PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN ISLAMICITY PERFORMANCE INDEX TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ANITA NUR KHASANAH 12812141025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

i SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ANITA NUR KHASANAH 12812141025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

v

(Baskara Adisakti)

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, karya sederhana ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Paingun dan Ibu Sugini yang dengan kasih sayang dan untaian doa tulus selalu mendukung, memberikan semangat, serta menjadi motivasi kuat bagi penulis. Terima kasih untuk semuanya.

2. Kakek dan Nenek tersayang, Bapak Mujiyono dan Ibu Alm. Poniyem. Terima kasih telah memberikan kasih sayang dan semangat bagi penulis.


(7)

vi

ANITA NUR KHASANAH 12812141025

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia periode 2010-2015, (2) pengaruh Profit Sharing Ratio terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia periode 2010-2015, (3) pengaruh Zakat Performing Ratio terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia periode 2010-2015, (4) pengaruh Equitable Distribution Ratio terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia periode 2010-2015, (5) pengaruh Islamic Income vs Non-Islamic Income terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia periode 2010-2015, dan (6) pengaruh Intellectual Capital, Profit Sharing Ratio, Zakat Performing Ratio, Equitable Distribution Ratio, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income secara simultan terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia periode 2010-2015.

Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 12 Bank Umum Syariah terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif data, uji asumsi klasik, regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Terdapat pengaruh positif signifikan Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan ditunjukkan dengan r1y = 0,820, r21y =0,673, t hitung > t tabel (7,593 > 2,045), (2) Terdapat pengaruh signifikan Profit Sharing Ratio terhadap Kinerja Keuangan ditunjukkan dengan r2y = 0,362, r22y = 0,131, t hitung > t tabel (2,056 > 2,045), (3) Tidak terdapat pengaruh signifikan Zakat Performing Ratio terhadap Kinerja Keuangan ditunjukkan dengan r3y = 0,272, r23y = 0,074, t hitung < t tabel (1,494 < 2,045), (4) Tidak terdapat pengaruh signifikan Equitable Distribution Ratio terhadap Kinerja Keuangan ditunjukkan dengan r4y = 0,235, r24y = 0,055, t hitung < t tabel (1,279 < 2,045), (5) Tidak terdapat pengaruh signifikan Islamic Income vs Non-Islamic Income terhadap Kinerja Keuangan ditunjukkan dengan r5y = 0,123, r25y = 0,015, t hitung < t tabel (0,654 < 2,045), (6) Terdapat pengaruh positif signifikan Intellectual Capital, Profit Sharing Ratio, Zakat Performing Ratio, Equitable Distribution Ratio, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income secara simultan terhadap Kinerja Keuangan ditunjukkan dengan Ry(1,2,3,4,5) = 0,840, R2y(1,2,3,4,5) = 0,705, F hitung > F tabel (11,489 > 2,62), persamaan regresi Y = 0,001 + 0,007X1 - 0,007X2– 3,215X3 – 0,001X4 - 0,005X5.

Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Intellectual Capital, Profit Sharing Ratio, Zakat Performing Ratio, Equitable Distribution Ratio, Islamic Income vs Non-Islamic Income


(8)

vii

ANITA NUR KHASANAH 12812141025

ABSTRACT

This research is conducted to examine: (1) the effect of Intellectual Capital on financial performance of Islamic Banks in Indonesia period 2010-2015, (2) the effect of Profit Sharing Ratio on financial performance of Islamic Banks in Indonesia period 2010-2015, (3) the effect of Zakat Performing Ratio on financial performance of Islamic Banks in Indonesia period 2010-2015, (4) the effect of Equitable Distribution Ratio on financial performance of Islamic Banks in Indonesia period 2010-2015, (5) the effect of Islamic Income vs Non-Islamic Income on financial performance of Islamic Banks in Indonesia period 2010-2015, and (6) the effect of Intellectual Capital, Profit Sharing Ratio, Zakat Performing Ratio, Equitable Distribution Ratio, and Islamic Income vs Non-Islamic Income, together, affected on financial performance of Non-Islamic Banks in Indonesia period 2010-2015.

This study included a causal-comparative research. The population in this study is 12 Islamic Banks registered in Bank Indonesia 2010-2015. The data analysis technique used descriptive statistical analysis, the classical assumption test, a simple and multiple linear regression analysis.

The result shows that: (1) There is a significant positive effect of Intellectual Capital on Financial Performance, indicated by r1y = 0,820, r21y =0,673, t value > t table (7,593 > 2,045), (2) There is significant influence of Profit Sharing Ratio on Financial Performance, indicated by r2y = 0,362, r22y = 0,131, t value > t table (2,056 > 2,045), (3) There is no significant effect of Zakat Performing Ratio on Financial Performance, indicated by r3y = 0,272, r23y = 0,074, t value < t table (1,494 < 2,045), (4) There is no significant influence of the Equitable Distribution Ratio on Financial Performance, indicated by r4y = 0,235, r24y = 0,055, t value < t table (1,279 < 2,045), (5) There is no significant influence of Islamic Income vs Non-Islamic Income on Performance Finance, indicated by r5y = 0,123, r2

5y = 0,015, t value < t table (0,654 < 2,045), (6) There is a significant positive effect of Intellectual Capital, Profit Sharing Ratio, Zakat Performing Ratio, Equitable Distribution Ratio, and Islamic Income vs Non-Islamic Income, together, affected Financial Performance, indicated by Ry(1,2,3,4,5) = 0,840, R2y(1,2,3,4,5) = 0,705, F value > F table (11,489 > 2,62), and the regression equation Y = 0,001 + 0,007X1 - 0,007X2– 3,215X3 – 0,001X4 - 0,005X5.

Keywords: Financial Performance, Intellectual Capital, Profit Sharing Ratio, Zakat Performing Ratio, Equitable Distribution Ratio, Islamic Income vs Non-Islamic Income


(9)

viii

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Intellectual Capital dan Islamicity Performance Index terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Tugas Akhir Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dr. Sugiharsono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Abdullah Taman, M.Si., Ak., Ketua Jurusan Pendidikan Akuntansi.

4. Mahendra Adhi Nugroho, S.E., M.Sc., Ketua Program Studi Akuntansi sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, saran, dan pengarahan dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

5. Amanita Novi Yushita, S.E., M.Si., Dosen narasumber yang telah memberikan koreksi, pendapat, dan ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dengan baik.


(10)

ix

7. Mimin Nur Aisyah, M.Sc., Ak., Dosen pembimbing akademik, terimakasih atas semangat dan motivasi yang telah diberikan.

8. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama ini.

9. Kedua orang tua, beserta anggota keluargaku yang telah memberikan doa, semangat, dan bimbingan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

10.Adikku tercinta, Nur Khayati yang tidak henti-hentinya memberikan semangat dan motivasi.

11.Mbak Nani, Tantri, Nia Juliarti, terima kasih telah menemani dan berjuang bersama.

12.Yoyo, Zaen, dan Ajeng yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun, telah menjadi teman seperjuangan dari awal kuliah, dan telah menjadi sahabat yang baik.

13.Amalia, Arum, dan Fierda, terimakasih telah menjadi sahabat yang sangat baik selama ini dan telah berbagi tawa canda bersama.

14.Seluruh teman-teman Akuntansi A 2012 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, terimakasih telah berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.


(11)

(12)

xi

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II. KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ... 17

A. Kajian Teori ... 17

1. Kinerja Keuangan ... 17

a. Pengertian Kinerja Keuangan ... 17

b. Tahap Analisis Kinerja Keuangan ... 18

c. Penilaian Kinerja Keuangan ... 20

2. Intellectual Capital ... 23

a. Pengertian Intellectual Capital ... 23

b. Komponen Intellectual Capital ... 26

c. Pengukuran Intellectual Capital ... 30

3. Islamicity Performance Index ... 34

a. Profit Sharing Ratio ... 34

b. Zakat Performing Ratio ... 35

c. Equitable Distribution Ratio ... 35

d. Directors-Employees Welfare Ratio ... 36

e. Islamic Investment vs Non-Islamic Investmen ... 37

f. Islamic Income vs Non-Islamic Income ... 37

g. AAOIFI Index ... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 42


(13)

xii

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Definisi Operasional Variabel ... 49

D. Populasi dan Sampel ... 55

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Data ... 67

B. Analisis Statistik Deskriptif ... 68

C. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 71

D. Hasil Uji Hipotesis ... 76

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

F. Keterbatasan Penelitian ... 103

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(14)

xiii

2. Kriteria Pengambilan Keputusan Autokorelasi ... 60

3. Prosedur Kriteria Pemilihan Sampel ... 67

4. Daftar Sampel Perbankan Syariah ... 68

5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 69

6. Hasil Uji Normalitas ... 72

7. Rangkuman Hasil Uji Multikolonieritas ... 73

8. Rangkuman Hasil Uji Heterokedastisitas ... 74

9. Hasil Uji Autokorelasi... 76

10.Ringkasan Hasil Regresi Linier Sederhana Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan ... 77

11.Ringkasan Hasil Regresi Linier Sederhana Pengaruh Profit Sharing Ratio terhadap Kinerja Keuangan ... 79

12.Ringkasan Hasil Regresi Linier Sederhana Pengaruh Zakat Performing Ratio terhadap Kinerja Keuangan ... 81

13.Ringkasan Hasil Regresi Linier Sederhana Pengaruh Equitable Distribution Ratio terhadap Kinerja Keuangan ... 83

14.Ringkasan Hasil Regresi Linier Sederhana Pengaruh Islamic Income vs Non-Islamic Income terhadap Kinerja Keuangan ... 85

15.Ringkasan Hasil Regresi Linier SederhanaBerganda Pengaruh Intellectual Capital, Profit Sharing Ratio, Zakat Performing Ratio, Equitable Distribution Ratio, dan Islamic Income vs Non-Islamic Income terhadap Kinerja Keuangan ... 87


(15)

(16)

xv

2. Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri ... 114

3. Data Laporan Keuangan Bank BNI Syariah ... 115

4. Data Laporan Keuangan Bank BRISyariah ... 116

5. Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mega Indonesia ... 117

6. Data Laporan Keuangan Bank BCA Syariah ... 117

7. Data Variabel Kinerja Keuangan ... 118

8. Data Variabel Intellectual Capital ... 118

9. Data Variabel Profit Sharing Ratio ... 118

10.Data Variabel Zakat Performing Ratio ... 119

11.Data Variabel Equitable Distribution Ratio ... 119

12.Data Variabel Islamic Income vs Non-Islamic Income ... 119

13.Hasil Analisis Deskriptif Statistik ... 120

14.Hasil Uji Asumsi Klasik ... 120

15.Hasil Uji Hipotesis ... 122

16.Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri ... 126

17.Laporan Keuangan Bank BNI Syariah ... 127

18.Laporan Keuangan Bank BRISyariah ... 128

19.Laporan Keuangan Bank Syariah Mega Indonesia ... 129


(17)

1

Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, perbankan syariah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Perkembangan perbankan syariah merupakan cerminan dari berkembangnya perekonomian Islam di Indonesia. Sejak tahun 2010, tingkat pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai angka seratus triliun rupiah pada Desember 2010. Sedangkan pada lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 65% per tahun. Di samping adanya peningkatan total aset, perbankan syariah juga mengalami pertumbuhan dalam jumlah bank. Statistik perbankan syariah yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan tahun 2015, menunjukkan bahwa pada tahun 2010 Bank Umum Syariah mengalami pertumbuhan pesat. Pada awalnya Bank Umum Syariah hanya berjumlah 6 bank, kemudian bertambah banyak menjadi 11 bank pada tahun 2010. Selain itu, jumlah kantor Bank Umum Syariah meningkat dari 711 kantor menjadi 1.215 kantor. Peningkatan ini membuktikan bahwa masih terdapat peluang dalam perbankan syariah. Oleh karena itu perbankan syariah perlu mendapat perhatian lebih agar dapat membantu perekonomian Islam di Indonesia.

Seiring dengan adanya peningkatan di atas, terdapat banyak tantangan yang perlu dihadapi perbankan syariah seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempengaruhi berbagai lingkungan, terutama lingkungan bisnis perbankan syariah. Dengan adanya perkembangan tersebut, persaingan bisnis


(18)

menjadi lebih ketat. Hal ini mengharuskan perbankan syariah untuk meningkatkan kinerja dan inovasi bisnis agar dapat bersaing dengan perbankan lain. Di samping itu, untuk meningkatkan kinerja, perbankan syariah harus menetapkan parameter hasil. Proses di mana perusahaan menentukan parameter hasil untuk tujuan yang akan dicapai inilah yang disebut dengan pengukuran kinerja.

Walaupun perbankan syariah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, Achmad (2012), Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank-bank Syariah di Indonesia menjelaskan bahwa perkembangan perbankan syariah belum dapat berkembang pesat di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya tiga permasalahan besar pada perbankan syariah. Permasalahan tersebut yaitu banyak perbankan syariah belum menjalankan bisnis sesuai prinsip syariah, tingkat pemahaman produk syariah yang rendah, dan kesulitan mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten (Kompas.com, 13 Agustus 2012).

Pada tahun-tahun terakhir, terdapat penurunan kinerja keuangan perbankan syariah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai ROA Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun 2010-2015. Pada Statistik Perbankan Syariah tahun 2015 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, ROA BUS dan UUS menunjukkan angka 1,67. Pada tahun 2011 dan 2012, ROA mengalami peningkatan menjadi 1,79 dan 2,14. Mulai pada tahun 2013 mengalami penurunan sampai dengan tahun 2015. ROA BUS dan UUS tahun 2013, 2014, dan 2015 secara berturut-turut yaitu 2,00; 0,79; dan 0,49.


(19)

Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, Agustiano (2016) menjelaskan bahwa semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan, maka akan berdampak negatif pada kinerja perbankan syariah karena masalah keterbatasan modal, sumber dana, sumber daya manusia, dan teknologi informasi yang belum mumpuni (Infobanknews.com, 4 Januari 2016). Sementara itu, dalam rangka mengembangkan perbankan syariah, tantangan yang menjadi prioritas yaitu inovasi produk keuangan dan perbankan syariah yang menjadi pilar utama dalam pengembangan perbankan syariah.

Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang bergerak untuk mengelola investasi dan juga menyediakan jasa-jasa keuangan. Selain itu, perbankan syariah juga menyediakan jasa sosial, seperti dana pinjaman kebaikan (qardh), zakat, dan dana sosial lainnya yang sesuai dengan ajaran Islam. Pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah akan bergantung pada sifat dan inovasi perbankan syariah di pasar. Menurut Greuning dan Iqbal (2011:251), kebutuhan perbankan syariah saat ini yaitu untuk mengembangkan instrumen yang mengembangkan likuiditas, mengembangkan pasar sekunder, pasar uang, dan pasar antar bank, serta melakukan manajemen aset-liabilitas dan manajemen risiko. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perbankan syariah perlu untuk mengembangkan manajemen perusahaan.

Perbankan syariah memerlukan sumber daya manusia dengan keterampilan ekonomi syariah yang kompeten. Dengan sumber daya manusia yang kompeten dalam ekonomi syariah diharapkan kinerja perbankan syariah


(20)

dapat meningkat. Akan tetapi, hingga sampai saat ini, masih sedikit masyarakat yang paham mengenai produk-produk dan istilah-istilah dalam perbankan syariah. Hanya sekitar 30% sumber daya yang direkrut yang mengetahui istilah perbankan syariah serta tingkat awareness-nya (Kompas.com, 13 Agustus 2012). Selain itu, perbankan syariah mengalami kesulitan dalam mencari sumber daya manusia yang kompeten dan mumpuni.

Perbankan syariah perlu untuk meningkatkan strategi yang dijalankan. Perbankan syariah perlu mengubah pola manajemen perusahaan dari pola manajemen berdasarkan tenaga kerja (labor based business) menjadi pola manajemen berdasarkan pengetahuan (knowledge based business). Pola manajemen berdasarkan pengetahuan mendorong perusahaan untuk dapat mengelola intellectual capital secara efektif. Intelectual capital merupakan bagian dari aset tidak berwujud yang dimiliki perusahaan. Aset tidak berwujud perusahaan seperti intellectual capital memiliki potensi untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.

Pengukuran intellectual capital memang belum ditetapkan secara pasti. Akan tetapi, dalam forum Organisation For Economic Co Operation And Development (OECD) pada bulan Juni 1999 disebutkan bahwa Intellectual Capital merupakan aset yang penting bagi perusahaan dalam menciptakan nilai dan memenangkan nilai (value). Di Indonesia, intellectual capital diatur dalam PSAK No. 19 (revisi tahun 2000) tentang Aktiva Tak Berwujud. Walaupun begitu, intellectual capital masih belum disebutkan secara jelas.


(21)

Oleh karena itu, masih banyak perbankan syariah yang belum memberikan perhatian terhadap pengukuran intellectual capital.

Pulic (1998) mengungkapkan pengukuran intellectual capital yaitu dengan menggunakan VAIC (Value Added Intellectual Coefficient). VAIC merupakan pengukuran secara tidak langsung dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan intelektual perusahaan. Komponen dalam VAIC yaitu physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA).

Terdapat berbagai perbedaan penelitian dalam membuktikan apakah intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja perusahaan atau tidak. Dalam penelitian Che et. al (2010), intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang listing di Taiwan. Penelitian yang dilakukan oleh Ihyaul Ulum (2008) pada kinerja perbankan juga menghasilkan hasil bahwa intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan Firer dan Williams (2003) meneliti 75 perusahaan di Afrika Selatan. Hasil dari penelitian yaitu tidak ditemukannya hubungan yang kuat antara intellectual capital dengan profitabilitas perusahaan. Syed Najibullah (2010) juga melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang listing di Dhaka Stock Exchange-Bangladesh. Hasil dari penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara intellectual capital dan kinerja perusahaan.


(22)

Sebagai perusahaan yang sedang berkembang pesat, perbankan syariah tentunya juga tidak terlepas dari minat dalam intellectual capital. Intellectual capital menjadi hal yang sangat penting juga dalam perbankan syariah. Namun demikian, masih banyak perbankan syariah yang belum memberikan perhatian terhadap pengukuran intellectual capital. Selain itu, penelitian di Indonesia yang meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan bank syariah juga masih belum banyak.

Permasalahan yang lain pada perkembangan perbankan syariah yaitu pemanfaatan sekuritasisasi yang belum mendapat perhatian yang berarti dan belum dipraktekkan (Infobanknews.com, 4 Januari 2016). Hal ini sangat disayangkan, karena sekuritisasi dapat meningkatkan ketersediaan dana bagi perbankan syariah. Dalam konsep sekuritisasi aset, perbankan syariah mentransformasikan aset berisikonya (pembiayaan) ke dalam bentuk uang cash yang kemudian dapat digunakan untuk ekspansi usaha dan dapat pula disalurkan kembali ke pihak yang memerlukan dana.

Banyak perbankan syariah belum menjalankan bisnis sesuai prinsip syariah merupakan salah satu masalah yang menyebabkan perkembangan perbankan syariah terhambat (Kompas.com, 13 Agustus 2012). Perlu digarisbawahi bahwa perbankan syariah memiliki perbedaan dengan perbankan konvensional, dan dikarenakan terdapat banyak perbankan syariah yang belum menjalankan bisnis sesuai dengan prinsip syariah, maka terdapat masalah pula pada ketersediaan produk dan standarisasi produk perbankan syariah.


(23)

Melihat adanya masalah ketidaksesuaian pelaksanaan dengan prinsip syariah, maka dari itu perbankan syariah perlu diukur dari segi tujuan syariah. Dengan begitu, akan diketahui apakah kinerja perbankan yang telah dijalankan sesuai dengan prinsip syariah akan mempengaruhi kinerja keuangan perbankan syariah. Shahul Hameed et. al. (2004) menyajikan alternatif pengukuran kinerja untuk Perbankan Syariah, yaitu dengan menggunakan Islamicity Indices. Islamicity Indices ini terdiri dari dua komponen, yaitu Islamicity Disclosure Index dan Islamicity Performance Index. Pengukuran dari segi tujuan syariah dapat menggunakan Islamicity performance index. Komponen Islamicity performance index meliputi profit sharing ratio, zakat performing ratio, equitable distribution ratio, director-employees welfare ratio, Islamic investmen vs non-Islamic investment, Islamic income vs non-Islamic income, dan AAOIFI index.

Profit sharing ratio menunjukkan seberapa jauh perbankan syariah mencapai eksistensi dengan perolehan bagi hasil dari pemberian pembiayaan kepada nasabah. Bagi hasil merupakan komponen penting dalam perbankan syariah, sehingga pembiayaan bagi hasil menjadi inti dari pembiayaan bank syariah (Kompasiana.com, 26 Juni 2015). Pada dasarnya, terdapat empat jenis akad pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah, yaitu mudharabah,

musyarakah, muzara’ah, dan musaqah. Akan tetapi, akad yang banyak dikenal hanya akad mudharabah dan musyarakah.

Walaupun pembiayaan bagi hasil merupakan pembiayaan inti dari perbankan syariah, pembiayaan ini masih berada di bawah pembiayaan


(24)

jual-beli (murabahah), sehingga nilai profit sharing ratio masih rendah. Berdasarkan statistik perbankan syariah, pada tahun 2014 pembiayaan mudharabah dan musyarakah adalah 14,35 triliun dan 49,336 triliun, sedangkan jumlah pembiayaan murabahah yaitu sebesar 115,60 triliun. Data di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembiayaan bagi hasil perbankan syariah di Indonesia masih rendah.

Selain profit sharing ratio, zakat performing ratio juga menjadi salah satu tujuan ekonomi Islam, salah satu indikator dilaksanakannya prinsip-prinsip Islam dalam perbankan syariah. Kinerja perbankan Islam harus berdasarkan pembayaran zakat yang dilakukan oleh bank. Menurut Lembaga Amil Zakat (Republika, 26 April 2016) perbankan syariah belum siap dalam pengelolaan zakat dan penyaluran zakat, dan tercermin pada nilai zakat performing ratio yang rendah.

Equitable distribution ratio merupakan indikator pelaksanaan prinsip syariah, di mana menekankan adanya keadilan dengan pemerataan pendapatan. Dari rasio ini diketahui besar rata-rata distribusi pendapatan ke sejumlah stakeholder. Akan tetapi, pelaksanaan dari pemerataan pendapatan belum maksimal, yang artinya equitable distribution ratio adalah rendah. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan pemberian pembiayaan qard (pemangku kepentingan adalah masyarakat) padahal laba meningkat (pemangku kepentingan perusahaan). Statistik Perbankan Syariah tahun 2014 menunjukkan bahwa pembiayaan qard pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013 secara berturut-turut yaitu 4,73 triliun, 12,93 triliun, 12,09 triliun, 8,9 triliun.


(25)

Sedangkan jumlah laba bersih 2010-2013 yaitu 527 milyar, 1,06 triliun, 1,89 triliun, 3, 18 triliun. Pada pembiayaan qard terdapat penurunan, sedangkan pada laba bersih terdapat peningkatan.

Director-employees welfare ratio mengindikasi jumlah uang yang digunakan untuk direktur dan jumlah uang untuk kesejahteraan pegawai. Hal ini dikarenakan adanya isu-isu renumerasi direktur. Banyak yang mengungkapkan bahwa direktur digaji lebih dibanding pekerjaan yang dia lakukan.

Islamic investment vs non-Islamic investment mengukur dan mengidentifikasi sejauh mana perbankan syariah melakukan transaksi yang halal dibandingkan dengan transaksi yang mengandung riba, gharar, dan judi. Sedangkan Islamic income vs non-Islamic income bertujuan untuk mengukur pendapatan yang bersumber dari pendapatan yang halal. Prinsip Islam melarang adanya transaksi riba, gharar, dan maysir dan mewajibkan perdagangan yang halal. Akan tetapi, masih terdapat perbankan syariah yang melakukan transaksi tidak halal yang mengandung riba, seperti transaksi pada bank konvensional dan mendapatkan laba atau biasanya disebut pendapatan konvensional.

Dari uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian terkait pengaruh variabel intellectual capital dan Islamicity performance index terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Hanya saja, tidak semua indikator Islamicity performance index digunakan. Indikator yang digunakan


(26)

hanya profit sharing ratio, zakat performing ratio, equitable distribution ratio, dan Islamic income vs non-Islamic income. Dari ketujuh rasio, tidak semuanya digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kekurangan. Ukuran Islamic investment vs non-Islamic investment tidak digunakan pada penelitian yang sekarang dikarenakan rasio ini menggambarkan keadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada perbankan syariah. Keberadaan DPS memberikan jaminan bahwa perbankan syariah tidak melakukan investasi yang tidak halal, sehingga hal ini tidak dapat ditelusur pada laporan keuangan. Sementara itu, director-employees welfare ratio dan AAOIFI index tidak digunakan karena rasio tersebut tidak berpengaruh pada pengukuran kinerja secara agregat dan rasio tersebut merupakan pertimbangan bersifat kualitatif (Fovana, 2008 dalam Nanda Harianto, 2013).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Intellectual Capital dan Islamicity Performance Index terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Penelitian menggunakan sampel Bank Umum Syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia periode 2010-2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mengakibatkan persaingan bisnis menjadi lebih ketat.


(27)

2. Perkembangan perbankan syariah belum dapat berkembang pesat di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya tiga permasalahan: banyak perbankan syariah belum menjalankan bisnis sesuai prinsip syariah; tingkat pemahaman produk syariah yang rendah; kesulitan mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten.

3. Pada tahun-tahun terakhir, terdapat penurunan kinerja keuangan perbankan syariah.

4. Semakin sengitnya persaingan di industri jasa keuangan, maka akan berdampak negatif pada kinerja perbankan syariah karena masalah keterbatasan modal, sumber dana, sumber daya manusia, dan teknologi informasi yang belum mumpuni.

5. Hingga sampai saat ini, masih sedikit masyarakat yang paham mengenai produk-produk dan istilah-istilah dalam perbankan syariah. Hanya sekitar 30% sumber daya yang direkrut yang mengetahui istilah perbankan syariah serta tingkat awareness-nya.

6. Perbankan syariah mengalami kesulitan dalam mencari sumber daya manusia yang kompeten dan mumpuni.

7. Banyak perbankan syariah yang belum memberikan perhatian terhadap pengukuran intellectual capital.

8. Terdapat berbagai perbedaan penelitian dalam membuktikan apakah intellectual capital berpengaruh terhadap kinerja perusahaan atau tidak.


(28)

9. Permasalahan pada perkembangan perbankan syariah yaitu pemanfaatan sekuritasisasi yang belum mendapat perhatian yang berarti dan belum dipraktekkan.

10.Banyak perbankan syariah belum menjalankan bisnis sesuai prinsip syariah merupakan salah satu masalah yang menyebabkan perkembangan perbankan syariah terhambat.

11.Walaupun pembiayaan bagi hasil merupakan pembiayaan inti dari perbankan syariah, pembiayaan ini masih berada di bawah pembiayaan jual-beli (murabahah), sehingga nilai profit sharing ratio masih rendah.

12.Perbankan syariah belum siap dalam pengelolaan zakat dan penyaluran zakat, dan tercermin pada nilai zakat performing ratio yang rendah. 13.Pelaksanaan dari pemerataan pendapatan belum maksimal, yang

artinya equitable distribution ratio adalah rendah.

14.Adanya isu-isu renumerasi direktur. Banyak yang mengungkapkan bahwa direktur digaji lebih dibanding pekerjaan yang dia lakukan. 15.Masih terdapat perbankan syariah yang melakukan transaksi tidak

halal yang mengandung riba, seperti transaksi pada bank konvensional dan mendapatkan laba atau biasanya disebut pendapatan konvensional. C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan dengan tujuan agar cakupan penelitian lebih terfokus pada permasalahan yang diteliti, pembahasan tidak terlalu luas,


(29)

dan menghindari adanya perbedaan penafsiran. Penelitian ini fokus pada beberapa hal berikut:

1. Pada tahun-tahun terakhir, terdapat penurunan kinerja keuangan perbankan syariah.

2. Banyak perbankan syariah yang belum memberikan perhatian terhadap pengukuran intellectual capital.

3. Banyak perbankan syariah belum menjalankan bisnis sesuai prinsip syariah.

4. Walaupun pembiayaan bagi hasil merupakan pembiayaan inti dari perbankan syariah, pembiayaan ini masih berada di bawah pembiayaan jual-beli (murabahah), sehingga nilai profit sharing ratio masih rendah.

5. Perbankan syariah belum siap dalam pengelolaan zakat dan penyaluran zakat, dan tercermin pada nilai zakat performing ratio yang rendah.

6. Pelaksanaan dari pemerataan pendapatan belum maksimal, yang artinya equitable distribution ratio adalah rendah.

7. Masih terdapat perbankan syariah yang melakukan transaksi tidak halal yang mengandung riba, seperti transaksi pada bank konvensional dan mendapatkan laba atau biasanya disebut pendapatan konvensional.


(30)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015?

2. Bagaimana pengaruh profit sharing ratio terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015?

3. Bagaimana pengaruh zakat performing ratio terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015?

4. Bagaimana pengaruh equitable distribution ratio terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015?

5. Bagaimana pengaruh Islamic income vs non-Islamic income terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015?

6. Bagaimana pengaruh intellectual capital, profit sharing ratio, zakat performing ratio, equitable distribution ratio, dan Islamic income vs non-Islamic income secara simultan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015?


(31)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015.

2. Mengetahui pengaruh profit sharing ratio terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015.

3. Mengetahui pengaruh zakat performing ratio terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015.

4. Mengetahui pengaruh equitable distribution ratio terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015.

5. Mengetahui pengaruh Islamic income vs non-Islamic income terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015.

6. Mengetahui pengaruh intellectual capital, profit sharing ratio, zakat performing ratio, equitable distribution ratio, dan Islamic income vs non-Islamic income secara simultan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015.


(32)

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini merupakan kontribusi positif terhadap adanya perkembangan teori, terutama mengenai intellectual capital dan Islamicity index performance yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perbankan Syariah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan bagi manajemen dalam mengembangkan mekanisme pengelolaan intellectual capital dan pelaksanaan kegiatan operasional sesuai dengan prinsip Islam yang diukur dengan Islamicity index performance.

b. Bagi Calon Investor

Dapat memberikan informasi tentang kinerja perbankan syariah, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi.


(33)

17 BAB II

KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

1. Kinerja Keuangan

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah kegiatan menganalisisis untuk melihat sejauh mana perusahaan telah menggunakan aturan pelaksanakan keuangan dengan baik dan benar (Irham Fahmi, 2012:2). Pelaksanaan keuangan yang dimaksud yaitu kegiatan membuat laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku. Aturan pelaksanaan keuangan yang benar terdapat dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan), GAAP (General Accepted Accounting Principle), atau aturan yang lainnya.

Menurut Darsono (2007) sebagaimana yang dikutip oleh Anggraini (2012:20) kinerja keuangan adalah hasil dari kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan, yang dapat dibandingkan dengan hasil keuangan periode sebelumnya ataupun hasil dari perusahaan lain yang sejenis. Hasil kegiatan operasi perusahaan merupakan transaksi keuangan yang dinyatakan dengan nilai uang, sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam melakukan analisis perbandingan. Analisis dilakukan untuk menilai hasil kegiatan operasi apakah meningkat ataukah menurun. Dengan adanya analisis hasil kegiatan operasi perusahaan, maka manajemen dapat mengambil tindakan yang dibutuhkan


(34)

dengan kondisi tersebut.

Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan yang menyangkut penghimpunan dan penyaluran dana pada suatu periode tertentu (Jumingan, 2006:293). Kondisi keuangan tersebut biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Kecukupan modal dinilai terkait dengan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana. Penilaian kondisi likuiditas dilakukan untuk mengetahui kemampuan dalam memenuhi kewajiban kepada para deposan, sedangkan untuk mengetahui kemampuan dalam menghasilkan keuntungan dilakukan penilaian terhadap aspek profitabilitas.

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan pada periode tertentu. Analisis dilakukan dengan menggunakan indikator yang telah ditentukan. Selain itu, analisis dapat dilakukan dengan menilai berbagai aspek untuk mengetahui kemampuan perusahaan.

b. Tahap Analisis Kinerja Keuangan

Analisis kinerja keuangan pada setiap perusahaan dilakukan sesuai dengan ruang lingkup perusahaan. Menurut Irham Fahmi (2012:3) secara umum terdapat lima tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan. Lima tahapan tersebut yaitu:


(35)

1) Review data laporan keuangan.

Review data laporan keuangan dilakukan untuk mengetahui apakah laporan keuangan telah dibuat sesuai dengan kaidah yang berlaku. Laporan keuangan harus sesuai dengan kaidah umum, seperti SAK, GAAP, ataupun IFRS. Hal ini dilakukan agar data dalam laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

2) Melakukan Perhitungan.

Perhitungan dilakukan sebagai bahan untuk melakukan analisis terhadap kinerja keuangan. Metode perhitungan yang digunakan, dipilih sesuai dengan permasalahan dan kondisi perusahaan, sehingga dari perhitungan tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengambilan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang dilakukan.

3) Membandingkan Hasil Perhitungan.

Setelah diperoleh hasil perhitungan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan perbandingan terhadap hasil perhitungan yang telah diperoleh. Dalam melakukan perbandingan dapat digunakan metode time series analysis atau menggunakan metode cross sectional approach.

Metode time series analysis merupakan metode yang membandingkan data perhitungan antar periode, sedangkan


(36)

metode cross sectional approach merupakan metode yang membandingkan data perhitungan perusahaan satu dengan perusahaan lain yang sejenis. Dengan menggunakan salah satu dari kedua metode tersebut, dapat diambil kesimpulan dalam analisis. Kesimpulan yang diambil dapat menyatakan kondisi perusahaan pada saat itu.

4) Menafsirkan Permasalahan yang Ditemukan.

Dari hasil perbandingan pada langkah sebelumnya telah diperoleh data-data perhitungan dan dari analisis perhitungan tersebut kemudian dapat ditemukan permasalahan-permasalahan yang ada dalam perusahaan. Selain itu, dari perbandingan tersebut juga dapat diketahui penyebab dari permasalahan tersebut.

5) Memberi Solusi pada Permasalahan yang Ditemukan.

Tahap terakhir yang perlu untuk dilakukan dalam menganalisis kinerja keuangan yaitu memberikan solusi terhadap masalah yang ditemukan pada tahap sebelumnya. Solusi dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai hambatan dalam perusahaan.

c. Penilaian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas kegiatan keuangan perusahaan. Setiap kegiatan yang dihasilkan dari proses akuntansi


(37)

dapat dilihat pada laporan keuangan. Informasi terkait posisi keuangan perusahaan, laba rugi perusahaan, arus kas perusahaan, perubahan modal perusahaan, dan informasi lain terkait kinerja keuangan perusahaan yang bersifat finansial dapat dilihat pada laporan keuangan. Laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan memuat informasi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Berdasarkan laporan perusahaan dapat dilihat kondisi perusahaan yang sesungguhnya, apakah terjadi peningkatan atau penurunan laba perusahaan, apakah terjadi peningkatan atau penurunan kinerja manajemen, kondisi penggunaan aset perusahaan, dan lain sebagainya.

Salah satu cara dalam pengukuran kinerja keuangan yaitu dengan menggunakan ukuran Return on Assets (ROA). ROA digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan karena ROA mampu mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan dalam pencapaian pendapatan dengan mengukur besar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Pencapaian pendapatan atau keuntungan merupakan fokus dalam kinerja keuangan. Dengan adanya pendapatan dan keuntungan, maka terjadi penciptaan laba bagi pemilik.

Dalam memaksimalkan laba yang diperoleh, perusahan perlu untuk mengoptimalkan penggunaan aset. Besar efisiensi operasional


(38)

perusahaan tergantung pada pengelolaan aset perusahaan. ROA merupakan ukuran tingkat pengembalian dari penggunaan aset. Menurut Ross et. al. (2009:90), Return on Assets adalah ukuran dari laba per dolar aset. ROA atau pengembalian aset dapat dinyatakan dalam berbagai cara. Rasio ini secara umum dinyatakan sebagai berikut:

Pengembalian atas Aset ROA = Laba Bersih Total Aset

(Ross et. al., 2009:90) Brealey et. al. (2008:81) menyatakan bahwa dalam mengukur kinerja perusahaan akan lebih baik apabila menggunakan rasio laba bersih ditambah dengan bunga. Hal ini dilakukan karena yang diukur adalah tingkat pengembalian seluruh aset perusahaan, bukan hanya investasi ekuitas. Dengan pemahaman seperti di atas, maka rumus ROA dinyatakan sebagai berikut:

Pengembalian atas Aset ROA = laba bersih+bungarata-rata total aset

(Brealey et. al, 2008:81) Pengukuran kinerja keuangan menggunakan ukuran ROA memiliki keuntungan adanya pengukuran yang menyeluruh yang seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan (Hudan Diandono, 2012). Selain itu, ROA merefleksikan keuntungan perusahaan dan efisiensi perusahaan dalam hal pemanfaatan aset.


(39)

2. Intellectual Capital

a. Pengertian Intellectual Capital

Terdapat banyak pakar yang telah menguraikan definisi dari intellectual capital. Definisi intellectual capital ini juga ditemukan di beberapa literatur dengan berbagai macam definisi dan dengan berbagai kompleksitas.

Brooking (1996) dalam Ihyaul Ulum (2009) menyatakan bahwa intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan aset tidak berwujud dari pasar, properti intelektual, infrastruktur, dan manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi dan beroperasi. Harrison dan Sulliva (dalam Ihyaul Ulum, 2009) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1990-an banyak perusahaan yang telah memperhatikan aset tidak berwujud (intangible asset) dalam praktik pengelolaan perusahaannya. Intellectual capital merupakan salah satu fokus perhatian yang digunakan untuk pengukuran intangible asset. Intellectual capital meliputi berbagai bidang dalam perusahaan, seperti: bidang manajemen; bidang teknologi dan informasi; bidang sosiologi; dan bidang akuntansi.

Intellectual capital merupakan salah satu komponen dari intangible asset yang dimiliki oleh suatu unit bisnis. Klein dan Prusak (dalam Ihyaul Ulum, 2009) menyatakan bahwa intellectual capital merupakan material yang telah disusun, ditangkap, dan


(40)

digunakan oleh perusahaan dalam memperoleh nilai aset yang lebih tinggi dibandingkan dengan para pesaing. Dengan adanya material ini perusahaan memiliki nilai lebih dibandaingkan perusahaan yang tidak memiliki material tersebut. Intellectual capital (IC) dapat diartikan juga sebagai nilai ekonomi dari aset tidak berwujud dalam kategori organizational (structural) capital dan human capital.

Organizational (structural) capital mengacu pada teknologi dan sistem perusahaan. Teknologi dan sistem yang dimaksud adalah sistem software, jaringan distribusi dan rantai pemasok yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan human capital meliputi sumber daya dalam perusahaan. Sumber daya yang ada meliputi sumber daya internal dan eksternal. Sumber daya internal merupakan tenaga kerja atau karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan, sedangkan sumber daya eksternal meliputi konsumen dan supplier yang berkaitan dengan perusahaan.

Di Indonesia, Intellectual capital dibahas dalam PSAK No. 19 (revisi 2000) tahun 2009. Walau tidak disebutkan secara jelas, di dalam PSAK Pasal 19 paragraf 08 menjelaskan mengenai aset tidak berwujud. Paragraf ini menyebutkan bahwa aset tidak berwujud merupakan aktiva non moneter yang dimiliki, yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai bentuk fisik, dapat digunakan untuk menghasilkan atau menyerahkan barang dan jasa, disewakan kepada pihak lain, ataupun untuk tujuan administrasi dari perusahaan


(41)

atau unit usaha. Pada PSAK pasal 19 ini, intangible asset atau aset tidak berwujud diklasifikasikan menjadi: ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan, intelektual, pengetahuan tentang pasar dan merek dagang (di dalamnya termasuk merek produk atau brand (names). Berdasarkan PSAK No. 19 aset ini diakui jika dan hanya jika aset tersebut memiliki kemungkinan besar bagi perusahaan untuk memperoleh keuntungan ekonomis masa depan. Aset ini juga diakui jika dan hanya jika biaya perolehan dari aset dapat diukur secara andal.

Dari berbagai pendapat para pakar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan komponen dari aset tidak tetap yang berupa ilmu pengetahuan atau daya pikir, yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif dengan melakukan pengelolaan terhadap intellectual capital. Pengelolaan intellectual capital akan memberikan informasi mengenai kemampuan suatu perusahaan dalam melakukan aktivitas perusahaan dengan baik. Selain itu, pengelolaan intellectual capital juga memberikan informasi bagaimana perusahaan mengenali usaha manajemen dalam pengembangan kondisi pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan.


(42)

b. Komponen Intellectual Capital

Untuk menilai kinerja berdasarkan intellectual capital membutuhkan suatu ukuran dari intellectual capital. Akan tetapi, pengukuran intellectual capital cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan beberapa dari indikator intellectual capital tidak dapat diukur dengan satuan moneter. Padahal, kebanyakan perusahaan ataupun pemegang saham menilai suatu kinerja perusahaan dilihat dari keuntungan yang mereka terima dalam satuan moneter.

Bornemann et. al. (1999) dalam Ihyaul Ulum (2009) mengklasifikasikan indikator dari intellectual capital menjadi tiga kategori. Ketiga kategori tersebut yaitu human capital, customer capital, dan structural capital. Kategori human capital meliputi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), motivasi (motivation), dan hubungan dalam tim (relation). Kategori kedua yaitu customer capital, kategori ini disebut juga stakeholder relationships. Kategori ini meliputi hubungan perusahaan dengan pelanggan dan hubungan perusahaan dengan pemasok. Sedangkan kategori yang ketiga adalah structural capital. Structural capital meliputi manajemen perusahaan seperti database, struktur organisasi, dan prosedur–prosedur yang superior. Selain dari ketiga kategori tersebut, terdapat satu kategori tambahan yang disarankan yaitu image atau reputation capital. Kategori inilah yang mampu mempengaruhi kategori yang lainnya.


(43)

IFAC (1998) mengelompokkan intellectual capital ke dalam tiga kategori. Kategori tersebut yaitu organizational capital, relational capital, dan human capital. Klasifikasi tersebut disajikan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Klasifikasi intellectual capital Organizational

Capital

Relational Capital Human Capital Intellectual Property :

Patents Copyrights Design rights Trade scene Trademarks Service marks Infrastructure Assets: Management philosophy Corporate Culture Management Processes Information Systems Networking Systems Financial Relations Brands Customers Customer loyalty Backlog orders Company names Distribution channels Business collaborations Licensing agreements Favourable contracts Franchising agreements Know-how Education Vocational qualification Work-related knowledge Work-related competencies Entrepreneurial spirit Innovativeness, proactibve, and reactive abilities, changeability Psychometric valuation Sumber : IFAC (1999) dalam Ihyaul Ulum (2009)

Bontis et al. (dalam Ihyaul Ulum, 2009) memaparkan bahwa konstruk utama dari Intellectual capital adalah human capital, structural capital, dan customer capital. Human capital dalam suatu organisasi direpresentasikan oleh karyawannya melalui individual knowledge stock. Komponen ini merupakan kombinasi dari genetic inheritance, education, experience, dan attitude mengenai kehidupan dan dunia bisnis. Selain itu, disebutkan pula oleh Bontis et al. (dalam Ihyaul Ulum, 2009) bahwa structural capital meliputi bagian dari seluruh non-human storehouses of knowledge yang dimiliki oleh


(44)

organisasi. Komponen ini meliputi database, organisational charts, process manuals, strategies, routines, dan segala hal yang dapat membuat nilai dari perusahaan lebih besar dibandingkan dengan nilai materialnya. Lebih lanjut, komponen customer capital meliputi pengetahuan dalam marketing channels dan customer relationship yang dikembangkan organisasi melalui bisnisnya.

Bagaimanapun, terdapat banyak versi dalam pengelompokkan kategori atau komponen dari intellectual capital. Pada umumnya, intellectual capital (IC) terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :

1) Human capital (HC)

Human capital berhubungan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Human capital menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi, baik itu secara individu maupun secara kolektif.

Bagi Roos et al. (dalam Ihyaul Ulum, 2009) human capital berasal dari pengetahuan, perilaku, dan keberadaan intelektual karyawan. Human capital dalam organisasi dapat menunjukkan sebuah gambaran bahwa individu dalam organisasi dapat bekerja dengan mengarahkan dirinya sendiri tanpa menunggu perintah dari individu lain. Dengan adanya keadaan atau situasi seperti di atas, perusahaan dapat


(45)

memperoleh suatu sumber motivasi produktivitas dan sumber aktivitas pemecahaan masalah serta pengambilan keputusan.

Tidak sedikit manajer dari suatu perusahaan-perusahaan yang menyadari betapa pentingnya human capital dalam suatu organisasi. Perusahaan menyadari bahwa tanpa adanya sumber daya manusia di dalam organisasi, organisasi tersebut tidak dapat beroperasi. Selain itu, kompetensi individu karyawan juga sangat penting untuk produktivitas organisasi. Kompetensi individu ini meliputi kompetensi karyawan, pengalaman, keterampilan, dan pelatihan.

Di dalam human capital terdapat pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dimiliki karyawan. Oleh karena itulah, human capital disebut sebagai sumber innovation dan improvement. Jika perusahaan mampu untuk mengelola human capital dalam perusahaan secara optimal, maka perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan begitu, keberlangsungan perusahaan akan terjamin dan persepsi pasar juga akan meningkat.

2) Structural capital (SC)

Komponen structural capital merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses operasional perusahaan dan struktur perusahaan yang dapat mendukung usaha


(46)

karyawan dalam menghasilkan kinerja yang optimal. Sebagai contoh, yang termasuk dalam komponen ini yaitu: sistem operasional perusahaan dan proses (Suwarjono dan Kadir dalam Pramelasari, 2010).

3) Relational Capital (RC) atau Customer Capital (CC)

Komponen ini merupakan hubungan perusahaan dengan para mitra. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan harmonis association network, baik dengan pemasok, pelanggan, maupun pemerintah dan masyarakat. Indikator customer capital biasanya digunakan untuk meningkatkan jumlah pangsa pasar dari produk perusahaan dan untuk memenangkan persaingan dengan kompetitor. Indikator ini juga dapat digunakan perusahaan untuk mempengaruhi kebijakan dari pemerintah.

c. Pengukuran Intellectual Capital

Dengan adanya banyak penelitian mengenai intellectual capital, berkembang pula bentuk dan cakupan dari intellectual capital. Tidak sedikit penelitian yang mengarah kepada kerangka untuk menentukan klasifikasi intellectual capital dan untuk mengukur nilai dari intellectual capital.

Dalam pengukuran intellectual capital, pada tahun 1997 Pulic mengembangkan suatu instrumen kinerja intellectual capital yang dimiliki perusahaan. Instrument tersebut menyajikan informasi yang


(47)

berkaitan dengan value creation efficiency dari asset berwujud maupun aset tidak berwujud pada perusahaan. Instrument tersebut bernama VAICTM, yaitu Value Added intellectual Coefficient.

Menurut Ihyaul Ulum (2009:90) penggunaan VAICTM telah diaplikasikan sebagai alat ukur kinerja intellectual capital oleh Pulic dalam penelitiannya. Pulic (1997) mengambil sampel dari 30 perusahaan terdaftar di FTSE 250 London, Inggris yang dipilih secara acak. Melalui penelitian tersebut diperoleh suatu deskripsi mengenai efisiensi dari penggunaan sumberdaya dalam proses penciptaan nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Pulic (1997) menjadi pelopor pengukuran kinerja modal intelektual perusahaan. Pada tahun-tahun berikutnya, beberapa peneliti juga menggunakan metode ini sebagai alat pengukur kinerja intellectual capital perusahaan.

Metode VAICTM yang dikembangkan oleh Pulic bertujuan menyajikan informasi value creation efficiency dari aset berwujud dan tidak berwujud perusahaan. VAICTM dipilih untuk mengukur kinerja intellectual karena memiliki beberapa keunggulan. Data yang dibutuhkan relatif mudah untuk diperoleh. Selain itu, data yang digunakan untuk menghitung rasio merupakan angka-angka keuangan yang pada umumnya terdapat pada laporan keuangan perusahaan (Ihyaul Ulum, 2009).


(48)

Pada metode VAIC, hal pertama yang diukur adalah kemampuan perusahaan dalam menciptakan value added. Value added merupakan indikator yang paling subjektif untuk mengukur keberhasilan bisnis. Selain itu, value added juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). Value added dihitung dengan menilai selisih antara output dan input (Pulic 1998 dalam Ihyaul Ulum, 2009). Formulasi dari tahapan perhitungan VAIC oleh Pulic (1998) adalah sebagai berikut:

VAICTM = VACA + VAHU + STVA Keterangan:

VAICTM = Value Added Intellectual capital Coefficient VACA = Value Added Capital Employed

VAHU = Value Added Human capital STVA = Structural capital Value Added

(Ihyaul Ulum, 2009:90) 1) Value Added Capital Coefficient (VACA)

Salah satu yang mempengaruhi value added adalah efisiensi dari capital employed. Hubungan antara value added dengan capital employed diberi label VACA. VACA merupakan suatu indikator untuk value added yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital (Ihyaul Ulum, 2009:87). Jika 1 unit dari capital employed dapat menghasilkan return yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang lain, maka perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan capital employed yang dimilikinya. Dengan demikian, hal tersebut merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan.


(49)

VACA = VACE Keterangan:

VACA = Value Added Capital Employed VA = Value Added

CE = Capital Employed

(Ihyaul Ulum, 2009:89) 2) Value Added Human capital Coefficient (VAHU)

VAHU menunjukkan hubungan antara value added dengan human capital. Dari VAHU dapat dilihat seberapa banyak value added yang dapat dihasilkan dengan dana yang telah dikeluarkan untuk tenaga kerja. Indikator dari human capital perusahaan yang dijelaskan oleh Pulic yaitu total salary dan wage costs.

VAHU = VAHC Keterangan:

VAHU = Value Added Human Capital VA = Value Added

HC = Human Capital (beban karyawan)

(Ihyaul Ulum, 2009:89) 3) Value Added Structural capital Coefficient (STVA)

STVA menunjukkan kontribusi dari structural capital dalam value creation. STVA mengukur berapa banyak structural capital yang dibutuhkan dalam menghasilkan 1 rupiah dari value added.

STVA = VASC Keterangan:

STVA = Structural Capital Value Added Value Added SC = Structural Capital (VA – HC)

VA = Value Added


(50)

3. Islamicity Performance Index

Shahul Hameed et. al. (2004) mengembangkan suatu indeks yang diberi nama Islamicity performance index. Indeks ini digunakan untuk mengukur kinerja lembaga keuangan Islam. Islamicity performance index berisi tujuh rasio, di mana rasio ini merupakan cerminan dari kinerja bank syariah.

a. Profit Sharing Ratio (PSR)

Profit sharing ratio digunakan untuk mengukur dan mengidentifikasi bagi hasil yang dicapai oleh perbankan syariah. Seberapa jauh perbankan syariah telah berhasil mencapai tujuan atas eksistensi dapat dilihat dengan rasio ini. Bagi hasil merupakan tujuan utama dari suatu perbankan syariah, oleh karena itu, mengukur seberapa jauh rasio bagi hasil dicapai merupakan suatu hal yang penting.

Pendapatan bagi hasil diperoleh dari akad mudharabah dan akad musyarakah. Akad mudharabah merupakan kegiatan penanaman dari pemilik kepada pengelola dana untuk melakukan usaha tertentu. Sedangkan akad musyarakah merupakan suatu akad atau perjanjian antara pemilik modal untuk mencampurkan modal pada usaha tertentu dengan kesepakatan pembagian keuntungan yang telah disepakati bersama dan kerugian ditanggung pemilik modal sesuai proporsi masing-masing.


(51)

PSR =MudharabahTotal Financing + Musyarakah

(Shahul Hameed et. al., 2004) b. Zakat Performing Ratio (ZPR)

Dalam perbankan syariah, zakat menggantikan indikator kinerja konvensional, yaitu laba per saham (earning per share). Selain itu, zakat merupakan satu perintah dalam syariah Islam. Oleh karena itu, zakat yang dibayarkan oleh perbankan syariah menjadi dasar dalam pengukuran kinerja perbankan syariah. Rasio kinerja zakat digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur besarnya kontribusi zakat perusahaan yang dikeluarkan oleh Perbankan Syariah. Zakat tersebut kemudian akan dapat dinikmati oleh mustahiq zakat, yang merupakan representasi kelompok yang membutuhkan dalam masyarakat. ZPR diperoleh dengan membandingkan zakat yang dibayarkan Bank Syariah dengan laba sebelum pajak. Semakin tinggi komponen ini akan mengindikasikan kinerja zakat pada masing-masing bank syariah tersebut. Rumus zakat performing ratio yaitu:

ZPR = NetZakatAssets

(Shahul Hameed et. al., 2004) c. Equitable Distribution Ratio (EDR)

Rasio ini mengidentifikasi distribusi kepada semua pihak pemangku kepentingan. Selain bagi hasil dan zakat, akuntansi syariah juga memastikan bahwa distribusi yang dilakukan adalah merata kepada semua pihak.


(52)

Pada dasarnya EDR menghitung rasio dari jumlah distribusi terhadap total pendapatan setelah dikurangi dengan pajak dan zakat. Distribusi yang ditunjukkan oleh EDR yaitu qard dan dana kebajikan, upah karyawan, dividen, dan laba bersih. Untuk menghitung distribusi secara keseluruhan, digunakan rata-rata distribusi. Rata-rata distribusi diperoleh dari jumlah distribusi dibagi dengan jumlah pemangku kepentingan. Jumlah pemangku kepentingan sendiri dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu pemegang saham, masyarakat, karyawan, dan perusahaan.

Average Distribution for Each Stakeholders =

Qard & Donation+Wages+ Shareholders+Net Profit Number of Stakeholders

Equitable Distribution Ratio =

Average Distribution for Each Stakeholders Total Revenue

d. Directors-Employees Welfare Ratio

Rasio ini mengidentifikasi apakah direktur mendapat gaji yang lebih besar dari kinerja yang dilakukan. Isu remunerasi direktur menjadi hal yang penting saat ini, karena penggajian direktur merupakan hal yang penting. Banyak yang mengungkapkan bahwa direktur digaji lebih dibanding pekerjaan yang dia lakukan. Oleh karena itu, uang yang digunakan untuk gaji direktur perlu dibandingkan dengan uang yang digunakan untuk kesejahteraan pegawai.


(53)

e. Islamicity Investment vs Non-Islamic Investment

Rasio Islamicity Investment vs Non-Islamic Investment mengukur dan mengidentifikasi sejauh mana perbankan syariah melakukan transaksi yang halal dibandingkan dengan transaksi yang mengandung riba, gharar, dan judi.

f. Islamic Income vs Non-Islamic Income

Rasio ini bertujuan untuk mengukur pendapatan yang bersumber dari pendapatan yang halal. Prinsip Islam melarang adanya transaksi riba, gharar, dan maysir dan mewajibkan perdagangan yang halal. Perbankan syariah disyaratkan untuk mengungkapkan dengan benar semua pendapatan yang halal dan yang tidak halal. Jika perbankan syariah mempunyai pendapatan tidak halal, maka bank harus mengungkapkan laba, sumber pendapatan tidak halal, dan bagaimana prosedur untuk mencegah transaksi yang tidak halal. Rumus dari rasio ini yaitu:

Islamic Income vs Non-Islamic Income = IslamicIncome

IslamicIncome+NonIslamicIncome

(Shahul Hameed et. al., 2004) g. AAOIFI Index

Dengan menggunakan indeks ini dapat diketahui seberapa jauh perbankan syariah telah melaksanakan kegiatannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions).


(54)

B. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan intellectual capital, Islamicity performance index, dan kinerja keuangan perbankan syariah. Hasil dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Afifuddin Tahun 2014

Penelitian yang dilakukan Afifuddin (2014) berjudul “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia”. Penelitian Afifuddin (2014) bertujuan untuk menguji pengaruh dari intellectual capital terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia. Penelitian menggunakan data laporan keuangan Bank Umum Syariah pada tahun 2010, 2011, dan 2012. Hasil penelitian Afifuddin (2014) menunjukkan bahwa VACA tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan VAHU dan STVA berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara simultan, VACA, VAHU, dan STVA berpengaruh terhadap ROA.

Persamaan dengan penelitian Afifuddin (2014) adalah penggunaan variabel intellectual capital dalam pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Perbedaannya terdapat pada variabel bebas yang digunakan. Pada penelitian yang sekarang, variabel yang digunakan tidak hanya variabel intellectual capital saja, melainkan juga terdapat variabel lain berupa komponen Islamicity performance index.


(55)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Fillhayati Rambe Tahun 2012 Penelitian Rizki Fillhayati Rambe (2012) berjudul “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”. Penelitian yang dilakukan Rizki Fillhayati Rambe (2012) bertujuan untuk menguji pengaruh dari intellectual capital terhadap kinerja keuangan. Sampel yang digunakan berupa 52 perusahaan perbankan yang listing di BEI pada periode 2010 dan 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan (ROA dan ROE).

Persamaan penelitian Rizki Fillhayati Rambe (2012) dengan penelitian yang sekarang adalah penggunaan variabel intellectual capital dan kinerja keuangan. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian, kriteria pengukuran kinerja keuangan dan jenis variabel independen yang digunakan. Objek penelitian Rizki Fillhayati Rambe (2012) adalah perusahan perbankan yang listing di BEI, sedangkan penelitian yang sekarang fokus pada perbankan syariah di Indonesia. Kriteria pengukuran kinerja pada penelitian Rizki Fillhayati Rambe (2012) menggunakan ukuran ROA dan ROE, sedangkan pada penelitian yang sekarang hanya menggunakan ROA. Selain itu, pada penelitian yang sekarang, variabel independen yang digunakan tidak hanya variabel intellectual capital saja, melainkan juga melibatkan variabel Islamicity performance index.


(56)

3. Penelitian yang dilakukan Firer dan William Tahun 2003

Firer dan William (2003) menguji hubungan intellectual capital dengan kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Hasil dari penelitian mereka mengindikasi bahwa hubungan antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan (profitability, market valuation, dan productivity) secara umum adalah terbatas dan mixed.

Persamaan penelitian Firer dan William (2003) dengan penelitian yang sekarang adalah penggunaan variabel intellectual capital dan kinerja keuangan. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian, kriteria pengukuran kinerja keuangan dan jenis variabel independen yang digunakan. Objek penelitian Firer dan William (2003) adalah perusahan di Afrika Selatan, sedangkan penelitian yang sekarang fokus pada perbankan syariah di Indonesia. Kriteria pengukuran kinerja pada penelitian Firer dan William (2003) menggunakan ukuran profitability, market valuation, dan productivity, sedangkan pada penelitian yang sekarang hanya menggunakan ROA. Selain itu, pada penelitian yang sekarang, variabel independen yang digunakan tidak hanya variabel intellectual capital saja, melainkan juga melibatkan variabel Islamicity performance index.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Fadli Iqomul Haq Tahun 2015

Penelitian Fadli Iqomul Haq (2015) berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah di Indonesia melalui Islamicity Performance Index (Studi pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Periode


(57)

2012-2013)”. Penelitian yang dilakukan Fadli Iqomul Haq (2015) mencoba mengungkap penerapan prinsip-prinsip syariah pada kinerja perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja bisnis Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari Bank Syariah Mandiri dengan dua rasio lebih baik, yaitu pada profit sharing ratio dan Islamic investment vs non Islamic investment, sedangkan Bank Syariah Mandiri lebih baik pada rasio

Islamic income vs non Islamic income.

Persamaan penelitian Fadli Iqomul Haq (2015) dengan penelitian yang sekarang adalah penggunaan Islamicity index performance dalam mengukur kinerja perbankan syariah. Perbedaannya pada penggunaan variabel independen. Pada penelitian yang sekarang, variabel yang digunakan tidak hanya variabel Islamicity performance index saja, melainkan juga melibatkan variabel intellectual capital.

5. Penelitian yang dilakukan Shahul Hameed et.al. Tahun 2004

Penelitian Shahul Hameed et.al. (2004) meneliti “Alternalive Disclosure & Performance Measures for Islamic Banks”. Penelitian tersebut berhasil merumuskan alat ukur baru yang disebut Islamicity performance index. Penelitian Shahul Hameed et. al. melihat kinerja dengan metode rasio Islamicity performance index dan disclosure. Penelitian yang dilakukan Shahul Hameed et.al. (2004) membuktikan bahwa Bahrain Islamic Bank (BIB) mengungkapkan informasi yang lebih dibandingkan dengan Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB)


(58)

meskipun indikator tata kelola perusahaan telah membawa indeks pengungkapan Islamicity secara keseluruhan.

C. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015

Intellectual capital merupakan bagian dari aset tidak berwujud yang bermanfaat bagi keberlangsungan bisnis perusahaan. Dengan pengelolaan komponen-komponen intellectual capital secara baik, maka akan menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan. Dengan adanya peningkatan nilai tambah tersebut, maka kinerja perusahaan juga akan membaik pula. Semakin tinggi intellectual capital yang dimiliki perusahaan, semakin meningkat pula kinerja perusahaan. Oleh karena itu, intellectual capital berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia.

2. Pengaruh profit sharing ratio terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015

Profit sharing ratio menunjukkan eksistensi perbankan syariah dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaannya. Rasio ini menunjukkan besarnya pendapatan bagi hasil yang diperoleh perusahaan. Meningkatnya jumlah bagi hasil yang diperoleh perbankan syariah menunjukkan bahwa perbankan syariah tersebut dapat menunjukkan eksistensinya di masyarakat. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa dengan meningkatnya bagi hasil, pendapatan perbankan syariah juga


(59)

meningkat. Meningkatnya pendapatan mengindikasikan adanya peningkatan laba, sehingga kinerja perbankan syariah juga meningkat. Oleh karena itu, profit sharing ratio berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia.

3. Pengaruh zakat performing ratio terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015

Zakat performing ratio menunjukkan indikator kinerja konvensional pada perbankan syariah menggantikan komponen laba per saham (earning per share). Zakat yang dibayarkan oleh perbankan syariah menjadi dasar dalam pengukuran kinerja perbankan syariah. Pembayaran zakat yang dilakukan oleh perbankan syariah dapat meningkatkan citra perbankan syariah, sehingga kinerja sosial terlihat baik. Karena citra yang baik tersebut, orang akan tertarik untuk menyimpan dananya di perbankan syariah ataupun untuk tertarik untuk menggunakan produk pembiayaan perbankan syariah. Hal ini dapat meningkatkan dana pihak ketiga dan meningkatkan ppembiayaan, sehingga laba yang diperoleh pun meningkat. Oleh karena itu, zakat performing ratio berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia. 4. Pengaruh equitable distribution ratio terhadap kinerja keuangan

perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015 Equitable distribution ratio menunjukkan distribusi kepada semua pihak pemangku kepentingan. Pihak-pihak pemangku kepentingan tersebut yaitu pemegang saham, masyarakat, karyawan, dan perbankan


(60)

itu sendiri. Dengan melihat jumlah pengeluaran untuk qard dan dana kebajikan, upah karyawan, dan lain-lain dapat diketahui besarnya distribusi kepada setiap pemangku kepentingan. Semakin besar distribusi yang diberikan oleh perbankan syariah menunjukkan bahwa kinerja perbankan syariah juga meningkat. Oleh karena itu, equitable distribution ratio berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia.

5. Pengaruh Islamic income vs non-Islamic income terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015

Islamic income vs non-Islamic income menunjukkan besarnya pendapatan halal yang diperoleh perbankan syariah. Dengan tingginya rasio ini menunjukkan bahwa pendapatan perbankan syariah yang berasal dari sumber yang halal juga tinggi. Pendapatan halal yang tinggi menunjukkan kinerja perbankan syariah juga meningkat. Oleh karena itu, Islamic income vs non-Islamic income berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia.

6. Pengaruh intellectual capital, profit sharing ratio, zakat performing ratio, equitable distribution ratio, dan Islamic income vs non-Islamic income secara simultan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2015

Seperti yang telah dijelaskan di atas, intellectual capital mampu untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan, sehingga kinerja keuangan


(1)

0

6267

25667

8

36

!

"

#

$%

&'(

)*%+

)*%,

-./012341516 789:;9:<1:3=8>?@53 A962153BC9@;1? D@;86E1;C1:301:3 F1:<3=82963D@>812@?1?@

D@?8;/>3G8:95 1;1?349>1;H?9>1;3

=8>51><13F1:<3 =82963D@;8:;9C1:3 490153D@;8:;9C1:3 78>9<@1:3IC;91>@12 J8>?80@1339:;9C3D@K912 G8:<<9:11::F1 G8:<<9:11::F1

LE LE LE LE LE LE 4IMDN3GBL3OP3DB4B.=BL3QRPO 333333QSTUORRURRRURRR 3333333333333333333VPWUWWQUOOXUYXZ[33333333333ORUSRSUQXRUPTY 3333333333333ZYRURRRURRR HH33333333333OPOUYPTUSWPUYZZ \]^_`a_b_^-cde_f-ghi]jdk- lmmnmmmnmmmnmmm oo- oo- oo- oo- lmmnmmmnmmmnmmm \]^phihb_^-q_fed-r_a_-s^jst-u_e_^v_^-w`s` oo- oo- xyzmnmmmnmmm{ yzmnmmmnmmm oo- oo -r_a_-|]kihb-q]f_`_-}_bs^-|]k~_f_^ oo- oo- €n‚nyz€n€l oo- oo- €n‚nyz€n€l ƒ]s^js^v_^-a]kihb-p_^v-a]fs`-ehk]_fhi_ih-_j

_i-qsk_joisk_j-|]kb_kv_-p_^v-}]ki]eh

_-s^jst-gh~s_f oo- x‚l€n„lln€…{ oo- oo- oo- x‚l€n„lln€…{ 4IMDN3GBL3OP3DB4B.=BL3QRPW YSTUORRURRRURRR VPWUXZYUPZPUXRO[ WOUPRSUROQUQXX PUYRRURRRURRR HH3 TQTUROOUXTRUWXY \]^_`a_b_^-cde_f-ghi]jdk- ‚mmnmmmnmmmnmmm oo- oo- oo- oo- ‚mmnmmmnmmmnmmm \]^phihb_^-q_fed-r_a_-s^jst-u_e_^v_^-w`s` oo- oo- xyzmnmmmnmmm{ yzmnmmmnmmm oo- oo -g_`†_t-\]^]k_†_^-\q‡ƒ-ˆdn-€‚-x‰]Šhih-€ml{ oo- oo- oo- oo- x€nz‚…n‚‚mn„l{ x€nz‚…n‚‚mn„l{ r_a_-|]kihb-q]f_`_-}_bs^-|]k~_f_^ oo- oo- €ln‚l…n„‚nz„ oo- oo- €ln‚l…n„‚nz„ ƒ]s^js^v_^-a]kihb-p_^v-a]fs`-ehk]_fhi_ih-_j

_i-qsk_joisk_j-|]kb_kv_-p_^v-}]ki]eh

_-s^jst-gh~s_f oo- zn…€…n€n„ml oo- oo- oo- zn…€…n€n„ml 4IMDN3GBL3OP3DB4B.=BL3QRPY SSTUORRURRRURRR VSUQWXUQYRURRR[ TYUZSYUXXPUXTS QUQYRURRRURRR VQUYWTUWWRUXPO[ PURYQUYYPUPSPURYT

4120/321‹1301>@ 78<@1;1:34F1>@15


(2)

-0

6267

6

86

!

"#

$

%&

'()*

+,&-

#

+,&.

/

'$

)

01!

2

3

4567898:;8<6=>5? 4567898:;8<6=>5@ AB AB CADE6FCE67CAG6CFHGIGHCE6JKLACEG

MNONPQRSSO3TNOUSTSVSO3WSXQ3YSZQ[\

]^S[3WN[Q\3ZN_S3USO3^ZSYS3^VSRS3[SQOO`S abcdecfdacgdhhc gbhdgifdaacdaaj MNRWS`SPSO3WSXQ3YSZQ[3USOS3Z`QPkSY3VNRTlPNP mgiidfjjdffcdnjeo mgandacndiehdnggo MNONPQRSSO3TNOUSTSVSO3^ZSYS3[SQOO`S mfdneedacfdiaco acdenndcnndjng MNRWS`SPSO3WNWSO3kSP`S_SO mnedcendgnadbejo mfidjgadeeadiaho MNRWS`SPSO3WNWSO3^ZSYS3ZN[SQO

WNWSO3kSP`S_SO majdciedggbdfbho mjjdfjfdifadhneo MNRWS`SPSO3TS]Sk mgdgbadaagdjeno mfdgfidafjdhbeo MNRWS`SPSO3pSkSV maidcbbdnbjo mjedcjndhhgo MNO`S[^PSO3USOS3kNWS]QkSO aihdbijdjgj mjgcdjjidfjeo MNONPQRSSO3TNOUSTSVSO3OlOq^ZSYS ndehjdjabdijf bndbghdjce MNO^P^OSO3mkNOSQkSOo3SZNV3lTNPSZQr

MNONRTSVSO3TSUS3sSOk3tOUlONZQS mjgfdbccdcccdccco maabdjccdcccdccco u^PSV3WNPYSPXS

MQ^VSOX mfbgdencdhiadjgno maejdahfdcfjdgeao MNRWQS`SSO3R^UYSPSWSY mgcdghjdnbjdeieo gadnegdjfndejc MNRWQS`SSO3R^Z`SPSkSY maacdnehdfcgdecio mjicdcefdnhhdjneo vZNV3`SOX3UQTNPl[NY3^OV^k3Q]SPSY mnadgfcdjiidbeco mbgdgbjdhcfdhnno MQO]SRSO3wSPUY ngfdibfdahe meaadihedijio vZNV3[SQOq[SQO gdcfedhgcdhcb mbdfjidebjdjcfo xNOSQkSO3mTNO^P^OSOo3kN_S]QWSO3lTNPSZQr

xN_S]QWSO3ZNXNPS bigdfgjdbah madhejdbcfdiaeo uQRTSOSO egdiccdeehdgng ahdijidcfadbjg xN_S]QWSO3kNTSUS3TQYSk3[SQO

y^VSOX3TS]Sk mfdhcadcjadchgo hjidjbgdbcn xN_S]QWSO3[SQOq[SQO mgdbcgdahidfebo adcncdhjidjfa xNOSQkSO3mMNO^P^OSO3o3USOS3Z`QPkSY3VNRTlPNP

tOzNZVSZQ3VQUSk3VNPQkSV ingdbchdichdaca nccdijcdhjbdhhn C<{96F|96}8<9~67~€{|‚|6{ƒ{‚6C‚ƒ~„~ƒ|96JB8<|9~ …†@‡ˆ‰5‡5=5‡4?>Š …@>4‡†=†‡=†ˆ‡>†>Š CADE6FCE67G‹DŒCFCŒ6DŒHDF6FL‹GCHCŒ6GŒILEHCEG

MNRWN[QSO3NNk3VNPZNUQS3^OV^k3UQ]^S[3USO

UQRQ[QkQ3YQOXXS3]SV^Y3VNRTl mecdjjedcccdccco ecdcccdcccdccc MNOŽSQPSO3u^PSV3sNPYSPXS endjnjdijndnaj qq MNOSRWSYSOPNk[SZQQkSZQ3SZNV3VNVST mjadghjdegbdgfjo madhcgdjnbdibco MNRWN[QSO3vZNV3QUSk3sNP_^]^U mjdgbndgehdhjeo qq ySZQ[3TNO]^S[SO3SZNV3VNVST gadjhhdjha jadahbdfeg C<{96F|96}8<9~67~€{|‚|6{ƒ{‚6C‚ƒ~„~ƒ|96G„89ƒ|9~ …5†‡45‰‡?‰=‡†ˆ=Š @ˆ‡4==‡5>†‡?ˆ5

3


(3)

0

6267

6

86

!

"#

$

%&

'()*

+,&-

#

+,&.

/

'$

)

01!

2

3

4567898:;8<6=>5? 4567898:;8<6=>5@ AB AB CADE6FCE67GHIAJKIL67CAG6FIMGCNCO6HIO7COCCO

PQRSTUV3WUXUY Z[[\[[[\[[[\[[[ ][[\[[[\[[[\[[[ C<^96F_96`8<9ab67aB8<cd8b6e_<a6F8fa_g_h6H8he_h__h @>>i>>>i>>>i>>> 4>>i>>>i>>>i>>> FIOCGFCO6jHIODADOCOk6`IAEGL6FCE67CO6EINCAC6FCE =lmi>55i4>?imll j?nim>ni5lmi?=ok FCE67CO6EINCAC6FCE6p6CqCK6NCLDO 5l@i>?5io5>i445 =@5im?oi>omilm> FCE67CO6EINCAC6FCE6p6CFLGA6NCLDO @n>i>m4i=5mi>5o 5l@i>?5io5>i445 F_96e_h6E8g_<_6F_96N8<ea<a6e_<ar

sUW3 t\utv\w]]\][[ Z\]xy\]tw\xt[ z{TS3|U}U3~UV3€V}SVQW{U yZx\w[y\vw\x[x y[u\[]x\x]u\Z[x ‚QVQY|URUV3‚U}U3~UV3ƒU{V ]yZ\t[x\vyZ\uy[ wy\v[\y]\xwv „^:d_b @n>i>m4i=5mi>5o 5l@i>?5io5>i445 …R{†{RUW3‡UVˆ3‰{}U3ŠQY|QVˆUT‹X{3…T‹W3sUW

ŒU}UVˆUV3Y‹Y wt[\[[[\[[[ wt[\[[[\[[[

3


(4)

0

6267

87

6

27626367

67

56

6

!"

#

"

$%

&

'(

)!*!+,!"

-.(/

%

-.(0

1

)&

+

23#

4

56789:9;<9=7>?6@ 56789:9;<9=7>?6A BC BC DEF8GDGHGF7IJGKG UUUUUUUULMNONPQOQPROSTLUUUUUUUVVNOU LTWOMWQOWMS DEFXIBGFX7Y

Z[\]^_^`^\U`^ab\Uc[de^f^\Ug^\hUi^j ^`^bUj[`^d^Ui^j\g^Uc[fbkU]l`[dlk^m

Z[\]^_^`^\Un^del\Unbd^c^a^a UUUUUUUUUUoULOLLMOSQMOWRMpUUUUUUUUUUUoLOMTQOTNPORLMp Z[\]^_^`^\Uq[r^ UUUUUUUUUUUUUUULVPOLTPOPPVUUUUUUUUUUUUUUUoUNTOQMROPSMp Z[\]^_^`^\Uqbd^`Us[da^dh^U]^\Utuqsvq UUUUUUUUUUUUUoUWNQOMQQOQQVpUUUUUUUUUUUoQOTSLOTSMOPQSp wx;yz{7D9|}x=z|} 7777777777~75A€€6@?@‚7777777777~7@>A6AAA@?‚ D9|ƒzCz„z|7…z|}7„9=:9ƒ†z7x|„x‡7ƒ†<z}†7{z:†y 777777775@A56A?A6A@ˆ77777777>>>6>5?‰ˆ?? s^hlUa^jlfUg^\hUn[\e^]lUŠ^iUs^\i UUUUUUUUQMPOTLNOMPQOLSRUUUUUUUUUURPOVMMOPPMORVL ‹z}†7{z:†y7…z|}7Œ9|zƒ†7Kz‡7D9;†y†‡78z|z 777777776‰A€A@?6@?777777765>7 ˆ€6??‰€€ 8†=†|Ž†7G„z:Y

Š^iU_[klfliU]^\^U^`^jUc^hlUa^jlf

g^\hUjb]^aU]lU]ljl`dlcbjli^\ UUUUUUUUQPSOLSWONMWOVMPUUUUUUUUQVROPMNOSNSONVL Š^iU_[klfliU]^\^U^`^jUc^hlUa^jlf

g^\hUc[fbkU]lU]ljl`dlcbjli^\ UUUUUUUUUUUUWOLNQOTPMORPQUUUUUUUUUUUULOPQSOSLSOVMW

U


(5)

01

7378

6

78

388778

787

7974

!

"#

$%&

'

&

()

##*

+,

-%.%/0%&

12,3

)

12,4

5

-*

/

67'

8

9

9

:;<=>?>@A>B<CD;E :;<=>?>@A>B<CD;F GH GH IJ@A>B<=KLK<MKNKO

PQRQS9TQUV9WQXR9YZQUVQ[

PQRQS9TQUV9\V[QR9]^QU9WQXR9YZQUVQ[ __`abc`dee fa`bgg`aae hJ@iKj<?J@A>B<kKLK<lKNKO FFmCnompEE :Cmn;;mCCE q>LrrJLKKL<kKLK<lKNKO

sVtQu^URQX9RvHQTQ9]vwxQyQ9zwVu9PQRQS 99999999999999999f{`{{{`{{{ || }QRVU c`{~~`b~g ae`{ab`ddg VtRVX || ||

zwVu || ||

^QuuQ€ || || UQXy9ZQXy9SvUuVuVS9[^SQXy9‚y[QUVwƒ || ||

GV„Qx || ||

}VtQxVuVuuQ[ || || UQXy9ZQXy9TQuQw9HvU…QuQXQX9‚VxX^9tQxVuƒ || || hJ@iKj<q>LrrJLKKL<=KLK :omD††mn†; CEmDCnmpp; ‡vXQVRQX9‚\vX^U^XQXƒ9sQXQ9PQRQS b`gb~`{b_ d`ec_`_e_ YQuTˆ9z‰Qu9sQXQ9PQRQS _~`bcg`_bd _a`{~d`{gf YQuTˆ9zR[VU9sQXQ9PQRQS <<<<<<<<<<<<<<<<EEm<oEDmE:; <<<<<<<<<<<<<<<<<F†mno;mFnp

9


(6)

00

6267

5

67

277667

676

856

867

!"

#$%

&

%

'(

"")

*+

,$-$./$%

01+2

(

01+3

4

,)

.

56&

7

8

9:;<=>=?@=A;BC:D 9:;<=>=?@=A;BC:E FG FG HI?@=A;<JKJ;L=@JMNOJK

PQRST8USTSV8WSXY8WSZS[8\SQT8]^SXYS_8 `abaacbdef fbecebghi jkWkTS_ hahbiie h`ab`eg lS]YZ8mkQnkZoZSSQ8pSTSR qq rkQnk[\SZYSQ8WSQS8Tk\SsYTSQ8mXoWtTVYR qq ukQWS8 dvabfadbg`c dfdbdvvbdi` rkQWSmSVSQ8QoQq_SZSZ `dbadvbhdf fbf`ebhcg wI?xJy;HI?@=A;<JKJ;L=@JMNOJK DDDzDC{z9C| E:}zD{~z|}} =K€€IKJJK;<JKJ;L=@JMNOJK

uSQS8Tk\SsYTSQ8mXoWtTVYR qq qq jt[\SQnSQ `ahbdgabhae‚ hcdbievbdha‚ rkQnntQSSQ8ZSYQQ^S8tQVtT8TkmkQVYQnSQ8t[t[ qq abaacbccc‚ wI?xJy;=K€€IKJJK;<JKJ;L=@JMNOJK ƒ9DBzE|DzBD}„ ƒB:CzBB~zEBD„ …kQSYTSQ8rkQtXtQSQ‚8uSQS8…k\SsYTSQ hc`bcffbcah hceb`dcbaah jSZWo8†pSZ8uSQS8…k\SsYTSQ fbhdabaehbhvf fbc`vbh`fbehg HJx‡ˆ;‰OyNA;<JKJ;L=@JMNOJK :zEE~zD~9z999 :zBEDzD}BzB~:

8


Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Intellectual Capital Terhadap Estimasi Ranking Bank Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 37 74

Analisis Kinerja Intellectual Capital Terhadap Estimasi Ranking Bank Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 33 90

Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Berdasarkan RGEC dan Islamicity Performance Index (Studi Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri)

19 71 125

Kinerja bank pembiayaan rakyat syariah dengan metode islamicity performance index (Studi pada BPRS di Provinsi Banten Tahun 2013-2015)

1 28 80

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 2 15

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 5 16

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ISLAMICITY FINANCIAL PERFORMANCE INDEX BANK SYARIAH DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 78

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 63

Pengaruh Intellectual Capital dan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan di Indonesia

0 1 20

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia Skripsi

0 0 127