Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Klorheksidin

CFUml, dan konsentrasi 40 yaitu 77,4x10 2 CFUml. Berdasarkan uraian diatas, maka timbul permasalahan mengenai pengaruh perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis Cinnamomum burmanii dengan konsentrasi 10, 30 dan 50 terhadap jumlah Candida albicans.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Berapa jumlah Candida albicans setelah dilakukan perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10, 30, dan 50 ? 2. Apakah ada pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10, 30 dan 50 terhadap jumlah Candida albicans? 3. Apakah ada perbedaan pengaruh yang signifikan perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10, 30, dan 50 terhadap jumlah Candida albicans?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui jumlah Candida albicans setelah dilakukan perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10, 30 dan 50. 2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak kayu manis 10, 30, dan 50 terhadap jumlah pertumbuhan Candida albicans. 3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang signifikan jumlah Candida albicans pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam ekstrak kayu manis 10, 30, dan 50. Universitas Sumatera Utara

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi untuk penelitian selanjutnya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Prostodonsia.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien pemakai gigitiruan mengenai efektifitas ekstrak kayu manis dalam menghambat jumlah Candida albicans dibandingkan dengan klorheksidin. 2. Sebagai bahan masukan bagi industri yang memproduksi bahan pembersih gigitiruan agar dapat meningkatkan dan memanfaatkan bahan-bahan herbal seperti ekstrak kayu manis. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

2.1.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari : 4,22 a. Komposisi bubuk 1. Polimer polimetil metaklirat 2. Initiator : berupa 0,2 - 0,5 benzoil peroksida. 3. Pigmen : sekitar 1 merkuri sulfit atau cadmium sulfit tercampur dalam partikel polimer. 4. Plasticizer : dibuthil phthalate 5. Opacifiers : oksida seng atau oksida titanium b. Komposisi cairan 1. Monomer metil metaklirat 2. Stabilitator : sekitar 0,006 hidroquinon untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan. 3. Plasticizer : dibuthil phthalate 4. Cross-linking agent : 1-2 glikol dimetaklirat

2.1.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-molding. 4 Manipulasi resin akrilik polimerisasi panas adalah : 4,22 1. Perbandingan polimer dan monomer yang dapat diterima biasanya 3 sampai dengan 3,5:1 satuan volume atau 2 sampai 2,5 : 1 satuan berat atau sesuai dengan petunjuk pabrik. Penggunaan perbandingan yang benar adalah penting karena: Universitas Sumatera Utara a. Bila polimer terlalu banyak dibandingkan dengan monomer,polimer tidak dapat dibasahi oleh monomer. Akrilik yang telah digodok akan berpasir atau bergranul. b. Bila polimer terlalu sedikit, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar. 2. Polimer dan monomer yang dicampur dengan perbandingan yang benar akan mendapatkan hasil dough stage. Pengamatan setelah pencampuran polimer dan monomer. Pada saat pencampuran bahan akan melalui fasestage berikut ini : a. Sandy stage adalah terbentuknya campuran menyerupai pasir basah. b. Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika polimer mulai larut dalam monomer dan berserat ditarik. c. Dough stage adalah konsistensi liat dimana adonan sudah mudah diangkat dan tidak melekat lagi, serta merupakan waktu yang tepat memasukkan ke dalam mold dan kebanyakan dicapai dalam waktu kurang dari 10 menit. d. Rubber hard stage adalah seperti karet dan terlalu keras untuk dibentuk, pada stadium ini bahan akan mengeras. 3. Waktu dough tergantung pada : a. Ukuran partikel polimer, partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan lebih cepat tercapai konsistensi dough. b. Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi dough. c. Adanya plastisizer yang akan mempercepat terbentuknya dough. d. Suhu sangat mempengaruhi waktu dough.Waktu dough dapat diperpanjang melalui proses pendinginan dalam freezer. e. Perbandingan polimer dan monomer, bila tinggi, waktu dough lebih singkat. 4. Lining mould Setelah semua malam dikeluarkan dari mold dengan cara menyiramnya dengan air mendidih dan detergen, dinding mold harus diberi lapisan separator dengan tujuan: Universitas Sumatera Utara a. Mencegah merembesnya monomer ke dalam mold dan berpolimeIrisasi sehingga menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan mold. b. Mencegah air dari mold masuk ke dalam resin akrilik. 5. Pengisian Sewaktu melakukan pengisian kedalam mold perlu diperhatikan agar: a. Mold terisi penuh b. Sewaktu dipres terdapat bahan yang cukup pada mold, ini dapat dicapai dengan cara menghasilkan akrilik dough stage sedikit lebih banyak ke dalam mold. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di dalam mold. Pengisisan yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadinya shrinkage porosity. 6. Kuring Mold yang telah diisi kemudian dikuring dalam waterbath. Suhu dan lamanya proses kuring harus dikontrol. Selama proses kuring dalam waterbath perlu diperhatikan bila bahan mengalami polimerisasi yang tidak sempurna, kemungkinan gigitiruan mengandung monomer sisa yang tinggi. 7. Pendinginan Kuvet harus dibiarkan dingin secara perlahan sampai mencapai suhu kamar. Pendinginan secara cepat menyebabkan kerusakan basis gigitiruan karena ada perbedaan kontraksi termal dari resin dan gips keras. Kuvet yang telah dingin diangkat dari rendaman air dan dibiarkan dingin. 8. Deflasking Mengeluarkan hasil kuring dari mold harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah patahnya gigitiruan. 9. Penyelesaian dan pemolesan Setelah dikeluarkan dari kuvet, bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir sampai halus. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Sifat-Sifat

2.1.3.1 Sifat Fisis

Sifat fisis dari resin akrilik polimerisasi panas adalah : 4,21,23 1. Solubilitas Meskipun pada proses kuring dari akrilik sudah dilakukan dengan benar,namun masih terdapat monomer sisa sebesar 0,2 sampai dengan 0,5. Hal tersebut akan mempengaruhi rata-rata dari berat molekul resin akrilik. Proses kuring pada suhu yang terlalu rendah dalam waktu singkat akan menghasilkan monomer sisa yang lebih besar. Hal ini hendaknya dicegah karena : a. Monomer bebas dapat lepas dari gigitiruan dan mengiritasi jaringan mulut b. Monomer sisa akan bertindak sebagai plastisizer dan membuat resin menjadi lunak dan lebih fleksibel. 2. Porositas Porositas dapat memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan bagi kekuatan dan sifat-sifat optis akrilik. a. Shrinkage porosity Kelihatan seperti gelembung yang tidak beraturan bentuknya di seluruh dari permukaan gigitiruan. b. Gasteous porosity Terlihat berupa gelembung kecil halus yang sama bentuknya, biasanya terjadi pada gigitiruan yang tebal. 3. Ketepatan dimensional Ketepatan dimensional dipengaruhi oleh ekspansi mold pada saat pengisian packing, ekspansi termal dari adonan akrilik, kontrak yang terjadi pada saat polimerisasi, kontraksi pada saat pendinginan dan hilangnya stress sewaktu pemolesan basis gigitiruan resin akrilik. 4. Kestabilan dimensional Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik. Absorbsi air pada basis gigitiruan resin akrilik cukup tinggi 0,6 mgcm 2 . Setelah basis gigitiruan resin akrilik direndam ke dalam air maka terdapat 2 penyerapan air. Universitas Sumatera Utara Sehingga absorbsi air tersebut dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Hal ini disebabkan karena absorbsi air hampir sama dengan kontraksi selama proses kuring. Selain itu koefisien difusi juga perlu diperhatikan, koefisien difusi dari air pada gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas umumnya adalah 1,08x10 -2 m 2 detik pada 37°C. Karena koefisien difusi air dari resin gigitiruan akrilik polimerisasi panas relatif rendah, maka waktu yang diperlukan bagi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas untuk menjadi jenuh cukup besar. Hal ini tergantung pada ketebalan resin akrilik, serta kondisi penyimpanan. Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas umumnya memerlukan periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air. 4 5. Fraktur Gigitiruan dapat mengalami fraktur karena disebabkan oleh kekuatan impak. Misalnya gigitiruan akrilik terjatuh pada permukaan yang kasar dan fatigue yang terjadi karena gigitiruan mengalami pembengkokan yang berulang-ulang selama pemakaian.

2.1.3.2 Sifat Mekanis

Faktor penting dalam pembuatan basis gigitiruan dari bahan resin akrilik adalah ketebalan resin akrilik. Resin akrilik dengan ketebalan yang tepat mempunyai sifat kekakuan dan kekuatan yang baik. Patahnya basis gigitiruan resin akrilik tergantung dari faktor ketebalan basis gigitiruan. Faktor ini penting tetapi tidak dapat diterapkan seluruhnya saat mendesain gigitiruan pasien dikarenakan semakin tebal gigitiruan akan menyulitkan pasien untuk beradaptasi dan akan meningkatkan derajat isolasi thermal. Fraktur pada gigitiruan umumnya terjadi akibat kekuatan fatik. Kekuatan fatik adalah kekuatan yang menyebabkan patahnya basis gigitiruan akibat pembengkokan yang berulang yang disebabkan oleh pemakaian gigitiruan yang terlalu lama. 23 Kekuatan impak adalah kekuatan yang menyebabkan suatu bahan patah akibat benturan. Kekuatan transversal merupakan ukuran kekuatan terhadap tekanan yang terjadi pada bahan basis gigitiruan akibat beban pengunyahan. Crazing kadang Universitas Sumatera Utara terlihat pada permukaan gigitiruan resin akrilik. Crazing adalah garis retakan kecil yang terdapat pada permukaan basis gigitiruan. Hal ini akan mengakibatkan patahnya basis gigitiruan. Crazing dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu ketika pasien membuka gigitiruan dan membiarkannya dalam keadaan kering dan ketika terjadi kontak antara monomer dan gigitiruan yang sedang diperbaiki. Fungsi adanya cross linking agent pada resin akrilik polimerisasi panas adalah untuk mengurangi terjadinya crazing. 23

2.1.3.3 Sifat Kemis dan Biologis

Sifat dari resin akrilik adalah mengabsorbsi sedikit air. Selama pemakaian proses absorbsi air masih berlanjut sampai dicapai keseimbangan sekitar 2. Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1 disebabkan oleh reabsorbsi air yang menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0,23. Gigitiruan hendaknya dijaga agar tetap kering meskipun gigitiruan sedang tidak dipakai. Absorbsi air merupakan kemampuan dari organisme untuk berkolonisasi pada permukaan gigitiruan resin akrilik. Namun, belum jelas organisme apakah yang dimaksud. Salah satu organisme yang ditemukan pada permukaan gigitiruan resin akrilik adalah Candida albicans. Candida albicans dapat ditemukan pada permukaan gigitiruan resin akrilik dengan cara penetrasi melalui lapisan terluar dari resin akrilik. 24

2.1.4 Kegunaan

Kegunaan dari resin akrilik polimerisasi panas : 4,22 1. Sebagai bahan basis gigitiruan. 2. Untuk perbaikan jika gigitiruan mengalami fraktur repair. 3. Sebagai rebasing gigitiruan, yaitu mengganti seluruh basis gigitiruan. 4. Sebagai relining gigitiruan, yaitu melapis permukaan gigitiruan yang menghadap ke jaringan lunak rongga mulut. 5. Pembuatan sendok cetak fisiologis. 6. Elemen gigitiruan. 7. Alat-alat ortodonsia Universitas Sumatera Utara 2. 2 Candida albicans 2.2.1 Biologi Candida albicans Taksonomi dari Candida albicans adalah sebagai berikut : Kingdom : Jamur Divisi : Ascomycota Kelas : Saccharomycetes Order : Saccharomycetales Famili : Saccharomycetaceae Genus : Candida Spesies : Candida albicans Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37 ° C dalam kondisi aerob atau anaerob. Pada kondisi anaerob Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun Candida albicans tumbuh baik pada media padat atau Sabouraud’s Dextrose Agar SDA tetapi kecepatan pertumbuhan lebih tinggi pada media cair atau Sabouraud ’s Dextrose Broth SDB pada suhu 37 ° C. Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH normal atau alkali Gambar 1. 25 Gambar 1. Gambaran Makroskopis Candida albicans

2.2.2 Lapisan Biofilm pada Candida albicans

Kemampuan suatu mikroorganisme untuk mempengaruhi lingkungannya diantaranya tergantung pada kemampuannya untuk membentuk suatu komunitas. Universitas Sumatera Utara Candida albicans membentuk komunitasnya yang disebut biofilm Nabile dan Mitchell, 2005. Biofilm tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung sehingga mikroba yang membentuk biofilm biasanya mempunyai resistensi terhadap antimikroba biasa atau menghindar dari sistem kekebalan sel inang. 25 Berkembangnya biofilm biasanya seiring dengan bertambahnya infeksi klinis pada sel inang sehingga biofilm ini dapat menjadi salah satu faktor virulensi dan resitensi. Pembentukan biofilm dapat dipacu dengan keberadaan serum dan saliva dalam lingkungannnya. Secara struktur biofilm terbentuk dari dua lapisan yaitu lapisan basal yang tipis yang merupakan lapisan khamir dan lapisan luar yaitu lapisan hifa yang lebih tebal tetapi renggang. Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan biofilm Candida albicans diantaranya adalah ketersediaan udara. Ketersediaan udara akan medukung pembentukan biofilm. Pada kondisi anaerob, Candida albicans dapat membentuk hifa tetapi tidak mampu membentuk biofilm. 25

2.2.3 Mekanisme Infeksi Candida albicans pada Permukaan Sel

Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi adalah adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filamen dan produksi enzin ekstraseluler. Adhesi melibatkan interaksi antara ligand dan reseptor pada sel inang dan proses melekatnya sel Candida albicans ke sel inang Naglik dkk, 2004. Perubahan bentuk dari khamir ke filamen diketahui berhubungan dengan patogenitas dan proses penyerangan Candida albicans terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan biofilm sebagai salah satu cara Candida albicans untuk mempertahankan diri dari obat-obat antijamur. 25 Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia a dalah perlekatan adhesi. Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting dalam kolonisasi dan penyerangan invasi ke sel inang. Bagian pertama dari Candida albicans yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Perlekatan dan kontak fisik antara Candida albicans dan sel inang selanjutnya mengaktivasi mitogen activated protein kinase map-kinase. Protein kinase tersebut merupakan bagan dari jalur integritas yang diaktivasi oleh stress pada dinding sel tempat Candida albicans Universitas Sumatera Utara dan sel host melakukan kontak. Map-kinase juga diperlukan untuk pertumbuhan hifa invasive dan perkembangan biofilm Kumamoto, 2005. 25 Tahap selanjutnya setelah perlekatan adalah invasi. Hifa Candida albicans melakukan penetrasi ke dalam permukaan epitelium terutama pada cell junction bersamaan dengan internalisasi sel khamir Javatilake dkk, 2005. Pada ujung hifa yang terbentuk dan sisi permulaan pembentukan chlamydospora mulai terdapat aktifitas phospholipase. Invasi yang ditandai dengan kolonisasi dan pembentukan hifa infeksi tersebut dipercepat dengan keberadaan serum atau saliva dalam lingkungannya. 25

2.2 Denture Stomatitis

2.1.5 Definisi

Denture stomatitis atau denture sore mouth atau prosthetic stomatitis adalah proses inflamasi pada mukosa oral secara khusus pada bagian palatum dan mukosa gingiva yang secara langsung berkontak dengan basis gigitiruan. Denture stomatitis merupakan infeksi kronis yang mempunyai etiologi multifaktorial, salah satunya disebabkan oleh kontaminasi dari spesies Candida atau bakteri. Secara spesifik Candida albicans, merupakan penyebab dari denture stomatitis. Candida albicans secara patogen tumbuh pada dasar gigitiruan dan mukosa oral. 10

2.3.1 Gambaran Klinis

Denture stomatitis menunjukkan pola gambaran klinis yang berbeda dan kebanyakan terdapat pada rahang atas, khususnya pada bagian palatum. Tidak ditemukannya denture stomatitis pada rahang bawah disebabkan oleh saliva yang mempunyai efek sebagai pembersih. 26 Berdasarkan klasifikasi Newton, denture stomatitis dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu : 26 1.Tipe I : tahap inisial berupa petechiae lesi hiperemik pin-point bintik merah yang terlokalisir atau tersebar pada mukosa palatum yang berkontak langsung dengan gigitiruan Gambar 2. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Denture stomatitis tipe I Newton 26 2. Tipe II : terjadi eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum yang ditutupi gigitiruan. Tipe II Newton ini adalah tipe yang paling sering terjadi Gambar 3. Gambar 3. Denture stomatitis tipe II Newton –Eritema difus dan edema terbatas pada daerah mukosa palatum 26 3. Tipe III : hiperplasia papila dengan eritema difus. Tipe III Newton lima kali lipat lebih sering terjadi pada gigitiruan basis akrilik dari pada gigitiruan kerangka logam Gambar 4. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. Denture stomatitis tipe III Newton-hiperplasia papila dengan eritema difus 26

2.3.2 Mekanisme Terjadinya Denture Stomatitis Akibat Plak Gigitiruan Resin Akrilik

Denture stomatitis merupakan inflamasi kronik yang terjadi pada mukosa oral pada daerah yang berkontak langsung dengan basis gigitiruan. 10 Etiologi denture stomatitis adalah multifaktorial, etiologi tersebut terbagi atas dua faktor yaitu faktor utama dan faktor predisposisi. Faktor-faktor utama penyebab terjadinya denture stomatitis, yaitu : 26 1. Faktor yang berasal dari gigitiruan Denture stomatitis terjadi akibat dari gigitiruan yang tidak retentif, adanya trauma dari pemakaian gigitiruan, dan pemeliharaan gigitiruan yang buruk. 2. Faktor infeksi Gigitiruan mampu menghasilkan perubahan ekologi yang mempermudah akumulasi bakteri dan jamur. Bakteri yang berproliferasi adalah spesies bakteri tertentu, seperti Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Fusobacterium sp, atau spesies bacteroides yang telah diidentifikasi pada pasien dengan denture stomatitis. Spesies dari Candida, terutama Candida albicans, telah diidentifikasi terjadi pada sebagian besar pasien denture stomatitis. Faktor-faktor predisposisi yang dapat menyebabkan denture stomatitis, yaitu: 8,26 A. Faktor sistemik 1. Fisiologis faktor usia yang bertambah 2. Disfungsi sistem endokrin Universitas Sumatera Utara 3. Defisiensi vitamin B kompleks, vitamin C dan zat besi 4. Immunosupresi B. Faktor lokal 1. Candida albicans 2. Bakteri 3. Diet tinggi karbohidrat 4. Hiposalivasi 5. Kebersihan rongga mulut yang buruk 6. Menggunakan gigitiruan pada malam hari Candida albicans dapat melekat pada permukaan gigitiruan resin akrilik yang biasa disebut dengan istilah plak gigitiruan. Pada pemakai gigitiruan dengan basis resin akrilik, plak gigitiruan sangat sering terjadi, terutama pada pengguna gigitiruan dengan kebersihan mulut yang rendah. 27 Denture stomatitis tidak hanya disebabkan oleh Candida albicans, tetapi juga oleh plak dari multispesies yang melibatkan Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Setelah diobservasi bahwa ko- adhesi antara Candida albicans dan beberapa jenis Streptococcus meningkatkan kolonisasi di rongga mulut oleh sel yeast. Streptococcus mutans adalah bakteri paling banyak pada permukaan gigitiruan akrilik dan bila diinkubasi secara simultan dengan Candida albicans dapat bersaing mendapatkan binding site tetapi juga dapat meningkatkan adhesi yeast. 28 Perlekatan Streptococcus mutans dan Candida albicans berkontribusi pada sifat organisme tersebut dalam plak gigi. Interaksi keduanya dalam kultur kombinasi adalah mutualistik. Adhesi perlekatan dianggap sebagai langkah awal dari pembentukan biofilm oral dan mekanisme perlekatan jelas berkontribusi pada resistensi kandidiasis terhadap terapi antijamur. Kemampuan dari yeast beraglutinasi dengan bakteri pada kompleks biofilm seperti yang ditemukan dalam rongga mulut dapat dimediasi oleh interaksi spesies dalam biofilm tersebut, begitu pula dengan faktor eksternal seperti saliva, kebersihan rongga mulut, dan paparan agen antimikroba. Vasconcelos, dkk 2010 membuktikan bahwa Streptococcus mutans Universitas Sumatera Utara bersama dengan Candida albicans berperan dalam etiologi dan patogenesis denture stomatitis. 28 2.4 Bahan Pembersih Gigitiruan 2.4.1 Pengertian Bahan pembersih gigitiruan adalah krim, pasta, gel dan larutan yang digunakan untuk membersihkan gigitiruan. Perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih membantu membunuh kuman pada gigitiruan. Waktu perendaman gigitiruan dalam larutan pembersih tergantung pada instruksi dari pabrik. Menempatkan gigitiruan di dalam air atau larutan pembersih gigitiruan dapat membantu gigitiruan dalam mempertahankan bentuk gigitiruan dan dapat melepaskan debris makanan serta stain yang ada pada gigitiruan. 29

2.4.2 Syarat Bahan Pembersih Basis Gigitiruan

Bahan pembersih basis gigitiruan umumnya mempunyai syarat-syarat seperti berikut: 22 1. Tidak toksik 2. Mampu menghancurkan atau melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan, 3. Tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, 4. Tidak merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, 5. Stabil pada penyimpanan 6. Bersifat bakterisidal serta jamursidal

2.4.3 Klasifikasi Cara Membersihkan Gigitiruan

Ada beberapa cara membersih gigitiruan yaitu dengan mekanis, kemis, ataupun gabungan dari kedua teknik tersebut, yaitu : 7 Universitas Sumatera Utara

2.3.4.1 Mekanis

Saat gigitiruan telah terpasang, pasien diinstruksikan untuk menyikat gigitiruan dengan menggunakan bahan pembersih gigitiruan, air dan sikat dengan bulu sikat nilon yang lembut untuk menjangkau seluruh permukaan gigitiruan.

2.4.3.2 Kemis

Selain dengan menyikat gigitiruan, teknik perendaman basis gigitiruan ke larutan pembersih gigitiruan juga dapat dipakai untuk membersihkan gigitiruan. Dengan merendam gigitiriruan pada larutan pembersih gigitiruan, maka plak yang terdapat pada permukaan gigitiruan, yang sulit dijangkau dengan teknik menyikat ataupun yang tidak terlihat oleh pandangan dapat dibersihkan. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi 5 kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya, antara lain: 1. Effervesen Peroksida Saat ini lebih dikenal dengan istilah alkaline peroksida. Bahan pembersih gigitiruan ini adalah yang paling banyak digunakan. Bahan pembersih ini aman digunakan dan tidak merusak resin akrilik atau logam yang digunakan dalam gigitiruan. Akan tetapi, alkaline peroksida telah menunjukkan bahwa bahan ini dapat menyebabkan kerusakan yang cepat pada lapisan bahan lining tertentu. Alkaline peroksida juga merupakan bahan pembersih gigitiruan yang relatif tidak efektif dan kemampuan bahan ini untuk menghilangkan plak sangat terbatas. 8 Alkaline peroksida bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika digunakan dengan benar dan teratur. 30 Effervesen peroksida terbagi antara lain : Fittydent Fittaydent International GmbH, Steradent Original, Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets, Steradent Denture Cleansing Powder Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman Hull, Inggris ; Boots Effervescent Original, Boots Double Action, Boots Denture Cleansing Powder The Boots Company PLC, Nothingham, Inggris ; Superdrug Original Superdrug Minty, Super Drug Extra Strength Tablets suoerdrug Stores Universitas Sumatera Utara Plc, Croydon, Surrey, Inggris ; Super Efferdent Tablet Warner Lambert Healthcare, Eastleigh, Hampshire, Inggris. 30 2. Hipoklorit Bahan pembersih gigitiruan ini dapat membersihkan permukaan gigitiruan dari plak, mencegah terbentuknya kalkulus pada permukaan gigitiruan, dan menghilangkan stain pada permukaan gigitiruan. 8 Alkalin hipoklorit terbagi antara lain: Dentural Martindale Pharmaceutical, Romford Essex, Inggris, Milton procter And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris 30 3. Asam Bahan pembersih gigitiruan dari asam memiliki kandungan 5 asam hidroklorik. Bahan ini dapat digunakan pada gigitiruan dengan kalkulus yang lunak, yang dapat dibersihkan dengan cara menggosok gigitiruan. Bahan pembersih gigitiruan dari asam yang lain memiliki kandungan asam sulfamat. Kandungan dari bahan ini juga dapat mengontrol pembentukan kalkulus pada gigitiruan. 8 Bahan pembersih golongan asam antara lain : Denclen Protector And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris, Deepclean Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman, Hull, Inggris. 30 4. Enzim Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis dan dikenal sebagai biokatalisator. 29 Canay dkk 1991 melakukan penelitian tentang kemampuan enzim sebagai bahan pembersih gigitiruan. Enzim yang diteliti adalah α- amylase, proteolytic enzym tripsin, dan proteolytic enzym papain. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa proteolytic enzym tripsin dapat membersihkan gigitiruan dari Candida albicans sebanyak 5, dan proteolytic enzym papain dapat membersihkan gigitiruan dari Candida albicans sebanyak 80. 31 Contoh dari bahan pembersih gigitiruan yang mengandung enzim adalah Polident Glaxo Smith Kline, Irlandia. Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis dan dikenal sebagai biokatalisator. 30 Universitas Sumatera Utara 5. Desinfektan Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit . Pengertian lain dari desinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh desinfektan. 29 Contoh desinfektan adalah klorheksidin Smithkline Beecham Consumer Heatlhcare, Brentoford, Inggris. 30

2.4.3.1 Mekanis-Kemis

Contoh metode mekanis-kemis yang dilakukan untuk membersihkan gigitiruan adalah dengan menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman gigitiruan dalam alat ultrasonik, menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman dalam larutan hipoklorit, menggabungkan teknik menyikat gigitiruan dengan perendaman dalam tablet pembersih gigitiruan, dan lain-lain. 7 Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. 30

2.5 Klorheksidin

Klorheksidin merupakan salah satu jenis bahan pembersih gigitiruan golongan kemis. 30 Klorheksidin memiliki aktifitas melawan organisme gram negatif dan gram positif, yeast serta organisme aerob dan anaerob fakultatif, sehingga dapat digunakan sebagai desinfektan gigitiruan. 32 Fernanda CM 2010 menyimpulkan bahwa klorheksidin dari 7 merek berbeda menunjukkan bahwa 6 diantaranya mengalami penurunan jumlah Candida albicans. 33 Klorheksidin merupakan bahan kemoterapi yang paling potensial sebagai antikariogenik, sehingga klorheksidin sering digunakan sebagai kontrol positif untuk penilaian potensi antikariogenik lainnya yang dapat menghambat pembentukan plak. Klorheksidin telah terbukti dapat mengikat bakteri, hal ini dimungkinkan karena adanya interaksi antara muatan-muatan positif dari molekul-molekul klorheksidin dan dinding sel yang bermuatan negatif. Interaksi ini akan meningkatkan permeabilitas dinding sel bakteri yang menyebabkan penetrasi ke Universitas Sumatera Utara dalam sitoplasma, dan pada akhirnya menyebabkan kematian mikroorganisme. Penurunan populasi bakteri pada plak tersebut dapat menurunkan indeks plak. 32 Klorheksidin dapat mengkoagulasi nukleoprotein dan merubah dinding sel yeast, sehingga menyebabkan keluarnya komponen sitoplasma ke plasmalemma. Mekanisme antimikroba dari klorheksidin tersebut dapat mencegah pertumbuhan Candida albicans yang berlebih, tetapi tidak dapat menghentikan germinasi spora sel yeast tersebut, terdapat reduksi yang cukup besar pada sel biofilm Candida albicans. 32 Bahan desinfektan klorheksidin yang tersedia di Indonesia contohnya adalah Minosep buatan Minorock yang mengandung larutan klorheksidin glukonat 0,2. Minosep adalah obat kumur dengan aturan pemakaian selama 1 menit sebanyak 2 kali sehari, sesuai dengan petunjuk pabrik. 12 Klorheksidin 0,2 efektif sebagai anti plak dan anti gingivitis. Klorheksidin tidak bersifat toksik, tetapi dapat mengakibatkan perubahan sensasi sementara dan meninggalkan stein kecoklatan pada gigi, restorasi, membran mukosa dan lidah yang sulit untuk dibersihkan. 32 Himani, dkk 2008 melaporkan bahwa klorheksidin glukonat 0,2 mempunyai aktifitas antijamur paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans dibandingkan dengan 5 doksisiklin hidroklorit, 2.5 sodium hipoklorit, dan 17 ethylenediamine tetraacetic acid. 34

2.6 Kayu Manis Cinnamomum burmanii Gambar 5