Efektivitas pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) pada siswa kelas VII D di MTs Negeri Seyegan tahun ajaran 2011/2012.

(1)

Game Tournament) pada Siswa Kelas VIID MTs Negeri Seyegan Tahun Ajaran 2011/2012 . Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, keaktifan siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, serta pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun datar.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif-kuantitatif. Pengambilan data berlangsung selama ± 1 bulan dengan 10 kali pertemuan mulai dari tanggal 24 April 2012

– 24 Mei 2012. Awal pertemuan, peneliti mengadakan pre test, enam kali pertemuan mengadakan pembelajaran tentang bangun datar, dua kali pertemuan mengadakan turnamen, dan pertemuan terakhir mengadakan post test. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan berbagai cara.. Data tes belajar diperoleh dari nilai post test sebagai nilai akhir. Selanjutnya untuk melihat ketuntasan belajar siswa, maka dilakukan perbandingan antara nilai akhir dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Untuk materi bangun datar segi empat KKM dari sekolah yaitu sebesar 75. Siswa dikatakan tuntas apabila nilai akhir lebih besar atau sama dengan 75 dan pembelajaran dikatakan efektif jika siswa yang tuntas mencapai lebih atau sama dengan 75%. Data keaktifan siswa diperoleh melalui observasi yang dianalisis dengan menghitung presentase keaktifan siswa dalam kelompok Untuk melihat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar ini diukur dari rata-rata post test yang dibandingkan dengan rata-rata pre test.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) presentase siswa yang tuntas belum mencapai 75%, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT belum cukup efektif digunakan dalam pembelajaran matematika dengan materi Bangun Datar Segi Empat khususnya di kelas VII D di MTs N Seyegan. (2) presentase keaktifan siswa dalam kelompok yang memberikan kriteria tinggi yaitu sebesar 14,3% , dan untuk kriteria sedang dan rendah memberikan presentase yang sama yaitu masing-masing sebesar 42,9%. (3) pengaruh pembelajaran model TGT dilihat dari rata-rata peningkatan hasil belajarnya, dan terjadi peningkatan sebesar 29,11 poin, sedangkan dilihat dari presentase hasil belajarnya, terdapat 12 siswa dari 30 siswa memberikan hasil belajar tinggi atau sebesar 40%, 13 dari 30 siswa memberikan hasil belajar sedang atau sebesar 43,33% dan 5 dari 30 siswa memberikan hasil belajar rendah atau sebesar 16,67%.

Kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament), efektivitas, dan hasil belajar.


(2)

Anjani, Shanty. 2013. The Effectiveness of Mathematics Learning of Quadrilaterals

Learning Material through TGT Cooperative Learning Type on the 7th Grade Students of MTs Negeri Seyegan in the Academic Year of 2011/2012.

Mathematic and Science Education, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.

The purpose of this research was to know the effect of using TGT cooperative learning type, students, activity in TGT cooperative learning type, and also the influence of TGT learning type on the result of mathematics learning on the learning material of Quadrilaterals.

The type of the research is qualitative-quantitative description. The process of data collecting was going for ± 1 month in 10 times meetings, started on April 24th 2012

– May 24th 2012. In the first meeting, the researcher conducted the pre-test. Then the researcher conducted six-time learning activities about Quadrilaterals, conducted two-time tournaments, and in the last meeting, the researcher conducted a post-test. The data needed in this research was gained through various kinds of methods. The data of learning test were gained from the post-test score as a final score. To know the students’ understanding, the researcher compared the final score with the Minimal Exhaustiveness Criteria. The Minimal Exhaustiveness Criteria proposed from the school for the Quadrilaterals learning material is 75. The students will pass If their final scores are 75 or more than that, and the learning process is effective if the students who pass are 75% or

more than that. The data of students’ activity were gained through the observation analyzed by counting students’ activity in a group. To see the influence of TGT

cooperative learning type on learning result was measured from the average of post test scores that was compared with the average of pre test score.

The result of the research was (1) the percentage of the students who pass the test had not reach 75% therefore it can be concluded that TGT Cooperative Learning type was not effective enough to be applied in the mathematics learning on the learning material of Quadrilaterals especially in class 7D MTs N Seyegan. (2) the percentage of

students activity who have “good” criterion was 14,3%, and who have “average” and

“poor” criterion was the same that was 42,9%. (3) the effect of TGT learning type can be

seen from the increase of students study result was 29,11 point, and from the percentage

of study result there were 12 of 30 students have “high” study result that was 40%, 13 of

30 students have “medium” percentage that was 43,33% and 5 of 30 students have”poor” study result that was 16,67%.


(3)

i

TGT (Team Game Tournament) PADA SISWA KELAS VII D MTs NEGERI SEYEGAN TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Shanty Anjani

(071414098)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

Ayahku: Koestio Hartono

Ibuku: Wiwik Lestari

Kakakku :

Dian Meirawati Lestari

Adik-adikku:

Ajeng Widiastutie dan Resi Aji Nugraha

“Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah : 5-6)

“…Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqarah : 214)

“Dengan ilmu hidup itu menjadi mudah, dengan dzikir hidup itu menjadi indah, dengan agama hidup itu menjadi terarah, dengan tali silaturahmi hidup menjadi bergairah.”

“Ilmu itu teman akrab dalam kesepian, sahabat dalam keterasingan, pengawas dalam kesendirian, petunjuk jalan kearah yang benar, penolong disaat sullit dan simpanan setelah kematian.”

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.” (Khalifah „Umar)


(7)

(8)

(9)

vii

Anjani, Shanty. 2013 . Efektivitas Pembelajaran Matematika pada Pokok Bahasan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament) pada Siswa Kelas VIID MTs Negeri Seyegan Tahun Ajaran 2011/2012 . Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, keaktifan siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, serta pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika pada materi bangun datar.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif-kuantitatif. Pengambilan data berlangsung selama ± 1 bulan dengan 10 kali pertemuan mulai dari tanggal 24 April 2012 – 24 Mei 2012. Awal pertemuan, peneliti mengadakan pre test, enam kali pertemuan mengadakan pembelajaran tentang bangun datar, dua kali pertemuan mengadakan turnamen, dan pertemuan terakhir mengadakan post test. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan berbagai cara.. Data tes belajar diperoleh dari nilai post test sebagai nilai akhir. Selanjutnya untuk melihat ketuntasan belajar siswa, maka dilakukan perbandingan antara nilai akhir dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Untuk materi bangun datar segi empat KKM dari sekolah yaitu sebesar 75. Siswa dikatakan tuntas apabila nilai akhir lebih besar atau sama dengan 75 dan pembelajaran dikatakan efektif jika siswa yang tuntas mencapai lebih atau sama dengan 75%. Data keaktifan siswa diperoleh melalui observasi yang dianalisis dengan menghitung presentase keaktifan siswa dalam kelompok Untuk melihat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar ini diukur dari rata-rata post test yang dibandingkan dengan rata-rata pre test.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) presentase siswa yang tuntas belum mencapai 75%, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT belum cukup efektif digunakan dalam pembelajaran matematika dengan materi Bangun Datar Segi Empat khususnya di kelas VII D di MTs N Seyegan. (2) presentase keaktifan siswa dalam kelompok yang memberikan kriteria tinggi yaitu sebesar 14,3% , dan untuk kriteria sedang dan rendah memberikan presentase yang sama yaitu masing-masing sebesar 42,9%. (3) pengaruh pembelajaran model TGT dilihat dari rata-rata peningkatan hasil belajarnya, dan terjadi peningkatan sebesar 29,11 poin, sedangkan dilihat dari presentase hasil belajarnya, terdapat 12 siswa dari 30 siswa memberikan hasil belajar tinggi atau sebesar 40%, 13 dari 30 siswa memberikan hasil belajar sedang atau sebesar 43,33% dan 5 dari 30 siswa memberikan hasil belajar rendah atau sebesar 16,67%.

Kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament), efektivitas, dan hasil belajar.


(10)

viii

Quadrilaterals Learning Material through TGT Cooperative Learning Type on the 7th Grade Students of MTs Negeri Seyegan in the Academic Year of 2011/2012. Mathematic and Science Education, Teacher

Training and Education Faculty, Sanata Dharma University.

The purpose of this research was to know the effect of using TGT cooperative learning type, students, activity in TGT cooperative learning type, and also the influence of TGT learning type on the result of mathematics learning on the learning material of Quadrilaterals.

The type of the research is qualitative-quantitative description. The process of data collecting was going for ± 1 month in 10 times meetings, started on April 24th 2012 – May 24th 2012. In the first meeting, the researcher conducted the pre-test. Then the researcher conducted six-time learning activities about Quadrilaterals, conducted two-time tournaments, and in the last meeting, the researcher conducted a post-test. The data needed in this research was gained through various kinds of methods. The data of learning test were gained from the post-test score as a final

score. To know the students’ understanding, the researcher compared the final score

with the Minimal Exhaustiveness Criteria. The Minimal Exhaustiveness Criteria proposed from the school for the Quadrilaterals learning material is 75. The students will pass If their final scores are 75 or more than that, and the learning process is

effective if the students who pass are 75% or more than that. The data of students’

activity were gained through the observation analyzed by counting students’ activity in a group. To see the influence of TGT cooperative learning type on learning result was measured from the average of post test scores that was compared with the average of pre test score.

The result of the research was (1) the percentage of the students who pass the test had not reach 75% therefore it can be concluded that TGT Cooperative Learning type was not effective enough to be applied in the mathematics learning on the learning material of Quadrilaterals especially in class 7D MTs N Seyegan. (2) the

percentage of students activity who have “good” criterion was 14,3%, and who have “average” and “poor” criterion was the same that was 42,9%. (3) the effect of TGT

learning type can be seen from the increase of students study result was 29,11 point,

and from the percentage of study result there were 12 of 30 students have “high” study result that was 40%, 13 of 30 students have “medium” percentage that was 43,33% and 5 of 30 students have”poor” study result that was 16,67%.


(11)

(12)

(13)

xi

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA vi ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitan... 6

F. Batasan Istilah... 7


(14)

xii

A. Belajar... 13

B. Aktivitas………... 14

C. Pengajaran dan Pembelajaran…... 15

D. Pembelajaran Kooperatif... E. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT……….. F. Bangun Datar (Segi Empat)………... G. Hasil Belajar………... H. Kerangka Berfikir………... 16 20 25 43 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 47

C. Subjek dan Objek Penelitan ... 48

D. Variabel Penelitan... 48

E. Instrumen... F. Metode Analisis Data………. 49 54 BAB IV PELAKSANAAN PENELITAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian... 59

B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran………...

C. Analisis Data………...

1. Analisis Data Keaktifan Siswa dan Pembahasan………

61

71


(15)

xiii

TGT terhadap Hasil Belajar………

4. Penghargaan Kelompok………..

5. Korelasi antara Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar………….

83

92

95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 98

B. Saran... 103

DAFTAR PUSTAKA... 105


(16)

xiv Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 2.3

Tabel 3.1

Tabel Kriteria Pengahrgaan Kelompok...

Tabel Hasil Belajar menurut Gagne...

Tabel Hasil Belajar menurut Bloom...

Tabel Pengamatan Keaktifan Siswa... 24

43

44

50

Tabel 3.2 Tabel Kisi-Kisi Soal Pre Test dan Post Test... 53

Tabel 3.3 Tabel Distribusi Siswa dalam Kelompok... 56

Tabel 4.1 Tabel Interpretasi Validitas... 60

Tabel 4.2 Tabel Distribusi Siswa pada Kelompok-1... 72

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Siswa pada Kelompok-2... 73

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Siswa pada Kelompok-3... 73

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Siswa pada Kelompok-4... 74

Tabel 4.6 Tabel Distribusi Siswa pada Kelompok-5... 75

Tabel 4.7 Tabel Distribusi Siswa pada Kelompok-6……….. 75

Tabel 4.8 Tabel Distribusi Siswa pada Kelompok-7…………... 76

Tabel 4.9 Tabel Skor Rata-Rata untuk Setiap Kelompok... 77

Tabel 4.10 Tabel Kriteria Keaktifan Siwa pada tiap Kelompok... 78

Tabel 4.11 Tabel Prestasi Belajar... 81

Tabel 4.12 Tabel Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test... 83

Tabel 4.13 Tabel Penggolongan Nilai Post Test Siswa Kelas VII D menurut Skala Likert... 87

Tabel 4.14 Sebaran Frekuensi bagi Nilai Post Test... 89


(17)

(18)

xvi

Gambar 2.1 Penempatan pada Meja Turnamen... 23

Gambar 4.1 Diagram Keaktifan Siswa...

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran bagi Presentase Nilai Post Test...

80

88

Gambar 4.3 Histogram bagi Nilai Post Test...

Gambar 5.1 Diagram Lingkaran bagi Presentase Keaktifan...

Gambar 5.2 Diagram Lingkaran bagi Presentase Nilai Post Test...

91

99


(19)

xvii

Hal.

Lampiran A

A.1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...

A.2 : Kisi-Kisi Soal Test Prestasi……….. A.3 : Soal Pre Test dan Kunci Jawaban………

A.4 : Soal Post Test dan Kunci Jawaban………... A.5 : Soal Diskusi Kelompok dan Kunci Jawaban………... A.6 : Soal Turnamen dan Kunci Jawaban……….

107

126

127

136

145

160

Lampiran B

B.1 : Data keaktifan………... 210

B.2 : Tabel Skor Tes Uji Coba……….. 227

B.3 : Tabel Validitas……….. 228

B.4 : Tabel Reliabilitas……….. 230

B.5 : Hasil Diskusi……… 234

B.6 : Hasil Pre Test………... 242

B.7 : Hasil Post Test……….. 248

Lampiran C Dokumentasi Penelitian... 257

Lampiran D D.1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian... 260


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia di dunia ini sangat membutuhkan pendidikan.

Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku seseorang menuju ke

arah yang lebih baik, serta menjadi sarana dan wahana yang strategis di dalam

pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan juga dapat mengubah pola pikir

seseorang untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan ke

arah peningkatan kualitas diri. Oleh karena itu, pendidikan harus mendapat

perhatian serta penanganan secara serius. Pihak pengelola pendidikan telah

melakukan berbagai usaha untuk memperoleh kualitas pendidikan dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mengoptimalkan sumber-sumber

daya pendidikan yang tersedia.

Dengan pendidikan, manusia dapat memperoleh pengetahuan dan

kecerdasan sehingga dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah

lakunya. Salah satu pendidikan yang sangat dibutuhkan manusia adalah

pendidikan matematika. Pendidikan matematika memiliki peran yang sangat

penting karena matematika adalah ilmu dasar yang selalu digunakan dalam


(21)

komputer, perbankkan, dan sebagainya. Pembelajaran matematika diharapakan

dapat menumbuhkan kemampuan untuk berpikir logis, sistematis, cermat, kritis,

efektif dan efisien dalam memecahkan permasalahan.

Keberhasilan siswa dalam memahami permasalahan matematika serta

dapat memanfaatkannya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan

matematika atau ilmu-ilmu yang lain, adalah salah satu unsur yang penting dalam

tercapainya tujuan pendidikan dan pembelajaran matematika. Oleh karena itu,

perlu diadakan evaluasi hasil belajar siswa dan hasil belajar ini yang merupakan

prestasi belajar siswa.

Pada kenyataannya, hasil belajar matematika di Indonesia masih tergolong

rendah. Sebagian besar peserta didik menganggap matematika merupakan mata

pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Anggapan seperti ini sudah berlangsung

sejak lama. Untuk mempelajari matematika diperlukan suatu kecerdasan dan

keuletan yang matang. Disamping itu juga sangat bergantung pada cara guru atau

metode dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga sangat menentukan

keberhasilan peserta didik dalam belajar.

Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak

digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini dilakukan dengan

cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau


(22)

pemberian pengajaran yang bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta

didik. Metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan

telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan, oleh karena itu metode ini boleh

dikatakan sebagai metode pengajaran tradisional karena sejak dulu metode ini

digunakan sebagai alat komunikasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di MTs N

Seyegan, penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran masih banyak

digunakan oleh guru. Hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode

mengajar yang paling mudah dilaksanakan. Gambaran pembelajaran matematika

dengan pendekatan metode ceramah adalah guru mendominasi kegiatan belajar

mengajar. Apabila bahan pelajaran dikuasai dan sudah ditentukan urutan

penyampaiannya, maka guru hanya menyajikannya di depan kelas. Defenisi dan

rumus diberikan oleh guru, penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan

sendiri oleh guru, diberitahukannya apa yang harus dikerjakan dan bagaimana

menyimpulkannya, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh

guru, langkah-langkah guru diikuti oleh siswa dan mereka meniru cara kerja dan

penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Dalam metode ini sebagian siswa di kelas

cenderung tampak pasif karena dalam mempelajari ilmu sebagian besar diperoleh

dari guru, siswa kurang diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan


(23)

teman-temannya diluar konteks pembelajaran daripada mengerjakan latihan soal,

sehingga waktu yang diberikan relatif kurang efisien.

Dalam proses belajar mengajar, dimungkinkan bahwa siswa akan lebih

termotivasi jika suasana kelas cenderung tidak kaku. Oleh karena itu, guru

dituntut berinovasi untuk melakukan perbaikan dari segi metode pengajarannya,

supaya dapat meningkatkan hasil belajar para peserta didik. Adapun salah satu

usaha untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam pembelajaran matematika

adalah dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif atau belajar secara

berkelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif ini, peran guru hanya sebatas fasilitator,

yakni, guru memberikan informasi secara garis besarnya, selanjutnya akan

diselesaikan oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecilnya. Salah satu model

pembelajaran kooperatif adalah TGT (Team Game Tournament). Team Game

Tournament awal mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith

Edward. TGT ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins.

Dalam metode ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang

beranggotakan 4-5 orang dimana mereka mempunyai tingkat kemampuan, jenis

kelamin, dan latar belakang yang berbeda, dan selanjutnya siswa akan


(24)

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan

masalah-masalah sebagai berikut :

1. Metode ceramah yang sering digunakan oleh guru, belum dapat

menciptakan proses pembelajaran yang efektif, yaitu belum

menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa, karena pembelajaran

memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai.

2. Para siswa yang masih pasif karena pembelajaran di dominasi

oleh guru.

3. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran menjadi salah

satu faktor yang membuat peserta didik merasa jenuh, yang

akhirnya menyebabkan hasil belajar siswa masih tergolong

rendah.

C. Pembatasan masalah :

Peneliti akan membatasi pada fokus permasalahan pada efektivitas

pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun datar (segi empat) melalui


(25)

D. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas,

masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah efektivitas penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pada materi Bangun Datar (Segi Empat) di

kelas VII D MTs N Seyegan ?

2. Bagaimanakah keaktifan siswa pada pembelajaran matematika

pada materi Bangun Datar (Segi Empat) menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT ?

3. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT

terhadap hasil belajar matematika pada materi Bangun Datar (Segi

Empat) ?

E. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

pada materi Bangun Datar (Segi Empat) di kelas VII D MTs N


(26)

2. Keaktifan siswa pada pembelajaran matematika pada materi

Bangun Datar (Segi Empat) menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT.

3. Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar

matematika pada materi Bangun Datar (Segi Empat).

F. Batasan istilah

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah yang

digunakan dalam judul dan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka peneliti

memberikan batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Belajar (Winkel, 1991)

Proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah mampu, dan

proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya

perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah

terjadi belajar.

2. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang menurut Kamus Besar


(27)

berhasil guna (tentang usaha, tindakan). Sehingga efektivitas dapat

diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya atau tingkat keberhasilan dari suatu

tindakan atau usaha.

Menurut Mulyasa, suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif

apabila seluruh siswa dilibatkan secara aktif baik mental, fisik,

maupun sosial.

Sedangkan menurut Slavin, indikator suatu pembelajaran

dikatakan efektif dapat terlihat

dari:

a) Kualitas pembelajaran (Quality of instruction).

Kualitas pembelajaran dapat terlihat dari ketercapaian

tujuan instruksional pembelajaran yang terdapat pada

indikator pembelajaran dan kemampuan anak setelah

penerapan pembelajaran.

b) Kesesuaian tingkat pembelajaran (Aproprite levels of

instruction).

Hal ini terlihat pada indikator ketercapaian yang terdapat

pada silabus atau program tahuan atau program semester


(28)

c) Motivasi dalam pembelajaran (Incentive of instruction).

Cara guru memberikan motivasi yang dapat terlihat dari

respon dan minat siswa saat berlangsungnya pembelajaran.

d) Waktu (time).

Keefisienan waktu dan pengaturan waktu yang telah

dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran.

3. Keaktifan dan aktivitas

Aktif berarti giat dalam bekerja atau berusaha (KBBI, Balai

Pustaka 2005). Keaktifan berarti kegiatan, kesibukan yang dibatasi

sebagai keterlibatan siswa terhadap kegiatan pembelajaran.

Aktivitas adalah segala sesuatu yang meningkatkan kemampuan

siswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang

mereka lakukan.

4. Pembelajaran (KBBI)

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan mempelajari.

5. Pembelajaran Kooperatif (Lie, 2002)

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan kerjasama di antara siswa didalam kelompok untuk


(29)

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament)

(Trianto,2009).

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Game Tournament)

adalah teknik pembelajaran yang dikembangkan secara asli oleh

David De Vries dan Keith Edward (1995). Pada model ini siswa

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

7. Hasil Belajar (Suprijono, 2009)

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan

hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja..

8. Bangun Datar (Segi Empat) adalah kurva tertutup sederhana yang


(30)

G. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

beberapa pihak antara lain :

1. Bagi Sekolah

Memberikan masukan untuk menyusun dan menyempurnakan

model pembelajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat membantu guru dalam menentukan metode

pembelajaran yag tepat untuk mengajar matematika, sehingga

pelajaran matematika tidak lagi membosankan dan membuat

menjadi menyenangkan.

3. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan pengetahuan yang dapat diterapkan

dalam bidang pendidikan sehubungan dengan hal hal yang

berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif dalam

meningkatkan prestasi belajar matematika demi perbaikan


(31)

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para pembaca,

dan diharapkan pula bagi para pembaca untuk memberikan

masukan pertimbangan mengenai model-model pembelajaran yang

kreaktif, modifikasi pembelajarannya, memberikan inovasi baru

dalam menyiapkan pembelajaran di dalam kelas untuk

meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar misalnya inovasi

media pembelajaran, serta dapat memberikan masukan yang

bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran.

5. Bagi Fakultas

Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan manfaat bagi

fakultas, yaitu menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya


(32)

13

BAB II

LANDASAN TEORI A. Belajar

Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran, W.S Winkel

mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan dari belum mampu ke arah

sudah mampu dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.

Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi

belajar.

Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan pengertian belajar sebagai

berikut (Suprijono, 2009) :

1. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

2. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

3. Cronbach


(33)

4. Horald Spear

Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu,

mendengar dan mengikuti arah tertentu.

5. Geoch

Belajar adalah perubahan hasil performance sebagai hasil latihan.

6. Morgan

Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil

dari pengalaman.

Berdasarkan definisikan belajar di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang terjadi

karena latihan dan pengalaman, dimana perubahan tersebut akan menghasilkan

perubahan dari yang belum mampu menjadi mampu.

B. Aktivitas

Aktivitas berasal dari kata “aktif”, yang menurut KBBI (2000) diartikan sebagai giat dalam pembelajaran. Siswa harus berperan aktif sesuai dengan

peranannya sebagai subjek pembelajaran. Siswa tidak hanya pasif menerima

semua yang diberikan oleh guru tetapi harus aktif mengkonstruksi


(34)

merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru

dengan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar.

C. Pengajaran dan Pembelajaran

Dalam KBBI, istilah pengajaran (teaching) dan pembelajaran (learning)

memiliki pengertian yang berbeda. Pengajaran (teaching) adalah proses,

perbuatan, cara mengajarkan. Pengajaran adalah proses penyampaian. Pengajaran

merupakan proses mengajar oleh guru, yang berarti konstruksi belajar adalah

berpusat pada guru. Sedangkan pembelajaran (learning) adalah proses, cara,

perbuatan mempelajari. Pembelajaran adalah proses mempelajari oleh siswa.

Dengan demikian konstruksi belajar adalah berpusat pada siswa.

Driscoll (dalam Robert E. Slavin 2008:179) mendefinisikan pembelajaran

sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan pengalaman. Menurut

Suprijono (2009) guru mengajar dalam perspektif pengajaran dapat diterjemahkan

sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik dimana guru menyampaikan dan

siswa tinggal menerima. Guru bertindak sebagai “panglima”, guru dianggap

paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui. Guru

mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas

belajar bagi peserta didiknya. Pembelajaran membentuk siswa untuk berpikir


(35)

D. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berujuk pada berbagai macam metode pengajaran

dimana para siswa bekerja pada kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan

dan beragumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan

menutupi kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Robert E. Slavin ,

2005:4).

Pembelajaran kooperatif juga digunakan untuk meningkatkan pencapaian

prestasi para siswa-siswi, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat

mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas

yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan

lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir,

menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan

kemampuan dan pengetahuan mereka.

Ada beberapa tipe pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif.

Menurut Slavin (2005:11-17), terdapat lima tipe pembelajaran, yaitu sebagai


(36)

1. Student Team-Achievement Division (STAD)

Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim yang terdiri atas 4 orang

yang heterogen menurut tingkat prestasi, kemampuan, jenis kelamin, dan

latar belakang etnik. Guru menyampaikan pelajaran, kemudian siswa

belajar dalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah

menguasai pelajaran dengan baik. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan

kuis yang dikerjakan secara individu tanpa bantuan dari teman satu tim.

Terakhir penerikan kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari.

2. Team Games-Tournament (TGT)

TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi

menambah kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan.

Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk

permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan

masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain

dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi

tanggung jawab individual. Materi yang sama yang digunakan dalam

STAD dapat juga digunakan dalam TGT – kuis STAD digunakan sebagai game dalam TGT. Sebagian guru memilih TGT karena faktor


(37)

3. Jigsaw II

Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam anggota kelompok yang

sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti

dalam STAD dan TGT. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku

kecil, atau materi-materi yang bersifat menjelaskan terperinci lainnya.

Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Setelah membaca materi, para

ahli dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang dibahas,

lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka

kepada teman satu timnya. Terakhir, diberikan suatu kuis atau bentuk

penilaian lainnya untuk semua topik.

4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajar membaca

dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan

juga pada sekolah menengah (Madden, Slavin, & Steven, 1986).

Dalam CIRC para siswa ditugaskan untuk berpasangan dalam tim mereka

untuk belajar dalam serangkaian kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk

membaca cerita satu sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana

akhir dari sebuah cerita naratif, dan lain-lain. Para siswa juga mengikuti


(38)

Para siswa tidak mengerjakan kuis sampai teman satu tim menyatakan

bahwa mereka sudah siap. Penghargaan tim akan diberikan berdasarkan

kinerja rata-rata dari semua anggota tim.

5. Team Accelerated Instruction (TAI)

TAI sama dengan STAD dan TGT menggunakan penggunaan bauran

kemampuan empat anggota yang berbeda dan member sertifikat untuk tim

dengan kinerja terbaik. Namun, metode STAD dan TGT menggunakan

pola pengajaran tunggal untuk satu kelas, sementara TAI menggabungkan

pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. TAI

dirancang khusus untuk mengajar matematika kepada siswa kelas 3-6

(atau siswa pada kelas lebih tinggi yang belum siap menerima materi

aljabar lengkap).

Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes

penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan

mereka sendiri. Anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang

berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing

menggunkan lembar jawaban dan saling membantu menyelesaikan

berbagai masalah. Terakhir adalah pemberian tes yang dikerjakan tanpa


(39)

minggu guru menjumlahkan angka dari tiap unit yang telah diselesaikan

semua anggota tim dan memberikan penghargaan.

E. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT

Team Game Tournament pada mulanya dikembangkan oleh David

DeVries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari

Johns Hopkins. Metode ini menggunakan turnamen-turnamen akademik, dan

menggunkan kuis-kuis dalam sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa

berlomba sebagai wakil mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik

sebelumnya yang setara seperti mereka.

Secara umum, TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal : TGT

menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor

kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka

dengan anggota tim lain yang seperti mereka dalam kinerja akademik

sebelumnya. Deskripsi dari komponen-komponen TGT sebagai berikut :

1. Presentasi di kelas (sama seperti dalam STAD)

Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di

dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung, seperti yang sering


(40)

memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan

pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar

berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari

bahwa mereka harus benar-benar memberikan perhatian penuh selama

presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka

menjalankan game maupun turnamen dan skor dari game maupun

turnamen mereka menentukan skor tim mereka.

2. Tim (sama seperti dalam STAD)

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian

dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas.

Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim

benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari

lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi,

pembelajaran itu melibatkan pembahasan masalah bersama,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman


(41)

3. Game.

Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan

yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari

presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di

atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim

yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan

yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah

kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera

pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang, memperbolehkan

para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

4. Turnamen.

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya

berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan

presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap

lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk

berada pada meja turnamen-tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada

meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang

seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam

STAD, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya


(42)

melakukan hal yang terbaik. Gambar 2.1 mengilustrasikan hubungan

antara tim heterogen dan meja turnamen homogen. Setelah turnamen

pertama, para siswa akan bertukar meja, tergantung pada kinerja mereka

pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja

berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5) ; skor

tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama ; dan yang skornya

paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan

atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang

sesungguhnya.

Gambar 2.1 : Penempatan pada Meja Turnamen

Team A

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja Turnamen

1

Meja Turnamen

2

Meja Turnamen

3

Meja Turnamen

4

B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

Team B

C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah


(43)

5. Rekognisi Tim (sama seperti dalam STAD)

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain

apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa,

dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat

mereka. Kriteria penghargaan kelompok dinyatakan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria

(rata-rata tim) Penghargaan 40 Tim Baik

45 Tim Sangat Baik 50 Tim Super


(44)

F. Bangun Datar (Segi Empat)

1. Persegi Panjang

a. Pengertian Persegi Panjang :

Persegi Panjang adalah bangun datar segi empat yang memiliki dua

pasang sisi sama panjang dan sejajar, keempat sudutnya siku-siku, tepat

menempati bingkainya dengan empat cara, serta diagonal-diagonal suatu

persegi panjang adalah sama panjang dan berpotongan di tengah-tengah.

b. Sifat-sifat Persegi Panjang :

1) Dalam setiap Persegi Panjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.

AB = CD

AD = BC

2) Dalam setiap Persegi Panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar.

AB // CD

AD // BC A

C D

B

A B

C D


(45)

3) Dalam setiap Persegi Panjang, tiap-tiap sudutnya sama besar, yaitu 90°

(sudut siku-siku) .

       

A B C D 90

4) Diagonal-diagonal dalam setiap Persegi Panjang sama panjang.

AC = BD

5) Diagonal-diagonal dalam setiap Persegi Panjang berpotongan dan

saling membagi dua sama panjang.

AO = OC dan BO = OD

6) Memiliki dua sumbu simetri.

7) Memiliki simetri putar tingkat dua.

A B

C D

O

A B

C D

A B

C D

A B

C D

C D

A B


(46)

8) Dapat menempati bingkainya dengan empat cara.

c. Keliling Persegi Panjang :

Keliling Persegi Panjang ABCD di atas adalah = AB + BC + CD + AD

Sisi AB dan CD adalah panjang dari Persegi Panjang, sedangkan sisi BC

dan AD adalah lebar dari Persegi Panjang. Karena AB = CD dan BC =

AD, maka:

Keliling Persegi Panjang :

) 2 ( ) 2 ( ) 2 ( ) 2 ( lebar panjang BC AB K       

atau K 2(panjanglebar)

A B

C D

Bentuk awal

C D

A B

Diputar 180

D C

B A

Dibalik menurut garis m m

B A

D C

Dibalik menurut garis n


(47)

d. Luas Persegi Panjang dengan panjang (p) dan lebar (l) adalah :

lebar panjang

L  atau Lpl

2. Persegi

a. Pengertian Persegi :

Persegi adalah bangun datar segi empat yang keempat sisinya sama

panjang dan keempat sudutnya siku-siku. Diagonal-diagonal suatu persegi

adalah sama panjang dan tegak lurus ditengah-tengah.

b. Sifat-sifat Persegi :

1) Semua sisi Persegi adalah sama panjang.

AB = BC = CD = AD

2) Sudut-sudut dalam setiap Persegi dibagi dua sama besar oleh

diagonal-diagonalnya, sehingga diagonal-diagonalnya merupakan sumbu

simetri.

CBD ABD

CAB DAC

  

  

A B

C D

A B

C D

A B

C D


(48)

3) Kedua diagonalnya sama panjang

AC = BD

4) Diagonal-diagonal setiap Persegi berpotongan membentuk sudut

siku-siku dan menbagi dua sama panjang.

AC  BD AO = OC

BO = OD

5) Suatu Persegi memiliki empat sumbu simetri

6) Memiliki simetri putar tingkat empat

A B

C D

O

A B

C D

A B

C D

A B

C D

A B

C D

A B

C D

C D

A B

B C

D A D A A B C


(49)

7) Dapat menempati bingkainya dengan delapan cara

c. Keliling Persegi :

Keliling Persegi ABCD diatas adalah = AB + BC + CD + DA

Karena keempat sisinya sama, yaitu AB = BC = CD = DA, maka

Kelilingnya :

sisi

K 4 atau K 4s

D A A B C Diputar

B C

D A

C D

A B Diputar  180 Diputar  270

A D

C B

Dibalik menurut AC

D C

B A

Dibalik menurut garis k

k

B A

D C n Dibalik menurut garis n

A B

C D

BENTUK AWAL

C B

A D

Dibalik menurut


(50)

d. Luas Persegi

Karena Persegi memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama, yang

selanjutnya disebut sisi, maka Luas Persegi adalah:

2

sisi sisi sisi

L  

3. Jajaran Genjang

a. Pengertian Jajaran Genjang :

Jajaran Genjang adalah bangun datar segi empat yang dibentuk dari

sebuah segitiga dengan bayangannya yang diputar setengah putaran (180°)

dengan pusat titik tengan salah satu sisinya.

b. Sifat-sifat Jajaran Genjang :

1) Pada setiap Jajaran Genjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang

dan sejajar.

AB // CD

AD // BC

AB = CD

AD = BC

D C

B A


(51)

2) Pada setiap Jajaran Genjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar. D B C A      

3) Pada setiap Jajaran Genjang, jumlah besar sudut-sudut yang

berdekatan adalah 180°.

                  180 180 D A C B D C B A

4) Kedua diagonal pada setiap Jajaran Genjang saling membagi dua sama

panjang.

AO = OC

BO = OD

5) Memiliki simetri putar tingkat dua.

6) Dapat menempati bingkainya dengan dua cara.

D C

B A

o

o x

x

D C

B A

O

D C

B A

Bentuk awal

B A

D C

Diputar 180 

D C

B A

Bentuk awal

B A

D C


(52)

c. Keliling Jajaran Genjang :

AB = CD dan AD = BC

Keliling = AB + BC + CD + AD

= AB + BC + AB + BC

= 2AB + 2BC

K = 2 (AB + BC) atau K 2(alasrusukmiring)

d. Luas Jajaran Genjang :

Jajargenjang terbentuk dari dua segitiga, sehingga luas jajargenjang sama

dengan dua kali luas dari segitiga pembentuknya.

Jika AB adalah alas (a) danDE adalah tinggi (t), maka

L ABCD = Luas ∆ ABD + Luas ∆ BCD, (Luas ∆ ABD = Luas ∆ BCD)

= 2 L ∆ ABD

D C

B A E


(53)

Sehingga didapat Luas Jajaran genjang adalah

tinggi alas

L 

4. Belah Ketupat

a. Pengertian Belah Ketupat :

Belah ketupat adalah bangun datar segi empat yang dibentuk dari

gabungan segitiga sama kaki dan bayangannya setelah dicerminkan

terhadap alasnya.

b. Sifat-sifat Belah Ketupat :

1) Semua sisi setiap Belah Ketupat sama panjang.

AB = BC = CD = AD D

A

B


(54)

2) Kedua diagonal setiap Belah Ketupat merupakan sumbu simetri.

Diagonal AC dan BD

3) Pada setiap Belah Ketupat sudut-sudut yang berhadapan sama besar

dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.

C A D B      

4) Kedua diagonal setiap Belah Ketupat saling membagi dua sama

panjang dan saling berpotongan tegak lurus.

AO = OC

BO = OD

c. Keliling Belah Ketupat :

AB = BC = CD = AD = s

Keliling = AB + BC + CD + AD

= s + s + s + s

sisi Keliling 4

D A B C D A B C D A B C O


(55)

d. Luas Belah Ketupat :

Belah ketupat terbentuk dari gabungan segitiga sama kaki dan

bayangannya setelah dicerminkan terhadap alasnya.

Maka Luas Belah ketupat

Luas ABCD = Luas ∆ ABD + Luas ∆ BCD

2 1. 2 1 . 2 1 2 1 . 2 1 . 2 1 d d AC BD OC AO BD OC BD AO BD       5. Layang-layang ABD

 dan BCD adalah ∆ sama kaki D O B A D O B C D A B C D C B A


(56)

a. Pengertian Layang-layang :

Layang-layang adalah bangun datar segi empat yang dibentuk dari

gabungan dua segitiga sama kaki yang panjang alasnya sama dan

berimpit.

b. Sifat-sifat Layang-layang :

1) Pada setiap Layang-layang, masing-masing sepasang sisinya sama

panjang.

AB = AD dan BC = CD

2) Pada setiap Layang-layang, terdapat sepasang sudut berhadapan yang

sama besar.

ADC ABC 

3) Pada setiap Layang-layang, salah satu diagonalnya merupakan sumbu

simetri, yaitu diagonal AC.

D

C

B A

D

C

B A

D

C

B A


(57)

4) Pada setiap Layang-layang, salah satu diagonalnya membagi dua sama

panjang diagonal lain dan tegak lurus dengan diagonal itu.

Berdasarkan sumbu simetri AC,

OB = OD

   

 

 180 90

2 1

x AOD AOB

c. Keliling Layang-layang :

Keliling layang-layang merupakan jumlah panjang semua sisi pada

layang-layang tersebut.

Karena AB = AD dan BC = CD, maka

K = AB + BC + CD + AD

= AB + BC + BC + AB

= 2 AB + 2 BC

= 2 (AB + BC) atau K2(rusukpanjangrusukpendek)

D

C

B A O


(58)

d. Luas Layang-layang :

Karena diagonal AC dan BD berpotongan tegak lurus, maka:

Luas ABCD = Luas  ABD + Luas  BCD

AC BD OC AO BD OC BD AO BD . 2 1 ) ( 2 1 . 2 1 . 2 1     

Sehingga Luas Layang-layang adalah

2 ) (d1 d2 L  D C B A O B O D C A B O D


(59)

6. Trapesium

a. Pengertian Trapesium :

Trapesium adalah bangun datar segi empat dengan tepat sepasang sisi

yang berhadapan sejajar.

b. Sifat-sifat Trapesium :

1) Memiliki tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar.

AB // CD

2) Pada setiap Trapesium, jumlah sudut yang berdekatan di antara dua

sisi sejajar (sudut dalam sepihak) adalah 180°.

   

ABC BCD 180

   

BAD ADC 180

D

B A

C

D

B A

C

D

B A

C

D

B A


(60)

3) Pada Trapesium siku-siku, salah satu kakinya tegak lurus terhadap sisi

sejajarnya.

AD  AB

4) Pada Trapesium sama kaki dapat menempati bingkainya dengan dua

cara.

c. Keliling Trapesium :

Secara umum, keempat sisi pada trapesium tidak sama panjang. Maka

keliling trapesium adalah jumlah panjang dari keempat sisi trapesium.

Sehingga keliling trapesium:

K= AB + BC + CD + AD atau K= Jumlah keempat sisinya

d. Luas Trapesium :

A B

C D Diputar menurut garis h A D B C h

A B

C D Bentuk Awal F E C D

A E D B C F C B D

E F A


(61)

Luas trapesium ABCD

= Luas ∆ AED + Luas persegi EFCD + Luas ∆FBC

) ( 2 1 ) ( 2 1 ) , ( . . . 2 . 2 1 . 2 1 . 2 1 . . 2 1 DC AB ED DC FB EF AE ED maka DC EF dan FC ED karena FC FB EF ED AE ED FC FB EF ED AE ED              

Jika ED = tinggi, AB = bawah, dan DC = atas, maka:

L =

2 1

x tinggi (bawah + atas) atau

L =

2 1

(bawah + atas) x tinggi atau

2

) (jumlahrusuksejajar tinggi


(62)

G. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (dalam Nugraheni, 2011), hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar dapat dijelaskan dalam tabel

dibawah ini :

Tabel 2.2

Tabel Hasil Belajar Menurut Gagne

Jenis Hasil 1. Informasi

Verbal

Kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Ketrampilan intelektual

Kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorisasi, analisis-sintesis fakta-konsep dan

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktifitas kognitif bersifat khas. 3. Strategi

Kognitif

Kecakapan meyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Ketrampilan motorik

Kemampuan melakuan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.


(63)

Jenis Hasil

5. Sikap Kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisai nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai nilai sebagai standar perilaku.

Bebeda dengan pemikiran Gagne, menurut Bloom hasil belajar mencakup

tiga kemampuan yaitu, kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan

psikomotorik. Berikut merupakan tabel hasil belajar menurut Bloom :

Tabel 2.3

Tabel Hasil Belajar Menurut Bloom

Jenis Hasil

1. Kognitif Kemampuan kognitif berkenaaan dengan hasil belajar intelektualnya yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2. Afektif Kemampuan afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Psikomotor Kemampuan psikomotorik berkenaan dengan hasil

belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek psikomotorik, yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.


(64)

H. Kerangka Berfikir

Pendidikan matematika memiliki peran yang sangat penting karena

matematika adalah ilmu dasar yang selalu digunakan dalam berbagai bidang,

misalnya dalam bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer, perbankkan,

dan sebagainya. Pembelajaran matematika diharapakan dapat menumbuhkan

kemampuan untuk berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat objektif,

jujur, dan disiplin dalam memecahkan permasalahan. Dalam pembelajaran

matematika ini, siswa diharapkan dapat membangun atau mengkontruksi

pengetahuanya sendiri dari pengalaman-pengalamannya masa lalu. Pada proses

mengkontruksi pengetahuannya tersebut, siswa memerlukan keaktifan baik dalam

mencari informasi maupun dalam menyampaikan suatu informasi tersebut.

Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan dan

kemauan dalam bertanya, memberi tanggapan, memberikan alternatif jawaban,

menyatakan definisi ataupun menarik kesimpulan. Dengan adanya peran yang

aktif dari siswa, maka diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang efektif. Suatu

pembelajaran dikatakan efektif apabila, pembelajaran tersebut dapat mencapai

suatu tujuan tertentu yaitu adanya keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan

adanya peningkatan prestasi belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model


(65)

karena setiap siswa mempunyai tanggung jawab dan peran yang cukup besar

dalam keberhasilan timnya.

Dengan demikian, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT diharapkan dapat membuat siswa terlibat aktif di dalamnya

dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sehingga pembelajaran tersebut


(66)

47

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif-kuantitatif.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Jenis

penelitian ini ditujukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun

rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain.

Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau

pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu

kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok,

dan menggunakan angka-angka (Nana S. Sukmadinata, 2005).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di MTs Negeri Seyegan, Sleman, Yogyakarta yang


(67)

2. Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII D di MTs Negeri Seyegan.

2. Objek yang diagunakan dalam penelitian ini adalah efektivitas

pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe

TGT ( Team Games Tournament ).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode kooperatif tipe TGT (

Team Games Tournament ).

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan Bangun Datar yang dicapai setelah proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT (


(68)

E. Instrumen

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam suatu penelitian

maka digunakan suatu alat ukur yang dinamakan instrumen. Dalam penelitian

ini terdapat dua jenis instrument, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen

pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP ini digunakan sebagai patokan dalam pembelajaran

matematika pada pokok bahasan bangun datar segi empat yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

(Team-Games-Tournament).

b. Lembar Diskusi Siswa

Lembar diskusi ini digunakan pada saat siswa bekerja sama atau

berdiskusi di dalam kelompok. Lembar diskusi disusun berdasarkan

materi yang hendak diajarkan.

c. Lembar Game-Turnamen Siswa

Lembar Game-Turnamen ini digunakan pada saat siswa dari

masing-masing kelompok dipertandingkan dengan anggota kelompok

lain dengan kemampuan akademik yang sama. Soal-soal pada lembar

Game-Turnamen disusun berdasarkan materi yang telah diajarkan


(69)

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrumen Observasi Keaktifan Siswa

Untuk mengetahui seberapa aktif siswa dalam mengikuti

pembelajaran, peneliti menggunakan lembar pengamatan untuk

melakukan pengamtan terhadap keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar. Instrumen keaktifan siswa ini berupa tabel yang berisi

mengenai jenis keaktifan dalam hal bertanya kepada guru tentang

materi / latihan soal, bertanya kepada teman satu kelompok tentang

materi / soal pekerjaan kelompok, membantu teman satu kelompok

dalam memahami materi, membantu teman satu kelompok dalam

mengerjakan latihan soal, mengajukan ide tentang memahami materi /

mengerjakan soal, membuat kesimpulan / rangkuman hasil pekerjaan

kelompok, dan menyampaikan hasil pekerjaan kelompok

Tabel 3.1

Tabel Pengamatan Keaktifan Siswa

Kelompok: Pembelajaran:

Jenis Keaktifan

Menit ke- Jumlah (Frekuensi) 20 30 40 50 60 70 80

A B C D


(70)

Kelompok: Pembelajaran:

Jenis Keaktifan

Menit ke- Jumlah (Frekuensi) 20 30 40 50 60 70 80

E F G Jumlah

Keterangan tabel :

A : bertanya kepada guru tentang materi / latihan soal

B : bertanya kepada teman satu kelompok tentang materi / soal

pekerjaan kelompok

C : membantu teman satu kelompok dalam memahami materi

D : membantu teman satu kelompok dalam mengerjakan latihan soal

E : mengajukan ide tentang memahami materi / mengerjakan soal

F : membuat kesimpulan / rangkuman hasil pekerjaan kelompok


(71)

b. Tes Hasil Belajar Siswa

Dalam hal ini, peneliti membuat dua macam test untuk mengukur

hasil belajar siswa, yaitu pre test dan post test. Hasil pre test digunakan

untuk pembagian kelompok pada permainan game, sedangkan hasil

post test diagunakan untuk melihat hasil belajar siswa. Masing-masing

tes terdiri dari 15 soal pilihan ganda. Kedua tes menggunakan kisi-kisi

yang sama serta menggunakan indikator yang sama pula. Adapun

kisi-kisi yang digunakan dalam pembuatan soal pre test dan post test

tersebut adalah :

Standar Kompetensi :

6. Memahami konsep segi empat dan segitiga serta

menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar :

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi, persegi panjang,

trapezium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang.


(72)

Tabel 3.2

Tabel Kisi-Kisi Soal Pre Test dan Post Test :

Indikator

Aspek Penilaian

No Soal

Jumlah

Soal Ingatan Pemahaman Aplikasi

1. Menentukan

sifat-sifat Segiempat

ditinjau dari sisi,

sudut, dan diagonalnya. √ √ 1,2,3,4,5,6 7,8,9 9 2. Menghitung

keliling dan luas

Segiempat

√ 10,11,12,13,14,15 6

Jumlah 6 3 6 15

% 40 % 100 15 6   % 20 % 100 15 3   % 40 % 100 15 6  


(73)

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas

a. Analisis Validitas

Validitas butir soal dilakukan setelah peneliti melakukan uji coba

terhadap instrument penelitian. Hasil uji coba akan dianalisis dengan

menggunakan perhitungan korelasi product moment dengan taraf

signifikansi sebesar 5% sebagai berikut :



2 2

2

 

2

i i i i i i i i xy

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

Y

X

N

r

dengan xy

r = koefisien validitas butir antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah siswa uji coba

X = skor tiap butir soal untuk setiap individu

Y = jumlah skor tiap siswa uji coba

Dalam perhitungan validitas butir soal ini, suatu butir soal dinyatakan

valid bila hasil perhitungan validitas butir  r tabel.

b. Analisis Reliabilitas

Untuk analisis reliabilitas, dihitung menggunakan rumus Cronbach


(74)

                

2 2 1 1 1 1 1 t N N

r

  dengan,

n n X Xi i

 2 2 2

 , untuk setiap varians tiap butir soal

 

n n Y Y t

 

 2 2 2

 , untuk varians total Keterangan :

11

r = reliabilitas instrumen

2

i

 = jumlah varians skor tiap-tiap butir 2

t

 = varians total

N = banyak soal

n = jumlah siswa

Adapun suatu soal dikatakan sebagai soal yang reliabel bila hasil

perhitungan Alpha  0,5.

Reliabilitas suatu soal juga dikelompokkan menjadi 5 kriteria sebagai


(75)

Sangat Tinggi : 0,81 < r  1,00

Tinggi : 0,61 < r  0,80

Cukup : 0,41 < r  0,60

Rendah : 0,21 < r  0,40

Sangat Rendah : 0,00 < r  0,20

2. Analisis Keaktifan Siswa dalam Kelompok

Setelah dilakukan pengamatan tiap kelompok pada setiap pembelajaran,

kemudian dilakukan pemberian skor. Skor yang telah diperoleh

dimasukkan kedalam tabel distribusi untuk tiap kelompok pada setiap

pembelajaran.

Tabel 3.3

Tabel Distribusi Keaktifan Siswa dalam Kelompok

Kelompok :

Pembelajaran Frekuensi Keaktifan Pembelajaran -1

Pembelajaran -2 Pembelajaran -3 Pembelajaran -4 Pembelajaran -5 Pembelajaran -6 Pembelajaran -7 Jumlah


(76)

Skor yang didapat oleh tiap kelompok pada setiap pembelajaran,

kemudian dijumlahkan, lalu didapatkan :

k1 = jumlah skor total kelompok 1

k2= jumlah skor total kelompok 2

…dan seterusnya

k7 = jumlah skor total kelompok 7

Dari jumlah skor total pada tiap kelompok, kemudian dicari rata-ratanya.

Setelah didapat rata-rata dari skor total untuk tiap kelompok, lalu

ditentukan skor tertinggi, skor terendah, dan selisihnya.

Skor tertinggi =

k

maks ;

Skor terendah =

k

min ;

Selisih =

k

maks

k

min

Banyak kriteria keaktifan siswa = 3 ( Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) )

siswa keaktifan kriteria

banyak

Selisih Selang

Skala Likert kriteria keaktifan siswa di dalam kelompok

Selang

min

Skor Skormaks


(77)

Dari skala Likert, dapat ditentukan berapa banyak kelompok dalam setiap

selang, setelah itu dapat ditentukan pula presentase keaktifannya.

3. Analisis Tes Hasil Belajar

Tes Hasil Belajar Siswa diambil dari nilai post-test yang terdiri dari 15

soal pilihan ganda dengan kriteria penilaian butir soal yaitu skor 1 untuk

jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.

Selanjutnya, untuk melihat ketuntasan hasil belajar siswa, maka dilakukan

perbandingan antara hasil belajar dengan KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimum) untuk materi Bangun Datar Segi Empat KKM dari sekolah

yaitu sebesar 75. Siswa dikatakan tuntas apabila nilai akhir lebih besar

atau sama dengan 75 dan pembelajaran dikatakan efektif jika terjadi

pencapaian atau tingkat keberhasilan dari suatu tindakan atau usaha.

Dalam hal ini, pembelajaran dikatakan efektif jika siswa yang tuntas


(78)

59

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian di kelas VII D MTs N Seyegan, untuk

melakukan uji pre test dan post test, peneliti terlebih dahulu melakukan tes uji

coba dikelas yang berbeda (VII C) untuk mendapatkan validitas butir yang

baik. Soal pre test maupun post test berupa pilihan ganda sebanyak 15 butir

soal. Peneliti mengingatkan kembali mengenai materi uji coba pada saat itu

yaitu Bangun datar Segi Empat, yang sebelumnya telah mereka dapatkan pada

waktu duduk di bangku sekolah dasar. Setelah itu, siswa diberikan lembar

soal dan siswa diminta untuk mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh dan

tidak boleh bekerja sama dengan siswa lain.

2. Data Tes Uji Coba

Tes diberikan pada kelas uji coba terlebih dahulu. Tes terdiri dari 15

butir soal pilihan ganda, dengan kriteria pemberian skor yaitu, skor 1 untuk

pilihan jawaban yang benar, dan 0 untuk pilihan jawaban yang salah.

Selanjutnya data tersebut dianalis untuk mengetahui apakah soal tersebut


(79)

3. Analisis Validitas

Soal diuji cobakan terhadap 30 siswa kelas VIIC MTs Seyegan.

Peneliti menggunakan 15 butir soal pilihan ganda dengan materi pokok

Bangun Datar (Segi Empat). Dari tes uji coba diperoleh data berupa skor tiap

nomor. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat ditentukan validitas

menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Uji validitas menggunakan

teknik product momen yang dikemukakan oleh Pearson. Berdasarkan data

analisis program Microsoft Excel (lampiran) dapat disimpulkan interpretasi

validitas yang dijelaskan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1.

Tabel Interpretasi Validitas

No Soal Rxy Keterangan

1 0,41 Valid 2 0,36 Valid 3 0,37 Valid 4 0,66 Valid 5 0,67 Valid 6 0,37 Valid 7 0,33 Valid 8 0,46 Valid 9 0,34 Valid 10 0,51 Valid 11 0,33 Valid 12 0,33 Valid


(80)

No Soal Rxy Keterangan

13 0,57 Valid 14 0,33 Valid 15 0,39 Valid

4. Analisis Reliabilitas

Berdasarkan hasil dari tes uji coba yang diperoleh, dapat ditentukan

reliabilitas menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Uji reliabilitas

menggunakan rumus Koefisien Cronbach Alpha. Berdasarkan data analisis

program Microsoft Excel (lampiran) diperoleh hasil r11 adalah 0,7. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa soal tersebut reliabel.

B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada bulan April-Mei 2012.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII D MTs N Seyegan, yang terdiri dari 30

siswa. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 10 kali pertemuan, terdiri dari

pelaksanaan Pre-Test, pembelajaran 1-6, 2 kali putaran Turnamen, dan


(81)

1. Pertemuan I (Pelaksanaan Pre test)

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012 pada pukul

08.30 – 09.50. Pada pertemuan ini, peneliti memberikan pre test dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sehingga dalam pembagian

kelompok dapat terbagi dalam kelompok yang heterogen. Pre test ini diikuti

oleh siswa kelas VII D MTs N Seyegan yang terdiri dari 30 siswa dengan

materi Bangun Datar Segi Empat.

2. Pertemuan II (Pembelajaran I)

Pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012 pukul 08.30 – 09.50 . Pada pertemuan ini, guru menjelaskan materi Bangun Datar Segi

Empat (Persegi dan Persegi Panjang) dengan menggunakan metode kooperatif

tipe TGT (Team Games Tournamen). Rencana pembelajaran dan soal diskusi

dapat dilihat pada lampiran (lampiran A.1 dan A.5). Adapun garis besar

langkah pembelajarannya sebagai berikut :

a. Presentasi Kelas

Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan presentasi pembelajaran

matematika di dalam kelas. Materi presentasi pada pertemuan ini adalah


(82)

b. Pembagian Kelompok

Pada tahap ini, guru mulai membagi menjadi 7 kelompok diskusi yang

terdiri dari 2 kelompok berjumlah 5 siswa dan 5 kelompok berjumlah 4

siswa.

c. Diskusi Kelompok

Pada tahap ini, guru memberikan lembar kerja kepada masing-masing

kelompok. Masing-masing kelompok diberikan waktu kurang lebih 20

menit untuk mendiskusikan lembar kerja yang telah diberikan. Dalam

diskusi ini, ditekankan bahwa kerja kelompok sangat penting. Setelah

berdiskusi, wakil dari setiap kelompok maju di depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan kelompok lain

menanggapinya.

3. Pertemuan III (Pembelajaran II)

Pertemuan III dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Mei 2012 pukul 08.30

– 09.50 . Pada pertemuan ini, guru menjelaskan materi Bangun Datar Segi Empat (Jajaran Genjang) dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT

(Team Games Tournamen). Rencana pembelajaran dan soal diskusi dapat

dilihat pada lampiran (lampiran A.1 dan A.5). Adapun garis besar langkah


(83)

a. Presentasi Kelas

Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan presentasi pembelajaran

matematika di dalam kelas. Materi presentasi pada pertemuan ini adalah

Jajaran Genjang, yang meliputi sifat-sifat Jajaran Genjang, Luas dan

Keliling Jajaran Genjang.

b. Pembagian Kelompok

Pada tahap ini, guru mulai membagi menjadi 7 kelompok diskusi yang

terdiri dari 2 kelompok berjumlah 5 siswa dan 5 kelompok berjumlah 4

siswa.

c. Diskusi Kelompok

Pada tahap ini, guru memberikan lembar kerja kepada masing-masing

kelompok. Masing-masing kelompok diberikan waktu kurang lebih 20

menit untuk mendiskusikan lembar kerja yang telah diberikan. Dalam

diskusi ini, ditekankan bahwa kerja kelompok sangat penting. Setelah

berdiskusi, wakil dari setiap kelompok maju di depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan kelompok lain


(84)

4. Pertemuan IV (Pembelajaran III)

Pertemuan IV dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Mei 2012 pukul 10.20

– 11.40 . Pada pertemuan ini, guru menjelaskan materi Bangun Datar Segi Empat (Belah Ketupat) dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT

(Team Games Tournamen). Rencana pembelajaran dan soal diskusi dapat

dilihat pada lampiran (lampiran A.1 dan A.5). Adapun garis besar langkah

pembelajarannya sebagai berikut :

a. Presentasi Kelas

Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan presentasi pembelajaran

matematika di dalam kelas. Materi presentasi pada pertemuan ini adalah

Belah Ketupat, yang meliputi sifat-sifat Belah Ketupat, Luas dan Keliling

Belah Ketupat.

b. Pembagian Kelompok

Pada tahap ini, guru mulai membagi menjadi 7 kelompok diskusi yang

terdiri dari 2 kelompok berjumlah 5 siswa dan 5 kelompok berjumlah 4

siswa.

c. Diskusi Kelompok

Pada tahap ini, guru memberikan lembar kerja kepada masing-masing


(85)

menit untuk mendiskusikan lembar kerja yang telah diberikan. Dalam

diskusi ini, ditekankan bahwa kerja kelompok sangat penting. Setelah

berdiskusi, wakil dari setiap kelompok maju di depan kelas untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan kelompok lain

menanggapinya.

5. Pertemuan V (Pembelajaran IV)

Pertemuan V dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2012 pukul 08.30 – 09.50 . Pada pertemuan ini, guru menjelaskan materi Bangun Datar Segi

Empat (Layang-Layang) dengan menggunakan metode kooperatif tipe

TGT (Team Games Tournamen). Rencana pembelajaran dan soal diskusi

dapat dilihat pada lampiran (lampiran A.1 dan A.5). Adapun garis besar

langkah pembelajarannya sebagai berikut :

a. Presentasi Kelas

Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan presentasi

pembelajaran matematika di dalam kelas. Materi presentasi pada

pertemuan ini adalah Layang-layang, yang meliputi sifat-sifat


(86)

b. Pembagian Kelompok

Pada tahap ini, guru mulai membagi menjadi 7 kelompok diskusi

yang terdiri dari 2 kelompok berjumlah 5 siswa dan 5 kelompok

berjumlah 4 siswa.

c. Diskusi Kelompok

Pada tahap ini, guru memberikan lembar kerja kepada

masing-masing kelompok. Masing-masing-masing kelompok diberikan waktu

kurang lebih 20 menit untuk mendiskusikan lembar kerja yang

telah diberikan. Dalam diskusi ini, ditekankan bahwa kerja

kelompok sangat penting. Setelah berdiskusi, wakil dari setiap

kelompok maju di depan kelas untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya, dan kelompok lain menanggapinya.

6. Pertemuan VI (Pembelajaran V)

Pertemuan VI dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Mei 2012 pukul 08.30 – 09.50. Pada pertemuan ini, guru menjelaskan materi Bangun Datar Segi

Empat (Trapesium) dengan menggunakan metode kooperatif tipe TGT

(Team Games Tournamen). Rencana pembelajaran dan soal diskusi dapat

dilihat pada lampiran (lampiran A.1 dan A.5). Adapun garis besar langkah


(1)

257

Siswa mengerjakan Pre Test

Pembelajaran

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.


(2)

258

Diskusi Kelompok

Presentasi Diskusi Kelompok

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

259

Turnamen

Siswa mengerjakan Post Test

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.


(4)

Lampiran D

Surat-surat yang dipergunakan dalam penelitian Lampiran D.1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran D.2 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

260 Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.


(6)

261 Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com

Click to buy NOW!

w w

w

.d ocu -tra ck.

com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe rotating exchange (RTE) terhadap minat belajar matematika siswa

3 51 76

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3 melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT : teams games tournament di MI Darul Muqinin Jakarta Barat

0 29 169

Upaya meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan bilangan pecahan melalui pembelajaran kontekstual pada siswa kelas III SD Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 6 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24