BERITA PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 VERSI SOEMARSONO. (Analisis Framing pada Surat Kabar Jawa Pos pada tanggal 3 -5 September 2009).

(1)

PEMBINGKAIAN BERITA PERISTIWA 10 NOPEMBER 1945 VERSI SOEMARSONO DALAM HARIAN JAWA POS

(Analisis Framing Pemberitaan Peristiwa 10 Nopember 1945 Versi Soemarsono dalam Harian Jawa Pos)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

Nur Ramadhan Dwi Nugraha NPM. 0543010377

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SURABAYA

2009


(2)

Oleh :

NUR RAMADHAN DWI NUGRAHA NPM. 0543010377

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 09 juni 2010

Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad, Msi, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

Tim Penguji: 1. Ketua

Ir. Didiek Tranggono, Msi NIP. 19581225 19900 1001 2. Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, Msi NPT. 3 7006 94 0035 1 3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, Msi, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi NIP 19550718 198302 2001


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan anugerahnya dengan memberikan kesehatan dan juga memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Kebanggaan penulis bukan hanya dapat menyelesaikan skripsi ini tetapi bagaimana penulis dapat mengalahkan diri sendiri yang dapat menghambat dalam menyusun skripsi.

Penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan terima kasih atas terselesainya kegiatan dan penulisan Skripsi serta orang-orang telah bermurah hati untuk memberikan ilmunya . Mereka diantaranya :

1. Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.sos, MSi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

4. Bapak DRS. Syaifuddin Zuhri, MSi, Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

5. Bapak Zainal Abidin Achmad,M.Si, M.Ed, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur serta sebagai Dosen Pembimbing penulis. Terima kasih atas saran, kritiknya, serta mau membagi ilmunya dalam menyusun skripsi penuh.


(4)

v

Edo, Willy, Jun, Krista, Rizal, Didit dan semua temen - temen di kampuz terima kasih atas bantuannya.

Penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala sumbang saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 14 Oktober 20


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

ABSTRAKSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Peneliti... 8

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 8

1.4.2. Manfaat Praktis………... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1. Landasan Teori ... 10

2.1.1. Surat Kabar dan Fungsinya Serta Tanggung Jawab Sosial ... 10

2.1.2. Surat Kabar dan Konstruksi Realitas ... 12

2.1.3. Ideologi Media ... 14

2.1.4. Hierarchy of Influence ... 15


(6)

2.1.8. Proses Framing Entman ... 23

2.1.9. Perangkat Framing Entman ... 24

2.2 Kerangka Berpikir ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Definisi Operasional ... 29

3.2. Subjek dan Objek ... 30

3.3. Unit Analisis ... 30

3.4. Populasi dan Korpus ... 30

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.6. Teknik Analisis Data ... 34

3.7. Langkah – Langkah Analisis Framing ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Profil Perusahaan ... 37

4.1.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos……….. 37

4.1.2. Kebijakan Redaksional……… 44

4.2. Hasil dan Pembahasan………. 49

4.3. Berita di Harian Jaawa Pos………. 50

4.3.1. Berita Tanggal 3 September 2009……….. 50


(7)

viii

4.3.2. Berita Tanggal 4 September 2009……….. 56

4.3..3. Berita Tanggal 5 September 2009……….. 61

4.4. Frame Jawa Pos Tentang Pemberitaan Peristiwa 10 Nopember 1945 Versi Soemarsono……… 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 70

5.1. Kesimpulan ……… 70

5.2. Saran……… 71

DAFTAR PUSTAKA……… ... 73


(8)

1. Jawa Pos Tanggal 3 September 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) : Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua

Kali " ... 75 2. Jawa Pos Tanggal 4 September 2009 halamn 29, judul

pernberitaan "Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok

Soemarsono (2) : Sejarah Adalah Versi Pemenang”... 77

3. Jawa Pos Tanggal 5 September 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok

Soemarsono (3-Habis) : Jangan Paksakan Rekonsiliasi" ... 79

4. Jawa Pos tanggal 9 Agustus 2009 halaman 29, judul pernberitaan "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan Bung Tomo dari Amukan Pemuda".

... 81

2. Jawa Pos Tanggal 10 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (2) : Rangkulan Bisikan Amir Syarifuddin Bikin

Lemas" ... 83


(9)

3. Jawa Pos Tanggal 11 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (3-Habis) : Memangnya Dia Bisa Merobek Bendera

tu Sendirian" ... 85

4. Jawa Pos Tanggal 14 Agustus 2009 halaman 1, judul pemberitaan "Soemarsono, Golongan kiri, dan Pergolakan Seputar Proklamasi (1) : sepakat Pilih Amir Syarifuddin

sebagai Proklamator" ... 87

5. Jawa Pos Tanggal 15 Agustus 2009 halaman 1, Judul pemberiaan "Soemarsono, Golongan Kiri, dan Pergolakan Seputar Proklamasi (2) : Ganti Proklamator Dua Kali, Merdeka

Tertunda Dua Hari" ... 89

6. Jawa Pos Tanggal 16 Agustus 2009 halaman 1, judul pemberitaan "Soemarsono, Golongan Kiri dan Pergolakan Seputar Proklamasi (3-Habis) : Ekstrem Kanan Kiri Oke, tapi

Tengah Yang Memimpin" ... 91

7. Jawa Pos Tanggal 20 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Napak Tilas Soemarsono ke Situs - Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (1) Selamatkan 600 Tamu Wanita Hotel

Yamato dari Pemerkosaan'' ... 93


(10)

xi

Peneleh ... 95

9. Jawa Pos Tanggal 22 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Napak Tilas Soemarsono ke Situs - Situs Sejarah Pertempuran Surabaya ( 3-Habis) : Tambah Bingung Lihat


(11)

ABSTRAKSI

NUR RAMADHAN DWI NUGRAHA. BERITA PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 VERSI SOEMARSONO. (Analisis Framing pada Surat Kabar Jawa Pos pada tanggal 3 -5 September 2009).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wartawan membingkai dan mengkontruksi berita – berita tentang peristiwa 10 November 1945 versi Soemarsono yang dipermasalahkan oleh Front Anti-Komunis.

Landasan teori yang digunakan adalah konsep tentang Surat Kabar dan fungsinya serta tanggung jawab sosial, konstruksi realitas berita sebagai hasil konstruksi realitas wartawan yang juga didasarkan atas ideologi media massa masing – masing wartawan, Hierarchy of influence.

Korpus dalam penelitian ini adalah berita – berita tentang peristiwa pertempuran Surabaya 10 November 1945 versi Soemarsono, pada surat kabar harian Jawa Pos (3 berita) pada tanggal 3 – 5 September 2009. Analisis framing ini menggunakan mendekatan model Entman. Dengan menggunakan emapat struktur analisis yaitu Define problem ( Pendefinisian masalah ), Diagnose cause ( memperkirakan masalah atau sumber masalah ), Make moral Judgement ( membuat keputusan moral ), treatment recommendation ( menekankan penyelesaian ).

Hasil dari penelitian ini, Jawa Pos memberikan Front Anti-Komunis untuk mengklarifikasi pernyataan Soemarsono, Soemarsono adalah mantan anggota PKI perkataanya dapat membengkokkan sejarah, serta Front Anti-Komunis sangat tidak setuju bahwa penulisan yang bertajuk “Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya” tanggal 9 – 11 Agustus 2009 diharian Jawa Pos, ia diposisikan sebagai Pahlawan.

Kata kunci: Analisis Framing, berita tentang peristiwa 10 November 1945 versi Soemarsono, Surat Kabar Jawa Pos.


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Sejak informasi menjadi kebutuhan hidup manusia, maka peranan media massa semakin meningkat sebagai sarana penyampaian informasi. Tidak salah jika McQuail (1989:4) menyatakan bahwa salah satu peranan penting media massa menyajikan informasi. Media massa menyajikan informasi berupa berita - berita tentang peristiwa - peristiwa aktual yang terjadi.

Media massa senantiasa memilih isu, informasi, atau bentuk konten lain berdasarkan standar kebijakan redaksional yang disusun para pengelolanya, hanya informasi yang mempunyai nilai berita saja yang akan ditampilkan oleh media massa. Hal ini menunjukan bahwa media massa memiliki selektifitas dalam menyajikan realita kepada khalayak. Terkadang media massa hanya mengangkat suatu berita yang dianggap tidak merugikannya atau membawa dampak yang cukup ekstrim bagi masyarakat. Media massa memiliki wewenang penuh untuk memutuskan apa yang akan diberitakan, diliput, ditonjolkan dan apa yang harus dibuang. disembunyikan dari khalayak. (Nugroho,l999:21).


(13)

2

2

Media massa dibedakan menjadi dua macam. yaitu sebagai pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Dalam arti sempit meliputi media cetak, sementara pers secara luas meliputi semua media komunikasi baik cetak maupun elektronik (Rachmadi dalam Eriyanto, 2002:3 5). Media cetak adalah suatu media statis dan mengutamakan pesan - pesan visual. Dan salah satu bentuknya adalah surat kabar (koran).

Surat kabar adalah media cetak yang memiliki keunggulan, antara lain informasi - informasi yang dicantumkan setiap hari sesuai dengan apa yang sedang terjadi di dalam masyarakat, dan mampu menjangkau masyarakat luas. Berbeda dengan majalah yang terbit seminggu sekali, dua minggu sekali. atau sebulan sekali. maka surat kabar terbit setiap hari.

Ketika kebebasan pers marak seperti sekarang ini. banyak media cetak lebih mengutamakan berita yang cenderung berbau sensasional. Masalah objektivitas pemberitaan pun menjadi perdebatan klasik dalam studi media. Salah satu perdebatan yang mewakili dua pandangan pro dan kontra objektif adalah Jhon C. Merril dan Everette E. Dennis (Siahaan, 2001:60-61).

Media berpendapat jurnalisme objektif adalah mustahil. Semua karya jumalistik pada dasarnya subyektif, mulai dari pencarian berita. peliputan. penulisan sampai penyuntingan berita. Nilai - nilai subyektif


(14)

3

wartawan ikut mempengaruhi semua proses kerja jurnalistik (Merril dalam Siahaan, 2001:60).

Sebaliknya, Dennis. mengatakan. jurnalisme obyektif bukan sesuatu yang mustahil, karena semua proses kerja jurnalistik pada dasarnva dapat diukur dengan nilai - nilai obyektif, misalnya fakta dan opini menghindari pandangan emosional dalam melihat peristiwa memberikan prinsip keseimbangan dan keadilan, serta melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya, jurnalisme obyektif mungkin jika mengadobsi metode dan prosedur yang dapat membatasi subyektivitas wartawan maupun redaktur (Dennis dalam siahaan, 2001:61).

Oleh karena itu dalam mengkonstruksi suatu realitas, media memiliki kebijakan yang akan membuat berita terlihat obyektif atau tidak dimata pembaca. Seperti halnya jawapos memiliki cara pandang atau arah pemberitaan yang spesifik dan berbeda satu sama lain dalam menyeleksi suatu isu dan menulis berita. Termasuk berita tentang peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono yang dimuat dalam Harian Jawa Pos.

Kasus ini dipilih karena sosok kontroversi Soemarsono dan juga pemberitaan yang secara terus menerus dan diberikan tempat khusus oleh Harian Jawa Pos, serta sosok Soemarsono menjadi buah bibir masyarakat Surabaya terkait dia sebagai tokoh dalam pertempuran dan penyobekan bendera Balanda di hotel Yamato. Surabaya dan juga sebagai mamntan gubernur militer PKI. pada peristiwa berdarah di Madiun pada tahun


(15)

4

4

1948. Adanya pemberitaan tentang Soemarsono sebagai Tokoh Kunci Dalam Pertempuran Surabaya di Jawa Pos pada tanggal 9 - 11 Agustus 2009, yang berisikan bahwa soemarsono pernah menolong Bung Tomo yang selama ini sebagai pahlawan nasional terhadap amukan pemuda Surabaya, ia juga memarah marahi Bung Kamo karena memerintahkan pemuda Surabaya untuk menghentikan tembak - tembakan melawan Inggris. dan ia mempertanyakan mengapa ada orang yang ingin dimasukan namanya sebagai pahlawan karena sebagai tokoh yang paling berjasa dalam insiden penyobekan bendera di hotel Yamato, Surabaya.

Kemudian pada tanggal 3 - 5 September 2009, Jawa Pos memuat pemberitaan tentang beberapa organisasi masyarakat yaitu front Anti - Komunis yang terdiri atas Paguyuban Keluarga korban Pemberontakan PKI 1948 Madiun, Center For Indonesian Communities Studies (CICS), Front Pembela Islam (FPI) Jawa timur. Front Pemuda Islam Surabaya (FPIS). Dan MUI Jawa Timur ada pula Forum Madura Bersatu (Formabes) Jawa Timur, DHD ‘ 45 Cabang Surabaya, Anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) serta beberapa kelompok lainnya. Mendemo Jawa Pos karena telah memuat pemberitaan tetang soemarsono (dengan tema Soemarsono sebagai Tokoh Kunci Dalam Pertempuran), dan juga ketidak percayaan dari Prof Aminnudin Kasdi yang juga ikut berdemo dan berdialog dengan redaksi Jawa Pos terhadap perkataan Soemarsono mengenai peristilva Madiun tahun 1948 bukan ajang perebutan kekuasaan


(16)

5

nasinal ataupun perebutan pemerintahan nasional. Mantan ketua Pemuda Republik Indonesia (PRI) Surabaya itu menyebutkan peristiwa tersebut disebabkan Red Drive Proposal (dokumen rahasia pemerintahan cabinet Hatta bersama wakil - wakil dari Amerika Serikat yang berkepentingan untuk memerangi kekuatan komunisme). Prof Aminuddin membantah pernyataan tersebut. Menurut dia, itu adalah upaya Soemarsono mengaburkan sejarah.

Dalam pemberitaan ini Harian Jawa Pos mononjolkan pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dan kemudian setelah adanya demo dikantor Jawa Pos oleh ormas (organisasi masyarakat), Jawa Pos memuat berita klarifikasi terhadap perkataan dan sosok Soemarsono sendiri. Ini yang membuat peneliti ingin mengetahui perspektif atau cara pandang yang digimakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan penulisan berita, dengan itu penulis memilih analisis Framing sebagai metode Penelitian.

Analisis Framing termasuk dalam paradigma konstruksionis, paradigm ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya (Eriyanto, 2002 : 13).

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta yang diambil, bagian mana yang ditonjolakan


(17)

6

6

dan dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut (Eriyanto,2005:224).

Peneliti menggunakan analisis framing sebagai metode penelitian. Sebagai analisis teks media, framing merupakan salah satu alternative model analisis yang dapat mengungkapkan semua perbedaan media dalam mengungkap sebuah fakta. Selain itu dengan melalui metode analisis framing akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa, siapa lawan siapa. mana kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan siapa dirugikan, siapa menindas siapa tertindas, dan seterusnya (Eriyanto,2004:VI). Dengan menggunakan analisis framing dapat diketahui bagaimana pembingkaian berita oleh sebuah media ke dalam bentuk frame masing - masing sehingga menghasilkan konstruksi makna berita yang spesifik dan khas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis milik Robert M. Entman, karena pada perangkat framing Entman menyebutkan bahwa framing seleksi atau berbagai aspek realitas yang diterima dan membuat peristiwa tersebut lebih menonjol dalam suatu teks komunikasi, dalam khalayak hal itu berarti menyajikan secara khusus definisi suatu masalah (Define problems atau identification), interpretasi sebab akibat (Diagnose cause atau casual interpretation), evaluasi moral (Make moral judgement), dan tawaran penyelesaian sebagaimana masalah tersebut digambarkan (Trearment recommendation). Dari pengertian ini, framing menurut


(18)

7

Entman pada dasarnya merupakan pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan oleh sebuah media (Entman dalam Dennis Mc Quail, 2002).

Entman juga mengemukakan bahwa proses Framing tidak dapat dipisahkan dari strategi pengelolahan dan penyajian informasi dalam presentasi sebuah media. Dalam hal ini, wartawan menempati posisi ini wartawan mengolah dan mengemas informasi sesuai dengna ideologi, kecenderungan ataupun keberpihakan politik mereka. Seperti apa yang terdapat dalam asumsi Framing, telah dijelaskan bahwa individu jurnalis atau wartawan selalu menyertakan pengalaman hidup, pengalaman sosial dan kecenderungan psikologi ketika menafsirkan pesan yang sampai padanya (Nugroho, 1999 : 23). Sehingga dalam diri seorang wartawan juga mempunyai kewenangan dalam hal membatasi dan menafsirkan komentar - komentar sumber berita, serta member porsi pemberitaan yang berbeda antara sumber berita satu dengan sumber berita yang lain.

Subyek material dari penelitian ini adalah koran harian terbitan nasional, Jawa Pos. Sedangkan obyek material dalam penelitian ini adalah pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono.

Jawa Pos merupakan perusahaan pers terbesar kedua dan merupakan Koran terbesar ketiga di Indonesia yang berskala nasional, sengan sirkulasi 350.000 eksemplar setiap harinya. Jawa Pos adalah surat


(19)

8

8

kabar pertama dan sampai sekarang satu - satunya yang berkembang menjadi kolongmerat pers melalui konsentrasi secara eksklusif di pasar provinsi (Send and hill, 2001:69-70).

Jawa Los memiliki misi idol dan misi bisms sebagai pilar utama untuk kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu dalam penyampaian berita menghendaki dan diarahkan pada suatu yang lain daripada yang lain dengan menampilkan rubrik - rubrik tertentu sebagai nominasi unggulan (Eduardus, 2001:33).

1.2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut

“ Bagaimanakah Harian Jawa Pos membingkai peristiwa 10 Nopember 1945 versi Soemarsono dalam berita ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk "Mengetahui pembingkaian berita peristiwa 10 Nopember 1945 versi Soemarsono di Harian Jawa Pos"

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian dengan mengaplikasikan teori-teori khusus teori komunikasi tentang


(20)

9

pemahaman pesan yang dikemas oleh media melalui analisis framing. Sebagai fenomena komunikasi yang mempunyai signifikansi, teoritis, metodologis dan praktis, studi analisis framing diharapkan dapat berkembang pada disiplin ilmu komunikasi.

1.4.2 Manfaat Praktis :

Penelitian ini dapat memberi wawasan dan cara pandang khalayak media daiam melihat daiam menyajikan dan menggambarkan sebuah peristiwa melalui cara pandang serta konstruksi yang di bangun oleh wartawan media cetak.


(21)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Surat Kabar dan Fungsinya serta Tanggung Jawab Sosial

Media massa merupakan sarana penyampaian isi pesan atau pernyataan atau informasi, yang bersifat umum kepada sejumlah oranig yang relative berjumlah besar, tersebar heterogen, anonim dan mempunyai perhatian pada isi pesan yang sama, serta tidak mampu memberikan arus balik secara langsung pada saat itu juga. Media massa harus diterbitkan secara periodik, isi peran harus bersifat umum, menyangkut semua permasalahan, mengutamakan aktualitas dan harus dapat disajikan secara berkesinambungan (Wahyudi, 1991:90)

Salah satu media komunikasi massa dalam bentuk media cetak adalah surat kabar. Dengan sendirinya didalam surat kabar terkandung sifat-sifat komunikasi massa. Hal ini dapat diketahui dari batasan ataupun kriteria standar surat kabar. Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan, iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodic dan dijual untuk umum (Assegaff, 1991:140)

Surat kabar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah surat kabar yang terbit setiap hari atau biasa disebut dengan surat kabar harian. Surat


(22)

kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, dan bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali (Djuroto, 2002:11).

Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu komunikasi, khususnya pada study komunikasi massa. Dalam buku "Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan dan bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991: 257).

Surat kabar pertama kali di terbitkan dan diperjual belikan untuk pertama kali di Amerika Serikat. menurut sejarahnya surat kabar di temukan dan dicetak pertama oleh seorang imigran dari Inggris pada tahun 1690. bernama Benyamin Harris (Djuroto, 2002 : 5).

Surat kabar pada perkembangannya, menjelma sebagai salah satu bentuk dari pers yang mempunyai kekuatan dan kewenangan untuk menjadi sebuah kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut disebabkan karena falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial, budaya dan politik.

Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selalu menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif.


(23)

12

menghibur. melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri.-(Effendv, 2003:149).

2.1.2 Surat kabar dan Konstruksi Realitas

Dalam pandangan konstruksi. media dilihat bukanlah sekedar saluran yang bebas. media juga mengkonstruksi realita, lengkap dengan pandangan, biasa, dan pemihaknya. Media bukan hanya memuliki peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan actor dan peristiwa lewat bahasa. Lewat pemberitaan pula media dapat membingkai dengan bingkai tertentu \ana pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu. (Eriyanto, 2004 : 24)

Peristiwa- peristiwa yang menjadikan berita oleh media massa tertentu melalui proses penyeleksi terlebih dahulu. hanya peristiwa yang memenuhi kriteria kelayakan informasi yang akan diangkut oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2004:26).

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan menggunakan bahasa sebagai perangkatnya. Sedangkan bahasa bukan hanya sebagai alat realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang diciptakan oleh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa


(24)

memiliki peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikan. (Sobur, 2001 : 88).

Setiap upaya "menceritakan" sebuah peristiwa , keadaan, benda, atau apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realita. Begitu pula dengan profesi wartawan. Pekerjaan utama wartawan adalah mengisahkan hasil reportasenya kepada khalayak. Dengan demikian mereka selalu terlibat dengan usaha-usaha mengkonstruksikan realitas, yakni menyusun fakta yang dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (news). karangan khas (feature), atau gabungan keduanya (news feature). Dengan demikian berita pada dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality). (Sobur, 2001: 88).

Penggunaan bahasa tertentu jelas berimplikasi terhadap kemunculan makna tertentu. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas turut menentukan bentuk konstruksi realitas yang sekaligus menentukan makna yang muncul darinya. Bahkan menurut (Hamad dalam Sobur. 2001: 90) bahasa bukan cuma mampu mencerminkan realitas, tetapi sekaligus menciptakan realitas.

Dalam konstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagi unsur utama. Bahasa merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat kunseptual dan alat narasi mcdia. (Sobur, 2001:91).


(25)

14

2.1.3. Ideologi Media

Pada proses produksi sebuah berita, sebuah media selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan, juga kepentingan media itu sendiri. Ideologi ini menentukan aspek fakta yang dipilih dan membuang apa yang dibuang. Artinya jika seseorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak, dan memasukan opininya pada suatu berita. Dapat dikatakan media bukanlah merupakan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan kelompok dalam masyarakat secara apa adanya tetapi kelornpok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam beritaberitanya (Eriyanto, 2005: 90).

Pada kenyataannya berita di media massa tidak pernah netral dan obyektif. Jika kita lihat bahasa jurnalistik yang digunakan mediapun selalu dapat ditemukan adanya pemilihan fakta tertentu dan membuang aspek fakta yang lain yang mencerminkan pemilihan media pada salah satu kelompok atau ideologi tertentu. Bahasa ternyata tidak pernah lepas dari subyektifitas sang wartawan dalam mengkonstruksi realitas dengan mengetahui bahasa yang digunakan dalam berita. pada saat itu juga kita menemukan ideologi yang dianut oleh wartawan dan media yang bersangkutan.


(26)

2.1.4. Hierarchv of Influence

Media pada dasarnya adalah cerminan dan refleksi dari masyarakat secara umum. Karena itu, media bukanlah saluran yang bebas, media juga subyek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bisa dan pemihakannya. Di dalam suatu pemberitaan, pembaca kerap berharap media bertindak netral dan seimbang ketika memberitakan pihak-pihak yang berkonflik. Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi informasi kepada khalayak dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang melingkupi institusi media. Pamela Shoemaker dan Stephen D. Reese membuat model "Hierarchy of Influence" yang menjelaskan hal ini :

Tingkat Ideologis Tingkat Ekstramedia Tingkat Organisasi Tingkat Rutinitas Media

Tingkat Individual


(27)

16

1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Diantaranya adalah karakteristik pekerja komunikasi, latar belakang personal dan profesional.

2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi oleh kegiatan seleksi-seleksi yang dilakukan oleh komunikator, termasuk tenggat waktu (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space), kepercayaan reporter pada sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan.

3. Pengaruh organisasional. Salah satu tujuan yang penting dari media adalah mencari keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh pada isi yang dihasilkan.

4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliputi lobi dari

kelompok kepentingan terhadap isi media. Pseudoevent dari praktisi

public relations dan pemerintah yang membuat peraturan-peraturan dibidang pers.

5. Pengaruh ideologi. Ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan di dalam masyarakat (Sobur, 2004: 138-39).

Konsep ideologi bisa membantu menjelaskan mengapa wartawan memilih fakta tertentu untuk ditonjolkan dari pada fakta yang lain, walaupun hal itu merugikan pihak lain, menempatkan sumber berita


(28)

yang satu lebih menonjol dari pada sumber yang lain, ataupun secara nyata atau tidak melakukan pemihakan kepada pihak tertentu. Artinya ideologi wartawan dan media yang bersangkutanlah yang secara strategis menghasilkan berita-berita seperti itu. Disini dapat dikatakan media merupakan inti instrumen ideologi yang tidak dipandang sebagai zona netral dimana berbagai kelompok dan kepentingan ditampung, tetapi media lebih sebagai subyek yang mengkonstruksi realitas atas penafsiran wartawan atau media sendiri untuk disebarkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005: 92).

2.1.5. Pengertian Berita

Berita merupakan rekonstruksi dari sebuah fakta sosial yang diceritakan sebagai wacana fakta media. Berita juga merupakan isi dari surat kabar yang pada dasarnya dibentuk melalui proses aktif dari seorang pembuat berita, yang mana memiliki klarifikasi berdasarkan muatannya.Menurut Eriyanto berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan menyortir ( memilah - milah ) dan menentukan peristiwa dan terra - terra tertentu dalam satu ketegori tertentu (Eriyanto, 2005:102).

Kategori tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini dan sejumlah pembaca merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Denaan demikian


(29)

18

disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide atau opini aktual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton. (Muda, 2003: 22)

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut (Muda, 2003: 29-39)

a. Timeliness, berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan

disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pemirsa atau pembaca.

b. Proximity, artinya kedekatan. Kedekatan disini maknanya sangat

bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi. kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan terkait yang lainnya.

c. Prominence, artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang

itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

d. Consequence, artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu,

segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.


(30)

e. Conflict (konflik) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian daiam kehidupan. Di sisi. lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

f. Development (pembangunan), merupakan materi berita yang cukup

menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

g. Weather (cuaca) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di

sepanjang garis kharulistiwa memang tidak banyak terganggu.

h. Sport, Berita olah raga sudah lama daya tariknya.

i. Human Interest, Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi

manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest.

2.1.6. Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Pada dasarnya berita merupakan laporan dari peristiwa. Peristiwa disini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada gilirannya akan dilaporkan secara terbuka melalui media massa (Birowo, 2004: 168).

Peristiwa - peristiwa yang dapat dijadikan berita oleh media massa akan melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi criteria kelayakan informasi yang akan menjadi berita.


(31)

20

Peristiwa yang layak untuk dijadikan berita akan diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak (Eriyanto, 2005: 26).

Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan oleh wartawan tentunya melalui proses konstruksi atau realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan. luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2005: 3).

Berita adalah hasil konstruksi sosial di mana selalu melibatkan persepsi. ideology dan nilai - nilai dari wartawan ataupun institusi media, tempat dimana wartawan tersebut bekerja. Bagaimana realitas tersebut dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai (Birowo. 2004: 176).

Peristiwa atau realitas yang sama dapat dibingkai secara berbeda oleh masing-masing media. Hal ini terkait dengan visi, misi dan ideologi yang dipakai oleh masing-masina media. Sehingga kadangkala dari hasil pembingkaian tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak kepada siapa (jika yang diberitakan adalah seorang tokoh, golongan atau kelompok tertentu). Keberpihakan pemberitaan media terhadap salah satu kelompok atau golongan dalam masyarakat, dalam banyak hal tergantung pada etika, moral dan nilai-nilai.


(32)

Aspek-aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media. Hal ini merupakan bagian dari integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.

2.1.7. Analisis Framing

Gagasan ide mengenai framing, pertama kali dilontarkan Beterson tahun 1955 (Sudibyo dalam Sobur, 2001: 161). Frame pada awalnya dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman (1974) yang menaandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2001: 162). Realitas itu sendiri tercipta dalam konsepsi wartawan. Sehingga berbagai hal yang terjadi seperti faktor dan orang, didistrubusikan menjadi peristiwa yang kemudian disajikan untuk khalayak.

G.J Aditjobdro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian

realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan istilah yang


(33)

22

punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto. karikatur dan alat ilustrasi lainnva (Sudibyo dalam Sobur, 2001: 165).

Pada analisis framing yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai, memahami, dan membingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai suatu analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa sajalah) dibingkai oleh media (Eriyanto, 2005: 3), dan pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi yang dilakukan oleh media.

Analisis Framing dalam ranah studi komunikasi mewakili tradisi

yang mengedepankan pendekatan multidisipliner untuk menganalisa fenomena atau aktivitas komunikasi yang ada. Perspektif komunikasi framing dipakai untuk membedakan cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Karena itu konsep framing selalu berkaitan erat dengan proses seleksi isu dan bagaimana menonjolkan aspek isu atau realitas tersebut dalam berita. Disini framing dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi yang besar dari pada isu-isu yang lain.


(34)

2.1.8. Proses Framing Entman

Menurut Entman, framing dalam dua dimensi besar, seleksi isu dan

penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermalcna, lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana - penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan. pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang / peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi

bermakna dan diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk

mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut. (Eriyanto, 2002: 187).


(35)

24

2.1.9. Perangkat Framing Entman

Analisis dalam penelitian ini menggunakan model Robert M. Entmen yang mengoperasionalkan empat dimensi struktural teks berita

sebagai perangkat framing : difine problem (definisi), diagnose causes

(penjelasan). make moral judgement (evaluasi) dan treatment recommendation (rekomendasi).

Frame berita timbul dalam dug level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita.

Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang, dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra, dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosa kata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian lain dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan, penempatan yang lebih menonjol, atau menghubunakan dengan bagian lain dalam teks berita sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat, dan lebih mempengaruhi khalayak. Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar. Pertama;


(36)

definisi, Kedua; penjelasan, Ketiga; evaluasi, Keempat; rekomendasi (Eriyanto, 2002: 188-189).

Perangkat framing Etmant Define Problems

(Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu pristiwa dilihat ? Sebagai apa ?

Atau sebagai masalah apa ? Diagnose causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa ? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah ? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah ?

Make moral judgement (Membuat keputusan moral)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah ? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan ?

Treatment Recomendation (Menekankan

penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan yuntuk mengatasi masalah/isu ? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah ?

1. Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen, yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan


(37)

26

master frame / bingkai yang paling utama. la menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami.

2. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah.

3. Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan / memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak. (Eriyanto. '2002: 191).

4. Elemen framing lain adalah Treatment recommendation (menekankan penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. (Eriyanto, 2002 : 191)


(38)

2.2 Kerangka Berfikir

Pekerjaan media pada dasarnya adalah yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Realitas bukanlah sesuatu yang tersendiri, yang kemudian ditampilkan wartawan dalam pesan-pesannya lewat berita. Berita hasil konstruksi dan realitas dari sebuah proses manajemen ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang diharapkan wartawan dalam diri khalayak pembacanya.

Penilaian ini berangkat dari adanya fenomena media, pada tanggal 3 - 5 September 2009 adanya pemberitaan didemonya harian Jawa Pos karena pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono pada tanggal 9 - 11 Agustus 2009. Harian Jawa Pos menganggap berita ini merupakan berita yang sangat penting karena diberikannya tempat tersendiri dihalaman depan dan juga intensitas pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono. Jika suatu media menaruh sebuah kasus atau peristiwa di halaman muka maka diasumsikan peristiwa tersebut pasti memperoleh perhatian besar dari khalayak. Setiap peristiwa yang dianggap dapat menarik minat pembaca selalu dijadikan headline atau di letakkan pada halaman muka (Sobur. 2001 : 167).

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah analisis framing yang dipakai untuk mengetahui realitas yang dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai dan


(39)

28

dikonstruksi (dilarang bangun) dengan bentikan dan makna tertentu, sehingga elemen tersebut menandakan sebuah peristiwa langsung. Dari latar belakang tersebut maka paradigma, konsep, dan teori yang digunakan peneliti adalah paradigma konstruktivisme.

Dalam penelitian ini menggunakan metode Robert N. Entman. Perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar yaitu; Define problems (pendefinisian masalah), Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah). Make moral judgement (membuat pilihan moral) Treatment recommendation (menekankan peniyebab).


(40)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis framing. Analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi oleh media dengan cara dan teknik apa peristiwa ditekankan dan ditonjolkan. Apakah dalam berita itu ada bagian yang dihilangkan, tepat, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknisi jurnalistik. tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan (Eriyanto. 2005: 3).

Pada dasamya analisis framing terdapat instrument metodologis atau perangkat framing yang dipakai untuk mengkonstruksi sebuah wacana berita denaan melakukan penonjolan-penonjolan tertentu, metode analisis framing sangat tepat digunakan untuk menangkap kecenderungan sikap dan perspektif media dalam pemberitannya.

Pada penelitian ini yang akan dijelaskan adalah bagaimana cara media membingkai atau mengkonstruksi keseluruhan berita mengenai sosok Soemarsono yang meliputi penyeleksian keseluruhan berita dan penonjolan dalam aspek-aspek tertentu, penulisan berita ini meliputi


(41)

30

bagaimana cara wartawan dalam menyusun fakta, mengisahkan fakta, menuliskan fakta, dan menekankan fakta.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah surat kabar Jawa Pos. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono 03 s/d 05 September 2009.

3.3. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah keseluruhan tanda-tanda berupa tulisan terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang menjadi latar belakang dalam pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono di harian Jawa Pos.

Analisis teks media dengan melihat hubungan antara definisi. penjelasan. evaluasi, rekomendasi yang digunakan oleh media (Jawa Pos) dalam melihat suatu peristiwa, yaitu peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono.

3.4. Populasi dan Korpus

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono yang terbit pada tanggal 09 s/d 11


(42)

Agustus 2009, 14 s/d 16 Agustus 2009, 20 s/d 22 Agustus 2009 dan 03 s/d 05 September 2009 di harian Jawa Pos.

Korpus adalah himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama, dan arena itu dapat di analisis, korpus itu bersifat terbuka (Arkoun dalam Harmadi, 2005: 43). Tetapi sebagai analisis, korpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam.

Sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak belakang dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari kita tidak didahului oleh apapun atau interpretasi tertentu sebelumnya (Arkoun dalam Harmadi, 2005: 44).

Korpus dalam penelitian ini adalah pemberitaan tentang peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono, karena itu penelitian ini menggunakan berita-berita yang menyajikan pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono pada tanggal 03 s/d 05 September 2009 di harian Jawa Pos.

Pada penelitian ini korpus yang diperoleh pada harian Jawa Pos yang memberitakan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono.

Korpus yang terdapat pada Surat kabar Jawa Pos adalah sebagai berikut :


(43)

32

1. Berita tanggal 03 September 2009, "Front Anti Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) : Aminuddin : Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali"

2. Berita tanggal 04 September 2009, `'Front Anti Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) : Aminuddin : Sejarah Adalah Versi Pemenang"

3. Berita tanggal 05 September 2009, "Front Anti Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (3) : Aminuddin : Jangan Paksa Rekonsiliasi.

Dan sebagai feature pendukung pada pemberitaan 3 – 5 September adalah

sebagai berikut:

1. Berita tanggal 09 Agustus 2009, "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan Bung Tomo dari Amukan Pemuda"

2. Berita tanggal 10 Agustus 2009, "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (2) : Rangkulan - Bisikan Amir Syarifuddin Bikin Lemas"

3. Berita tanggal 11 Agustus 2009, "Soemarsono, Tokoli Kunci dalam Pertempuran Surabaya (3) : Memang Dia Bisa Merobek Bendera Itu Sendiri"


(44)

4. Berita tanggal 14 Agustus 2009, "Soemarsono, Golongan Kiri, dan Pergolakan Seputar Proklamasi (1) : Sepakat Pilih Amir Syarifuddin sebagai Proklamator"

5. Berita tanagal 15 Agustus 2009, "Soemarsono, Golongan Kiri, dan Pergolakan Seputar Proklamasi (2) : Ganti Proklamator Dua Kali, Merdeka Tertunda Dua Hari"

6. Berita tanggal 16 Agustus 2009, "Soemarsono, Golongan Kiri, dan Pergolakan Seputar Proklamasi (3) : Ekstrem Kanan Kiri Oke, tapi Tengah Yang memimpin"

7. Berita tanggal 20 Agustus 2009, "Napak Tilas Soemarsono ke Situs-Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan 600 Tamu Wanita Hotel Yamato dari Pemerkosaan"

8. Berita tanggal 20 Agustus 2009, “Napak Tilas Soemarsono ke Situs-Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan 600 Tamu Wanita Hotel Yamato dari Pemerkosaan"

9. Berita tanggal 21 Agustus 2009, "Napak Tilas Soemarsono ke Situs-Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (2) :Memori Manten Anyar di Jalan Peneleh"

10. Berita tanggal 22 Agustus 2009, "Napak Tilas Soemarsono ke Situs-Situs Sejarah Pertempuran Surabaya (3) : Tambah Bingung Lihat Diorama Tugu Pahlawan"


(45)

34

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawa Pos pada tanggal 09 s/d 11 Agustus 2009, 14 s/d 16 Agustus 2009, 20 s/d 22 Agustus 2009 clan 03 s/d 05 September 2009 di harian Jawa Pos didapat dari pengumpulan secara langsung dari medianya dengan mengidentifikasi isi berita, yang berpedoman pada analisis framing dari Robert N. Entman. Dari data yang diperoleh sebagai hasil dari identifikasi tersebut untuk selanjutnya dianalisis untuk mengetahui bagaimana media tersebut dalam mengemas pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawa Pos.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Muhajir dalam Dewi (2004: 37) merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain.

Peneliti menggunakan teknik analisis framing sebagai teknik dalam menganalisis data penelitian. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana media mengemas suatu peristiwa untuk dituangkan dalam bentuk berita. Sisi mana yang ditonjolkan atau dihilangkan dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Karenanya berita


(46)

menjadi kemampuan dan bertujuan mendominasi keberadaan subyek sebagai sesuatu yang legitimate, objektif, alamiah, wajar atau tidak terelakkan. (sobur, 2001: 162)

Analisis framing yang dipilih adalah konsep milik Robert N. Entman. Perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar. Pertama; definisi. Kedua; penjelasan, Ketiga; evaluasi, Keempat; rekomendasi.

3.7. Langkah-Langkah Analisis Framing

Berita sosok Soemarsono, akan dianalisis dengan menggunakan perangkat framing model Robert M. Entman. Analisis berita-berita tersebut akan didasarkan pada empat bagian struktur besar, yaitu : definisi, penjelasan, evaluasi, rekomendasi.

1. Define problems

Pendefinisian masalah adalah suatu pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawa Pos di Surat Kabar Jawa Pos dilihat sebagai apa serta sebagai masalah apa.

2. Diagnose causes

Memperkirakan penyebab timbulnya mempersoalkan pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawa Pos


(47)

36

atau apa yang dianggap sebagai sumber masalah di Surat Kabar Jawa Pos.

3. Make moral judgement

Penilaian atas penyebab dalam mempersoalkan pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawa Pos.

4. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian)

Penyelesaian yang dilakukan menyelesaikan masalah dalam pemberitaan peristiwa 10 November 1945 versi soemarsono dalam harian Jawapos


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Perusahaan Jawa Pos

4.1.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949 oleh perusahaan bersama PT. Jawa Pos Cocern Ltd berlokasi di jalan Kembang Jepun 165-169. Pendirinya adalah seorang warga negara Indonesia keturunan dengan kelahiran Bangka yang bernama The Chung Shen alias Soeseno Tedjo. Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno redjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar dan dari situ, ia. Mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan maka pada tanggal 1 Juli 1949 sunit kabar dengan nama Jawa Pos didirikan.

Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian melayu Tionghoa dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok. Selanjutnya sejak tahun 1951 dipimpin redaksinya aclalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang Republiken yang tak pernah goyah. Pada saat itu The Chung Shen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga bahasa berbeda, Surat kabar yang diterbitkan dengan tiga bahasa berbeda. Surat kabar yang Berbahasa Indonesia bernama Jawa Pos,


(49)

38

yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau Shin Win sedangkan De Vrije Pers adalah terbitan bahasa Belanda.

Pada tahun 1962 harian De Vrije Pers dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Jaya dari tangan Belanda, sebagai gantinya diterbitkan surat kabar yang berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News pada tahun 1981 terpaksa berhenti karena minimnya iklan.

Sedangkan meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chiau Shin Wan. Maka sejak tahun 1931 hanya Jawa Pos yang tetala bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awalnya terbitnya Jawa Pos memiliki ciri utama terbit pada pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak di percetakan Aqil di Jalan Kyai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 cksemplar. Semenjak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di pereetakan De Vrije Pers di Jalan Kaliasin 52 Surabaya dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebosar 4000 eksemplar dan mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan ejaan pada tahun 1958 Jawa Pos berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah menjadi Jawa. Pos. Pada periode tahun 197l – l981 oplah tercatat pada 10.000 eksemplar,


(50)

namun pada tahun 1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700 eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada kota yang lain. Penurunan tersebut terjadi karena sistem manajemen yang semakin kacau, tiadanya penerus yang mengelolah usaha tersebut serta kemajuan teknologi percetakan yang tidak terkejar. The Chung Shen alias Soesenp Tedjo sebagai pemilik perusahaan menerima tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafiti Pers (Penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982, pada tanggal t itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pemimpin Utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers Bapak Eric Samola SH untuk membenahi kondisi PT. Jawa Post Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan semenjak saat itulah perkembangan Jawa Pos semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Lim Shien Hwa SH No. 8 pasal 4, menyatakan nama PT. Jawa Pos Concern Ltd. diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat MENPEN No. I/Per 1/Menpen/84 mengenai SIUUP. Khususnya pemilikan saham maka 20% dari saham haus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.


(51)

40

Meskipun telah terjadi perubahan kepemilikan Jawa Pos tidak merubah secara esensial isi pemberitaannya yang menyajikan berita-berita umum.. Berita-berita umum ini meliputi nasional yang menyangkut peristiwa ekonomi, Politik, hukum, social dan budaya, pemerintah, olah raga disamping pemberitaan peristiwa yang terjadi di daerah Jawa Timur dan Indonesia Timur.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak terlepas dari perjuangan dan kepopulerannya Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat membaca Koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya sore hari. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak warga yang menertawai "Koran kok, pagi" banyak diantaranya menolak. Banyak agen dan Toper yang menolak. Manajemen Jawa Pos lantas memutar otak kalau tidak ada loper dan agen, lewat apa Koran ini dipasarkan? Akhirnya ditemukan cara lain : istri-istri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran termasuk istri dari Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utama adalah di pemasaran. Kedua, menambah Income keluarga wartawan waktu itu gaji wartawan masih kecil dengan cara ini keluarga karyawan Koran Jawa Pos akan tambah pendapatan. Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran Jawa Pos atau usaha suaminya dan kelak dikemudian hari beberapa istri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar Koran Jawa


(52)

Pos perjuangan dan kepeloporan ini temyata membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar di keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih Koran Jawa pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000 eksemplar perharinya.

Jawa Pos sanggup mengalahkan tiras penerbitan-penerbitan lain yang telah berada di Surabaya sejak lama dan bahkan mendominasi pasar Surabaya seperti Surabaya Pos. Banyak strategi yang dilakukan Jawa Pos untuk mencapai kondisi, seperti ini diantaranya dengan ingin menjadi surat kabar yang melakukan hal-hal baru pertama kalinya di Indonesia seperti terbit 24 halaman per hari menjadi surat kabar pertama yang terbit dihari libur nasional serta muncul dengan ukuran kecil tanpa mengurangi isi ketika krisis moneter terjadi Indonesia.

Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah kelompok media yang sangat besar adalah dengan adanya JPNN (Jawa Pos News Networking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan berita berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa Pos. Hal ini menyebabkan berita di satu daerah diluar Surabaya tidak perlu dikerjakan layoutnya di Surabaya dan berita tersebut dapat dilerjakan di kota bersangkutan lalu hasilnya dikirimkan ke JPNN untuk diambil oleh Redaksi yang ada di Surabaya. Saat ini dimana masanya media online sedang berkembang.


(53)

42

Jawa Pos juga tidak rnau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi dengan memberikan fasilitas Jawa Pos yang bisa diakses melalui Internet, dengan alamat situs www.jawapos.co.id.

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas 100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi akhirnya Jawa Pos "bermimpi" lagi dengan ambisi menembus, oplah 1.000.000 eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik, dari Redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas mernutar otak agar sumber daya dan dana yang dimiliki tetap optimal, Lantas munculah ide ekspansi yakni membuat Koran di daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskanusai studi di Amerika dan negara maju lainnya setup kota mempunyai satu Koran dari. kenyataan itu ia berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu Koran dan ini dilakukan. Dikirimlah orang-orang terbaik Jawa Pos untuk mendirikan Koran di berbagai daerah di Indonesia, ada yang menghidupkan usaha Koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUUPnya saja. Ada yang kerja sama dan banyak diantaranya yang didirikan Jawa Pos.

Beberapa media dikelola oleh Jawa Pos di daerah Indonesia diantaranya adalah Suara Indonesia yang telah berganti nama menjadi Radar Surabaya, Dharma Nyata, Manuntung, Ackhya; Fajar, Riau Pos,


(54)

Menado Pos, Suara Nusa, Memorandum, Karya Dharma, Bhirawa, Mercusuar, Cendrawasih Pos, Kompetisi, Komputek, Agrobis, Liberty, Mentari, Oposisi, Gugat, Posmo, Harian Rakyat Merdeka, Amanat, Demokrat, Harian Duta Masyarakat Baru, media itu bisa berupa bantuan modal, baik, burupa uang maupun mesin cetak ataupun Sumber Daya Manusia.

Kini hampir di seluruh propinsi Indonesia Jawa Pos terdapat Jawa Pos Group terkecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya Koran namun juga percetakan, pabrik kertas, Real Eaate, Hotel, bursa sampai Travel Agent ini senua berada di atas tangan Dahlan Iskan. Bagaimana mimpi oplah satu juta? Dahlan Iskan pun bilang "kita sudah mencapainya, kalau seluruh oplah Jawa Pos Group dikumpulkan".

4.1.2. Kebijakan Redaksional

Dalam menulis berita Jawa Pos harus melalui terlebih dahulu melewati penyeleksi dengan menulis situasi, kondisi, toleransi, pandangan, dan jangkauan pemuatan berita tergantung dari berita tersebut. Secara tidak langsung bahwa berita yang besar atau mendapat perhatian masyarakat banyak dan sedang menjadi isu pembicaraan masyarakut akan mendapatkan porsi yang lebih banyak untuk dimuat dan diulas berbagai aspek oleh Jawa Pos untuk memenuhi keingintahuan masyarakat akan informasi-infomasi yang dibutuhkan. Jawa Pos


(55)

44

mempunyai keinginan untuk memberikan kekuasan informasi kepada masyarakat. Untuk itu pada halaman pertamaa Jawa Pos menyajikan satu tema berita dengan berbagai ulasan dari berbagai aspek atau sudut pandang.

Dibidang keredaksian kepopuleran Jawa Pos adalah, membuat berita besar dibesarkan dengan cara judul-judul berita pada Jawa Pos dibuat dalam ukuran berita menjadi empat lima kolom bahkan memenuhi seluruh kolom. Peraberitaan Jawa Pos pun ber-macam-macam sehingga pembaca mendapatkan informasi yang dalam dengan berbagai perspektif. Tidak kalah radikalnya Jawa Pos mempelopori, penulisan features yang berisi berita-berita unit dan human Interest. Menurut Jawa Pos dibutuhkan kemampuan untuk menyajikan fakta yang sama sekaligus mengaduk-aduk emosi pembaca, semua itu terhitung dari cara reporter, dalam mencari berita, menemukan sumber berita yang tepat sesuai dengan kriteria seperti kredilibitas, kompentensitas narasumber serta kemampuan menuliskannya ke dalam sebuah teks berita. Selanjutnya adalah kemampuan redaktur dalam kesanggupan menyeleksi, mengedit berita yang layak muat. Begitulah proses sebuah berita dalam institusi Jawa Pos selain itu Jawa Pos juga mengalami perubahan dalam halaman sambungan dari halaman satu, sambung ke halaman yang lain, di Jawa Pos kini diberi judul lagi, yang memiliki maksud untuk memudahkan


(56)

pembaca mencari sambungan berita tersebut hal ini merupakan kebijakan dari Lay Out Jawa Pos.

Pemuatan halaman Metropolis disebabkan sebagian besar pasar Jawa Pos di Surabaya. Metropolis juga memuat berita-berita yang sedang berkembang di masyarakat Surabaya. Yang dirnaksud dengan berita Surabaya oleh Jawa Pos adalah berita yang tempat kejadiannya di kota Surabaya dan berkaitan dengan manfaatnya untuk kepentingan masyarakat Surabaya. Yang dimaksud dengan berita Surabaya dan berkaitan dengan manfaatnya untuk kepentingan masyarakat Surabaya namun jika pokok bahasanya terlalu Nasional maka berita itu bukan disebut sebagai berita Surabaya.

Pengaruh berita Surabaya bagi Jawa Pos sangat besar sekali. Dalam mengejar berita terdapat kerja sama antar wartawan dan redaktur berita. Bisa jadi satu berita diliput karena perintah redaktur atau inisiatif wartawan sendiri yang menganggap bahwa peristiwa tersebut memang layak muat, cara mendapatkan berita dilakukan Jawa Pos adalah dengan menampakkan wartawan di pos masing-masing. Ada pos kriminal, pos pemda, pos hankam dan lain-lain. Pemberitaan Jawa Pos dengan peristiwa sangatlah fleksibel, bank yang sifatnya terencana (momentum) dan dapat juga peristiwa yang bersifat mendadak. Dalam memperkuat fakta pemberitaannya disertakan pula berbagai narasumber, para pakar


(57)

46

semua pihak-pihak terkait dengan cara investigasi langsung dan selanjutnya. Setiap hari Jawa Pos ada rapat perencanaan yang selalu mengevaluasi apa yang telah dikerjakan, juga menentukan apa yang diberitakan besok atau tentang kelanjutan berita sebelumnya.

Sampai dengan tahun 1985, Jawa Pos terbit dengan 16 halaman dan

ditambah suplemenronce sctiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Pada

perkembangan selanjutnya pada awal tahun 1996, Jawa Pos terbit 20 halaman. Untuk menarik minat pembaca dan memenangkan persaingan atas ketataya kompetisi antar lembaga media maka Jawa Pos melakukan berbagai terobosan termasuk diantaranya terbit 24 halaman tiap harinya bahkan sekarang telah mencapai 44 halaman. Secara garis besar Jawa Pos terbagi atas tiga sesi, antara lain :

Koran I (Bagian Umum) memuat liputan-liputan utama mengenai petistiwa Nasional maupun Internasional.

Koran II (Olah Raga) memuat berita olah raga dan hiburan

Koran. III (Metropolis) memuat berita-berita tentang kota Surabaya dan daerah di Jawa Timur.

Tabel 4 : Deskripsi Halaman Surat Kabar Harian Jawa Pos

Koran I (Bagian Umum) Mulai halaman 1-6

Halaman 1 Memuat berita-berita utama yang

Bernilai berita tinggi dan mengangkut kepentingan nasional


(58)

ditambah dengan kolom feature.

Halaman 2 Memuat berita-berita seputar ibu

kota propinsi Jawa Timur, Surabaya

Halaman 3 Memuat berita-berita seputar ibu

kota Jakarta

Halaman 4 Memuat jati diri, opini, surat

pembaca, dan pojok

Halaman 5-7 Memuat berita-berita Jawa Timur

selain Surabaya, karikatur dan iklan

Halaman 8-11 Memuat berita-berita Jawa Timur

selain Surabaya, karikatur, dan iklan

Halaman 12-13 Memuat berita-berita Internasional

Halaman 14 Memuat berita-berita Nusantara

Halaman 15 Memuat berita-berita sambungan

dari halaman 1

Halaman 16 Berisi berita-berita, foto tokoh

berbagai peristiwa baik nasional maupun Internasional

Koran II

(Bagian Olah Raga

Mulai halaman 17-32

Halaman 17-20 Memuat berita seputar peristiwa

olah raga dunia Internasional

Halaman 21-28 Memuat berbagai jenis iklan

komersial (iklan jitu) yang dimuat secara rutin, terutama hari sabtu,


(59)

48

antara lain mengenai lowongan pekerjaan, jual beli kendaraan dan rumah, serta aneka kebutuhan.

Halaman 29 Halaman “Visite” yang mengulas

berita-berita seputar kesehatan

Halaman 30 Memuat berita olahraga basket

Halaman 31 Berisi berita-berita olah raga

nasional

Halaman 32 Halaman “Motor Sport” yang

secara khusus mengulas tentang olah raga balap mobil dan motor Koran III

(Metropolis)

Mulai halaman 33-44

Halaman 33-35 Berisi berita-berita seputar daerah

Surabaya, beserta feature yang berkaitan dengan kejadian di wilayah regional Surabaya.

Halaman 36 Berisi ulasan mengenai

pemberitaan seputar kota Gresik-Sidoarjo

Halaman 37 Halaman “Deteksi” berisi

mengenai berbagai Surabaya dan tanggapan mereka dengan memanfaatkan metode polling

Halaman 38-40 Halaman “Komunikasi Bisnis”

berisi mengenai berbagai peluang yang dapat dijadikan usaha


(60)

Halaman 42 Halaman “Show & Selebritis berisi seputar selebriti dan jadwal acara TV

Halaman 43 Berisi berita sambungan dari

halaman 33

Halaman 44 Halaman “Festival Seni Budaya”

4.2. Hasil dan Analisis Data

Dari Harian Jawa Pos edisi 3 - 5 September 2009 menerbitkan berita tentang pemberitaan tentang FAK (Front Anti-Komunis) yang berdemo didepan kantor Jawa Pos karena memuat pernyataan – pernyataan Soemarsono tentang peristiwa 10 Nopember 1945, khususnya pada penulisan feature pada tanggal 9 – 11 Agutus 2009 didalam terbitan tersebut banyak mengisahkan pertempuran di Surabaya versi Soemarsono, didalam beberapa pernyataannya yang mengatakan bahwa ia yang menyelamatkan Bung Tomo dari amukan pemuda – pemuda Surabaya karena disinyalir dapat memecah kekuatan pemuda – pemuda Surabaya dengan mendirikan oganisasi selain PRI, Ia sebagai orang yang dicari untuk memberhentikan pemuda – pemuda karena saat itu ia sebagai ketua PRI yang berperang melawan sekutu, dan juga sebagai pernggerak massa utnuk menyobek bendera di Hotel Yamato. Oleh karena itu massa yang mengatasnamakan Front Anti-Komunis (FAK)


(61)

50

mendemo kantor Jawa Pos untuk mengklarifikasi pernyataan Soemarsono dengan itu terbitlah pemberitaan tanggal 3 – 5 September 2009

Hal ini menyebabkan adanya berbagai macam reaksi dari berbagai kalangan masyarakat termasuk beberapa ormas (organisasi masyarakat) yang menyayangkan Jawa Pos memuat pemberitaan tentang pernyataan – pernyataan Soemarsono tentang peristiwa 10 Nopember 1945, karena dalam pemberitaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kenyataan.

Berita-berita di harian Jawa Pos itu kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis framing untuk mengetahui siapa pihak yang diuntungkan dan pihak yang dirugikan dan penonjolan aspek tertentu dari media tersebut serta isu yang digulirkan oleh media tersebut. Berita-berita tersebut akan dianalisis dengan menggunakan empat perangkat dari Robert N. Entman yang meliputi Problem Identification (identifikasi masalah), Causal Interpretation (penyebab masalah), Moral Evaluation (keputusan moral), dan Treatment Recommendation (penyelewengan masalah).

4.3. Berita di Harian Jawa Pos

4.3.1. Berita tanggal 3 September 2009

Dalam pemberitaan 3 September 2009 surat kabar Harian Jawa Pos menyajikan satu berita mengenai tulisan ( pemberitaan ) yang dianggap


(62)

bermasalah itu bertajuk, Soemarsono : Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya. Pemberitaan yang terkait dengan pergolakan peristiwa 10 Nopember 1945, dalam pemberitaan tersebut ditulis bahwa ia sebagai tokoh kunci dalam peristiwa pertempuran di Surabaya yang muat bersambung tiga seri di halaman depan Metropolis, mulai 9 hingga 11 Agustus 2009, yang ditulis Chairman Jawa Pos Dahlan Iskan. Dan dalam pertemuan dengan redaksi Jawa Pos Sejarahwan Unesa Prof. Aminuddin Kasdi menilai tulisan tentang Soemarsono dianggap membengkokkan Sejarah. Bagaimana pun, kata dia, Soemarsono adalah sosok yang bersalah dalam peristiwa madiun. Namanya semakin tercemar karena dia menjadi kader PKI.

Tabel 1

Judul Berita : Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) “ Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali”

Surat Kabar Harian Jawa Pos edisi 3 Nopember 2009

Judul Berita Isi Berita Sumber Berita Front Anti-komunis persoalkan sosok Soemarsono (1) “Aminuddin: Jangan sampai digigit ular dua kali” 1. Deskripsi ringkasan berita-berita beberapa organisasi masyarakat yang mempermasalahkan pemberitaan peristiwa 10 Nopember 1945 versi

Wakil Front-Anti Komunis


(63)

52

Soemarsono

2. Tuntutan organisasi

masyarakat (Front Anti-Komunis)

terhadap Jawa Pos agar mewawancarai seseorang yang mengerti sosok Soemarsono.

Analisis :

Define Problems atau Problem Identification (pendefinisian masalah) yang diperoleh dalam pemberitaan 3 September 2009 ini adalah FAK (Front Anti-Komunis) mempermasalahkan tentang penulisan dalam pemberitaan yang bertajuk, Soemarsono : Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (1-3). Kita lihat kutipan beritanya sebagai berikut :

"FAK (Front Anti Komunis) tiba di area parker Graha Pena sekitar 13.00. beberapa perwakilan tampil berorasi di dalam massa menggunakan pengeras suara dan membentangkan poster. Dalam orasinya, perwakilan yang menyesalkan tulisan sosok Soemarsono, mantan Gubernur militer PKI, pada peristiwa berdarah di madiun pada 1948”. (Dikutip dari Jawa Pos 3 September 2009 hal 29 dalam judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono


(64)

(1) “Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali”).

Diagnose Causes atau Causal Interpretation (memperkirakan penyebab

masalah). Dari berita 3 September 2009 yang membahas tentang Front anti Komunis mempermasalahkan penulisan yang bertajuk, Soemarsono : tokoh kunci dalam pertempuran Surabaya. Peristiwa ini dilihat disebabkan oleh siapa? Apa yang dianggap penyebab suatu masalah" Diagnose Causes merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa, penyebab disini bisa berita apa (What), tetapi juga bisa siapa (Who), bagaimana peristiwa uji dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah dan yang menjadi aktor dibalik permasalahan sehingga Front Anti-Komunis mengklarifikasi pernyataan Soemarsono. Dengan ini kemungkinan Soemarsono adalah menjadi penyebab masalah atas penulisan berita yang dipermasalahkan oleh Front anti Komunis. Karena memberikan pernyataan yang dianggap oleh Front Anti-Komunis (FAK) bisa membengkokan sejarah.

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka dapat kita lihat kutipan berita sebagai berikut :

“setelah berorasi, ketua CICS Arukat Djaswadi mebacakan sikap FAK. Dia menyesal pernyataan Soemarsono saat bertemu keluarga korban sambil


(65)

54

mengatakan bahwa mereka adalah sama – sama korban. Kaum komunis maupun umat Islam adalah korban dari penguasa saat itu”. (Dikutip dari Jawa Pos 3 September 2009 hal 39 (sambungan) daIam judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) “Aminuddin: Jangan sampai Digigit Ular Dua Kali”).

Make Moral Judgements atau Moral Evaluation (memuat keputusan

moral). Dalam berita ini Jawa Pos memberikan penilaian moral Yaitu melakukan koreksi atas pemberitaan Jawa pos (media) untuk keseimbangan di media massa sangatlah penting.

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka dapat kita lihat dari kutipan sebagai berikut :

“kami akan memberikan porsi yang sama. Caranya, mewawancarai saksi dan ahli sejarah yang berada disini yang tahu betul sosok Soemarsono ini” kata Imam Syafi’I wakil Omsbudsmen Jawa Pos. (Dikutip dari Jawa Pos 3 September 2009 hal 39 (sambungan) dalam judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) “Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali”).

Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian). Untuk mengetahui posisi siapa yang benar dan siapa yang salah dalam pernyataan peristiwa 10 Nopember 1945 versi Soemarsono. Yaitu dengan mewawancarai beberapa ahli sejarah yang mengerti tentang peristiwa 10 Nopember 1945.

Untuk memperkuat tersebut, maka dapat kita lihat dari kutipan berita sebagai berikut :


(66)

“Aminuddin Kasdi dan Arukat adalah orang bersedia diwawancarai terkait silang sengkarut sejarah ini”. (dikutip dari Jawa Pos 3 September 2009 hal 39 (sambungan) dalam judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) “Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali”).

Frame Jawa Pos

Berita 3 September 2009

Judul Berita : Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarson (1) “Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali”

Frame : Front Anti-Komunis mempermasalahkan

penulisan yang bertajuk Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya

Define Problems atau problem identification (pendefinisian masalah)

Front Anti-Komunis menyesalkan tulisan sosok Soemarsono.

Diagnose cause atau causal interpretation

(memperkirakan penyebab masalah)

Soemarsono yang dianggap memberikan pernyataan sejarah yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Make Moral Judgedment atau moral evaluation (membuat keputusan

Diharapkan adanya penulisan berita secara berimbang.


(67)

56

moral) Treatment

recommendation (menekankan penyelesaian)

Adanya pihak lain untuk diwawancarai

Dari pemberitaan tanggal 3 September terdapat frame yaitu Front Anti-Komunis mempermasalahkan penulisan tentang sosok Soemarsono dalam berita feature tanggal 9 – 11 Agustus 2009, Soemarsono juga dianggap memberikan pernyataan tentang peristiwa pertempuran Surabaya 10 November tidak sesuai dengan kenyataan, diharapkan adanya penulisan yang berimbang dan juga adanya pihak lain yang juga paham tentang sejarah untuk diwawancarai. Pemberitaan tanggal 3 September harian Jawa Pos terdapat satu isu yaitu Front Anti-komunis mempermasalahkan penulisan yang bertajuk Soemarsono, Tokoh Kunci Dalam Pertempuran Surabaya.

4.3.2. Berita tanggal 4 September 2009

Dalam pemberitaan 4 September 2009, surat kabar harian Jawa Pos menyajikan suatu berita mengenai Front Anti-Komunis memberikan pernyataan lewat wakilnya yaitu tentang klarifikasi atas pernyataan – pernyataan Soemarsono tentang peristiwa 10 Nopember 1945 salah satunya pernyataan Soemarsono yang meyangkut Red Drive Proposal yang


(68)

dianggap oleh wakilnya yaitu Prof Aminuddin Kasdi bahwa itu adalah upaya pembengkokan sejarah. Dengan judul “Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang”. Adapun rincian singkat mengenai berita tersebut sebagai berikut:

Tabel 2

Judul Berita : Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang

Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi 4 September 2009

Judul Berita Isi Berita Sumber Berita

Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok

Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang

1. Deskripsi tentang peristiwa pertempuran Surabaya dari pelaku sejarah yang lain

2. Front Anti-Komunis memberikan pernyataan yang terbalik terhadap pernyataan Soemarsono.

Wakil Front Anti-Komunis

Analisis :

Define Problems atau Problem Identification (Pendefinisian masalah)

yang diperoleh dalam pemberitaan 4 September 2009 ini adalah adanya upaya Soemarsono untuk mengaburkan sejarah dengan mengatakan

peristiwa madiun adalah Red Drive Proposal. Red drive proposal adalah

dokumen rahasia yang disusun oleh para petinggi pemerintahan cabinet Hatta bersama wakil – wakil dari Amerika Serikat. Negara tersebut berkepentingan untuk memerangi kekuatan Komunis.


(69)

58

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka dapat kita lihat dari kutipan berita sebagai berikut :

“Pengakuan Soemarsono ini dibantah oleh Guru Besar Sejarah Unesa Prof Aminuddin Kasdi. Menurut dia, adanya Red Drive Proposal adalah upaya Soemarsono untuk Mengaburkan sejarah”. (Dikutip dari Surat Kabar Harian Jawa Pos 4 September 2009 hal 29 dalam judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang).

Diagnosa Cause atau Causal Interpretation (memperkirakan penyebab masalah). Dari berita 04 September 2009 dengan judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang, membahas mengenai pernyataan Soemarsono tentang pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang tidak sesuai dengan kernyataan dan tidak didukung dengan bukti. Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka dapat kita lihat dari kutipan berita sebagai berikut :

“Harus ada buktinya kalau dokumen otentik. Tidak bias hanya mengatakan bahwa dokumen itu rahasia lantas tidak bias memberi bukti. Kita baru percaya bahwa teks itu orisinal jika ada bentuk fisik" ujar Aminuddin kasdi ketika ditemui Jawa Pos kemarin”. (Dikutip dari Surat Kabar Harian Jawa Pos 4 September 2009 hal 29 dalam judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang).

Make Moral Judgement atau Moral Evaluation (membuat keputusan


(70)

bertajuk Soemarsono, Tokoh kunci dalam Pertempuran Surabaya, yang berisikan cerita persitiwa pertempuran Suabaya pada tanggal 10 November 1945. Harus adanya bukti untuk memperkuat pernyataan yang ditulis di dalam pemberitaan, maka dapat kita lihat dari kutipan berita sebagai berikut:

"ya, hanya menampilkan sisi kebaikannya saja. Sebab, tidak ada kolaborasi dengan sumber yang lain. Kalau hanya satu sumber saja mana cukup?" cetus Aminuddin, Dikutip dari Surat Kabar Harian Jawa Pos 4 September 2009 hal 29 dalam judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang).

Treatment Recomeendation (menekankan penyelesaian). Dalam setiap

penelusuran sejarah harus terdapat bukti – bukti otentik dan adanya sumber – sumber lain. Untuk memperkuat pernyataan tersebut, maka dapat kita lihat dari kutipan berita sebagai berikut :

"Aminuddin mengatakan, dalam setiap penelusuran sejarah, memangharus terdapat bukti-bukti yang menguatkan. Yang paling tinggi derajatnya, kata dia, adalah bukti otentik ". Dikutip dari Surat Kabar Harian Jawa Pos 4 September 2009 hal 29 dalam judul Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang).

Frame Jawa Pos

Berita 4 September 2009

Judul Berita : Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) Sejarah Adalah Versi Pemenang


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. kesimpulan

Dari hasil analisis berita – berita Front Anti-Komunis mempersoalkan sosok Soemarsono di Harian Jawa Pos berdasarkan konsep framing dari Robert Entman sebagaimana dipaparkan di bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan problem identification ( pendefinisian masalah ) dalam pemberitaan tanggal 3 – 5 September 2009 pada Harian Jawa Pos adalah penulisan tentang FAK ( Front Anti-Komunis ) mempermasalahkan berita yang dimuat pada feature tanggal 9 – 11 Agustus yang bertajuk Soemarsono, Tokoh Kunci Dalam Pertempuran Surabaya. Kemudian sebagai Causal Interpretation ( memperkirakan penyebab masalah ) adalah pernyataan - peryataan Soemarsono tentang persitiwa pertempuran di Surabaya tanggal 10 November 1945 yang dianggap Front Anti-Komunis tidak sesuai kenyataan.

Pada unsur Make Moral Judgement atau Moral Evaluation ( membuat keputusan moral ) dapat ditarik kesimpulan bahwa Dalam penulisannya Harian Jawa Pos harusnya penulisan dalam artikel Soemarsono, Tokoh Kunci Dalam Pertempuran Surabaya harus lebih berimbang atau


(2)

mewawancarai ahli sejarah yang lain. Harian Jawa Pos memberikan penyelesaian dengan cara memberikan kesempatan Front anti-Komunis untuk mengklarifikasi atas pernyataan – pernyataan Soemarsono tentang peristiwa pertempuran Surabaya, hal ini sebagai unsure Treatment Recommendation ( menekankan Penyelesaian ).

Terdapat satu Frame yaitu Jawa Pos memberikan Front Anti-Komunis untuk mengklarifikasi peryataan Soemarsono, Soemarsono adalah mantan anggota PKI perkataannya dapat membengkokkan sejarah, serta Front Anti-Komunis sangan tidak setuju bahwa penulisan yang bertajuk “Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya” tanggal 9-11 Agustus 2009 diharian Jawa Pos, ia diposisikan sebagai pahlawan.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis berita seputar kasus FAK ( Front Anti-Komunis mepermasalahkan penulisan bertajuk Soemarsono, tokoh Kunci Dalam Pertempuran Surabaya, ada bebrapa saran dari peneliti, yaitu :

1. Hendaknya wartawan lebih berhati – hati dalam menuliskan berita karena dapat berkesan adanya keberpihakkan terhadap satu pihak,


(3)

dan akhirnya menyebabkan penafsiran yang salah dalam menyikapi satu kasus

2. Selain mengedepankan gaya penulisan serta ideologi media massa, namun sebaiknya juga tetap berpegang teguh terhadap kode etik jurnalistik.


(4)

Sumber Buku :

Assegaf. Dja'far, 1991, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta, Shalia Indonesia. Birowo, M. Antonius, 2004, Metode Penelitian komunikasi. Yogyakarta,

Gitanyali.

Djuroto, Totok, 2002, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung, P.T. Remaja Rosdakarva.

Effendy, Onong Uchana, 2003, llmu. Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung. P.T. Citra Aditya Bakti.

Eriyanto, 2002, Analisis Framing, Yogyakarta, LKIS.

Eriyanto, 2004, Analisis Framing Konstruksi. Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta, LKIS.

Eriyanto, 2005, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta, LKIS.

Junaedhi, Kurniawan, 1991, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jakarta, Erlangga. McQuail, Dennis, Sven Windhal, 1989, Model - Model Komunikasi Massa,

Jakarta. Erlangga.

Muda, Iskandar Deddy, 2003, Jurnalistik Teleivisi, Penerbitan P.T. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nugroho, Bimo, Eriyanto, 1999, PolitikMedia Mengemas Berita, Jakarta, ISAI. Sen, Khrisna dan David Hill, 2001, Media, Budaya, dan Politik di Indonesia,

Jakarta, ISAI.

Siahaan, Hotman M, 2001, Pers Yang Gamang, Jakarta, LSPS ISAL

Sobur, Alex. 2004, Semiotika Komunikasi, Cetakan Kedua, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.


(5)

Sobur, Alex, 2001, Analisis Teks Media, Bandung, P.T. Remaja Rosdakarya. Non Buku :

- Jawa Pos tanggal 9 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan

"Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (1) : Selamatkan Bung Tomo dari Amukan Pemuda".

- Jawa Pos Tanggal 10 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (2) : Rangkulan Bisikan Amir Syarifuddin Bikin Lemas".

- Jawa Pos Tanggal 11 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (3-Habis)

Memangnya Dia Bisa Merobek Bendera Itu Sendirian".

- Jawa Pos Tanggal 14 Agustus 2009 halaman 1, judul pemberitaan "Soemarsono, Golongan kiri, clan Pergolakan Seputar Proklamasi (1) : sepakat Pilih Amir Syarifuddin sebagai Proklamator".

- Jawa Pos Tanggal 15 Agustus 2009 halaman 1, Judul pemberiaan "Soemarsono, Golongan Kiri; clan Pergolakan Seputar Proklamasi (2) : Ganti Proklamator Dua Kali, Merdeka Tertunda Dua Hari".

- Jawa Pos Tanggal 16 Agustas 2009 halaman 1, judul pemberitaan "Soemarsono, Golongan Kiri clan Pergolakan Seputar Proklamasi (3-Habis) Ekstrem Kanan Kiri Oke, tapi Tengah Yang Memimpin".

- Jawa Pos Tanggal 20 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Napak Tilas Soemarsono ke Situs - Situs Sejarah Pertempuran

Surabaya (1) Selamatkan 600 Tamu Wanita Hotel Yamato dari Pemerkosaan".

- Jawa Pos Tanggal 21 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Napak Tilas Soemarsono ke Situs - Situs Sejarah Pertempuran


(6)

- Jawa Pos Tanggal 22 Agustus 2009 halaman 29, judul pemberitaan "Napak Tilas Soemarsono ke Situs - Situs Sejarah Pertempuran

Surabaya (3-Habis) Tambah Bingung Lihat Diorama Tugu Pahlawan". - Jawa Pos Tanggal 3 September 2009 halamn 29, judul pemberitaan

"Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (1) : Aminuddin: Jangan Sampai Digigit Ular Dua Kali".

- Jawa Pos Tanggal 4 September 2009 halamn 29, judul pemberitaan "Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (2) : Sejarah

Adalah Versi Pemenang".

- Jawa Pos Tanggal 3 September 2009 halamn 29, judul pemberitaan "Front Anti-Komunis Persoalkan Sosok Soemarsono (3-Habis) : Jangan


Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI SURAT KABAR DALAM PEMBERITAAN TENTANG PONARI(Analisis Framing Berita di Harian Jawa Pos dan Surya Edisi 10 Februari 03 Maret 2009)

0 6 1

KONSTRUKSI BERITA KONFLIK AHMADIYAH DALAM SURAT KABAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Surat Kabar Jawa Pos Edisi 7-11 Februari 2011)

1 39 52

PEMBINGKAIAN BERITA KERUSUHAN AMBON DI HARIAN JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing Kerusuhan Ambon di Surat Kabar Jawa Pos dan Surya Edisi Tanggal 12 September 2011 – 15 September 2011).

0 0 127

PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing berita bom bunuh diri di Solo pada Surat kabar Jawa Pos dan Surya edisi 26-29 September 2011).

0 0 94

PEMBINGKAIAN BERITA RUU NIKAH SIRI DI SURAT KABAR KOMPAS DAN JAWA POS (Studi Analisis Framing RUU Nikah Siri di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos).

1 3 115

PEMBINGKAIAN BERITA JATUHNYA PESAWAT YEMENIA AIR JENIS AIRBUS A310-300 (Analisis framing pada surat kabar Jawa Pos dan Kompas tanggal 1 – 3 Juli 2009).

0 1 124

ANALISIS FRAMING BERITA PENERTIBAN MINIMARKET ILEGAL PADA SURAT KABAR POS KOTA DAN INDOPOS

0 0 10

PEMBINGKAIAN BERITA PERISTIWA 10 NOPEMBER 1945 VERSI SOEMARSONO DALAM HARIAN JAWA POS (Analisis Framing Pemberitaan Peristiwa 10 Nopember 1945 Versi Soemarsono dalam Harian Jawa Pos) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pad

0 0 20

PEMBINGKAIAN BERITA BOM BUNUH DIRI DI SOLO PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing berita bom bunuh diri di Solo pada Surat kabar Jawa Pos dan Surya edisi 26-29 September 2011)

0 1 11

PEMBINGKAIAN BERITA KERUSUHAN AMBON DI HARIAN JAWA POS DAN SURYA (Studi Analisis Framing Kerusuhan Ambon di Surat Kabar Jawa Pos dan Surya Edisi Tanggal 12 September 2011 – 15 September 2011)

0 0 22