Minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin, presentasi belajar siswa dan pendapatan orang tua.
viii
ABSTRAK
MINAT SISWA UNTUK MENJADI GURU DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN
PENDAPATAN ORANG TUA
Studi Kasus: Siswa Kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta
Indra Wahyu Puspitasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari: (1) jenis kelamin; (2) prestasi belajar siswa, (3) pendapatan orang tua.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Tiga Maret Yogyakarta pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta yaitu sebanyak 87 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin (thitung 2,244 > ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,028 < taraf signifikansi 0,05); (2) Tidak ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa (thitung 0,864 < ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,390 > taraf signifikansi 0,05); (3) Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari pendapatan orang tua (thitung 2,224 > ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,029 < taraf signifikansi 0,05).
(2)
ix
ABSTRACT
THE INTEREST OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS TO
BE TEACHERS ANALYZED FROM SEX, STUDENTS’
LEARNING ACHIEVEMENT AND THE INCOME OF
PARENTS
A Case Study: at the Last Class Students of Tiga Maret Senior High School Yogyakarta
Indra Wahyu Puspitasari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to know whether there is different interest among Senior High School students to be teachers analyzed from: (1) sex; (2) students’ learning achievement, and (3) the income of parents.
The research was conducted at “Tiga Maret Senior High School Yogyakarta” from October to November 2008. The population of this research was 87 students of the last class of Tiga Maret Senior High Shcool Yogyakarta. The techniques of gathering the data were questionnaire and documentation. The technique of analysing the data was t-test.
The result shows that: (1) there are some differences in students’ interest to be teachers perceived from sex (tcount 2,244 > ttable 1,991 and the probability is 0,028 < 0,05); (2) there isnt any different interest to be teachers perceived from students’ learning achievement (tcount 0,864 < ttable 1,991 and the probability is 0,390 < 0,05); (3) there are some differences in students’ interest to be teachers perceived from the income of parent (tcount 2,224 > ttable 1,991 and the probability is 0,029 < 0,05).
(3)
MINAT
JENI
SPR
JURUS
FAK
T SISWA U
IS KELAM
PE
Studi Kasus: Diaju M PROGRAM
SAN PEND
KULTAS K
UNIV
UNTUK M
MIN, PRE
ENDAPA
Siswa Kelaukan untuk M Memperoleh G rogram Stud
Indra W 0
M STUDI P
DIDIKAN
KEGURU
VERSITA
YOG
iMENJADI
ESTASI BE
ATAN ORA
as XII SMA
SKRIPSI Memenuhi Sa Gelar Sarjan di Pendidika oleh: Wahyu Pusp 041334061
PENDIDI
N ILMU PE
UAN DAN
AS SANAT
GYAKAR
2009
I GURU D
ELAJAR
ANG TUA
Tiga Maret Y
alah Satu Sy a Pendidikan n Akuntansi pitasari
IKAN AKU
ENGETAH
ILMU PE
TA DHAR
RTA
DITINJAU
SISWA D
A
Yogyakarta yarat n iUNTANSI
HUAN SO
ENDIDIKA
RMA
U DARI
DAN
I
OSIAL
AN
(4)
ii
(5)
iii
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus atas segala berkahNya
Bapak & Ibu
Mba Ambar n’ mba Ita
Semua yang telah membantu perjuangan ini
(7)
v
MOTTO
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai
senantiasa sampai kepada akhir zaman
(Mateus 27; 20)
“Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, Daripadanya akan banyak dituntut, dan
Kepada siapa banyak dipercayakan, Daripadanya akan lebih banyak lagi dituntut”
(8)
vi
(9)
vii
(10)
viii
ABSTRAK
MINAT SISWA UNTUK MENJADI GURU DITINJAU DARI
JENIS KELAMIN, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN
PENDAPATAN ORANG TUA
Studi Kasus: Siswa Kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta
Indra Wahyu Puspitasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari: (1) jenis kelamin; (2) prestasi belajar siswa, (3) pendapatan orang tua.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Tiga Maret Yogyakarta pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta yaitu sebanyak 87 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin (thitung 2,244 > ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,028 < taraf signifikansi 0,05); (2) Tidak ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa (thitung 0,864 < ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,390 > taraf signifikansi 0,05); (3) Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari pendapatan orang tua (thitung 2,224 > ttabel 1,991 dan nilai probabilitas 0,029 < taraf signifikansi 0,05).
(11)
ix
ABSTRACT
THE INTEREST OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS TO
BE TEACHERS ANALYZED FROM SEX, STUDENTS’
LEARNING ACHIEVEMENT AND THE INCOME OF
PARENTS
A Case Study: at the Last Class Students of Tiga Maret Senior High School Yogyakarta
Indra Wahyu Puspitasari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to know whether there is different interest among Senior High School students to be teachers analyzed from: (1) sex; (2) students’ learning achievement, and (3) the income of parents.
The research was conducted at “Tiga Maret Senior High School Yogyakarta” from October to November 2008. The population of this research was 87 students of the last class of Tiga Maret Senior High Shcool Yogyakarta. The techniques of gathering the data were questionnaire and documentation. The technique of analysing the data was t-test.
The result shows that: (1) there are some differences in students’ interest to be teachers perceived from sex (tcount 2,244 > ttable 1,991 and the probability is 0,028 < 0,05); (2) there isnt any different interest to be teachers perceived from students’ learning achievement (tcount 0,864 < ttable 1,991 and the probability is 0,390 < 0,05); (3) there are some differences in students’ interest to be teachers perceived from the income of parent (tcount 2,224 > ttable 1,991 and the probability is 0,029 < 0,05).
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “MINAT SISWA UNTUK MENJADI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PENDAPATAN ORANG TUA”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi.
(13)
xi
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,S.I.P.,M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu, dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk semuanya.
5. Bapak Drs.F.X.Muhadi, M.Pd. dan ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.
7. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu proses kelancaran dalam proses belajar selama ini.
8. Kepala sekolah SMA GAMA Yogyakarta Ibu Dra. SUN LESTARI (terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA GAMA), ibu Dian (yang telah meluangkan waktunnya dalam membantu penulis untuk melakukan penelitian sampai selesai...terimakasih atas pengorbannya, maaf ya bu....sempat ada sedikit problem).
9. Bapak dan Ibu, terima kasih atas pengorbanan, perjuangan selama ini
untuk memenuhi semua kebutuhan penulis, kesabaran, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun material, serta tak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.
(14)
xii
10.Mbk ambar n’ mz Narto dan juga Mbk ita n’ mz Wawan (akhire aku lulus ki....hehehe!!!!!! Makasih buat nasehat, semangat dan dorongan kepada penulis, serta omelan-omelannya. Tak lupa juga terimakasih atas bantuan materialnya. Hehehe...) dan juga keponakan kecilQ Versel dan calon dedek (ojo nakal yow....!!!!!).
11.Boeat Mz’ iR_oNe (engkaulah penyemangatQ...hehehehehehee. MakaciH yapz daH menjadi bagian dalam Hidup aku...moGa bisa aBaDi seperti yaNg Qt inginkan...amien).
12.Sahabat-sahabat seperjuangan: mamie (ayo bu lek lulus...arep ngoyak IP piro??????? Hehehe...trim’s atas bantuannya, masukan-masukan dan untuk merangkai kata-kata”), embenk (trim’s atas sarannya dan buat gambaran sekolah....kamu baex’ duech), lasmek (ayo berjuang Brow....!!! nuwun wis nunut ngepRinT....hehe), lintux (ojo pacaran terus bu...garap skripsine). Semoga persahabatan ini tetap ABADI yaw!!!!!!!!!!!!!!!!!!.
13.Temen2 selama kuliah: exo (nuwun buozt...kamu emang konsultan yang baek. Hehehehe...Akhirnya lulus bareng nech!!); GARET (perjuangan Qt ga sia-sia buuuu...makasih ya atas semuanya), Ranie
(trim’s yaw), niah, YANITA, nuki (thank’s atas maZukan’nya yaaaah...selalu setia bales sms setiap ada pertanyaan yang aku ga mudeng); galuh,dono (ayoooooo berjuang).
14.Si “om” alias Agung (kamu sangat berjasa....selama aku kuliah. Hehehe....makasih ya atas bantuannya selama ini).
(15)
xiii
15.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2004...terima kasih atas kerjasamanya selama ini!!!!!!!.
16.“PEJUANG” kamu memang baek n’ sangat berjasa banget...makasih yaw atas semua yang telah kamu berikan selama ini.
17. Maz “BeNcReaTive” trims yaw power point’NYA.
18.Anak-anak kost “Amelia”: gogiel (trim’s dah mau nganter kemanapun aku pergi...ga bisa shoping2 lagi nech!!! Hehehehe); rizka (ayo,,,semangat bu. Digarap skripsine....ben rampung bareng!!!!). Santy (makasih ya....dah bantu angkat2 barang. Hehehe...). buat semua penghuni “AMELIA 20 F” dah ga bisa gosip2 lagi nech.
19.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 5 Februari 2009 Penulis
(16)
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 9
(17)
xv
1. Minat ... 9
2. Profesi Guru ... 17
3. Jenis Kelamin ... 20
4. Prestasi Belajar Siswa ... 21
5. Pendapatan Orang Tua ... 23
B. Kerangka Berpikir ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Populasi dan Sampel ... 29
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 34
F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 34
1. Pengujian Validitas ... 34
2. Pengujian Reliabilitas ... 36
G. Prasyarat Analisis ... 38
1. Uji Normalitas ... 38
2. Uji Homogenitas ... 39
H. Pengujian Hipotesis ... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah SMA GAMA ... 43
B. Visi, Misi dan Tujuan SMA Gama ... 44
(18)
xvi
D. Organisani SMA Gama ... 46
E. Sumber Daya Manusia SMA Gama ... 51
F. Siswa SMA Gama ... 52
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Gama ... 53
H. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 55
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 58
1. Deskripsi Responden Penelitian ... 58
2. Deskripsi Minat Siswa untuk Menjadi Guru ... 60
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis ... 64
1. Uji Normalitas ... 64
2. Uji Homogenitas ... 67
C. Pengujian Hipotesis ... 68
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77
B. Keterbatasan Penelitian ... 77
C. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 81
(19)
xvii
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel Operasional Variabel minat siswa untuk menjadi guru ... 31
3.2 Tabel Skoring berdasarkan skala likert ... 32
3.3 Tabel Skor jenis kelamin ... 33
3.4 Tabel skor prestasi belajar ... 33
3.5 Tabel skor tingkat pendapatan ... 33
3.6 Tabel Rangkuman hasil pengujian validitas ... 35
3.7 Tabel Rangkuman hasil pengujian Reliabilitas ... 38
4.1 Tabel Jumlah siswa SMA GAMA ... 52
5.1 Tabel Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58
5.2 Tabel Responden Berdasarkan Prestasi Belajar ... 59
5.3 Tabel Responden Berdasarkan Pendapatan Orang Tua ... 60
5.4 Tabel Minat Siswa Untuk Menjadi Guru ... 60
5.5 Tabel Minat Siswa Untuk menjadi Guru Ditinjau dari Jenis Kelamin .... 61
5.6 Tabel Minat Siswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa ... 62
5.7 Tabel Minat Siswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau dari Pendapatan Orang tua ... 63
5.8 Tabel Pengujian Normalitas Jenis Kelamin ... 65
5.9 Tabel Pengujian Normalitas Prestasi Belajar Siswa ... 65
5.10 Tabel Pengujian Normalitas Pendapatan Orang Tua ... 66
5.11 Tabel Pengujian Homogenitas ... 67
5.12 Tabel Pengujian Hipotesis dinjau dari jenis kelamin ... 69
5.13 Tabel Pengujian Hipotesis ditinjau dari prestasi belajar ... 70
(20)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 83
Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 90
Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 94
Lampiran 4 Deskripsi Data ... 100
Lampiran 5 Uji Normalitas dan uji homogenitas ... 107
Lampiran 6 Uji t ... 110
Lampiran 7 Tabel r dan tabel t ... 114
(21)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan menduduki peranan penting sehingga perlu mendapatkan prioritas tinggi. Perkembangan dan meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari jasa yang diberikan oleh guru. Guru adalah satu-satunya komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.
Guru merupakan ujung tombak dari sebuah proses pendidikan yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subyek dan obyek belajar. Sedangkan pendidikan merupakan proses pendewasaan terhadap siswa yang merupakan tahap perkembangan dari sebuah kehidupan manusia. Proses pendewasaan yang dialami anak didik ketika memperoleh pendidikan di antaranya adalah pendewasaan intelektual, pendewasaan moral, dan pendewasaan sosial. Menjadi guru itu bukanlah hal yang mudah, suatu pekerjaan yang menuntut kompetensi luar dalam. Maksud luar dalam di sini adalah guru itu selain harus bisa mengajar (transfer ilmu) juga dituntut untuk bisa mendidik (transfer moral). Begitu berat tanggung jawab seorang guru, sehingga keliru jika ada orang yang mengatakan semua orang bisa menjadi guru (www.surya.co.id).
(22)
Citra guru di masyarakat atau di negara kita berubah-ubah dari waktu ke waktu. Perubahan citra guru tersebut dipengaruhi oleh perubahan aspirasi (penilaian serta penghargaan) warga masyarakat terhadap jabatan guru, unjuk kerja para guru yang telah berkarya dan adanya perubahan persyaratan jabatan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta tehnologi era profesionalisasi dan spesialisasi (Samana, 1994:113).
Citra dan wibawa guru pada masa kolonial lebih tinggi dibandingkan dengan guru sekarang ini. Masa itu, guru adalah profesi yang diidam-idamkan. Karena guru menerima gaji 40 gulden, padahal seorang inlander hanya perlu segobang (2,5 sen) untuk hidupnya. Tak heran jika sekolah keguruan menjadi incaran lulusan sekolah terbaik. Di samping fasilitas dan kemudahan yang diperoleh, status guru akan membawanya menuju strata atas dalam kelas masyarakat. Tidak sedikit guru yang kemudian sampai di puncak sebagai pimpinan masyarakat (http://debrito.net/isi).
Mutu pendidikan Indonesia sekarang ini sangat rendah. Ketika mutu pendidikan itu dinilai rendah, maka sasaran tombak pertama adalah guru. Guru sebagai pelaku utama pendidikan adalah kambing hitam persoalan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Berbagai dakwaan muncul: guru tidak profesional, guru tidak bertanggung jawab mengajar tapi justru mencari obyekan. Berbagai persoalan yang dihadapi guru-guru Indonesia hampir setiap hari menghiasi media massa: gaji dan tunjangan hidup yang rendah,
(23)
profesionalitas yang semakin luntur, sampai penghargaan dan status sosial guru yang semakin merosot di mata masyarakat.
Persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Yang non material misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan hukum. Adapun yang termasuk aspek material adalah gaji, tunjangan, dan insentif lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui masih minim. Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan.
Salah satu tantangan dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah terbatasnya sumber daya tenaga pengajar (guru). Keterbatasan sumber daya ini, antara lain dipengaruhi terbatasnya jumlah siswa berprestasi yang bersedia menjadi guru. Cukup jarang siswa berprestasi waktu di sekolah, setelah lulus kuliah kemudian menjadi guru. Mayoritas siswa dengan prestasi baik melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi cenderung memilih fakultas nonkeguruan. Hal ini dipengaruhi dengan anggapan di sebagian masyarakat bahwa profesi sebagai guru tidak cukup menjanjikan dari sisi ekonomi. Tidak sedikit siswa berprestasi kemudian direkrut sebuah perusahaan saat lulus dari bangku kuliah. Selain itu, perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir dan perasaan akan berpengaruh pada persepsi seseorang tentang profesi guru yang pada akhirnya akan
(24)
mempengaruhi perbedaan minat siswa untuk bekerja menjadi guru (Gilarso, 1995:5)
Lembaga pendidikan guru (FKIP), bukanlah idola para siswa dan orang tua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang ”kurang baik” karena pendapatannya rendah. Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari keluarga kurang mampu atau kurang mampu secara akademis. Mayoritas mahasiswa FKIP adalah berasal dari masyarakat desa, pinggiran, atau kota lapisan bawah. Mereka memilih FKIP dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat di angkat lantaran kemampuannya juga rendah.
Jika kita amati, dalam dasawarsa terakhir terungkap bahwa minat masuk fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) terus merosot, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Berita surat kabar akhir-akhir ini terungkap bahwa beberapa daerah mulai kekurangan guru. Ini berarti antara kebutuhan guru dan mendidik calon guru belum seimbang. Dalam upaya mengatasi ketimpangan dalam menyiapkan tenaga kependidikan itu, diperlukan daya tarik untuk menjadi guru. Karena negara kita sedang membutuhkan guru yang berkompetensi, pemerintah berusaha menarik minat siswa SLTA. Di samping itu, pemerintah juga terus mencari cara supaya dapat memiliki siswa yang benar-benar ingin mengabdi menjadi guru yang baik.
(25)
Keinginan menjadi guru itu harus datang dari diri sendiri, nggak bisa dipaksa-paksa. Kebanyakan jaman sekarang ini orang menjadi guru karena terpaksa. Hal ini menyebabkan banyak guru tidak bisa mentransfer ilmu mereka kepada siswanya, karena pada dasarnya mereka menjadi guru bukan karena keinginan mereka, tetapi karena terpaksa.
Lahirnya UU Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk menjadi guru. Dalam UU Guru dan Dosen tersebut dijelaskan bahwa pengakuan dan kedudukan guru dan dosen mempunyai misi yaitu :a) mengangkat martabat seorang guru dan dosen, b) menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen, c) meningkatkan kompetensi guru dan dosen, d) meningkatkan mutu pendidikan, e) mengurangi kesenjangan ketersedian guru dan dosen antar daerah dari segi mutu, jumlah, kualitas akademik dan kompetensi, f) meningkatkan pelayanan yang bermutu.
Di beberapa daerah, seperti DKI Jakarta, pemerintah daerah memberikan insentif tambahan yang cukup signifikan kepada para guru pegawai negeri sipil (PNS). Dengan tunjangan dari pemerintah daerah sekitar Rp 2 juta per bulan, penghasilan seorang guru PNS minimal Rp 3 juta. Undang-Undang Guru dan Dosen juga memberikan sinyal bahwa kesejahteraan guru akan ditingkatkan. Guru yang memenuhi kualifikasi akademik dan mengantongi sertifikat sebagai pendidik dijanjikan mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok. Belum lagi tambahan tunjangan fungsional sebesar Rp 500.000 per bulan. Peningkatan drastis
(26)
kesejahteraan guru yang sempat menjadi topik yang sangat hangat dibicarakan di kalangan masyarakat mengubah minat siswa terpanggil untuk menjadi seorang guru.
Keberadaan Undang-Undang Guru dan Dosen membuat posisi guru sebagai sebuah profesi semakin terlindungi, serta kesejahteraan guru semakin terjamin. Tidak hanya program sertifikasi saja yang menyebabkan semakin banyak orang yang menginginkan untuk berprofesi menjadi guru. Belum lama ini pemerintah telah mengeluarkan PP No 10 tahun 2008 tentang gaji PNS, yang menyatakan bahwa mulai April 2008 gaji PNS naik 20% dari gaji pokoknya. Dengan demikian, secara tidak langsung kesejahteraan guru negeri juga akan semakin meningkat.
Berdasarkan dari fenomena-fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Minat Siswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau dari Jenis Kelamin, Prestasi belajar Siswa dan Pendapatan Orang Tua” di SMA Tiga Maret Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk menjadi guru, baik faktor yang berasal dari diri sendiri (instrinsik) dan faktor yang berasal dari luar individu (ekstrinsik). Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui minat siswa untuk menjadi guru yang ditinjau dari jenis kelamin, prestasi belajar dan pendapatan orang tua.
(27)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin?
2. Apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa?
3. Apakah ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari pendapatan orang tua?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah;
a. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan minat siswa berprofesi menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin.
b. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan minat siswa berprofesi menjadi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa.
c. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan minat siswa berprofesi menjadi guru ditinjau dari pendapatan orang tua.
(28)
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak: 1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi/gambaran sejauh mana minat mereka untuk berprofesi menjadi guru.
2. Bagi Pemerintah
Untuk memberikan masukan bagi pemerintah supaya lebih memperhatikan nasib guru.
3. Bagi Guru
Untuk memberikan semangat kepada para guru agar tetap semangat dalam menjalankan profesinya.
4. Bagi Penulis
Pelaksanaan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan menerapkan teori selama mengikuti kuliah terutama dalam bidang pendidikan.
5. Bagi Universitas Sanata Dharma
Diharapkan dapat menambah referensi penelitian di perpustakaan yang berguna bagi pihak lain yang membutuhkan.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik 1. Minat
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan orang. Minat pada hakekatnya merupakan perhatian, keinginan, rasa suka dan rasa terikat dengan suatu obyek walaupun tidak ada yang menyuruh (Kartono, 1980:109). Secara sederhana minat (interest) merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat adalah kecenderungan yang agak menetap pada objek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung pada bidang itu (Winkel, 1983:30). Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak berminat sebelumnya.
Minat selalu berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan, pengalaman pada diri individu. Pernyataan tersebut didukung oleh Walgito (1997:38) yang mengatakan, bahwa minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu objek disertai dengan adanya keinginan untuk berhubungan lebih aktif dengan objek tersebut.
Menurut pendapat Witherintong (Buchori, 1978:125), minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau suatu
(30)
situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Disini minat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Minat primitif (biologis), timbul karena jaringan-jaringan tubuh. Ini berkisar pada soal makan dan kebebasan aktivitas.
b. Minat kultural (sosial), berasal dari perbuatan belajar yang tarafnya lebih tinggi. Minat ini merupakan hasil pendidikan.
Sedangkan menurut Mappiare (1982:64), minat dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman. Selanjutnya Mappiare (1982:78) menjelaskan bahwa minat remaja dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Minat pribadi, yaitu kecenderungan untuk mengejar hal-hal yang menjadi keinginannya. Minat yang timbul dari individu dapat menimbulkan kepuasan. Minat pribadi meliputi minat memperoleh pengakuan, penghargaan, minat mengembangkan diri, minat untuk sukses, minat untuk sekolah, minat untuk jabatan dan sebagainya.
b. Minat terhadap reaksi, yaitu kecenderungan yang ada pada diri individu terhadap hal-hal yang dapat mengembangkan individu pada kondisi semula, dari ketegangan-ketegangan setelah individu melakukan aktivitas sehingga pikiran, jiwa serta jasmaninya menjadi segar kembali.
c. Minat terhadap kelanjutan studi dan jabatan. Dengan tercapainya suatu tingkat pendidikan tinggi bagi individu, maka terbuka peluang untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi, memperoleh pekerjaan elit dan
(31)
pada gilirannya memudahkan bagi individu untuk meningkatkan statusnya.
Minat seseorang dapat diukur melalui kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan dan melalui pertanyaan mengenai senang atau tidak senang terhadap suatu obyek. Super dan Crites (Yahny Kils, 1988:33) mengemukakan bahwa ada 4 cara untuk mengetahui minat seseorang, yaitu:
a. Melalui pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang disenangi dan yang tidak disenangi.
b. Melalui pengamatan mengenai hal-hal yang sering dilakukan. c. Melalui tes obyektif.
d. Melalui tes minat yang telah dipersiapkan secara baku.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat (Sukardi, 1998:63):
a. Minat yang diekspresikan / Expressed Interest
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata tertentu. Contoh : seseorang mengatakan bahwa dirinya suka dengan profesi guru.
b. Minat yang diwujudkan / Manifest Interest
Seseorang dapat mengekpresikan minat bukan melalui kata-kata, tetapi melalui tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktifitas tertentu. Contoh : siswa yang aktif dalam kegiatan drama.
(32)
c. Minat yang diinventarisasikan / Inventoried Interest
Seseorang dapat diukur minatnya dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.
Guru perlu mengadakan pengukuran terhadap minat peserta didiknya. Adapun tujuan mengadakan pengukuran terhadap minat peserta didik (Nurkancana, 1983:225) sebagai berikut:
a. Untuk meningkatkan minat peserta didik
Setiap guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan minat peserta didiknya. Minat merupakan komponen yang paling penting dalam kehidupan pada umumnya, dan dalam dunia pendidikan khususnya. Guru yang mengabaikan hal ini tidak akan berhasil dalam pekerjaan mengajar.
b. Memelihara minat yang baru timbul
Apabila peserta didik menunjukkan minat yang kecil, maka merupakan tugas guru untuk membangkitkan dan mengembangkan minat tersebut.
c. Mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik.
Tugas guru di sini adalah menghindarkan hal-hal yang tidak baik pada peserta didiknya, sehingga diharapkan mereka tidak tertarik terhadap hal-hal yang tidak baik tersebut.
(33)
d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kapada anak tantang study atau pekerjaan yang cocok baginya.
Walaupun minat bukan merupakan indikasi yang pasti, tentang sukses tidaknya anak dalam pendidikan yang akan datang atau dalam jabatan, namun intrest merupakan pertimbangan yang cukup berarti kalau dihubungkan dengan data-data yang lain.
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat berbeda dengan kesenangan. Bila orang melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, biasanya orang merasa berminat untuk memperolehnya. Minat lebih bersifat menetap, tetapi minat bisa padam bila tidak disalurkan karena berbagai hambatan, sedangkan kesenangan merupakan minat yang bersifat sementara atau tidak menetap (Hurlock, 1978:114). Minat dipengaruhi oleh jenis kelamin, kesempatan, lingkungan dan apa saja yang menjadi minat teman sebayanya (Surachmad, 1978:84).
Menurut Giyatama (1990:6), minat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a. Secara intrinsik
Minat secara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensi.
(34)
1) Sikap
Sikap adalah cara bertingkahlaku yang khas, yang tertuju terhadap orang-orang, rombongan-rombongan atau persoalan-persoalan ( Buchori, 1978:126). Sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang bersikap tertentu, cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna/berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai ”baik”, maka mempunyai sikap positif dan sebaliknya bila obyek dinilai ”jelek”, maka mempunyai sikap negatif (Winkel, 1987:77).
2. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang sehingga individu mengerti rangsang yang diinderanya. (Walgito, 1993:53).
3. Prestasi belajar
Prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang khas, yaitu perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang tercapai dan dapat dilihat secara nyata serta dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes (Winkel, 1986:48).
(35)
4. Bakat
Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain.
5. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah suatu komponen yang kritis dalam identitas seseorang, yaitu laki-laki dan perempuan.
6. Intelegensi
Menurut pendapat Wechsler (Winkel, 1987:85), Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
b. Secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.
1. Latar belakang ekonomi
Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau kurang baik karena tanggungjawab keluarga atau usaha yang
(36)
kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.
2. Minat orang tua
Sikap orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap pekerjaan dalam dua hal. Pertama, orang tua mendesak anak untuk tertarik pada pekerjaan yang mereka anggap bagus dan bergengsi, tanpa mempedulikan minat dan sikap anak, dan kedua, mereka menganjurkan anaknya untuk menghindari pekerjaan tertentu karena dianggap tidak menguntungkan (Elizabeth B. Hurlock, 1978:144).
3. Minat teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya. Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola kepribadian remaja, karena remaja lebih sering berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga (Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah rasa ketertarikan dan keinginan yang mendalam, dan menimbulkan suatu
(37)
gairah pada individu untuk mengerjakan dan berkecimpung dalam sesuatu bidang tertentu. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah faktor intrinsik (bersumber dari diri) dan faktor ekstrinsik (bersumber dari lingkungan sosial).
2. Profesi Guru
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan arti guru sebagai orang yang pekerjaanya atau profesinya mengajar. Sementara itu, Ametembun (1973:3), mengemukakan guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun luar sekolah. Guru yang dimaksud di sini mencakup semua guru dari tingkat pra sekolahan (TK) sampai guru besar (Dosen) di perguruan tinggi, baik yang berstatus negeri maupun swasta.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 mengemukakan, bahwa Guru adalah tenaga profesional yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia berkualitas yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimum, pada jalur pendidikan dasar dan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini formal.
(38)
Profesi guru memilki arti jabatan atau pekerjaaan sebagai guru yang membutuhkan pendidikan atau latihan khusus di bidang keguruan (Ametembun, 1973:11). Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks, maka profesi ini tidak bisa dimiliki sembarang orang.
Untuk menjadi seorang guru, mereka harus memiliki pendidikan dan latihan-latihan khusus sebelumnya, sehingga mampu menjalankan profesi mengajar tersebut secara professional. Seperti yang dijelaskan C. V. Good (Samana, 1987:69) bahwa pekerjaan yang berkualitas profesional memiliki ciri-ciri tertentu, memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra jabatan yang relevan), memiliki kecakapan prasyarat yang telah ditentukan oleh pihak yang berwenang (misal : organisasi profesional ataupun pemerintah) dan jabatan profesional tersebut harus mendapat pengakuan dari masyarakat atau negara.
Menurut Supriyadi (1993), untuk menjadi seorang guru yang profesional harus dituntut untuk memiliki lima hal sebagai berikut.
1. Guru menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa.
2. Guru harus memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa. Bagi seorang guru hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
(39)
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi. Mulai dari pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4. Guru mampu berfikir secara sistematis tentang apa yang dilakukan, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk mengadakan refleksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruknya pada proses belajar siswa.
5. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi lainnya.
Kematangan profesional guru ditandai dengan perwujudan guru yang memiliki keahlian, rasa tanggung jawab dan rasa kesejawatan yang tinggi (Surya, 2003:30). Selain harus menjalankan tugasnya secara profesional, seorang guru juga harus memiliki kompetensi. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Pendapat di atas sejalan dengan B. J Chandler (Sahertian, 1994:27) yang menjelaskan tentang profesi mengajar. Dikatakannya bahwa profesi mengajar merupakan suatu jabatan yang mempunyai kekhususan. Memerlukan kelengkapan mengajar dan ketrampilan yang menggambarkan bahwa seseorang melakukan tugas mengajar yaitu membimbing manusia.
(40)
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi guru merupakan suatu jabatan atau pekerjaaan sebagai guru yang membutuhkan pendidikan atau latihan khusus di bidang keguruan, sehingga mampu mengerjakan tugas mengajarnya secara profesional, dan mendapatkan pengakuan dari masyarakat dan negara.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah suatu komponen yang kritis dalam identitas seseorang, yaitu laki-laki dan perempuan. Sejak lahir, anak laki-laki dan perempuan dibiasakan berperilaku sesuai dengan ketentuan-ketentuan masyarakat sehubungan dengan perilaku mana yang semestinya untuk laki-laki dan perilaku mana yang seharusnya bagi anak perempuan. Secara psikologis dan fisiologis ternyata laki-laki dan perempuan mempunyai perkembangan yang berbeda. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat feminim, yaitu lemah lembut, ramah, berperasaan dan empatik. Sedangkan laki-laki mempunyai sifat yang maskulin, yaitu logis, bebas dan agresif. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku mutlak. Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan ini dapat menimbulkan perbedaan minat untuk menjadi guru antara siswa laki-laki dan perempuan dalam hal pandangan, cara berfikir, perhatian dan perasaan (Gilarso, 1993:5).
Ada anggapan bahwa tekanan-tekanan untuk berperilaku sesuai dengan cara-cara yang tepat bagi pria atau wanita semakin meningkat pada
(41)
masa remaja, khususnya terhadap remaja putri. John Mill dan Mary Allen Lynch (Mahmud, 1990:63):
a. remaja putri menjadi lebih self-conscious (perasa terhadap diri sendiri) dan lebih banyak mengalami gangguan dalam citra diri ketimbang remaja-remaja pria
b. remaja-remaja putri lebih menonjol dalam prestasinya di bidang ketrampilan-ketrampilan verbal (kata-kata), sedangkan remaja-remaja pria di bidang ketrampilan spasial (ruang)
c. remaja-remaja putri menjadi lebih suka membentuk persahabatan-persahabatan kental.
Sedangkan menurut Kartono (1981:20), perbedaan pria dan wanita adalah:
a. pada umumnya kemampuan intelektual wanita lebih rendah daripada kemampuan intelektual laki-laki.
b. wanita lebih menyenangi pekerjaan yang bersifat sosial seperti juru rawat dan guru, sedangkan pria lebih menyenangi pekerjaan yang membutuhkan pemikiran.
4. Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1983:1659) prestasi adalah hasil yang dicapai (dari yang telah dilakukan). Prestasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang khas, yaitu
(42)
perubahan dalam sikap dan tingkah laku yang tercapai dan dapat dilihat secara nyata serta dapat diukur dengan menggunakan alat ukur yaitu tes (Winkel, 1986:48).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan prestasi belajar antara lain sebagai berikut (Usman, 1993:9):
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa:
1) faktor jasmani meliputi seluruh hal yang berkaitan dengan keadaan jasmani atau fisik siswa, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman.
2) faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang terdiri atas:
a) faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki
b) faktor non intelektif, yaitu faktor unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penguasaan diri.
3) faktor kematangan fisik maupun psikis
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa yang berpengaruh terhadap perolehan prestasi belajar siswa:
1) faktor lingkungan sosial di mana siswa tinggal, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan teman sebaya.
(43)
2) faktor budaya yang ada di sekitar lingkungan hidup siswa seperti adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
3) faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar 4) faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari proses psikis yang berlangsung dalam interaksi subjek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan berupa pengetahuan, nilai, sikap, dan ketrampilan di mana hasil perubahan tersebut dapat dilihat dan juga dapat diukur.
5. Pendapatan
Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi (Gilarso, 1991:63). Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982:122), tingkat pendapatan merupakan besarnya penghasilan yang diperoleh suatu keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Penghasilan keluarga menurut Gilarso (1991:63) dapat bersumber pada: a. Usaha sendiri(wiraswasta), misalnya berdagang, mengerjakan sawah b. Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja dikantor atau perusahaan
(44)
c. Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah disewakan
Menurut Mulyanto Sumardi dan Dieter Evers (1982:92) ada tiga macam pendapatan:
a. pendapatan berupa uang
pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber yang utama adalah gaji dan upah dan lain-lain. b. pendapatan berupa barang
pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang bersifat reguler dan biasa, tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang dan jasa. Misalnya : beras, pengobatan, transportasi. c. pendapalan lain-lain
pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang berasal dari penerimaan uang dan barang yang dipakai sebagai pedoman bahwa segala penerimaan bersifat transfer atau redistribusi, biasanya membawa perubahan dalam keuangan rumah tangga, misalnya: barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian, warisan, penagihan piutang, kiriman uang, dan judi.
Selain itu, Mulyanto Sumardi dan Dieter Evers (1982:323) membedakan pendapatan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
a. pendapatan formal adalah penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok
(45)
b.pendapatan informal adalah penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokok
c.pendapatan subsistem adalah penghasilan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang.
B. Kerangka Berpikir
1. Minat Siswa untuk menjadi Guru Ditinjau dari Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang dimaksud adalah laki-laki dan perempuan. Secara psikologis dan fisiologis ternyata laki-laki dan perempuan mempunyai perkembangan yang berbeda. Sifat kepribadian yang dimiliki juga berbeda. Seorang perempuan lebih mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim. Sedangkan laki-laki mempunyai sifat maskulin, kasar, dan lebih perkasa. Perbedaan ini akan membawa akibat terhadap cara masyarakat dalam berpikir luas tentang dunia kerja. Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir dan perasaan akan berpengaruh pada minat seseorang untuk menjadi guru. Ada anggapan bahwa profesi guru lebih cocok untuk perempuan, karena perempuan mempunyai sifat keibuan, lemah lembut, berperasaan dan lebih feminim sehingga perempuan lebih peka terhadap kebutuhan belajar siswa maupun masalah-masalah yang menyangkut kepribadian atau psikologis siswa. Sedangkan profesi guru dianggap tidak cocok untuk lai-laki, karena sifat laki-laki maskulin, kasar, dan lebih perkasa, sehingga kurang peka terhadap siswa dalam hal
(46)
pendampingan belajar maupun dalam pembimbingan masalah-masalah yang terjadi pada pribadi siswa.
Ha1 : Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis
kelamin.
2. Minat Siswa untuk menjadi Guru Ditinjau dari Prestasi Belajar
Antara siswa yang satu dengan yang lain akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda-beda. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil prestasi belajar siswa yang dicapai pada semester tertentu, yang dilihat pada nilai raport semester yang diperoleh siswa. Cukup jarang siswa berprestasi baik waktu di sekolah, setelah lulus kuliah kemudian menjadi guru. Mayoritas siswa dengan prestasi baik melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi cenderung memilih fakultas nonkeguruan. Siswa yang berprestasi baik menganggap bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan yang cukup. Hal ini dipengaruhi dengan anggapan di sebagian masyarakat bahwa profesi sebagai guru tidak cukup menjanjikan dari sisi ekonomi. Tidak sedikit siswa berprestasi kemudian direkrut sebuah perusahaan saat lulus dari bangku kuliah. Sedangkan siswa yang kemampuan akademiknya kurang atau berprestasi rendah lebih memilih berprofesi menjadi guru karena peluang kerjanya lebih banyak, dan jika mau mencari pekerjaan lain membutuhkan berbagai macam keahlian.
(47)
Ha2 : Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari prestasi
belajar siswa.
3. Minat Siswa unruk menjadi Guru Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua. Pendapatan merupakan besarnya penghasilan yang diperoleh suatu
keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Setiap siswa tentunya mempunyai orang tua yang berbeda-beda tingkat pendapatannya. Pendapatan yang diperoleh orang tua akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang. Salah satu tugas dari orang tua adalah membimbing dan mendidik anak-anaknya dalam menentukan masa depannya. Keluarga yang kemampuan ekonominya tinggi akan menganggap status guru dipandang ”kurang baik” karena gaji guru yang rendah, tertindas birokrasi, sulit berkembang, serta merosotnya status sosial di masyarakat. Maka itu jabatan guru tidak menarik bagi mereka yang golongan ekonominya tinggi, dan mereka lebih memilih profesi lain yang kesejahteraannya lebih terjamin. Sedangkan keluarga yang kemampuan ekonominya rendah lebih memilih profesi guru karena dengan harapan mereka bisa kuliah dengan biaya yang rendah dan dengan cepat mendapatkan pekerjaan karena pada saat ini profesi guru banyak dibuthkan yang kemudian mereka bisa diangkat menjadi pegawai negeri. Menurut mereka gaji seorang guru lebih dari cukup untuk memperbaiki
(48)
keadaan ekomoni keluarganya. Apalagi setelah dikeluarkannya UU Guru dan Dosen yang menjamin kesejahteraan guru.
Ha3 : Ada perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau pendapatan
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparatif. Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dan menganalisis perbedaan-perbedaan dalam variabel (Sugiyono, 2004:11). Jadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin, prestasi belajar dan pendapatan orang tua.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober s/d November 2008 2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Tiga Maret Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004: 72). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XII SMA Tiga Maret Yogyakarta yang berjumlah 87 siswa, yang terdiri dari tiga kelas yaitu
(50)
kelas XII IPA = 29 siswa, kelas XII IPS1 = 28 siswa, kelas IPS2 = 30 siswa.
Mengingat jumlah populasi tidak terlalu banyak maka seluruh populasi diambil menjadi sampel dalam penelitian populasi ini.
Seperti disampaikan Suharsimi Arikunto ( 1989;107), menyatakan bahwa “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Pada penelitian ini digolongkan sebagai penelitian populasi karena jumlah siswa kurang dari 100.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2004:32), variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang diteliti meliputi:
a. Variabel bebas (independen variabel) yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen(terikat). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah:
1) Jenis Kelamin 2) Prestasi belajar siswa 3) Pendapatan orang tua
(51)
b. Variabel terikat (dependen variabel) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah minat siswa untuk menjadi guru.
2. Pengukuran Variabel Penelitian a. Minat Siswa untuk Menjadi Guru
Untuk mengukur minat siswa untuk menjadi guru, cara yang digunakan adalah menggolongkan minat siswa untuk menjadi guru menjadi dua, yaitu secara intrinsik dan secara ekstrinsik (Giyatama, 1990:6).
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Minat Siswa Untuk Menjadi Guru
Variabel Sub Variabel Sub-sub Variabel Indikator Pertanyaan positif negatif Minat Secara Intrinsik a. Sikap b. Persepsi c. Prestasi belajar d. Bakat
e. Jenis kelamin
- Memiliki sikap tertarik terhadap profesi guru.
- Merupakan cita-cita sejak kecil - Senang bergaul dengan banyak
orang
- Situasi kerja yang nyaman - Siswa memiliki pandangan yang
positif terhadap profesi guru. - Peluang kerja guru
- Jenjang karier guru jelas - Jam kerja singkat
- Guru memerlukan kesabaran. - Ingin berbagi ilmu kepada orang
lain
- Memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar
- Mempunyai penilaian bahwa profesi guru layak diduduki oleh
1 2 3 4 5,6,7, 13,14 9 10 11 15,16 17 19 8 12 18
(52)
f.Intelegensi
kaum perempuan maupun laki-laki.
- Mampu mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya tentang keguruan. 20 Secara Ekstrinsik a. Latar belakang ekonomi. b.Minat orang tua. c.Minat teman sebaya.
- Penghasilan yang diperoleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dan keluarga.
- siswa memperoleh dukungan penuh untuk menjadi guru dari orangtua atau keluarganya.
- siswa memiliki teman-teman yang banyak berminat menjadi guru.
- siswa memperoleh dukungan dari teman-temannya untuk menjadi guru.
22
23
24,25 21
Pengukuran variabel minat siswa untuk menjadi guru didasarkan pada indikator-indikatornya. Masing-masing dari indikator dijabarkan dalam bentuk pertanyaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi dan minat seseorang atau kelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Skor jawaban setiap item instrumen tersaji dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Skoring Berdasarkan Skala Likert Kriteria Jawaban Skor
Pernyataan Positif
Pernyataan Negatif
Sangat Setuju ( SS ) 5 1
Setuju ( S ) 4 2
Ragu-Ragu (R) 3 3
Tidak Setuju ( TS ) 2 4
(53)
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan, yang kemudian diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jenis kelamin
Jenis Kelamin Skor
Laki-laki Perempuan
1 2
c. Prestasi Belajar Siswa
Prestasi belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata hasil raport, yang kemudian diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.4 Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa Skor Rata-rata tinggi > 69,6
Rata-rata rendah ≤ 69,6
1 2
d. Pendapatan Orang Tua
Pendapatan orang tua siswa atau responden dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua jenis, yang kemudian diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.5
Tingkat Pendapatan
Tingkat Pendapatan Skor Pendapatan tinggi > Rp.2.000.000,00
Pendapatan rendah ≤ Rp.2.000.000,00 1 2
(54)
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2004:135). Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data jenis kelamin, minat siswa untuk menjadi guru dan pendapatan orang tua.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik yang dimungkinkan oleh peneliti untuk memperoleh informasi tentang sejarah sekolah dan bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada tentang responden, yaitu jumlah siswa yang masih aktif di sekolah. Selain itu juga untuk megetahui data prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai raport.
F. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas
Validitas instrumen adalah taraf sampai dimana suatu instumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Karl Pearson (Arikunto, 2002:243):
(55)
rxy =
(
) (
)
(
)
∑
(
∑
)
∑
∑
∑ ∑
∑
− − − 2 2 22 X n Y Y
X n Y X XY n Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total
Y = skor total item X = skor item
n = jumlah responden
Pelaksanaan perhitungan uji validitas item pada penelitian ini penulis menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science). Kemudian mencari r tabel yaitu dengan dk= n-2 dengan taraf signifikasi 5%. Kriteria pengujian adalah apabila rhitung lebih besar dari
pada rtabel maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya
apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka butir soal tersebut tidak valid.
Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi kelas X SMA GAMA Yogyakarta dengan jumlah responden 30 orang. Dari hasil uji coba tersebut diketahui derajat kebebasan sebesar 28 (30 - 2), dengan harga kritik Product Moment tabel (rtabel) sebesar 0,239
dengan taraf signifikansi 5%. Adapun hasil uji coba validitas sebagai berikut :
Tabel 3.6
Rangkuman Hasil Pengujian Validitas Butir
No.
Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,239 0,542 Valid
2 0,239 0,593 Valid
3 0,239 0,576 Valid
4 0,239 0,366 Valid
5 0,239 0,399 Valid
(56)
7 0,239 0,486 Valid
8 0,239 0,711 Valid
9 0,239 0,706 Valid
10 0,239 0,276 Valid
11 0,239 0,323 Valid
12 0,239 0,561 Valid
13 0,239 0,566 Valid
14 0,239 0,724 Valid
15 0,239 0,704 Valid
16 0,239 0,587 Valid
17 0,239 0,524 Valid
18 0,239 0,442 Valid
19 0,239 0,752 Valid
20 0,239 0,643 Valid
21 0,239 0,400 Valid
22 0,239 0,592 Valid
23 0,239 0,330 Valid
24 0,239 0,308 Valid
25 0,239 0,563 Valid
Sumber : Data Prapenelitian
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa keseluruhan nilai r hitung
menunjukkan angka yang lebih besar dari dari pada r tabel (r hitung > 0,239).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan variabel minat siswa untuk menjadi guru adalah valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Menurut Bhuono Agung Nugroho (2005:72) reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner.
Uji reliabilitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya. Reliabilitas dinyatakan dengan
(57)
angka-angka, biasanya sebagai suatu koefisien yang tinggi menunjang reliabilitas yang tinggi pula. Untuk pengujian ini digunakan rumus koefisien alpha cronbach (Arikunto, 2002:193).
11
r = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛
−
∑
22 1 1 t b k k σ σ Keterangan: 11
r = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
2
t
σ = varian total
2
b
σ = jumlah varian butir
Nilai varian butir dapat dicari berdasarkan rumus sebagai berikut
2
σ =
(
)
n n
X X
∑
2∑
2Keterangan :
n = jumlah responden
X = nilai skor yang dipilih ( total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
Pengujian reliabilitas ini dilakukan penulis dengan menggunakan komputer program SPSS 12.0. Menurut pendapat Nunnaly (Ghozali, 2001) jika rhitung lebih besar dari0,60 maka butir soal dapat dikatakan reliabel.
Sebaliknya, jika rhitung lebih kecil 0,60 maka butir soal tersebut tidak
reliabel.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi 12. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut.
(58)
Tabel 3.7
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Nilai r tabel Nilai r hitung Status Minat siswa untuk menjadi
guru
0,6 0,911 Reliabel
Dari dua puluh lima pertanyaan pada variabel minat siswa untuk menjadi guru ini diperoleh nilai rhitung sebesar 0,911 .Dari hasil
perhitungan diperoleh nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel (0,911 > 0,6).
Ini berarti bahwa butir-butir pertanyaan pada variabel minat siswa untuk menjadi guru dapat dikatakan andal.
G. Prasyarat Analisis
Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang tepat diperlukan analisis data yang benar. Sebelum data dianalisis maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov
(Sugiyono, 1999:255) yang dinyatakan dengan rumus: D= maksimum[ Sn1 (X) – Sn2 (X) ]
Keterangan :
Sn1 (X) : Distribusi kumulatif yang ditentukan
(59)
Kriteria penerimaan:
− Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka distribusi data normal
− Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data tidak normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians sampel yang akan dikomparasikan tersebut homogen atau tidak. Varians adalah standar deviasi yang dikuadratkan. Uji homogenitas varians digunakan uji F (Sudjana, 2002:250).
F =
terkecil Varians
terbesar Varians
Harga Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan
dk pembilang n - 1 dan dk penyebut n - 1. Dalam hal ini berlaku ketentuan bila harga Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel (Fhitung ≤ Ftabel), maka
dapat disimpulkan bahwa varians data yang akan dianalisis homogen.
H. Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji t-test, karena hipotesis dalam penelitian ini adalah komparatif dua sampel. Teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan dalam Bab II yakni perbedaan minat siswa untuk menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin,
(60)
prestasi menggun Terdapat kompara • S • P Kete Terdapat 1. Ap
at 2. Ap
belajar dan nakan SPSS t dua rumu atif 2 sampel
Separated V
Polled Varia
erangan: X1 =
X2 =
S1 =
S2 =
S12 =
S22 =
t perbedaan pakah dua r au tidak? pakah varian
pendapatan versi 12. us t-test yan
l independen Varians ans Rata-r Rata-r Simpa Simpa Varian Varian pertimbanga ata-rata itu b
ns data dari d
n orang tua.
ng dapat dig n (Sugiyono
rata sampel 1 rata sampel 2 angan baku s angan baku s ns sampel 1 ns sampel 2 an dalam me berasal dari
dua sampel i
Pengolahan gunakan un o, 2007:138) 1 2 sampel 1 sampel 2 emilih rumus dua sampel itu homogen
n data akan
ntuk menguj :
s t-test yaitu yang jumla
n atau tidak?
n dilakukan
i hipotesis
u:
(61)
Berdasarkan dua hal tersebut, maka berikut ini diberikan petunjuk untuk memilih rumus t-test:
1. Bila jumlah anggota sampel n1= n2 dan varians homogen (δ12 = δ22), maka
dapat digunakan rumus t-test, baik untuk separated maupun polled varians. Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya dk = n1+ n2 – 2.
2. Bila n1 ≠ n2 , varians homogen (δ12 = δ22) dapat digunakan rumus t-test
polled varians.
3. Bila n1= n2 varians tidak homogen (δ12 ≠ δ22) dapat digunakan dengan
rumus t-test baik untuk separated maupun polled varians, dengan dk = n1-
1 atau dk = n2 – 1.
4. Bila n1 ≠ n2 dan varians tidak homogen (δ12 ≠ δ22). Untuk ini digunakan
rumus separated varians, harga t sebagai pengganti harga t tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan dk = n1- 1 dan dk = n2 – 1, dibagi dua dan
kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil.
Untuk mengetahui apakah hipotesis ditolak atau diterima, maka harus membandingkan harga T dengan derajat kebebasan pada taraf signifikan 5%. 1. Hipotesis 1
Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Thitung dengan T tabel
sebagai berikut :
Jika T hitung ≤ T tabel maka Ho diterima Jika T hitung > T tabel maka Ho ditolak
(62)
Pengambilan keputusan berdasarkan pada nilai probabilitas yaitu:
Jika nilai probabilitas (Sig) > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai probabilitas (Sig) < 0,05 maka Ho ditolak
Catatan: Pengujian hipotesis 2 dan 3 dilakukan dengan cara yang sama dengan pengujian hipotesis 1.
(63)
BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Sejarah SMA GAMA Yogyakarta
Sejak tahun 1980/1981 daya tampung sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin menurun. Keadaan ini menggugah dosen-dosen Universitas Gajah Mada (UGM) untuk mendirikan sekolah. Pada saat itu kebutuhan akan Sekolah Menengah Tingkat Atas begitu mendesak dan beberapa dosen Universitas Gajah Mada (UGM) setuju untuk mendirikan SMTA.
Pada tahun 1981 beberapa dosen UGM mendirikan yayasan yang bernama Yayasan Pendidikan Gama, dengan akte notaris tanggal 13 Januari 1982. Yayasan Pendidikan Gama mendirikan sebuah SMTA pada tanggal 3 Maret 1982 dan diberi nama SMA Tiga Maret atau disingkat SMA GAMA. Pendirian SMA GAMA disahkan oleh kepala wilayah Kantor Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan surat persetujuan sementara No. 089/I.3.I/I.82 tertanggal 12 Juni1982 dan diresmikan oleh Kepala Daerah Tingkat II Sleman yakni Bapak Sutojo Prodjosujoto pada tanggal 29 Juli 1982. Pertama kali SMA GAMA memulai tahun ajaran baru yaitu periode 1982/1983 dengan menempati gedung Sekolah Dasar Catur Tunggal III di Jalan Kaliurang Km 4,8 Gang Kenari Yogyakarta. Bersamaan dengan dimulainya tahun pelajaran baru periode 1983/1984 SMA GAMA menempati gedung baru di Jalan Gejayan (sekarang Jalan Affandi) No. 5 Yogyakarta.
(64)
Setelah memiliki gedung sendiri, SMA GAMA mendapat status terdaftar berdasarkan SK Dirjen Dikdasmen No.081/C/Kep/J.83 tertanggal 23 Februari 1983, kemudian pada tanggal 06 Januari 1986 berdasarkan SK Dirjen Dikdasmen No. 001/C/J.86, SMA GAMA mendapat status diakui. Selanjutnya pada tanggal 27 Desember1990 SMA GAMA mendapat status disamakan berdasarkan SK Dirjen Dikdasmen No. 349/C/Kep/I/1990.
B. Visi, Misi dan Tujuan SMA GAMA Yogyakarta
1. Visi SMA GAMA
Mutu dan mandiri berdasarkan imtaq, disiplin tinggi, berprestasi, trampil dan bertanggung jawab yang tinggi terhadap dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
2. Misi SMA GAMA
a. Pembimbingan, pemahaman, dan pengembangan potensi akademik secara optimal.
b. Pembekalan ketrampilan supaya mandiri.
c. Pengembangan potensial diri sesuai dengan kemampuannya.
d. Pengembangan/peningkatan penghayatan terhadap ajaran ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Agama) supaya lebih bijaksana dan arif dalam bertindak.
(65)
3. Tujuan SMA GAMA
a. Meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik melalui pencapaian Nilai Ujian Nasional dan prestasi di bidang-bidang lain (keagamaan, kesenian, olah raga, dan karya ilmiah remaja).
b. Meningkatkan aktivitas kreativitas siswa melalui pelaksanaan kegiatan laboratorium IPA, IPS, dan Bahasa.
c. Setiap tahun lulusannya dapat diterima di perguruan tinggi mengalami kenaikan 10%.
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang komputer dan internet. e. Meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam berbahasa
Inggris.
f. Mengembangkan kedisiplinan diri seluruh komponen sekolah
(stakeholder) untuk membentuk kepribadian yang tangguh dan kokoh sebagai dasar dalam setiap aktivitas serta sebagai aset sekolah.
C. Kurikulum SMA GAMA
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dengan jenis dan jenjang masing-masing pendidikan.
Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan SMA dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
(66)
nasional. Isi kurikulum SMA wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran sebagai berikut: Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Indonesia, Matematika, Biologi, Kimia, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Geografi, Sejarah, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Seni dan Bahasa Inggris. Kurikulum SMA kelas XI Program IPA, Program IPS, Program Bahasa, dan program Keagamaan terdiri atas 13 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembanan diri. Untuk mata pelajaran SMA, setiap SMA diberi kewenangan menambah mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas SMA yang bersangkutan dengan tidak mengurangi jumlah mata pelajaran yang tedapat di kurikulum yang berlaku secara nasional. Jam pelajaran unuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagai mana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
Untuk saat ini kurikulum yang dipakai oleh SMA GAMA, khususnya kelas XI IPA sudah memakai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
D. Organisasi SMA GAMA
1. Struktur Organisasi SMA GAMA
Struktur organisasi sangat penting untuk melaksanakan proses belajar mengajar, karena hal ini berhubungan dengan masalah tata kerja personal dari suatu sekolah. Dangan struktur organisasi diharapkan tata kerja dapat tersusun dengan jelas dan kegiatan proses belajar mengajar
(67)
dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sebagai kepala sekolah yang memegang jabatan tertinggi di SMA GAMA adalah Dra. Sun Lestari. Dalam menjalankan tugasnya, kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah yang menangani dan memegang tugas tertentu serta dibantu oleh bagian tata usaha.
Wewenang dan tanggung jawab Pejabat Struktur antara lain: a. Kepala Sekolah
1) Merencanakan jalannya kegiatan sekolah sesuai dengan peratuan/kurikulum yang berlaku.
2) Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan sekolah baik intra atau ekstra kurikuler.
3) Mengambil kebijaksanaan dalam menetapkan inisitaif dan mengambil keputusan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah.
4) Membina hubungan/kerjasama baik secara intern maupun ekstern. 5) Bertanggung jawab seluruh proses kegiatan di kantor Dinas Diknas
Kabupaten Sleman dan ke Yayasan Pendidikan Gama.
6) Bertanggung jawab atas seluruh proses kegiatan sekolah dari awal tahun pelajaran sampai dengan akhir tahun pelajaran.
b. Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah bertugas membantu kepala sekolah yang berhubungan dengan perubahan kurikulum, kesiswaan, sarana dan
(68)
prasarana serta hubungan dengan masyarakat. Berdasarkan tugasnya wakil kepala sekolah yang ada meliputi:
1) Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum
Wakil kepala sekolah urusan kurikulum ini bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan menyusun kalender pendidikan, pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, serta mengatur penyusunan program pengajaran, program satuan pengajaran, persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum.
2) Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan
Wakil kepala sekolah urusan kesiswaan ini bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan penerimaan siswa baru, mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling, mengadakan pembinaan peserta didik, mengatur dan membina kegiatan OSIS, ekstrakurikuler, dan koperasi.
3) Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana dan Prasarana
Wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana ini bertugas mambantu kepala sekolah dalam merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar, merencanakan program pengadaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana.
(69)
4) Wakil Kepala Sekolah Urusan Hubungan Masyarakat
Wakil kepala sekolah urusan hubungan masyarakat ini bertugas membantu kepala sekolah dalam mengatur dan mengambangkan hubungan dengan komite sekolah dan peran komite sekolah, menjalin hubungan dan kerjasama dengan alumni, serta menyelenggarakan bakti sosial dan karya wisata.
c. Guru
Guru sebagai wali kelas membantu kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
1) Guru Wali Kelas
Guru sebagai wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan berikut:
a) Pengelolaan kelas
b) Penyelenggaraan administrasi kelas, yang meliputi: denah tempat duduk siswa, papan absensi siswa, daftar pelajaran kelas, daftar piket kelas, buku absensi siswa, buku kegiatan pembelajaran kelas, tata tertib kelas.
c) Penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa d) Pengisian daftar pengumpulan nilai siswa e) Pembuatan catatan khusus tentang siswa f) Pencatatan mutasi siswa
(70)
h) Pembagian buku laporan hasil belajar 2) Guru Bidang Studi
Guru bidang studi bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Tugas dan tanggung jawab seorang guru meliputi: a) Membuat perlengkapan program pengajaran b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
c) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir
d) Mengadakan analisis hasil ulangan harian
e) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
f) Mengisi daftar nilai siswa
g) Melaksanakan kegiatan membimbing h) Membuat alat pengajaran/ alat peraga
i) Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni
j) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum
k) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah
l) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya
(71)
n) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum mulai o) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum p) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan
pangkat 3) Guru Piket
Guru piket bertugas mengisi daftar presensi guru, mengisi daftar dan kartu izin siswa untuk masuk dalam kelas maupun keluar kelas serta tanggung jawab bila kelas dalam keadaan kosong.
4) Guru Bimbingan dan Konseling
Guru BK membantu kepala sekolah dalam menyusun program pelaksanaan BK, memberikan layanan pada siswa dalam mengatasi masalah-masalah tentang kesulitan belajar, serta mengadakan penilaian pelaksanaan BK.
E. Sumber Daya Manusia SMA GAMA
Sumber daya manusia SMA GAMA terdiri dari guru dan karyawan. Guru yang bekerja di SMA GAMA secara keseluruhan berjumlah 29 orang guru pengajar. Tenaga pengajar di SMA GAMA terdiri dari guru Pembina, guru tetap yayasan, guru dewasa, guru tidak tetap, dan guru bantu. Para guru tersebut mengajar sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
(72)
F. Siswa SMA GAMA
Pada tahun pelajaran 2007/2008, SMA GAMA memiliki 12 kelas yang terdiri dari empat kelas untuk kelas X yaitu XA, XB, XC dan XD, empat kelas untuk kelas XI yaitu XI IPA, XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS 3 serta empat kelas untuk kelas XII, yaitu XII IPA, XII IPS 1, XII IPS 2 dan XII IPS 3.
Sekarang ini, di tahun ajaran 2008/2009, SMA GAMA mengalami penurunan dari segi kuantitas siswa. Jumlah kelas yang dimiliki SMA GAMA saat ini berjumlah 10 kelas, yaitu kelas X yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu XA, XB dan XC. Sementara itu kelas XI terbagi dalam 4 kelas yang terdiri dari XI IPA, XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS 3. Kelas XII terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas XII IPA, XII IPS 1 dan XII IPS 2.
Jumlah siswa yang dimiliki SMA GAMA secara menyeluruh berjumlah 259 siswa yang terdiri dari 138 siswa putra dan 121 siswa putri. Data siswa tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Siswa SMA GAMA
Kelas Siswa Putra Siswa Putri Jumlah
XA 16 11 27
XB 18 9 27
XC 14 11 25
XI IPA 10 14 24
XI IPS1 11 12 23
XI IPS 2 11 12 23
XI IPS 3 14 9 23
XII IPA 14 15 29
XII IPS 1 16 12 28
XII IPS 2 14 16 30
(73)
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA GAMA
SMA GAMA memiliki kondisi bangunan fisik yang cukup baik dan nyaman yang sangat mendukung untuk melakukan kegiatan proses belajar mengajar.
Kondisi SMA GAMA adalah sebagai berikut: 1. Bentuk Gedung Sekolah
Gedung sekolah SMA GAMA berbentuk segi empat dengan dua lantai, di tengah-tengahnya terdapat seperti sebuah pendopo yang digunakan sebagai aula.
2. Kondisi Bangunan
Bangunan SMA GAMA merupakan gedung permanen. Kondisi bangunan SMA GAMA masih cukup bagus. Dinding-dindingnya masih kuat dan atapnya tidak bocor. Cat-cat di setiap dinding masih terbilang baik walaupun terdapat sedikit corat-coret. Dinding di kantin dihiasi dengan mural yang dibuat oleh siswa-siswi SMA GAMA.
3. Halaman Sekolah
Halaman sekolah SMA GAMA terdiri dari 2 halaman, yaitu halaman yang luas dan halaman yang sempit. Halaman yang luas biasa dipakai untuk upacara bendera dan bermain basket. Halaman ini terletak diantara gedung sekolah dan kantor yayasan. Halaman yang kedua ini terletak di dalam lingkungan sekolah. Halaman ini sedikit sempit dibandingkan yang luar. Namun halaman ini cukup asri karena ditumbuhi
(74)
berbagai macam tanaman hijau dan juga kolam ikan hias yang mengelilingi aula.
4. Pagar Sekolah
Pagar sekolah terbuat dari besi dengan cat berwarna biru. Pagar ini terdapat di depan gedung sekolah sebagai gerbang sekolah. Pagar ini selalu ditutup bila KBM berlangsung. Sedangkan sekeliling sekolah diberi pagar tembok untuk memisahkan gedung sekolah dengan gedung-gedung yang lainnya (masyarakat sekitar).
5. Kamar Kecil
Kamar kecil di SMA GAMA dibedakan atas kamar kecil bagi guru dan kamar kecil bagi siswa. Setiap kamar kecil dibedakan lagi menjadi kamar kecil bagi pria dan wanita. Kamar kecil untuk siswa terdapat disetiap lantai dan terletak di pojok bangunan. Kamar kecil untuk siswa kurang terawat, kotor, sedikit bau dan terdapat kran yang bocor serta pintu yang tidak dapat ditutup. Sedangkan kamar kecil guru cukup terawat dan selalu wangi. Secara keseluruhan, ketersediaan air bersih dalam setiap kamar kecil baik siswa maupun guru sudah cukup baik.
6. Kantin
Kantin SMA GAMA terdiri dari tiga unit. Di samping dan di depan kantin disediakan meja makan dan kursi makan. Ketiga kantin ini dikelola pihak yayasan dengan kondisi yang sangat baik, bersih serta kesehatan makanannya terjamin.
(1)
Tabel r
1 tail 0.01 0.05 0.15 0.3
1 0.985 0.929 0.814 0.649 2 0.881 0.770 0.640 0.486 3 0.776 0.663 0.542 0.404
4 0.695 0.590 0.479 0.353 5 0.634 0.536 0.433 0.317 6 0.586 0.495 0.399 0.290
7 0.548 0.462 0.371 0.270 8 0.516 0.434 0.349 0.253 9 0.489 0.411 0.330 0.237
10 0.465 0.392 0.314 0.227 11 0.445 0.375 0.300 0.216 12 0.427 0.360 0.288 0.207
13 0.411 0.346 0.277 0.199 14 0.397 0.334 0.267 0.192 15 0.384 0.323 0.258 0.186
16 0.373 0.310 0.250 0.180 17 0.362 0.305 0.243 0.175 18 0.352 0.296 0.237 0.170
19 0.343 0.289 0.230 0.165 20 0.335 0.282 0.225 0.161 21 0.327 0.275 0.219 0.157 22 0.320 0.269 0.214 0.154 23 0.313 0.263 0.210 0.150 24 0.307 0.258 0.206 0.147 25 0.301 0.253 0.201 0.144 26 0.295 0.248 0.198 0.141 27 0.290 0.244 0.194 0.139 28 0.285 0.239 0.191 0.136 29 0.280 0.235 0.187 0.134 30 0.275 0.231 0.184 0.132 31 0.271 0.228 0.177 0.130 32 0.268 0.225 0.170 0.128 33 0.264 0.222 0.163 0.127 34 0.261 0.219 0.156 0.125 35 0.257 0.216 0.149 0.123
36 0.253 0.213 0.142 0.121 37 0.250 0.210 0.135 0.119 38 0.246 0.207 0.128 0.118
39 0.243 0.204 0.121 0.116 40 0.239 0.201 0.114 0.114 41 0.237 0.199 0.113 0.113 42 0.235 0.197 0.112 0.112 43 0.233 0.196 0.111 0.111 44 0.230 0.194 0.110 0.110 45 0.228 0.192 0.109 0.109 46 0.226 0.190 0.108 0.108 47 0.224 0.188 0.107 0.107 48 0.222 0.187 0.106 0.106 49 0.220 0.185 0.105 0.105 50 0.218 0.183 0.104 0.104
(2)
Distribusi t
2 tail 0.005 0.01 0.025 0.05 1 tail 0.005 0.01 0.025 0.05 1 tail 0.01 0.02 0.05 0.1 2 tail 0.01 0.02 0.05 0.1
1 63.656 31.821 12.706 6.314 51 2.676 2.402 2.008 1.675 2 9.925 6.965 4.303 2.920 52 2.674 2.400 2.007 1.675 3 5.841 4.541 3.182 2.353 53 2.672 2.399 2.006 1.674 4 4.604 3.747 2.776 2.132 54 2.670 2.397 2.005 1.674 5 4.032 3.365 2.571 2.015 55 2.668 2.396 2.004 1.673 6 3.707 3.143 2.447 1.943 56 2.667 2.395 2.003 1.673 7 3.499 2.998 2.365 1.895 57 2.665 2.394 2.002 1.672 8 3.355 2.896 2.306 1.860 58 2.663 2.392 2.002 1.672 9 3.250 2.821 2.262 1.833 59 2.662 2.391 2.001 1.671 10 3.169 2.764 2.228 1.812 60 2.660 2.390 2.000 1.671 11 3.106 2.718 2.201 1.796 61 2.659 2.389 2.000 1.670 12 3.055 2.681 2.179 1.782 62 2.657 2.388 1.999 1.670 13 3.012 2.650 2.160 1.771 63 2.656 2.387 1.998 1.669 14 2.977 2.624 2.145 1.761 64 2.655 2.386 1.998 1.669 15 2.947 2.602 2.131 1.753 65 2.654 2.385 1.997 1.669 16 2.921 2.583 2.120 1.746 66 2.652 2.384 1.997 1.668 17 2.898 2.567 2.110 1.740 67 2.651 2.383 1.996 1.668 18 2.878 2.552 2.101 1.734 68 2.650 2.382 1.995 1.668 19 2.861 2.539 2.093 1.729 69 2.649 2.382 1.995 1.667 20 2.845 2.528 2.086 1.725 70 2.648 2.381 1.994 1.667 21 2.831 2.518 2.080 1.721 71 2.647 2.380 1.994 1.667 22 2.819 2.508 2.074 1.717 72 2.646 2.379 1.993 1.666 23 2.807 2.500 2.069 1.714 73 2.645 2.379 1.993 1.666 24 2.797 2.492 2.064 1.711 74 2.644 2.378 1.993 1.666 25 2.787 2.485 2.060 1.708 75 2.643 2.377 1.992 1.665 26 2.779 2.479 2.056 1.706 76 2.642 2.376 1.992 1.665 27 2.771 2.473 2.052 1.703 77 2.641 2.376 1.991 1.665 28 2.763 2.467 2.048 1.701 78 2.640 2.375 1.991 1.665 29 2.756 2.462 2.045 1.699 79 2.639 2.374 1.990 1.664 30 2.750 2.457 2.042 1.697 80 2.639 2.374 1.990 1.664 31 2.744 2.453 2.040 1.696 81 2.638 2.373 1.990 1.664 32 2.738 2.449 2.037 1.694 82 2.637 2.373 1.989 1.664 33 2.733 2.445 2.035 1.692 83 2.636 2.372 1.989 1.663 34 2.728 2.441 2.032 1.691 84 2.636 2.372 1.989 1.663 35 2.730 2.438 2.030 1.690 85 2.635 2.371 1.988 1.663 36 2.726 2.434 2.028 1.688 86 2.634 2.370 1.988 1.663 37 2.724 2.431 2.026 1.687 87 2.634 2.370 1.988 1.663 38 2.712 2.429 2.024 1.686 88 2.633 2.369 1.987 1.662 39 2.708 2.426 2.023 1.685 89 2.632 2.369 1.987 1.662 40 2.704 2.423 2.021 1.684 90 2.632 2.368 1.987 1.662 41 2.701 2.421 2.020 1.683 91 2.631 2.368 1.986 1.662 42 2.698 2.418 2.019 1.682 92 2.630 2.368 1.986 1.662 43 2.695 2.416 2.017 1.681 93 2.630 2.367 1.986 1.661 44 2.692 2.414 2.015 1.680 94 2.629 2.367 1.985 1.661 45 2.690 2.412 2.014 1.679 95 2.629 2.366 1.985 1.661 46 2.687 2.410 2.013 1.679 96 2.628 2.366 1.985 1.661 47 2.685 2.408 2.012 1.678 97 2.627 2.365 1.985 1.661 48 2.682 2.407 2.011 1.677 98 2.627 2.365 1.984 1.661 49 2.680 2.405 2.010 1.677 99 2.626 2.365 1.984 1.660 50 2.678 2.403 2.009 1.676 100 2.626 2.364 1.984 1.660
(3)
LAMPIRAN 8
Surat Ijin Penelit
(4)
(5)
(6)