Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu pada materi keanekaragaman hayati

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PMIIA 2 SMA XAVERIUS PRINGSEWU PADA

MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

Fransiska Tri Setyaningsih 111434004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PMIIA 2 SMA XAVERIUS PRINGSEWU PADA

MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

Fransiska Tri Setyaningsih 111434004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan untuk:

Keluarga Tercinta

Sahabat-sahabatku

USD dan Pendidikan Biologi 2011

Motto:

Terlalu banyak berharap pada orang lain justru hanya

membuat hidup penuh dengan “harapan hampa”. Karena

tempat harapan satu-satunya adalah Tuhan, dan diri sendiri.


(6)

v


(7)

(8)

vii ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PMIIA 2 SMA XAVERIUS PRINGSEWU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN

HAYATI

Fransiska Tri Setyaningsih Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai masalah pada siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu seperti nilai rata-rata kelas hanya 60,00 dan belum mencapai KKM, selain itu sikap dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong rendah yang dapat dilihat dari aktivitas siswa di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas tersebut pada materi Keanekaragaman Hayati dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah siswa sebanyak 37 siswa. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian ini menggunakan dua macam instrumen yakni instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture, hasil belajar dan motivasi siswa mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan belajar aspek kognitif siklus I sebesar 32,43% dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 86,48 %. Peningkatan juga terlihat pada nilai rata-rata dari 62,21 pada siklus I menjadi 85,83 pada siklus II. Sedangkan persentase hasil belajar afektif siklus I sebesar 75,67% siswa tergolong kategori tinggi dan pada siklus II meningkat menjadi 100% siswa tergolong dalam kategori tinggi. Hasil motivasi pada siklus I sebanyak 86,47% siswa tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi kemudian meningkat sebesar 100% siswa tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi pada siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelaajaran kooperatif tipe Picture and picture dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA X Xaverius Pringsewu pada materi Keanekaragaman Hayati.


(9)

viii ABSTRACT

APPLYING COOPERATIVE LEARNING METHOD USING PICTURE AND PICTURE TYPE TO INCREASE MOTIVATION AND LEARNING

OUTCOMES OF TENTH GRADE PMIIA 2 STUDENT IN SMA XAVERIUS PRINGSEWU ON BIODIVERSITY SUBJECT

Fransiska Tri Setyaningsih Sanata Dharma University

2017

The results comes from various problems at tenth grade PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu such as the class grade average that is only 60.00 and have not reached the passing grade. Beside that, the student are lack of attitude and motivation in learning process which can be seen from the student activity in class. The purpose of this research is to improve students ' learning motivation and the result from their learning process on Biodiversity Subject using cooperative learning through Picture and picture type.

The subject of this research was tenth grade student of PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu semester 1, 2016/2017. The number of the participants were 37 students. This research used Kemmis and Mc Taggarts method. This research used two kinds of instruments, the instrument of learning and data collection instruments. After the cooperative learning method trough Picture and picture type was applied, the results of the study and the students’ motivation had increased. Percentage of completeness cognitive aspects of learning cycle I was 32.43% and cycle II increased to 86.48%. An increase also could be seen on grade average from 62.21 on cycle I became 85.83 on cycle II. While the results of the affective learning in cycle I was 75.67% students were classified to the high category and on cycle II increased to 100% and students classified in the high category. The results of the motivation on the cycle I was 86.47% and students classified to the high category and the highest was 100% on cycle II.

Based on the results, it could be concluded that using cooperative learning through Picture and picture type could increase motivation and learning outcomes of the student if tenth grade PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu on Biodivercity.

Keywords : motivation, the result of the study, cooperative learning, picture and picture


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PMIIA 2 SMA XAVERIUS PRINGSEWU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI”.

Laporan penelitian ini merupakan salah satu prasyarat untuk menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Drs. Antonius Tri Priantoro M. For. Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 4. Ika Yuli Listyarini, S. Pd., M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, arahan, dengan sabar dari awal penyusunan sampai terselesaikannya skripsi.


(11)

x

6. Keluarga tercinta dan sahabatku suster Lediana Sinaga yang selalu mendoakan dan mendukung penulis

7. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberi motivasi, dukungan dan doa

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.


(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Belajar ... 11

B. Pembelajaran ... 13

C. Hasil Belajar ... 14


(13)

xii

E. Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

F. Metode Picture and Picture ... 27

G. Keanekaragaman Hayati ... 31

H. Pembelajaran Keanekaragaman Hayati dengan Metode Picture and Picture ... 32

I. Penelitian yang Relevan ... 33

J. Kerangka Berpikir ... 34

K. Hipotesis ... 36

BAB III: METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian ... 37

C. Variabel Penelitian ... 38

D. Rancangan Kegiatan ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Metode Analisis Data ... 51

G.Indikator Keberhasilan ... 56

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Hasil Penelitian ... 57

B. Pembahasan ... 79

C. Kendala dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and picture ... 93

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jenis dan Cara pengumpulan Data ... 47

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Awal ... 49

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Akhir ... 49

Tabel 3.4 Kisi-kisi Hasil Belajar Aspek Afektif ... 50

Tabel 3.5. kriteria Hasil Presentase Skor Observasi Aspek Afektif Siswa Terhadap Pembelajaran ... 53

Tabel 3.6. Panduan Pemberian Skor Kuesioner ... 54

Tabel 3.7. Kriteria Motivasi Belajar ... 55

Tabel 3.8. Indikator Keberhasilan ... 56

Tebel 4.1 Hasil Analisis Nilai Pre-test Siswa Kelas X PMIIA 2 ... 64

Tabel 4.2. Hasil Analisis Nilai Post-test Siklus I Kelas X PMIIA 2 ... 65

Tabel 4.3. Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I Kelas X PMIIA 2 ... 66

Tabel 4.4. Hasil Analisis Motivasi Belajar Awal Siswa Kelas X PMIIA 2 ... 67

Tabel 4.5. Hasil Analisis Nilai Post-test Siklus II Kelas X PMIIA 2 ... 75

Tabel 4.6. Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus II Kelas X PMIIA 2 ... 76


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 35

Gambar 3.1. Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart ... 39

Gambar 4.1. Para siswa sedang mencari sumber informasi dan referensi ... 83

Gambar 4.2 Siswa-siswi sedang menempelkan gambar secara bergantian di papan tulis ... 60

Gambar 4.3 Siswa-siswi maju ke depan dan menjelaskan alasan menempelkan gambar pada tabel di papan tulis ... 61

Gambar 4.4 Siswa-siswi sedang melaksanakan presentasi ... 61

Gambar 4.5 Suasana pembelajaran biologi siklus I, siswa-siswi sedang berdiskusi dan menjawab soal pada LKS... 62

Gambar 4.6 Para Siswa sedang Mencari Sumber Informasi dan Referensi ... 63

Gambar 4.7 Siswa-Siswi sedang Menempelkan Gambar secara Bergantian di Papan Tulis ... 72

Gambar 4.8 Siswa- Siswi Maju ke Depan dan Menjelaskan Alasan Menempelkan Gambar pada Tabel di Papan Tulis ... 73

Gambar 4.9 Siswa-Siswi sedang Melaksanakan Presentasi ... 73

Gambar 4.10 Siswa-siswi sedang memberikan tanggapan saat Presentasi ... 73

Gambar 4.11 Suasana belajar mengajar pada siklus II ... 74

Gambar 4.12. Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 83

Gambar 4.13. Peningkatan Rata-rata Kelas X PMIIA 2 ... 84

Gambar 4.14. Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II kelas X PMIIA 2 ... 88


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Silabus ... 102

Lampiran 2: RPP ... 106

Lampiran 3: LKS 1a, 1b, 1c, 2a & 2b ... 123

Lampiran 4: Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 134

Lampiran 5: Kuesioner Motivasi Belajar Siswa awal & akhir ... 135

Lampiran 6 Kisi-kisi soal pre-test ... 163

Lampiran 7: Soal pre-test, jawaban, pedoman penilaian ... 141

Lampiran 8: Kisi-kisi soal post-test I ... 145

Lampiran 9: Soal post-test I, jawaban, pedoman penilaian ... 153

Lampiran 10: Kisi-kisi soal post-test II ... 155

Lampiran 11: Soal post-test II, jawaban, pedoman penilaian ... 163

Lampiran 12: Lembar observasi, pedoman penskoran ... 166

Lampiran 13: Surat ijin penelitian... 177

Lampiran 14: Surat keterangan selesai penelitian ... 179

Lampiran 15: Pembagian kelompok siklus I dan siklus II ... 180

Lampiran 16 Daftar kehadiran siswa ... 181

Lampiran 17 Analisis hasil kuesioner motivasi belajar ... 182

Lampiran 18 Sampel hasil kuesioner motivasi belajar awal ... 183

Lampiran 19 Sampel hasil kuesioner motivasi belajar akhir ... 185

Lampiran 20 Analisis hasil belajar aspek kognitif (post-test) siklus I ... 191

Lampiran 21 Sampel hasil post-test siklus I (2 skan) ... 200

Lampiran 22 Analisis hasil belajar aspek afektif siklus I ... 211

Lampiran 23 Sampel hasil observasi (afektif siklus I) ... 212

Lampiran 24 Sampel hasil LKS 1a ... 216

Lampiran 25 Sampel hasil LKS 1b ... 218

Lampiran 26 Sampel hasil LKS 1c ... 221


(17)

xvi

Lampiran 28 Sampel hasil LKS 2b ... 225

Lampiran 29 Analisis hasil belajar aspek kognitif (post-test) siklus II ... 227

Lampiran 30 Sampel hasil post-test siklus II ... 230

Lampiran 31 Analisis hasil belajar aspek afektif siklus II ... 241

Lampiran 32 Sampel hasil observasi (afektif siklus II) ... 242

Lampiran 33 Nilai hasil belajar aspek kognitif siswa (pre-test & post-test)... 246


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi antara guru dan murid dalam suatu lembaga pendidikan yang akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru sebagai pembimbing atau pengatur proses belajar mengajar, harus mampu mengidentifikasi, menilai, menyusun, mengembangkan materi, memilih strategi dan melakukan inovasi pembelajaran yaitu memilih media dan motode pembelajaran yang tepat dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Guru juga dituntut untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan siswa termotivasi mengikuti proses pembelajaran dan memiliki hasil belajar yang lebih baik (Sudjana, 2000).

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sering dihadapkan pada berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut, antara lain: guru masih menggunakan metode lama yaitu ceramah sehingga belum mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan guru belum menggunakan media dan metode pembelajaran yang tepat dalam mengaktifkan siswa, sehingga peserta didik kurang termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan akibatnya hasil belajar murid rendah atau tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran dibutuhkan metode khusus


(19)

agar siswa mampu menangkap dan mampu menyerap materi yang diberikan dengan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Purwanto, 2008).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Xaverius Pringsewu diperoleh informasi bahwa, motivasi dan hasil belajar siswa rendah atau tidak sesuai dengan harapan. Partisipasi siswa yang masih kurang dalam kegiatan belajar mengajar mengakibatkan hasil belajar siswa yang rendah terutama pada materi Keanekaragaman Hayati. Hasil belajar yang rendah ditunjukkan dengan jumlah peserta didik yang mencapai KKM 70 pada tahun 2015 hanya 32% dan 68% tidak mencapai KKM yang ditentukan. Nilai terendah siswa yaitu 58 dan tertinggi 74. Nilai rata-rata ulangan biologi materi Keanekaragaman Hayati adalah 60,00.

Permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi adalah motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hampir seluruh siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, siswa-siswi mengobrol dengan teman sebangku atau sibuk dengan diri sendiri. Hanya terdapat beberapa siswa yang menulis atau merangkum apa yang sudah dijelaskan oleh guru. Selain itu, guru masih menggunakan model pembelajaran lama yaitu ceramah khususnya di kelas X PMIIA 2. Guru masih menjadi pusat pembelajaran dan belum mengaktifkan siswa. Hal ini ditunjukkan dengan sedikit jumlah siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru saat proses kegiatan belajar mengajar, walaupun guru sudah menggunakan media pembelajaran yaitu power point presentation (ppt).

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang


(20)

tepat digunakan menggantikan model pembelajaran ceramah. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).

Pembelajaran kooperatif menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam kerjasama yang teratur dalam kelompok. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Slavin, 2009). Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran tipe picture and picture.

Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Metode pembelajaran picture and picture, mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran sehingga sebelum proses pembelajaran dimulai, guru harus sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk cerita dalam ukuran besar (Zaenal, 2014). Alasan memilih model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada mata pelajaran biologi tentang Keanekaragaman Hayati di kelas X adalah pada materi Keanekaragaman Hayati terdapat sub bab Tingkatan Keanekaragaman Hayati.


(21)

Tingkatan Keanekaragaman Hayati menuntut siswa harus mampu membedakan dan memberi contoh tingkat keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru biologi di SMA Xaverius Pringsewu, dikatakan bahwa siswa cenderung kesulitan untuk membedakan keanekaragaman tingkat gen, jenis dan ekosistem. Hal ini dikarenakan pada tingkatan keanekaragaman gen memiliki ciri-ciri yang hampir mirip atau hampir sama dengan tingkatan keanekaragaman jenis. Selain itu, materi Keanekaragaman Hayati adalah materi yang mengajarkan tentang keunikan dan keragaman mahkluk hidup di Indonesia bahkan di dunia.

Keunikan dan keragaman mahkluk hidup yang ada di dunia tentu saja tidak dapat dibawa langsung ke kelas atau ke sekolah karena jumlahnya sangat banyak dan beranekaragam. Oleh karena itu dengan metode picture and picture diharapkan siswa dapat memahami materi tersebut dengan ditunjukkan gambar-gambar mahkluk hidup yang dapat ditampilkan dan dibawa ke sekolah. Alasan memilih metode picture and picture juga berdasarkan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut dilakukan oleh Lestari (2016) dan Sugiarti (2013). Hasil dari penelitian tersebut adalah metode picture and picture mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMA. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2016) menggunakan metode picture and Picture dengan tipe mencocokkan gambar dan penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2013) menggunakan metode picture and picture dengan tipe mengurutkan gambar sedangkan, penelitian ini menggunakan metode picture and picture dengan tipe mengelompokkan gambar.


(22)

Apabila motode pembelajaran yang digunakan hanya ceramah, maka siswa kesulitan menyerap pelajaran yang diberikan. Keuntungan dari metode picture and picture adalah siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari, dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa dituntut untuk menganalisa gambar yang ada, dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar dan pembelajaran lebih berkesan sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. (Trianto, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan menerapkan metode picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi Keanekaragaman Hayati. Selanjutnya penelitian ini diberi judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PMIIA 2 DI SMA XAVERIUS PRINGSEWU PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI.


(23)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu?

C. Batasan Masalah

Agar pengkajian masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas maka diperlukan suatu batasan masalah. Batasan masalah tersebut adalah :

1. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu. Peneliti memilih siswa-siswi kelas X PMIIA 2 dikarenakan motivasi dan hasil belajar paling rendah.

2. Objek Penelitian ini adalah :

a. Materi Keanekaragaman Hayati

Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keanekaragaman Hayati pada Kompetensi Dasar 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia serta Kompetensi Dasar 4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia


(24)

berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk media informasi.

b. Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture. Metode pembelajaran Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Metode Pembelajaran picture and picture, mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran guru harus menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk cerita dalam ukuran besar (Trianto, 2009). c. Motivasi

Motivasi yang diukur dalam penelitian ini adalah motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yaitu motivasi awal dan motivasi akhir. Kedua motivasi ini mencakup keinginan belajar, kesiapan siswa, keseriusan siswa, dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Motivasi ini diukur menggunakan kuesioner pembelajaran. Motivasi yang diukur menggunakan model ARCS. Model ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk


(25)

merancang aspek motiivasii serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar. Model ARCS terdiri dari empat aspek motivasi, yaitu: attention (perhatian), relevance (kegunaan), confidence (percaya diri) dan satisfaction (kepuasan) (Sugiyono, 2010).

d. Hasil Belajar

Parameter yang digunakan adalah hasil belajar siswa-siswi kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu yang ditunjukkan dalam aspek kognitif dan afektif. Hasil post-test setiap akhir siklus merupakan pencapaian hasil belajar aspek kognitif dan hasil observasi merupakan pencapaian hasil belajar aspek afektif. Aspek psikomotor tidak diukur dalam penelitian ini.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu pada materi Keanekaragaman Hayati melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu pada materi Keanekaragaman Hayati melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and P icture.


(26)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan ke siswa.

b. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh proses perkuliahan.

2. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran khususnya mata pelajaran Biologi agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajran dan hasil belajar siswa meningkat.

3. Bagi Guru

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif metode lama yaitu ceramah, sehingga mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

b. Guru mendapatkan variasi metode pembelajran baru dalam proses pembelajaran sebagai solusi pembelajaran yang efektif.

4. Bagi siswa

a. Memberikan pembelajaran yang menarik, aktif, kreatif, menyenangkan dan melibatkan siswa, sehingga siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam proses pembelajran.


(27)

b. Siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan sehingga diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

c. Siswa menjadi lebih percaya diri dan berani mengungkapkan pendapat, sehingga dapat meningkatkan ketertarikan, kesenangan, kenyamanan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.


(28)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia. Perubahan tersebut akan tampak dalam bentuk kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir, dan lain-lain Hakim (2000). Hal yang sama juga diungkapkan oleh (Hamalik, 2002) yang mengemukakan bahwa apabila tidak terjadi perubahan dalam kepribadian manusia maka seseorang tersebut tidak belajar. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tesebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain mengalami kegagalan dalam proses belajar.

Menurut Sardiman (2011), dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak dapat berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, antara lain: bertanya tentang apa yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, diskusi dan segala kegiatan yang dilakukan untuk menunjang prestasi belajar sehingga kegiatan mengajar akan berjalan efektif.


(29)

2. Faktor-faktor belajar

Menurut Hamalik (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya :

a. Faktor kegiatan dan ulangan. Kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat siswa dalam belajar.

b. Belajar memerlukan latihan. Latihan tersebut diantaranya : relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

c. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini dikarenakan siswa akan berhasil dan mendapatkan kepuasannya apabila belajar dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

d. Keberhasilan dan kegagalan. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah berhasil atau gagal dalam belajarnya.

e. Faktor asosiasi. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar. Hal ini dikarenakan pengalaman belajar dahulu dan sekarang secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan sebuah pengalaman.

f. Pengalaman masa lampau seperti (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar perananya dalam proses belajar.


(30)

g. Faktor kesiapan belajar. Faktor kesiapan belajar erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan. Kegiatan belajar akan lebih mudah dan lebih berhasil apabila siswa siap belajar.

h. Faktor minat dan usaha. Minat belajar akan timbul apabila murid tertarik akan sesuatu. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang merasa bahwa sesuatu yang menarik untuk dipelajari akan bermakna bagi dirinya. i. Faktor-faktor fisiologis. Fisik yang kurang sehat akan menyebabkan siswa

tidak berminat melakukan kegiatan belajar.

j. Faktor intelegensi. Siswa yang cerdas lebih mudah menangkap, memahami dan mengingat pelajaran sehingga akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar.

B. Pembelajaran

Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kongnitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa. Pembelajaran mengandung arti bahwa setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. (Poerwadarminta, 2002).


(31)

Menurut Winataputra (2008), Pembelajaran adalah proses atau cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subyeknya dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Evaluasi harus dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa tersebut. Evaluasi hasil belajar adalah suatu kegiatan pengumpulan data mengenai kemampuan belajar siswa untuk menentukan apakah kompetensi dasar dan indikator hasil belajar tercapai seperti apa yang diharapkan (Sudjana, 2002).

Menurut Darsono (2000), hasil belajar siswa merupakan perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/ psikomotor dan nilai sikap/afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sudjana (2002), yang menyatakan bahwa, hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tirtonegoro (2001), mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Menurut Djamarah dan Zain (1996), hasil belajar


(32)

adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

2. Aspek-aspek dalam Pembelajaran

Menurut Sudjana (2002), secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

a. Ranah kognitif

Ranah kognitif berhubungan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

1) Mengingat 2) Memahami 3) Menerapkan 4) Menganalisis 5) Mengevaluasi 6) Berkreasi b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai berikut:


(33)

Reciving/attending (penerimaan) berhubungan dengan kesediaan atau kemauan peserta didik untuk ikut dalam fenomena atau stimulasi khusus (kegiatan dalam kelas, membaca buku dan sebagainya). Tujuannya adalah untuk menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian siswa. Sedangkan perumusan untuk membuat soal pada tahab ini yaitu menanyakan, menjawab, menyebutkan, memilih, mengidentifikasi, memberikan, mengikuti, menyeleksi dan menggunakan.

2) Responding (menanggapi)

Responding (menanggapi) berhubungan dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya melihat sesuatu fenomena tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan berbagai cara. Hasil belajar dalam tahab ini menekankan pada minat untuk menjawab. Sedangkan perumusan bentuk soalnya adalah menjawab, melakukan, menulis, menceritakan, membantu, melaporkan, dan sebagainya.

3) Valuing (penilaian/penghargaan)

Valuing berkaitan dengan nilai atau penghargaan yang diberikan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Perumusan soal pada tahab ini adalah menerangkan, membedakan, memilih, mempelajari, mengusulkan, menggambarkan, menggabungkan, mempelajari, menyeleksi, bekerja, membaca, dan sebagainya.

4) Organization

Organization (pengorganisasian) yaitu berkaitan dengan memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan membentuk suatu


(34)

sistem nilai yang konsisten. Perumusan soal pada tahap ini adalah mengatur, membandingkan, mengintegrasikan, memodifikasi, menghubungkan, menyusun, memadukan, menyelesaikan, mempertahankan, menjelaskan, menyatukan.

5) Karaakteristik nilai atau internalisasi nilai

Karakterisasi berdasarkan nilai-nilai berhubungan dengan tingkah-laku atau kebiasaan peserta didik saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Contohnya adalah menunjukkan kemandirian saat bekerja secara mandiri, kooperatif dalam kegiatan kelompok, objektif dalam memecahkan masalah dan menghargai pendapat orang lain.

3. Faktor-faktor Hasil Belajar

Menurut Saiful (2006), faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ada empat yaitu:

a. Faktor lingkungan, yaitu faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial budaya.

b. Faktor Instrumental meliputi; kurikulum, program, sarana, fasilitas dan guru.

c. Kondisi Psikologis meliputi; minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.

d. Kondisi Fisiologis yaitu; keadaan jasmani dari peserta didik (mata, hidung, telinga, dan tubuh) yang dapat bekerja dengan baik.

Menurut Situmorang (2011), faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa, dan faktor


(35)

yang ada diluar diri siswa. Faktor internal berasal dari dalam diri anak bersifat biologis, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang sifatnya dari luar diri siswa.

a. Faktor Internal

Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat.

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

1) Faktor yang berasal dari orang tua

Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik orang tua terhadap anaknya.

2) Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan.

D. Motivasi belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat


(36)

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2011).

Sejalan dengan pernyataan Sardiman, Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Menurut Hamalik (2007), siswa juga memiliki keterlibatan yang nyata dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

2. Tujuan motivasi belajar

Tujuan motivasi belajar adalah untuk menggerakkan atau memacu siswa agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan (Purwanto, 2008). Menurut Sardiman (2011) tujuan motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk berbuat. b. Menentukan arah perbuatan.

c. Menyeleksi perbuatan.

Hamalik (2007) juga mengemukakan tiga tujuan motivasi, yaitu:

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.


(37)

2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya menggerakkan perbuatan ke arah pencapaian tujuan yang di inginkan.

3. Motivasi berfungsi penggerak. 3. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis menurut Hamalik (2007) yaitu :

a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan).

b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru memberikan pujian kepada siswa. Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:

1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.

2) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.


(38)

Menurut Sudirman (2011), ciri-ciri seseorang memiliki motivasi belajar yang tinggi, yaitu :

a. Tekun menjalankan tugas (dapat teru menerus dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Dapat mempertahankan pendapatnya

e. Senang mencari dan memecahkan masalah.

Guru memegang peranan yang penting dalam pembelajaran serta motivasi siswa. Guru harus menguasai teknik dan pengidentifikasian motivasi. Teknik-teknik motivasi dalam pembelajaran adalah pernyataan penghargaan secara verbal, menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan, menimbulkan rasa ingin tahu, memunculkan sesuatu yang tak diduga oleh siswa, menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam pembelajaran, menggunakan kaitan yang unik untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami, menuntut siswa menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, memberi kesempatan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran (Uno, 2011).


(39)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Brophy (2004) dan Sardiman (2000) menyatakan bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah:

a. Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.

b. Persaingan/kompetisi

c. Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.

d. Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

e. Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan.

f. Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.

5. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Menurut Siregar (2010), mengemukakan prinsip-prinsip motivasi yang disebut sebagai ARCS model yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (kepercayaan diri) dan Satisfaction (kepuasan). Prinsip-prinsip tersebut tersebut sangat penting untuk memelihara motivasi peserta didik selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.


(40)

Adapun indikator dari aspek motivasi yang akan diukur dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Attention (perhatian) adalah dorongan rasa ingin tahu peserta didik akibat rangsangan dari elemen-elemen baru, unik, lain dengan yang sudah ada dan kontradiktif atau kompleks. Pencapaian aspek ini dapat dilihat dalam indikator sebagai berikut :

1) Perhatian peserta didik saat pelajaran berlangsung;

2) Adanya ketertarikan peserta didik terhadap tujuan dan isi pelajaran 3) Kemauan untuk mempelajari materi pelajaran.

b. Relevance (relevansi) adalah adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi peserta didik. Pencapaian aspek ini dapat dilihat dalam indikator sebagai berikut :

1) Adanya kesadaran terhadap manfaat mempelajari materi; 2) Menghubungkan materi dengan keadaan nyata.

c. Confidence (kepercayaan diri) adalah keadaan perasaan yang merasa kompeten atau mampu untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Dapat dilihat dalam indikator sebagai berikut :

1) Kemauan peserta didik mempelajari isi materi pelajaran; 2) Kemauan peserta didik berlatih dan bekerja keras;

3) Memiliki usaha untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan sendiri;


(41)

d. Satisfaction (kepuasan) adalah keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan sehingga peserta didik akan termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut. Indikator yang ingin dicapai sebagai berikut :

1) Kepuasan peserta didik dalam memecahkan masalah.

2) Kepuasan peserta didik dalam keberhasilan menemukan solusi. 3) Kepuasan peserta didik memperoleh nilai baik.

Membangkitkan motivasi peserta didik sangatlah tidak mudah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk memotivasi peserta didik. Upaya guru untuk meningkatkan motivasi yang dimiliki oleh peserta didik dapat dilakukan dengan mengenali peserta didik, mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar, mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran, mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan peserta didik dan mengembangkan aspirasi dalam belajar Imron (1996).

E. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan


(42)

supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. (Slavin, 2009).

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal. Suprijono (2009).

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran koopratif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki tinggi, sedang, dan rendah. c. Kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda–beda

Agar pembelajaran terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi tersebut. Kemudian diminta mempresentasikan hasil diskusinya. Pada saatnya tes akhir harus diusahakan agar siswa tidak bekerja sama pada saat mengerjakan tes.


(43)

Menurut Rusman (2010), model pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran lain. mengemukakan bahwa, “pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif”. Karakteristik model pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembelajaran secara tim, dalam model pembelajaran kooperatif, proses pembelajaran dilakukan secara tim atau kelompok.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif. 3. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut sugiyanto (2010), pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa prinsip, yaitu :

1) Model pembelajaran kooperatif akan meningkatkan keaktifan siswa. 2) Proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

dilakukan dengan belajar bekerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari.

3) Pembelajaran partisipatorik, yaitu pembelajaran yang dilakukan siswa secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.

4) Mengajar reaktif (reactive teaching), yaitu guru menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswa akan manfaat pelajaran yang sedang berlangsung untuk masa depan.


(44)

5) Pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning), yaitu suasana belajar yang menyenangkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru, baik di luar maupun di dalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang ramah dengan tutur bahasa yang baik terhadap siswa.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Model pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan percaya diri, menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang ada dan memperbaiki hubungan antar kelompok. Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif adalah memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya. Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya dalam kelompok akan terjadi kesenjangan sehingga usaha kelompok tidak berjalan dengan lancar (Ibrahim, 2000).

F. Metode Picture and Picture

1. Pengertian Metode Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Trianto (2009), metode pembelajaran P icture and Picture adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture adalah sebagai berikut:


(45)

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kooperatif.

Menurut Zainal (2014), pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture adalah salah satu metode pembelajaran aktif yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang sistematis, seperti menyusun gambar secara berurutan, menunjukkan gambar, memberi keterangan gambar dan menjelaskan gambar. Metode Picture and Picture ini berbeda dengan media gambar dimana Picture and Picture berupa gambar yang belum disusun secara berurutan dan yang menggunakannya adalah siswa, sedangkan media gambar berupa gambar utuh yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.


(46)

2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Picture and Picture

Menurut Zaenal (2014), pembelajaran kooperatif Picture and Picture menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar

c. Guru menunjuk atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.

d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

e. Guru menanyakan alasan dasar pemikiran urutan gambar tersebut. f. Dari alasan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep

atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Menurut Agus (2009), terdapat enam langkah Metode Pembelajaran Picture and Picture yaitu:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

b. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan.

c. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi).

d. Guru menunjuk siswa secara bergilir untuk mengurutkan atau memasangkan gambar-gambar yang ada.


(47)

e. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar.

f. Kesimpulan atau Rangkuman.

3. Tipe Picture and Picture

Tipe Picture and Picture yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe Picture and Picture mengelompokkan. Pengelompokkan gambar berdasarkan pada klasifikasi dan ciri-ciri gambar. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menentukan nama, ciri-ciri benda yang diamati. Hasil diskusi kelompok dicatat dalam catatan khusus, dipandu dengan lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru (Usman, 19).

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Picture and Picture a. Kelebihan Metode Picture and Picture

Menurut Trianto (2009), kelebihan Picture and Picture adalah : 1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. 2) Melatih berpikir logis dan sistematis

3) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasa dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.

4) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik. 5) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

Sedangkan menurut Istarani (2011), kelebihan Picture and Picture adalah :


(48)

1) Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.

2) Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

3) Dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

4) Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.

5) Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

b. Kelemahan Metode Picture and Picture

Menurut Trianto (2009), kelemahan metode Picture and Picture adalah: 1) Memakan banyak waktu saat memasangkan gambar atau

mengurutkan gambar.

2) Dapat terjadi kekacauan atau kegaduhan di kelas.

3) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.

G. Keanekaragaman Hayati

Materi Tingkatan Keanekaragaman Hayati terangkum dalam Kompetensi Dasar 3.2 Menganalisis data hasil obervasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia serta Kompetensi Dasar 4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian berbagai


(49)

keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk media informasi, berdasarkan kurikulum 2013. Secara umum materi yang akan dipelajari dalam sub bab Tingkatan Keanekaragaman Hayati, yaitu :

1. Tingkat Keanekaragaman Hayati 2. Tipe Ekosistem

3. Keanekaragaman Hayati Indonesia 4. Menghilangnya Keanekaragaman Hayati 5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati

H. Pembelajaran Keanekaragaman Hayati dengan metode Picture and Picture

Setiap siswa membentuk kelompok 4-6 orang siswa di dalamnya. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa dan gambar-gambar yang memuat tentang Keanekaragaman Hayati. Kemudian siswa berdiskusi untuk menjawab soal pada LKS dan guru memanggil atau menunjuk siswa secara bergantian untuk memasang gambar-gambar sesuai dengan Tingkatan Keanekaragaman Hayati. Siswa yang dipanggil untuk memasang gambar harus mampu menjelaskan alasan memasang gambar tersebut pada Tingkatan Keanekaragaman Hayati.

Dengan menggunakan metode Picture and Picture pada materi Keanekaragaman Hayati, siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang diberikan oleh guru. Siswa dapat secara aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada metode Picture and Picture siswa akan ditunjuk oleh guru secara acak untuk memasangkan gambar dan memberi alasan pemasangan gambar


(50)

tersebut. Pada metode Picture and Picture, siswa juga diberi waktu untuk berdiskusi bersama teman-temannya, sehingga setiap siswa dapat aktif berpendapat dan dapat memecahkan masalah bersama.

I. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Ajeng Aprilia Lestari (2016), dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta Pada Materi Sistem Reproduksi Manusia. Tipe Picture and Picture yang digunakan adalah tipe mencocokkan gambar. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil belajar meningkat dari rata-rata siklus I adalah 72,00 menjadi 81,66 pada siklus II. Motivasi siswa pada siklus I adalah 56,66% dan pada siklus II adalah 80% tinggi.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2013), dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Saraf Manusia Kelas XI IPA-1 di SMA Negeri 11 Banda Aceh menyatakan bahwa, model pembelajaran Picture And Picture dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Tipe Picture and Picture yang digunakan adalah tipe mengurutkan gambar.. Hasil analisis data diperoleh siklus I persentase aktivitas siswa 88,64% dan ketuntasan belajar klasikal 47%, kemudian pada siklus II persentase aktivitas siswa 93,18% dan ketuntasan belajar klasikal 68,7%, dan pada siklus III persentase aktivitas siswa 95,4%, dan ketuntasan belajar klasikal 87,5%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran picture and picture pada materi sistem saraf


(51)

manusia mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI IPA-1 di SMA Negeri 11 Banda Aceh Tahun 2013.

J. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran, media dan metode pembelajran adalah hal yang dapat menentukan keberhasilan dari sebuah proses pembelajran. Media dan metode yang tepat akan mempermudah siswa dalam memahami materi atau pelajaran yang diberikan oleh guru. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru biologi kelas X SMA Xaverius Pringsewu, guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga mengakibatkan motivasi dan hasil belajar siswa masih rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ajeng Aprilia Lestari (2016) dan Sugiarti (2013), penerapan pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti akan menerapkan kepada siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu pada materi Keanekaragaman Hayati. Dalam hal ini peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture. Diukur berdasarkan pada motivasi dan hasil belajar siswa yaitu aspek afektif dan kognitif. Diharapkan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi Keanekaragaman Hayati. Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat dituangkan dalam bagan 2.1


(52)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

 Pembelajaran yang membawa konsep aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan

 Siswa aktif

 Siswa belajar bertanggung jawab dan bekerjasama dalam tim

 Siswa menjadi berani atau percaya diri

 Meningkatkan pemahaman dan kreatifitas siswa

 Penelitian yang dilakukan oleh Ajeng

Aprilia Lestari (2016), menunjukkan

bahwa penerapan metode

pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas belajar siswa pada materi sistem reproduksi manusia  Penelitian yang dilakukan oleh

Sugiarti (2013), dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi sistem saraf manusia.

Model Pembelajaran kooperatif tipe

Picture and Hasil Observasi :

1. Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru/berbicara dengan teman sebangku

2. Suasana kelas ramai 3. Motivasi siswa

kurang dalam pelajaran

4. Guru menggunakan metode ceramah Observasi

awal

Siswa kelas X PMIIA 2

Motivasi belajar siswa rendah Hasil belajar siswa rendah Motivasi belajar siswa meningkat Hasil belajar siswa meningkat


(53)

K. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu pada materi Keanekaragaman Hayati.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu pada materi Keanekaragaman Hayati.


(54)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional (Basrowi, 2008).

B. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu yang berjumlah 37 siswa.

2. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada materi Keanekaragaman Hayati kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian di SMA Xaverius Pringsewu Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Propinsi Lampung


(55)

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 September 2016 sampai 26 September 2016 semester I (gasal).

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

3. Variabel bebas : penerapan pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture

4. Variabel terikat : motivasi dan hasi belajar siswa kelas X PMIIA 2

D. Rancangan Kegiatan

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart, setiap siklus penelitian meliputi beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah : perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Hasil refleksi digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan yang terjadi dan tingkat pencapaian indikator yang telah ditetapkan. Desain PTK menurut Kemmis dan McTanggart disajikan dalam gambar 3.1.


(56)

Gambar 3.1. Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart (Taniredja, 2011) Penelitian ini didesain dengan melakukan proses pembelajaran

yang dibagi menjadi 2 siklus penelitian. Penjabaran rangkaian kegiatan dilakukan selama proses penelitian adalah sebagai berikut :

1. Siklus I

Rancangan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan sebanyak 2 x 45 menit, terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut : PERENCANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN SIKLUS I

PELAKSANAAN

PERENCANAAN

PENGAMATAN

REFLEKSI SIKLUS II PELAKSANAAN


(57)

a. Perencanaan (planning)

Rencana tindakan siklus I adalah sebagai berikut:

1) Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP dan LKS yang digunakan pada saat melakukan penelitian.

2) Mempersiapkan materi pembelajaran yang diajarkan. 3) Membuat instrumen pengumpulan data, yaitu:

a) Membuat soal evaluasi (tes awal/pre-test dan tes akhir/post-test) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa secara kognitif melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.

b) Membuat lembar observasi untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa secara afektif di dalam kelompok menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.

c) Membuat kuesioner untuk mengetahui motivasi siswa.

b. Pelaksanaan (acting) dan Pegamatan (observing) 1) Tahap pelaksanaan (acting)

a) Siswa mengerjakan soal pre-test sebagai data mengenai kemampuan awal siswa.

b) Menjaring motivasi awal siswa sebelum tindakan siklus I menggunakan lembar kuesioner.


(58)

c) Peneliti menjelaskan secara singkat proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.

d) Peneliti memberikan pengenalan materi terlebih dahulu mengenai materi Keanekaragaman Hayati yang akan dipelajari dengan bertanya kepada siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memotivasi dan mengaktifkan siswa agar lebih siap dalam menerima pelajaran.

e) Peneliti mengajak siswa masuk ke dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-6 orang. Kelompok ini berdasarkan karakteristik kemampuan siswa yang heterogen.

f) Peneliti membagikan gambar tentang Keanekaragaman Hayati ke setiap kelompok.

g) Peneliti membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk didiskusikan oleh siswa.

h) Setelah diskusi selesai dengan waktu yang sudah ditentukan, peneliti memanggil siswa secara acak untuk memasangkan atau mengurutkan gambar sesuai Tingkatan Keanekaragaman Hayati.

i) Peneliti menanyakan alasan siswa menempelkan atau mengurutkan gambar tersebut.


(59)

k) Siswa mengerjakan soal post-test di akhir setiap siklus.

2) Pengamatan (observing)

Tahap observasi ini dilaksanakan oleh peneliti, obsever (guru biologi). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan para siswa yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data peneliti. Selain itu, dalam tahap ini, observer melakukan kegiatan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan, yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa didapatkan melalui lembar observasi yang dilakukan oleh observer pada siklus I.

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Biologi pada materi Keanekaragaman Hayati yang dilaksanakan peneliti dan siswa. Peneliti dan observer mengamati, mengenali dan mendokumentasikan proses, hasil pengaruh dan kemungkinan permasalahan baru yang muncul selama tindakan kelas dilakukan. Data hasil tes kognitif dan lembar observasi aktivitas siswa akan dijadikan bahan analisis atau dasar refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan bagi penyusun rencana tindakan berikutnya.

c. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, hasil yang telah diperoleh selama pembelajaran baik berupa hasil tes, kuesioner awal maupun pengamatan yang


(60)

dilakukan oleh observer dianalisis dan didiskusikan dengan guru pengampu biologi, kemudian diidentifikasi kelemahan serta kelebihan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan apa saja yang belum tercapai pada siklus I. Hasil analisis tersebut kemudian digunakan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dengan memperbaharui pembelajaran dengan dilaksanakan siklus II.

2. Siklus II

Pada tahapan siklus II secara umum sama halnya dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I.

a. Perencanaan (planning)

1) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil dan refleksi pada siklus I.

2) Peneliti dan guru menggali data hasil refleksi siklus I mengenai karakteristik siswa untuk memetakan kembali kelompok baru siswa.

3) Kelompok baru beranggotakan 4-6 siswa dengan tetap memperhatikan sifat heterogen pada anggota kelompok, contohnya siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda. Kelompok ini dibentuk berdasarkan hasil evaluasi siklus I.

4) Menyiapkan seluruh instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.


(61)

b. Pelaksanaan (acting) dan pemantauan (observing) 1) Tahap pelaksanaan (acting)

a) Peneliti menjelaskan secara singkat proses pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture.

b) Peneliti memberikan pengenalan materi terlebih dahulu mengenai materi Keanekaragaman Hayati yang akan dipelajari dengan bertanya kepada siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memotivasi dan mengaktifkan siswa agar lebih siap dalam menerima pelajaran.

c) Peneliti mengajak siswa masuk ke dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-6 orang. Kelompok ini berdasarkan karakteristik kemampuan siswa yang heterogen. d) Peneliti membagikan LKS dan gambar kepada setiap

kelompok untuk didiskusikan oleh siswa.

e) Setelah diskusi selesai dengan waktu yang sudah ditentukan, guru memanggil siswa secara acak dan siswa yang nomornya terpanggil maju ke depan untuk memasangkan gambar atau mengurutkan gambar sesuai dengan materi Tingkatan Keanekaragaman Hayati.

f) Peneliti menanyakan alasan siswa menempelkan atau mengurutkan gambar tersebut.


(62)

g) Peneliti mengklarifikasi hasil diskusi

h) Siswa mengerjakan soal post-test di akhir setiap siklus. i) Menjaring motivasi belajar siswa sesudah tindakan siklus II

menggunakan lembar kuesioner setelah pembelajaran berakhir.

2) Pengamatan (observing)

Tahap observasi siklus II, secara operasional masih sama seperti pada siklus I. Pada tahap ini peneliti/observer mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari pelaksanaan tindakan hanya pada ranah afektif menggunakan lembar observasi. Pengamatan juga menggunakan kamera foto. Pengisian kuesioner motivasi dilakukan sesudah tindakan pembelajaran akhir siklus II dan tes hasil belajar secara teknis sama seperti siklus I.

3) Refleksi (reflecting)

Tahap ini hasil yang diperoleh dari observasi selama proses belajar mengajar, kuesioner, hasil tes dan hasil dari lembar observasi dibahas, setelah itu ditarik kesimpulan apakah tindakan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus ini motivasi dan hasil belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu meningkat.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006), metode penelitian adalah cara yang digunakn oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, sedangkan instrumen


(63)

penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Pada penelitian ini, ada 2 macam instrumen yang digunakan, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

a. Instrumen pembelajaran 1. Silabus

Silabus yang dipakai di kelas X semester I adalah silabus kurikulum 2013 yang berisi kompetensi inti 3 dan 4, kompetensi dasar 3.2 dan 4.2, materi pokok, pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, media, alat dan bahan, silabus dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Rencana Program Pembelajaran (RPP) siklus I dan II

Rencana Program Pembelajaran (RPP) berisi gambaran secara menyeluruh dari materi yang akan disampaikan. RPP ini digunakan agar penyampaian materi dalam pembelajaran di kelas lebih efektif dan efisien. RPP dapat dilihat pada lampiran 2.

3. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang afektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan hasil prestasi belajar. Dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk mengetahui nilai siswa dalam kerjasama kelompok LKS dikerjakan secara kelompok. LKS dapat dilihat pada lampiran 3.


(64)

b. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data digunakan untuk mengambil data yang digunakan hipotesis awal. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengambil data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari masing-masing siklus. Jenis data, cara pengambilan data serta sumber data diuraikan pada tabel 3.1 berikut

Tabel 3.1 Jenis dan Cara pengumpulan Data Jenis data Alat pengambilan

data

Sumber data Cara analisis data 1. Motivasi belajar

2. Hasil belajar a. Kognitif b. Afektif

Kuesioner

Tes

Lembar observasi

Siswa

kualitatif

kuantitatif kualitatif

1. Kuesioner

Kuesioner pada penelitian ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan. Menurut Arifin (2012), kuesioner termasuk alat untuk mengumpulkan data dan mencatat data atau informasi, pendapat dan paham dalam hubungan kausal. Kuesioner motivasi yang digunakan adalah motivasi ARCS. Motivasi model ARCS yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (kepercayaan diri) dan Satisfaction (kepuasan).


(65)

Pada penelitian ini kuesioner motivasi yang digunakan ada dua macam. Kuesioner yang pertama adalah kuesioner yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar awal siswa sebelum diberikan tindakan dan kuesioner yang ke dua adalah kuesioner yang digunakan untuk mengukur motivasi belajar akhir siswa setelah diberi tindakan. Masing-masing kuesioner terdiri dari 20 item. Tiap-tiap pernyataan disediakan empat alternatif jawaban, antara lain sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari item positif dan item negatif.

Indikator motivasi belajar untuk kuesioner motivasi belajar awal dan akhir siswa sebagai berikut:

a. Attention/perhatian b. Relevance/relevansi

c. Confidence/kepercayaan diri d. Satisfaction/kepuasan

Kisi-kisi motivasi belajar awal dan motivasi belajar akhir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 dan 3.3.


(66)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar awal

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar akhir

2. Tes

Dalam penelitian ini, soal tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi Keanekaramagan Hayati. Tes yang digunakan adalah pre-test dan post-test. Pre-test dilaksanakan pada awal pembelajaran siklus I yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pelaksanaan tindakan. Post-test dilaksanakan pada akhir pembelajaran di setiap siklus untuk mengetahui pemahaman siswa setelah

No Indikator Motivasi Belajar Bentuk Pernyataan Pernyataan positif Pernyataan negatif 1. Attention/perhatian 2, 3, 10 1, 6 2. Relevance/relevansi 4, 8, 11 7, 9 3. Confidence/kepercayaan

diri

12, 13, 17 16, 5

4. Satisfaction/kepuasan 14, 15, 19 18, 20

Jumlah pernyataan 12 8

Indikator Motivasi Belajar Bentuk Pernyataan Pernyataan positif Pernyataan negatif 1. Attention/perhatian 2, 6, 9 3, 16 2. Relevance/relevansi 10, 15, 17 7, 19 3. Confidence/kepercayaan

diri

1, 4, 8 5, 14

4. Satisfaction/kepuasan 11, 13, 18, 12, 20


(67)

pelaksanaan tindakan. Bentuk soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pilihan ganda dan tes uraian.

3. Observasi

Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Observasi digunakan untuk mengetahui aspek afektif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh observer.

Berikut adalah kisi-kisi hasil belajar aspek afektif yang digunakan dalam penelitian, dapat dilihat pada tabel 3.4 :

Tabel 3.4. Kisi-kisi Hasil Belajar Aspek Afektif No Tingkat Kategori Aspek yang

diamati

Nomor Aspek yang diamati dalam lembar observasi 1. Receiving (penerimaan) Perhatian siswa

dalam pembelajaran

1

2. Responding (jawaban) Keberanian siswa dalam bertanya dan

mengemukakan pendapat saat kegiatan belajar mengajar 2 3. Valuing (penilaian/pe nghargaan) Menghargai atau menghormati orang lain 3


(68)

No Tingkat Kategori Aspek yang diamati

Nomor Aspek yang diamati dalam lembar observasi 4. Organisation

(pengorganis asian)

Partisipasi siswa dalam pembelajaran

4

5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai

Kemandirian siswa 5

F. Metode Analisis Data 1. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisa data yang berupa angka. Dalam penelitian ini analisa kuantitatif digunakan untuk data berupa hasil tes, observasi dan kuesioner. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan persentase ketuntasan belajar dan mean (rata-rata) kelas. Adapun penyajian data kurantitatif dipaparkan dalam bentuk persentase dan angka dengan mengacu pada referensi Aqib (2010), sebagai berikut:

a. Aspek Kognitif 1) Aspek Hasil Tes

Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai ≥ 70. Apabila nilai kurang dari < 70 siswa dikatakan belum tuntas belajar. Tes yang digunakan dalam aspek kognitif yaitu pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal dan uraian 5 soal.


(69)

Penskoran soal pilihan ganda disesuaikan dengan ketentuan penetapan skor sebagai berikut :

Skor 1, jika memilih jawaban benar.

Skor 0, jika jawaban salah atau tidak memberikan jawaban. Kemudian penskoran soal uraian dilakukan sesuai dengan ketentuan bobot skor setiap soal.

Nilai akhir = Skor pilihan ganda + Skor uraian 2) Analisis Rata-Rata Kelas

Analisa nilai rata-rata kelas diperoleh setelah dilakukan perhitungan nilai ketuntasan individu. Kemudian dianalisis dengan rumus berikut :

Aqib, (2010) Keterangan :

� = Rata-rata kelas

� = Jumlah nilai seluruh siswa

n = Banyaknya siswa yang menjadi subjek

3) Analisis Hasil Tes Ketuntasan Klasikal

Menurut Aqib (2010), ketuntasan klasikal dikatakan telah mencapai target pencapaian sesuai dengan target indikator :

Keterangan : =


(70)

KK = Ketuntasan klasikal

= Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 n = Banyaknya siswa yang mengikuti tes

b. Aspek Afektif

Aspek afektif dalam penelitian ini dapat melalui observasi. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan segala penguasaan aspek afektif yang tampak dalam pembelajaran.

Skor dari lembar observasi kemudian dianalisis, sehingga didapatkan persentase skor hasil observasi aspek afektif dengan rumus sebagai berikut:

Arikunto, (2007) Keterangan :

X = Persentase skor hasil observasi aktivitas siswa y = Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa z = Skor maksimal

Tabel 3.5. Keriteria Hasil Persentase Skor Observasi Aspek Afektif Siswa Terhadap Pembelajaran

Persentase Keterangan

66,68 ≤ q ≤ 100 Tinggi 33,34 ≤ q ≤ 66,67 Sedang

0 ≤ q ≤ 33,33 Rendah

Sumber : Arikunto, (2007). X = x 100%


(71)

Untuk mengetahui persentase dengan kategori afektif tinggi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

siswa kategori aktif tinggi = � � �� � � ���

� � x 100%

c. Motivasi Belajar

Hasil kuesioner dianalisa berdasarkan panduan pemberian skor dapat dilihat pada tabel 3.6

Tabel 3.6. Panduan Pemberian Skor Kuesioner Alternatif Jawaban Skor pernyataan

Positif Negatif

1. Sangat setuju 4 1

2. Setuju 3 2

3. Tidak setuju 2 3

4. Sangat tidak setuju 1 4

Hasil skoring tersebut kemudian dianalisis menggunakan perhitungan motivasi belajar setiap siswa, yaitu jumlah skor yang diperoleh ( �) dibagi skor maksimal (M) dan dikali seratus persen. Bila dituliskan dalam persamaan matematisnya menurut Arikunto (2007), adalah sebagai berikut:

Setelah skor motivasi diperoleh, dilakukan penggolongan skror motivasi belajar sesuai dengan kriteria motivasi belajar. Berikut adalah kriteria motivasi belajar siswa:


(72)

Tabel 3.7. Kriteria Motivasi Belajar Kelas

Interval (%)

Kriteria Motivasi Belajar

81-100 Sangat tinggi

66-80 Tinggi

56-65 Cukup

46-55 Rendah

0-45 Sangan rendah

Arikunto, (2007)

Kemudian untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, peneliti menghitung pencapaian motivasi belajar awal dan akhir berdasarkan banyaknya siswa yang tergolong dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Rumus untuk menghitung pencapaian motivasi belajar awal dan akhir menurut Arikunto, (2006) adalah :

Keterangan :

KM = Ketercapaian Motivasi

= Jumlah siswa dalam kategori tinggi

= jumlah siswa dalam kategori sangat tinggi n = banyaknya siswa

2. Analisis kualitatif

Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan juga dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan deskripsi kata-kata dari hasil


(73)

pengamatan selama proses pembelajran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.8. Tabel 3.8. Indikator Keberhasilan

Aspek Indikator Kondisi Awal Sebelum Penelitian

Target

Kognitif Skor rata-rata kelas

60,00 70 pada siklus II

% pencapaian KKM

31% siswa yang tuntas KKM

70% siswa tuntas KKM Afektif % sikap siswa Belum terukur Siswa mencapai

kriteria Tinggi (T) sebesar 70% Motivasi

Belajar

Motivasi Belajar

Belum terukur 80% siswa minimal memiliki motivasi belajar


(1)

242 Lampiran 32. Sampel Hasil Observasi (afektif siklus II)


(2)

(3)

244 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

246 Lampiran 33. Nilai Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa Kelas X PMIIA 2

HASIL BELAJAR ASPEK KOGNITIF SISWA KELAS X PMIIA 2 SMA XAVERIUS PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

No. Nama Siswa Pre-Test Post-Test I Post-Test II

1. X-1 53 63 97

2. X-2 13 58 89

3. X-3 49 81 90

4. X-4 22 65 91

5. X-5 13 51 91

6. X-6 36 68 85

7. X-7 18 25 61

8. X-8 66 69 96

9. X-9 13 54 76

10. X-10 56 84 96

11. X-11 13 25 76

12. X-12 58 96 97

13. X-13 22 11 86

14. X-14 19 65 65

15. X-15 13 59 83

16. X-16 21 41 92

17. X-17 14 79 88

18. X-18 31 53 91

19. X-19 20 43 83

20. X-20 45 92 97

21. X-21 13 26 97

22. X-22 24 96 85

23. X-23 79 91 93

24. X-24 59 88 97

25. X-25 38 89 92

26. X-26 14 43 24

27. X-27 13 55 96

28. X-28 15 82 95

29. X-29 13 42 65

30. X-30 24 52 93

31. X-31 48 58 92

32. X-32 13 58 95

33. X-33 76 76 97

34. X-34 22 59 59

35. X-35 14 89 89

36. X-36 13 68 97

37. X-37 15 48 80

Rata-rata Nilai 29,40 62,21 85,83

Presentase Siswa Tuntas 5,40% 32,43% 86,48 %

Presentase Siswa Tidak Tuntas 94,59% 67,56% 13,51


(6)

Lampiran 34. Nilai Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa Kelas X PMIIA 2

HASIL BELAJAR ASPEK AFEKTIF SISWA KELAS X PMIIA 2 SMA XAVERIUS PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

No. Nama Siswa Siklus I Siklus II

Afektif Kategori Afektif Kategori

1 X-1 88 Tinggi 92 Tinggi

2 X-2 56 Sedang 80 Tinggi

3 X-3 88 Tinggi 92 Tinggi

4 X-4 84 Tinggi 88 Tinggi

5 X-5 80 Tinggi 80 Tinggi

6 X-6 92 Tinggi 88 Tinggi

7 X-7 72 Tinggi 88 Tinggi

8 X-8 88 Tinggi 96 Tinggi

9 X-9 64 Sedang 80 Tinggi

10 X-10 92 Tinggi 84 Tinggi

11 X-11 96 Tinggi 92 Tinggi

12 X-12 92 Tinggi 88 Tinggi

13 X-13 96 Tinggi 92 Tinggi

14 X-14 56 Sedang 80 Tinggi

15 X-15 72 Tinggi 92 Tinggi

16 X-16 60 Tinggi 80 Tinggi

17 X-17 92 Tinggi 96 Tinggi

18 X-18 80 Tinggi 88 Tinggi

19 X-19 40 Tinggi 72 Tinggi

20 X-20 84 Tinggi 88 Tinggi

21 X-21 92 Tinggi 92 Tinggi

22 X-22 92 Tinggi 88 Tinggi

23 X-23 92 Tinggi 92 Tinggi

24 X-24 44 Sedang 84 Tinggi

25 X-25 72 Tinggi 84 Tinggi

26 X-26 56 Sedang 80 Tinggi

27 X-27 56 Sedang 84 Tinggi

28 X-28 80 Tinggi 88 Tinggi

29 X-29 84 Tinggi 84 Tinggi

30 X-30 84 Tinggi 76 Tinggi

31 X-31 36 Sedang 88 Tinggi

32 X-32 88 Tinggi 88 Tinggi

33 X-33 56 Sedang 76 Tinggi

34 X-34 72 Tinggi 96 Tinggi

35 X-35 52 Sedang 92 Tinggi

36 X-36 84 Tinggi 88 Tinggi

37 X-37 76 Tinggi 80 Tinggi


Dokumen yang terkait

Penggunaan pembelajaran kooperatif model picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa: penelitian tindakan pada siswa kelas IV MI Miftahul Falah Depok

2 5 113

Penggunaan model pembelajaran kooperatif picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa: PTK di MI Miftahul Huda Muhamadiyah Kota Depok.

6 86 107

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Bahasa Indonesia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture pada MI Ziyadatul Huda Jakarta Timur

1 6 128

PENERAPAN MODEL TIPE PICTURE TO PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

0 0 26

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X PMIIA 2 SMA Xaverius Pringsewu pada materi keanekaragaman hayati.

3 26 266

Penerapan pembelajaran kooperatif teknik picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMS Negeri 10 Yogyakarta pada materi animalia.

0 2 188

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia.

2 21 232

Penerapan metode picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada materi biologi vertebrata kelas X SMA GAMA Yogyakarta.

0 0 208

Niken Larasati S841102010

0 0 111

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA Aden Arif Gaffar

0 1 12