Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia.
AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA PADA
MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA Ajeng Aprilia Lestari
Universitas Sanata Dharma 2016
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Biologi di SMA Negeri 10 Yogyakarta, didapatkan adanya berbagai masalah seperti nilai rata-rata kelas hanya 65,5. Selain itu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat rendah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem
reproduksi manusia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture
and Picture.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dengan dua kali pertemuan dan siklus II dengan dua kali pertemuan. Subyek penelitian adalah 30 siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 72,00 pada siklus I menjadi 81,66 pada siklus II. Sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 23,33% menjadi 100%. Hasil belajar siswa aspek afektif adalah 100% tinggi pada siklus I maupun siklus II. Motivasi siswa pada siklus I adalah 56,66% dan pada siklus II adalah 80% tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yaitu 76 untuk nilai rata-rata, 75% untuk ketuntasan KKM, 70% untuk nilai afektif siswa, dan 70% untuk motivasi minimal tinggi siswa. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi Sistem Reproduksi.
Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Picture and Picture, Motivasi, Hasil Belajar, Sistem Reproduksi.
(2)
PICTURE AND PICTURE TO INCREASE MOTIVATION AND STUDENT LEARNING RESULT CLASS XI IPA 2 SENIOR HIGH SCHOOL 10 OF
YOGYAKARTA ON REPRODUCTION SYSTEM FIELD Ajeng Aprilia Lestari
Sanata Dharma University 2016
Based on observations and interviews with Biology teacher at Senior High School 10 Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 65,5%. Besides that, students motivation in class were far from the students learning expectation. The research was conducted to increase of motivation and learning outcomes at classroom XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta on the subject reproductive system by implementating cooperative learning of Picture and Picture methods.
Classroom action research was conducted in two cycles, two meetings in the first phase and two meetings in the second phase. The research subject is 30 students class XI IPA 2 Senior High School 10 Yogyakarta. The research result is showing there’s motivation increase and student learning result. For cognitive aspect of student learning result increase from the average 72,00 on cycle 1 be 81,66 on cycle II. While student percentation who reach score of KKM increase from 23,33% be 100%. The afective aspect of student learning result is 100% (high) on cycle I as well as cycle II. Student motivation on cycle I is 56,66% and on cycle II is 80% (high). The data obtainable show indicator what’s want to reach is target completely is 76 for average score, 75% for KKM completely, 70% for student afective score and 70% for student high min motivation. Based of data, can be conclusing that Picture and Picture Method can be increase motivation and student biology learning result class XI IPA 2 Senior High School 10 Yogyakarta on reproductive system field.
Keyword : Cooperative Learning, Picture and Picture, Motivation, Learning Result, reproductive system.
(3)
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA
PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Ajeng Aprilia Lestari NIM : 121434055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016
(4)
ii SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
Oleh :
Ajeng Aprilia Lestari NIM : 121434055
telah disetujui oleh :
Pembimbing
(5)
iii SKRIPSI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND
PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
Dipersiapkan dan ditulis oleh : Ajeng Aprilia Lestari
NIM : 121434055
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Biologi
JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 18 Agustus 2016 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. ……… Sekretaris : Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. ……… Anggota : Ika Yuli Listyarini, M.Pd. ……… Anggota : YM Lauda Feroniasanti, M.Si. ……… Anggota : Puspita Ratna Susilawati, M.Sc. ………
Yogyakarta, 18 agustus 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan yang Maha Esa Orangtuaku tersayang R. Sukaryani dan Sri Hermiyati Kakak dan Adikku tersayang Anggy, Galih dan Arnel Keluarga besar tersayang Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Biologi Sahabat-sahabatku Pendidikan Biologi 2012 Universitas Sanata Dharma
(7)
v MOTTO
Orang senang bertanya, dan itulah benih ILmu
Pengetahuan
( Ralph Waldo Emerson)
Tak ada keberhasilan besar akan menghampiri seseorang apabila
ia tidak memiliki semangat untuk meraihnya
( Kardinal James Gibbon )
Bend the willow when it is young
( Didiklah anak selagi masih muda )
( Tradisoinal / Lokal Wisdom Filsafat )
Aku minta pada Tuhan bunga mawar, Tuhan memberiku
bunga kaktus yang beduri. Aku minta burung merak,
Tuhan memberiku ulat yang berbulu. Aku berfikir betapa
tidak adilnya ini. Namun kemudian, kaktus itu berbunga
indah bahkan sangat indah, ulat itupun tumbuh dan
berubah menjadi kupu
–
kupu yang amat cantik. Itulah jalan
Tuhan, indah pada waktunya !! Tuhan tidak memberikan
apa yang kita harapkan tetapi apa yang kita perlukan.
(8)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Agustus 2016 Penulis
(9)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ajeng Aprilia Lestari
Nim : 121434055
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA” Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal : 18 Agustus 2016 Yang menyatakan,
(10)
viii ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
Ajeng Aprilia Lestari Universitas Sanata Dharma
2016
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Biologi di SMA Negeri 10 Yogyakarta, didapatkan adanya berbagai masalah seperti nilai rata-rata kelas hanya 65,5. Selain itu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat rendah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dengan dua kali pertemuan dan siklus II dengan dua kali pertemuan. Subyek penelitian adalah 30 siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 72,00 pada siklus I menjadi 81,66 pada siklus II. Sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 23,33% menjadi 100%. Hasil belajar siswa aspek afektif adalah 100% tinggi pada siklus I maupun siklus II. Motivasi siswa pada siklus I adalah 56,66% dan pada siklus II adalah 80% tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yaitu 76 untuk nilai rata-rata, 75% untuk ketuntasan KKM, 70% untuk nilai afektif siswa, dan 70% untuk motivasi minimal tinggi siswa. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi Sistem Reproduksi.
Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Picture and Picture, Motivasi, Hasil Belajar, Sistem Reproduksi.
(11)
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL OF PICTURE AND PICTURE TO INCREASE MOTIVATION AND STUDENT
LEARNING RESULT CLASS XI IPA 2 SENIOR HIGH SCHOOL 10 OF YOGYAKARTA ON REPRODUCTIVE SYSTEM FIELD
Ajeng Aprilia Lestari Sanata Dharma University
2016
Based on observations and interviews with Biology teacher at Senior High School 10 Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 65,5%. Besides that, students motivation in class were far from the students learning expectation. The research was conducted to increase of motivation and learning outcomes at classroom XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta on the subject reproductive system by implementating cooperative learning of Picture and Picture methods.
Classroom action research was conducted in two cycles, two meetings in the first phase and two meetings in the second phase. The research subject is 30 students class XI IPA 2 Senior High School 10 Yogyakarta. The research result is showing there’s motivation increase and student learning result. For cognitive aspect of student learning result increase from the average 72,00 on cycle 1 be 81,66 on cycle II. While student percentation who reach score of KKM increase from 23,33% be 100%. The afective aspect of student learning result is 100% (high) on cycle I as well as cycle II. Student motivation on cycle I is 56,66% and on cycle II is 80% (high). The data obtainable show indicator what’s want to reach is target completely is 76 for average score, 75% for KKM completely, 70% for student afective score and 70% for student high min motivation. Based of data, can be conclusing that Picture and Picture Method can be increase motivation and student biology learning result class XI IPA 2 Senior High School 10 Yogyakarta on reproductive system field.
Keyword : Cooperative Learning, Picture and Picture, Motivation, Learning Result, reproductive system.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi”.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program studi Pendidikan Biologi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Tuhan yang Maha Esa yang selalu memberi rahmat dan karunia-Nya. 2. Ayahku R. Sukaryani dan ibukku Sri Hermiyati yang telah
memberikan dorongan semangat serta perhatian sehingga aku dapat sampai sekolah ke jenjang ini.
3. Ibu Ika Yuli Listyarini, S.Pd., M,Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar menghadapi saya selama bimbingan dan berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Rr. Wuri H, S.Si selaku guru biologi SMA Negeri 10 Yogyakarta yang telah membantu dalam pelaksanaaan penelitian dan membimbing saya.
5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Biologi Pak Tri, Bu Ratna, Bu Nia, Romo Wir, Bu Maslicah, Bu Nana, Bu Wiwid, Pak Suthardi, dan segenap Staf Sekretariat JPMIPA Sanata Dharma yang telah mendukung penulisan skripsi ini secara tidak langsung.
6. Kakak dan Adikku Anggi Ayu Radhitya, Galih Ari Surya Septian, dan Arneltha Ditya Ramandha yang telah memberikan semangat untuk penulisan skripsi ini.
(13)
xi
7. Erik S Z yang telah memberikan semangat dan membantu dalam penulisan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku Desi, Widya, Citra, Sinta, Anggi, Rosa, Dian, Nasti, Putri, Kak Agnes, Denda, Erina dan Dewi yang membantu penulis menjadi observer maupun memberikan semangat kepadaku sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
9. Teman-teman angkatan 2012 tercinta yang memberikan pengalaman dan kesan yang luar biasa bagiku.
10.Siswa siswi kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
11.Dan semua saudara dan teman-teman di sekelilingku yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat menjadi inspirasi dan alat bantu bagi pendidik yang membacanya dan menerapkannya.
Penulis
(14)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Belajar dan Pembelajaran ... 9
B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 10
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture ... 15
D. Motivasi Belajar ... 18
E. Hasil Belajar ... 23
F. Pembelajaran Sistem Reproduksi pada Manusia ... 31
(15)
xiii
H. Kerangka Berpikir ... 33
I. Hipotesis ……….34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Setting Penelitian ... 35
C. Rancangan Penelitian ... 36
D. Instrumen Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Analisis Data ... 44
G. Indikator Keberhasilan ... 48
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN... 49
A. Pelaksanaan Penelitian ... 49
B. Hasil Penelitian ... 49
C. Analisis Data ... 62
D. Pembahasan ... 66
BAB V KESIMPULAN ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
(16)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 44
Tabel 3.2 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 44
Tabel 3.3 Kriteria Hasil Persentase Observasi Aspek Afektif Siswa ... 45
Tabel 3.4 Penetapan Skor Motivasi Belajar ... 47
Tabel 3.5 Kategori Motivasi Belajar Siswa ... 47
Tabel 3.6 Indikator Keberhasilan Siswa ………..48
Tabel 4.1 Hasil Pre-test siswa ... 52
Tabel 4.2 Data Kuisioner Motivasi Awal Siswa ... 52
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelompok Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 56
Tabel 4.4 Hasil Post-test Siklus I ... 57
Tabel 4.5 Data Kuisioner Motivasi Akhir Siswa ... 60
Tabel 4.6 Hasil Observasi Kelompok Siswa Aspek Afektif Siklus II ... 61
Tabel 4.7 Hasil Post-test Siklus II ... 62
Tabel 4.8 Perbandingan Post-test Siklus I dan Siklus II ... 64
(17)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Observasi Guru Mengajar dan Kondisi Kelas ... 51
Gambar 4.2 Siswa Berdiskusi bersama Kelompoknya ... 54
Gambar 4.3 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi dengan Kelompoknya... 54
Gambar 4.4. Siswa Mengerjakan Post-test Siklus I ... 55
Gambar 4.5 Siswa Berdiskusi dan Mengurutkan Kartu Gambar dan Kartu Konsepnya ... 59
Gambar 4.6 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusinya ... 60
Gambar 4.7 Persentase Motivasi Awal Siswa ... 63
Gambar 4.8 Persentase Motivasi Akhir Siswa ... 64
Gambar 4.9 Perbandingan Persentase Motivasi Awal dan Akhir Siswa ... 69
(18)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Silabus ………...78
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……….80
Lampiran 3Lembar Kerja Siswa (LKS)………92
Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Evaluasi………...104
Lampiran 5 Soal Evaluasi………...…….107
Lampiran 6 Lembar Observasi Kelas ……….120
Lampiran 7 Lembar Kuisioner Motivasi Siswa ……….124
Lampiran 8 Daftar Nilai Siswa ………...131
Lampiran 9 Data Hasil Perhitungan Lembar Observasi ………137
Lampiran 10 Data Perhitungan Kuisioner Motivasi ………...139
Lampiran 11 Hasil Pengisian Lembar Observasi siswa ………..143
Lampiran 12 Hasil Pngisian Angket Kuisioner Siswa …. ………..167
Lampiran 13 Pekerjaan Siswa Soal Evaluasi ………..201
Lampiran 14 Hasil Pekerjaan Lembar Kerja Siswa ………228
Lampiran 15 Surat Permohonan Izin Penelitian ……….237
(19)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa), dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pembelajaran. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal. Untuk menghindari hal tersebut, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan Su mber belajar (Sanjaya, 2010).
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pelajar. Pembelajaran yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajaran yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut sehingga dapat membawa siswa dalam keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur dengan melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang dengan fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas dalam mengajar sehingga dapat membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran, keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat melalui beberapa faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri. Faktor tersebut meliputi faktor yang berasal dari luar (eksternal) maupun dari
(20)
dalam (internal). Faktor internal yang mempengaruhi suatu keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran diantaranya motivasi (Sardiman, 2004)
Motivasi merupakan suatu faktor penggerak yang ada dari dalam diri siswa itu sendiri untuk mencapai hasil yang tinggi dalam pembelajaran. Motivasi belajar yang tinggi akan menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran, akan tetapi apabila motivasi belajar siswa rendah maka siswa selalu berkaitan erat dengan hasil belajar siswa atau dapat dikatakan motivasi dan hasil belajar siswa merupakan suatu keselarasan dalam menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran (Slavin, 2008). Hasil belajar merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami suatu materi yang disampaikan oleh guru, selain itu hasil belajar dapat dikatakan sebagai pengukur keberhasilan yang dicapai siswa dalam suatu pembelajaran. Dalam penilaian hasil belajar, patokan atau kriteria adalah sejumlah skor yang ditetapkan sebagai syarat untuk dapat mencapai keberhasilan atau pembelajaran yang berkualitas (Arifin, 2011)
Keberhasilan dalam mencapai pembelajaran yang berkualitas juga ditentukan dari cara guru dalam menyampaikan materi. Dalam menyampaikan suatu materi, guru dituntut untuk berusaha mengorganisasikan komponen yang ada dalam situasi mengajar, sebagai bentuk usaha guru dalam mengadakan pendekatan dengan siswanya adalah dengan mengembangkan model mengajarnya. Model dalam mengajar sangatlah mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Pemilihan model dan kemampuan guru dalam penggunaan model dalam mengajar mampu menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Banyaknya guru yang belum memiliki keterampilan dalam
(21)
menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi menjadi suatu kendala dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal tersebut terlihat dari proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center) dan model pengajaran yang cenderung hafalan.
Biologi merupakan salah satu bidang yang menduduki peranan yang penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dilihat karena jam pelajaran lebih banyak dari mata pelajaran yang lain. Pelajaran biologi sudah dilaksanakan dalam kegiatan pendidikan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pelajaran biologi tidak hanya dikuasai dengan mendengarkan dan mencatat saja, tetapi partisipasi siswa dalam kegiatan lain seperti bertanya, mengerjakan latihan, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), maju ke depan kelas, mengadakan diskusi, serta mengeluarkan ide atau gagasan ini juga sangat diperlukan. Hal ini berkaitan dengan metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil observasi pada proses pembelajaran kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta, diketahui sebagian besar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta memiliki motivasi yang rendah terhadap mata pelajaran biologi. Hal ini diketahui dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil belajar siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung, siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru saja. Selain itu, siswa juga melakukan aktivitas sendiri dan tidak menghiraukan penjelasan dari guru seperti mengobrol dengan teman sebangku hingga menggangu teman yang lain.
(22)
Berdasarkan nilai ulangan harian sebelumnya pada materi sistem reproduksi ini didapatkan nilai rata – rata 65,5 dengan nilai terendah 60 dan tertinggi 85. Berdasarkan ulangan harian biologi yang dilakukan pada materi sistem reproduksi manusia terdapat 37,5 % siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditentukan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMA Negeri 10 Yogyakarta adalah 76. Sementara 62,5 % siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan. Secara nasional pembelajaran dianggap tuntas apabila ketercapaian KKM minimal 75 %. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa masih perlu ditingkatkan. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar disebabkan karena materi yang sulit dipahami dan penggunaan model pengajaran yang kurang bervariasi. Kecenderungan model yang sering digunakan guru dalam mengajar adalah ceramah dan hafalan sehingga membuat siswa menjadi bosan dan kurang termotivasi dalam belajar. Hal ini diketahui dari hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran tersebut.
Melihat kondisi hasil pembelajaran tersebut, maka untuk mengatasi masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa, peneliti ingin melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada mata pelajaran biologi dengan meggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang sistematis dengan pengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran secara efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial bermuatan akademis. Pembelajaran kooperatif, memposisikan siswa sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat pengalaman hidup siswa, dalam hal ini lingkungan memiliki peran yang
(23)
sangat besar dalam membentuk kepribadian dan motivasi siswa (Tukiran,dkk., 2011)
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang jarang digunakan dalam pembelajaran di sekolah adalah teknik pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Picture and Picture merupakan teknik pembelajaran yang menggunakan media gambar yang dapat menarik perhatian siswa, serta dapat membangun motivasi siswa dalam belajar biologi khususnya materi sistem reproduksi manusia. Model ini merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang akan dicapai sebab model ini menyenangkan. Dengan penerapan model Picture and Picture diharapkan mampu mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi, dan motivasi siswa (Slavin, 2008). Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, model pengajaran sangat membantu guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Selain itu melalui model pembelajaran ini siswa diharapkan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dan mencapai hasil belajar yang tinggi.
Pemilihan model pembelajaran Picture and Picture ini pada materi sistem Reproduksi Manusia diharapkan siswa dapat lebih mengerti mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Materi Sistem Reproduksi Manusia pada SMA kelas XI merupakan materi yang hanya dapat diimajinasikan saja oleh para siswa sehingga terkadang materi terkesan sulit, maka dari itu melalui pemilihan model pembelajaran ini yang bersifat menarik siswa diharapkan mampu menguasai materi lebih dalam dan dapat membuat pembelajaran yang lebih menyenangkan.
(24)
Berdasarkan kondisi tersebut peneliti mencoba melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan mengangkat judul penelitian : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta dalam materi sistem reproduksi manusia?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta dalam materi sistem reproduksi manusia?
C. Batasan Masalah
1. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam mempelajari materi sistem reproduksi yang diukur melalui angket/ kuisioner yang diberikan kepada siswa. Aspek motivasi yang akan diukur meliputi partisipasi, ketertarikan, perasaan selama pembelajaran, dorongan belajar, keseriusan dan penguasaan materi.
2. Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa materi sistem reproduksi manusia yang meliputi aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif diketahui melalui hasil tes tertulis dalam bentuk
(25)
7
pilihan ganda, sedangkan aspek afektif diketahui melalui lembar observasi. Aspek afektif yang diukur meliputi semangat, perhatian, kedisiplinan, partisipasi dan percaya diri.
3. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Reproduksi Manusia dengan Standar Kompetensi : 3. Memahami hakekat Biologi sebagai ilmu Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas. Kompetensi Dasar : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta kelianan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia. 4. Obyek penelitian ini adalah motivasi belajar, hasil belajar, dan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture
5. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dengan jumlah 30 siswa
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia
2. Mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia.
(26)
8 E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Dengan penelitian ini, diharapkan siswa dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya pada materi Biologi.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat menambah informasi/membantu guru dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang berkaitan.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan melengkapi karya tulis ilmiah di sekolah.
4. Bagi Peneliti
Peneliti ini dapat menambah pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
(27)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010). Sedangkan menurut Morgan dalam Mulyati (2005) belajar merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakkan, dan hambatan. Sedangkan, Mulyati (2005) menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa yang kebetulan. Selain itu, kesimpulan juga dikemukakan oleh Abdillah (2002) bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, tetapi terdapat hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi satu sama lain, saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lain (Hamalik, 2001). Hal ini berkaitan dengan proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2004) pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang
(28)
dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Sedangkan menurut Nasuhtion (2004) menyatakan pembelajaran sebagai aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha untuk mencapai tujuan peningkatan diri melalui perubahan yang terjadi, sedangkan pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Teori yang mendasari pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Menurut Slavin dalam Rusman (2012), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah kontruktivisme.
Dalam model pembelajaran kooperatif guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman
(29)
yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi harus membangun pengetahuan dalam pikirannnya. Siswa mempunyai pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan kerja kelompok. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi yang melibatkan partipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Hayati, 2002). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri. Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2010).
Pembelajaran kooperatif adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang
(30)
umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut (Jhonson dalam Hasan, 1996).
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni adanya peserta didik dalam kelompok, adanya aturan main (role) dalam kelompok, adanya upaya belajar dalam kelompok, dan adanya kompetensi yang harus dicapai oeh kelompok. Hayati (dalam Rusman 2012) mengemukakan lima unsur dasar pembelajaran kooperatif yaitu ketergantungan yang positif, pertanggungjawaban individual, kemampuan bersosialisasi, tatap muka, dan evaluasi proses kelompok.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (dalam Rusman 2012) menyatakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memcahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman. Karateristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar.
(31)
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Bagian ini memuat fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan, fungsi manajemen sebagai organisasi menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, fungsi manajemen sebagai kontrol menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.
c. Kemauan bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.
d. Keterampilan bekerja sama
Kemampuan bekerja sama dipraktikan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa didorong untuk mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Sementara itu unsur-unsur yang terkandung dalam pembelajaran kooperatif antara lain :
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka hidup sepenangungan bersama.
(32)
b. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama antar anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sementara itu, ada pula beberapa ciri pembelajaran kooperatif antara lain, siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan tujuan belajarnya, kelompok dibentuk dari siswa yang punya prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah, bilamana dimungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin berbeda, penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu. Model pembelajaran kooperatif setidaknya dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Menurut Roger dan David Johnson (dalam Rusman, 2012) ada lima unsur dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :
(33)
a. Prinsip ketergantungan positif, dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakuakan oleh kelompok tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok . Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
b. Tanggung jawab perseorangan, keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiapa nggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
c. Interaksi tatap muka yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiapa anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
d. Partisipasi dan komunikasi yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
e. Evaluasi proses kelompok yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture
Menurut Suprijono (2009) Picture and Picture adalah salah satu metode pembelajaran yang menggunakan gambar dalam bentuk potongan – potongan untuk kemudian dipasangkan serta diurutkan menjadi gambar yang utuh. Pemasangan dan pengurutan gambar dapat dilakukan secara perorangan maupun dengan kelompok. Pemasangan dan pengurutan gambar dilakukan secara
(34)
kelompok akan meningkatkan interaksi sosial siswa. Dalam kelompok, siswa akan saling membantu dan berdiskusi satu sama lain. Gambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Langkah – langkah pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture : 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Pada langkah ini guru diharapkan menyampaikan apakah yang menjadi tujuan dalam pembelajaran.
2) Menyajikan materi sebagai pengantar
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini, karena guru dapat memberikan motivasi menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap
3) Mengorganisasikan siswa duduk dengan kelompok-kelompok belajar
Memberikan informasi kepada siswa tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran Picture and Picture
Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 5 orang
4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Membagikan LKS serta gambar pada masing-masing kelompok
Menjelaskan cara kerja pada LKS mengenai cara mengurutkan maupun mencocokkan gambar
Meminta setiap kelompok menuliskan jawaban hasil diskusi pada LKS yang telah disediakan
(35)
5) Melakukan evaluasi
Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya 6) Memberi penilaian/ penghargaan
Guru memberikan penilaian terhadap hasil diskusi kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan metode Picture and Picture :
Kelebihan metode Picture and Picture (Huda, 2013) :
1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa 2) Siswa dilatih berpikir logis dan sistematis
3) Siswa dibantu belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subyek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir
4) Memotivasi siswa untuk blajar semakin berkembang
5) Siswa lebih cepat menangkap materi yang diajarkan karena guru menunjukkan gambar-gambar sesuai dengan materi yang dipelajari
Kekurangan metode Picture and Picure (Jamal, 2011) :
1) Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi yang dipelajari
2) Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki
3) Tidak tersediannya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.
(36)
4.. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi
Motivasi menurut Sardiman (2004) menyatakan bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang tersebut mau dan ingin melakukan sesuatu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang mengaktifkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Jenis Motivasi
a. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar ( Sardiman,2004).
b. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi
Dalam buku belajar dan pembelajaran, menurut Ali Imron dalam Siregar dan Nara (2010) mengemukakan enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran yang meliputi :
(37)
1. Cita – cita / aspirasi pembelajaran.
Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi ketika sebelumnya sudah memiliki cita – cita untuk masa depan.
2. Kemampuan siswa
Siswa yang mengetahui kemampuannya pada bidang tertentu akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang tertentu.
3. Kondisi siswa
Kondisi fisik dan dan kondisi psikis siswa akan mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi siswa untuk belajar.
4. Kondisi lingkungan siswa
Kondisi lingkungan siswa dapat diamati dari lingkungan fisik dan sosial siswa. Faktor lingkungan fisik mempengaruhi kenyamannan siswa saat belajar, sedangkan faktor lingkungan sosial seperti teman sepermainan, keluarga, dan teman kelas yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar akan berpengaruh terhadap motivasi terhadap rendahnya motivasi belajar siswa.
5. Unsur – unsur dinamis belajar/pembelajaran
Dilihat dari upaya memotivasi tersebut dilakukan. Bahan pelajaran, alat bantu belajar, dan suasana belajar dapat mendinamisasikan proses pembelajaran.
(38)
Guru mengubah kebiasaan dari yang semula menganggap siswa sebagai obyek menjadi menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran.
Djamarah (2006) menyatakan ada beberapa cara menumbuhkan motivasi dalam belajar dikelas, antara lain:
1. Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan motivasi mereka dimasa mendatang.
2. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang – kenangan. Hadiah yang diberikan kepada orang lain berupa apa saja, tergantung dari keinginan pemberi atau bisa juga sesuai dengan prestasi yang dicapai seseorang.
3. Saingan/ kompetisi
Kompetensi adalah saingan, yang dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah dalam belajar. Persaingan baik dalam individu atau kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif.
(39)
4. Ego – involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga diri.
5. Memberi ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya mepersiapkan diri dengan belajar jauh – jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar.
6. Mengetahui hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak didik didorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik berusaha ntuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan itensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik di kemudian hari.
7. Pujian
Pujian yang diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan alat motivasi. Pujian adalah bentuk Reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan disekolah.
(40)
Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat – buat atau bertentangan sama sekali dengan hasil kerja anak didik.
8. Hukuman
Meski hukuman sebagai Reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. Hukuman akan merupakan alat motivasi yang baik bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, karena bukan balas dendam.
9. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih daripada anak didik yang berhasrat untuk belajar.
10.Minat
Minat adalah kencenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
Motivasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dimana siswa diharapkan memiliki minat, ketekunan, sikap, dan motivasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri tanpa adanya dorongan dari pihak lain (motivasi intrinsik). Ini bisa diwujudkan dengan memberikan kebiasaan belajar bagi siswa seperti sering memberikan tugas dan Test. Untuk menjadi siswa yang termotivasi belajar atas keinginannya sendiri, pertamnanya memang perlu dorongan dari pihak lain terlebih dahulu (motivasi ekstrinsik).
(41)
5. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2010).
Proses adalah kegiatan yang yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adaalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.
Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2010) membagi tiga macam hasil belajar, a. Ketrampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian c. Sikap dan cita-cita
Sedangkan, Gagne (dalam Sudjana, 2010) membagi lima kategori hasil belajar, yaitu:
a. Informal verbal
b. Ketrampilan intelektual c. Strategi kognitif
d. Sikap, dan
(42)
Menurut Winkel (1987) hasil belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman (aspek kognitif), ketrampilan (aspek psikomotor) dan nilai sikap (aspek afektif). Dimana menurut Arikunto,dkk., (2008) aspek kognitif mempunyai tujuan yaitu berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Aspek psikomotorik berkaitan dengan ketrampilan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar.
Menurut Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Karthwohl (dalam Imam dan Anggarini, 2012) yakni: menjadi mengingat (remember), memahami atau mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create)
a. Ranah Kognitif
1. Mengingat (remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama tidak didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (maningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling).
(43)
2. Memahami atau mengerti (understand)
Memahami atau mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami atau mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing).
3. Menerapkan (apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledg). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
4. Menganalisis (analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap – tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap – tiap bagian tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaiatan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing).
5. Mengevaluasi (evaluate)
Evaluasi berkaiatan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat
(44)
berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Evaluasi mliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis.
6. Menciptakan (create)
Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah paa proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan ini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan mempresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif menurut Sudjana (2012), ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks.
1. Receiving (penerimaan), yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaraan, keinginan
(45)
untuk menerima stimulus, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
2. Responding (jawaban), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencangkup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan, dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3. Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4. Organisation (pengorganisasian) yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain dan pemberian nilai yang telah dimilikinya.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunnya. Kedalamannya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Perubahan tingkah laku yang terjadi oleh individu akibat dari kegiatan belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Nasution dkk dalam Djamarah (2006) memandang belajar itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya, yaitu :
(46)
a. Faktor Lingkungan 1. Lingkungan Alami
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha didalamnya. Pencemaran lingkungan hidup merupakan malapetaka bagi anak didik yang hidup di dalamnya. Kesejukan udara dan ketenangan suasana kelas diakui sebagai kondisi lingkungan kelas yang kondusif untuk terlaksanannya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.
2. Lingkungan Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Contohnya pabrik, pasar dan arus lalu lintas yang dekat dengan sekolah tentunnya dapat mengganggu pembelajaran di kelas. Mengingat pengaruh yang kurang menguntungkan tersebut, tentunya alan sangat bijaksana bila pembangunan gedung sekolah di tempat yang jauh dari lingkungan pabrik, pasar dan arus lintas.
b. Faktor Instrumental 1. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya.
(47)
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial ddan sarana prasarana.
3. Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategi bagi berlangsunya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilihan gedung sekolah. Selain masalah sarana, fasilitas kelengkapan sekolah juga tidak bisa diabaikan. Buku pegangan anak didik harus lengkap sebagai peunjang kegitan belajar. Fasilitas mengajar juga merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki oleh sekolah. Jadi sarana dan fasilitas sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
4. Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada amak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. c. Kondisi Fisiologis
1. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar
(48)
jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kurang gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak yang tidak kekurang gizi. Mereka cepat lelah, mudah mengantuk dan sikar menerima pelajaran.
2. Kondisi Panca indra
Sebagian besar yang dipelajari manusia (anak) yang belajar adalah dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan observasi, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan formal orang melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan di dengarkan.
d. Kondisi Psikologi 1. Minat
Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Tidak banyak yang dpat diharapkan untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik dari seorang anak yang tidak berminat untk mempelajari sesuatu. 2. Kecerdasan
Prabu dalam Djamarah (2006) mengatakan bahwa anak-anak yang tarah intelegensinya di bawah rata-rata, yaitu dull normal, debil, embicil dan idiot sukar untuk sukses dalam sekolah. Mereka tidak akan mencapai pendidikan tinggi karena kemampuan potensinya terbatas. Sedangkan anak-anak yang taraf intelegensinya normal, di atas rata-rata seperti
(49)
superior, gifled atau genius, jika saja lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan pendidikan turut menunjang, maka mereka akan dapat mencapai prestasi dan keberhasilan dalam hidupnya.
3. Kemampuan Kognitif
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai, karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau. Sedangkan berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subyek yang berpikir.
6. Sistem Reproduksi pada Manusia
Materi yang akan digunakan untuk meingkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture adalah materi sistem reproduksi pada manusia denga standar kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas dengan kompetensi dasar : 3.7 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi,
(50)
dan proses yang meliputi pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, dan pemberian ASI serta kelianan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi manusia. Ruang lingkup materi dalam kompetensi dasar tersebut meliputi : Pembelajaran tentang sistem reproduksi pada manusia khususnya mempelajari struktur, fungsi organ, menstruasi, kelainan dan gangguan.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Wardiah (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Banjarmasin. Hasil penelitian penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe picture and picture adalah sebagai berikut rata-rata nilai presentase pencapaian setiap indicator dari angket motivasi belajar biologi siswa pra siklus sebesar 72, 09%, pada siklus I sebesar 74, 09% dan pada siklus II sebesar 79,09%. Rata-rata nilai presentase capaian setiap indicator dari observasi motivasi belajar biologi siswa pada pra siklus asalah 50,09% pada siklus I sebesar 74,06% dan pada siklus II sebesar 86,87%.
2. Zulfa (2010) dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Picture and Picture untuk meningkatkan aktivitas belajar Biologi materi pokok sel
peserta didik kelas XI MAN 2 Pekalongan”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I sebesar 72,22% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 88,89% setelah penerapan model Picture and Picture.
(51)
C. KERANGKA BERFIKIR
Keberhasilan dalam pembelajaran tidak lepas dari peran dan usaha guru sebagai fasilitator dan motivator, didukung dengan sarana dan prasarana yang tersedia serta keaktifan siswa dalam mengikuti mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun, hal tersebut kurang berperan maksimal di SMA Negeri 10 Yogyakarta.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru biologi diketahui bahwa pencapaian hasil belajar siswa tergolong rendah. siswa merasa masih kurang termotivasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dikarenakan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton dengan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Motivasi belajar yang rendah ditunjukkan dari perilaku siswa yang kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran Picture and Picture adalah metode pembelajaran yang menggunakan gambar dalam bentuk potongan-potongan untuk kemudian dipasangkan serta diurutkan menjadi gambar yang utuh, (Suprijono, 2009). Adapun salah satu kelebihan dari metode ini adalah memotivasi siswa untuk belajar semakin berkembang, sedangkan salah satu kekurangan dari metode pembelajaran ini adalah sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi yang dipelajari.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Banjarmasin. Maka dari itu, peneliti melakukan suatu tindakan yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture
(52)
and Picture. Pembelajaran dilakukan dalam II siklus yang diharapkan mendapatkan hasil akhir yaitu meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 10 Yogyakarta.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia.
(53)
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang tidak atau kurang memuaskan dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan tugas guru di lapangan. Dalam bentuk singkatnya penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktisi yang dilakukan di kawasan kelas untuk meningkatkan praktik pembelajaran yang ada Kusuma (2010). Dalam penelitian tindakan kelas bahwa ada empat komponen yang dikenalkan dalam penelitian tindakan, yaitu (a) perencanaan (planning), tindakan (action), (c) observasi (observing), dan (d) refleksi (reflecting) hubungan dari keempat komponen tersebut dimaknai menjadi satu siklus yang dimana dari keempat komponen tersebut saling berhubungan.
B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 30 siswa. 2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2016 dan lokasi yang digunakan dalam pen elitian ini adalah SMA Negeri 10 Yogyakarta yang
(54)
beralamat Jl. Gadean 5 Ngupasan Kel. Ngapusan Kec. Gondomanan Yogyakarta
3. Objek Penelitian
Objek penelitan ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia.
C. Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut.
1. Variabel bebas : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatife tipe Picture and Picture
2. Variabel terikat : Motivasi dan Hasil Belajar siswa
D. Rancangan Penelitian
Rencana tindakan ini direncanakan dengan 2 siklus yang tiap-tiap siklus terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan.
1. Pra Tindakan
a. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas dan menganalisis kegiatan untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan belajar mengajar biologi di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta serta hasil ulangan siswa.
b. Mengkaji pustaka yang sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian. c. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen, hingga
memperoleh persetujuan untuk melakukan penelitian dari dosen yang bersangkutan.
(55)
d. Permintaan izin untuk melakukan penelitian kepada Sekretariat Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Surat Ijin dapat dilihat pada lampiran (Lampiran halaman 237).
e. Permintaan izin untuk melakukan penelitian kepada Dinas Pemerintahan Kota Yogyakarta (Lampiran halaman 238).
f. Menghubungi pihak SMA Negeri 10 Yogyakarta, dengan menemui kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru mata pelajaran biologi dengan menyerahkan surat izin penelitian dari Dinas Pemerintahan Kota Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.
2. Siklus I a. Planning
Tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan media pembelajaran dengan model Picture and Picture, yaitu:
1. Menyusun Silabus Pembelajaran kelas XI
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Penelitian (RPP), tentang sistem reproduksi pada manusia dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and picture yang akan digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
3. Mempersiapkan sumber belajar dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.
4. Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
(56)
b. Acting
Tahap ini pembelajaran dilaksanakan menggunakan model picture and picture sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Kegiatan Awal
Peneliti menyampaikan salam dan mempersiapkan kondisi belajar siswa.
Peneliti mengabsen siswa untuk mengenal siswa.
Peneliti memberikan apresiasi kepada siswa, dan menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini.
Peneliti membentuk kelompok untuk mengerjakan lembar kerja siswa yang berisi gambar – gambar.
Kegiatan Inti
Selama proses inti berlangsung dalam pembelajaran ada beberapa tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa:
Peneliti memberikan materi secara singkat mengenai gambaran umum materi yang dipelajari selama pembelajaran berlangsung.
Siswa mendeskripsikan gambaran yang sudah diberikan.
Observer bertugas memberikan nilai untuk melihat ranah afektif siswa.
Pada kegiatan ini salah satu kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusi dari lembar kerja siswa yang diberikan oleh guru peneliti.
Peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi mereka tentang materi yang sudah dipelajari.
(57)
Kegiatan Penutup
Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus satu, pada akhir pertemuan siswa diberi soal post test selama 15 menit.
c. Observing
Pada tahap observasi, guru pelaksana tindakan dibantu 2 observer yang berasal dari teman – teman mahasiswa untuk menilai beberapa aspek yang diamati dalam lembar observasi. Observer diminta bantuannya oleh guru pelaksana tindakan untuk masuk ke dalam kelompok bermain.
d. Reflecting
Refleksi dilakukan oleh guru pendamping serta peneliti untuk bahan pertimbangan pada pelaksanaan siklus dua selanjutnya :
a. Menganalisis kelebihan dan kekurangan yang masih terdapat pada metode Picture and Picture
b. Mendiskusikan perencanaan pembelajaran selanjutnya agar berjalan dengan baik.
3. Siklus II a. Planning
1. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan siklus hasil dan refleksi pada siklus I.
2. Peneliti dan guru pendamping menggali data hasil dari refleksi siklus I mengenai karakteristik siswa.
(58)
3. Mempersiapkan seluruh instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
b. Acting
Tahap pelaksanaan tindakan kelas peneliti mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun sebelumnya, dimana akan memperbaiki beberapa kesalahan yang terjadi pada siklus I. metode yang digunakan adalah picture and picture yang diharapkan dapat membangun suasana belajar yang menyenangkan, aktif, kreatif dan penuh semangat, membuat siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran.
Kegiatan Awal
Peneliti menyampaikan salam dan mempersiapkan kondisi belajar siswa
Peneliti mengabsen siswa.
Memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan gambar melalui power point.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Peneliti mengajak siswa membentuk kelompok. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti peneliti melaksanakan beberapa kegiatan:
Peneiti menyampaikan materi pembelajaran singkat, mengenal materi secara umum
Peneliti memberikan LKS (lembar kerja siswa) yang berisi gambar-gambar dengan materi yang berbeda dari siklus sebelumnya
(59)
Siswa melakukan presentasi kelompok setelah mereka mengerjakan LKS (lembar kerja siswa)
Siswa bersama peneliti berdiskusi hasil presentasi. Kegiatan Penutup
Peneliti memberikan soal post test II untuk mengukur ranah kognitif.
c. Observing
Tahap observasi siklus II, secara operasional masih sama seperti pada siklus I. Dalam tahap ini observer nanti akan masuk ke dalam kelompok untuk mengetahui pencapaian hasil belajar ranah afektif.
d. Reflecting
Tahap ini hasil yang diperoleh dari observasi selama belajar mengajar, hasil tes, dan hasil lembar observasi yang dibahas setelah itu ditarik kesimpulan apakah tindakan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus ini hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 10 Yogyakarta meningkat.
E. Instrumen Penelitian
Suparno (2007) menyatakan bahwa instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data. Sedangkan, instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, observasi. Pada penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
(60)
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam proposal ini berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dan II serta dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Instrumen Pengumpulan Data a. Tes
Tes yang digunakan berupa test akhir (post test). Test ini merupakan alat ukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Post test digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa mengenai materi yang telah diajarkan. Bentuk soal test yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda sebanyak 20 soal.
b. Non-tes
Teknik non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pengamatan langsung (observation) dan angket (kuisioner).
1) Lembar observasi
Observasi merupakan salah satu instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui kemampuan afektif siswa. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini yang melakukan observasi adalah observer dan bukan peneliti. Observer melakukan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti dan mengisinya sesuai dengan skala penilaian yang diamati sesuai saat pembelajaraan berlangsung dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kriteria
(61)
penilaian yang diamati dalam pembelajaran ini adalah semangat, perhatian, kerjasama, dan sikap menghargai pendapat, sikap menerima pendapat maupun kritikan serta sikap mengajukan dan menjawab pertanyaan. Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan dapat dihitung secar kuantitatif serta dianalisis secara kualitatif.
2) Angket (kuisioner)
Angket (kuisioner) digunakan untuk mengetahui dan melihat peningkatan motivasi belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan. Angket motivasi ini terdiri dari dua jenis motivasi, yaitu motivasi awal dan motivasi akhir. Motivasi awal diberikan pada awal pertemuan siklus I, sedangkan motivasi akhir diberikan pada akhir siklus II. Angket motivasi terdiri dari 20 pertanyaan, yaitu 10 poin positif dan 10 poin negatif.
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1. Instrumen Pengumpulan Data Jenis Data Alat
Pengumpulan Data Sumber Data Cara Menganalisis Data Hasil Belajar 1. Kognitif 2. Afektif Tes Lembar observasi Siswa Siswa Analisis Kuantitatif - kualitatif Motivasi Kuisioner Siswa Deskriptif
G. Analisis Data
(62)
Setiap siswa dalam proses belajar dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai
≥ 75 (KKM). Tes kognitif dilakukan setiap akhir siklus yang bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Adapun untuk mengetahui ketuntasan individual maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
� � � ℎ =JJ e e %
Kriteria ketuntasan individu dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini :
Tabel 3.2. Kriteria Skor Ketuntasan Individu Nilai Individu Keterangan
<75 Tidak Tuntas
≥ 76 Tuntas
Untuk mengetahui skor rata – rata kelas setiap siklus menggunakan rumus sebagai berikut:
� � − � � =∑ ��ℎ ℎ � �
Ketuntasan klasikal dikatakan telah tercapai apabila nilai siswa memenuhi KKM dengan target pencapaian ideal lebih atau sama dengan 75% dari jumlah seluruh siswa dalam kelas. Untuk mengetahui ketuntasan secara klasikal dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
(63)
2. Hasil Belajar (Ranah Afektif)
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian ini observasi yang dipakai adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap proses yang terjadi dan langsung dilakukan oleh pengamat. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2011)
=rt % q : % skor
r : Jumlah skor yang diperoleh t : Skor maksimal
Kriteria hasil aspek afektif dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini : Tabel 3.3. Kriteria Hasil Presentase Observasi Aspek
Afektif Siswa
Skor (%) Kategori
0-20 Sangat Rendah
21-40 Rendah
41-60 Sedang
61-80 Tinggi
81-100 Sangat Tinggi
Setelah data observasi ranah afektif siswa secara kelompok diperoleh, kemudian menentukan persentase jumlah kelompok siswa dengan hasil dengan hasil belajar ranah afektif minimal tinggi digunakan perhitungan sebagai berikut:
(64)
Setelah diperoleh perhitungan peneliti dapat menentukan kesimpulan berdasarkan target yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Peningkatan hasil belajar siswa aspek afektif selama proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Picture and Picture.
3. Motivasi belajar
Menurut Arikunto (2010), angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket dalam penelitian ini terdiri dari daftar-daftar butir pertanyaan yang dibagikan kepada responden dan dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.
Pada penelitian ini, kuisioner motivasi belajar siswa yang digunakan terdiri dari 20 poin. Tiap-tiap pernyataan disediakan 4 alternatif jawaban dimana siswa harus memilih salah satu jawaban. Empat alternatif jawaban tersebut antara lain sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (ST), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari poin positif dan poin negatif. Penetapan dari skor motivasi belajar dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3.4 Penetapan Skor Motivasi Belajar
Pilihan Jawaban
Skor
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
(65)
Sangat Tidak Setuju 1 4
Skor yang diperoleh siswa dalam kuisioner kemudian dicari skor keseluruhannya sehingga diperoleh data skor setiap siswa, kemudian dari skor tersebut dicari persentase motivasi siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
�� � � � � =jumlah skor maksimum � jumlah skor siswa %
Kategori nilai atau skor yang diperoleh siswa dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini :
Tabel 3.5 Kategori Motivasi Belajar Siswa
Skor (%) Kategori
0-20 Sangat Rendah
21-40 Rendah
41-60 Sedang
61-80 Tinggi
81-100 Sangat Tinggi
Kemudian untuk menghitung persentase jumlah siswa dengan motivasi minimal tinggi digunakan perhitungan sebagai berikut :
� =jumlah kategori siswa minimal tinggijumlah siswa � % 4. Analisis kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan deskripsi kata-kata dari hasil pengamatan selama proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Picture and Picture.
(66)
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi hasil belajar aspek kognitif dan aspek afektif :
Tabel 3.6 Indikator Keberhasilan Peneliti
Variabel Data Indikator ketercapaian Hasil belajar siswa
ranah kognitif
Post-test akhir siklus I dan post -test akhir siklus II
Persentase hasil belajar kognitif siswa yang
mencapai KKM ≥76
sebanyak 75% Hasil belajar siswa
ranah afektif
Lembar observasi Hasil belajar aspek afektif siswa selama mengikuti proses pembelajaran mencapai 70% dengan kategori tinggi.
Motivasi Kuisoner awal dan kuisoner akhir
Persentase motivasi akhir siswa yang termasuk kategori tinggi mencapai
(1)
232
(2)
233
(3)
234
(4)
235
(5)
236
(6)
80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI