi-kondisi tertentu. Bagaimanapun juga proses sosialisasi adalah suatu porses yang dilakukan secara aktif oleh dua pihak: pihak pertama adalah pihak


(35)

yang mensosialisasi atau disebut dengan aktivitas melaksanakan sosialisasi dan pihak yang kedua adalah aktivitas pihak yang disosialisasi atau aktivitas internalisasi.

Disamping itu menurut Mead, manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri mensyaratkan proses sosial; komunikasi antar manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead adalah mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Diri manusia ini berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Adapun tahap perkembangan diri manusia ini menurut Mead dalam Kamanto Sunarto (1993;28) adalah :

1. Play stage

Dalam tahap ini anak mengembangkan kemampuannya untuk melihat dirinya sendiri. Kegiatan tidak konsisten, tidak terorganisir peranan berganti-ganti karena belum ada konsepsi yang terpadu mengenai dirinya.

2. Game stage

Berbeda dengan play stage disini ada himpunan yang terorganisir. Anak harus sudah mengetahui posisinya dalam konteks yang lebih luas, dan memberikan tanggapan terhadap harapan-harapan orang lain; individu sudah mampu menghubungkan dirinya dengan komunitas dimana ia menjadi anggotanya.

Mead mengungkapkan gagasan bahwa self (diri) mempunyai dua komponen yaitu:

1. I, adalah faktor-faktor yang khas yang memasuki komunitas kita dengan orang lain.


(36)

2. Me, segi yang memberikan tanggapan pada konvensi-konvensi sosial. Jadi orang tua mengekspresikan dirinya kemudian diidentifikasikan dan diinternalisasikan menjadi peran dan sikap oleh anak, akhirnya terbentuklah self anak.

3. Generalize other

Kemapuan anak untuk mengabstraksikan peran-peran dan sikap-sikap dari significant othersnya (semua orang lain yang berarti) serta menggeneralisasikannya untuk semua orang, termasuk dirinya.

Menurut Vebrianto dalam Khairuddin (1997: 63) menyimpulkan bahwa sosialisasi:

1) Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana individu menahan, mengubah impul-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakat

2) Dalam proses sosialisasi itu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup

3) Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya. Dalam proses sosialisasi, kegiatan-kegiatan yang di cakup adalah:

a) Belajar (learning)

b) Penyesuaian diri dengan lingkungan c) Pengalaman mental


(37)

2.5 Berkendara yang aman (safety riding)

Berkendara yang aman (safety riding) yang dikutip dari salah satu sumber mengandung pengertian adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya.

Implementasi dari pengertian di atas yaitu bahwa disaat kita mengendarai kendaraan, maka haruslah tercipta suatu landasan pemikiran yang mementingkan dan sangat mengutamakan keselamatan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Untuk itu, berangkat dari dasar pemikiran keselamatan tersebut, maka para pengendara haruslah menyadari arti dari pentingnya keselamatan, hal ini bisa di contohkan dengan meningkatnya angka kecelakaan di jalan raya dan berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi disebabkan dari berrbagai macam kasus. Walaupun terasa sangat sulit untuk menumbuhkannya, namun pemikiran yang mengutamakan keselamatan tersebut haruslah merupakan kesadaran dari diri sendiri yang terbentuk dan dibangun dari dalam hati dan bertekad untuk melaksanakan segala aktivitas yang mendasar pada Berkendara yang aman (safety riding).

Bila dasar pemikiran Berkendara yang aman (safety riding) (Safety Minded) telah masing-masing dimiliki, maka dengan mudah setiap hal yang berkaitan dengan Berkendara yang aman (safety riding) dapat kita terapkan dimulai dari diri sendiri dan memulainya dari hal-hal yang kecil, karena kesadaran betapa pentingnya suatu


(38)

kesalamatan diri. Usaha-usaha itu harus dilakukan secara terus menerus sehingga dapat menjadi Safety Bikers yang mampu:

1. Menigkatkan kecakapan pengendara dalam mengendarai, agar paham dan mengerti bila berhadapan dengan keadaan darurat yang terjadi di sepanjang perjalanan.

2. Mencegah kecelakaan kendaraan bermotor melalui pengembangan gaya mengendarai yang baik dan sistematik.

3. Mengembangkan cara tepat tanggap akan bahaya dan manajemen resiko.

4. Mencegah bahaya dan resiko yang mungkin terjadi pada situasi jalan dan lalu lintas melalui kewaspadaan pengendara.

Berkendara yang aman (safety riding) mengacu kepada perilaku berkendara yang secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. (www. jnc.000space.com/index.php?...article...safety-riding...

Perlengkapan Berkendara yang aman (safety riding) Menurut Musdar (pidato pengukuhan guru besar tetap fakultas kedokteran USU 28 juli 2007) terdiri dari:

com di akses pada tanggal 9 Januari 2012

1. Helm/helmet yang memenuhi standar bukan asal-asalan saja, karena pemakaian helm menurut banyak pakar secara signifikan mengurangi angka kematian sekitar 40% pada pengguna sepeda motor bila mengalami Kecelakaan lalu lintas. Kepala adalah bagian paling vital dari anggota tubuh manusia yang memiliki resiko


(39)

reading mewajibkan semua anggota club menggunakan dengan benar helm untuk pengemudi maupun penumpangnya. Helm yang baik adalah secara fisik mampu memberikan perlindungan menyeluruh pada bagian kepala, seperti pada bentuk Full Face atau Half/Open Face. Sementara untuk helm cetok, Divisi Touring sangat tidak menganjurkan untuk menggunakannya.

2. Sarung tangan yang terbuat dari bahan yang kuat sehingga dapat

mencegah cedera tangan dan pergelangan tangan pada Kecelakan lalu lintas.

3. Jaket terbuat dari bahan yang kuat dan enteng seperti; nylon, cordura guna mencegah cedera terutama pada permukaan tubuh.

4. Celana yang bahannya seperti jaket dan gunanya mengurangi cedera pada lutut dan panggul.

5. Kaca mata helm untuk mencegah debu atau benda-benda yang berterbangan di udara pada waktu berkendaraan.

6. Penutup telinga untuk menghindari kebisingan yang dapat merusak telinga dari suara mesin dan suara angin.

7. Rompi yang terbuat dari bahan yang retroreflective dan warna yang Mudah atau cepat terlihat.

8. Sepatu laras tinggi dengan bar/tulang di bagian lateral dan medial guna melindungi pergelangan kaki.


(40)

2.6 Undang-undang Lalu Lintas No 22 Tahun 2009 Pasal 57

(1) Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor.

(2) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.

(3) Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih sekurang-kurangnya terdiri atas:

a. sabuk keselamatan;

b. ban cadangan;

c. segitiga pengaman;

d. dongkrak;

e. pembuka roda;

f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah; dan


(41)

Pasal 77

(1) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.

(2) Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 2 (dua) jenis:

a. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor perseorangan; dan

b. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum.

(3) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi, calon Pengemudi harus memiliki kompetensi mengemudi yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan atau belajar sendiri.

(4) Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum, calon Pengemudi wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan Pengemudi angkutan umum.

(5) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya diikuti oleh


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Lexi Moleong, 2006 : 6).

Study deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menggambarkan atau melukiskan sejumlah fenomena yang berkenaan dengan masalah penelitian tanap melihat hubungan antara variabel. Penelitian deskriptif ini dipilih karena penelitian ini hanya terbatas pada usaha untuk menggambarkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga sekedar menggambarkan fakta yang terjadi dalam proses penanaman kesadaran partisipasi politik anak.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jalan setia budi kec Medan Sunggal yang menjadi tempat kesekertariatan dari Klub Motor STIC Medan. Alasan peneliti memilih lokasi


(43)

ini adalah karena STIC merupakan salah klub motor dan menerapkan berkendara yang aman (safety riding) pada anggotanya selain itu kesekretariatan STIC dekat dengan tempat tinggal peneliti.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006;143). Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh anggota klub motor STIC. Sedangkan yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan Kunci

Adapun yang menjadi informan kunci adalah pengurus dan tokoh pendiri klub motor STIC Medan.

2. Informan Biasa

Adapun yang menjadi informan biasa adalah anggota klub motor STIC Medan. 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu dat primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai informasi yang dicari. (Saifuddin Azwar, 2004: 91).


(44)

a. Observasi, atau pengamatan adalah kegiatan keseharian mannusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga,penciuman, mulut dan kulit.(Burhan, Bungin, 2005:133). Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamtan langsung dilapangan. Data yang diperoleh dari observasi dilapangan berupa kegiatan, tindakan dan perilaku yang merupakan bagian dari lapangan manusia yang diamati. Sedangkan hasil obsevasi ini akan dituangkan dalam catatan lapangan.

b. Wawancara,atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwaancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. (Burhan, Bungin, 2005:126) sedangkan dalam penelitian ini menggunakan panduan wawancara yang berupa urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Selain itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat bantu rekam (tape recorder) yang membantu peneliti dalam menganalisa data dari hasil wawancara.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data tangan kedua yang diperoleh melalui pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. (Saifuddin Azwar, 2004: 91). Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


(45)

buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan internet yang dianggap relevan dengan yang masalah diteliti.

3.5 Teknik Analisa Data

Analisa data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Lexi J. Moleong, 2006 ; 248). Setiap data yang diambil akan direkam dan dicatat, data yang dicatat dan direkam tersebut adalah data wawancara maupun data penunjang lainnya. Selanjutnya setelah semua data terkumpul maka data akan dilakukan analisis data dan interpretasi data dengan mengacu pada kajian pustaka yang telah ada. Sedangkan hasil Observasi akan diuraikan dan dinarasikan untuk memperkaya hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Setiap data yang diperoleh tersebut akan di interpretasikan untuk menggambarkan keadaan dengan mengacu pada pada dukungan teori dan kajian pustaka


(46)

3.6Bagan Penelitian

1. Kampanye safety riding 2. Kegiatan sosial

3. Promosi product 4. Kopdar bareng

1. Timbulnya disiplin berlalu lintas di jalan

2. Timbulnya rasa persaudaraan antar sesama anggota klub maupun klub motor lain

3. Timbulnya kepedulian sosial pada masyarakat

1. Mengajarkan pengetahuan safety riding

2. Memberikan sanksi pada anggota yang melanggar

3. Memberikan penghargaan pada anggota yang teladan (kompetisi)

Persemester

Perminggu EKSTERNAL

1. Kampanye safety riding 2. Kegiatan sosial

3. Promosi produk 4. Kopdar bareng

Perilaku safety riding Peran Klub Motor

INTERNAL

Rolling Thunder Touring Sosialisasi


(47)

3.7 Jadwal Kegiatan

3.8 Keterbatasan Penelitian

Selama dalam penelitian penulis mempunyai banyak kendala-kendala dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data yaitu:

1. Sangat sulit mencari waktu yang tepat untuk menemui informan kunci di karenakan pada saat penelitian bertepatan dengan jadwal touring semester

2. Dalam mendapatkan data sekunder dari pengurus klub sangat sulit dimana dalam pengambilan data sekunder itu mempunyai waktu yang lumayan lama sehingga penulis tidak bisa dan tidak dapat melanjutkan penulisan karena data sekunder dari Kantor kepala desa belum lengkap, tapi akhirnya data tersebut saya dapatkan dengan waktu yang begitu lama

No

Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Proposal √

2. Acc Judul √

3. Penyusunan Proposal √ √

4. Seminar Proposal Penelitian √

5. Revisi Proposal √

6. Penelitian ke Lapangan √

7. Pengumpulan Data dan Analisis Data √

8. Interpretasi Data √ √ √

9. Bimbingan Skripsi √ √

10. Penulisan Laporan Akhir √ √


(48)

3. Dalam wawancara sebagian informan kurang terbuka, peneliti berusaha agar informan mau terbuka dan bisa berbicara dengan leluasa bagaimana peran klub motor dapat mempengaruhi prilaku berkendara yang aman (safety riding)


(49)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perkembangan Klub Motor

Awal mula perkembangan klub motor di indonesia di mulai pada tahun 1906 dengan berdirinya Javasche Motor Club, yang berkantor di Jalan Bojong 153 – 156, Het Koningklije Nederlands Indische Motor Club (KNIMC). Sejalan dengan tuntutan zaman, saat penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia, nama KNIMC berubah lagi menjadi Indonesische Motor Club (IMC). IMC turut diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal ini oleh Departemen Perhubungan. Pada tahun 1950 nama IMC berubah menjadi Ikatan Motor Indonesia (IMI).

Dalam perkembanganny IMI berubah menjadi induk olah raga otomotif seluruh Indonesia dan telah mendapat pengakuan dan pengesahan dari Badan-Badan Internasional sepert sekarang adalah masa-masa keemasan dari klub motor, ini di tandai dengan semakin bannyaknya klub-klub motor yang terbentuk dan juga semakin banyaknya kegiatan-kegiatan yang melibatkan klub motor baik itu untuk promosi merek tertentu ataupun kegiatan-kegiatan sosial lainnya.


(50)

4.1.2 Sejarah Berdirinya STiC

Berdirinya STiC bermula saat terjadi perbedaan pandangan antara anggota TC (Thunder Community), dimana anggota yang terdiri dari anak-anak muda memiliki pandangan yang berbeda dengan angota yang sudah lebih dewasa dalam melihat status keanggotaan. Berbagai musyawarah sudah dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan pandangan ini namun tidak menghasilkan kesepakatan, oleh karena itu angota-angota muda memutuskan untuk keluar dari keanggotaan TC dan mendirikan sebuah klub yang di pelopori oleh 5 orang yaitu, Irving, Dedi, Yahmil, Putra, dan Dewo.

Pada tanggal 8 juni 2008 setelah melalui berbagai diskusi STiC berdiri, dimana 5 pelopor pendiri STiC menjadi pengurus kecuali Irving, Yahmil sebagai ketua STiC, Dedi wakil ketua, Dewo sebagai sekertaris, Putra sebagai bendahara. Pada tanggal 5 Mei 2010 Yahmil yang pada saat itu menjabat sebagai ketua STiC mengundurkan diri dari ketua sekaligus keanggotaan STiC, Dikarenakan alasan ekonomi dan harus menjual sepeda motornya, dalam ADART anggota STiC adalah orang yang memiliki motor thunder dan sudah terdaftar sebagai anggota STiC. Posisi ketua digantikan oleh Dedi yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua, di saat Dedi menjabat sebagai ketua banyak kegiatan sosial ataupun promosi yang dilakuannya. Antara lain kegiatan sahur On The Road dan buka bersama yang rutin dilakukan pada bulan rammadhan. Pada saat kepemimpinan Dedi banyak rekrutmen yang dilakukan dengan melantik 12 anggota baru dalam setahun. Pada tanggal 4 November 2010 Dewo yang pada saat itu menjadi sekertaris mengundurkan diri dari keanggotaan STiC dikarenakan ia tidak


(51)

lagi berdomisili di Medan sehingga ia tidak dapat melaksanakan tugasnya sebagai sekertaris maupun sebagai anggota STiC, posisinya di gantikan oleh Rony. Sebagai respon dari mundurnya 2 anggota yang sekaligus sebagai pelopor berdirinya STiC maka musyawarah memutuskan mengadakan pemilihan pengurus baru sekaligus memperingati ulang tahun STiC yang ke 3 yaitu pada tanggal 10 Juni 2011 di Prapat, dan juga sekaligus melaksanakan pelantikan anggota baru. Pada tanggal 17 Juni 2011 terbentuklah kepengurusan baru, Dedi sebagai ketua, Rony wakil ketua, Putra sebagai sekertaris, Budi sebagai bendahara. Ada satu anggota STiC yang bernama Ferdian yang mana sekarang ini dia telah pindah ke Banda Aceh dan mendirikan STiC Capter Banda Aceh sehingga saat ini klub motor STiC telah memiliki capter baru.

4.1.3 Letak Kesekertariatan STiC

Kesekertariatan STiC yang merupakan kantor pengurus dan juga sebagai tempat anggota STiC untuk kopdar (kopi darat) terletak di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Sunggal (Titi Bobrok).

4.1.4 Visi dan Misi Visi

1. Menjadi organisasi yang memiliki kesadaran sosial tinggi. 2. Mempererat tali persaudaraan antar club motor.

3. Menjadikan STiC sebagai wadah otomotif yang bermuara positif.

4. Diharapkan untuk bisa menjadi contoh bagi masyarakat dalam etika berkendaraan yang baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(52)

Misi

1. Menghimpun dan mempersatukan semua pengguna sepedamotor khususnya sepeda motor thunder.

2. Menjadikan STiC sebagai club motor yang bersifat positif dan berorientasi pada sikap yang profesional.

4.2 Profil Informan 4.2.1. Informan Kunci

Irving Tobing

Om Ving begitulah sehari-hari ia di panggil oleh rekan-rekannya baik di dalam klub maupun di luar klub, saat ini ia berusia 34 tahun dan beragama Kristen. Pria keturunan batak yang masih belum menikah sampai saat ini mengenyam pendidikan D3 kepariwisataan. Ia tinggal di Komplek Tasbih blok N no 9, Medan. Dalam kesehariannya pria ini sudah belajar hidup mandiri semenjak SMA oleh sebab itu kpribadiannya terbentuk menjadi supel dan dapat beradaptasi dengan cepat dengan lingkungan baru. Ia sudah masuk ke dalam organisasi semenjak sma dengan menjadi pengurus gereja di lingkungan tempat tinggalnya, pengalamanya berorganisasi serta kecintaanya terhadap sepeda motor inilah yang membawanya menjadi anggota salah satu klub motor di medan

Ia adalah orang yang paling senior dalam klub motor karena ia adalah salah seorang saksi terbentuknya TC yang juga menjadi titik awal berkembangnya klub


(53)

motor di kota Medan, oleh karena itu ia dianggap sebagai orang yang di tuakan di STiC. Dalam kesehariannya saat berkendara ia juga di jadikan panutan bagi anggota klub yang lain karena sikapnya saat berkendara dianggap mencerminkan prilaku dari anggota klub motor. Ia bukan hanya di kenal dalam klubnya saja namun ia juga banyak di kenal oleh pengurus klub baik di kota Medan maupun di luar kota medan bahkan banyak juga pengurus klub motor yang lain yang berada di luar provinsi sumatera utara yang mengenal Irving. Oleh sebab itulah maka ia dianggap sebagai Pembina dan penasehat klub wlaupun ia lebih suka jika di anggap sebagai anggota biasa.

Klub motor pertama yang di ikutinya adalah TC (Thunder Community), namun dengan alasan banyak pekerjaan sehingga ia tidak dapat meluanggkan banyak waktunya di klub oleh karena itu ia engan untuk menjadi pengurus klub motor tersebut meskipun banyak yang menyarankannya untuk mencalonkan diri untuk menjadi ketua klub karena memiliki banyak pengalaman dalam organisasi serta sifatnya yang supel sehingga ia dapat di terima oleh para anggota yang lain. Dalam perjalanannya berorganisasi di TC banyak dinadmika yang ia alami dan salah satunya adalah perbedaan pendapatnya dengan para pengurus klub tentang status kluarga dari para anggota, yang mana banyak para anggota klub yang sering membawa serta kluarga mereka dalam forum kopdar (kopi darat). Sedangkan forum kopdar tersebut ialah untuk membahas agenda klub sehingga ia berpendapat tidak ada kepentingan dari kluarga untuk di bawa dalam forum tersebut.


(54)

Perbedaan inilah yang mejadi awal mula terbentuknya STiC, karena tidak ada kesepakatan dengan anggota lain yang sering membawa keluarga dalam kopdar yang di adakan seminggu sekali dan di dominasi oleh kaum tua yang umummnya berusia lebih dari 40 tahun. Sehingga ia dan anggota muda yang memiliki pemikiran yang sama dengannya memmilih untuk memundurkan diri dari klub TC tersebut dan membentuk klub motor yang di beri nama STiC.

Dedi Candra Barus

Dedy Candra Barus adalah ketua dari STiC yang masih aktif sampai saat ini, sesuai dengan marganya ia berasal dari suku karo dan seorang muslim. Ia tinggal di jalan Setia Budi No 5 (Titi Bobrok) Medan. Pria 30 tahun ini memiliki usaha bengkel mobil di rumahnya serta menjadikan salah satu rungan di bengkelnya tersebut untuk menjadi kesekertariatan STiC. Ia sudah menikah dan memiliki satu orang anak, dalam kesehariannya ia adalah orang yang sering bercanda terutama dengan rekan-rekannya sehingga orang-orang yang ada di sekitarnya nyaman dan juga ia mudah akrab dengan orang.

Ia sering mengunakan sepeda motor dalam kegiatanya sehari-hari, selain itu ia juga selalu mengutamakan berkendara yang aman (safety riding) dalam setiap berkendara. Oleh sebab itu lah ia di angkat menjadi ketua STiC karena di anggap dapat menjadi teladan dan juga menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Motivasinya bergabung dengan STiC selain untuk menyalurkan hobynya di bidang


(55)

otomotif namun juga untuk menambah jaringan dan teman, selain itu ia juga suka mengikuti organisasi termasuk di dalam klub motor.

Sama seperti Irving pada awalnya ia adalah anggota dari klub TC dan karena memiliki pemikiran yang sama dengan anggota muda yang lain maka ia juga memutuskan untuk memundurkan diri dari TC dan mendirikan klub atas kesepakatan bersama dan sejalan dengan cita-cita yang ingin di capai, di dalam kepemimpinannya banyak kegiatan-kegiatan yang di lakukan oleeh STiC baik itu berupa event ataupun kegiatan sosial sehingga semakin banyak masyarakat yang mengenal STiC dan juga dengan seluruh kegiatan yang di jalani STiC semakin mengenalkan klub ini dengan klub-klub motor yang lain di Medan. Selain itu ia juga banyak melakukan kopdar bareng dengan klub-klub lain ini di maksudkan agar lebih mengenalkan lagi secara personal tentang keberadaan STiC dan menjalin hubungan yang baik antar sesama klub motor baik antar sesame penguna sepeda motor Suzuki maupun dengan penguna sepeda motor merek yang lain.

Rony Andika Parangin-angin

Rony Andika Parangin-angin adalah seorang pria berusia 25 tahun yang baru 5 tahun ini tinggal di medan tepatnya di jalan pasar 1 setia budi medan. Pria muslim ini kesehariannya adalah sebagai mahasiwa di salah satu perguruan tinggi swasta di medan dan juga ia menjalankan usaha sampingannya sebagai penyedia jasa bagi orang yang ingin pindah rumah. Dalam kesehariannya pria supel ini sangat ramah terutama dengan rekan sesama anggota klub. Ia sudah terbiasa untuk hidup mandiri


(56)

dengan membiayai kuliahnya sendiri tanpa di subsidi oleh orang tuanya, kepribadiannya yang baik dan mandiri inilah yang menempatkan ia sebagai salah seorang yang memiliki peran yang signifikan di dalam klub. Sikapnya yang supel membuat ia banyak mendapat simpati dari anggota lainnya sehingga mudah di terima di dalam keluarga besar STiC.

Dalam kesehariannya ia banyak mengunakan sepeda motor di setiap kegiatannya, karena di anggap lebih praktis dan lebih cepat sampai di tujuan. Ia juga tidak lupa selalu mengutamakan berkendara yang aman (safety riding) setiap ia berkendara baik itu berkendaraan sampai jauh atau dekat.

Ia juga adalah salah seorang dari anggota TC yang mengundurkan diri dan bergabung dengan STiC. Pada saat ia baru bergabung dengan TC ia belum sempat di lantik sebagai anggota di karenakan ia masih di golongkan sebagai angota baru. Ia baru di lantik ketika sudah bergabung di STiC. Walaupun ia adalah anggota baru namun karena keaktifannya dan juga kontribusinya pada klub di setiap kegiatan yang di adakan oleh STiC maka ia di anggkat oleh anggota yang lain untuk menjadi sekertaris STiC setelah sekertaris sebelumnya mengundurkan diri.

Pada awal masa tugasnya ia banyak menawarkan ide-ide untuk di terapkan pada anggota untuk mencirikan anggota anggota STiC tersebut di antaranya adalah membuat kta dan juga bisa di jadikan kartu diskon bagi anggota klub ketika ia akan membeli spare part di deler resmi Suzuki oleh karena itu STiC tergabung dalam SMC (Suzuki Motor Club) ini adalah sebuah organisasi yang menaungi seluruh klub motor


(57)

yang bermerek Suzuki baik itu sepda motor sport maupun sepeda motor bebek. Bukan itu saja ia banyak mengusulkan untuk melakukan kegiatan sosial misalnya menyantuni anak-anak yatim piatu dan juga mengalang dana untuk membantu korban bencana alam seperti gempa di mentawai dan letuan gunung sinabung yang belum lama ini meletus.

Budi

Budi adalah seorang pria berusia 33 tahun untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari ia bekerja sebagai karyawan swasta. Ia sudah menikah dan telah memiliki anak. Dalam kesehariannya ia adalah seorang yang humoris ia sering bercanda dengan rekan-rekannya terutama pada teman sesama anggota klub. Ia sudah lama mencintai dunia otomotif dan sering bergabung dengan organisasi baik semasa masih sekolah maupun kuliah untuk itu ia memilih bergabung dengan klub motor ia berpendapat bahwa dalam klub motor seluruh hobynya akan otomotif akan tersalurkan dan ia akan banyak mendapatkan pengetahuan tentang otomotif khususnya sepeda motor, bukan hanya mencintai otomotif namun ia juga hoby touring keberbagai daerah di dalam maupun di luar sumatra utara. Ia mendapatkan pengetahuan tentang berkendara yang aman (safety riding) dan manfaatnya semenjak ia mulai bergabung dengan klub motor, selain itu ia juga mendapatkan pengetahuan tentang sepeda motor dan bagaimana mengatasi masalah yang muncul pada sepeda motornya.


(58)

Sama seperti yang lain ia juga merupakan mantan anggota TC yang mengundurkan diri dan ikut bergabung dengan rekan-rekan yang membentuk STiC. Ia adalah salah seorang anggota yang sudah senior oleh karena itu ia memiliki tanggung jawab untuk membina dan memberikan pengetahun dengan anggota yang lain, rekan-rekan di STiC banyak yang menyukainya karena ia mudah bergaul dan dikenal tidak sebagai sosok yang tidak mudah marah bahkan reka-rekanya belum pernah melihat dia emosi meskipun saat ia berbeda pendapat dengan anggota yang lain. Dalam setiap kegiatanya seharihari ia selalu mengunakan sepeda motor ketimbang mengunakan kendaraan yang lain, dan ia tidak lupa untuk selalu mematuhi peraturan yang ada di dalam berkendara.

Dashima Putra Hasibuan

Poo begitu ia di panggil oleh rekan-rekanya terutama rekan para anggota klub, pria 24 tahun ini baru saja menyelesaikan study S1 di salah satu perguruan tinggi swasta di Medan. Pria yang beragama islam ini sedang menjalankan usaha warnetnya yang belum lama ini dijalankannya, ia berasal dari keluarga yang dapat dikatakan mampu namun itu tidak menbuat ia menjadi manja dan tidak mandiri justru sebaliknya karena ia mandiri ia mulai menjalankan usaha warnetnya ini selepas ia menyelesaikan kuliahnya. Pribadinya yang humoris sering membuat rekan-rekannya tertawa namun ia juga di kenal sebagai playboy. Prediket ini di berikan karena ia sering terlihat membawa wanita yang berbeda dalam setiap kegiatan yang di adakan oleh STiC.


(59)

Dalam kegiatan sehari-harinya ia lebih memilih menggunakan sepeda motor ketimbang mengunakan mobil, ini di karenakan jika mengunakan sepeda motor di anggap lebih praktis dan dapat sampai ketempat tujuan dengan lebih cepat sehingga ia menilai mengunakan sepeda motor lebih efektif. Selain itu kecintaannya terhadap sepeda motor ikut mendorong ia untuk lebih banyak mengunakan sepeda motor di dalam kegiatannya. Ini dapat di lihat dari modifikasi yang ia lakukan dengan sepeda motornya, di antara anggota klub yang lain ia adalah salah satu anggota yang memodifikasi sepeda motornya sampai mencolok. Namun ia tidak mengurangi atau menambah aksesoris yang dapat mengurangi fungsi dari berkendara yang aman (safety riding), ia juga tidak pernah lupa mengunakan helm dalam setiap berkendara.

Pada saat ini ia ditunjuk sebagai bendahara klub, rekan-rekannya mengangkat ia menjadi bendahara di karenakan ia di anggap sebagai salah satu anggota yang sudah senior dan juga ia dianggap orang yang dapat mengemban amanah yang telah diberikan olehnya. Ia juga adalah salah satu dari mantan angota TC yang mengundurkan diri, karena ia menggangap sudah memiliki perbedaan pandangan yang berbeda dengan anggota TC yang lain dan bukan ikut bergabung dengan STiC karena di ajak atau di provokasi oleh anggota lain yang mengundurkan diri.

Palma Manurung

Palma Manurung adalah seorang pria berusia 31 tahun yang bertempat tinggal di Kompleks Taman Perkasa Indah Blok D/40 pasar 2 Ring Road Medan. Sehari-hari pekerjaannya adalah wiraswasta, pria yang sudah menikah dan memiliki seorang


(60)

anak ini adalah seorang pribadi yang baik dan memiliki kepedulian tinggi terhadap orang lain selain itu ia juga dikenal mudah bergaul dengan orang lain. Pria keturunan batak ini beragama Kristen dan pendidikan terakhirnya adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). Ia dikenal ulet dalam setiap menjalankan pekerjaan dan aktifitasnya sehari-hari ini dapat dilihat dari hasil usahanya yang di dapat, walaupun ia hanya lulusan SMA namun dengan usahanya yang keras dan jiwa dagang yang diakuinya sudah terlihat ketika ia masih kecil. Dalam kesehariannya ia sering mengunakan sepeda motor dalam setiap kegiatannya, sehingga ia tidak terlepas dari transportasi yang ada di Kota Medan ini.

Dalam keseharinnya di klub motor ia sering berdikusi dengan anggota yang lain khususnya dengan anggota yang masih baru, ia banyak memberikan pengetahuan dan pengalamanya dalam berorganisasi di klub motor dan juga bagaimana bersikap ketika kita sedang berkendara. Ia memberitahu pentingnya berkendara yang aman (safety riding) dalam berkendara di keseharian kita, walaupun banyak yang menilai bahwa safty riding tidak nyaman digunakan dan terlalu merepotkan. Nasehat yang ia berikan di sertai dengan contoh dimana ia selalu mengutamakan berkendara yang aman (safety riding) di dalam setiap berkendara.

Ia juga adalah salah seorang dari mantan angota TC yang menudurkan diri dan ikut bergabung di dalam STiC, ia termasuk salah satu anggota yang sudah senior di TC namun karena perbedaan pendapat dengan angota TC yang lain maka ia memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai anggota TC. Karena sifatnya yang


(61)

masih banyak angota yang masih muda yang pantas untuk menjadi pengurus STiC. Oleh karena itu hingga saat ini ia masih menjadi anggota biasa di dalam STiC.

4.2.2. Informan Biasa

Mahyudi Hakim

Yudi begitu ia di sapa oleh rekan-rekannya satu klubnya, ia berusia 28 tahun ini tinggal di Jalan M. Basir No 2 Lingkungan 30 dan ia belum menikah. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari ia berwiraswasta, pria muslim ini sudah sejak lama bergabung di dalam klub motor dan dikenal sebagai pribadi yang cuek dan santai. Pria keturunan jawa ini sudah menyelesaikan study S-1 di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Medan, ia sangat mencintai dunia otomotif utamanya sepeda motor sudah semenjak ia masih sekolah. Sampai saat ini kecintaanya terhadap Motor Thunder telah membawanya menjelajahi berbagai propinsi di Sumatra, ia suka dengan Touring yang rutin dilakukan oleh klub motornya.

Sehari-harinya ia mengunakan sepeda motor dalam melakukan kegiatan karena letak rumahnya yang lumayan jauh dari medan sehingga ia mengunakan sepeda motor ketimbang angkutan umum untuk menghindari kemacetan serta lebih irit. Ia juga tidak pernah lupa untuk selalu mengunakan helm dan sebisa mungkin untuk selalu menaati setiap peraturan lalu lintas yang ada. Dalam kesehariannya di dalam klub walaupun ia adalah salah seorang mantan anggota TC namun ia selalu bersikap baik kepada setiap anggota baru di STiC, ia tidak menunjukan kesenioritasanya malah sebaliknya ia selalu bercanda seolah-olah ia adalah anggota baru saat ada


(62)

perkenalan dengan calon anggota baru yang akan bergabung dengan STiC. Selain itu karena ia salah satu dari anggota yang sudah lebih senior maka ia memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan dan juga selalu mengingatkan kepada anggota yang masih baru untuk selalu mengutamakan berkendara yang aman (safety riding) dalam setiap berkendara.

Nuryadin Arif Saragih

Arif begitu ia di panggil dalam kesehariannya, ia berusia 29 tahun dan tinggal di Jalan Gedung Arca Gg sehat No 47, pekerjaannya adalah wiraswasta. Dalam kesehariannya ia selalu mengutamakan berkendara yang aman (safety riding) dalam setiap berkendara apa lagi ia selalu mengunakan sepeda motor dalam melakukan kegiatanya. Pria keturunan batak ini belum lama bergabung dengan STiC, pribadinya yang ramah membuat banyak orang yang cepat akrab dengannya termasuk dengan sesama anggota. Bila ada waktu luang ia sering menghabiskan waktu bersama anggota klub yang lain bahkan ia juga sering menginap di rumah salah satu rekan sesama anggota, selain itu ia sering di ajak untuk melakukan rolling thunder ketempat-tempat rekreasi sehingga walaupun ia termasuk anggota baru namun ia dapat membaur dengan anggota yang lebih senior

Ia sering berkonsultasi dengan rekan sesama anggota berkaitan dengan berkendara yang aman (safety riding) karena ia kurang memahami manfaat dari berkendara yang aman (safety riding) tersebut sering ia beranggapan bahwa berkendara yang aman (safety riding) tersebut terlalu merepotkan apalagi ketika ia


(63)

sedang terburu-buru saat di jalan, ia juga sering berkonsultasi untuk memodifikasi motornya sehingga ia lebih mengetahui konsep untuk modifikasi motornya.

Muhammad Irfan

Irfan adalah seorang perawat di salah satu rumah sakit di Medan, ia berusia 28 tahun dan tinggal di Jalan Baja Raya Medan Petisah. Pria yang belum menikah ini merupakan salah seorang anggota yang sudah senior namun karena pekerjaannya sebagai perawat ia jarang sekali kopdar bareng dan berkumpul dengan anggota STiC. Dalam kesehariannya ia merupakan pria yang tertutup, ia jarang bercerita tentang kehidupannya. Pria muslim ini memiliki hoby di bidang otomotif khususnya dalam memodifikasi kendaraannya, sekitar 80% dari kendaraannya sudah di modifikasi namun ia tidak mengurangi perangkat berkendara yang aman (safety riding) yang sudah terdapat pada kendaraannya malah ia menambah aksesoris untuk menambah perangkat berkendara yang aman (safety riding) yang sebelumnya tidak terdapat di motornya, selain itu hoby touringnya membuat ia harus lebih mengutamakan berkendara yang aman (safety riding) dalam setiap ia melakukan touring.

Ia juga merupakan salah satu mantan anggota TC yang memilih untuk bergabung dengan STiC. Dalam kesehariannya ia selalu berupaya untuk mengikuti setiap agenda yang di buat STiC walaupun ia juga harus membagi waktunya sebagai perawat. Selain memiliki hobi di bidang otomotif ia juga memiliki hoby di bidang beladiri khususnya Taekwondo.


(64)

Muhammad Mahadira

Dira begitu ia biasanya di panggil oleh rekan-rekannya, ia berusia 28 tahun dan mengenyam pendidikan terakhirnya di salah Satu Perguruan Tinggi Swasta di Medan dengan Program Study S-1. Pria muslim ini telah menikah dan memiliki satu orang anak dan ia tinggal di Jl. K L Yos Sudarso, km 15,5 Medan Martubung. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia berwiraswasta di bidang jasa. Dalam kesehariannya ia melakukan aktifitas dengan mengunakan sepeda motor. Ia sudah lama bergabung dengan klub motor karena itu ia juga memiliki banyak pengalaman sebagai anggota klub, dalam kesehariannya di klub ia termasuk orang yang ramah dan suka memberikan nasehat ataupun pengetahuan yang dimilikinya dalam bidang otomotif. Ia juga sangat gemar untuk memodifikasi kendaraannya dengan menambahkan aksesoris yang dapat mendukung performa dan penampilan motornya. Banyak rekan-rekan satu klubnya mencuci sepeda motor di tempatnya karena ia membuka jasa pencucian sepeda motor (Dorsemer).

Ia juga merupakan salah satu mantan anggota TC yang memilih bergabung dengan STiC, dan ia menemukan keluarga barunya bersama anak-anak STiC yang lain. Keramahan dan kehangatan yang terjalin antar sesama anggota membuat ia semakin nyaman bergabung dengan STiC. Selain itu ia juga hoby utuk touring ke berbagai daerah di dalam maupun di luar provinsi sumatera utara, setiap kali ia ikut touring ia tidak lupa unruk selalu mengunakan peralatan berkendara yang aman (safety riding) dan juga kadang mengunakan box yang di letakkan di belakan sepeda


(65)

perjalanan sehingga tidak perlu membawa tas yang dapat membuat si pengendara cepat lelah dan tidak nyaman bila di gunakan dalam perjalanan jauh.

Wijas Setia Mara

Wijas begitu ia di panggil oleh rekan-rekannya sesama anggota klub, untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ia bekerja di dinas kesehatan propinsi Sumatra Utara. ia berusia 24 tahun dan telah menikah serta telah memiliki seorang anak dan beralamat di jalan Sunggal asrama kodam Jalan Bukit Barisan no 4b. Pria muslim keturunan jawa dalam kesehariannya ia merupakan sosok yang baik dan di percaya rekan-rekannya sesama anggota klub untuk meramal masa depan. Selain itu ia juga mahir untuk bermain sulap, di sela-sela kopdar ia sering menujukkan aksi sulap kepada rekan-rekannya ia juga tidak segan untuk mengajarkan dan memperlihaatkan triknya itu sebabnya ia sering di minta untuk menampilkan kemahirannya bermain sulap bila ada event-event tertentu. Ia belum lama bergabung dengan klub motor namun ia merupakan salah satu anggota yang tidak pernah absen dalam setiap kegiatan yang di selenggarakan oleh STiC.

Motivasinya untuk bergabung dengan STiC adalah untuk dapat menyalurkan hobynya dalam bidang otomotif khusunnya ia sangat suka melakukan touring ke luar kota maupun keluar provinsi. Dalam berkendara ia sudah menunjukan sikap yang seharusnya di lakukan saat berkendara dengan selalu berberkendara yang aman (safety riding) di jalan, selain itu juga ia tidak sungkan-sungkan bertanya kepada anggota yang lebih senior tentang berkendara yang aman (safety riding) dan juga


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Alik Ansyari. 2008. Rekayasa Lalulintas Edisi Revisi. Malang. UPT Universitas Muhamadiyah Malang

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kualititatif. Jakarta: Putra grafika

Horton, Paul dan Chester L.Hunt. 1993. Sosiologi. Jakarta. Erlangga

Huraerah, Abu dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok. Bandung: Refika Aditama

Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Imam, Sentot Wahjono. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Iskandar, Srimulyani. 2005. Modul Penganatar Psikologi Sosial. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera utara.

Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty

Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi. Jakarta. Gelora Aksara Pratama

Moleong, Lexi. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(2)

Moesbar,Nazar. 2007. Pengendara dan Penumpang Sepeda Motor Yang Terbanyak Mendapat Patah Tulang Pada Kecelakaan Lalu Lintas. Fakultas Kedokteran, Unversitas Sumatera Utara

Muchlas, Makmuri. 2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press

Narwoko, J. Dwi dan Bambang Suyanto. 2004. Sosiologi TeksPengantar dan Terapan Edisi Ketiga. Jakarta.Kencana Media Group

Petrus, Guntur. 2008. Sosiologi Sebagai Perspektif Sosial Indonesia Science. Forum- http//forum sains .com

Petrus, Guntur. 2008. Fungsionalisme Struktural Indonesia Science. Forum http//Forum sains. Com

Prabu, Anwar Mangkunegara. 2008. Prilaku dan Budaya Organisasi. Bandung. PT Refika Aditama

Ritzerr, George. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

Santosa, Selamet. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta. Bumi Aksara

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia


(3)

Online :

www.docstoc.com ›

http://mail.info-lantas.com, 2009 diakses hari Rabu 20-07-11 pukul 10.10 WIB diakses hari Minggu 22-05-11 pukul 10.00 WIB

10.20 WIB


(4)

PANDUAN WAWANCARA UNTUK ANGGOTA KLUB MOTOR STIC

I. Profil Informan

TENTANG PERAN KLUB MOTOR TERHADAP PEMBENTUKAN PRILAKU BERKENDARAAN YANG AMAN (SAFETY RIDING)

1. Nama :

2. Umur :

3. Suku Bangsa :

4. Agama :

5. Alamat : 6. Pendidikan : 7. Pekerjaan :

II. Motivasi diri masuk dalam klub motor STIC

1. Apakah yang mendasari anda sehingga memilih untuk bergabung dengan STIC ketimbang klub motor yang lain?

2. Apakah yang menjadi alasan anda untuk bergabung dengan STIC? 3. Bagaimanakah proses yang anda lalui untuk dapat bergbung dengan

STIC?

4. Apakah manfaat yang ingin anda dapatkan ketika bergabung dengan STIC?


(5)

III. Peran STIC dalam Sosalisasi Safety Riding terhadap anggotanya

1. Bagaimanakah proses rekrutmen pada setiap anggota Klub Motor STIC? 2. Bagaimanakah sosialisasi Safety Riding yang di berikan kepada anggota

Klub Motor STIC ?

3. Bagaimanakah STIC mendorong agar setiap anggotanya selalu berprilaku Safety Riding?

4. Bagaimanakah peran STIC untuk menanamkan kebiasaan Safety Riding pada setiap anggotanya?

5. Apa yang menjadi dasar dari Kub Motor STIC mewajibkan setiap anggotanya untuk selalu berprilaku Safety Riding dalam berkendara? 6. Bagaimanakah Klub Motor STIC dalam mengontrol setiap anggotanya

untuk selalu berprilaku Safety Riding dalam berkendara?

7. Bagaimanakah tindakan Klub Motor STIC apa bila ada anggotanya yang melanggar atau tidak berprilaku Safety Riding dalam berkendaraan? 8. Apa saja yang dilakukan oleh Klub Motor STIC dalam menanamkan

prilaku Safety Riding pada setiap anggotanya?

9. Bagaimana respon para anggota terhadap peraturan yang di terapkan oleh STIC khususnya Safety Riding?

10.Bagaimanakah prilaku berkendara para anggota STIC?

11.Bagaimanakah STIC mengontrol prilaku berkendara para anggotanya dalam kesehariannya?


(6)

14.Menurut anda siapa sajakah yang berperan dalam menanamkan prilaku Safety Riding pada setiap anggota STIC?

15.Bagaimanakah prilaku berkendaraan anda setelah menjadi anggota STIC? 16.Bagaimanakah hubungan yang terjalin antara anggota baru dan anggota