MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA ANAK KELOMPOK B TK SALAFIYAH PLERET BANTUL.

(1)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA ANAK KELOMPOK B

TK SALAFIYAH PLERET BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Dian Pratiwi NIM 12111247004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA ANAK KELOMPOK B

TK SALAFIYAH PLERET BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Dian Pratiwi NIM 12111247004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTTO

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya dengan ilmu tersebut jalan menuju surga


(7)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Bapak dan ibuku tersayang atas segala perjuangan, perhatian, pengorbanan, doa dan cintanya yang tulus.


(8)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA ANAK KELOMPOK B

TK SALAFIYAH PLERET BANTUL Oleh

Dian Pratiwi NIM 12111247004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains yaitu keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan dengan metode guided discovery pada anak kelompok B TK Salafiyah Pleret Bantul.

Jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah anak kelompok B TK Salafiyah Pleret Bantul yang berjumlah 17 anak, terdiri dari 7 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains dengan metode guided discovery. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi sebelum tindakan dan setelah tindakan. Sebelum tindakan diperoleh presentase keterampilan proses sains sebesar 43,13 % mengalami peningkatan pada siklus I yaitu sebesar 74,50 % dan meningkat lagi setelah tindakan siklus II dengan persentase sebesar 89,53 %. Dengan demikian, metode guided discovery dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada anak kelompok B TK Salafiyah Pleret Bantul.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan limpahan rahmat, petunjuk dan kekuatan sehingga skripsi dengan judul “meningkatkan keterampilan proses sains dengan metode guided discovery pada anak kelompok B TK Salafiyah Pleret Bantul” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan berbagai kemudahan kepada penulis untuk menyusun skripsi. 2. Ketua Program Studi PGPAUD Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan rekomendasi permohonan ijin.

3. Bapak Sutiman, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Ibu Eka Sapti Cahyaningrum, M. M., M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

5. Kepala sekolah dan seluruh guru TK Salafiyah yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.


(10)

6. Bapak dan ibuku yang telah mendidik, mendoakan, dan mencurahkan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Suamiku Ardiyanto atas cinta dan semangat yang selalu mengiringi

penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman PKS PGPAUD angkatan 2012 terima kasih atas kebersamaan dan semangat yang kalian berikan.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tentu memiliki kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Tiada yang sempurna didunia ini kecuali kesempurnaan Allah SWT. Peneliti membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.


(11)

DAFTAR ISI

Hal HALAMAN JUDUL ……… HALAMAN PERSETUJUAN ………..………. HALAMAN PERNYATAAN ………. HALAMAN PENGESAHAN ………. MOTTO ……… PERSEMBAHAN ……… ABSTRAK ……… KATA PENGANTAR ……….………. DAFTAR ISI ……….……… DAFTAR TABEL ……… DAFTAR GAMBAR ……… DAFTAR LAMPIRAN ………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ...

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Proses Sains ... 1. Pengertian Sains ... 2. Pengertian Keterampilan Proses Sains... 3. Komponen Keterampilan Proses Sains di TK ... 4. Tujuan Pembelajaran Sains di TK ... B. Karakteristik Anak TK Kelompok B ……….

1. Pengertian Anak Taman Kanak-kanak ………..…….. i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv 1 6 7 7 7 7 8 8 8 10 12 14 14


(12)

2. Karakteristik anak TK Kelompok B ………..….. C. Metode Guided Discovery...

1. Pengertian Metode Guided Discovery... 2. Tujuan Metode Guided Discovery... 3. Kelebihan dan kekurangan Metode Guided Discovery... 4. Langkah-langkah pelaksanaan Metode Guided Discovery…...… D. Kerangka Pikir... E. Hipotesis Tindakan...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian... B. Subjek dan objek penelitian ... C. Lokasi dan waktu penelitian ... D. Prosedur penelitian ... E. Metode pengumpulan data ... F. Instrumen pengumpulan data ... G. Teknik analisis data ... H. Kriteria keberhasilan ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………. 1. Pratindakan ……….. ……….. 2. Siklus I ……….……… a. Perencanaan ………..………… b. Pelaksanaan ……….……...……. c. Observasi ………..………...…….. d. Refleksi ………..….……..……. 3. Siklus II ……….………

a. Perencanaan ………..………… b. Pelaksanaan ……….……...……. c. Observasi ………..………...……..

14 17 17 19 19 20 24 26 27 27 27 28 30 31 32 34 35 36 37 37 37 44 45 46 46 47 53


(13)

d. Refleksi ………..….……..……. B. Pembahasan ………..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ………..

54 54

58 59 60


(14)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun .. Tabel 2. Fase-fase di dalam menerapkan pelajaran dengan metode guided

discovery ………

Tabel 3. Hasil observasi pratindakan ……… Tabel 4. Hasil observasi siklus I ………... Tabel 5. Hasil observasi siklus II ………

16 22 36 44 53


(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Merencanakan pelajaran dengan motode guided discovery …… Gambar 2. Langkah-langkah pembelajaran guided discovery……… Gambar 3. Skema kerangka pikir ………... Gambar 4. Rancangan penelitian perencanaan Stephen Kemmis dan Robin

Mc Taggart ……….. 21 24 26 28


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1. Surat ijin penelitian ………... Lampiran 2. Surat pernyataan validasi ……….. Lampiran 3. Daftar anak kelompok B TK Salafiyah Pleret tahun ajaran

2014/2015 ………. Lampiran 4. Lembar instrumen observasi (check list) dan rubrik penilaian.. Lampiran 5. Hasil observasi keterampilan proses sains secara keseluruhan . Lampiran 6. Rencana Kegiatan Harian (RKH) ………. Lampiran 7. Skenario pembelajaran guided discovery ………. Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) ……….. Lampiran 9. Hasil dokumentasi berupa foto ……….

62 64 65 66 68 70 78 86 88


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak yang meliputi kognitif, sosial emosional, fisik motorik, bahasa, nilai agama dan moral. Anak pada usia dini mengalami fase fundamental bagi perkembangannya yang disebut the golden age atau usia emas. Proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia.

Salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran anak Taman Kanak-kanak (TK) yaitu perkembangan kognitif, khususnya pembelajaran sains. Ali Nugraha (2005: 1) mengemukakan bahwa pengembangan pembelajaran sains pada anak, termasuk bidang pengembangan lainnya memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. Pembekalan sains penting dilakukan pada individu sejak dini agar pengalaman awal sains pada setiap anak dapat difasilitasi dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Pembelajaran sains di TK bertujuan untuk melatih anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda disekitarnya. Di dalam eksplorasinya, anak menggunakan panca inderanya untuk mengobservasi dan menemukan berbagai gejala benda dan gejala peristiwa yang ada di alam sekitarnya. Pembelajaran sains akan membantu


(18)

anak dalam mengembangkan rasa ingin tahu dan mengajak untuk terus mencari serta menemukan berbagai konsep pengetahuan yang berkembang dari waktu ke waktu. Membimbing anak dalam kegiatan sains hendaklah mengarahkan anak untuk aktif mengerjakan sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Conny Semiawan (Yuliani Nurani, 2009: 2) bahwa proses pembelajaran pada anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata yang memungkinkan anak untuk menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal.

Kemampuan yang penting dan perlu dikenalkan sejak anak usia dini dalam pembelajaran sains adalah keterampilan proses sains. Perkembangan sains yang semakin pesat tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya sumber untuk menginformasikan semua fakta dan konsep pada anak didik. Oleh karena itu, diperlukan suatu situasi pembelajaran yang dapat memotivasi anak untuk mempersiapkan diri belajar secara utuh, yang tidak hanya berorientasi pada penguasaan konsep tapi juga keterampilan dalam memperoleh dan memproses semua fakta, konsep dan prinsip pada diri anak. Pembekalan sains yang tepat dan bermakna diharapkan mampu mempersiapkan generasi untuk mengisi masa depan yang diduga akan semakin rumit, dan banyak problemanya, sehingga sains pada diri mereka muncul sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran dalam kehidupannya kelak. Sejalan dengan pendapat Ali Nugraha (2005: 125) bahwa dalam pembelajaran sains yang terpenting bagi anak adalah mengerti proses sains,


(19)

karena proses itulah akan melahirkan pengalaman belajar dan pembentukan sikap secara simultan dan terpadu.

Keterampilan proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. Hasil belajar sains melalui proses sains menghasilkan kesan yang lama, tidak mudah dilupa, dan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Patta Bundu, 2006: 12).

Uraian tersebut merupakan keterampilan proses sains yang idealnya distimulasikan pada anak, namun keterampilan proses yang diharapkan dapat berkembang secara optimal tidak selamanya sesuai dengan harapan. Dalam pembelajaran sains di TK seyogyanya lebih mementingkan proses daripada hasil, tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa pembelajaran sains lebih menekankan pada hasil. Berdasarkan hasil observasi di TK Salafiyah Kelompok B, keterampilan proses sains pada anak yang masih belum optimal meliputi keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasi. Hal ini ditunjukkan dengan masih terdapat anak yang belum optimal melakukan aktivitas yang bersifat eksploratif.

Pada keterampilan mengamati terdapat anak yang belum mampu mengidentifikasi ciri suatu benda, mengidentifikasi perbedaan dan persamaan benda, dan memberikan uraian tentang benda dan peristiwa tertentu. Begitu pula keterampilan mengklasifikasi, masih terdapat anak yang belum mampu menggolongkan benda atau peristiwa sesuai kriteria pengelompokkan.


(20)

Sedangkan keterampilan mengkomunikasikan anak belum mampu menyampaikan pengetahuannya baik secara lisan maupun tulisan kepada guru, teman sebaya, dan orang dewasa lainnya.

Permasalahan-permasalahan tersebut diidentifikasi karena beberapa faktor. Pertama, anak tidak tertarik dengan pembelajaran tersebut karena praktek pembelajaran sains masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas yang membuat anak banyak mendengar, duduk, diam dan kurang diberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan proses sains. Kedua, penyediaan alat dan bahan yang diperlukan untuk percobaan sains masih kurang sehingga anak belum secara langsung terlibat aktif dalam proses menemukan sendiri pengetahuannya dalam pembelajaran sains.

Untuk mengatasi permasalahan di lapangan, perlu mengubah metode mengajar yang lama dengan metode mengajar yang baru. Dengan mengajak anak untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, mencapai hasil belajar yang baik, dan dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Metode guided

discovery dapat dikatakan sebagai salah satu metode yang sesuai untuk

mengatasi permasalahan di atas, hal ini dikarenakan metode guided discovery

memberikan pengalaman langsung kepada anak dan dapat melibatkan aktivitas pada anak.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode guided discovery, anak diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri ,mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan


(21)

demikian, anak dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Hal ini sesuai pendapat Moedjiono dan Moh. Dimyati (1992: 87) menggunakan metode guided

discovery dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan

keterlibatan anak secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar, mengarahkan para anak sebagai pelajar seumur hidup, mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para anak, dan melatih para anak mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas digali.

Pemahaman yang berasal dari pembelajaran guided discovery biasanya lebih mendalam dibandingkan pemahaman dari ceramah dan penjelasan.hal ini sejalan dengan pendapat Sujarwo (2011: 77) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran guided discovery peserta didik diberi pertanyaan-pertanyaan untuk mencapai keberhasilan dalam mengungkap konsep atau prinsip-prinsip yang dapat diukur. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu dipecahkan melalui suatu percobaan dan ditemukan hasilnya berupa konsep dan prinsip yang benar-benar masih baru. Pembelajaran guided discovery memberikan hal-hal yang baru, yang sebelumnya belum pernah dialami dan dilakukan oleh peserta didik, sehingga peserta didik akan memiliki pengalaman yang dapat tersimpan dalam ingatannya dengan baik, tahan lama, dan mengesan.


(22)

Dalam upaya mengembangkan kemampuan sains anak, digunakan metode yang mampu menggerakkan anak untuk menumbuhkan kemampuan mengobservasi, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan hasil penemuan sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Oleh karena itu, penulis mengangkat penelitian dengan judul “meningkatkan keterampilan proses sains dengan metode guided discovery pada anak kelompok B TK Salafiyah Pleret Bantul”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :

1. Anak kurang tertarik dengan pembelajaran karena pembelajaran sains masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas.

2. Anak kurang diberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan proses sains.

3. Penyediaan alat dan bahan yang diperlukan untuk percobaan sains kurang optimal sehingga anak belum secara langsung terlibat aktif dalam proses menemukan sendiri pengetahuannya dalam pembelajaran sains.

4. Keterampilan proses sains pada anak yang masih belum optimal meliputi keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasi.


(23)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi permasalahan yang ada yaitu keterampilan proses sains pada anak masih belum optimal meliputi keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “bagaimana meningkatkan keterampilan proses sains dengan metode guided discovery pada anak kelompok B TK Salafiyah?”

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan proses sains dengan metode guided discovery pada anak kelompok B TK Salafiyah Pleret.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi anak : dapat meningkatkan keterampilan proses sains dengan metode

guided discovery.

2. Bagi pendidik dan calon pendidik : dapat menambah pengetahuan tentang cara meningkatkan keterampilan proses sains anak dengan metode guided discovery.


(24)

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Proses Sains

1. Pengertian Sains

Menurut Abruscato (Muslichach, 2006: 7) mendefinisikan tentang sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Sains bukan hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dapat dihafal, tetapi terdiri atas proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat diterangkan (Patta Bundu, 2006: 10). Sejalan dengan pendapat Slamet Suyanto (2005b: 83) bahwa kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda tak hidup yang ada disekitarnya. Anak belajar menemukan gejala benda dan gejala peristiwa dari benda-benda tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas Sains dalam penelitian ini adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta yang dilakukan dengan pengamatan dan percobaan.

2. Pengertian Keterampilan Proses Sains

Keterampilan yang penting dan perlu dikenalkan sejak anak usia dini dalam pembelajaran sains adalah keterampilan proses sains. Perkembangan sains yang semakin pesat tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya sumber untuk menginformasikan semua fakta dan konsep pada


(25)

anak didik. Usman Samatowa (2006: 137) mendefinisikan keterampilan proses sains sebagai keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meniliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang digunakan oleh para ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh anak dalam bentuk yang lebih sederhana sesuai dengan tahap perkembangan anak. Menurut Patta Bundu (2006: 12) keterampilan proses sains atau disingkat dengan proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu selanjutnya. Hasil belajar sains melalui proses sains menghasilkan kesan yang lama, tidak mudah dilupa, dan akan dapat digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat lain diungkapkan oleh Suprihadi Saputro dkk (2000: 153) bahwa keterampilan proses merupakan kemampuan yang sudah ada pada diri anak yang dikembangkan menjadi keterampilan intelektual, sosial, dan fisik. Keterampilan tersebut masih dalam bentuk yang sederhana dan belum terbentuk dengan jelas, dan juga merupakan keterampilan yang diperlukan dalam kerja ilmiah yang terdiri dari beberapa keterampilan dasar tertentu yang dipakai untuk memproses perolehan sehingga anak mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, prinsip dan sekaligus dapat mengembangkan sikap nilai. Menurut Nuryani dan Andrian (Ali Nugraha 2005: 125) keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan


(26)

konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik maupun kemampuan sosial.

Dari beberapa uraian pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains adalah semua keterampilan dasar yang digunakan untuk memperoleh dan mengkaji berbagai informasi mengenai fenomena alam. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini adalah keterampilan dasar yang digunakan anak untuk mempelajari sains dalam bentuk yang lebih sederhana sesuai dengan tahap perkembangan anak.

3. Komponen Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses menurut Suprihadi Saputro, dkk (2000: 155) yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, mampu mengkomunikasikan, memprediksi, dan menyimpulkan. Funk (Moejiono dan Dimyati, 1992: 15-16) mengungkapkan bahwa ada berbagai keterampilan proses yang terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrate skill). Keterampilan- keterampilan dasar terdiri dari: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan keterhubungan antar variabel, mengumpul dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melakukan eksperimen.


(27)

Dari beberapa definisi keterampilan proses sains menurut ahli yang telah diungkapkan di atas, tidak semua keterampilan proses sains tersebut dapat diberikan pada anak usia dini. Maka dalam penelitian ini keterampilan proses sains yang diamati adalah keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan.

Mengobservasi adalah keterampilan mendapatkan data/informasi dengan menggunakan inderanya. Dapat dilakukan dengan cara melihat, meraba, mengecap, membau, dan mendengar. Dengan kegiatan ini anak terlibat langsung dengan lingkungan sekitar dan benda-benda yang ada di sekelilingnya (Ali Nugraha, 2005: 128). Selain itu, menurut Moedjiono dan Moh Dimyati (1991: 16) keterampilan mengamati merupakan keterampilan paling mendasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain.

Mengklasifikasi adalah suatu sistematika untuk mengatur objek-objek ke dalam sederetan kelompok tertentu. Anak dapat belajar mencari persamaan dan perbedaan objek-objek (Ali Nugraha, 2005: 129). Sejalan dengan pendapat Usman Samatowa (2006: 138) yang menyatakan mengklasifikasi adalah proses pemilihan objek-objek atau peristiwa-peristiwa berdasarkan persamaan dan perbedaan sifat atau ciri-ciri dari suatu objek atau peristiwa tersebut.

Mengkomunikasikan adalah kemampuan anak dalam melaporkan hasil kegiatan sainsnya ke dalam bentuk tulisan, gambar, lisan, dan sebagainya (Ali


(28)

Nugraha, 2005: 129). Menurut Usman Samatowa (2006: 139) Keterampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh setiap orang termasuk anak. Hal ini berkaitan dengan proses penyampaian informasi atau data-data, baik secara tertulis atau secara lisan. Bentuk komunikasi yang baik adalah yang dapat dimengerti dan dipahami oleh penerima informasi.

4. Tujuan Pembelajaran Sains di TK

Menurut Slamet Suyanto (2005a: 159) pengenalan sains untuk anak usia dini dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berikut:

a. Eksplorasi dan investigasi, yaitu untuk mengamati dan menyelidiki objek dan fenomena alam.

b. Mengembangkan keterampilan proses sains dasar, seperti melakukan pengamatan, mengukur, menggunakan bilangan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, rasa senang, dan mau melakukan kegiatan inkuiri dan penemuan.

d. Memahami pengetahuan tentang berbagai benda, baik ciri, struktur, maupun fungsi.

Leeper dalam Ali Nugraha (2005: 28) memaparkan tujuan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini, hendaknya ditujukan untuk merealisasikan empat hal, yaitu:

a. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya. b. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar

anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. Hal yang mendasar, misalkan: tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi-informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka.

c. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak mendapat pengetahuan dan informasi ilmiah (yang lebih


(29)

dipercaya dan baik), maksudnya adalah segala informasi yang diperoleh anak didasarkan pada standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai kaidah-kaidah keilmuan yang menaunginya.

d. Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya.

Lebih lanjut, Ali Nugraha (2005: 29) memaparkan tujuan sains atau pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini, diantaranya:

a. Membantu pemahaman anak tentang konsep sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

b. Membantu melekatkan aspek-aspek yang terkait dengan keterampilan dengan proses sains, sehingga pengetahuan dan gagasan tentang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang.

c. Membantu menumbuhkan minat pada anak untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian diluar lingkungannya.

d. Memfasilitasi dan mengembangkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama, dan mandiri dalam kehidupannya.

e. Membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

f. Membantu anak agar mampu menggunakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

g. Membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran sains di TK bertujuan memberikan pengalaman untuk mengamati dan mengeksplorasi berbagai macam objek atau peristiwa yang ada di lingkungan anak dengan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan sehingga anak menjadi lebih berminat untuk menghayati sains. Tujuan pembelajaran sains dalam penelitian ini adalah mengembangkan keterampilan proses sains dasar pada anak melalui metode pembelajaran yang menyenangkan.


(30)

B. Karakteristik Anak TK Kelompok B 1. Pengertian Anak Taman Kanak-kanak

Menurut Dwi Yulianti (2010: 9) anak Taman Kanak-kanak (TK) adalah anak usia prasekolah yang berada dalam rentang usia antara empat sampai enam tahun. Pada lembaga Taman Kanak-kanak, umumnya usia 4-6 tahun tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia. Usia 4-5 tahun berada pada kelompok A, dan usia 5-6 tahun berada pada kelompok B. Kedua kelompok tersebut memiliki karakteristik yang beda-beda.

2. Karakteristik Anak TK Kelompok B

Setiap usia perkembangan manusia mempunyai karakteristik tertentu. Ali Nugraha (2005: 84) menyatakan bahwa pada tahun-tahun awal usia sekolah dasar (5-7 tahun), kebanyakan anak-anak masih berada pada tahap berpikir praoperasional dan cocok belajar melalui pengalaman kongkrit. Mereka gandrung mengenal dan mengidentifikasi serta mempelajari benda-benda yang berada dilingkungan sekitar. Hal ini sejalan dengan pendapat Slamet Suyanto (2005c: 136) anak usia 5-6 tahuun menurut piaget sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase pra operasional. Anak belajar terbaik melalui benda-benda kongkrit. Guru dapat memberikan persoalan yang menantang anak untuk melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda.


(31)

Menurut Dwi Yulianti, (2010: 13), anak TK adalah anak usia prasekolah yang perilaku alamiahnya dapat diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Senang menjajaki lingkungannya.

b. Mengamati dan memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif.

c. Rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan tak henti-hentinya. d. Bersifat spontan dalam menyatakan pikiran dan perasaannya.

e. Suka berpetualang, selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

f. Suka melakukan eksperimen, membongkar, dan mencoba segala hal. g. Jarang merasa bosan, ada-ada saja hal yang ingin dilakukan.

h. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi.

Secara umum, Mustaffa (Ali Nugraha, 2005: 55) mengidentifikasi sejumlah karakteristik dari anak usia dini sebagai berikut:

a. Menggunakan semua indera untuk menjelahi benda; belajar melalui kegiatan motorik dan partisipasi social.

b. Rentan perhatiannya pendek; mudah bosan dan mungkin memalingkan muka jika ada respon baru.

c. Mulai mengembangkan dasar-dasar keterampilan berbahasa, bermain-main dengan bunyi, mempelajari kosakata dasar dengan konsep-konsepnya; mulai mempelajari aturan yang bersifat implisit yang mengatur ekspresinya.

d. Perkembangan keterampilan Bahasa yang pesat.

e. Aktif memperhatikan segala sesuatu tetapi dengan rentang atensi yang pendek.

f. Menempatkan diri sebagai pusat dunianya sendiri; minat perilaku dan fikiran yang terfokus pada diri (egocentric)

g. Serba ingin tahu tentang dunianya sendiri sebagai kanak-kanak.

h. Mulai tertarik dengan bagaimana mekanisme kerja berbagai hal dan dunia luar disekitarnya.


(32)

Adapun tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut (PERMENDIKNAS, 2010: 16-17):

Tabel 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun No Lingkup

perkembangan Usia 5-6 Tahun a. Pengetahuan

umum dan sains

1. Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi.

2. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air ditumpahkan)

3. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan

4. Mengenal sebab akibat tentang lingkungannya (angina tertiup angina menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah. 5. Memilih tema permainan ( seperti: ayo kita

bermain pura-pura seperti burung)

6. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

b. Konsep bentuk warna, ukuran dan pola

1. Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran: “lebih dari”, “kurang dari”, dan “paling/ter”.

2. Mengklasifikasi benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran (3 variasi)

3. Mengklasifikasi benda yang lebih banyak kedalam kelompok yang sama atau kelompok sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi. 4. Mengenal pola ABCD-ABCD

5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya.

c. Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf

1. Menyebutkan lambing bilangan 1-10

2. Mencocokkan bilangan dengan lambing bilangan 3. Mengenal berbagai macam lambing huruf vocal

dan konsonan

Berdasarkan karakteristik di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak usia 5-6 tahun belajar melalui benda-benda kongkret dan melakukan aktivitas yang melibatkan semua indera untuk mengamati, memegang dan mengeksplorasi terhadap berbagai benda/peristiwa. Diperlukan peran orang tua, guru dan masyarakat dalam membimbing anak agar dapat memahami


(33)

berbagai hal tentang lingkungan sekitar karena anak usia TK sedang berada pada masa peka untuk menerima upaya pendidikan agar mencapai optimalisasi pada seluruh aspek perkembangannya.

C. Metode Guided Discovery

1. Pengertian Metode Guided Discovery

Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya metode pembelajaran yang dipersiapkan oleh pendidik. Salah satu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan secara leluasa pada peserta didik terlibat aktif dalam proses dan dalam menemukan pengalaman dan konsep pembelajaran adalah metode Discovery (Sujarwo, 2011: 73).

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 77) ada berbagai macam metode discovery yaitu

a. Discovery terbimbing, yaitu pelaksanaannya dilakukan atas petunjuk dari guru. Dimulai dari kegiatan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan anak ke titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, anak melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.

b. Discovery bebas, yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuwan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperolah sendiri.

c. Discovery bebas yang dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dipahami peserta didik. Tujuannya untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenarannya. Moedjiono dan Dimyati (1992: 87) menyatakan bahwa metode penemuan terbimbing merupakan format interaksi belajar mengajar yang memberikan kesempatan kepada para anak untuk menemukan informasi dengan bantuan/bimbingan guru. Menurut Muslichach (2006: 51) mendefinisikan


(34)

metode penemuan terbimbing sebagai metode dimana anak diarahkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari serangkaian aktivitas yang dilakukan sehingga anak seolah-olah menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Sedangkan Paul Eggen dan Don Kauchak (2012: 211) menyatakan bahwa

guided discovery adalah satu metode mengajar dimana guru memberi anak

contoh-contoh topik spesifik dan memandu anak untuk memahami topik tersebut.

Menurut Sujarwo (2011: 77) dalam pembelajaran guided discovery

peserta didik diberi pertanyaan-pertanyaan untuk mencapai keberhasilan dalam mengungkap konsep atau prinsip-prinsip yang dapat diukur. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka perlu dipecahkan melalui suatu percobaan dan ditemukan hasilnya berupa konsep dan prinsip yang benar-benar masih baru. Pembelajaran discovery

memberikan hal-hal yang baru, yang sebelumnya belum pernah dialami dan dilakukan oleh peserta didik, sehingga peserta didik akan memiliki pengalaman yang dapat tersimpan dalam ingatannya dengan baik, tahan lama, dan mengesan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode guided

discovery adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan secara leluasa

pada peserta didik terlibat aktif dalam proses penemuan suatu konsep dengan petunjuk dan bimbingan guru.


(35)

2. Tujuan Metode Guided Discovery

Menurut Moedjiono dan Moh. Dimyati (1992: 87) metode penemuan terbimbing sebagai metode belajar mengajar yang memberikan peluang diperhatikannya proses dan hasil belajar anak, digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan:

a. Meningkatkan keterlibatan anak secara aktif dalam memperoleh dan memproses perolehan belajar

b. Mengarahkan para anak sebagai pelajar seumur hidup

c. Mengurangi ketergantungan kepada guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang diperlukan oleh para anak

d. Melatih para anak mengeksplorasi atau memanfaatkan lingkungannya sebagai sumber informasi yang tidak akan pernah tuntas digali.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Guided Discovery

Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak (2012: 211) Metode ini memiliki kekuatan dan kelemahan. Menggunakan model ini cenderung menyita lebih banyak waktu ketimbang menjelaskan topik. Disisi lain, menjelaskan kerap tidak berfungsi dengan baik, anak tidak mendengarkan dengan secermat yang seharusnya dan mereka kerap memiliki konsepsi keliru tentang topik yang mereka pelajari. Tanpa tingkat interaksi yang tinggi, anak cenderung mempertahankan konsepsi keliru tersebut.

Menurut Mayer (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012: 211) menggunakan metode guided discovery menuntut keahlian guru yang cukup tinggi. Kebanyakan guru dapat belajar menyampaikan ceramah dan penjelasan yang bias diterima. Membimbing anak mengembangkan pemahaman jauh lebih sulit. Akan tetapi, ketika sudah terbangun, pemahaman yang berasal dari


(36)

pembelajaran guided discovery biasanya lebih mendalam dibandingkan pemahaman dari ceramah dan penjelasan.

Menurut Sujarwo (2011: 79) kebaikan kebaikan metode guided discovery

antara lain:

a. Membantu peserta didik mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif peserta didik, jika peserta didik dilibatkan terus dalam guided discovery. Kekuatan dari proses penemuan dating dari usaha untuk menemukan. Jadi seseoramg itu belajar bagaimana belajar itu.

b. Pengetahuan diperoleh dari metode ini sangat pribadi sifatnya, dan mungkin merupakan pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengalaman dan transfer.

c. Metode ini membangkitkan gairah dari peserta didik.

d. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bergerak maju sesuai kemampuannya sendiri.

e. Pembelajaran ini menyebabkan peserta didik mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga peserta didik merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar

f. Pembelajaran ini dapat membantu memperkuat pribadi peserta didik dengan bertambahnya kepercayaan diri sendiri melalui proses-proses penemuan.

g. Berpusat pada peserta didik, pendidik menjadi teman belajar terutama dalam situasi penemuan yang “jawaban”nya belum diketahui sebelumnya

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Guided Discovery

Proses belajar mengajar akan efektif apabila setiap langkahnya dilakukan secara baik oleh guru. Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi merupakan proses yang harus ditempuh untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Namun, setiap langkah pembelajaran tersebut bergantung pada pemilihan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru. Artinya, setiap metode pembelajaran memiliki langkah-langkah pembelajaran yang berbeda.


(37)

Merencanakan pelajaran dengan metode guided discovery

Menurut pendapat Paul Eggen dan Don Kauchak (2012: 182) merencanakan pembelajaran dengan metode guided discovery melibatkan 3 langkah penting yang digambarkan di dalam gambar 3 dan dibahas di dalam bagian berikut:

Gambar 1. Merencanakan pelajaran dengan metode guided discovery

Langkah pertama dalam perencanaan adalah mengidentifikasi topik. Kegiatan dalam mengidentifikasi topik diantaranya menentukan jenis kegiatan sesuai dengan tema dan mencari informasi tentang topik tersebut melalui berbagai sumber. Setelah mengidentifikasi topik, langkah selanjutnya menentukan tujuan belajar. Tujuan belajar adalah pernyataan yang menentukan apa yang semestinya diketahui, dipahami atau mampu dilakukan anak terkait topik tersebut. Saat guru sudah memutuskan secara tepat apa yang guru ingin anak pahami atau mampu lakukan, langkah selanjutnya adalah membuat atau menentukan contoh.

Dalam menerapkan pembelajaran menggunakan metode guided

discovery terdapat 4 fase yang saling terkait (Paul Eggen dan Don Kauchak,

2012: 198-199) digambarkan didalam tabel berikut Mengidentifikasi

topik

Menentukan tujuan belajar


(38)

Tabel 2. Fase-fase di dalam menerapkan pelajaran dengan metode guided discovery

Fase Deskripsi Fase 1:

pendahuluan

Guru berusaha menarik perhatian anak dan menetapkan fokus pelajaran.

Fase 2: fase

open ended

Guru memberi anak contoh dan meminta anak mengamati dan membandingkan contoh-contoh.

Fase 3: fase konvergen

Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing anak mencapai pemahaman tentang konsep.

Fase 4: fase penutup dan penerapan

Guru membimbing anak memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan anak menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru.

Berikut penjelasan dari tabel di atas a. Fase 1: pendahuluan

Setelah guru melaksanakan review terhadap kerja di hari sebelumnya, saatnya memulai pelajaran. Pada fase ini diniatkan untuk menarik perhatian anak dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harus diikuti. Fase ini bisa mulai dengan berbagai cara dan dapat terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana, seperti: “hari ini, ibu akan mengajak kalian bermain dan menjadi pengamat yang hebat”. Kemudian guru membuat kesepakatan bersama anak menentukan aturan main. “Ibu akan menunjukkan beberapa contoh benda, coba nanti kalian amati”. “Kalian siap?”.

b. Fase 2: Berujung-terbuka

Fase ini bertujuan mendorong keterlibatan anak dan memastikan keberhasilan awal mereka. Guru memberikan contoh dan meminta anak mengamati ciri-ciri benda tersebut. Kemudian guru mengajukan pertanyaan seperti “apa yang kalian lihat dari contoh ini?” serta meminta anak untuk


(39)

membandingkan keduanya. Pembelajaran berlanjut dengan meminta anak merespon pertanyaan berujung-terbuka, pertanyaan-pertanyaan dimana beragam jawaban bisa diterima. Misalnya, “apa yang kalian amati?”,”bagaimana ini jika dibandingkan”,”apa persamaan dari contoh-contoh ini?”.

c. Fase 3: konvergen

Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing anak mencapai pemahaman tentang konsep. Guru memandu anak untuk menemukan pola hubungan antara contoh yang satu dengan yang lainnya.

d. Fase 4: penutup dan penerapan

Guru membimbing anak memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan anak menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru. Anak diharapkan mampu menyampaikan hasil kegiatan penemuan yang telah dilakukan secara lisan meskipun adakalanya didapat penjelasan yang kurang sesuai, tetapi cara seperti ini untuk melatih anak menjadi berani dan percaya diri terhadap jawaban dan pengetahuan yang dimilikinya.


(40)

Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah pembelajaran metode

guided discovery dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Gambar 2. langkah-langkah pembelajaran guided discovery

D. Kerangka Berpikir

Setiap anak memiliki bakat dan potensi yang menakjubkan. Diantara bakat dan potensi yang paling mendasar terkait dengan sains adalah setiap anak sejak kelahirannya dipenuhi oleh rasa ingin tahu yang tinggi untuk mengenal dunianya. Tujuan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini adalah memberikan pengalaman untuk mengamati dan mengeksplorasi berbagai macam objek atau peristiwa yang ada di lingkungan anak dengan

PENDAHULUAN :

Guru menarik perhatian siswa dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harus diikuti.

OPEN ENDED QUESTION :

Guru memberikan contoh dan meminta siswa mengamati ciri-ciri benda tersebut. Guru meminta siswa merespon pertanyaan berujung-terbuka,

pertanyaan-pertanyaan dimana beragam jawaban bisa diterima.

KONVERGEN QUESTION :

Guru menanyakan pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing siswa mencapai pemahaman tentang konsep.

PENUTUP :

Guru membimbing siswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan siswa menerapkan pemahaman mereka ke

dalam konteks baru. Anak diharapkan mampu menyampaikan hasil kegiatan penemuan yang telah dilakukan secara lisan


(41)

pembelajaran yang variatif dan menyenangkan sehingga anak menjadi lebih berminat untuk menghayati sains.

Selama ini pelaksanaan pembelajaran di sekolah khususnya dalam pembelajaran sains di TK masih banyak guru yang mendesain anak untuk memperhatikan dan mendengarkan seperangkat fakta dan konsep yang diberikan guru. Guru masih banyak menggunakan lembar kerja anak dan media pembelajaran yang terbatas. Hal ini membuat anak kurang aktif didalam pembelajaran dan cenderung menyebabkan kebosanan pada anak. Akibatnya keterampilan proses sains anak juga belum berkembang secara maksimal karena anak hanya mendengar ceramah dari guru tanpa melakukan percobaan langsung menggunakan benda-benda kongkret.

Kelemahan tersebut harus dapat diatasi oleh guru sebagai pengajar dikelas dengan berupaya membuat inovasi untuk membantu anak dalam pembelajaran sains. Pembelajaran sains hendaknya lebih mengedepankan aktivitas anak didik dan pengalaman belajar anak melalui kegiatan melakukan dalam proses pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran sains dengan menggunakan metode

guided discovery diharapkan memberikan kesempatan kepada anak,

khususnya anak TK Kelompok B TK Salafiyah untuk menyelidiki dan menemukan sendiri berbagai persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri dengan bimbingan guru. Dalam hal ini, anak terlatih untuk berpikir dalam prosesnya menemukan bukti kebenaran dari teori atau konsep yang sedang dipelajarinya. Sehingga pembelajaran sains di Taman


(42)

Kanak-kanak akan lebih bermakna, keterampilan proses sains pada anak pun akan berkembang optimal

Berdasarkan paparan diatas, maka kerangka piker dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3 . Skema Kerangka Pikir

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah “keterampilan proses sains pada anak kelompok B TK Salafiyah Pleret Bantul dapat ditingkatkan dengan metode guided discovery

Tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini adalah memberikan pengalaman

untuk mengamati dan mengeksplorasi berbagai macam objek dan peristiwa

yang ada dilingkungan anak

Dibutuhkan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan sehingga anak menjadi lebih berminat untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran sains.

Keterampilan proses sains adalah keterampilan dasar yang digunakan anak

untuk mempelajari sains dalam bentuk lebih sederhana sesuai perkembangan anak

meliputi keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan.

Perlu adanya stimulasi untuk mengoptimalkan keterampilan proses sains

anak.

Meningkatkan keterampilan proses sains dengan metode guided discovery

Memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat aktif dalam proses penemuan suatu konsep dengan

petunjuk dan bimbingan guru sehingga keterampilan proses sains anak meningkat.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan di TK Salafiyah Pleret Bantul ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK bertujuan bukan hanya untuk mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi, melainkan untuk memperbaiki dan meningkatkan metode pembelajaran yang sudah dilaksanakan. PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2009: 3).

Penelitian tindakan kelas ini dikemas dalam bentuk penelitian tindakan kelas kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas kelompok B TK Salafiyah Pleret dalam merencanakan, mengobservasi, dan mereflesikan tindakan yang telah dilakukan.

B. Subjek dan objek penelitian

Subjek penelitian ini yaitu anak kelompok B TK Salafiyah sebanyak 17 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah keterampilan proses sains dengan metode guided discovery.

C. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di TK Salafiyah. Yang beralamat di jalan Imogiri Timur km.10 Jejeran, Wonokromo, Pleret, Bantul, Yogyakarta.


(44)

Penelitian dimulai dengan mengadakan observasi awal untuk menemukan permasalahan yang di hadapi dalam pembelajaran sains terutama dalam ketrampilan proses sains. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan pada bulan Oktober-Desember 2014 semester I tahun ajaran 2014/2015.

D. Prosedur penelitian

Penelitian ini menggunakan model spiral yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart (Suwarsih Madya, 1994: 53), dalam penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan siklus. Masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dalam satu spiral yang saling terkait. Peneliti akan berlanjut ke siklus berikutnya jika belum memenuhi target pencapaian indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Siklus ini akan berakhir jika sudah sesuai dengan indikator keberhasilan. Untuk memperjelas putaran dalam setiap siklus maka digunakan bagan rancangan penelitian yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Rancangan Penelitian Perencanaan Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart (Suwarsih Madya, 2009: 67)


(45)

Prosedur penelitian Tindakan Kelas dapat dilihat sebagai berikut: 1. Perencanaan Tindakan

Peneliti bersama guru dan kolaborator menetapkan menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan kemampuan subjek yang diinginkan melalui hal-hal berikut:

a. Peneliti bersama guru dan kolaborator menyamakan persepsi dan berdiskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan pembelajaran sains.

b. Guru dan kolaborator menyetujui pemecahan masalah ketrampilan proses sains pada anak dengan metode guided discovery.

c. Peneliti memberi masukan dan berdiskusi dengan guru tentang persiapan mengajar.

d. Guru mengidentifikasi RPP serta materi yang akan diajarkan dengan berdiskusi dahulu dengan peneliti.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat. Tindakan yang dilakukan dengan penggunaan metode guided

discovery dalam proses pembelajaran sains. Penelitian ini diakui sebagai

gagasan dalam penelitian dan tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan berikutnya. Penelitian dilakukan dalam bentuk siklus.


(46)

3. Pengamatan

Kegiatan observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi merupakan upaya untuk mengetahui jalannya pembelajaran dan permasalahan yang muncul saat pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan meliputi implementasi dalam pemantauan yaitu observasi kegiatan proses belajar mengajar dikelas secara langsung dan observasi hasil proses belajar dikelas.

4. Refleksi

Merefleksi seluruh pelaksanaan tindakan proses pembelajaran sains dengan metode guided discovery. Refleksi dilaksanakan sebagai upaya penilaian terhadap proses tindakan yang telah diberikan. Refleksi dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak yang terkait yaitu guru. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah ada implementasi tindakan dan hasil evaluasi. Diakhir siklus I dilakukan refleksi untuk melihat hasil tindakan yang telah dilakukan, apabila tindakan pada siklus I belum menunjukkan hasil yang diharapkan, maka perlu perencanaan penyusunan langkah perbaikan siklus II dan seterusnya.

E. Metode pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data, maka peneliti membutuhkan suatu cara metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah pengamatan (observasi).


(47)

Observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak (Ali Nugraha, 2005: 139). Observasi dilakukan pada saat anak melakukan aktifitas pembelajaran di kelas meliputi: keadaan atau situasi kelas, reaksi dan komunikasi yang terjadi antara guru dengan anak, serta perilaku yang ditampilkan oleh anak dalam pembelajaran sains dengan menggunakan metode guided discovery. Agar data perkembangan anak selama mengikuti pembelajaran sains dapat diperoleh secara rinci dan akurat, serta tidak ada bagian yang terlewatkan maka sebaiknya menggunakan pedoman observasi yang tepat. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan dengan membubuhkan tanda check (v) jika hal yang diamati muncul.

F. Instrumen Pengumpulan data

Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 101) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang menggunakan Check list (√). Check list atau daftar cek adalah sebuah cara yang digunakan untuk pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi (Wina Sanjaya 2011: 93).


(48)

G. Tehnik analisis data

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, maka langkah selanjutnya dalam proses penelitian adalah menganalisis data. Teknik analisis data merupakan proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan secara lebih mendalam. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Perhitungan data kuantitatif adalah menghitung rata-rata perkembangan anak berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi check list yang telah disusun sebelumnya. Melalui nilai rata-rata yang diperoleh dapat diketahui berapa persen perkembangan keterampilan proses sains anak. Adapun cara menghitung hasil atau nilai yang diperoleh dengan rumus Mean atau rata-rata nilai menurut Suharsimi Arikunto (2005: 284) adalah sebagai berikut:

Keterangan

      = Mean (rata-rata) skor

ΣX = Jumlah nilai N = Jumlah individu

Selanjutnya untuk jumlah persen pencapaian nilai rata-rata anak adalah sebagai berikut:

        


(49)

Berdasarkan sistem perhitungan diatas, maka dapat dilihat penigkatan dari setiap tindakan untuk setiap kemampuan. Dalam menganalisis data dari hasil penelitian tindakan ini dengan cara menggambarkan hasilnya dalam jumlah persen sehingga nantinya mudah untuk diketahui perubahannya.

Sementara itu untuk mengetahui sejauh mana instrument penelitian tersebut dikatakan valid, maka digunakan teknik sebagai berikut :

1. Member-check,

Yaitu kebenaran dan kesahihan data temuan penelitian dengan mengkonfirmasikan dengan sumber data yang lainnya. Dalam hal ini data atau informasi yang diperoleh dan dikonfirmasi melalui diskusi dengan guru kelompok B TK Salafiyah.

2. Audit trial,

Yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan mendiskusikannya dengan guru, pembimbing dan teman sejawat.

3. Ekpert Opinion,

Tahap ini dilakukan dengan melakukan pengecekan data atau informasi temuan penelitian kepada dosen ahli yang professional dalam bidang pembelajaran sains dengan menggunakan metode guided discovery yaitu Woro Sri Hastuti, M. Pd. Dalam kegiatan ini, dosen mengevaluasi dan memvalidasi instrument penelitian berupa lembar observasi.


(50)

H. Kriteria keberhasilan

Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan adanya perubahan ke arah perbaikan. Agar penelitian terarah dan dapat dengan mudah mendapatkan hasil maka diperlukan adanya indikator keberhasilan. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 271) kriteria penilaian terdapat 3 tingkatan yaitu: 1. Kriteria baik, apabila skor yang diperoleh antara 66,7%-100%

2. Kriteria cukup, apabila skor yang diperoleh antara 33,4%-66,6% 3. Kriteria kurang, apabila skor yang diperoleh antara 0%-33,3%

Berdasarkan kriteria penilaian diatas penelitian dapat dikatakan berhasil apabila skor rata-rata yang diperoleh anak dalam satu kelas mencapai ≥ 2,41 atau ≥ 80 % pada masing-masing keterampilan proses sains. Adapun keterampilan proses sains yang ditingkatkan dalam penelitian ini adalah keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan. Selain itu, indikator keberhasilan digambarkan dalam bentuk persen. Penelitian dikatakan berhasil apabila ≥ 80% dari seluruh total skor tercapai.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Kondisi awal anak kelompok B TK Salafiyah dalam keterampilan proses sains yang meliputi keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan masih rendah karena anak kurang dilatih secara maksimal. Ketika pembelajaran sains beberapa anak cenderung tidak mengikuti proses pembelajaran dan tidak termotivasi. Anak-anak asyik mengobrol dan bercerita sendiri dengan temannya. Ada juga beberapa anak yang asyik bermain sendiri dengan mainan sehingga tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan pembelajaran didepan kelas. Anak juga kesulitan menjawab ketika ditanya oleh guru mengenai materi yang sudah dijelaskan sebelumnya sehingga anak cenderung menjadi pasif atau hanya diam saja, walaupun ada beberapa anak yang menjawab pertanyaan dari guru tetapi jawabannya tidak sesuai.

Beberapa hal yang menyebabkan keterampilan proses sains anak kelompok B TK Salafiyah masih rendah, antara lain:

1) Penyediaan media dan sumber belajar yang diperlukan untuk percobaan kurang optimal sehingga anak belum secara langsung terlibat aktif dalam proses pembelajaran sains.

2) Anak belum diberikan kesempatan berinteraksi langsung dengan benda-benda konkret untuk melakukan percobaan atau penemuan melalui pengalaman nyata.


(52)

3) Penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi yaitu metode ceramah dan pemberian tugas.

Berdasarkan data diatas, peneliti perlu melakukan beberapa tindakan nyata supaya keterampilan proses sains anak terlatih secara optimal. Salah satu upaya yang ditempuh adalah menerapkan metode guided discovery dalam pembelajaran sains. Metode guided discovery dipilih karena metode ini memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi dan menemukan pengalaman melalui benda-benda konkret dengan bimbingan guru.

1. Pratindakan

Dalam penelitian ini, pengambilan skor pra tindakan terhadap keterampilan proses sains pada anak dilakukan dengan menggunakan tehnik pengumpulan data berupa check list. Hasil rekapitulasi dari hasil pratindakan keterampilan proses sains dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Observasi Pratindakan No Aspek yang diamati Pratindakan 1 Mengamati 41,17% 2 Mengklasifikasi 49,01% 3 Mengkomunikasikan 39,21%

Jumlah 43,13% Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari hasil pratindakan tersebut menjelaskan bahwa keterampilan proses sains anak dalam hal mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan masih tergolong rendah. Oleh karena itu keadaan tersebut menjadi suatu landasan peneliti untuk melakukan sebuah tindakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode guided discovery.


(53)

2. Siklus I a. Perencanaan

Tahap perencanaa disusun oleh peneliti bersama guru kelas kelompok B karena penelitian ini bersifat kolaboratif. Untuk melaksanakan tindakan selama kegiatan pengenalan sains, peneliti berkoordinasi dengan guru kelas melakukan persiapan dan perencanaan sebagai berikut:

1) Menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas, yaitu Rabu 20 November 2014 dan Jumat 21 November 2014.

2) Menentukan tema pembelajaran .

3) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH)

4) Menyiapkan alat dan bahan yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran sains.

5) Menyiapkan instrumen penelitian

6) Menyiapkan kelengkapan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung, peralatan yang digunakan yaitu kamera.

b. Pelaksanaan

1) Pertemuan pertama siklus I

Pertemuan I siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 20 November 2014 dari pukul 07.30-10.30 WIB. Tema pembelajaran yang akan disampaikan yaitu binatang. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:


(54)

a) Kegiatan sebelum masuk kelas (± 30 menit)

Sebelum masuk ke dalam kelas terlebih dahulu anak-anak berbaris sambil menyanyikan lagu “ayo berbaris” dengan menunjuk salah satu anak untuk memimpin barisan. Pemimpin barisan memilih kelas yang paling rapi untuk masuk kelas lebih dulu. Jadwal kelas B untuk hari kamis adalah praktek wudhu dan kelas A praktek sholat. Sebelum masuk kelas, anak-anak berbaris antri untuk berwudhu didampingi guru kelas. Selesai wudhu anak masuk kelas duduk rapi. Guru mengatur posisi duduk anak melingkar dipinggir tikar. b) Kegiatan awal (± 30 menit)

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa sebelum belajar dipimpin oleh salah satu anak, mengucap salam, menyanyikan lagu dan materi keagamaan. Guru mengabsen anak dengan berhitung dan menanyakan teman yang tidak berangkat hari ini. Guru mengajak anak untuk menirukan gerakan binatang (merangkak) di dalam kelas, biarkan anak mengekspresikan perannya sebagai binatang yang anak inginkan. Setelah selesai, anak diberi kesempatan untuk minum dan ke kamar kecil sebelum kegiatan inti dimulai.

c) Kegiatan inti (± 60 menit) (1)Fase 1: pendahuluan

Guru mereview materi dihari sebelumnya tentang binatang peliharaan. Anak diberi penjelasan bahwa hari ini mereka akan mengamati berbagai hewan bertelur dan beranak. Guru membuat kesepakatan bersama anak menentukan aturan main. Guru memutarkan video tentang proses kucing melahirkan


(55)

(2) Fase 2: terbuka

Guru meminta anak mengamati video tersebut dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dimana beragam jawaban bias diterima. “apa yang kalian amati?”.”apa yang terjadi pada kucing itu?”. “apa yang dilakukan induk kucing pada anaknya?”. Selesai menonton video guru menunjukkan gambar kucing sebagai contoh binatang beranak dan bebek sebagai binatang bertelur. Anak diminta untuk mengidentifikasi ciri-ciri binatang tersebut dan mengamati perbedaan keduanya. Guru menuliskan semua jawaban anak dipapan tulis.

Guru membagi anak dalam 2 kelompok yang masing-masing diberi 3 gambar binatang beranak dan 3 gambar binatang bertelur. Guru membimbing anak menemukan binatang yang termasuk beranak. Ajukan pertanyaan untuk memperkirakan binatang mana yang termasuk beranak.

(3) Fase 3: konvergen

Guru mengajukan pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing anak mencapai pemahaman tentang konsep. “hewan manakah yang memiliki daun telinga?”. “apakah hewan itu beranak?”. “hewan manakah yang tidak memiliki daun telinga?”.”apakah hewan itu beranak?”.

(4)Fase 4: penutup dan penerapan

Guru membimbing anak memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan anak menerapkan pemahaman pada konteks baru. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi kepada anak sehingga dapat menarik kesimpulan sendiri dari hasil penemuan yang telah dilakukan.


(56)

Guru menanyakan kembali,”jadi, binatang manakah yang termasuk binatang beranak?”

Pada kegiatan ini anak diharap dapat memberikan contoh binatang beranak selain dari gambar yang telah disediakan pada kegiatan penemuan diatas. Guru dapat menanyakan kembali bagaimana ciri-ciri binatang beranak dan bertelur. Binatang beranak memiliki daun telinga sedangkan binatang bertelur tidak memiliki daun telinga. “coba nanti kalian amati binatang lain dirumah, apakah mempunyai daun telinga atau tidak?”.

Anak diberi tugas mengelompokkan gambar binatang bertelur dan beranak pada lembar yang telah disediakan. Beri kesempatan pada anak untuk menyampaikan hasil temuannya secara lisan didepan kelas satu persatu.

d) Kegiatan akhir (±30 menit)

Pada kegiatan akhir, guru mengajak anak untuk menyanyikan lagu berjudul pak tani punya kandang. Terlebih dahulu guru mencontohkan kemudian anak mengikuti. Ulangi sampai anak lancer menyanyikan bersama.

Setelah kegiatan selesai, guru mengajak anak untuk tanya jawab tentang kegiatan hari ini. Guru mengajak bernyanyi dan berdoa pulang. Bagi anak yang bisa menjawab pertanyaan buguru boleh pulang lebih dulu.

2) Pertemuan kedua siklus I

Pertemuan II siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 21 November 2014 dari pukul 07.30-10.30 WIB. Tema pembelajaran yang akan disampaikan yaitu binatang. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:


(57)

a) Kegiatan sebelum masuk kelas (±30 menit)

Sebelum masuk ke dalam kelas terlebih dahulu anak-anak berbaris sambil menyanyikan lagu “ayo berbaris” dengan menunjuk salah satu anak untuk memimpin barisan. Pemimpin barisan memilih kelas yang paling rapi untuk masuk kelas lebih dulu.

b) Kegiatan awal (±30 menit)

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa sebelum belajar dipimpin oleh salah satu anak, dilanjut mengucap salam, menyanyikan lagu dan hafalan keagamaan. Guru mengabsen anak dengan berhitung dan menanyakan teman yang tidak berangkat hari ini. Guru mengajak anak untuk menirukan gerakan binatang (merangkak) di dalam kelas. Setelah selesai, anak diberi kesempatan untuk minum dan ke kamar kecil sebelum kegiatan inti dimulai.

c) Kegiatan inti (±60 menit) (1)Fase 1: pendahuluan

Guru berusaha menarik perhatian anak dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harus diikuti. “Hari ini, ibu akan mengajak kalian bermain dan menjadi pengamat yang hebat”. “Ibu akan memutarkan video , coba nanti kalian amati, kalian siap?”. Buat kesepakatan bersama anak untuk menentukan aturan main agar pembelajaran berjalan sesuai harapan. Kemudian guru memutarkan video tentang proses telur menetas menjadi anak ayam.


(58)

(2)Fase 2: terbuka

Guru meminta anak mengamati video tersebut dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dimana beragam jawaban bias diterima. “apa yang kalian amati?”.”apa yang terjadi pada telur itu?”. “bagaimana telur itu bisa menetas?”.

Selesai menonton video, guru menunjukkan anak ayam sungguhan dan telur ke dalam kelas. Guru menjelaskan tentang alat dan bahan yang dibawa. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan pengamatan dan percobaan terhadap bahan dan media tersebut dengan bantuan dan bimbingan guru. Guru membebaskan anak untuk melihat, menyentuh, mendengar dan memberikan makan/minum pada anak ayam. Anak-anak akan menyadari bahwa merawat binatang begitu menyenangkan. Guru menstimulasi anak dengan berbagai pertanyaan. “apa yang kalian lihat?”,””bagaimana cara anak ayam makan dan minum?”,”bagaimana suaranya?”,”bagaimana bulunya?”. Tampilkan gambar ayam, gambar anak ayam dan gambar telur. Ajak anak untuk mengidentifikasi ciri-ciri gambar tersebut.

(3)Fase 3: konvergen

Guru mengajukan pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing anak mencapai pemahaman tentang konsep. “bagaimana proses telur menjadi anak ayam?”,“bagaimana cara merawat anak ayam agar bisa tumbuh besar?”


(59)

(4)Fase 4: penutup dan penerapan

Guru membimbing anak memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan anak menerapkan pemahaman pada konteks baru. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi kepada anak sehingga dapat menarik kesimpulan sendiri dari hasil penemuan yang telah dilakukan. Guru menanyakan kembali,”jadi, bagaimana telur bisa menetas dan apa saja yang harus dilakukan untuk merawat anak ayam agar tumbuh besar?”

Anak diberi tugas untuk (1) mengamati perbedaan telur ayam dan telur bebek kemudian mengelompokkannya, (2) anak mengerjakan LKA mengurutkan pertumbuhan ayam dengan cara mewarnai, menggunting, dan menempelkan gambar pada lembar kerja yang telah disediakan. Beri kesempatan pada anak untuk menyampaikan hasil temuannya secara lisan didepan kelas satu persatu.

d) Kegiatan akhir (±30 menit)

Pada kegiatan akhir, guru mengajak anak untuk mempraktekkan cara mengucap dan menjawab salam dengan benar. Guru memanggil anak satu persatu bergantian untuk maju kedepan mempraktekkan berjabat tangan dengan buguru sambil mengucap salam dengan benar.

Setelah kegiatan selesai, guru mengajak anak untuk tanya jawab tentang kegiatan hari ini. Guru mengajak bernyanyi dan berdoa pulang. Bagi anak yang bisa menjawab pertanyaan buguru boleh pulang lebih dulu.


(60)

c. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh peneliti beserta guru kelas selama proses pelaksanaan tindakan secara langsung tanpa mengganggu jalannya proses pembelajaran di kelas. Observasi ini dilaksanakan menggunakan pedoman observasi yang telah dipersiapkan sebagai upaya mengetahui aktivitas anak pada pembelajaran sains melalui metode guided discovery.

Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan keterampilan proses sains dalam aspek yang ada dalam instrumen penelitian. Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Observasi Siklus I

No Aspek yang diamati Pratindakan Siklus I 1 Mengamati 41,17% 76,47% 2 Mengklasifikasi 49,01% 82,35% 3 Mengkomunikasikan 39,21% 64,70%

Jumlah 43,13% 74,50%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat sedikit peningkatan skor rata-rata dalam keterampilan proses sains pada anak dari pratindakan ke siklus I. Untuk kemampuan mengamati mengalami peningkatan yaitu 41,17% menjadi 76,47%. Kemampuan mengklasifikasi meningkat dari 49,01% menjadi 82,35%. Sedangkan untuk kemampuan mengkomunikasikan hasil penemuan secara tertulis dan lisan meningkat dari 39,21% menjadi 64,70%.


(61)

d. Refleksi Siklus I

Pada tahap ini refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dari lembar observasi yang digunakan. Selain menganalisis hasil observasi, juga dilakukan analisis beberapa kelemahan/kekurangan selama proses pelaksanaan. Anak mendapatkan manfaat yang cukup besar setelah diadakan perlakuan tindakan menggunakan metode guided discovery dalam pembelajaran sains. Berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti dan kolaborator menyimpulkan bahwa keterampilan proses sains sudah mulai menunjukkan peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil observasi pada pratindakan dan siklus I. Dari penelitian yang dilakukan meskipun telah terjadi peningkatan dalam beberapa aspek keterampilan proses sains pada anak, namun peningkatan tersebut belum mampu memenuhi kriteria indikator keberhasilan sebesar 80%, terutama pada kemampuan mengamati dan mengkomunikasikan hasil penemuan.

Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I, peneliti mengalami beberapa kendala diantaranya:

1) Kegiatan pembelajaran dilakukan secara berkelompok menyebabkan anak kurang bisa berkesempatan mengamati dan harus bergantian dengan teman lain.

2) Media yang digunakan terbatas karena tidak memungkinkan menghadirkan binatang sesungguhnya ke dalam kelas dengan jumlah yang banyak sebagai media.


(62)

Kekurangan yang dihadapi pada siklus I tersebut dijadikan tolak ukur untuk perbaikan pada siklus selanjutnya, diantaranya:

1) Guru memberikan kesempatan lebih banyak untuk anak dapat mengeksplorasi kegiatan secara individu.

2) Guru memperbanyak media yang digunakan dengan memanfaatkan media yang ada dilingkungan sekitar.

Dengan melihat hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan pada setiap keterampilan proses sains. Namun, hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan sehingga memerlukan siklus II.

3. Siklus II a. Perencanaan

Tahap perencanaa disusun oleh peneliti bersama guru kelas kelompok B karena penelitian ini bersifat kolaboratif. Untuk melaksanakan tindakan selama kegiatan pengenalan sains, peneliti berkoordinasi dengan guru kelas melakukan persiapan dan perencanaan sebagai berikut:

1) Menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. 2) Menentukan tema pembelajaran

3) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH)

4) Menyiapkan alat dan bahan yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran sains.


(63)

5) Menyiapkan instrumen penelitian

6) Menyiapkan kelengkapan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung, peralatan yang digunakan yaitu kamera.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti sebagai pelaksana tindakan dan kolaborator sebagai pengamat. Tindakan dilakukan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan yaitu Rencana Kegiatan Harian (RKH). Selama proses pembelajaran berlangsung guru mengajar dengan RKH yang telah dibuat. Dalam pelaksaan tindakan peneliti mengajar menggunakan metode guided discovery. Sementara itu guru/kolaborator mengamati partisipasi dan aktivitas belajar anak pada saat pembelajaran sains berlangsung.

1) Pertemuan pertama siklus II

Pertemuan I siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Desember 2014 dari pukul 07.30-10.30 WIB. Tema pembelajaran yang akan disampaikan yaitu tanaman. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a) Kegiatan sebelum masuk kelas (±30 menit)

Sebelum masuk ke dalam kelas terlebih dahulu anak-anak berbaris sambil menyanyikan lagu “ayo berbaris” dengan menunjuk salah satu anak untuk memimpin barisan. Jadwal kelas B untuk hari rabu adalah praktek wudhu dan kelas A praktek sholat. Sebelum masuk kelas, anak-anak berbaris antri untuk


(64)

berwudhu didampingi guru kelas. Selesai wudhu anak masuk kelas duduk rapi. Guru mengatur posisi duduk anak melingkar dipinggir tikar.

b) Kegiatan awal (±30 menit)

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa sebelum belajar dipimpin oleh salah satu anak, dilanjut mengucap salam, dan hafalan keagamaan. Guru mengabsen anak dengan berhitung dan menanyakan teman yang tidak berangkat hari ini. Guru mengajak anak untuk menyanyikan lagu “bagian-bagian pohon”. Setelah selesai, anak diberi kesempatan untuk minum dan ke kamar kecil sebelum kegiatan inti dimulai.

c) Kegiatan inti (±60 menit) (1)Fase 1: pendahuluan

Guru berusaha menarik perhatian anak dengan menceritakan kisah tentang menyayangi tumbuhan ciptaan Alloh dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harus diikuti. “Hari ini, ibu akan mengajak kalian bermain di halaman sekolah dan menjadi pengamat yang hebat”. “kalian siap?”. Buat kesepakatan bersama anak untuk menentukan aturan main agar pembelajaran berjalan sesuai harapan.

(2)Fase 2: terbuka

Biarkan anak mengamati berbagai tanaman yang tumbuh dihalaman sekolah dengan kaca pembesar dan menceritakan apa yang sedang anak lihat. Ajak anak untuk mencabut beberapa tanaman di halaman sekolah secara perlahan. Anak masuk kelas.


(65)

Guru menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Anak diminta untuk meletakkan tanaman yang telah dicabut ke dalam gelas. Isi salah satu gelas dengan air. Dan satu gelas lagi tanpa air. Beri kesempatan anak untuk mengamati apa yang terjadi pada tanaman yang berisi air dan tidak. Ajukan pertanyaan “apa yang terjadi pada tanaman di gelas berisi air?”, “apa yang terjadi pada tanaman di gelas tanpa air?”. Anak mengidentifikasi ciri-ciri tanaman yang diberi air dan tanpa diberi air.

(3)Fase 3: konvergen

Guru mengajukan pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing anak mencapai pemahaman tentang konsep. “bagaimana jika tanaman diberi air?”, “bagaimana jika tanaman tidak diberi air?”,”apakah tanaman akan mati jika tidak pernah diberi air?”

(4)Fase 4: penutup dan penerapan

Guru membimbing anak memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan anak menerapkan pemahaman pada konteks baru. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi kepada anak sehingga dapat menarik kesimpulan sendiri dari hasil penemuan yang telah dilakukan. Guru menanyakan kembali,”jadi, apa yang harus kita lakukan agar tanaman tidak layu?”,”apa yang dibutuhkan tanaman agar dapat tumbuh subur?”

Anak diberi tugas untuk (1) mengelompokkan tanaman yang layu dan tidak layu (2) anak menggambar tanaman yang layu dan tidak layu pada lembar kerja yang telah disediakan. Beri kesempatan pada anak untuk menyampaikan hasil temuannya secara lisan didepan kelas satu persatu.


(66)

d) Kegiatan akhir (±30 menit)

Pada kegiatan akhir, guru mengajak anak untuk menirukan gerakan tanaman yang tertiup angin. Setelah kegiatan selesai, guru mengajak anak untuk tanya jawab tentang kegiatan hari ini. Guru mengajak anak berdoa pulang. Bagi anak yang bisa menjawab pertanyaan buguru boleh pulang lebih dulu.

2) Pertemuan kedua siklus II

Pertemuan I siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 8 Desember 2014 dari pukul 07.30-10.30 WIB. Tema pembelajaran yang akan disampaikan yaitu tanaman dengan sub tema pertumbuhan tanaman. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:

a) Kegiatan sebelum masuk kelas (±30 menit)

Sebelum masuk ke dalam kelas terlebih dahulu anak-anak berbaris sambal menyanyikan lagu “ayo berbaris” dengan menunjuk salah satu anak untuk memimpin barisan. Pemimpin barisan memilih kelas yang paling rapi untuk masuk kelas lebih dulu. Jadwal kelas B untuk hari jumat adalah praktek sholat. Guru mengatur barisan sholat dan menunjuk salah satu anak laki-laki untuk menjadi imam. Selesai sholat anak diajak untuk mendoakan kedua orang tua. Kemudian guru kembali mengatur posisi duduk dengan cara melingkar dipinggir tikar.

b) Kegiatan awal (±30 menit)

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa sebelum belajar dipimpin oleh salah satu anak, dilanjut mengucap salam, mengabsen, menyanyikan lagu dan


(67)

hafalan keagamaan. Setelah selesai, anak diberi kesempatan untuk minum dan ke kamar kecil sebelum kegiatan inti dimulai.

c) Kegiatan inti (±60 menit) (1)Fase 1: pendahuluan

Guru mengawali pembelajaran dengan membacakan cerita yang berjudul “jaka dan biji pohon” menggunakan peraga boneka tangan. Guru menggali pengetahuan anak tentang tanaman yang disampaikan pada hari sebelumnya (apa itu tanaman, bagian-bagian tanaman). Anak diberi penjelasan bahwa hari ini mereka akan melakukan percobaan menanam biji kacang hijau. Guru membuat kesepakatan bersama anak menentukan aturan main.

(2)Fase 2: terbuka

Guru mengajak anak untuk melakukan percobaan di luar kelas. Guru menjelaskan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. Guru mendemonstrasikan cara melakukan percobaan mananam kacang hijau. Masing-masing anak diberi 2 gelas plastic dengan label biru yang berarti “harus disiram” dan label putih “tidak disiram”. Anak menanam biji kacang hijau dan memberi nama. Guru meminta anak untuk merawat biji yang telah ditanam selama 5 hari dan meletakkannya diloker bekas dipojok sekolah. Anak mengamati tanaman setiap hari dan menyiram tanaman yang berlabel biru. Ajukan pertanyaan “apakah tanamanmu sudah tumbuh?”. “apakah sudah tumbuh akar?”,“berapa biji yang sudah tumbuh?”.


(68)

(3)Fase 3: konvergen

Guru mengajukan pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing anak mencapai pemahaman tentang konsep. “tanaman mana yang tumbuh subur, yang disiram atau tidak disiram?”. Anak menggambarkan hasil percobaan di lembar kerja yang guru sediakan. Anak mengelompokkan tanaman yang tumbuh subur dan tidak tumbuh subur.

(4) Fase 4: penutup dan penerapan

Guru membimbing anak memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dan anak menerapkan pemahaman pada konteks baru. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi kepada anak sehingga dapat menarik kesimpulan sendiri dari hasil penemuan yang telah dilakukan. Guru menanyakan kembali,”jadi, apa yang harus kita lakukan agar tanaman tumbuh subur?”. Beri kesempatan pada anak untuk menyampaikan hasil temuannya secara lisan didepan kelas satu persatu.

d) Kegiatan akhir (±30 menit)

Pada kegiatan akhir, guru mengajak anak untuk mengucapkan syair berjudul Tuhanku. Terlebih dahulu guru mencontohkan kemudian anak mengikuti. Ulangi sampai anak lancer mengucapkannya bersama.

Setelah kegiatan selesai, guru mengajak anak untuk tanya jawab tentang kegiatan hari ini. Guru mengajak bernyanyi dan berdoa pulang. Bagi anak yang bisa menjawab pertanyaan buguru boleh pulang lebih dulu.


(69)

c. Observasi

Observasi dilaksanakan oleh peneliti beserta guru kelas selama proses pelaksanaan tindakan secara langsung tanpa mengganggu jalannya proses pembelajaran di kelas. Observasi ini dilaksanakan menggunakan pedoman observasi yang telah dipersiapkan sebagai upaya mengetahui aktivitas anak pada pembelajaran sains melalui metode guided discovery. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan proses sains. Jika disajikan dalam tabel maka hasil observasi tersebut

Tabel 5. Hasil Observasi Siklus II

No Aspek yang diamati Pratindakan Siklus I Siklus II 1 Mengamati 41,17% 76,47% 94,11% 2 Mengklasifikasi 49,01% 82,35% 90,19% 3 Mengkomunikasikan 39,21% 64,70% 84,31%

Jumlah 43,13% 74,50% 89,53%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan skor rata-rata dalam keterampilan proses sains pada anak dari siklus I ke siklus II. Untuk kemampuan mengamati mengalami peningkatan yaitu 76,47% menjadi 94,11%. Kemampuan mengklasifikasi meningkat dari 82,35% menjadi 90,19%. Sedangkan untuk kemampuan mengkomunikasikan hasil penemuan secara tertulis dan lisan meningkat dari 64,70% menjadi 84,31%.


(70)

d. Refleksi Siklus II

Pada kegiatan ini peneliti melakukan evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti dan kolaborator menyimpulkan beberapa hal, diantaranya: 1) Penelitian pada siklus II pertemuan II menunjukkan telah adanya

peningkatan terhadap keterampilan proses sains pada anak. Skor rata-rata pada kemampuan mengamati mencapai 94,11%, kemampuan mengklasifikasi mencapai 90,19%, sedangkan untuk kemampuan mengkomunikasikan mencapai 84,31%.

2) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan melalui metode Guided Discovery dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada anak hingga mencapai target 80% pada setiap aspek.

3) Penelitian dihentikan pada siklus II karena sudah mencapai target yang telah ditentukan.

B. Pembahasan

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan proses sains anak dengan metode guided discovery. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas bahwa keterampilan proses sains meliputi keterampilan mengamati, mengklasifikasi, dan mengkomunikasikan masih rendah karena anak kurang dilatih secara maksimal. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran sains, anak belum diberikan kesempatan berinteraksi langsung dengan benda-benda


(71)

konkret untuk melakukan percobaan atau penemuan melalui pengalaman nyata. Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi yaitu metode ceramah dan pemberian tugas. Namun, setelah diberikan tindakan yaitu melalui metode guided discovery anak dapat melatih keterampilan proses sainsnya.

Pemberian kesempatan anak untuk melakukan percobaan/penemuan melatih keterampilan proses sains. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali Nugraha (2005: 131) bahwa pada keterampilan proses sains terdapat beberapa kemampuan yang dapat dilatihkan pada anak. Diantaranya, pada keterampilan mengamati anak dilatih untuk menggunakan alat indera sehingga anak dapat mengidentifikasi ciri-ciri benda. Pada kemampuan mengklasifikasi anak dilatih untuk mengelompokkan benda sesuai dengan ciri-cirinya. Sedangkan pada keterampilan mengkomunikasikan anak dilatih untuk menyampaikan hasil penemuan secara lisan dan tertulis.

Pembelajaran sains di TK dimulai dari benda-benda yang memungkinkan anak untuk berinteraksi dan melakukan percobaan sendiri serta mendapatkan pengalaman. Sejalan dengan pendapat Yuliani Sujiono (2009: 93) yang menyatakan bahwa anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melalui benda-benda yang bersifat kongkret (nyata). Menurut Rohandi (Ali Nugraha, 2005: 142), anjuran bagi para guru dalam melaksanakan pembelajaran sains adalah menempatkan aktifitas nyata anak dengan berbagai objek yang dipelajari yang merupakan hal utama untuk dapat dikembangkan. Berbagai kesempatan harus diberikan kepada anak untuk bersentuhan


(1)

Warnailah gambar dibawah ini sesuai hasil pengamatan

Gunting dan tempelkan pada kertas yang telah disediakan, urutan

sesuai perkembangbiakannya

 

 

 

Ayam

TEMA :

BINATANG


(2)

Anak mengamati gambar binatang bertelur dan beranak dengan bimbingan guru

Anak mengelompokkan gambar

binatang beranak dan bertelur

Anak mengkomunikasikan hasil penemuan di depan kelas


(3)

Siklus 1 pertemuan 2

Anak menonton video tentang proses telur menetas menjadi anak ayam

Anak mengamati anak ayam

dan memberikan makanan pada anak ayam

Anak mengkomunikasikan hasil penemuan di depan kelas


(4)

Anak mengamati tanaman dihalaman sekolah

Anak mengamati tanaman yang diberi air dan tidak diberi air

Anak mengkomunikasikan hasil penemuan di depan kelas


(5)

Siklus 2 pertemuan 2

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan menanam biji kacang hijau

Guru mendemonstrasikan cara

menanam biji kacang hijau

Anak melakukan percobaan menanam biji kacang hijau


(6)

Hasil percobaan anak diletakkan di loker bekas di luar ruangan

Anak mengamati pertumbuhan tanaman

Anak mengkomunikasikan hasil penemuan di depan kelas


Dokumen yang terkait

Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Asam Basa Menggunakan Model Pembelajaran Guided Inquiry

6 19 183

Perapan model pembelajaran guide inquiry untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa: penelitian tindakan kelas di SMA Triguna Utama Ciputat

1 6 91

PENGARUH KINERJA SISWA PADA METODE PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA

1 31 55

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS PADA ANAK KELOMPOK B TK Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sains Pada Anak Kelompok B TK Dharma Wanita Krendowahono Gondang Rejo Karanganyar Tahun Ajaran

0 3 12

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS PADA ANAK KELOMPOK B TK Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sains Pada Anak Kelompok B TK Dharma Wanita Krendowahono Gondang Rejo Karanganyar Tahun Ajaran

0 2 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS MELALUI METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK Upaya Meningkatkan Kemampuan Sains Melalui Metode Pembelajaran Eksperimen Pada Anak Kelompok B Di TK Pertiwi Sidomulyo Kaliori Rembang Tahun Ajaran 2011/

0 0 17

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NETRAL D YOGYAKARTA.

0 5 199

STUDI KETERAMPILAN PROSES SAINS DASAR PADA ANAK TK KELOMPOK B DI GUGUS II KECAMATAN KRETEK, BANTUL.

0 0 127

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK KELOMPOK B TK KKLKMD SEDYO RUKUN, BAMBANGLIPURO, BANTUL.

1 14 202

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KKLKMD SEDYO RUKUN BAMBANGLIPURO BANTUL.

0 0 121