Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta panduan kkl sosek

(1)

1

PANDUAN

KULIAH KERJA LAPANGAN

UNTUK M AHASISW A PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEM ESTER IV

Disusun Oleh: Bambang Syaeful Hadi, M .Si

Nurhadi, M .Si

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILM U SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

2

BAB I PENGANTAR

A. Kedudukan Kerja lapangan dalam Kurikulum Geografi

Tercapainya tujuan pembelajaran salah sat unya dit entukan oleh bagaimana kualit as proses pembelajarannya. Salah sat u cara agar t ujuan itu t ercapai adalah dengan penggunaan m et ode yang t epat . Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Djam ari dan Asw an Zain (1997: 85) yang m enyat akan bahwa met ode merupakan salah sat u alat untuk m encapai t ujuan. M et ode dalam kait annya dengan pencapaian tujuan pem belajaran agar dapat m asuk dalam long t erm memory, pernah dinyat akan Sut cliffe (2002: 1), ” I hear I forget ; I see I remember; I do and I underst and” . M et ode m erupakan aspek yang dapat m em perlancar jalan pem belajaran menuju t ujuan yang t elah dirum uskan.

Penggunaan m et ode yang t epat akan membantu dalam m encapai t ujuan pembelajaran dan m em otivasi m ahasisw a unt uk mengikut i kuliah secara bersungguh-sungguh dengan suasana yang m enyenangkan. Banyak m et ode yang dapat digunakan dalam proses pem belajaran geografi. Kenyat aan di lapangan m enunjukkan bahw a pelaksanaan pem belajarani geografi di bangku kuliah m asih m engandalkan m et ode ceramah yang dimulai dari m em berikan pengant ar m engenai mat eri yang akan disam paikan kem udian pem berian informasi secara lisan t ent ang mat eri pelajaran, sehingga kedudukan dosen sangat dominan. Hal tersebut m embuat pelajaran hanya berjalan sat u arah, dimana m ahasisw a hanya pasif mendengarkan, m encat at kem udian m enghafalkan. Suasana t ersebut akan m enimbulkan kejenuhan dan kurang menarik perhat ian mahasisw a dalam pem belajaran. M ahasisw a menjadi kurang berm inat untuk m engikut i kuliah dan part isipasi m ahasisw a dalam proses pem belajaran juga menjadi rendah.


(3)

3

M et ode pem belajaran sebenarnya m erupakan salah satu st rat egi pem belajaran. St rat egi pem belajaran m enurut M art inis Yam in (2005) m encakup st rat egi kognisi, st rat egi merancang t ujuan inst ruksional, st rat egi m em ilih met ode pembelajaran, st rat egi m emot ivasi siswa, st rat egi m em belajarkan sisw a, srat egi penerapan st arndar kompet ensi, dan strat egi penilaian.

Prakt ik Kuliah lapangan (PKL) at au field st udy dan ada yang m enyebutnya out door st udy dalam geografi m erupakan salah st rat egi pem belajaran disam ping pembelajaran dalam ruang (indoor st udy). Studi lapangan merupakan kebut uhan yang t idak dapat dit inggalkan dalam st udi geografi. Oleh karena it u dalam kurikulum Program St udi Pendidikan Geografi FISE UNY, st udy lapangan menjadi m at a kuliah wajib. St udy lapangan dalam sejarah kurikulum Program St udi Pendidikan Geografi m engalami perubahan nam a, antara lain pada Kurikulum 1984 bernam a Prakt ik lapangan Geografi (PLG), pada kurikulum 1994 m enjadi Kuliah Kerja lapangan, dan pada Kurikulum 2000 dan 2002 m enjadi Prakt ik Kuliah Lapangan (PKL).

PKL t erbagi menjadi 3 m acam PKL, yakni PKL Geografi Dasar, PKL Geografi Sosial Ekonomi, dan PKL Geografi Terapan masing-m asing m em punyai bobot 1 SKS. PKL Geografi dasar dilaksanakan oleh m ahasisw a sem est er 2, PKL Geografi Sosial Ekonomi dit em puh oleh m ahasisw a sem est er 4 dan PKL Geografi Terapan dilaksanakan oleh m ahasisw a semest er enam.

B. Urgensi dan Tujuan Kerja lapangan

St udi lapangan dalam perspekt if kurikulum berbasis kom pet ensi (KBK) m erupakan upaya kont ekst ualisasi objek kajian geografi, m endekat kan t eori dengan kenyat aan di lapangan, dan m elatih mahasiswa untuk melakukan pem ecahan masalah dengan m engaplikasikan berbagai alt ernat if t eori yang t elah dipelajari di bangku kuliah. Studi lapangan juga mem ungkinkan dosen unt uk menerapkan berbagai st rat egi pem belajaran, sehingga berbagai


(4)

4

kom pet ensi dasar yang diam anat kan kurikulum georafi dapat t ercapai secara opt im al.

Kerja lapangan merupakan unsur yang sangat pent ing dalam kurikulum geografi, karena kerja lapangan m erupakan hal yang sangat m endasar bagi geografer untuk m em aham i dunia. M enurut Sauer sebagaimana dikut ip Rice and Bulm an, (2001) latihan dasar bagai seorang geografer adalah dengan m endat angi objek yang hendak dipelajari dimanpun yang m em ungkinkan dengan melakukan st udi lapangan. M enurut Rice dan Bulm an (2001) kerja lapangan m em punyai nilai penting sebagai berikut:

1. M emperkuat aspek-aspek yang t elah dipelajari dari pem belajaran berbasis kelas

2. M enumbuhkan ide-ide baru dan m em prakt ikkan kemam puan-kem am puan baru bagi pesert a didik

3. Kont ekst ualisasi objek geografi dengan kehidupan pesert a didik secara nyat a.

4. M ahasisw a dapat menghubungkan ant ara konsep kognit if dengan realit as objek

5. M elat ih mahasisw a untuk menerapkan met odologi penelit ian geografi 6. M elat ih m ahasisw a unt uk m enghadapi berbagai perm asalahan dan

mengajukan alt ernat if soslusi berdasarkan ilmu geografi

7. M empersempit kesenjangan ant ara ret orika t eori dengan kenyat aan 8. Tujuan ranah kognit if, afekt if, dan psikomotor dapat t ercapai secara

efekt if (M arot z and Rusndst rom, 1986; M cEwen, 1996; Rice and Bulman, 2001)

9. M ahasisw a dapat m em peroleh pengalam an melakukan penelit ian secara original

10. Berpengaruh secara positif t erhadap pembent ukan sikap m ahasisw a ke arah konsep lingkungan, lebih t erm ot ivasi, dan suasana pem belajaran yang m enyenangkan.


(5)

5

St udi lapangan juga memungkinkan guru dapat secara leluasa melaksanakan st rat egi pembelajaran dengan kerangka kerja yang t erukur dan t erarah. Suat u kerangka konsept ual untuk st udi lapangan dengan tingkat an akt ivit as memungkinkan 3 pendekat an st udi lapangan secara int er-linked, yakni observasi, invest igasi, dan inquiry. Pendekatan-pendekat an t ersebut dapat meningkat kan kemampuan m ahasisw a dari sekedar diarahkan dosen, kualit at if, dan preskript if m enjadi diarahkan m ahasiswa, interakt if, dan open-ended. Untuk dapat mem ahami kerangka kerja dengan ket iga pendekat an t ersebut perhatikan t abel 1 berikut .

Tabel 1. Kerangkakerja untuk mengkonduksi kerja lapangan

Observasi Investigasi Inquiry

Jenis aktivitas m elihat dan m engamat i

M empelajari medan

Discovery lapangan

m elihat dan

m endengar

Pengukuran lapangan

M engajukan hipot esis

Wisat a t erbimbing Penyelidikan M enguji hipot esis Demonst rasi

lapangan

M enguji m odel Pem ecahan m asalah

Karakteristik Transm isi pasif akt if Int erakt if

Terpusat pada guru Dipimpin guru/ dosen, berpusat pada mahasisw a

Berpusat pada m ahasisw a

Int erpret if

Fokus khusus sist em at is Open-ended

Kualit atif Kuant it at if

(berorient asi dat a)

Kualit atif dan Kuant it at if

Berorient asi observasi

Berorient asi pengukuran

Berorient asi hasil (dam pak)

Berbasis inform asi Berbasis akt ivit as Berbasis discovery (int erpret if) Diadapt asi dari Bland et al, 1996


(6)

6

Adapun tujuan tujuan kerja lapangan geografi menurut Kent , M . et al sebagaimana dimodifikasi oleh Rice and Bulman (2001) adalah sebagai berikut :

1. Tujuan spesifik-subjek:

a. M engajarkan m et ode penelit ian dan t eknik-t eknik lapangan secara khusus

b. M enggunakan dat a eksperim ent al untuk m em ecahkan masalah-m asalah khusus

c. M endemonst rasikan t eori dalam prakt ik

d. M enanam kan kesadaran m engenai t empat -t empat dan budaya-budaya lain

e. M enerangkan kepada pelajar t ent ang berbagai variasi pendekat an dalam suat u disiplin ilmu

f. M elat ih m ahasisw a untuk m elakukan penelit ian secara independen g. M enyediakan m at erial nyat a dan kont eks geografis

h. M engasah kem am puan analisis dan int erpret asi

i. M engajarkan mahasisw a unt uk m engobservasi, mengukur, dan m erekam .

2. Keahlian yang dapat dit ransfer

a. M enugaskan m ahasisw a untuk menajukan pert anyaan dan m engident ifikasi m asalah

b. M enst imulasi berpikir independen

c. M em ot ivasi dan m engajarkan m ahasisw a unt uk m enjadi pem belajar self-direct ed

d. M em pert ajam kem am puan mahasisiw a unt uk m em presentasikan dan m engkom unikasikan gagasannya

e. M engem bangkan kemampuan kerja kelompok f. M engembangkan kem ampuan kepem im pnan

g. M em bangun kesadaran t ent ang kesejajaran ant ara kemampuan yang dipew rlukan dalam kerja lapangan dan pekerjaan di dunia nyat a


(7)

7

3. Kemampuan sosialisasi dan pengem bangan kepribadian a. M enst imulasi dan mengasah antusiasme untuk belajar b. M engembangkan rasa sayang t erhadap lingkungan

c. M em perkuat dan m engem angkan int egrasi sosial ant ar m ahasisw a d. M em perkokoh relasi m ahasisw a dengan dosen/ karyaw an

C. Standar Kompetensi PKL

Kompet ensi secara definitif adalah kem am puan dasar yang dapat dilakukan pesert a didik pada tahap penget ahuan, ket eram pilan, dan sikap. Kem am puan dasar ini dijadikan sebagai landasan m elakukan proses pem belajaran dan penilaian. Kompet ensi m erupakan t arjet , sasaran, st andar dalam menyampaiakan mat eri pelajaran yang penekanannya adalah t ercapainya t ujuan (M at inis Yamin, 2005). St andar kom petensi PKL Geografi Sosial Ekonom i m encakup penerapkan pendekat an geografi unt uk m enganalisis dan m ensit esis ket erkait an 3 ranah, yakni lingkungan perdesaan

(rural environment ), pengem bangan keahlian (skills development ), dan lingkungan kot a (urban environment ). Dalam hal ini tim dosen pembina PKL dapat m engem bangkan kompet ensi yang t elah dirumuskan dalam kurikulum.

Sebagai contoh untuk m asing-masing aspek dapat disebut disini. Aspek lingkungan perdesaan ant ara lain mencakup kepariw isat aan versus preserrvasi sejarah/ budaya pot ensi konflik), pem et aan penggunaan lahan (asosiasinya dengan kem iringan, geologi, dll), hubungan ant ara berbagai variabel sosial ekonom i (pendapat an, kem iskinan, pengangguran, ket enagakerjaan dengan fakt or fisiografis). Aspek pengem bangan keahlian, ant ara lain penilaian dam pak lingkungan, m embaca dat a t abulasi t ent ang penduduk, t eknik m engeksplorasi masalah-masalah sosial ekonomi yang t erkait dengan kondisi geografis, kem am puan melakukan analisis m salah sosial ekonomi penduduk suat u t em pat . Aspek lingkungan perkot aan ant ara lain m enganalisis perm ukim an (st rukt ur dan perubahan, pengelompokan


(8)

8

pusat -pusat akt ivit as bisnis, hirarkhi nilai-nilai lahan. M enilai planning perkot aan dengan realit as, m enilai dan memet akan perubahan penggunaan lahan kot a, m enganalisis perm asalahan sosial ekonomi penduduk kot a pada berbagai lokasi secara hirarkhi dari pusat kot a sam pai daerah pinggiran.

Kompet ensi m inimal yang perlu dimiliki m ahasisw a pesert a PKL adalah m engident ifikasi masalah sosial ekonomi penduduk yang berkait an dengan aspek geografis, m em ilah-milah masalah-masalah yang ada berdasarkan karakt erist ik disiplin ilmu geografi, m enent ukan cara pengumpulan dat a, m engorganisasikan dat a, m enganalisis dat a, m enyajikan dat a secara manual m aupun digit al dalam bentuk num erik m aupun display pet a, m em berikan alt ernat if pem ecahan m asalah berdasarkan pendekat an ilmu geografi.

D. Proses Studi lapangan

Untuk dapat melakukan kerja lapangan secara baik dengan harapan t ujuannya dapat t ercapai maka diperlukan proses yang sist emat is dan t erencana. Proses kerja lapangan m enurut Blin et al (dalam Rice and Bulman, 2001) m encakup langkah sebagaimana t ert era pada gambar berikut .

BAB II

Obser vasi M endengar M enulis M enggam bar M emot ret (fot ografi) M engikut i suat u alur

M engukur M ent abulasi M ensurvei/ sam pel M engkalibrasi M em pet akan

M em pert anyakan

M emformulasikan hi pot esis M enguji hipot esis

M emecahkan masalah M engajukan pert anyaan baru


(9)

9

BAB II

DESAIN DAN RENCANA KERJA LAPANGAN

A. Pendesainan Kerja lapangan

Untuk dapat melakukan kerja lapangan dengan baik diperlukan perencanaan yang m at ang. Penyusunan desain, rencana, dan im plem ent asinya di lapangan m em erlukan akurasi yang t inggi agar t idak t erjadi kekeliruan yang dapat berakibat pada tidak t ercapainya t ujuan kerja lapangan secara optim al dan keselemat an kerja yang tidak t erjamin.

Tahap-t ahap kerja lapangan m encakup: (1) pendesainan kerja lapangan, m encakup: seleksi akt ivit as, seleksi lokasi, Inklusivisasi: kerja lapangan untuk semua mahasisw a dengan kebutuhan khusus; (2) Perencanaan kerja lapangan m encakup: persiapan dokumen, persiapan lokasi, dan pem bimbingan dan pengarahan; (3) M elakukan kerja lapangan meliput i akt ivit as: pengumpulan data, persiapan buku cat at an lapangan dan sheet dat a, dan peralat an lapangan; (4) analisis dat a dan present asi hasil kerja lapangan; dan (5) penilaian.

Dosen perlu mem aparkan pent ingnya st rat egi pem belajaran dengan m engadakan kerja lapangan untuk m em pert ajam pem belajaran, pendidik harus m emilih jenis kerja lapangan apa yang hendak diselenggarakan. Dengan asumsi bahwa kerja lapangan yang diselenggarakan dalam kont eks m encapai tujuan pembelajaran, maka pendidikan harus secara jelas m endefinisikan dan m enunjukkan bagaim ana tujuan-t ujuan kerja lapangan berkait an dengan t ujuan pem belajaran di ruang kelas. Jenis kerja lapangan t ergant ung pada level bekal pem aham an dan keahlian m ahasisw a (lihat t abel 1). Pada PKL Geografi dasar m isalnya t idak perlu sam pai pada analisis st at ist ik inferensial. Pada PKL Geografi Fisik sudah mulai dilakukan analisis korelasi ant ara kondisi fisik w ilayah d engan kenampakan bent ang budaya yang ada di w ilayah t ersebut .


(10)

10

B. Pemilihan Aktivitas

Akt ivit as yang akan dilakukan oleh m ahasisw a dipilih dan dit et apkan berdasarkan m et ode penelitian yang akan dilakukan. M et ode penelit ian yang m engehendaki m ahasisw a untuk m elakukan w aw ancara, m aka akt ivit as ut am a m ahasiswa adalah serangkaian kegiat an yang berkaiatan dengan w awancara, yakni dari waw ancara, koding, editing, t abulating, dan analisis dat a. Bila kegiat annya berupa observasi, maka m ahasisw a dipersiapkan untuk m elakukan akt ivitas observasi dengan t ingkat an yang diseusikan dengan pokok maslah yang hendak dicari jaw abannnya, apakah kegiat an cukup dengan observasi (lihat , amati, dengar), at au perlu dengan invest igasi (m engukur, m enyelidiki, m enguji) dan inquiry (penemuan, m enyusun dan m enguji hipot esis, dan mem ecahkan masalah).

Ket iga akt ivit as t ersebut memiliki kadar keakt ifan dan karakt erist ik yang berbeda oleh karena it u perlu didisain secara akurat . Pert imbangan dalam pem ilihan akt ivit as didasarkan pada jenis masalah yang akan dit elit i, disain pem belajaran (pola int eraksi dosen dan mahasisw a), jenis dat a yang akan dikumpulkan (kualit at if at au kuant it at if), basis (berbasis inform asi, akt ivit as, at au inpret at if), dan orient asi (pengam at an, pengukuran, at au out com e/ dampak).

C. Pemilihan Lokasi

Lokasi unt uk kegiat an KKL ini dit entukan berdasarkan pert im bangan keberadaan gejala sosial ekonomi yang sesuai dengan t em a penelitian (KKL). Kekeliruan yang acapkali t erjadi adalah m enent ukan alt ernat if daerahnya lebih dahulu kemudian baru dicari masalahnya.

Untuk keperluan latihan penelitian bagi mahasisw a, m aka sebaiknya dicari daerah dengan kondisi gejala yang m enonjol, sehingga mahasisw a lebih t ert arik dan dengan mudah mem baca gejala t ersebut berdasarkan kacamat a geografi. Disam ping itu perlu mem pert imbangkan t ingkat kemudahan dalam m enjangkau daerah t ersebut , sehingga meskipun daerah t ersebut secara ilm u


(11)

11

geografi m em iliki gejala yang represent at if t et api bila sulit dijangkau m aka perlu dicari alt ernat if daerh lainnya. Secara sederhana pem ilihan lokasi untuk KKL sosial ekonom i ini didasarkan fakt or-fakt or berikut :

1. Kesesuaian lokasi dengan t em a KKL 2. Kenam pakan gejala menonjol 3. Lokasi m udah dijangkau 4. Am an untuk didat angi

5. Relat if murah biaya untuk m endat anginya 6. Ket ersediaan dat a aw al t ent ang lokasi t ersebut

Suatu cont oh alt ernatif lokasi yang mencerminkan syarat -syarat di at as, ant ara lain:

1. Daerah Dieng (Wonosobo)

Daerah dengan fenom ena mat a pencahariaan penduduk dan karakt erist ik demografisnya yang khas sebagai w ujud int eraksi dengan kondisi fisiografis. Lereng pegunungan dengan suhu yang cukup dingin dan kondisi t anah yang mendukung (Jika anda m elakukan kegiat an di daerah ini, ukurlah suhunya dan t elit ilah jenis t anah dan unsur hara yang dikandungnya) t erjadi fenom ena m at a pencaharian penduduk dalam bidang pert anian kent ang. Pem budidayaan t anam an kent ang t ernyat a dapat mendongkrak t ingkat ekonomi penduduk. Pengem bangan kaw asan hut an m enjadi lahan budidaya kent ang m enyebabkan t erjadi kerusakan lahan yang luar biasa, sehingga perlu dilakukan usaha konservasi.

2. Daerah Kam pung Laut dan sekit arnya, Cilacap.

Daerah t ersebut m em iliki fenom ena geografis yang m enarik. Sebagaim ana umum nya penduduk pesisir bermat a pencahariaan sebagai nelayan dan pekerjaan yang t erkait dengan pernelayanan. Seiring dengan perkembangan Segara Anakan yang m erupakan t empat untuk m encari ikan bagi penduduk, t erjadi pula dinamika akt ivit as penduduk. Sedim ent asi Sungai Cit andui menyebabkan Segara Anakan m engalami


(12)

12

pendangkalan, bahkan sebagian t elah m enjadi darat an dan dim anfaat kan oleh penduduk untuk mem budidayakan t anam an pert anian. Sedim ent asi t elah m empengaruhi perubahan bent uk penggunaan lahan dan t ransformasi m at a pencahariaan dan t enaga kerj a, yakni dari nelayan ke pert anian.

3. Daerah Soka dan sekit arnya, Kebum en

Soka merupakan merupakan daerah yang akt ivit as penduduknya sangat khas, yang dalam bidang indust ri gent eng. Indust ri gent eng Soka sudah sangat t erkenal secara nasional. Pengaruh jenis t anah yang sesuai untuk pembuat an gent eng m enyebabkan penduduk t erm ot ivasi untuk berkecimpung dalam indust ri gent eng. Jenis tanah yang ada muncul sebagai hasil dari proses penghancuran batuan induk yang ada di pegunungan daerah Karangsam bung. Permasalahan yang yang dapat dicari jaw abannya berkait an dengan kegiat an KKL Sosek di daerah ini ant ara lain: seberapa besar pengaruh kondisi fisik t erhadap mat a pencahariaan penduduk, seberapa besar bidang indust ri gent eng menyerap t enaga kerja, seberapa besar besarnya sumbangan indust ri gent eng t erhadap pendapat an penduduk, bagaim ana pola pem asaran produksi gent eng, dan bagaim ana upaya konservasi yang t elah dilakukan penduduk t erhadap lahan-lahan bekas penggalian bahan untuk pembuat an gent eng.

4. M langi dan sekit arnya

M langi merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kabupat en Slem an yang m empunyai karakt erist ik sosial ekonom i yang spesifik. Secara fisiografis daerah ini merupakan dat aran, dengan kondisi irigasi yang baik sehingga lahan saw ah dimanfaat kan oleh penduduk untuk pert anian padi. M at a pencaharian selain bidang pert anian adalah bidang konveksi. M enjahit dan pekerjaan lain yang berkait an dengan pembuat an busana menjadi ket eram pilan yang banyak dikuasi oleh penduduk set empat ,


(13)

13

sehingga dari pekerjaan m enjahit inilah kesejahteraan penduduk dapat t ercapai secara cukup merat a. Fenom ena sosial yang m enarik adalah bahw a daerah ini m emiliki relijiusit as t inggi, t ercerm in dari bert ebarnya sejumlah pondok-pondok pesant ren. Pondok-pondok pesant ren t ersebut dilihat dari ukurannya m em ang kecil-kecil karena dikelola oleh keluarga-keluarga. Fenom ena unik dari pondok pesant ren di M langi adalah banyak sant ri yang pada siang hari bekerja dalam bidang konveksi, sehingga sant ri dapat m andiri.

5. Daerah-daerah lainnya

D.Perencanaan

Perencanaan kegiat an KKL mencakup persiapan t eknik dan nonteknis. Perencanaan t eknis t erkait dengan t ugas kepanit ian. Perencanaan t eknis t idak perlu sem uanya t ercant um dalam proposal, meskipun pada proposal t erdapat pula sebagaian perencanaan t eknis. Perencanaan t eknis ant ara lain m eliputi: akomodasi, konsum si, t ransport asi, dokum ent asi, anggaran, m engat ur pert emuan dengan w arga, set t ing acara (pert emuan dengan w arga, kepala desa/ sesepuh, diskusi), dan lain-lain. Perencanaan t eknis ini perlu didukung inform asi yang akurat , karena inform asi yang t idak lengkap dan akurat dapat m engacaukan jalannya kerja lapangan.

Perencanaan nont eknis at au yang bersifat akadem ik harus t ert uang secara jelas dalam proposal. Oleh karena pent ingnya perencanaan m aka dalam pembuat an proposal perlu melalui bimbingan dosen pembimbing KKL. Adapun komponen proposal yang perlu diperhat ikan agar mem enuhi st andar m inimal adalah sebagai berikut :

A. JUDUL

Cantum kan judul secara singkat , usahakan t idak lebih dari 20 kat a, m engandung variabel, ket erkait an, dan lokasi.


(14)

14

Latar belakang berisi t ent ang alasan munculnya masalah yang diangkat , didukung dat a yang menunjukkan t erjadinya m asalah. Dat a m encerm inkan adanya kesenjangan ant ara fakt a yang t erjadi di daerah yang akan dit elit i dengan dat a yang seharusnya. Secara t eoret ik seharusnya t idak t erjadi fakt a sebagaimana t ercerm in pada dat a.

C. IDENTIFIKASI M ASALAH

Berdasarkan deskripsi yang t ert era pada lat ar belakang m asalah, dapat dikenali beberapa masalah yang mungkin jumlahnya sangat banyak. M asalah merupakan kesenjangan ant ara fakt a yang terjadi dengan yang seharusnya t erjadi.

D. PEM BATASAN M ASALAH

Dari sejumlah m asalah yang berhasil diidentifikasi t idak sem uanya dit elit i, t et api masalah harus dipilih berdasarkan urgensi m asalah dan dengan tujuan penelitian. Tidak mungkin sem ua m asalah dit elit i karena hal itu berart i m enam bah biaya, t enaga, dan w akt u disam ping m enyimpang dari tujuan yang t elah direncanakan. Juga mungkin t idak sesuai dengan t injauan disiplin ilmu yang dit ekuni penelit i. Dengan dem ikian, m ungkin dari 10 masalah yang berhasil diket em ukan hanya 2 sampai 5 m asalah saja.

E. PERUM USAN M ASALAH

M asalah yang t elah dipilih selanjutnya perlu dirumuskan secara sederhana dan lugas t et api m engandung t ant angan untuk m enjawabnya. M asalah dapat dirumuskan dalam bent uk pert anyaan m aupun dalam bentuk pernyat aan, t et api umumnya dirumuskan dalam bentuk pert anyaan.

F. TUJUAN KEGIATAN

Tujuan kegiat an/ penelit ian harus relevan dengan rum usan masalah yang t elah dit et apkan. M isalnya rumusan m asalah berbunyi: apakah


(15)

15

t erdapat perbedaan yang nyat a dalam hal pola kerja penduduk ant ara m asyarakat w ilayah A, B, dan C?, maka tujuan kegiat an adalah m enget ahui perbedaan pola kerja ant ara penduduk w ilayah A, B, dan C. Unt uk diperhatikan bahw a t ujuan, rumusan masalah, dan bat asan m asalah harus relevan.

G. M ANFAAT KEGIATAN

M anfaat kegiat an dapat dibedakan m enjadi dua, yakni manfaat t eoret is dan prakt is. M anfaat t eoret is berkait an dengan sumbangsih hasil penelit ian t erhadap suatu disiplin ilmu at au paling t idak t erhadap t eori yang t elah ada pada disiplin ilmu yang bersangkut an, m isalnya: menemutunjukkan fakt or penyebab seragamnya pola kerja penduduk A, B, dan C.

H. KAJIAN PUSTAKA

Kajian pust aka berisi t eori-t eori dan dat a yang berasal dari dokumen at au pust aka dengan m aksud untuk m endukung perm aslahan yang sedang diangkat at au untuk m enunjukkan pust aka yang m ungkin seiram a at au bahkan bert ent angan dengan t em a yang diangkat . Dengan kajian pust aka ini dapat ditunjukkan posisi permasalahan yang diangkat peneliti dalam konst elasi diskursus suat u disiplin keilm uan. Disamping itu dapat ditunjukkan orisinalitas penelit ian yang akan diangkat . Orisinalit as t idak harus secara m enyeluruh, m ungkin pada m eodologinya, pendekat annya, lokasi, karakt erist ik subjek penelitian, waktu penelit ian, dan lain-lain. Perlu diket ahui bahw a bahan pust aka yang baik adalah pust aka yang m ut akhir (usia tidak lebih dari 10 t ahun), ditulis oleh ahlinya, dokumen resmi, dit erbit kan oleh lem baga t erpercaya. Bobot pust aka yang paling t inggi adalah jurnal penelitian/ m ajalah ilm iah.


(16)

16

Kerangka berpikir berisi uraian m engenai bagaimana alur pemikiran dari m asalah yang diangkat . Alur pemikiran secara rasional suat u m asalah dapat diturunkan dari sebuah m asalah yang lebih besar. Dengan kat a lain, kerangka berpikir merupakan pet a m asalah dalam suat u disiplin ilmu.

J. PERUM USAN HIPOTESIS

Tidak semua penelit ian berm aksud untuk menguji suatu hipot esis, t et api jika suat u m asalah secara m et odologis mem ang m em erlukan hipot esis sebagai jaw aban sem ent ara at as suat u m asalah agar dapat diuji, maka perlu dirumuskan hipot esisnya baik hipot esis nihil (Ho) m aupun hipot esis alt ernat if (Ha).

K. M ETODE PENELITIAN

1. Lokasi dan W aktu Penelit ian 2. Popolasi dan Sampel

3. Teknik pengambilan Sampel 4. Teknik pengumpulan dat a 5. Inst rumen penelit ian 6. Pengolahan dat a 7. Teknik analisis dat a L. JADWAL KEGIATAN

Jadw al berisi jenis kegiat an t ahap dem i t ahap dan t arjet w akt u pelaksanaan m asing-m asing t ahap. Bila kegiat an t erlalu banyak, sehingga t idak t erm uat dalam sat u lembar, m aka jadw al ini dapat dipasang pada bagian lampiran. Pada bagian proposal cukup dicantum kan kalim at: persiapan sampai penyelesaian kegiatan akan dialksanakan pada t gl xx s.d xx, jadw al kegiat an secara lengkap dapat dilihat pada lampiran xx.


(17)

17

Rencana anggaran m em uat rincian: (1) sumber m asukan besert a jumlah dana yang t elah ada dan sumber pot ensial (2) jumlah pengeluaran besert a jenis kebutuhan. Bila rincian ini tidak cukup dengan display 1 lem bar, sebaiknya dilet akkan pada bagian lampiran. N. SUSUNAN PANITIA (dapat dilet akkan di lampiran bila tidak dapat

dit am pilkan dalam satu lembar) O. DAFTAR PUSTAKA

P. LAM PIRAN

Sebagai cat at an dalam pem buat an proposal adalah proposal berbeda dengan laporan. Dalam proposal tidak dibuat dalam bent uk bab-bab, di dalam proposal t idak ada bab. Bab hanya ada dalam laporan kegiat an/ penelitian. Susunan proposal hanya dengan urut an huruf besar dari A-Z diurut kan hingga selesainya sem ua kom ponen.

E. Pembimbingan dan Pengarahan

Pembim bingan (briefing) dan pengarahan (direct ing) merupakan kegiat an pent ing yang w ajib dilakukan sebelum m ahasisw a t erjun ke lapangan. Keberadaan pem bim bing KKL mutlak diperlukan. Tugas dosen pembimbing adalah mem berikan bekal mat eri yangberkait an dengan kerja lapangan dari penyusunan t em a kegiat an, pemberian gambaran aw al m engenai daerah yang hendak dituju, penyusunan proposal dan inst rumen penelitian, pengumpulan dan pengolahan dat a, pengorganisasian data, analisis dat a, int erpret asi dat a, penyusunan laporan, dan evaluasi.

Pembim bingan aw al yang dilakukan di kampus at au dikenal dengan ist ilah pem bekalan, merupakan kegiat an yang wajib diikuti oleh m ahasisw a. Kegiat an pem bimbingan dilakukan oleh Tim dosen pem bimbing at au dapat pula dengan m endat angkan nara sumber yang berkai t an dengan t em a yang akan dit elit i. Unt uk keperluan lancarnya kegiat an, maka set iap m ahasisw a harus m em enuhi syarat 75% hadir dalam frekuensi pembimbingan yang


(18)

18

dilaksanakan secara klasikal. Pem bimbingan dapat diakukan sem inggu sekali dan dapat dit ambah bila diperlukan.

Kegiat an pengarahan berkait an dengan penentuan lokasi KKL agar lokasi yang dipilih oleh m ahasiswa m em enuhi syarat sesuai t em a KKL. Pengarahan juga t erkait dengan efisiensi at au st rat egi kerja lapangan, keamanan kegiat an, pengenalan lokasi.

F. Keamanan kerja lapangan

Fakt or keamanan merupakan aspek pent ing yang perlu dipert im bangkan. Kem ungkinan ancaman baik yang bersum ber dari fakt or sosial-budaya m aupun aspek alam harus dapat diidentifikasi oleh Tim pre-survey. Ancaman sosial budaya misalnya berupa perbedaan adat ist iadat ant ara m ahasisw a dengan adat istiadat t em pat yang didat angi bila t idak diantisipasi dapat m enjadi ancam an keam anan. Situasi sosial yang sedang t erjadi juga perlu diident ifikasi agar jangan sampai KKL berada pada suat u daerah yang sedang t erjadi konflik.

Sumber ancaman keam anan yang bersum ber dari alam juga perlu diperhat ikan m engingat bahw a m edan yang didat angi merupakan t empat yang sama sekali baru bagi m ahasiswa. Keadaan lereng yang curam , lika-liku jalan, t anah yang mungkin licin, ancam an binat ang buas, dan lain-lain.

Untuk keperluan keam anan kerja lapangan ini, m aka dalam kepanitian perlu dibentuk seksi kem anan yang dapat bekerja unt uk melakukan presurvey, penyiapan peralat an kemanan, dan m elakukan negosiasi dan bekerja sama dengan kepala kem anan set empat . Sebagai cat at an, m engingat fakt or keamanan m em egang peranan sangat penting, m aka hindarilah lokasi yang memiliki resiko keam anan tinggi.

Fakt or resiko keamanan yang bersifat fisiografis m emang lebih m udah diident ifikasi, t et api resiko nonfisiografis, t erut am a kultur, di m anapun akan ada resiko. Oleh karena it u fakt or kultur inilah yang perlu mendapat perhatian


(19)

19

lebih. Suatu daerah secara fisiografis mungkin t idak m engandung resiko, t et api secara kult ur dan sosial past i memilikinya.

BAB III

KONSEPSI DAN PENGUKURAN GEJALA SOSIAL EKONOM I

A. Pendahuluan

Salah sat u hal pent ing yang perlu diket ahui untuk m em aham i kondisi sosial ekonomi suatu masyarakat adalah bahw a kondisi sosial ekonom i sangat t erkait dengan ruang dan w aktu. Ini berart i bahwa sangat besar kem ungkinan kondisi sosial ekonom i suatu w ilayah berbeda dengan wilayah lainnya

(socio-economic differenciat ion). Akibat nya untuk melakukan generalisasi seringkali sangat sulit. Disamping itu, perubahan kondisi sosial ekonom i di suatu w ilayah m erupakan proses yang sangat cepat dan dinam is. Berdasarkan dua hal t ersebut , pert anyaan “ where” dan “ w hen” m erupakan hal penting untuk m em aham i kondisi sosial ekonom i suatu m asyarakat .

Selain unsur di at as, hal lain yang juga pent ing secara konsept ual adalah m em aham i proses dan mekanisme yang berlangsung sehingga m enghasilkan suat u kondisi sosial ekonomi t ert ent u. Pemahaman t ersebut m erupakan bagian yang t ak t erpisah untuk menjelaskan mengapa kondisi sosial ekonomi t ert ent u t erdapat di wilayah t ert ent u dalam w akt u t ert ent u, sem ent ara di lain t empat kondisinya berbeda. Hal ini m engandung pengert ian bahw a jawaban t erhadap pert anyaan “ how ” dan “ why” m erupakan hal pent ing lainnya di luar dua pert anyaan yang t elah disebut kan sebelumnya. Secara lengkap sedapat m ungkin dapat m enjawab pert anyaan 4WH

Untuk dapat m em aham i permsalahan di lapangan maka pemahaman yang benar mengenai pengert ian sosial-budaya, sosial-ekonomi, maupun sosial itu sendiri. Pembahasan ini merupakan bagian sari pert anyaan lain yang


(20)

20

sangat pent ing, yaitu “ apa” . Pert ama, sering dicampuradukkan penggunaan ist ilah-istilah t ersebut , sehingga kadang t erdapat tumpang t indih dalam penurunannya ke t ingkat variabel yang lebih rinci. M asalah pengukuran sosial-ekonomi makin penting, karena m akin disadari bahw a kesejaht eraan manusia t idak dapat diukur hanya dengan m enggunakan krit eria fisik dan ekonomi saja. Kedua, karakt er dari variabel sosial ekonom i adalah berkait an erat dengan variabel di luarnya. Variabel sosial ekonomi yang berbeda akan m em punyai pola hubungan yang berbeda dengan variabel di luarnya. Hal ini disebabkan masing-m asing variabel sosial ekonom i m empunyai sensit ifit as yang berbeda t erhadap pengaruh variabel di luarnya. Pem aham an ini akan m elat ih mahasisw a untuk sensit if t erhadap segala perubahan sosial ekonomi yang t erjadi di sekit arnya.

Dalam kont eks disiplin ilmu geografi, pengert ian sosial-ekonom i t idak dapat dipisahkan dari int eraksinya dengan lingkungan alam. Hubungan ant ara kondisi sosial ekonomi dan lingkungan alam bersifat “ reciprocal” (t imbal balik). Int ensit as hubungan t ersebut pada akhirnya akan menjadi unsur ut am a dalam proses pem bangunan. Dengan dasar t ersebut sejak beberapa w akt u yang lalu kesadaran mengenai int eraksi ant ara lingkungan sosial dan lingkungan alam mulai menjadi bagian yang sangat pent ing dalam diskusi m engenai proses pembangunan nasional.

Secara mikro, variabel sosial ekonomi m erupakan refleksi perubahan akt ivit as individu dan/ at au kelom pok sebagai hasil dari proses adapt asi t erhadap lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial ekonomi. Secara m akro, dinamika sosial ekonomi yang t ergam bar dari variabel-variabelnya, m erupakan indikat or perkem bangan suat u w ilayah. Keberhasilan at au kegagalan suat u pem bangunan dapat dicerminkan oleh perubahan variabel sosial ekonomi di w ilayah t ersebut.


(21)

21

Secara umum unsur-unsur lingkungan sosial ekonomi mencakup t iga aspek ut am a, yakni unsur sosio-budaya, demografi, dan ekonomi. Suatu analisis sosial ekonom i akan dianggap lengkap jika penyajiannya m encakup inform asi unsur-unsur pokoki t ersebut . M asalah yang dihadapi dalam kerangka berfikir adalah pada t ingkat operasionalisasi unt uk m enelusuri lebih lanjut m engenai sub-sub unsur yang lebih rinci, agar dapat dit entukan indikat or apa yang harus diangkat dalam tujuan-tujuan pengukuran t ert ent u. Salah sat u usaha yang t elah dilakukan adalah mempert im bangkan bagaim ana m engident ifikasi semua dat a sub unsur dengan m engadakan pem bedaan secara genet ic yang dapat dit arik dari berbagai konsep dasar dalam ilmu-ilmu sosial. Jika akan dit erapkan keadaan di Indonesia maka salah sat u enjuran yang dapat diberikan yakni m engadakan pem bedaan analisis berdasarkan pada perbedaan lokasi, apakah akan dilaksanakan di daerah perkot aan, at aua pedesaan. Dalam hal ini ident ifikasi sub unsur yang dilakukan yang dianggap pent ing untuk dapat memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat maupun suat u w ilayah. Sub unsur yang masih bersifat umum t ersebut diuraikan di baw ah ini

1. Unsur Sosio-Budaya

Unsur ini dapat dit unjukkan dari berbagai indikat or, diantaranya adalah:

a. Organisasi budaya dan cara hidup sehari-hari: yang menyangkut jenis pranat a yang ada dalam suatu masyarakat, adat ist iadat , norm a dan t at a cara, dan pengelom pokkan m asyarakat .

b. Nilai, sikap, dan persepsi, baik antar kelompok, m aupun mengenai kegiat an yang direncanakan. Dalam mengident ifikasi sub unsur ini perlu diadakan pem bedaan ant ara nilai, sikap, dan persepsi ant ar kelom pok, dan nilai, sikap, dan persepsi berbagai penduduk di suatu wilayah.


(22)

22

c. Dist ribusi kekuasaan dan kehidupan polit ik, yaitu pembagian kekuasaan yang berlaku dalam m asyarakat t ert ent u, sert a pergeseran kekuasaan dalam masyarakat .

d. St rukt ur st rat ifikasi, diart ikan berbagai st rat ifikasi menurut berbagai pranat a yang ada, misalnya st rukt ur st rat ifikasi ekonomi, politik, pendidikan, dan agama dalam suat u m asyarakat di suat u wilayah. e. Diferensiasi dan diversifikasi peranan, dalam m asyarakat yang

m enyangkut baik m asalah kesempat an peranan, dan t ingkat spesialisasi yang ada dan diperlukan.

f. Int egrasi/ keserasian, dilihat dari proses sosial yang dapat mem elihara, m encegah, at aupun m erusak keserasian.

g. Hubungan dengan daerah at au lokasi lainnya (ext ralocal linkages), yait u ket erkait an yang ada ant ara m asyarakat di suat u daerah, d aerah lain, baik hubungan yang bersifat sosial, polit ik, maupun ekonom i.

h. Pranat a at au kelem bagaan sert a fungsinya dalam suatu m asyarakat , erat hubungannya dengan sub unsur organisasi budaya dan cara hidup sehari-hari. Tet api di sini dilihat jenis dan jaringan hubungan dalam setiap pranat a, misalnya keluarga, ekonomi, politik, pendidikan, agam a, dan religi.

i. Pengalam an dengan perubahan sosial, yait u t ingkat kesanggupan m asyarakat m enangani perubahan yang dat ing dari luar, yaitu yang diakibat kan oleh int ervensi sert a cara-cara penanganan perubahan. Identifikasi perlu juga dilakukan m engenai t ipe/ jenis perubahan yang pernah dialam i oleh berbagai kelom pok sosial dn m asyarakat , sert a derajat kont ak antara kelom pok.

j. M asalah sosial, yaitu jenis-jenis masalah yang ada sert a penanganannya di m asyarakat .

k. Sub-sub unsur lain yang dapat diem bangkan unsur-unsur di at as berdasarkan perkem bangan sit uasi


(23)

23

Dalam banyak kasus unsur sosial budaya membutuhkan analisis yang bersifat kualit at if. Akan t et api hal ini bukan berart i m enutup kem ungkinan dilakukannya analisis kuant it at if. Adapun beberapa aspek yang dapat dikembangkan ant ara lain m enyangkut m asalah-m asalah yang dianggap berkait an erat dengan unsur sosio-budaya, misalnya:

a. Kesehatan lingkungan, m engingat kesehat an m ungkin dapat dipengaruhi oleh cirri kependudukan, cara hidup penggunaan sumber daya, keadaan biofisik, sert a resiko suat u proyek.

b. Penggunaan sumber daya (produksi-dist ribusi dan pola konsum si), karena t eknologi yang digunakan dalam suatu kegiat an pem bangunan dapat m engubah pola konsumsi set empat yang selanjut nya m engubah cara hidup sehari-hari m aupun penggunaan lahan.

c. Lingkungan binaan, m engingat perubahan pada lingkungan binaan akan membaw a dampak perubahan persepsi, orient asi, rasa kenyam anan, dan int eraksi sosial.

2. Unsur Kependudukan

Secara um um unsur kependudukan dapat dibagi m enjadi dua yaitu variabel proses dan variabel st rukt ur. Variabel proses m enyangkut sem ua variabel yang m empengaruhi st rukt ur penduduk, yait u kelahiran (fert ilit y), kemat ian (mort alit y), dan migrasi (migrat ion). Sem ent ara itu variabel st rukt ur menyangkut jumlah, dist ribusi, perkembangan, dan komposisi.

Pem bahasan m engenai kondisi kependudukan menjadi penting karena m asalah kependudukan berkait an erat dengan dinamika sosial-ekonom i dan dinamika keruangan. Di baw ah ini dicantumkan beberapa contoh variabel st rukt ur demografi yang dianggap relevan bagi analisis kondisi sosial-ekonomi suatu wilayah dengan t idak m enutup kem ungkinan m engem bangkannya pada aspek yang lebih luas dan kompleks.


(24)

24

Jum lah penduduk mengindikasikan jum lah t enaga kerja yang t ersedia di suatu wilayah. M akin besar jum lah penduduk dan makin banyak diferensiasi kerja yang ada di suatu lokasi kegiat an pem bangunan, m akin kecil int ensit as dampak sosial-ekonomi yang diperkirakan karena pembangunan dapat m enggunakan t enaga kerja set em pat . Dalam hal jum lah penduduk ini perlu pula dilihat kualit asnya.

b. Kepadat an penduduk

Tingkat kepadat an dan komposisi penduduk suat u w ilayah d apat dipakai unt uk memperkirakan int eraksi sosial, potensi pasar, dist ribusi pembangunan, perlakuan dalam pembangunan.

c. Jarak dari pusat daerah atau kot a

Jarak berkait an dengan unsur biaya, t ransport asi, dan aksesibilit as. Oleh karena itu jarak yang berbeda-beda ini akan berdampak pada kenampakan sosial ekonom i yang berbeda.

d. Keanekaragam an penduduk di suatu w ilayah.

Keanekaragam an penduduk dalam hal suku/ ras, bahasa, mat a pencaharian akan menimbulkan hubungan saling ket ergant ungan ant ara masing-m asing penduduk sehingga akan t ercipt a kerukunan karena rasa saling m em butuhkan.

e. Pola perubahan penduduk. Dengan diket ahui pola perubahan penduduk dapat diperkirakan t enaga kerja yang t ersedia bagi kegiatan pembangunan yang direncanakan.

2. Unsur Ekonomi

Secara t eknis unsur ekonom i m enyangkut dua aspek pokok yait u penaw aran (supply) dan permint aan (demand). Dua aspek ini dapat dit erapkan untuk set iap sub unsur yang ada. Akan t et api untuk m enghindarkan pem bicaraan yang t erlalu t eknis, m aka unsur ekonomi dibat asi pada hal-hal yang t erkait :


(25)

25

a. Pendapat an dan pengeluaran, t erut ama perubahannya akan menyebabkan perubahan pada daya beli penduduk, sehingga m engubah pula cara hidup sehari-hari.

b. Ket enagakerjaan, khususnya daya serap t enaga kerja berbagai sect or ekonomi di suatu masyarakat dan pola komposisi t enaga kerja dapat mempengaruhi st rukt ur st rat ifikasi sert a kehidupan masyarakat set empat .

c. Perpajakan, dalam hubungan dengan syst em perpajakan, m enent ukan pula gaya hidup sehari-hari dari masyarakat , dan perubahan karena kegiat an pem bangunan pada syst em at au pelaksanaan perpajakan akan membaw a pengaruh t erhadap sosial-ekonomi.

d. Pola kegiat an, m engingat t iap sect or ekonom i m em iliki kegiat an yang berkait an erat dengan kehidupan m asyarakat . Perubahan pada pola kegiat an ini selanjut nya akan m em pengaruhi kondisi sosial dari masyarakat t ersebut.

Sub-subunsur ini bersifat t idak t et ap, dapat berubah sesuai dengan sit uasi. Sub-sub unsure ini dapat dijabarkan seluas-luasnya, t et api disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan di Indonesia. Synthesis dari berbagai m asukan yang didapat dari ilmuwn sosial Indonesia, baru m enghasilkan kerangka pada t ingkat t eorit is saja. Karena itu, perlu adanya banyak uji coba, dimana diharapkan diperoleh m asukan, dat a, dan at au inform asi dari sub unsur m ana yang dapat dilengkapi, sert a bagaimana pengolahan dat a yang dapat dilakukan oleh beberapa ilmuw an Indonesia.

C. Indikator

Indikator sosial ekonom i dapat dibedakan at as dasar sifat -sifat nya: 1. Indikator Objekt if dan Subjekt if

Indikator, yaitu indikat or yang sifatnya objekt if dan yang subjekt if. Indikator objekt if ialah yang dapat diamat i dan dihitung frekuensinya.


(26)

26

M isalnya, angka kriminalit as, angka kesakit an, pemilikan barang berharga, t ingkat pendidikan formal. Indikat or subjekt if ialah yang berupa persepsi t ent ang kualit as kehidupan, kualit as perumahan, kualit as kest abilan sosial, dan lain-lain. Seringkali t erjadi hal yang kont radikt if ant ara kedua indikat or t ersebut . M isalnya ada orang yang m erasa dirinya m asih serba kekurangan walaupun hidupnya dari segi pem ilikan barang-barang berharga sudah cukup makm ur. Selain itu ada pula indikat or yang bias diukur dengan kedua pendekat an objekt if maupun subjekt if. M isalnya t ingkat kesehat an, dapat pula diukur berdasarkan pengam at an si individu t ent ang berapa hari dia merasa sakit dalam seminggu/ sebulan/ set ahun.

2. Indikat or umum dan khusus

Variabel yang dijadikan indikat or dapat dirinci menjadi indikat or-indikat or yang lebih khusus. M isalnya or-indikat or kualit as penduduk dapat dirinci menjadi indikator yang spesifik sepert i t ingkat pendidikan, kesehat an, tingkat harapan hidup, pendapat an, fisik/ badan, dan lain-lain. Dari berbagai indikat or yang spesifik ini dapat diket ahui besarnya sumbangan m asing-masing idnikat or t erhadap indikat or um um. Beberapa t eknik analisis st at ist i inferensial m emungkinkan unt uk m enget ahui bobot sumbangan t ersebut. M isalnya, analisis regresi berganda. Teknik analisis lain yang sangat mendukung pendekat an geografi , yakni dengan Anova

(Analysis of variance) untuk m enget ahui perbedaaan kondisi variabel yang sam a pada daerah yang berbeda.

D. Variabel dan Hubungan Antar Variabel

M enurut salah sat u ciri pokoknya, variabel kuant it atif dapat dibedakan m enjadi dua, variabel diskrit dan variabel bersambungan (cont inue). Variabel diskrit disebut juga variabel nom inal at au variabel kagorik, karena dikagorikan at as satuan-sat uan dim ana sat uan-sat uan t ersebut t idak dapat lagi dibagi ke dalam satuan yang lebih kecil, m isalnya ya-t idak, jenis kelamin, at a-baw ah,


(27)

27

t ingkat pendidikan, jenis sekolah, dan lain -lain. Variabel bersam bungan diant ara dua satuan-sat uan ukuran t ersebut masih dapat dipilah-pilah lagi ke dalam sat uan yang lebih kecil. Variabel koninum ini dapat dibagi m enjadi tiga, yakni variabel ordinal, variabel int erval, dan variabel rat io.

Variabel ordinal adalah variabel yang m enunjukkan t ingkat an -tingkat an, m isalnya sangat panjang, panjang, kurang panjang, pendek. Variabel int erval, yait u variabel yang m empunyai jarak, jika dibanding dengan variabel lain, sem ent ara jarak t ersebut dapat diketahui secara past i. Variabel rat io adalah variabel perbandingan, dalam kaitannya dengan variabel lain, m aka suatu variabel dapat bernilai sekian kali vbariabel lain.

Variabel-variabel t ersebut disam ping berbeda jenisnya juga m em punyai hubungan yang berbeda-beda. Untuk dapat melakukan analisis dat a secara t epat maka perlu diketahui hubungan ant ar variabel t ersebut , yaitu:

1. Hubungan simet ris; variabel-variabel dikat akan m em punyai hubungan simet ris bilam ana variabel yang sat u tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Ada empat jenis hubungan sim et ris yait u:

a). Kedua variabel m erupakan indikat or untuk konsep yang sama, b). Kedua variabel m erupakan akibat dari fakt or yang sama, c). Kedua variabel berkait an secara fungsional dan

d). Kedua variabel m erupakan hubungan kebet ulan sem at a-mat a.

2. Hubungan tim bal balik adalah hubungan di m ana sat u variabel dapat menajdi sebab dan dapat pula menjadi akibat dari variabel lainnya at au variabel pengaruh dapat m enjadi variabel t erpengaruh pada waktu lain. 3. Hubungan asim et ris; merupakan int i pokok dalam analisis m asalah

sosial-budaya di mana satu variabel m empengaruhi variabel lainnya. Ada enam t ipe hubungan asim et ris:

a. Hubungan ant ara st im ulus dan respons, m erupakan hubungan kausal (prinsip selekt ivit as) sepert i hubungan ant ara devaluasi nilai rupiah


(28)

28

dengan peningkat an ekspor non migas; met ode m engajar dengan prest asi hasil belajar.

b. Hubungan ant ara disposisi dan respons; mempelajari kecenderungan unt uk m enunjukkan respons t ert ent u dalam keadaan t ert ent u pula. Dalam penelit ian sosial, penelit ian hubungan disposisi dn respons banyak muncul pada st udi sikap dan tingkah laku.

c. Hubungan ant ara karakt erist ik individu dengan disposisi.

d. Hubungan ant ara prekondisi dengan akibat t ert ent u sepert i usaha perluasan pedagang kaki lima dengan kemudahan mem injam kredit bank, kem udian dist ribusi kont rasepsi dengan pajak import .

e. Hubungan yang imanen ant ara dua variabel.

f. Hubungan ant ara tujuan dan cara; sepert i penelit ian hubungan ant ara keinginan bekerja keras dengan keberhasilan belajar, besarnya penanam an modal usaha dengan keuntungan yang didapat.

E. Penyusunan Skala Pengukuran dan Indeks 1. Skala Pengukuran

Sebagaimana t elah dikem ukakan pada jenis-jenis variabel m aka penyusunan skala pengukuran juga disesuaikan dengan jenis variabel t ersebut . Skala pengukuran adalah penunjukkan angka/ nilai pada suat u variabel dengan prosedur yang sifatnya ada persamaan dengan realit a yang dit elit i. Tingkat ukuran suat u variabel t ergant ung kepada ukuran yang digunakan. Pemahaman t erhadap hal ini penting untuk dilakukan karena akan sangat besar pengaruhnya t erhadap analisis dat a.

a. Skala Nominal

Skala nominal at au diskrit / kageorik t idak ada jarak m aupun urutan ant ara kat egori-kat egori dalam ukuran. Pem isahan t ersebut hanya didasarkan pada kat egori t idak t umpang t indih. Angka yang diberikan hanya sekedar label, tidak mem berikan informasi kedudukan antara label


(29)

29

yang sat u dengan lainnya. Contoh skala nominal: laki-laki-perempuan, t inggi-rendah, hadir-t idak hadir. Dalam hal ini angka dihitung sebagai frekuensi.

b. Ukuran Ordinal

Dalam ukuran ordinal hanya mengurut kan dari t ingkat an paling rendah ke t ingkat an paling tinggi t anpa ada pet unjuk yang jelas berapa jumlah absolut e atribut yang dim iliki oleh masing-m asing responden. M isalnya kondisi kepadatan penduduk ukuran ordinalnya sangat padat, padat, sedang, jarang, dan sangat jarang

c. Ukuran Int erval

Dalam ukuran int erval t idak semat a-m at a mengurut kan objek berdasarkan at ribut , t et api juga m em berikan inform asi t ent ang jarakl ant ar objek. M isalnya suhu air sungai di siang hari 28˚C. Jarak Jogja-Solo adalah 70 km, dan lain-lain.

d. Ukuran Rasio

Ukuran rasio adalah suatu bent uk ukuran int erval yang jaraknya t idak dinyat akan dalam perbedaan dengan rat a-rat a suat u kelom pok t et api dengan t it ik nol. Jadi selain inform asi urut an dan int erval dari suat u objek, dapat diperoleh pula inform asi jum lah absolut e at ribut yang dimiliki oleh salah sat u objek yang dit eliti.

2. Penyusunan Indeks dan Skala

Dalam st udi sosial, inst rument pengukur yang paling sederhana adalah berbentuk pert anyaan t unggal., pengukuran yang digunakan dalam ilmu sosial pada umumnya m enggunakan ukuran gabungan. Ukuran gabungan ini lebih dikenal sebagai indeks dan skala. Bila diamat i sepint as, indeks dan skala ada persam aannya, maka sering digunakan secara salah.

Perbedaan ut ama ant ara indeks dan skala adalah t erlet ak pada penent uan skor. Indeks adalah penjumlahan skor unt uk set iap pert anyaan


(30)

30

at au pernyat aan yang digunakan dalam penelitian. Jika suatu indeks yang diperoleh m erupakan penjum lahan dari 10 pert anyaan dan set iap jawaban dari pert anyaan t ersebut diberikan skor 1-5, m aka skor indeks akan berkisar ant ara 10-50, t ergant ung variasi jaw aban yang diberikan. Di lain pihak skala disusun at as dasar pemberian skor pada pola at ribut yang digunakan dalam penelitian. St rukt ur dari pert anyaan/ pernyat aan yang digunakan tidak diberikan skor yang sama, t ergantung dari at ribut yang sudah diukur. Sebagai contoh dit anyakan mengenai jenis pekerjaan apa saja yang diperbolehkan untuk dijabat oleh lulusan SD. Apakah lulusan SD diperbolehkan bekerja sebagai: 1. Bupati, 2. Cam at , 3. Lurah 4. Penjaga Gudang. Responden yang m em iliki t ingkat intelekt ualit as rendah akan menjaw ab ‘ya’ unt uk semua opsi jaw aban at as pert anyaan yang diajukan.

Oleh karena set iap pert anyaan diberikan skor yang sam a (m isal sem ua diberi nilai 1), maka responden yang t ingkat sosialnya t inggi mempunyai indeks 4 dan yang rendah m empunyai indeks 1. Dengan demikian skor dari jenis pekerjaan Bupat i sampai penjaga gudang dibuat sam a, t anpa m emberikan perbedaan skor ant ara keempat jenis pekerjaan t ersebut .

Kemudian hal t ersebut digunakan dalam penyusunan skala penerimaan sosial at as keem pat jenis pekerjaan yang t elah dijabat . Cara pembuat an skala lainnya dapat dengan m ember bobot pada m asing-masing jenis pekerjaan. Bupat i diberikan bobot at au skor t ert inggi, sedangkan pekerjaan penjaga gudang diberi skor paling rendah. Rasional pemberian skor Bupat i t ert inggi karena seseorang diperbolehkan bekerja sebagai bupat i boleh pula bekerja sebagai penjaga gudang dan t idak t erjadi sebaliknya. Oleh karena it u dalam skala dapat m em berikan informasi yang lebih lengkap dan umumnya ukuran skala akan lebih baik daripada indeks.

Dengan dem ikian, st rukt ur int ensit as yang didapat membedakan skal dengan indeks. Skor pada indeks t idak dapat m enunjukkan t ingkat an (rank)


(31)

31

pada jenjang yang hendak diukur. Di lain pihak, skor pada skala disam ping dapat mem berikan int erval ant ar responden, dapat pula m em berikan urut an dalam jenjang yang akan diukur. Salah sat u cont oh indeks yang paling banyak digunakan dalam penelit ian sosial adalah indeks st at us-ekonomi yang didasarkan at as pem ilikan barang-barang berharga oleh masyarakat yang diteliti. Untuk menghindari jumlah angka yang besar, t erut am a unt uk pemrosesan dengan kom put er, penelit i biasanya m embuat skor untuk m asing-m asing objek.


(32)

32

BAB IV

CARA M ELAKUKAN PENELITIAN

A. Pemilihan Indikator dan Variabel

Dari berbagai varibel social ekonomi yang ada di suat u daerah tidak m ungkin dapat dit elit i sem uanya, oleh karena kegiat an penelit ian KKL Sosial Ekonomi dilakukan pembat asan pada indikat or-indikat or ut ama saja. Ada empat indikat or ut am a yang akan diperkenalkan kepada m ahasisw a yang m encakup sejum lah variabel. Adapun indikat or dan variabel t ersebut adalah sebagai berikut:

1. Dem ografi (proses dan st rukt ur)

M eliputi: kelahiran, kem at ian, m igrasi, st rukt ur dan kom posisi penduduk, komposisi rum ah t angga

2. Ekonom i dan Ket enagakerjaan

Indikator ini m eliputi: st ruktur pekerjaan, pem ilikan/ penguasaan lahan, Pendapat an

3. Permukiman, meliput i: kualit as perum ahan dan kualit as lingkungan 4. Kesehat an (morbidit as dan kualit as pelayanan kesehat an)

5. Sosial (pendidikan dan jaringan social)

6. Kesejaht eraan m asyarakat (kondisi masyarakat dibandingkan dengan beberapa t ahun yang lalu).

7. Kesejaht eraan pet ani (Nilai tukar pet ani yang merupakan perbandingan ant ara indeks harga beli dan indeks harga jual)

B. M etode dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan dat a dapat dilakukan dengan beberapa cara. Unt uk keperluan KKL Sosesk ini, m et ode yang paling mudah dan m em ungkinkan karena wakt u yang pendek adalah:


(33)

33

a. Observasi

Observasi lapangan pada umumnya dibedakan m enjadi ob servasi t erkont rol (kont rolled observat ion) dan observasi idak t erkont rol

(unkont rolled observat ion). Untuk keperluan KKL ini sebaiknya m enggunakan observasi t erkont rol agar pengolahan dat anya lebih cepat dan mudah. Untuk memudahkan pelaksanaan observasi ini m aka inst rum ent harus t elah dipersiapkan sebelumnya secara akurat . Alat yang digunakan berupa checklist .

b. Waw ancara

Waw ancara sebagai cara untuk m rngumpulkan dat a dari responden dapat dilakukan dengan waw ancara t idak t erst rukt ur, sem i t erst rukt ur dan t erst rukt ur. Unt uk kepent ingan KKL ini sebaiknya menggunakan t eknik w aw ancara t erst ruktur. W awancara t erst ru kt ur dilakukan dengan m enggunakan kuesioner yang t elah disiapkan sebelumnya. M ahasisw a yang akan m elakukan w aw ancara sebaiknya mengadakan latihan t erlebih dahulu.

c. Kuesioner

M et ode Kuesioner m erupakan m et ode yang paling mudah pelaksanaannya. Dalam hal ini m ahasiswa t inggal m w enyebarkan kuesioner kepada para responden sejum lah responden yang t elah dit et apkan sebelumnya. M et ode ini mudah t et api resiko ket idakakurat an dat a dan t idak t erpenuhinya jum lah kuesioner yang kem bali. Ket idakakurat an dat a t erjadi karena responden kurang m em aham i isi kuesioner dan tidak t erpenuhi jumlah eksemplar kuesioner yang kem bali karena responden enggan m engem balikan. d. St udi Dokument asi

St udi dokument asi merupakan cara pengumpulan dat a m engenai hal-hal at au variable yang berupa cat atan, t ranskrip, buku, surat kabar, m ajalah, prasast i, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dalam


(34)

34

penggunaan m et ode ini, maka penelit i harus m em egang checklist . Jika suat u dat a t elah diket emukan pada dokum en, m aka peneliti t inggal m em berikan t anda silang at au cent ang pada kolom at au kot ak yang ada.

C. Lokasi dan Pemilihan Responden

Sebagaimana t elah disebutkan pada bab sebelumnya bahw a pemilihan lokasi perlu m em pert im bangkan beberpa aspek oleh karena KKL ini bernam a KKL Sosial ekonomi, m aka pem ilihan lokasi didasarkan pada pert imbangan ut am a keberadaaan gejala social dan ekonomi yang berkait an dengan kondisi geografis set empat . Lokasinya akan menyesuaikan dengan lokasi yang akan digunakan dalam pengukuran proses dan hasil proses fisik dan ket erkait annya dengan kondisi social ekonomi. Penentuan sampel area (daerah, desa, at au dusun) akan dit entukan kemudian secara purposive. Responden akan dipilih dengan m et ode acak sederhana.

D. Pengelolaan Data

Cara pengum pulan dat a yang paling mudah, m urah, cepat dan hasilnya cukup baik sehingga sering dipakai untuk kegiat an KKL social ekonomi adalah dengan w aw ancara. Alt ernat if jaw aban pada w awancara dapat berupa Ya/ Tidak, set uju/ t idak set uju at au secara bergradasi: sangat set uju, set uju, ragu-ragu, t idak set uju, dan sangat t idak set uju, at au dapat pula jawaban dibiarkan bebas sebagaim ana jaw aban t erhdap pert anyaan t erbuka.

1. M engkode Dat a

Untuk keperluan pengelolaan dat a, m aka jaw aban-jawaban t ersebut diberi symbol berupa angka at au biasa disebut dengan kode. Pada pert anyaan t ert ut up kode t ersebut t elah dit entukan, m isalnya jaw aban Ya diberi kode 1 dan Tidak diberi kode 0, pada pert anyaan dengan alt ernatif jaw aban bert ingkat dapat diberi kode sesuai jum lah alt ernat if jaw abannya m isalnya


(35)

35

dari 5 sampai 1. Sement ara pada pert anyaan t erbuka, m aka jawaban harus dikat egorikan t erlebih dahulu, kemudian baru diberi kode.

Pem berian kode harus disesuiakan dengan pedom an yang t elah dipersiapkan sebelumnya. Buku pedoman pem bereian kode ini disebut buku kode. Pem berian kode untuk set iap jawaban adalah isi pokok sebuah buku kode. Adapun cara mem beri kode t ergant ung pada jenis pert anyaannya. Jika jenis pertanyaannya berupa pert anyaan t ert utup, m aka variasi jaw aban t ersebut dapat langsung diberi kode sehingga pew aw ancara t inggal m elingkari alt ernat if jaw aban. Perlu diperhat ikan pula alt ernat if jaw aban di luar yang t elah disediakan, yakni unt uk m engant isipasi kemungkinan jaw aban TIDAK TAHU, LUPA, at au TIDAK ADA JAWABAN.

Dalam hal pem buat an kat egori jawaban untuk pert anyaan t erbuka m aka perlu m em perhat iakan dua hal, yakni: (1) kat egori jaw aban harus t egas perbedaannya, sehingga t idak ada tumpang t indih ant ara jawaban yang sat u dengan jawaban lainnya; (2) persent ase jawaban “ lain-lain” at au “ lainnya” sdapt a mungkin jumlahnya sedikit saja, misalnya kurang dari 10%.


(36)

36

Untuk pert anyaan semi t erbuka (pert anyaan yang sebagian alt ernat if jaw abannya t elah disediakan, karena kemungkinan responden menjaw ab di luar jaw aban yang t elah disediakan). Oleh karena it u perlu ada penambahan kode, bahkan kode baru unt uk kemungkinan jaw aban yang tidak bias diberi kode yang t elah disediakan. Contoh:

Buku kode berfungsi sebagai pedoman oleh pengolah dat a untuk m em indahkan kode jaw aban responden dari kuesioner ke lem bar kode (code

sheet ), kart u t abulasi at au ke t em pat / kot ak-kot ak kode yang t elah disediakan. Buku kode ini juga berfungsi untuk pedoman unt uk m engident ifikasi variable penelitian yang akan dipakai dalam analisis dan mem baca t abulasi dat a.

a. Isi buku kode

1). Nomor halam an kuesioner

Inform asi ini diperlukan karena halaman kuesoner yang berisi pert anyaan yang akan dikode dapat diket ahui dengan cepat dan m udah.

2). Nomor pert anyaan

Alasan t idak m enggarap lahan pert anian miliknya sendiri? Jaw aban yang diperoleh adalah:

Kode Variasi jaw aban

1 Tidak mem ilki keahlian pert anian

2 Luas lahan yang sem pit

3 Lebih menguntungkan bila disew akan

4 Sulit m encari t enaga kerja pert anian

5 M em beri kesempat an kepada saudaranya

unt uk m enolah

6 Lain-lain……… (sebut kan)

Yang diket ahui kemudian t ernyat a adalah M alu m enjadi pet ani dan lebih suka menekuni usaha t anaman hias, m aka kode t ambahan t ersebut adalah

7 M alu m enjadi pet ani


(37)

37

3). Nomor variable. Inform asi ini diperlukan karena nomor variable t idak selalu sama dengan nom or pert anyaan. Biasanya t iap pert anyaan merupakan sat u variable, t et api dapat pula lebih dari sat u variable.

4). Nam a variable dan kode jaw aban

Nama variable adalah m erupakan judul variable, dibuat sesingkat m ungkin t et api jelas maksudnya

5). Kolom (kot ak).

Pada kolom ini berisi in formasi t ent ang lokasi masing-m asing variable dalam lem baran kode at au kart u t abulasi.

b. Tempat kode T

Tempat kode dapat dibuat dengan dua cara, yakni m enjadi sat u dengan kuesioner at au t em pat kode t erpisah dari kuesioner. M asing-masing m em punyai kelebihan dan kekurangan. Penelit i t inggal memilih m ana yang sekiranya lebih nyaman untuk pengerjaannya.

Tabel 3. Contoh Buku Kode St udi Pengukuran Proses Sosial Ekonomi No Variabel Variabel label Value label Jumlah

kolom

Nomor kolom

1. No.res Nomor responden 3 1-3

2. Alamat Dusun t em pat t inggal 1 4

3. Sex Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Per empuan

1 5

4. Educat Tingkat pendidikan t ert inggi yang dit amat kan

1. Tidak sekolah 2. Tidak t amat SD 3. SD

4. SLP 5. SLA 6. PT

1 6

5. Umur Umur responden 2 7-8

6. st at uskw n St at us perkaw inan 1. Belum kaw in 2. Kaw in 3. Cerai hidup 4. Cerai mat i

1 9


(38)

38

2. Pengolahan Data

Dat a yang t elah dikode selanjut nya dipindahkan ke dalam kart u atau berkas dat a. Cara merekam dat a dapat dilakukan dengan kart u t abulasi dan comput er.

a. Kart u t abulasi

Kart u t abulasi berbent uk persegi panjang dengan ukuran kurang lebih 15 cm x 20 cm at au lebih kecil lagi. Dat a yang t elah dikode dipindahkan ke dalam kot ak-kot ak bernomor pada kart u. Set iap kot ak m em uat data pindahan dari kuesioner. Set iap kart u t abulasi mem uat seluruh dat a dari masing-m asing responden. Dat a t ersebut antara lain nomor identit as (no. ID) tahun lahir responden, bulan lahir, pendapat an responden per bulan, pendidikan, dan lain-lain. Sebagai gam baran berikut ini disajikan contoh kart u t abulasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9

27 10

26 11

25 12

24 13

23 22 21 20 19 18 17 16 15 14

Ket erangan:

Kot ak 1 unt uk Nomor ID (ident it as responden), misal N=50, maka No.ID 01 s.d 50 Kot ak 2 berisi variable no. 2; t ahun lahir responden

Kot ak 3 berisi variable no. 3; t ahun lahir responden Kot ak 2 berisi variable no. 4; bulan lahir responden

Kot ak 2 berisi variable no. 5; pendapat an responden per bulan Kot ak 2 berisi variable no. 6; pendidikan


(39)

39

Kot ak 2 berisi variable no. 8;jumlah anak masih hidup dan set erusnya Sum ber: M asri Singarimbun dan Soffian Eff endi, 1989.

Cat at an:

Penggunaan kart u t abulasi menguntungkan bila jum lah responden dan variable sedikit , t et api akan sangat merepot kan bila penelitian m elibat kan banyak rsponden dan variable.

b. Kom put er

Saat ini berbagai program comput er dapat dim anfaat kan untuk keperluan pengolahan dat a. Program M icrosoft Excell, SPSS, SPS, dan lain-lain dapat secara cepat mengolah dat a dan bahkan samapi analisisnya.

E. Analisis Data

Teknik analisis dat a harus disesuaikan dengan desain penelitian, jenis variable, jenis dat a, Analisis dalam penelit ian sosial dapat dibedakan ke dalam dua kelom pok, yaitu analisis untuk dat a diskrit dan kont inum . M et ode yang digunakan dalam analisis dat a kat egorikal adalah met ode t abulasi silang at au analisis elaborasi. Selanjutnya unt uk dapat bersam bungan biasanya dipakai berbagai t eknik st at ist ic deskript if sepert i dist ribusi frekuensi, rat a-rat a m edian, modus, deviasi, analisis korelasi, m ultivariat e, dan lain sebagainya (Effendi dan M anning, 1987).

Teknik analisis dat a yang sangat sederhana, nam un m em punyai kem am puan yang cukup baik untuk mengungkapkan hubungan ant ar variable adalah t abulasi silang. Analisis t abulasi silang ini dapat pula digunakan untu k analisis dat a kat egorikal at au dat a bersambungan yang t elah dirubah dahulu ke dalam dat a kat egorikal. Analisis t abel silang dapat dilakukan dengan m elalui t ahapan sepert i berikut :


(40)

40

1. menyusun t abel frekuensi/ t abel sat u variabel. Sebaiknya semua variabel dalam penelitian dibuat t abel frekuensi untuk analisis diskriptif.

2. menyusun t abel silang dua variabel, dan variabel pengaruh.

3. menyusun t abel silang t iga variabel, yait u t abel silang ant ara variabel t erpengaruh, variabel pengaruh, dan variabel kontrol.

Pada umumnya bentuk t abel silang dua at au t iga variabel sudah disajikan dalam bentuk t abel kosong (dummy t abels), disusun sebelum dat a dikumpulkan. Dan dalam kerangka t abel kosong t ersebut sudah ditentukan pula variabel-variabel yang akan dit abulasi, t erm asuk pula yang digunakan dari setiap variabel. Dengan m enggunakan met ode urut an analisis t abulasi t ersebut m aka arah analisis dat a mudah dilakukan.

1. Analisis Sat u Variabel

Pada analisis sat u variabel, m aka t ahap awal yang harus dilakukan analisis m enyusun t abel frekuensi. Kegunaan dari t abel frekuensi adalah: 1) dapat digunakan untuk mempelajari dist ribusi dari set iap variabel penelitian. 2) dasar penyusunan klasifikasi jaw aban. 3) m enget ahui kualit as dat a t erut am a konsist ensi jaw aban antara variabel sat u dengan variabel lainnya yang berhubungan. 4) untuk mem ilih model analisis t erut am a t est stat ist ic.

M asih banyak penelit ian sosial yang kurang m em perhat ikan manfaat dari t abel frekuensi. Tanpa membuat t abel frekuensi, t idak akan dapat menguasai m asalah yang dit elit i secara baik dan t idak diket ahui pula pola dist ribusi dari set iap variabel hasil penelitian. Penyalahgunaan t est st at ist ic dapat t erjadi dikarenakan penelit i belum mengetahui sifat dist ribusi dari variabel hasil penelit ian. Tidak jarang dijumpai t est st at ist ic yang seharusnya hanya digunakan untuk variabel yang dist ribusinya normal, digunakan unt uk analisis variabel yang dist ribusinya jauh dari norm al.

Tabel frekuensi umumnya memuat dua kelom pok, kolom dist ribusi jum lah frekuensi absolut e dan dist ribusi jumlah relat ive (dalam hal ini


(41)

41

persent ase). Dalam t abel frekuensi t idak sem ua klasifikasi dicant um kan. Penyed erhanaan klasifikasi dilakukan unt uk kat egori jaw aban yang frekuensinya cukup kecil dengan cara m enggabungkan klasifikasi atau kelom pok yang lebih besar agar m em udahkan dalam analisis, kecuali beberapa variabel dengan klasifikasi yang st andar. Beberapa klasifikasi dari variabel yang sudah st andar sepert i halnya: umur, umur usia sekolah SD, SLP, SLA; t ingkat pendidikan; lapangan pekerjaan, jenis dan st at us pekerjaan, kebutuhan fisik minimum dan lain -lainnya.

Dalam penyajian t abel frekuensi sedapat mungkin disajikan m ulai dari nilai klasifikasi yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Bilam ana t idak ada urut an klasifikasi yang jelas m aka t abel frekuensi dapat disusun menurut skala relat if yait u berdasarkan besarnya persent ase unt uk set iap klasifikasi. Untuk t abel frekuensi yang memuat variabel berskala int erval maupun ratio dilengkapi dengan bahasan pendekat an st atist ic sep ert i ukuran mean, m edian, mode, dan st andar deviasi untuk set iap variable, lebih baik lagi bila ditunjukkan dalam bentuk gambar grafik .

2. Analisa Dua Variabel

Penyusunan t abel silang merupakan m et ode analisis sederhana unt uk m engam at i hubungan ant ar variabel. Dalam m enyusun t abel silang perlu diperhatikan beberapa prinsip sederhana agar hubungan ant ara dua variabel t am pak jelas. Dalam t abel silang biasanya dihit ung persent ase unt uk set iap kelompok agar m udah dilihat hubungan ant ar dua variabel. “ persent ase selalu dihitung pada variabel pengaruh, yaitu persent ase dist ribusi variabel t erpengaruh dihitung bagi set iap kelompok variabel pengaruh” . Jumlah populasi perlu juga dicat at , agar angka absolut e m udah dihitung. Pada umumnya untuk m em udahkan dalam m em baca, variabel t erpengaruh biasanya disusun pada jenis garis vert ical, sedangkan variabel pengaruh disusun pada garis horizont al. Di sam ping it u, t abel silang dapat


(42)

42

juga disajikan dengan angka rat a-rat a untuk variabel t erpengaruh bagi set iap variabel pengaruh.

3. Analisa Tiga Variabel

Telah disebut kan sebelumnya bahw a dalam penelitian sosial ekonomi variabel kont rol adalah pent ing dalam upaya untuk melihat hubungan ant ara variabel pengaruh dan t erpengaruh. Dalam analisis t abel silang dengan variabel kont rol perlu diperhat ikan hal-hal sebagai berikut : 1) jum lah kelom pok bagi set iap variabel kont rol diusahakan t abel banyak agar responden/ populasi yang ada pada set iap kelompok variabel kont rol cukup banyak. 2) dalam penyajian, kelom pok variabel kont rol dipisahkan t erlebih dahulu agar m udah dilihat hubungan ant ara variabel pengaruh dengan t erpengaruh.

F. Interpretasi Tabel

Set elah t abel frekuensi dan t abel silang selesai disusun, peneliti perlu m elakukan int erpret asi agar kesim pulan-kesim pulan mudah didapat oleh pem baca. Ada dua kecenderungan yang harus dihindari oleh penulis laporan yait u; pert am a, M enyerahkan t abel-t abel hasil penelitian kepada pembaca t anpa disert ai penjelasan. Pembaca laporan disuruh mengint erpret asikan sendiri t abel yang ada pada laporan. Kedua, m enerangkan sem ua isi t abel dalam naskah laporan, sehingga m em bosankan dan member kesan bahw a penulis sendiri kurang m enguasai perm asalahan yang dihadapi. Beberapa prinsip analisis t abel dapat dirinci sebagai berikut :

1. Pengam at an dat a dalam t abel pada kolom tot al (marginal). Bagian ini merupakan ukuran pokok untuk perbandingan-perbandingan dalam t abel.

2. Beberapa t em uan pokok dengan menyebut beberapa angka perlu dibahas sesuai dengan t ujuan penelit ian sert a hipot esis yang akan diuji.


(43)

43

Keerat an hubungan, linier, non-linier, dan mengapa t erjadi bentuk hubungan t ersebut .

3. Pembahasan pada angka-angka yang m enyimpang dari pola umum. 4. Hasil set iap t abel sedapat mungkin dihubungkan dengan hasil penelit ian

lain (sampel dan m et odologi yang ham per sam a) dan juga dihubungkan dengan t eori at au proporsi yang lebih luas. Suat u laporan penelitian yang penuh dengan t abel/ angka t anpa dibandingkan dengan hasil penelitian lain sangat t erbat as m anfaatnya.

Perlu disadari bahw a dalam pendekat an kuantit at if, int erpret asi sangat t erpengaruh pada angka. Unt uk t idak t erjebak kepada int erpret asi yang dangkal maka perlu dilengkapi dengan pendekat an kualit atif, m isalnya w awancara mendalam at au focus group discussion.

G.Teknik Analisis Statistik (inferensial)

Teknik analisis dalam st at ist ic dapat dibedakan m enjadi dua, yakni Deskript if dan inferensial. St at istik deskript if merupakan cara analisis dat a dengan menggunakan mean, modus, mode, dan sejenisnya. St atistik inferensial berfungsi untuk generalisasi penemuan dari sampel ke populasi. St at ist ic inferensial dibedakan menjadi dua, yakni st at istik param et ric dan nonparamet ric. Teknik analisis param et ric digunakan apabila dat a yang dikumpulkan dist rubusinya normal. St at ist ik nonparam et ric digunakan bila dist ribusi dat a tidak norm al.

Analisa koralsi berbagi variable dalam kait annya dengan jenis dan jumlah variable yang dianalisis selengkapnya dapat dilihat pada t able 3 berikut ini.


(44)

44

Tabel 4. Jenis Teknik Analisis Korelasi dan Jenis Variabel

Sumber: Suharsim i, 2002. Prosedur Penelitian Suat u Pendekat n Prakt ik

Teknik analisis lain yang sangat diperlukan dalam st udi geografi adalah uji beda. Uji beda ini sangat mendukung kajian geografi karena geografi sendiri merupakan ilmu untuk m enget ahui persamaan dan perbedaan fenom ena geosfir. Jenis penelitian kom parasi dapat digunakan unt uk keperluan m enget ahui persam aan dan perbedaan. Untuk m enget ahui kondisi variable ant ara berbagai kelompok masyarakat at au antar w ilayah dapat digunakan t eknik uji-t , uji anova

(one w ay dan t w o w ay). Hanya saja untuk melakukan analisis dat a dengan mengunakan Anova m em erlukan sejum lah persyarat an. Persyarat an t ersebut adalah: dat a yang akan dianalisis harus berdist ribusi normal, relat ive homogin, dan sampel t idak m emiliki ket erkait an sat u dengan yang lain. Dengan demikian sebelum m elew at i langkah analisis, dat a harus melalui t ahap uji normalit as dan uji hom oginit as. Analisis dat a ini selanjutnya dapat secara m udah dilakukan dengan m em asukkan dat a t ersebut ke program SPSS.

Suatu contoh pem anfaat an Anova, yakni untuk menget ahui apakah ant ara masyarakat kam pong Sukam aju, Sukamandiri, sukacinta m em iliki kualit as penduduk yang sama? At au untuk m enguji hipot esis apakah t erdapat perbedaan yang signifikan pola kerja pada rum ah t angga penduduk kot a, pinggiran kot a, dan perkot aan.

Teknik Analisis Symbol Variabel 1 Var iabel 2 Kor elasi produk momen R kont inum kont inum

Kor elasi Rank spearman P rank rank

Kendall t au R rank rank

Kor elasi biserail rpbis Dikot omi art if icial kont inum

Kor elasi biserial Widespr ead

rwbis Dikot omi art ificial

w idespread

kont inum Kor elasi point biserail Rp Dikot omi nyat a kont inum Kor elasi t et ahorik rt Dikot omi buat an Dikot omi buat an

Koefisien Phi Ø Dikot omi nyat a Dikot omi nyat a Koefisien kont ingensi C Dua kat egori at au

lebih

Dua kat egori at au lebih


(45)

45

BAB V

ASPEK-ASPEK TEKNIS YANG PERLU DIPERHATIKAN PENELITI DALAM PENGUM PULAN DATA

Pesert a KKL m erupakan m ahasisw a yang sedang berlat ih untuk m enjadi peneliti, sehingga kegiat an KKL merupakan ajang untuk secara serius memperhat ikan aspek t eknis m aupun non t eknis. Aspek t eknis dalam pengumpulan dat a penelit ian gejala social ekonom i berkait an langsung dengan manusia/ m asyarakat , oleh karena it u perlu diperhat ikan aspek t eknis berhubungan dengan m asyarakat . Tanpa m emperhat iak aspek t eknis ini, m aka t ujuan penelitian KKL tidak dapat berhasil secara optim al at au bahkan kemungkinan t erburuk adalah gagal t ot al.

A. Pedoman berperilaku dalam w awancara

M enurut Iraw at i Singarimbun (dalam M asri Singarim bun dan Sofian Effendi, 1989) ada beberapa hal yang perlu diperhat ikan, yakni:

1. Sebelum w aw ancara dimulai, pew aw ancara harus m am pu m encipt akan hubungan baik dengan responden, at au mengadakan rapport . Rapport adalah suatu situasi psikologis yang m enunjukkan bahw a responden bersedia bekerja sam a, bersedia m enjaw ab pert anyaan dan mem ber infoprm asi sesuai dengan pikirannya dan keadaan sebenarnya. Rapport ini dit andai oleh responden merasakan kehangat an dan sikap simpatik dari pihak pew aw ancara dan merasa bebas untuk mengmukakan jaw abannnya. Usahakan waw ancara t idak t erkesan sepert i int erogasi, t et api sepert i orang mengobrol.

2. Tampilkan kesan pertam a yang baik

Saat pert ama kali bert em u ucapkan salam, perkenalkan diri, dan sam paikan t ujuan kedat angan. Ucapan dan perilaku pert am a pewaw ancara sangat perlu diperhat ikan agar responden m erasa nyam an


(46)

46

dan t erangsang unt uk bersikap kooperat if. Perilaku yang perlu ditunjukkan misalnya: berpakaian sopan dan sederhana, raut muka yang cerah

3. M enggunakan et ika berint eraksi dengan orang lain

Bersikap horm at pada responden, ramah (t et api tidak perlu t erlalu banyak basa-bas), sikap penuh pengert ian, sanggup m enjadi pendengar yang baik. Tanamkan pada diri pewaw ancara bahw a kit a lah yang m embut uhkan responden, sehingga pew aw ancara jangan sampai t erkesan memaksa dan bersikap t idak et is kepada responden.

Adapun kode et ik bagi pew aw ancara adalah: a. Jujur dalam pengisian kuesioner

b. Jujur dalam m encat at jaw aban c. Cerm at

d. Objekt if, net ral, t idak mempengaruhi responden e. M enulis jaw aban responden secara lengkap f. M enaruh perhat ian dan penuh pengert ian

g. Sanggup m em buat rsponden t enang dan bersedia m enjawab pert anyaan

h. M enghargai responden

4. M emperhat ikan prosedur wancara

a. Ut am akan kunjungan kepada responden t em pat tinggalnya berdekat an

b. Pilihlah w akt u yang t epat untuk berkunjung

c. Bila tidak dapat bert em u dengan responden, carilah inform asi kepada t et angga at au anggot a keluarga kapan pew aw ancara dapat berkunjung lagi

d. Bersikap bijak dalam m embuat perjanjian (sebaiknya responden yang m enent ukan waktu kunjungan dan dat anglah t epat w akt u, bila t erpaksa harus m enunggu maka sebaiknya pew awancara m engerjakan


(47)

47

pekerjaan lainnya sepert i mem eriksa kembali kuesioner yang t elah t erisi lengkap)

e. Kunjungan sebaiknya dilakukan seorang diri, at au bila t erpaksa harus bersama t eman sebaiknya t idak lebih dari 1 orang lainnya.

f. Sebaiknya kondisikan agar responden dalam keadaaan seorang diri. g. M em persilahkan responden bila ingin m em berikan t am bahan

ket erangan

h. M em ohon kepada responden agar bersedia dit em ui lagi bila diperlukan. Pent ingnya permohonan ini adalah bila t erjadi kesalahan penulisan jaw aban, ragu-ragu karena secara logika t idak benar, at au ada pert anyaan yang t erlew at kan. Dalam hal ini, m aka pewaw ancara perlu berkunjung lagi.

i. Pada saat berpam it an jangan sam pai lupa disampikan ucapan terim a kasih secara bersungguh-sungguh dalam suasana yang hangat .

B. M asalah-masalah Teknis yang muncul di lapangan

Berbagai masalah di lapangan seringkali t erjadi di luar perhit ungan peneliti. Berbagai kem ungkinan m asalah yang t erjadi ant ara lain:

1. Alamat rsponden sukar dicari

2. Sulit bert em u responden, t elah berkali-kali didat angi t et api t etap t idak bert em u

3. Responden kurang dapat m emahami bahasa pewaw ancara 4. Responden kurang baik pendengarannya

5. Responden t idak berkenan untuk menjaw ab pert anyaan-pert anyaan yang m enurut responden peka at au t abu

6. Pengkondisian agar responden sendirian (t idak dit em ani ist eri at au anak) t idak berhasil

7. Gangguan dari anak-anak responden yang masih kecil 8. Pewaw ancara ditolak w aw ancaranya.


(1)

48

Penolakan t erjadi karena beberapa sebab, antara lain:

a. Pew aw ancara kurang berhat i-hati dalam bert utur kat a, sehingga m enyinggung perasaan responden

b. Cara bert ut ur kat a yang t idak adapt if dengan lingkungan responden, biasanya karena kebiasaan di daerah asal m ahasisw a kalau bicara keras sehingga t erkesan mem bent ak-bent ak

c. Pew aw ancara berpakaian dan berperhiasan secara berlebihan, sehingga responden merasa m inder dan enggan diwaw ancarai d. Pew aw ancara t erkesan sebagai pet ugas pem erint ah (pegaw ai

pajak, bank) sehingga responden menduga hendak dit agih hut angnya.

9. M asalah pengisian kuesioner a. Tulisan jawaban tidak jelas

b. Kalimat kurang jelas at au sulit dimengert i

c. Pert anyaan yang t idak berlaku t idak dicoret , sehingga t erkesan t idak lengkap

d. Ada pert anyaan yang belum t erjaw ab (dalam hal ini pew aw ancara t idak diperkenankan mengarang jaw aban).

C. Peralatan yang Perlu Dipersiapkan

Pencari dat a hendaklah mempersiapkan segala sesuat u yang sekiranya diperlukan untuk m enunjang kelancaran kerja. M asalah yang sering t erjadi di lapangan m isalnya isi ballpoint habis, penyerut pensil t idak ada, ada kesalahan penulisan jawaban, dan lain-lain. Untuk m engat asi hal-hal t ersebut m aka perlu persiapan segala peralat an. Adapaun alat yang perlu dipersiapkan adalah:

1. Buku cat at an saku


(2)

49

3. Pensil lebih dari satu. Keuntungan m enggunakan pensil adalah bila t erdapat kesalahan penulisan jaw aban dapat dengan m udah dihapus 4. Karet penghapus

5. Penyerut pensil

6. Kuesioner t ambahan (untuk mengantisipasi kesalahan penulisan at au rusak)

7. St opmap plast ic

8. Handboard unt uk alas menulis 9. Surat pengantar/ ket erangan diri 10.Surat izin survai

11.Kart u ID (KTP at au kartu m ahasisw a) 12.Daft ar responden

13.Pet a


(3)

50

BAB VI

PENYUSUNAN LAPORAN DAN PENILAIAN

A.Penyusunan Laporan

Ada dua alt ernat if cara penyusunan laporan hasil kerja lapangan, yakni penyusunan laporan dilakukan di lokasi kerja lapangan dan penyusunan laporan dilakukan di kam pus. Kedua cara t ersebut m asing-masing mem iliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan penyusunan laporan di lokasi KKL adalah (1) laporan dapat t ersusun secara cepat karena ada t arjet w akt u yang cepat (2) penilaian dapat dilakukan sesegara mu ngkin, yakni saat mahasisw a m asih berada di lapangan. Dengan demikian penyerahan nilai hasil kuliah kerja lapangan ke subbag Akadem ik juga dapat dilakukan sepulang dari lapangan; (3) kem ungkinan dat a t ercecer at au hilang sangat kecil; (4) ingat an m ahasisw a m asih segar; (5) bila dalam penyusunan laporan t erdapat kekurangan dat a, m ahasisw a dapat m elengkapi dat a dengan kem bali turun ke lapangan.

Kelebihan dari penyusunan laporan di kam pus adalah (1) m enghem at biaya, karena penysunan laporan m em erlukan wakt u seharian di lokasi (base cam p) sehingga mem erlukan biaya, padahal kalau hanya menyusun laporan dapat dilakukan di kampus; (2) kualit as laporan dapat lebih baik, karena t erdapat w akt u yang cukup unt uk analisis dat a, int erpret asi, dan mem berikan deskripsi t erhadap dat a yang diperoleh sehingga laporan m enjadi kom prehensif dan m em iliki t ampilan yang menarik; (3) Dukungan referensi yang m em adahi, yakni mahasisw a dapat mencari berbagai dat a pendukung dari berbagai jurnal dan buku; (4) ada w akt u yang cukup bagi m ahasisw a unt uk berdiskusi dengan t eman sekelom pok maupun dengan pembim bing m engenai permasalahan yang dit eliti di lapangan, sehin gga dapat diperoleh kesim pulan yang baik; (5) dukungan peralat an laboratorium di kam pus yang m em ungkinkan dat a dapat diuji secara lebih t elit i dan hati-hat i.


(4)

51

Susunan laporan hasil kuliah lapangan dapat bervariasi asalkan m em enuhi persyarat an kandungan, sepert i: lat ar belakang m asalah, identifikasi m aalah, m aksud/ tujuan penelit ian, perumusan m asalah, kajian pust aka, kerangka berpikir, hipot esis (bila penelitian dilakukan untuk m enguji hipot esis), m et ode penelit ian, hasil penelit ian dan pem bahasan, sim pulan, dan daft ar pust aka. Unt uk memudahkan pengecekan dan penilaian oleh dosen pem bim bing, sebaiknya sist em at ika laporan mengikut i pola berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

A. Lat ar Belakang M asalah B. Identifikasi M asalah C. Pembat asan M asalah D. Perum usan M asalah E.Tujuan Kegiat an F.M anfaat Kegiat an BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori B. Kerangka Berpikir C. Hipot esis Penelit ian BAB III. M ETODE PENELITIAN

A. Lokasi dan W aktu Penelit ian B. Popolasi dan Sampel

C. Teknik pengambilan Sampel D. Teknik pengumpulan dat a E. Inst rumen penelit ian F. Pengolahan dat a G. Teknik analisis dat a

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelit ian

B. Hasil Penelitian C. Pem bahasan


(5)

52

BAB V. PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAM PIRAN

B. Penilaian

Penilaian dilakukan oleh para dosen pem bimbing masing-m asing kelom pok m ahasisw a. Hasil penilaian dari m asing-m asing dosen pembimbing diserahkan kepada dosen yang bert indak sebagai Koordinat or KKL. Adapun kom ponen penilaian m encakup beberapa aspek, yakni: keakt ifan saat pem bekalan at au kehadiran, kerjasama dalam kerja kelom pok, keakt ifan di lapangan, penyusunan laporan, penguasaan kom pet ensi saat ujian akhir. Bobot penilaian m asing-masing komponen t ert era pada t able 4 berikut:

Tabel 4. Komponen dan Bobot penilaian KKL Sosek

No Komponen penilaian Bobot

1. Keakt ifan saat pembekalan 5%

2. Kerjasama dalam kelompok 10%

3. Keakt ifan di lapangan 25%

4. Penyusunan laporan 15%

5. Ujian akhir 45%

Jumlah 100%

Tabel 5. Pedoman penilaian

Standar nilai Nilai Huruf Predikat

86 – 100 A Sangat baik sekali

80 – 85 A- Baik sekali

75 – 79 B+ Lebih dari baik

71 – 74 B Baik

66 – 70 B- Agak baik

64 – 65 C+ Lebih dari cukup

56 – 63 C Cukup

00 – 55 D Kurang


(6)

53

DAFTAR PUSTAKA

M art inis Yamin. 2005. St rat egi Pembelajaran Berbasis Kompet ensi. Jakart a: Gaung Persada Press.

M asri Singarim bun dan Sofian Effendi (ed). 1989. M et ode Penelit ian Survai. Jakart a: LP3ES

Rice, Gw enda A., and Bulm an, Teresa L., 2001. Fieldw ork in t he Geography

Curriculum: Filling t he Ret horic-Realit y Gap. Indiana: Nat ional Council for Geographic Education

Slam et Suprayogi, dkk., 2005. Panduan KKL 2 Geografi Fisik dan Lingkungan.Yogjakart a: Fakultas Geografi UGM .

Suharyono dan M och. Amin, 1994. Pengant ar Filsafat Geografi. Jakart a: P3M TK Dirjen Dikt i

Sumaat m adja, Nursid, 1988. St udi geografi: Suat u Pendekat an dan Analisa

Keruangan. Bandung: Penerbit Alumni

Syaiful Bahri Djamarah dan Asw an Zain. 1997. St rat egi Belajar M engajar. Jakart a: Rineka Cipt a.