Kelebihan dan Kelemahan Tongkat

37 lingkungannya. Sebelum dilatihkan keterampilan melawat dengan tongkat penyandang tunanetra harus dilatih kepekaan indera dan berbagai konsep dasar seperti konsep tentang tubuh, arah, kesadaran ruang, dan waktu. Konsep tersebut merupakan dasar latihan teknik melawat dengan tongkat. Menurut Purwanta Hadikasma 1981: 64 menyatakan waktu yang tepat dalam memberikan latihan tongkat pada anak tunanetra tergantung tingkat kematangan dan adanya tuntutan dari situasi lingkungan. Pendapat tersebut menegaskan bahwa diperlukan asesmen mengenai kebutuhan, kelebihan dan kelemahan anak terkait keterampilan mobilitas, sehingga diketahui kapan latihan teknik tongkat dapat diberikan pada anak tunanetra. Cruickshank dan Johnson 1975: 331 menyatakan bahwa, “student in both residential and day school programs should receive instruction in use of the cane ”. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa, kedua anak tunanetra dengan program asrama dan sekolah harian harus menerima pengajaran dalam menggunakan tongkat. Dari pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa keterampilan tongkat harus diajarkan pada anak tunanetra tanpa memandang program sekolah yang diikuti. Keterampilan menggunakan tongkat ini diajarkan untuk meminimalisir dampak dari ketunanetraannya, sehingga anak tunanetra dapat melakukan berbagai aktivitas dan mampu bergerak dengan percaya diri. Oleh karena itu, anak tunanetra diharapkan menguasai keterampilan ini. Keterampilan melawat dengan tongkat merupakan suatu kecakapan dalam menggunakan tongkat sebagai alat mobilitas agar anak tunanetra 38 mampu melawat secara aman, efektif, efisien dan mandiri di lingkungan yang sudah dikenal maupun belum dikenal. Aman berarti penyandang tunanetra dapat melawat tanpa adanya benturan dari benda-benda sekitar, sedangkan efektif berarti penyandang tunanetra tidak coba-coba dalam melakukan mobilitas, mampu berjalan dengan lurus dan menggunakan teknik yang tepat. Efisien berarti berkaitan dengan ketepatan waktu, sedangkan mandiri berarti penyandang tunanetra mampu melawat dengan tongkat tanpa bantuan orang lain. Keterampilan melawat dengan tongkat sangat dibutuhkan bagi anak tunanetra untuk memenuhi kebutuhan mobilitasnya. Oleh karena itu, keterampilan ini telah diberikan sejak dini oleh sekolah. Biasanya teknik tongkat telah diberikan sejak dini yaitu saat anak berada di kelas dua sekolah dasar. Hal ini bertujuan agar anak lebih terampil dan anak mampu melakukan mobilitas secara mandiri. Keterampilan dengan tongkat memberikan pengalaman mobilitas yang lebih luas bagi anak tunanetra, sehingga anak tunanetra dapat melawat di dalam lingkungan atau di luar lingkungannya. Anak tunanetra yang telah terampil menggunakan tongkat akan memiliki rasa percaya diri, karena kecil kemungkinan mereka akan mengalami benturan atau hambatan lain dalam melawat. Pada penelitian ini, tidak dibatasi pada penggunaan dua jenis tongkat, sehingga anak tunanetra diperbolehkan untuk memilih tongkat yang digunakan. Hal ini lebih mempertimbangkan pada manfaat tongkat. Keterampilan tongkat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecakapan 39 anak dalam menggunakan tongkat, sehingga dapat melawat dengan tongkat secara aman, efektif, efisien dan mandiri.

4. Teknik Melawat dengan Tongkat

Teknik merupakan suatu cara untuk mempermudah Irham Hosni, 1996: 200. Teknik melawat dengan tongkat merupakan cara menggunakan tongkat sebagai alat mobilitas untuk mempermudah penyandang tunanetra melawat. Teknik melawat dengan tongkat perlu dipelajari bagi penyandang tunanetra yang menggunakan tongkat agar dapat melawat secara aman. Juang Susanto 2005: 124-126 menjelaskan mengenai cara memegang tongkat, cara pertama yaitu kepalan tangan di depan perut, cara ini dilakukan dengan membengkokkan siku dan tangan yang mengepal berada di depan perut. Tangan memegang tongkat pada bagian grip, jari telunjuk terletak di bagian grip yang datar dengan menunjuk ke ujung tongkat, ibu jari menumpang di atas tongkat dan jari yang lain hanya menjepit. Pergelangan tangan menjadi titik tumpu gerakan tongkat. Cara kedua kepalan tangan di samping paha, dapat dilakukan dengan meluruskan siku tangan dan tergantung lepas sehingga kepalan tangan ada di samping paha. Ada dua teknik digunakan yaitu kepalan di depan perut dan kepalan di samping paha. Kedua teknik tersebut dapat bergerak ke kiri dan ke kanan selebar bahu pengguna, namun teknik yang biasa digunakan adalah teknik kepalan di depan perut. Teknik ini akan memudahkan anak tunanetra untuk berjalan lurus karena tongkat terletak di tengah tubuh, sehingga akan