ANALISIS AKTIVITAS DISTRIBUSI DAN USULAN PENGGUNAAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. Azam Jaya – Sidoarjo).

(1)

ANALISIS AKTIVITAS DISTRIBUSI DAN USULAN PENGGUNAAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP)

(Studi Kasus Di UD. Azam Jaya – Sidoarjo)

S

SKKRRIIPPSSII

D

DiiaajjuukkaannOOlleehh:: VINA NUR QONITA

NPM : 0732010105

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat Tuhan YME yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan Penelitian Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Analisis Aktivitas Distribusi Produk Sandal Dan Usulan Penggunaan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) di UD. Azam Jaya - Sidoarjo” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Strata - 1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terselesaikannya Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT karena atas ijin-NYA lah laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

2. Orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada saya. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto,MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak Ir. Budi Santoso MMT. Selaku Dosen Pembimbing I 7. Bapak Ir. Joumil Aidil SZS MT. Selaku Dosen Pembimbing II 8. Dosen penguji Seminar 1 & 2 maupun Dosen Penguji Skripsi saya.

9. Bapak Saiful Mu’in selaku pimpinan perusahaan UD. Azam Jaya - Sidoarjo. 10.Ibu Lis pembimbing lapangan di UD. Azam Jaya - Sidoarjo dan Seluruh

karyawan UD. Azam Jaya - Sidoarjo yang telah meluangkan waktunya terhadap penelitian saya.

11.Sahabat-Sahabat saya yang selalu memberi support dan membantu menyelesaiakan skripsi ini.


(3)

12.Seluruh Assisten Laboratorium Pemrograman Komputer dan SSI Teknik Industri Th 2011.

13.Teman-teman seangkatan khususnya Paralel C dan Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Skripsi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, namun hal itulah yang mendorong kami untuk berbuat lebih baik. Kami mohon maaf jika penulisan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini terdapat kesalahan, Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Surabaya, 8 September 2011

Hormat kami


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah.... ... 2

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Persediaan... 6

2.1.1 Timbulnya Persediaan... 7

2.1.2 Fungsi Persediaan ... 8

2.1.3 Jenis Persediaan ... 9

2.1.4 Biaya – Biaya dalam Sistem Persediaan ... 10

2.1.5 Sistem Persediaan Demand Independent : Model Deterministik... 11

2.1.5.1 Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item ... 12


(5)

2.2 Distribution Requirement Planning ... 16

2.2.1 Konsep Distribution Requirement Planning... 20

2.2.2 Fungsi Distribution Requirement Planning ... 22

2.3 Penentuan Ukuran Lot dan Stock Pengaman ... 23

2.4 Peramalan... 27

2.4.1 Peran Akan Teknik Peramalan ... 32

2.4.2 Prinsip-prinsip Dalam Menggunakan Peramalan Permintaan... 32

2.4.3 Metode Peramalan ... 33

2.4.4 Peramalan Demand Bulanan ... 39

2.4.5 Pengujian Peramalan ... 40

2.5 Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 51

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 53

3.4 Metode Pengolahan Data ... 53

3.5 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 65

4.1.1 Data Permintaan Produk Bulanan ... 65

4.1.2 Data Inventory On Hand ... 68

4.1.3 Lead Time... 68

4.1.4 Biaya Pengiriman ... 69


(6)

4.2 Pengolahan Data ... 72

4.2.1 Perhitungan Biaya Ditribusi Metode Perusahaan ... 72

4.2.2 Perhitungan Biaya Ditribusi Metode DRP... 73

4.2.2.1 Menghitung EOQ dan SS... 74

4.2.2.1.1 Menghitung Economic Order Quantity ... 74

4.2.2.1.2 Menghitung Safety Stock... 75

4.2.3 Perbandingan Metode Perusahaan Dengan Metode DRP... 77

4.2.4 Membuat Diagram Pencar Data Permintaan... 78

4.2.4.1 Menghitung Mean Square Error(MSE) ... 79

4.2.4.2 Uji Verifikasi dengan Moving Range Chart ... 79

4.2.4.3 Menentukan Peramalan Demand Bulanan ... 81

4.2.4.4 Menghitung EOQ dan SS... 82

4.2.4.4.1 Menghitung Economic Order Quantity ... 83

4.2.4.4.2 Menghitung Safety Stock... 84

4.2.5 Pembuatan Total Kebutuhan Seluruh Produk ... 85

4.3 Analisa dan Pembahasan... 86

4.3.1 Perbandingan Metode Perusahaan dengan Metode DRP... 112

4.3.2 Perencanaan Distribusi Hasil Peramalan Dengan Metode DRP ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran... 96 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Logistik... 6

Gambar 2.2 Model Persedian Klasik ... 12

Gambar 2.3 Kurva Total Cost Minimum ... 14

Gambar 2.4 Distribution Requirement Planning ... 17

Gambar 2.5 Pola data Horison ... 29

Gambar 2.6 Pola data Musiman ... 29

Gambar 2.7 Pola data Siklus ... 30

Gambar 2.8 Pola data Trend... 30

Gambar 2.9 Grafik Moving Range ... 37

Gambar 3.1 Struktur Distribusi Produk ... 55

Gambar 3.2 Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart) ... 58

Gambar 4.1 Diagram Pencar Data Permintaan Produk GN ... 78


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan MRP dan DRP ... 18

Tabel 2.2 Pebedaan MRP dan DRP ... 18

Tabel 2.3 Hasil Analisa Perhitungan DRP... 21

Tabel 2.3 Formulasi Titik Reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart .. 25

Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap item ... 56

Tabel 4.1 Data Permintaan Produk GN... 66

Tabel 4.2 Data Permintaan Produk SL... 66

Tabel 4.3 Data Permintaan Produk SW ... 67

Tabel 4.4 Data Permintaan Produk JP... 67

Tabel 4.5 Inventory On Hand Januari 2010 ... 68

Tabel 4.6 Inventory On Hand Februari 2011 ... 68

Tabel 4.7 Lead Time... 69

Tabel 4.8 Rincian Biaya Penyimpanan ... 69

Tabel 4.9 Biaya Simpan Produk GN (Rp. 300,-/pasang/bulan)... 70

Tabel 4.10 Biaya Simpan Produk SL (Rp. 250,-/pasang/bulan) ... 70

Tabel 4.11 Biaya Simpan Produk SW (Rp. 200,-/pasang/bulan)... 71

Tabel 4.12 Biaya Simpan Produk JP (Rp. 250,-/pasang/bulan)... 71

Tabel 4.13 Biaya Simpan Produk selama 1 tahun... 72

Tabel 4.14 Total Biaya Pengiriman selama 1 tahun ... 73

Tabel 4.15 Economy Order Quantity (EOQ) (pasang) ... 75

Tabel 4.16 Safety Stock (SS)... 76

Tabel 4.17 Total Cost Disrtibution dengan DRP ... 77

Tabel 4.18 Perbandingan Hasil Total Cost ... 77

Tabel 4.19 Mean Square Error ... 79

Tabel 4.20 Perhitungan Moving Rang Chart Produk GN ... 80

Tabel 4.21 Hasil Peramalan Demand Bulanan ... 82

Tabel 4.22 Economy Order Quntity(DRP) (pasang) ... 84

Tabel 4.23 Safety Stock (SS) ... 85


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran B Data Permintaan dan Plot Data untuk Peramalan Lampiran C Perhitungan EOQ

Lampiran D Perhitungan Safety Stock

Lampiran E Perhitungan Total Biaya Distribusi

Lampiran F Plot Data Permintaan Masing-masing Produk Lampiran G Tabel Forcesting Masing-masing Produk Lampiran H Total Perhitungan Moving Range Chart (MRC) Lampiran I Hasil Peramalan Demand Bulanan

Lampiran J Perhitungan EOQ

Lampiran K Perhitungan Safety Stock


(10)

ABSTRAK

Suatu perusahaan banyak dihadapkan pada masalah yang berhubungan dengan sistem distribusi. Masalah yang timbul karena konsumen berada pada lokasi yang terpisah secara geografis, hal ini mengakibatkan pentingnya untuk menyimpan persediaan pada beberapa lokasi sehingga dapat menimbulkan masalah pada manajemen dalam mengkoordinasikan sistem distribusi dari bagian pemasaran, juga pada bagian produksi yang akan menghasilkan produk terbaik. Untuk itu diperlukan adanya sistem distribusi yang baik serta persediaan produk yang tepat agar tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga.

UD. Azam Jaya adalah perusahaan sandal, perusahaan ini memproduksi produk Sandal di antaranya yaitu GN, SL, SW, dan JP. UD. Azam Jaya tampaknya belum memiliki satu aktivitas distribusi yang baik. Aktivitas distribusi yang dijalankan oleh perusahaan kurang efektif dan memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya sering terjadi kelebihan atau kekurangan terhadap permintaan produk dan keterlambatan pengiriman produk. Hal ini karena pihak perusahaan belum dapat memperkirakan kapan permintaan yang akan datang dan berapa jumlah yang akan dipesan.Sehingga pihak perusahaan mengalami kekurangan persediaan produk

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode Distribution

Requirement Planning (DRP) dengan harapan dapat dilakukan pendistribusian produk dari pabrik ke

kota distribusi secara optimal. Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi eselon. Tujuan dari Distribution

Requirement Planning (DRP), yaitu melakukan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan

dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

Hasil untuk perbandingan biaya distribusi dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 82.458.000.- dan untuk metode DRP sebesar Rp.77.949.600.- , dengan penghematan sebesar 5,4%. Hasil penelitian didapatkan aktivitas distribusi produk adalah sebagai berikut, Produk GN: Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1461 pasang, warehouse Semarang sebanyak 2187 pasang, warehouse Jakarta sebanyak 2428 pasang. Produk SL: Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1612 pasang, warehouse Semarang sebanyak 2709 pasang, warehouse Jakarta sebanyak 2620 pasang. Produk SW: Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1827 pasang, warehouse Semarang sebanyak 2709 pasang, warehouse Jakarta sebanyak 2990 pasang. Produk JP: Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1594 pasang, warehouse Semarang sebanyak 2433 pasang,

warehouse Jakarta sebanyak 2681 pasang.


(11)

ABSTRACT

A lot of companies faced with problems related to the distribution system. Problems arise because consumers are at geographically separate location, this resulted in the need to keep inventory at multiple locations so that it can cause problems on management in co-ordinating the distribution system from the marketing department, also in the production that will produce the best products. It required a good distribution system and supply the right product to the level of customer satisfaction and company profits can b maintained.

UD. Azam Jaya is a footear company, the company manufactures products in between the GN Slippers, SL, SW, JP. UD. Azam Jaya seems not to have a good distribution activities. Distribution activities undertaken by the company are less effective and has few weaknesses. Among frequent excess or shortage of product demand and delays in product delivery. This is because the company could not predict when demand will come and how much will . The companies have a shortage of product inventory.

Given these problems, the research conducted by the method of Distribution Requirements Planning (DRP) can be done with the hope of distributing the product from the factory to the optimal distribution of cities. Distribution Requirements Planning is a method to handle th procurement of supplies in an echelon distribution network. The purpose of the Distribution Requirement Planning (DRP), which is doing a good distribution activities, so that the sucessin meeting customer demand will be more optimal , improved sales performance in fulfilling orders in a timely and appropriate amount so that distribution costs can be reduced to a minimum.

Results for comparison of distribution costs by using the methods of the company amounted to Rp. 82.458.000,- and for the DRP method of Rp. 77.949.600,-, with savings of 5,4%. The results obtained produt distribution planning I as follows, GN Products: Delivery to the warehouse Sepanjang many as 1461 pairs, 2187 pairs of semarang, Jakarta warehouse as many as 2428 pairs. SL Products: Delivery to the warehouse Sepanjang many as 1612 pairs, 2709 pairs of Semarang, Jakarta warehouse of 2620 pairs. Product SW: Delivery to the warehouse Sepanjang many as 1827 pairs, 2709 pairs of Semarang Jakarta Warehouse of 2990 pairs. JP Produts: Delivery to the warehouse Sepanjang many as 1594 pairs, 2433 pairs of Semarang, Jakarta warehouse as many as 2681 pairs.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri memiliki tingkat persaingan yang ketat dalam era pasar bebas, meskipun dalam tingkat distributor. Distributor dituntut menyalurkan produk dengan baik untuk mencegah kekosongan stok. Konsumen akan merasa puas terhadap pelayanan distributor, jika produk tersebut tiba tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu. Hal ini mengakibatkan kebijakan untuk pengendalian persediaan produk pada suatu lokasi tertentu sangat penting dilakukan oleh manajemen dalam mengkoordinasikan aktivitas distribusi dari bagian pemasaran sehingga keuntungan perusahaan tetap stabil.

UD. Azam Jaya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang sandal. Perusahaan ini memiliki berbagai jenis produk sandal. Perusahaan melakukan distribusi produknya melalui distributor yang tersebar di wilayah Sepanjang, Semarang dan Jakarta. Pengiriman produk dilakukan sesuai dengan permintaan masing-masing warehouse dengan menggunakan sarana transportasi darat.

Distribusi yang dilakukan perusahaan UD. Azam Jaya didasarkan atas permintaan dari para distributor yang bertindak sebagai warehouse. Di dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu aktivitas distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua jenis produk yang datang pada waktu, jumlah, dan tempat yang berlainan untuk masing-masing jenis produk kurang terkontrol sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan, baik pada pabrik maupun pada masing-masing warehouse.


(13)

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan aktivitas distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP). Diharapkan dengan adanya aktivitas distribusi yang baik, keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimum mungkin.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan kondisi di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

”Bagaimana menganalisis aktivitas distribusi produk sesuai kapasitas persediaannya untuk permintaan produk dengan biaya distribusi minimum di UD. Azam Jaya-Sidoarjo?”

1.3 Batasan Masalah

Dengan tanpa mengurangi maksud dan tujuan penelitian serta untuk menyederhanakan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Produk yang diteliti ada 4 komponen yaitu produk sandal GN, produk sandal SL, produk sandal SW, dan produk sandal JP

2. Proses produksi tidak dibahas secara khusus dalam penulisan skripsi ini. 3. Biaya produksi (set-up) untuk masing-masing produk tidak dibahas. 4. Terdapat 3 kota tujuan distribusi, yaitu Sepanjang, Semarang, Jakarta.


(14)

5. Data yang diambil adalah data permintaan yang didapatkan dari perusahaan mulai bulan Februari 2010 sampai dengan Januari 2011.

6. Service Level masing-masing distributor sebesar 90 %.

1.4 Asumsi

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai berikut : 1. Tidak diijinkan adanya back order.

2. Harga produk tidak mengalami perubahan selama penelitian. 3. Data yang digunakan adalah valid.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian mengenai perencanaan distribusi adalah: 1. Untuk mengetahui aktivitas pendistribusian ke tiga kota tujuan, yaitu

Sepanjang, Semarang, Jakarta.

2. Untuk menentukan total biaya distribusi yang minimum.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

Bagi Penulis :

1. Menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang pendistribusian produk dari perusahaan sampai ke distributor.

2. Menerapkan teori yang telah didapat selama di bangku perkuliahan dengan praktek di lapangan.


(15)

Bagi Universitas :

1. Memberikan Informasi mengenai metode Distribution Requirement

Planning (DRP).

2. Menambah koleksi perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Bagi Perusahaan :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi perusahaan dengan harapan dapat digunakan sebagai referensi mengenai sistem penjadwalan distribusi produk.

1.7 Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami Tugas Akhir (skripsi) ini, maka berikut disajikan sistem penulisan yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN

Berisi gambaran umum masalah yang terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Asumsi, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang landasan teori yang menjadi referensi atau acuan yang akan digunakan untuk melakukan pembahasan dan analisa masalah nantinya, yang mana lanadasan teori ini berisi teori-teori tentang suatu metode peramalan, pandangan umum tentang persediaan, tinjauan umum metode Distribution Requirement


(16)

Planning, juga mencakup konsep, dan kegunaan distribusi tersebut

pada proses distribusi produk. BAB III METODE PENELITIAN

Mencakup lokasi pencarian data, metode pengumpulan data dan pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi hasil dan pembahasan data yang didasarkan atas teori yang telah diuraikan di atas dengan menggunakan data-data yang telah didapat selama penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa data yang telah dikerjakan dan saran yang dianjurkan untuk pertimbangan perusahaan di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi Persediaan

Distribusi adalah bagian yang bertangung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliaan aliran material dari produsen ke konsumen dengan suatu keuntungan. Pergerakan / aliran material ini terdiri dari pasokan yang merupakan pergerakkan dan penyimpanan bahan mentah dari pemasok ke pabrikan, dan distribusi yang mempunyai pergerakkan barang jadi dari pabrik ke pelanggan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1 Sistem Logistik

(Sumber : “Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif”,Biegel, J.E, 1992)

Sedangkan persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses produksi dan distribusi perusahaan.

Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.

Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan


(18)

keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang digunakan.

2.1.1 Timbulnya Persediaan

Sebab-sebab diperlukannya persediaan dalam suatu sistem, baik sistem manufaktur maupun non manufaktur dapat diklasifikasikan ke dalam lima alasan antara lain :

1. Faktor Waktu

Bila jangka waktu pengiriman bahan relatif lama. Dalam suatu proses produksi, pengiriman material dari supplier, pemeriksaan bahan baku, pembuat produk dan pengiriman ke konsumen melalui persediaan perusahaan dapat mengurangi rentang waktu dalam pemenuhan demand.

2. Faktor Ketidakseimbangan

Seringkali jumlah yang dibeli lebih besar dari pada yang dibutuhkan. Kerena membeli dalam jumlah yang besar pada umunya lebih ekonomis/murah, sehingga sebagian bahan/barang yang belum digunakan disimpan sebagai persediaan.

3. Faktor yang tidak pasti

Persediaan menjadikan perusahaan memiliki “rasa aman” terhadap kejadian-kejadian yang tidak di harapkan dan tidak terencana. Apabila terjadi kesalahan dalam perkiraan, pengiriman yang tertunda, kerusakan mesin dan


(19)

kondisi alam yang tidak pasti, maka pemenuhan kebutuhan bahan baku dapat dilakukan dengan menggunakan persediaan yang telah ada.

4. Faktor ekonomi

Faktor ini dapat memberikan alternatif pengurangan biaya karena adanya persediaan, perusahaan dapat membeli bahan baku ataupun berproduksi pada tingkat yang menguntungkan. Pembelian bahan baku pada tingkat tertentu dapat menghasilkan discount. Persediaan juga mampu untuk menstabilkan kebutuhan mesin maupun manusia di suatu proses produksi.

5. Faktor keuntungan

Keinginan melakukan spekulasi untuk mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga barang di masa mendatang.

(Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif”,Biegel, J.E, 1992)

2.1.2 Fungsi Persediaan

Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan, diantaranya adalah sebagai berikut (Sofyan Assauri, 1993, hal. 219) :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.


(20)

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.

2.1.3 Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang-barang tersebut diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.

b. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang kemudian diproses kembali menjadi barang jadi.

c. Persediaan barang-barang pembantu atau perlengkapan (supplier stock) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen dari barang jadi.

d. Persediaan komponen produk (components stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen diterima dari perusahaan lain,


(21)

yang dapat secara langsung di-assembling dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya

e. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

(Manajemen Persediaan”,Yamit, Z., 2005)

2.1.4 Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan

Tujuan dari adanya pengaturan persediaan adalah untuk menentukan bahan baku dan barang jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan biaya rendah, untuk itu ada empat parameter yang perlu diperhatikan :

1. Biaya Pembelian (purchasing cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan.

Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break, dimana harga barang perunit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian ini tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1tahun) konstan akan hal


(22)

ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus disimpan.

2. Biaya Pengadaan (procurement cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperlukan diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

3. Biaya Pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok (Supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya pengiriman dan seterusnya. Biaya ini di asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

4. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost)

Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan.

(Manajemen Persediaan”,Yamit, Z., 2005)

2.1.5 Sistem Persediaan Demand Independent : Model Deterministik

Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri dari sistem economic order quantity (EOQ) single item dan economic order quantity (EOQ) multi item.


(23)

2.1.5.1 Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item

Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan dikenai sebagai Economic Order Quantity (EOQ). Model persediaan klasik dari EOQ dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana Q adalah ukuran order.

Gambar 2.2 Model Persediaan Klasik (Richard J. Tersine, 1994, 4 th, hal 93). Dimana :

Q = Ukuran lot

Q/2 = Rata - rata persediaan B = Titik order kembali ac = ce = Interval antar order ab = cd = ef = lead time

Model persedian yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Hanya satu item produk yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui. 3. Produk yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia. 4. LeadTime bersifat konstan.


(24)

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (strorage).

7. Tidak ada quantity discount.

Dengan tidak mengijinkan stock out, total biaya persediaan digambarkan pada Gambar 2.2. dan formulasinya adalah:

n Penyimpana B Pemesahan B Pembelian B Annual Biaya

Total   

 

2 HQ Q CR RP Q

TC   

Dimana:

R = Permintaaan tahunan dalam unit P = Biaya pembelian dari sebuah item C = Biaya pemesanan tiap kali pesan H - PF = Biaya penyimpanan per unit per tahun Q = Ukuran lot atau besarnya order dalam unit F = Fraksi biaya penyimpanan

Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ), diturunkan total biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil nol.

0 Q CR 2 H dQ dTC 2   

Sehingga didapat formulasi EOQ

PF 2CR H

2CR Q* 


(25)

2C HR *

Q R

m 

Rata-rata tenggang waktu antar order T, formulasinya :

HR 2C m

* Q m

1

T  

Titik pemesanan kembali (reorder point) didapatkan dengan menentukan demand yang akan terjadi selama priode Lead Time. Jika Lead Time L dinyatakan dalam bulan, formulasi titik order :

12 RL B

Jika Lead Time dinyatakan dalam minggu, formulasinya :

52 RL B

Total biaya minimum didapatkan dengan mensubsitusikan nilai Qo pada Q dalam pemesanan total biaya mannual :

 

Q* PR HQ*

TC  

Gambar 2.3 Kurva Total Cost Minimum Richard J. Tersine, 1994, 4 th, Prentice hal 94.


(26)

2.1.5.2 Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item

Model ini merupakan model EOQ untuk pembelian bersama (Joint Purchase) beberapa jenis item, dimana asumsi-asumsi yang dapat dipakai adalah : a. Tingkat permintaan untuk setiap jenis item bersifat konstan dan diketahui

dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tidak ada stock out maupun biaya stock out.

b. Lead timenya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan akan datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.

c. Holding cost, harga per-unit (unit cost) dan ordering untuk setiap item diketahui.

Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan menderivasi biaya total persediaan yang, terdiri dari total ordering cost dan total holding cost selama periode tertentu, dimana :

Rpi Q

D ki K

Cost Ordering Total

Dimana :

K = Biaya pemesanan yang tidak tergantung jumlah item

ki = Biaya pemesanan tambahan karena adanya penambahan item-i kedalam pesanan

d1 = Biaya selama periode tertentu untuk item-i

D = Biaya yang diperlukan selama periode tertentu untuk semua itu

QRpi = EOQ untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah


(27)

Total holdingcost dapat diformulasikan :

QRpi 2 h Cost Holding Total Sehingga :

  Rpi RPi Q 2 h Q D ki K TC

Nilai EOQ optimal dapat dirumuskan :

h ki K Rpi *

Q  

EOQ untuk masing-masing item dalam unit dirumuskan:

i i C Rp * Q Q

Frekuensi pemesanan yang terjadi setiap periode dirumuskan:

D Rp * Q f 1 *

T  

Sumber : (Nasution, A. H., 2004, Hal 235-236)

2.2Distribution Requirement Planning

Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu : distribution requirement planning dan distribution resource planning.

Distribution Requirement Planning adalah berfungsi menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada distribution center. Sedangkan Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari distribution requirement planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan pengendalian pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari sumber-sumber yang terkait dalam sistem distribusi seperti


(28)

: warehouse space, tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing. Termasuk di sini adalah keterkaitan dari replenishment system ke financial system dan penggunaan simulasi sebagai alat untuk meningkatkan performansi sistem. (Gasperz, Vincent, 2004, hal 300-301)

Distribution Requirement planning merupakan aplikasi dari angka logika Material Requirement Planning (MRP). Persediaan Bill of Material (BOM) pada MRP diganti dengan Bill of Distribution (BOD) pada Distribution Requirement Planning (DRP) menggunakan logika Time Phased On Point (TPOP) untuk memerlukan pengadaan kebutuhan pada jaringan (Richard J. Tersine, Principle Inventory and Material Management, 1998).

Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level yang lebih tinggi.

Konsep umum DRP dapat dilihat dalam gambar 2.4

Gambar 2.4 Distribution Requirement Planning

( Sumber : Principle Inventory and Material Management, Richard J. Tersine, 1998).


(29)

Persamaan : 1. Menggunakan cara perhitungan matematis yang sama. 2. Mempunyai matriks komponen perhitungan yang sama. 3. Membedakan Independent demand dan dependent demand. 4. Metode berlaku untuk dependent demand.

5. Keduannya menggunakan cara pemesanan berdasarkan rentang waktu.

Tabel 2.1. Persamaan MRP dan DRP

MRP DRP Untuk kegiatan manufakturing. Untuk kegiatan distribusi.

Menghitung kebutuhan tiap komponen.

Menghitung kebutuhan barang untuk tiap pusat distribusi.

Cocok untuk pabrik jenis rakitan. Cocok untuk sistem distribusi bertingkat.

Biasanya untuk bahan baku/ penolong.

Biasanya untuk barang jadi/ komoditas.

MRP adalah proses dari atas, yaitu dari Master Production Schedule ke kebutuhan tiap komponen.

DRP adalah proses dari bawah, yaitu dari kebutuhan Retail ke Distritibution Center dan Warehouse Center.

Perbedaan :

Semua kebutuhan komponen bersifat dependent.

Kebutuhan Retail bersifat Independent, sedangkan kebutuhan DC dan WC bersifat Dependent.

(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 249)

Tabel 2.2. Perbedaan MRP dan DRP

.

(James H. Green, PhD, 2nd , Mc. Grow-Hill, Inc., 1987, hal. 222).

Gambar 2.5 Perbedaan MRP dan DRP

Pada gambar 2.5 diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada gambar (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3


(30)

komponen. Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP) untuk kemudian tiap-tiap komponen dapat dijadwalkan kebutuhannya.

Sedangkan pada gambar (b) merupakan struktur distribusi (BOD) terlihat 1 sumber penawaran (SS) terdiri dari 3 pusat distribusi (DC). Pada DRP, langkah awalnya adalah membuat perencanaan permintaan dari masing-masing pusat distribusi untuk kemudian sumber penawaran melakukan eksekusi berupa pemenuhan kebutuhan tiap-tipa pusat distribusi.

Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level yang lebih tinggi.

Pengolahan data dengan metode DRP dimulai dengan perhitungan Safety Stock (SS) untuk mengetahui batasan inventory agar tidak terjadi stock out. Kemudian dilakukan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengetahui berapa jumlah produk yang harus disediakan baik oleh masing – masing warehouse.

Formulasi Safety Stock adalah :

L . D -B S

Reorder Point: L Z DL

B 

Dimana :

S = SafetyStock B = Titik reorder D = Rata - rata demand


(31)

Zα = Standard deviasi permintaan

EOQ ditentukan dengan melihat dengan melihat demand bulanan tiap item pada masing-masing distributor.

Nilai EOQ dirumuskan :

H C Rm 2

EOQ  

Rm = Rata – rata permintaan tiap bulan (unit)

= 12

D

C = Biaya Pengiriman (Rp./kirim) H = Biaya Penyimpanan (Rp./unit/bulan)

2.2.1. Konsep Distribution Requirement Planning

Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level yang langsung memenuhi consumer.

Distribution Requiremeni Planning lebih menekankan pada aktivitas pengendalian dari pada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat memprediksi masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar-benar terjadi memberikan titik pandang terhadap jaringan distribusi.


(32)

Distribution Requirement Planning tiap Warehouse dan item ditabulasikan sebagai berikut :

X Distribution Center

On Hand Balance : Lead Time :

Safety Stock : Order Quantity : Period

Past

Due 1 2 3 4 5 6 7 8

Gross Requirement Schedule Receipts Projected On Hand

Net Requirements

Planned Order Receipts

Planned Order Release

(Richard J. Tersine, 1994, 4 th, hal 93).

Tabel 2.3 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap Warehouse

Langkah - langkah dasar DRP adalah sebagai berikut 1. Gross Requirement merupakan permintaan tiap bulan.

2. Scheduled Reciepts, dikenal juga dengan jadwal penerimaan adalah 3. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut:

Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

4. Net Requirement mengidentifikasikan kapan level persediaan (Scheduled Receipt - Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh Gross Requirement. Untuk sebuah periode :

Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt + Projected On Hand Periode sebelumnya).

5. Planned Order Receipt ukuran rencana penerimaan dalam suatu periode pada saat dibutuhkan. Diisikan pada periode yang sama dengan Net Requiremen tetapi ukurannya disesuaikan dengan ukuran lot.


(33)

6. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned Order Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order Receipt dengan Lead Time.

(Richard J. Tersine, 1994, hal 348)

2.2.2. Fungsi Distribution Requirement Planning

Distribusi Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem distribusi. Dengan kebutuhannya persediaan time phasing pada tiap level jaringan distribusi. DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem benar-benar terjadi.

Perencanaan horizon dan Distribution Requirement Planning seharusnya adalah sekurang-kurangnya sama dengan lead time kumulatif, perencanaan kembali dan jaringan dilakukan secara periodik biasanya sekurang-kurangnya sekali seminggu.

Keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah : 1) Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun.

2) DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari distribusi ke manufaktur untuk pembelian.

3) DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distribusi dari sumber penawaran ke titik distribusi.

2.2.3 Sistem Distribusi Tarik (Pull)

Pada sistem pull, setiap pusat distribusi daerah (agen) menentukan apa yang dibutuhkan dan memesan kebutuhannya sendiri ke sumber diatasnya.


(34)

Distribusi (agen) toko bertindak independent satu sama lain dan memesan kebutuhannya sendiri tanpa memperhatikan kebutuhan agen yang lain, stock yang tersedia pada distributor maupun jadwal produksi tiap lokasi menentukan rencana sendiri dan biasanya memiliki safety stock sendiri.

Sistem pull tradisional ini bereaksi terhadap permintaan tanpa mengantisipasinya. Tidak ada komunikasi antara agen dan sumbernya, komunikasi terjadi secara khusus pada saat pemesanan. Hal ini menyebabkan permintaan yang sangat fluktuatif pada sumbernya. Sehingga dibutuhkan safety stock yang besar pada sumbernya, selain safety stock pada agen.

Kelebihan sistem pull ini adalah agen dapat beroperasi secara otonom (tidak tergantung pada sumber atau agen lainnya), selain itu pengeluaran atas pemrosesan data dan komunikasinya dilakukan pada saat dilakukan pemesanan. Namun kelemahannya adalah pesanan ditempatkan tanpa mengetahui dan menyeimbangkan dengan agen lainnya, serta tanpa memperhatikan stock yang ada dan jadwal produksi.

(Nasution, Arman Hakim, 2006, hal 466-468)

2.2.4 Sistem Distribusi Dorong (Push)

Pada sistem ini perkiraan kebutuhan untuk tiap agen ditotal per periode dan produksi dijadwalkan serta persediaan yang ada di alokasikan ke masing-masing agen.

Sistem perusahaan mempertimbangkan total proyeksi kebutuhan persediaan pada pusat distributor, persediaan dalam perjalanan dan rencana


(35)

penerimaan dari sumber (pabrik) serta menciptakan kuantitas yang tersedia untuk tiap agen dan pengecer.

Karakteristik sistem push ini adalah sebagi berikut :  Ramalan dibuat oleh distribusi

 Manajer dapat menerima, menyusun atau membatalkan pesanan. (Nasution, Arman Hakim, 2006, hal 466-468)

2.3 Penentuan Ukuran Lot dan Stock Pengaman

Penentuan ukuran lot dalam distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti frekuensi pengiriman, EOQ, ukuran kapasitas konsumen serta jumlah total yang dibutuhkan.

Teknik-teknik penentuan ukuran lot diantaranya sebagai berikut : 1. EOQ

2. Lot For Lot (LFL)

3. Fixed Order Interval (FOI) 4. Periode Order Quantity (POQ) 5. Least Unit Cost

6. Least Total Cost 7. Part Periode Balancing 8. Wagner Within Algoritma 9. Fixed Periode Requirement

Ukuran lot tidak didasarkan pada minimum biaya penyimpanan dan biaya pemesanan, bila biaya penyimpanan tidak diidentifikasikan baik secara marginal ataupun incremental.


(36)

Kebutuhan stock pengaman dalam suatu sistem multi eselon berbeda untuk tiap-tiap lokasi. Secara umum stock pengaman tidak dapat diasumsikan untuk semua eselon, namun disentralisasikan untuk masing-masing eselon. Bila item tersebut berharga mahal dengan demand yang relative murah, entralisasi stock pengaman merupakan alternatif terbaik, sebaliknya bila item tersebut berharga atau mempunyai biaya yang cukup rendah demand yang cukup tinggi, maka, alternatif terbaik adalah desentralisasi stock pengaman pada level terendah untuk meningkatkan service level.

Formulasi stock pengaman adalah S = BDL

Dimana :

S : Stock Pengaman B : Titik Reorder

D : Rata-rata Demand Harian L : Lead Time

Penentuan titik reorder (B) yang digunakan untuk menentukan stock pengaman tidak dapat digunakan teknik atau cara yang biasa dipakai, serta mempertimbangkan tingkat servive level yang diinginkan. Formulasinya berdasarkan tingkat service level yang digunakan.

Service level 95 %, artinya bahwa probabilitas 95 % dari permintaan tersebut tidak akan melebihi dari permintaan selama periode masa tenggang. Dengan kata lain, permintaan akan terpenuhi dalam 95%.


(37)

Resiko kehilangan biaya berkaitan erat dengan tingkat pelayanan. Tingkat pelayanan sebesar 95% menunjukkan bahwa resiko kehabisan persediaan sebesar 5 %.

Tingkat Pelayanan = 100% - resiko kehabisan stock (Rangkuti.F,(2004), PT. Raja Grafindo Persada - Jakarta)

Tabel 2.4 Formulasi titik reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart

Titik Reorder Tingkat Service Level

L

DL3,09D 99,90% L

DL2,58D 99,50% L

DL2,33D 99%

L

DL1,96D 97,50% L

DL1,64D 95%

L

DL1,28D 90%

L

DL1,04D 85%

L

DL0,85D 80%

L

DL0,67D 75%

(Richard J Tersine, Principles of Inventory and Material, Fourth Edition, 1998) Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan reorder point. Misal kita menggunakan tingkat pelayanan 95 %, maka untuk menghitung safety stock kita menggunakan rumus reorder point DL1,64D L, dan begitu seterusnya.


(38)

Perhitungan untuk mencari persediaan pengaman dapat dengan menggunakan deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD. Perlu dicatat bahwa perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan rumus standar deviasi ada kekurangan, yaitu perhitungan standar deviasi menyangkut perhitungan perkalian, pangkat, akar, dan cukup rumit. Untuk lebih mempermudah dalam perhitungan dapat digunakan rumus MAD (mean absolute debviation). Formulasi MAD adalah :

Persediaan Pengaman = MAD X Faktor Pengaman Keterangan :

- MAD = pemakain barang selama waktu pemesan. - Faktor Pengaman = faktor keaman yang dihitung untuk MAD, yang

besarnya tergantung dari tingkat layanan.

Contoh perhitungan berikut ini akan lebih menjelaskan penggunaan rumus tersebut. Berapa besarnya persediaan pengaman yang paling optimal apabila ditetapkan bahwa tingkat layanan yang dikehendaki adalah 95% dan diketahui bahwa jumlah pemakaian selama tiga puluh (30) kali waktu pemesanan, sebagai berikut :

26 5 20 13 18 13 13 7 19 19 9 22 33 10 5 18 9 9 10 3 18 10 10 7 13 13 17 17 17 17

satuan

MAD 5.2

30 156 30 ) 14 17 ( .... ) 13 14 ( ) 14 26 (      

Sehingga, Deviasi Standar = 5.20 X 1.25 = 6.50 satuan Jadi, Persediaan Pengaman = 5.20 X 2.06 = 10.7 = 11 satuan


(39)

2.4 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk subtitusi. Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. (Nasution, A. H., 2004, Hal 235-236).

Sasaran peramalan dapat di kategorikan berdasar jangka waktunya ke dalam sasaran jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan segera. (baroto,teguh, 2002, Hal 22).

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horison waktu masa depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori :

a) Peramalan jangka pendek.

Permalan ini mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi, umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugsan kerja, dan tingkat produksi.

b) Peramalan jangka menengah.

Peramalan jangka menengah atau Intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis bermacam-macam rencana operasi.


(40)

c) Peramalan jangka panjang.

Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (Litbang).

Terdapat dua jenis model peramalan yang utama, yaitu: model deret berkala (time series) dan model regresi (kausal). Pada jenis pertama, pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.

Model kausal di pihak lain mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis (Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 ) :

1. Pola Horizontal (H)

Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Deret seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk kedalam jenis ini.


(41)

Gambar 2.5. Pola Data Horizontal

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 ) 2. Pola Musiman (S)

Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu). Penjualan dari produk seperti minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruang semuanya menunjukkan jenis pola ini.

Gambar 2.6. Pola Data Musiman Kuartalan (Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 )

3. Pola Siklis (C)

Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja, dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini.

S S F W S S F W S S F W 1979 1980 1981 1982

Y

waktu Y


(42)

waktu Y

1972 73 74 75 76 77 78 79 80 81 waktu

Y

Gambar 2.7. Pola Data Siklus

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 ) 4. Pola trend (T)

Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend selama perubahannya sepanjang waktu.

Gambar 2.8. Pola Data Trend (Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 )

Banyak deret data mencakup kombinasi dari pola-pola di atas. Metode peramalan yang dapat membedakan setiap pola harus dipakai bila diinginkan adanya pemisahan komponen pola tersebut. Demikian pula, metode alternatif dapat digunakan untuk mengenal pola dan mencocokkan data secara tepat


(43)

sehingga nilai mendatang dapat diramalkan.

Metode peramalan kualitatif atau teknologis, di lain pihak, tidak memerlukan data yang serupa seperti metode peramalan kuantitatif. Input yang dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan biasanya merupakan hasil dari pemikiran intuitif, perkiraan (judgment), dan pengetahuan yang telah didapat. Pendekatan teknologis seringkali memerlukan input dari sejumlah orang yang terlatih secara khusus. Metode teknologis dibagi menjadi dua bagian, yaitu metode eksploratoris dan normatif. Metode eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S, analogi, dan penelitian morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak ke arah masa depan secara heuristik, seringkali dengan melihat semua kemungkinan yang ada. Metode normatif, seperti matriks keputusan, pohon relevansi (relevance trees), dan analisa sistem dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang, kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai, berdasarkan kendala, sumberdaya, dan teknologi yang tersedia.

Ramalan teknologis terutama digunakan untuk memberikan petunjuk, untuk membantu perencana dan untuk melengkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk memberikan suatu ramalan numerik tertentu. Karena sifat dan biayanya, ramalan kuantitatif digunakan sangat eksklusif untuk keadaan jangka menengah dan panjang seperti perumusan strategi, pengembangan produk dan teknologi baru, dan pengembangan rencana jangka panjang.


(44)

2.4.1 Peran Akan Teknik Peramalan

Komitmen tentang peramalan telah tumbuh karena beberapa faktor :

Pertama, adalah karena meningkatnya kompleksitas organisasi dan lingkungannya hal ini akan menjadikan semakin sulit bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan semua faktor secara memuaskan.

Kedua, dengan meningkatkan ukuran organisasi, maka bobot dan kepentingan suatu keputusan telah meningkat pula, lebih banyak keputusan yang memerlukan telaah peramalan khusus dan analisis yang lengkap.

Ketiga, lingkungan dari kebanyakan organisasi telah berubah dengan cepat sehingga keterkaitan yang harus dimengerti oleh organisasi berubah-rubah dan pengamalan memungkinkan bagi organisasi untuk mempelajari keterkaitan yang baru secara lebih cepat.

Keempat, pengambilan keputusan telah semakin sistematis yang melibatkan justifikasi tindakan secara gambling (eksplisit).

2.4.2 Prinsip-Prinsip Dalam Menggunakan Peramalan Permintaan

Pengelolaan dan strategi logistik dapat dilakukan secara efektif apabila dilandasi oleh beberapa prinsip penggunaan peramalan. Prinsip-prinsip ini secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum hal tersebut di bicarakan lebih lanjut, perlu disadari bahwa yang sedang dibicarakan adalah mengenai suatu peramalan, bukan suatu kepastian. Oleh karena itu, perlu di ingat hukum pertama dan utama dari peramalan, yaitu peramalan dijamin mleset, atas dasar hukum inilah prinsip-prinsip peramalan di letakkan. (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 364-365)


(45)

1. Peramalan yang baik pun masih memungkinkan kesalahan yang signifikan. 2. Peramalan memerlukan monitor dan perhitungan perkiraan kesalahan.

3. Ketidakpastian, yang mungkin besar, harus selalu diantisipasi dan diperhitungkan.

4. Semua sistem peramalan selalu didasari oleh model yang bersifat implisit atau eksplisit.

5. Peramalan sering kali juga didasarkan atas peramalan agregat yang perlu dipecah-pecah menjadi komponen produk, letak geografis, atau komponen-komponen lain.

2.4.3 Metode Peramalan

Di dalam perencanaan produksi untuk suatu perusahaan perlu diketahui adanya unsur utama, yaitu peramalan produksi dan perkiraan produksi. Penyusunan perencanaan produksi tanpa dilengkapi dengan peramalan dan perkiraan produksi akan menjadi suatu perencanaan produksi yang kurang lengkap. Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan kemungkinan akan terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan menganalisa keadaan di waktu-waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang berdasarkan pada data historis yang ada seringkali menggunakan trend untuk melaksanakan perhitungan peramalan penjualan

a. Model Peramalan Kualitatif

Peramalan kualitatif umumnya bersifat subyektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan orang yang lain dapat berbeda. Meskipun demikian,


(46)

peramalan dengan model kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi seringkali mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dalam judgement (pendapat, keputusan) dan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.

Dalam peramalan secara kualitatif ada 4 metode yang umum dipakai : 1. Juri Opini Eksekutif

2. Metode Delphi

3. Gabungan Tenaga Penjualan 4. Survey Pasar

b. Model Peramalan Kuantitatif

Peramalan Kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : (Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

a. Tersedia informasi tentang masa lalu.

b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.

Model kuantitatif dapat dipergunakan dalam prakiraan, pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala (time series) dan metode regresi atau kausal (Spyros M, Steven C, Victor E, 1995, hal. 9) :

1. Metode Time Series

Merupakan metode dimana pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah


(47)

penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.

2. Metode Kausal

Dengan mengasumsikan bahwa faktor yang diperkirakan/diramalkan menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tidak bebas.

c. Metode Double Moving Average (Moving Average With Trend)

Untuk mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi bila rata-rata bergerak dipakai pada berkecenderungan, maka dikembangkan metode rata-rata bergerak linier (linier moving averages). Dasar metode ini adalah menghitung rata-rata bergerak yang kedua. Rata-rata bergerak ganda ini merupakan rata -rata bergerak dari rata-rata bergerak, dan menurut simbol dituliskan sebagai MA (MxN) dimana artinya adalah MA M-periode dari MA N-periode.

Jadi prosedur peramalan rata-rata bergerak linier meliputi tiga aspek, yaitu: 1. Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (ditulis S’t).

2. Penyesuaian yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan ganda pada waktu t (dituiis S’t – S”t).

3. Penyesuaian untuk kecenderungan dari periode t ke periode t+1 (atau ke periode t+m jika kita ingin meramalkan m periode ke muka)

Penyesuaian ke 2 paling efektif bila trend bersifat linier dan komponen kesalahan randomnya tidak begitu kuat. Penyesuaian ini efektif karena adanya


(48)

kenyataan bahwa MA tunggal tertinggal (lags) di belakang deret data yang menunjukkan trend.

Secara umum pembahasan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

N X ... X X X '

S t t 1 t 2 t N 1

t        

 ... (1)

N S ... S S S "

S t t 1 t 2 t N 1

t        

 ... (2)

t t

t t

t

t S' S' S" 2S' S"

a      ... (3)

t t

t S' S" 1

N 2

b

 ... (4) m

. b a

Ftmtt ... (5) (Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

Dimana :

- Persamaan (1) mempunyai asumsi bahwa saat ini kita berada pada periode waktu t dan mempunyai nilai masa lalu sebanyak N.MA (N) tunggal dituliskan dengan S't.

- Persamaan (2) menganggap bahwa semua rata-rata bergerak tunggal (S') telah dihitung. Dengan persamaan ini pula kita menghitung rata-rata bergerak N-periode dari nilai-nilai S' tersebut. Rata-rata bergerak ganda dituliskan sebagai (S").

- Persamaan (3) mengacu pada penyesuaian Moving Average tunggal (S',), dengan perbedaan (S',- S").

- Persamaan (4) menentukan taksiran kecenderungan dari periode waktu yang satu ke periode waktu berikutnya.


(49)

periode ke depan dari t.

d. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda : Metode Dua Parameter dari Holt.

Metode pemulusan eksponensial Ganda dari Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung, tetapi memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda-beda dari parameter yang digunakan pada deret asli.

Parameter pemulusan ekponensial ganda didapat dengan menggunakan 2 konstanta pemulusan (dengan nilai diantara 0 dan 1) dan 3 persamaan :



t 1 t 1

t

t X 1 S b

S   

t t 1

 

t 1

t S S 1 b

b     m

. b S m

Ft   tt

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

Persamaan pertama menyesuaikan St secara langsung untuk trend periode sebelumnya, yaitu bt - 1 dengan menambahkan nilai pemulusan terakhir, yaitu St - 1. Persamaan kedua meremajakan trend, yang ditujukan sebagai perbedaan antara 2 nilai pemulusan terakhir, karena mungkin masih terdapat sedikit kerendoman, maka hal ini dihilangkan oleh pemulusan dengan δ (gamma) trend pada periode terakhir (St - St - 1), dan menambahkan dengan. taksiran trend sebelumnya dikalikan dengan (1 - δ). Persamaan ketiga digunakan untuk ramalan kemuka. Trend bt dikalikan dengan jumlah periode ke muka yang diramalkan m dan ditambahkan pada nilai dasar St.


(50)

plot di tersebut data setelah ) ball eye ( mata bola ) slope ( kemiringan taksiran B 2 X X X X B X S 1 1 1 1      

e. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Tunggal

Kasus yang paling sederhana dari pemulusan (smoothing) eksponensial tunggal dapat dikembangkan dari persamaan (1) atau secara lebih khusus dari suatu variasi pada persamaan tersebut yaitu sebagai berikut:

          N X N X F

Ft 1 t t t N ... (1)

Misalkan observasi yang lama XtN tidak tersedia sehingga tempatnya digantikan dengan suatu nilai pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti yang mungkin adalah nilai ramalan periode sebelumnya Ft. Dengan melakukan substitusi ini persamaan (1) menjadi persamaan (2) dan dapat ditulis kembali sebagai persamaan (3).

         N F N X F

F t t

t 1

t ... (2)

Substitusi persainaan (1) ke persamaan (2)

t t 1 t F N 1 1 X N 1 F               

 ... (3)

Dari persamaan (3) dapat dilihat bahwa ramalan ini

 

Ft1 didasarkan atas pembobotan observasi yang terakhir dengan suatu nilai bobot

 

1 N dan pembobotan ramalan yang terakhir sebelumnya

 

Ft dengan suatu bobot

 


(51)

suatu konstanta antara nol (jika N tak terhingga) dan 1 (jika N = 1). Dengan mengganti

 

1 N dengan a, persamaan (3) menjadi:

t t

1

t X 1 F

F    ... (4)

Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung ramalan dengan metode pemulusan eksponensial.

Cara lain untuk menuliskan persamaan (4) adalah dengan susunan sebagai berikut:

t t

t

1

t F X F

F    ... (5) Secara sederhana:

 

t t

1

t F e

F   ... (6)

Dimana et adalah kesalahan ramalan (nilai sebenamya dikurangi ramalan) untuk periode t dari 2 bentuk Ft1 ini dapat dilihat bahwa ramalan yang dihasilkan dari SES secara sederhana merupakan ramalan yang lalu ditambah suatu bentuk penyelesaian untuk kesalahan yang terjadi pada ramalan terakhir. Dalam bentuk ini terbukti jika  mempunyai nilai mendekati 1, maka ramalan yang baru akan mencakup penyesuaian kesalahan yang besar pada ramalan sebelumnya. (Spyros, Makridakis, 199,. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta, Hal 79)

2.4.4Peramalan Demand Bulanan

Antisipasi terhadap adanya kesalahan peramalan dilakukan dengan menyediakan stock pengaman (safety stock) untuk tiap item pada masing-masing warehouse dimana besarnya safety stock didasarkan atas besarnya standart deviasi kesalahan peramalan adalah:

MAD 1.25  


(52)

Dimana :

 = Standart deviasi kesalahan peramalan MAD = Mean Absolute Deviation

Untuk distribusi normal, standart deviasi dapat didekati dengan formulasi 1.25 x MAD. Hubungan antara standart deviasi dengan MAD sangat penting dalam menentukan convidence limit dari peramalan dan untuk menentukan level safety stock dalam sistem persediaan (Tersine, 1988).

2.4.5. Pengujian Peramalan

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode MRC (Moving Range Chart). Tujuan metode ini adalah untuk memeriksa peramalan-peramalan yang telah dilakukan, apakah data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang terkendali atau belum.

Langkah-langkah dalam pembuatan MRC adalah sebagai berikut : (Biegel, 1992, hal 65)

1. Menghitung Rentang Bergerak (Moving Range) MR = │(d’t - dt ) – (d’t - 1 – dt - 1)│

Dimana :

dt : data aktual tahun tertentu

d’t : data hasil peramalan tahun tertentu 2. Menghitung Rata-rata Bergerak

MR =

1  

N R


(53)

3. Menghitung Batas-batas control Batas Atas (BA) = + 2.66 MR Batas Bawah (BB) = - 2.66 MR

4. Menghitung Titik-titik Simpangan (d’t-dt) ke dalam peta kendali

Fungsi peramalan yang terpilih dapat dipergunakan, apabila semua titik berada dalam batas kontrol. Tetapi bila mendapatkan suatu titik tak terkendali (out of kontrol), maka kita akan mencari peramalan yang baru.

Gambar 2.9Bagan Peta Kendali (John E. Biegel ; 1992)

Kondisi Out Control, yaitu :

1. Jika ada titik (Y,-Yt) yang berada diluar batas control (>BA atau <BB)

2. Aturan tiga titik

Dari tiga buah titik yang berurutan, apakah dua titik atau lebih terdapat dalam salah satu daerah A.

3. Aturan lima titik

Dari lima buah titik yang berurutan, apakah empat titik atau lebih terdapat dalam satu daerah B.

BA (Batas Atas)

A = 2/3 . BA

B = 1/3 . BA

Garis Pusat

B = 1/3 . BB

A = 2/3 . BB

BB (Batas Bawah) A B C

A B C Error


(54)

4. Aturan delapan titik

Dari delapan titik yang berurutan berada pada salah satu sisi dari garis tengah (daerah C).

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan di beberapa perusahaan dengan menggunakan Distribution Requirement Planning (DRP) antara lain :

a. Anita Anggraini (2007)

Penelitian di PT. Tjakrindo Mas gresik, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan perencanaan aktivitas distribusi. Agen yang akan direncanakan aktivitas distribusinya meliputi:

1. Agen Surabaya 2. Agen Sidoarjo 3. Agen Malang 4. Agen Madiun

Adapun produknya adalah sebagaiberikut: 1. Pipa C4 (P1)

2. Pipa D4 (P2)

3. Pipa AW 2 1

(P3)

Identivikasi variabel dilakukan dengan mengidentivikasi variabel- variabel yang berpengaruh dengan permasalahan dan perhubungan dengan erat dengan bangunan kerangka perencanaan DRP. Variabel-variabel yang dibituhkan antara lain:


(55)

Data permintaan ini merupakan data standart yang di peroleh dari perusahaan untuk permintaan masing-masing distribusi. Data ini diperlukan untuk menghitung peramalan demand bulanan untuk tiap produk pada masing-masing distribusi. Data permintaan yang diambil adalah data permintaan pada bulan Juni 2004-Mei 2006.

2. Persediaan Produk Jadi

Data persediaan produk jadi merupakan data standart yang diperoleh dari perusahaan untuk menentukan projected dan hand (merupakan besarnya item yang ada pada masing-masing periode).

3. Biaya Penyimpanan

Data ongkos penyimpanan ini merupakan data sekunder yang diperlukan untuk menentukan Economic Order Quantity.

4. Biaya Pemesanan

Data ongkos pemesanan ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari perusahaan, data ini diperoleh penentuan ukuran lot pemesanan.

5. Biaya produksi

Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan over head pabrik. Biaya produksi diperlukan untuk penentuan ukuran lot produksi pada pusat (pabrik)

6. Biaya set-up

Biaya ini merupakan biaya set-up mesin yang dibutuhkan untuk memenuhi Economic Order Quantity .

Dari hasil penelitian didapatkan perencanaan aktivitas distribusi metode perusahaan dengan total cost sebesar Rp 111.495.115,01. Sedangkan dengan


(56)

metode DRP total costnya sebesar Rp 80.055.755,59. disini terjadi penurunan sebesar 28,20%. Maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu untuk perencanaan aktivitas distribusi dari gudang pusat keseluruh agen untuk item kedepan tiap bulannya, yaitu bulan Juni 2006-Mei 2007 adalahg sebagai berikut:

Agen Surabaya : 12.543, 13.776, 10.534, 12.543, 13.776, 7.540, 10.534, 12.543, 12.543, 10.534, 13.776, 9.301 (unit)

Agen Malang : 5.564, 7.103, 6.681, 7.145, 3.522, 8.262, 6.681, 7.103, 6.681, 7.103, 6.81, 6.639 (unit)

Agen madiun : 10.606, 13.667, 10.080, 13.119, 13.667, 10.080, 13.119, 15.992, 8.619, 11.857, 15.99, 11.857 (unit)

(Anita Anggraini, 2007, ”Perancanaan Distribusi Produk Dengan Metode Requirement Planning (DRP) di PT. Tjakrindo Mas-Gresik”, Tugas Akhir S-1 (Skripsi) universitas pembangunan nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya) b. Dona Suci Istianingrum (2006)

Penelitian ini dilakukan di perusahaan genteng ”Super Jaya” yang beralamatkan di Jl. Mangga RT 21 RW IV Desa Gulun Kecamatan Maospati Kab. Magetan Jawa Timur.

Dalam penyelesaian permasalahan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi di perusahaan genteng “Super Jaya”, agen yang akan direncanakan dan dijadwalkan aktivitas distribusinya meliputi:

1. Agen Magetan (Mgt) 2. Agen Madiun (Mdn) 3. Agen Ngawi (Ngw) 4. Agen Caruban (Crb)


(57)

5. Agen Ponorogo (Png)

Adapun produknya adalah sebagaiberikut: 1. Genteng Kodok (G1)

2. Genteng Mantili (G2) 3. Genteng Talang (G3) 4. Genteng Muaer (G4)

Identivikasi variabel dilakukan dengan mengidentivikasi variabel- variabel yang berpengaruh dengan permasalahan dan perhubungan dengan erat dengan bangunan kerangka perencanaan DRP. Variabel-variabel yang dibituhkan antara lain:

1. Jumlah Permintaan (Demand)

Data permintaan ini merupakan data standart yang di peroleh dari perusahaan untuk permintaan masing-masing distribusi. Data ini diperlukan untuk menghitung peramalan demand bulanan untuk tiap produk pada masing-masing distribusi. Data permintaan yang diambil adalah data permintaan pada bulan Juni 2004-Mei 2006.

2. Persediaan Produk Jadi

Data persediaan produk jadi merupakan data standart yang diperoleh dari perusahaan untuk menentukan projected dan hand (merupakan besarnya item yang ada pada masing-masing periode).

3. Biaya Penyimpanan

Data ongkos penyimpanan ini merupakan data sekunder yang diperlukan untuk menentukan Economic Order Quantity.


(58)

Data ongkos pemesanan ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari perusahaan, data ini diperoleh penentuan ukuran lot pemesanan.

5. Biaya produksi

Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan over head pabrik. Biaya produksi diperlukan untuk penentuan ukuran lot produksi pada pusat (pabrik)

6. Biaya set-up

Biaya ini merupakan biaya set-up mesin yang dibutuhkan untuk memenuhi Economic Order Quantity .

7. Data jumlah dan kapasitas masing-masing kendaraan

Jumlah kendaraan yang dimuliki perusahaan beserta kondisi serta kapasitas muat maksimum kendaraan yang diijinkan

8. Jarak dan Waktu tempuh kendaraan

Jarak dan waktu tempuh kendaraan digunakan dalam penjadwalan kendaraan.

Dari analisa yang telah dilakukan sebelumnya, ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagi berikut:

Perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi bulan Mei 2006 adalah sebagi berikut.

i. Minggu 1 : Pengiriman keagen magetan sebanyak 11.054 genteng, dan ponorogo 9.959 genteng.

ii. Minggu 2 : Pengiriman ke agen Magetan sebanyak 6.068 genteng, Madiun 8.326 genteng, Ngawi 5.526 genteng, Caruban 8.775 genteng, dan Ponorogo 2.652 genteng.


(59)

iii. Minggu 3 : Pengiriman keagen Magetan sebanyak 8.067 genteng, Madiun 5.312 genteng, Ngawi 5.526 genteng, Caruban 8.775 genteng dan Ponorogo 2.652 genteng.

iv. Minggu 4 : Pengiriman ke agen Magetan sebanyak 7.973 genteng, Madiun 7.664 genteng, Ngawi 8.485 genteng, Caruban 5.923 genteng dan Ponorogo 6.249genteng.

(Dona Suci Istianinggrum, 2006, ”Perencanaan dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi Dengan Menggunakan DRP dan Clarke wright Saving Metod di CV. Super Jaya-Magetan”, Tugas Akhir S-1 (Skripsi) universitas pembangunan nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya).

c. Iswah Yudi (2007)

Penelitian dilakukan di PT.Pertani (Persero) SBU Hortikultural yang beralamat di Jl.Perum Taman Pinang Blok C 11 No 4 Sidoarjo. Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2006 sampai dengan selesai.

Dalam penyelesaian permasalahan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi di Perusahaan PT.Pertani SBU Holtikultural, agen yang akan di rencanakan dan di jadwalkan aktivitas distribusinya meliputi :

1. Warehouse Supermarket UFO Manukan-Surabaya 2. Warehouse Supermarket Alfa Ahmad Yani–Surabaya 3. Warehouse Supermarket Hero Mayjen Sungkono-Surabaya 4. Warehouse Ramayana (matahari) Waru

5. Warehouse Ramayana (matahari) Gresik 6. Ware House Matos Malang


(60)

Adapun produknya adalah sebagai berikut : 1. Minuman Sari Apel Botol Besar (A)

2. Minuman Sari Apel Botol Kecil ( B ) 3. Minuman Sari Apel Aqua ( C ) 4. Minuman Sari Apel Sachet ( D )

Identifikasi Variabel dilakukan dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang terpengaruh dengan permasalahan dan berhubungan erat dengan bangunan pola kerangka perencanaan DRP. Variabel-variabel yang di butuhkan antara lain :

1. Jumlah Permintaan (Demand)

Data permintaan ini merupakan data standart yang di peroleh dari perusahaan untuk permintaan masing-masing warehouse (agen). Data ini diperlukan untuk menghitung peramalan demand bulanan untuk tiap produk pada masing-masing warehouse (agen).

2. Persediaan Produk Jadi

Data persediaan jadi merupakan data standart yang diperoleh dari perusahaan untuk menentukan projected dan hand (merupakan besarnya item yang ada pada masing-masing warehouse).

3. Biaya Penyimpanan

Data ongkos penyimpanan ini merupakan data sekunder yang diperlukan untuk menentukan Economic Order Quantity.


(61)

4. Biaya Pemesanan

Data ongkos pemesanan ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari perusahaan, data ini diperoleh penentuan ukuran lot pemasaran.

Dari analisa yang telah dilakukan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan dan penjadwalan aktifitas distribusi pada bulan Januari – Desember 2007 dapat diliaht pada Tabel 4.36 dan lampiran IX. Sedangkan untuk bulan Januari 2007 adalah sebagai berikut :

 Minggu 1 : Pengiriman ke Agen 1 sebanyak 11.054 unit, Agen 2 sebanyak 10.651 unit, agen 3 sebanyak 8.809 unit, Agen 4 Sebanyak 6.179 unit, Agen 5 sebanyak 9.899 unit, Agen 6 sebanyak 5.897 unit, dan Agen 7 sebanyak 6.235 unit.

 Minggu 2 : Pengiriman ke Agen 1 sebanyak 7.521 unit, Agen 2 sebanyak 6.225 unit, Agen 3 sebanyak 6.320 unit, Agen 4 sebanyak 5.268 unit, Agen 5 sebanyak 4.589 unit, Agen 6 sebanyak 6.200 unit, dan Agen 7 sebanyak 6.115 unit.

 Minggu 3 : Pengiriman ke Agen 1 sebanyak 5.650 unit, Agen 2 sebanyak 5.555 unit, Agen 3 sebanyak 4.525 unit, Agen 4 sebanyak 7.520 unit, Agen 5 sebanyak 8.654 unit, Agen 6 sebanyak 8.665 unit, dan Agen 7 Sebanyak 7.540 unit.

 Minggu 4 : Pengiriman ke Agen 1 sebanyak 6.587 unit, Agen 2 sebanyak 7.452 unit, Agen 3 sebanyak6.878 unit, Ag 4xn 4


(1)

 Sandal JP : Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1594 pasang, Tidak ada pengiriman ke warehouse Semarang, Pengiriman ke warehouse Jakarta sebanyak 2681 pasang.

12) Bulan September 2012

 Sandal GN : Tidak ada pengiriman ke warehouse Sepanjang, Tidak ada pengiriman ke warehouse Semarang, Tidak ada pengiriman ke

warehouse Jakarta.

 Sandal SL : Tidak ada pengiriman ke warehouse Sepanjang, Tidak ada pengiriman ke warehouse Semarang, Tidak ada pengiriman ke

warehouse Jakarta.

 Sandal SW : Tidak ada pengiriman ke warehouse Sepanjang, Tidak ada pengiriman ke warehouse Semarang, Tidak ada pengiriman ke warehouse Jakarta.

 Sandal JP : Tidak ada pengiriman ke warehouse Sepanjang, Tidak ada pengiriman ke warehouse Semarang, Tidak ada pengiriman ke

warehouse Jakarta.

2. Perbandingan biaya distribusi Metode Perusahaan dan Metode DRP sebagai berikut:

Metode  Biaya 

Perusahaan  Rp. 82.458.000,‐ 

DRP  Rp 77.949.600,‐ 

Perencanaan distribusi metode yang digunakan perusahaan yaitu perencanaan distribusi didasarkan atas permintaan warehouse pusat. Total


(2)

Cost (TC) untuk warehouse Sepanjang, Semarang, dan Jakarta pengiriman ke empat produk sebesar Rp. 36.144.000,- dengan 24 kali pengiriman, dan biaya simpan untuk ke empat produk sebesar Rp. 46.314.000,- per tahun, jadi Total Cost (TC) dengan menggunakan Metode perusahaan sebesar Rp. 82.458.000,-. Total Cost (TC*) metode DRP dengan menghitung Project on hand, Net Requirement, Planned order receipts,

dan Planned order releases. Warehouse Sepanjang untuk produk GN

biaya penyimpanan jumlah POH 7703 x biaya simpan / bulan 300 jadi Total Cost untuk biaya simpan Rp. 2.310.000,-, biaya pengiriman adalah

Planned order releases 10 x biaya pengiriman Rp. 250.000,- jadi biaya

pengiriman Rp. 2.500.000,- jadi Total Cost untuk produk GN warehouse

Sepanjang sebesar Rp. 4.810.000,-. Total Cost untuk produk SL

warehouse Sepanjang sebesar Rp. 4.915.000,-. Total Cost untuk produk

SW warehouse Sepanjang sebesar Rp. 4.344.600,-. Total Cost untuk

produk JP warehouse Sepanjang sebesar Rp. 4.474.500,-. Jadi Total Cost

Warehouse Sepanjang untuk ke empat produk Rp. 18.545.000,-. Total

Cost Warehouse Semarang untuk ke empat produk Rp. 28.783.900,-. Total

Cost Warehouse Jakarta untuk ke empat produk Rp. 30.620.700,-. Jadi

Total Cost (TC*) dengan metode DRP untuk warehouse Sepanjang,

Semarang, dan Jakarta Rp. 77.949.600,-.

3. Dari hasil perbandingan Total Cost didapatkan bahwa Total Cost dengan metode DRP lebih kecil bila dibandingkan dengan metode perusahaan dan terjadi penurunan sebesar 5,4 %. Hal ini membuktikan bahwa metode


(3)

sehingga digunakan untuk memperkirakan kebutuhan pada periode berikutnya yaitu pada Oktober 2011 – September 2012.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari analisa yang telah dilakukan dapat ditarik suatu kesimpulan, yaitu untuk perencanaan distribusi pada produk GN, SL, SW, JP sebagai berikut:

1. Perencanaan distribusi produk pada bulan Oktober 2011 sampai September

2012 adalah sebagai berikut :

- Warehouse Sepanjang

Untuk sandal GN dilakukan pengiriman sebanyak 1612 pasang untuk setiap pengiriman, Untuk sandal SW dilakukan pengiriman sebanyak 1827 pasang untuk setiap pengiriman, Dan untuk sandal JP dilakukan pengiriman sebanyak 1594 pasang untuk setiap pengiriman.

- Warehouse Semarang

Untuk sandal GN dilakukan pengiriman sebanyak 2187 pasang untuk setiap pengiriman, untuk sandal SL dilakukan pengiriman sebanyak 2415 pasang untuk setiap pengiriman, Untuk sandal SW dilakukan pengiriman sebanyak 2709 pasang untuk setiap pengiriman, Dan untuk sandal JP dilakukan pengiriman sebanyak 2433 pasang untuk setiap pengiriman.

- Warehouse Jakarta

Untuk sandal GN dilakukan pengiriman sebanyak 2428 pasang untuk setiap pengiriman, untuk sandal SL dilakukan pengiriman sebanyak 2620 pasang untuk setiap pengiriman, Untuk sandal SW dilakukan


(5)

pengiriman sebanyak 2990 pasang untuk setiap pengiriman, Dan untuk sandal JP dilakukan pengiriman sebanyak 2681 pasang untuk setiap pengiriman.

2. Hasil Penelitian didapatkan Aktivitas Distribusi metode perusahaan, Total

Costnya sebesar Rp. 82.458.000,-. Sedangkan dengan metode DRP, Total Costnya sebesar Rp. 77.949.600,- , terjadi penurunan sebesar 5,4 %.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang bisa kami berikan pada perusahaan yaitu antara lain :

1. Perusahaan disarankan untuk menggunakan DRP dalam melakukan

perencanaan kegiatan distribusi untuk bulan Oktober 2011 – September 2012.

2. Untuk memudahkan perhitungan sebaiknya menggunakan software

komputer sehingga lebih sistematis dan memudahkan perusahaan dalam melakukan perencanaan dan apabila ada perubahan mendadak dapat diantisipasi lebih awal.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A, (2007), “Perencanaan Dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi Dengan

Menggunakan Distribution Requirement Planning (DRP) (Studi Kasus : di PT. Tjakrindo Mas Gresik). Tugas Akhir. Universitas Pembangunan Nasional

’’Veteran” Jawa Timur.

Biegel, Jhon E., 1992, Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif, CV. Akademika Pressina: Jakarta.

Gaspersz, Vincent., 2004, Production Planning and Inventory Control, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Istianingrum, Dona S., (2006), “Perencanaan Dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi

Dengan Menggunakan Distribution Requirement Planning (DRP) (Studi Kasus : di Perusahaan Genteng “Super Jaya” - Magetan). Tugas Akhir. Universitas

Pembangunan Nasional ’’Veteran” Jawa Timur.

Iswahyudi., (2007), “Perencanaan Dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi Dengan

Menggunakan Distribution Requirement Planning (DRP) (Studi Kasus : di PT. Pertani (Persero) SBU Hortikultural - Sidoarjo). Tugas Akhir. Universitas

Pembangunan Nasional ’’Veteran” Jawa Timur.

Nasution, A. H. 2003, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Guna Widya: Surabaya.

Salsabila, Lilla, 2010, “Perencanaan Dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi Dengan

Menggunakan Distribution Requirement Planning (DRP) (Studi Kasus : di PT. Pepsi Cola Indobeverages-Surabya). Tugas Akhir. Universitas Pembangunan

Nasional ’’Veteran” Jawa Timur.

Tersine, R.J., 1998, Principles of Inventory and Materials Management, North Holland, New York.


Dokumen yang terkait

Perencanaan Penjadwalan Distribusi Produk dengan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) di Perusahaan Multi Jaya.

3 20 20

PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK UDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO).

0 0 110

PERENCANAAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI DENGAN DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI CV. WIDORO INDAH.

1 2 85

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK PAVING DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. DUA SAUDARA - Surabaya.

6 13 101

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK FURNITURE DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. Mitra Mandiri Perkasa – Sidoarjo).

1 6 100

ANALISIS AKTIVITAS DISTRIBUSI DAN USULAN PENGGUNAAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. Azam Jaya – Sidoarjo)

0 0 16

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK PAVING DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. “DUA SAUDARA” – Surabaya)

0 1 19

PERENCANAAN DISTRIBUSI PRODUK FURNITURE DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. Mitra Mandiri Perkasa – Sidoarjo)

1 3 17

PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK UDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO)

0 0 14

PERENCANAAN DAN PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI DENGAN DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) DI CV. WIDORO INDAH

0 2 14