Hubungan Persepsi terhadap profesionalisme Guru dengan Keterampilan Komunikasi Pada Guru SMA Negeri 2 Medan.

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP

PROFESIONALISME GURU DENGAN KETERAMPILAN

KOMUNIKASI PADA GURU SMA NEGERI 2 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian sarjana psikologi

Oleh

HANIFA LAURA DALIMUNTHE 041301022

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

1

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Desember 2008

Hanifa Laura. Dalimunthe (041301022)

Hubungan Persepsi terhadap profesionalisme Guru dengan Keterampilan Komunikasi Pada Guru SMA Negeri 2 Medan.

Definisi Keterampilan Komunikasi

Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.

Sedangkan Eggen (2004) berpendapat bahwa keterampilan komunikasi adalah ketika guru menggunakan pengetahuannya dalam teknik komunikasi verbal, nonverbal dan melalui media komunikasi secara efektif untuk mempertahankan keaktifan dalam bertanya, kolaborasi dan interaksi siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas. Menurut Kunandar (2007) profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencahariannya. Persepsi guru terhadap profesionalisme guru merupakan proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan profesionalisme guru yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap profesionalisme guru tersebut.

Berdasarkan persepsi yang dimiliki terhadap profesionalisme guru maka selanjutnya akan memberikan kemungkinan guru melakukan perbaikan dan pengembangan diri yang selanjutnya memungkinkan guru tersebut dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan keterampilannya, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi yang baik dengan siswa.

Subjek dalam penelitian ini adalah para guru SMA Negeri 2 Medan. Jumlahnya sekitar 90 orang. Jumlah guru yang akan dijadikan sampel penelitian berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik acak sederhana.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) tidah ada hubungan antara komitmen terhadap organisasi dengan mutu pelayanan kesehatan dengan nilai R=0,178 dan nilai p=0.217


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT dan Nabi besar Muhammad SAW sehingga peneliti dapat menyelesaikan seminar dengan judul “ Hubungan persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi pada guru SMA Negeri 2 Medan.”

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya peneliti haturkan kepada kedua orang tua (H.Akhmadi.D dan Hj. Farida.P) atas segala do’a dan dukungannya baik spiritual, emosional maupun material yang diberikan mulai peneliti lahir hingga masuk ke bangku kuliah. Buat kakak dan adik (Cyndi Valencia.D dan Kamar Riski.D) terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga kita semua menjadi anak yang sholeh dan sholehah yang mampu membahagiakan orang tua dan bermanfaat buat orang banyak

Atas bantuan dan pemikiran yang selama ini diberikan kepada peneliti dalam pengerjaan proposal skripsi, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof.dr. Chairul Yoel, Sp.A.(K), selaku Dekan Fakultas Psikologi USU. 2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, S.Sos, selaku dosen pembimbing skripsi.

Terima kasih banyak atas waktu, bimbingan, arahan, dan semangat ibu demi suksesnya penelitian ini. Semoga Allah senantiasa membalas setiap kebaikan ibu.

3. Ibu Desvi Yanti Mukhtar, M. Si, Psikolog dan ibu Rr. Lita H Wulandari. S.Psi, Psikolog selaku dosen penguji. Semoga atas saran dan kritik yang diberikan peneliti mampu menyelesaikan penelitian ini dengan hasil yang terbaik dan bermanfaat bagi banyak pihak.


(4)

4. Seluruh staf pegawai P.S. Psikologi FK USU yang telah banyak membantu peneliti dalam administrasi baik dalam kuliah maupun dalam penyelesaian penelitian ini.

5. Bapak Adi Sudjasman selaku wakil kepala sekolah SMA Negeri 2 Medan dan seluruh guru SMA Negeri 2 medan.

6. Teman-teman seperjuangan: Debi Fadillah, Reni Tania, Ikhwanisifa, Sukmadiarti, Citra Suastika, Sonya.P, Kerry Desiana, Dwi, Sari, Eka diyah, Maya Yulia.

7. Saudara-saudara di Formasi Al-qalbu, semoga semangat dakwah senantiasa mengalir deras di dalam darah kita setap saat setiap waktu.

8. Teman-teman seperjuangan satu departemen Pendidikan Zuraida, Suci Rahmanio, Kun Fatindah, Suhaila Daud, Thio dan Renny Machmud.

9. Seluruh pihak yang telah banyak memberikan dukungan kepada peneliti dalam penyelesaian penelitian ini.

Medan, Juni 2008 Peneliti  

   


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 6

C. TUJUAN PENELITIAN ... 6

D. MANFAAT PENELITIAN ... 6

E. SISTEMATIKA PENELITIAN ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. KETERAMPILAN KOMUNIKASI ... 8

1. Definisi Keterampilan Komunikasi ... 8

2. Aspek-Aspek Keterampilan Komuniasi ... 9

B. PERSEPSI terhadap PROFESIONALISME GURU ... 12

1. Definisi Persepsi ... 12

2. Definisi Profesionalisme Guru ... 13

3. Aspek-Aspek Profesionalisme Guru ... 13

4. Persepsi terhadap Profesionalisme Guru ... 19

C. GURU ... 21

D. HUBUNGAN PERSEPSI terhadap PROFESIONALISME GURU KETERAMPILAN KOMUNIKASI ... 21

E. HIPOTESA PENELITIAN ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN ... 24

B. DEFINISI OPERASIONAL ... 24

1. Persepsi Keterampilan Komunikasi ... 25

2. Persepsi terhadap profesionalisme guru ... 26

C. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL ... 27

1. Populasi dan Sampel ... 27


(6)

D. METODE PENGUMPULAN DATA ... 27

E. VALIDITAS,dan RELIABILITAS ALAT UKUR ... 40

1. Validitas Alat Ukur ... 40

2. Reliabilitas Alat Ukur ... 40

F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN ... 41

1. Persiapan Alat Ukur Penelitian ... 41

2. Perizinan ... 42

3. Uji Coba Alat Ukur Penelitian ... 42

4. Pelaksanaan Penelitian ... 43

G. METODE ANALISIS DATA ... 43

1. Uji Normalitas ... 43

2. Uji Linieritas ... 44

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN... 45

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN... 55


(7)

1

ABSTRAK

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Desember 2008

Hanifa Laura. Dalimunthe (041301022)

Hubungan Persepsi terhadap profesionalisme Guru dengan Keterampilan Komunikasi Pada Guru SMA Negeri 2 Medan.

Definisi Keterampilan Komunikasi

Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.

Sedangkan Eggen (2004) berpendapat bahwa keterampilan komunikasi adalah ketika guru menggunakan pengetahuannya dalam teknik komunikasi verbal, nonverbal dan melalui media komunikasi secara efektif untuk mempertahankan keaktifan dalam bertanya, kolaborasi dan interaksi siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas. Menurut Kunandar (2007) profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencahariannya. Persepsi guru terhadap profesionalisme guru merupakan proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan profesionalisme guru yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap profesionalisme guru tersebut.

Berdasarkan persepsi yang dimiliki terhadap profesionalisme guru maka selanjutnya akan memberikan kemungkinan guru melakukan perbaikan dan pengembangan diri yang selanjutnya memungkinkan guru tersebut dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan keterampilannya, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi yang baik dengan siswa.

Subjek dalam penelitian ini adalah para guru SMA Negeri 2 Medan. Jumlahnya sekitar 90 orang. Jumlah guru yang akan dijadikan sampel penelitian berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik acak sederhana.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) tidah ada hubungan antara komitmen terhadap organisasi dengan mutu pelayanan kesehatan dengan nilai R=0,178 dan nilai p=0.217


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran, kegiatan pengajaran ini diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Aktivitas operasional dari kegiatan pengajaran untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh guru (Yamin, 2007).

Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan dan merupakan sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan (Djamarah, 2000). Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, selain harus memenuhi syarat kedewasaan, sehat jasmani dan rohani, guru juga harus memiliki ilmu dan keterampilan keguruan, salah satunya adalah keterampilan guru dalam berkomunikasi (Sukmadinata, 2005). Sama halnya, menurut Santrock (2007) dalam menjalankan tugasnya guru harus menguasai beberapa keterampilan profesional, salah satunya adalah keterampilan komunikasi. Keterampilan komunikasi tersebut antara lain keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Komunikasi di sini diartikan sebagai interaksi hubungan timbal balik antara anak dengan orang tua atau pendidik dan sebaliknya (Ahmadi, 2001).


(9)

Menurut Yamin (2007) komunikasi yang dilakukan oleh guru terdiri dari komunikasi pembelajaran dan komunikasi umum. Komunikasi pembelajaran bertujuan untuk mengomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan nonverbal yang telah dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna dan diaplikasikan para siswa. Pada umumnya komunikasi pembelajaran ini dilakukan di dalam kelas melalui penyajian materi pelajaran.

Djamarah (2000) juga menambahkan, dalam penyajian materi di kelas ada beberapa aspek yang yang perlu dipertimbangkan antara lain, penyampaian informasi dan penggunaan tingkah laku verbal dan nonverbal. Penyampaian informasi merupakan bentuk awal dari komunikasi antara guru dan siswa di kelas. Informasi yang disampaikan bukan hanya menyangkut masalah apa yang harus dikerjakaan siswa, tetapi juga menyangkut masalah lainnya seperti petunjuk, pengarahan dan apersepsi yang divariasikan dalam berbagai bentuk untuk kegiatan pengajaran. Penggunaan tingkah laku verbal mencakup penggunaan kata-kata misalnya kata-kata-kata-kata “bagus”, “benar”, “tepat” dan sebagainya, dengan kalimat, misalnya “pekerjaanmu baik sekali”, “saya senang dengan pekerjaanmu”. Penggunaan tingkah laku nonverbal misalnya kedekatan fisik, kontak mata dan sikap diam (Djiwandono, 2002).

Berkaitan dengan komunikasi pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, terkadang guru secara tidak disadari sering mengeluarkan kata-kata yang tidak empatik misalnya “dasar murid bodoh ”, “kamu bandel sekali”. Keadaan ini juga dialami oleh siswa SMA Negeri 2 Medan:


(10)

“Waktu itu pernah, saya ribut dan guru itu lagi ngajar, trus dia marah, dibilangnya kau udah bodoh, ribut pula dimana otak kau, kau simpan, emosi saya liat ibu itu kok ngomong kaya gitu, gak pantes aja kayanya, jadinya malas aja saya merhatiin kalo pelajaran dia.”

(A, Komunikasi interpersonal, Tanggal 9 Mei 2008).

“Waktu itu saya sih masalahnya karena ribut juga, waktu itu temen-temen banyak yang ribut, trus guru itu seenaknya aja nyalahin saya karena saya ketua kelas, waktu itu dia bilang ketua kelas apa kau beda sama ketua kelas yang lain, enak aja dia nyalah-nyalahin orang, males jadinya masuk asal pelajaran dia.”

(H, Komunikasi interpersonal, Tanggal 9 Mei 2008).

Menurut Rani (2007) kata-kata tidak empatik yang sering diucapkan guru ini menimbulkan dampak yang negatif dalam diri anak didik, anak menjadi terpengaruh dan merasa dirinya betul-betul bodoh atau tidak berguna. Kata-kata mampu membentuk emosi, bahkan memunculkan reaksi nyata dari emosi atau perasaan tersebut. Winataputra (2002) juga menambahkan bahwasannya respon negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hukuman atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan kepribadian siswa itu sendiri.

Pengaruh terhadap anak didik akan sangat terasa bila setiap guru mampu mengontrol emosi, teguran-teguran yang diberikan kepada anak didik yang dianggap menyimpang akan dirasa sebagai nasihat dan kasih sayang, bukan sekedar unjuk emosi kamu salah dan kamilah yang benar. Guru yang mampu mengontrol dan menguasai emosi pada saat berhadapan dengan kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan dalam proses mendidik, semakin memiliki peluang yang besar untuk menanamkan pengaruhnya kepada anak didik dan semakin kuat pula kebesaran jiwa guru yang bersangkutan tertanam dalam diri anak didik. Sebaiknya guru menghindari segala jenis respon negatif tersebut, jika siswa memberikan


(11)

jawaban atau menunjukkan penampilan yang tidak memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela atau menghina jawaban atau penampilan siswa (Winataputra, 2002).

Menurut Djiwandono (2000) tugas utama guru tidak hanya menyampaikan informasi melainkan juga bertanggung jawab untuk menciptakan susasana kelas yang kondusif, salah satunya adalah mengatur interaksi antara guru dan siswa. Sama halnya Sadirman (2007) juga menyatakan bahwa tugas guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan pengiriman informasi tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan pengiriman nilai dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Guru adalah sosok panutan dan teladan dalam ilmu dan pribadi bagi siswa di kelasnya (Suherman, 2008).

Guru harus bisa dan terbiasa berkomunikasi secara positif dan sekaligus menghindar dari prilaku komunikasi negatif. Cara berkomunikasi positif adalah dengan menjaga citra diri yang positif, berbicara fokus, bersikap mengajak dan bukan memerintah, ekspresi wajah ramah, nada suara rendah menyenangkan, tutur kata lembut menyejukkan, gerakan badan wajar tidak dibuat-buat (Suherman, 2008). Santrock (2007) juga menambahkan guru yang efektif menggunakan keterampilannya berkomunikasi dengan siswa, tetap kritis namun tidak berlebihan, lebih asertif daripada agresif, manipulatif ataupun pasif. Pola komunikasi yang terjadi dalam interaksi antara guru dan siswa yang efektif akan menghasilkan sebuah pemahaman antara kedua belah pihak yang akan sangat membantu dalam menyukseskan proses belajar mengajar (Eny, 2002).


(12)

Menurut Kunandar (2007) profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencahariannya. Persepsi guru terhadap profesionalisme guru merupakan proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan profesionalisme guru yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap profesionalisme guru tersebut.

Berdasarkan persepsi yang dimiliki terhadap profesionalisme guru maka selanjutnya akan memberikan kemungkinan guru melakukan perbaikan dan pengembangan diri yang selanjutnya memungkinkan guru tersebut dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan keterampilannya, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi yang baik dengan siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merasa penting untuk meneliti hubungan persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi pada guru SMA Negeri 2 Medan.


(13)

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi pada guru SMA Negeri 2 Medan.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi pada guru SMA Negeri 2 Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan tentang hubungan persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi pada guru.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca, khususnya bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dalam hal persepsi terhadap profesionalisme guru dan keterampilan komunikasi pada guru.

b. Memberikan informasi kepada pihak sekolah dengan menyerahkan hasil laporan penelitian.


(14)

E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : PENDAHULUAN

Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian. BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang dimuat adalah teori tentang Keterampilan komunikasi dan persepsi terhadap profesionalisme guru. Dalam bab ini juga memuat tentang hipotesa penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi identifikasi variabel, definisi operasional variabel, populasi dan teknik pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian dan analisa data.


(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keterampilan Komunikasi

1. Definisi Keterampilan Komunikasi

Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif.

Sedangkan Eggen (2004) berpendapat bahwa keterampilan komunikasi adalah ketika guru menggunakan pengetahuannya dalam teknik komunikasi verbal, nonverbal dan melalui media komunikasi secara efektif untuk mempertahankan keaktifan dalam bertanya, kolaborasi dan interaksi siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan guru dalam teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan dalam berbicara dan mendengar dalam berinteraksi dengan siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas.


(16)

2. Aspek-Aspek Keterampilan Komunikasi

Santrock (2007) membagi keterampilan komunikasi ke dalam tiga aspek utama yaitu :

a. Keterampilan berbicara

Keterampilan berbicara mencakup keterampilan berbicara di depan kelas dan murid, menggunakan gaya komunikasi yang tidak menimbulkan kesan menghakimi lawan bicara, bersikap asertif dan memberi ceramah yang efektif. 1) Keterampilan berbicara di depan kelas dan murid

Keterampilan berbicara di depan kelas dan murid adalah keterampilan mengomunikasikan informasi secara jelas. Menurut Florez (dalam Santrock, 2007) keterampilan mengomunikasi informasi secara jelas diindikasikan dengan:

a) Menggunakan tata bahasa dengan benar.

b) Memilih kosakata yang gampang dipahami dan tepat sasaran.

c) Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan lawan bicara dalam memahami apa yang dikatakan.

d) Berbicara dengan tempo yang tepat. e) Tidak menyampaikan hal-hal yang kabur.

f) Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara.


(17)

2) Menggunakan gaya komunikasi yang tidak menimbulkan kesan menghakimi lawan bicara

Menggunakan gaya komunikasi yang tidak menimbulkan kesan menghakimi lawan bicara adalah penggunaan gaya komunikasi dengan menghindari beberapa pesan yang mengakibatkan pembicara tampak menghakimi lawan bicara dan menempatkannya dalam posisi defensif misalnya menggunakan pesan“saya” daripada “aku”.

3) Bersikap asertif

Bersikap asertif yaitu mengekspresikan perasaan, meminta apa yang diinginkan dan berkata “tidak” untuk apa yang tidak diinginkan. Ketika seseorang bertindak tegas maka mereka bertindak demi kepentingan diri yang terbaik, memperjuangkan hak yang sah, mengekspresikan pandangan secara terbuka, bersikeras agar perilaku yang salah harus diperbaiki dan menolak dipaksa atau dimanipulasi (Evertson dalam Santrock, 2007).

4) Keterampilan memberi ceramah yang efektif

Menurut Alverno (dalam Santrock, 2007) keterampilan memberi ceramah yang efektif diindikasikan dengan:

a) Berbicara langsung dengan audien atau tidak hanya membaca catatan. b) Mengemukakan tujuan yang ingin disampaikan.

c) Menyampaikan ceramah dengan melibatkan kontak mata, isyarat dan kontrol suara yang pas


(18)

e) Menggunakan tata ceramah, termasuk di dalamnya adalah pendahuluan, isi ceramah dan kesimpulan

f) Memasukkan bukti pendukung ide ataupun gagasan g) Menggunakan media secara efektif

b. Keterampilan mendengar

Keterampilan mendengar adalah kemampuan mendengar secara aktif. Keterampilan mendengar secara aktif diindikasikan dengan:

a) Memberi perhatian cermat pada orang yang sedang berbicara misalnya mempertahankan kontak mata dan mencondongkan badan pada lawan bicara.

b) Parafarasa yaitu menyatakan kembali apa yang baru saja dikatakan oleh lawan bicara dengan kalimat sendiri, misalnya “apakah maksudmu itu berarti bahwa...”

c) Sinteksis tema dan pola yaitu meringkas tema utama dan perasaan lawan bicara yang disampaikan dalam percakapan yang panjang, misalnya “mari kita tinjau kembali apa yang sudah kita bicarakan bahwa...”

d) Memberi umpan balik atau tanggapan yang kompeten yaitu memberi tanggapan secara cepat, jujur, jelas dan informatif.

c. Keterampilan berkomunikasi secara non verbal

Keterampilan berkomunikasi secara non verbal yaitu keterampilan berkomunikasi melalui ekspresi wajah dan mata, sentuhan, ruang dan sikap diam.


(19)

Keterampilan komunikasi melalui ekspresi wajah misalnya senyum, merengut, tatapan kebingungan. Komunikasi mata misalnya mempertahankan kontak mata ketika berbicara dengan siswa. Keterampilan komunikasi melalui sentuhan misalnya memberi sentuhan yang lembut ketika orang tua siswa sakit atau meninggal.

Keterampilan komunikasi melalui ruang misalnya mampu memastikan bahwa siswa memiliki ruang individual sendiri dan mereka harus menghormati ruang orang lain. Keterampilan komunikasi melalui diam misalnya dengan diam memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir sebelum memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajulan sebelumnya.

Djiwandono (2000) juga menambahkan komunikasi nonverbal guru lainnya adalah kedekatan fisik, misalnya guru berjalan mengelilingi siswa selama mengajar dan selama sisa duduk mengerjakan tugas.

B. Persepsi terhadap Profesionalisme Guru

1. Definisi Persepsi

Atkinson dan Hilgard (dalam Yusuf 2004) menyatakan bahwa persepsi adalah proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasal dari lingkungan. Sedangkan menurut Levine dan shefner (dalam Yusuf 2004) persepsi adalah cara-cara individu menginterpretasikan informasi yang diperoleh didasarkan atas pemahaman individu itu sendiri.


(20)

Morgan (dalam Yusuf 2004) menambahkan persepsi lebih menekankan pada pada proses interpretasi terhadap apa yang dialami dan dirasakan untuk membuat sesuatu lebih bermakna. Lebih lanjut Stagner dan Solley (dalam Yusuf 2004) menyatakan bahwa persepsi adalah sesuatu yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap stimulus yang ada disekitarnya karena persepsi merupakan rangkaian peristiwa yang menjembatani stimulus dan perilaku tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan persepsi adalah proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasal dari lingkungan yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap stimulus tersebut.

2. Definisi Profesionalisme Guru

Menurut Kunandar (2007) profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencahariannya.

3. Aspek-Aspek Profesionalisme Guru a. Menguasai bahan


(21)

1. Menguasai bahan mata pelajaran dan kurikulum sekolah.

Menguasai bahan mata pelajaran dan kurikulum sekolah antara lain mengkaji bahan kurikulum mata pelajaran, mengkaji isi buku-buku teks mata pelajaran yang bersangkutan, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum mata pelajaran yang bersangkutan.

2. Menguasai bahan pendalaman atau aplikasi pelajaran.

Menguasai bahan pendalaman atau aplikasi pelajaran antar lain mempelajari ilmu yang relevan, mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu lain (untuk program-program studi tertentu) dan mempelajari cara menilai kurikulum mata pelajaran.

b. Mengelola program belajar mengajar

Mengelola program belajar mengajar mencakup enam kemampuan dasar, yaitu:

1. Merumuskan tujuan instruksional.

Merumuskan tujuan instruksional antara lain mengkaji kurikulum mata pelajaran, mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan instruksional, mempelajari tujuan instruksional mata pelajaran yang bersangkutan dan merumuskan tujuan instruksional yang bersangkutan.

2. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar.

Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar antara lain mempelajari macam metode mengajar dan menggunakan macam-macam metode mengajar.


(22)

3. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.

Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat antara lain mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar, menggunakan kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar, merencanakan program pelajaran dan menyusun satuan pelajaran.

4. Melaksanakan program belajar mengajar.

Melaksanakan program belajar mengajar antara lain mempelajari fungsi dan peran guru dalam instruksi belajar mengajar, menggunakan alat bantu kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar, menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, memonitor proses belajar siswa dan menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi kelas.

5. Mengenal kemampuan anak didik.

Mengenal kemampuan anak didik antara lain mempelajarai faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar, mempelajari prosedur dan teknik mengidentifikasi kemampuan siswa dan menggunakan prosedur dan teknik mengidentifikasi siswa.

6. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.

Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial antara lain mempelajari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, mendiagnosis kesulitan belajar, menyusun pengajaran remedial dan melaksanakan pengajaran remedial.

c. Mengelola kelas


(23)

1. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran.

Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran antara lain mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai dan mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan. 2. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.

Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi antara lain mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar yang serasi, mempelajarai strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif dan menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.

d. Menggunakan media sumber

Menggunakan media sumber mencakup enam kemampuan dasar, yaitu: 1. Mengenal, memilih dan menggunakan media.

Mengenal, memilih dan menggunakan media antara lain mempelajari macam-macam media pendidikan, mempelajari kriteria pemilihan media pendidikan, menggunakan media pendidikan dan merawat alat-alat bantu relajar mengajar.

2. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.

Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana antara lain mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat


(24)

bantu, mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar dan menggunakan perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar.

3. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.

Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar antara lain mempelajari cara-cara menggunakan laboratorium, mempelajari cara-cara dan aturan pengalaman kerja di laboratorium, berlatih mengatur tata ruang laboratorium dan mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat.

4. Mengembangkan laboratorium.

Mengembangkan laboratorium antara lain mempelajari fungsi laboratorium dalam proses belajar mengajar, mempelajari kriteria pemilihan alat, mempelajari berbagai desain laboratorium, menilai keefektifan kegiatan laboratorium dan mengembangkan eksperimen baru. 5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar antara lain mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam proses belajar mengajar, mempelajari macam sumber perpustakaan, menggunakan macam sumber perpustakaan, mempelajari kriteria pemilihan macam-macam sumber perpustakaan dan menilai sumber-sumber perpustakaan. 6. Menggunakan micro teaching dalam proses belajar mengajar.

Menggunakan micro teaching dalam proses belajar mengajar antara lain mempelajari fungsi micro teaching dalam proses belajar mengajar,


(25)

menggunakan micro teaching unit dalam proses belajar mengajar, menyusun program micro teaching dengan atau tanpa hardware, melaksanakan program micro teaching dengan atau tanpa hardware, menilai program dan pelaksanaan micro teaching dan mengembangkan program-program baru.

e. Menguasai landasan kependidikan

Menguasai landasan kependidikan antara lain yang pertama mempelajari konsep, masalah pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, filosofis, historis dan psikologis, yang ke dua mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dan masyarakat. f. Mengelola interaksi belajar mengajar

Mengelola interaksi belajar mengajar antara lain yang pertama mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk belajar, yang ke dua menggunakan cara-cara memotivasi siswa untuk belajar, yang ke tiga mempelajari macam-macam bentuk pertanyaan, yang keempat menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan secara tepat, yang ke lima mempelajari beberapa mekanisme psikologis belajar mengajar di sekolah, yang ke enam mengkaji faktor-faktor positif dan negatif dalam proses belajar mengajar, yang ke tujuh mempelajari cara-cara berkomunikasi antar pribadiddan yang ke delapan menggunakan cara-cara berkomunikasi antar pribadi.


(26)

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran antar lain yang pertama mempelajari fungsi penilaian, yang kedua mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian, yang ke tiga menyusun teknik dan prosedur penilaian, yang ke empat mempelajari kriteria penilaian teknik dan prosedur penilaian, yang ke lima menggunakan teknik dan prosedur penilaian, yang ke enam mengolah dan menginterpretasi hasil penilaian, yang ke tujuh menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar, yang ke delapan menilai teknik dan prosedur penilaian dan yang ke tujuh menilai keefektifan program pengajaran.

h. Mengenal fungsi dan program pelayanan BP

Mengenal fungsi dan program pelayanan BP mencakup dua kemampuan dasar, yaitu:

1. Mengenal fungsi dan program layanan BP di sekolah.

Mengenal fungsi dan program layanan BP di sekolah antara lain mempelajari fungsi BP di sekolah, mempelajari program layanan BP dan mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan serta tanggung jawab anta guru dan pembimbing di sekolah.

2. Menyelenggarakan program layanan BP di sekolah.

Menyelenggarakan program layanan BP di sekolah antara lain mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dan menyelenggarakan program layanan BP di sekolah, terutama bimbingan belajar.


(27)

i. Mengenal dan menyelenggarakan gerakan administrasi sekolah

Mengenal dan menyelenggarakan gerakan administrasi sekolah mencakup dua kemampuan dasar, yaitu:

1. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah.

Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah antara lain mempelajari struktur organisasi dan administrasi persekolahan, mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala sekolah dan kantor wilayah Depdiknas, serta mempelajari peraturan-peraturan kepegawaian pada umunya dan peraturan kepegawaian guru pada khususnya

2. Menyelenggarakan administrasi sekolah.

Menyelenggarakan administrasi sekolah antara lain menyelenggarakan administrasi sekolah dan mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur pengelolaan program akademik.

j. Memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran

Memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran antara lain yang pertama mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam pendidikan, yang ke dua mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidikan terutama sebagai konsumen hasil-hasil penelitian pendidikan dan yang ke tiga menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran.


(28)

4. Persepsi terhadap Profesionalisme Guru

Persepsi terhadap profesionalisme guru persepsi adalah proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian serta kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seorang guru bereaksi terhadap stimulus tersebut.

C. Guru

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar. McLeod (dalam Muhibbin, 2005) menambahkan bahwa guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Lebih lanjut menurut Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Yamin, 2007).

D. Hubungan Persepsi terhadap Profesionalisme Guru dengan Keterampilan Komunikasi

Keterampilan komunikasi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah keterampilan komunikasi guru dalam teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan dalam berbicara dan mendengar ketika berinteraksi dengan siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas.


(29)

Untuk mencapai keterampilan komunikasi yang baik ada beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu:

a. Keterampilan berbicara, mencakup keterampilan berbicara di depan kelas dan murid, menggunakan gaya komunikasi yang tidak menimbulkan kesan menghakimi lawan bicara, bersikap asertif dan memberi ceramah yang efektif. b. Keterampilan mendengar, adalah kemampuan mendengar secara aktif.

c. Keterampilan berkomunikasi secara non verbal, yaitu keterampilan berkomunikasi melalui ekspresi wajah dan mata, sentuhan, ruang dan sikap diam.

Agar hal tersebut dapat tercapai, para guru harus memiliki persepsi terhadap profesionalisme guru, karena persepsi adalah sesuatu yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap stimulus. Berdasarkan persepsi yang dimiliki terhadap profesionalisme guru maka selanjutnya akan memberikan kemungkinan guru melakukan perbaikan dan pengembangan diri yang selanjutnya memungkinkan guru tersebut dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan keterampilannya, salah satunya adalah keterampilan komunikasi.

Adapun dinamika persepsi terhadap profesionalisme guru dalam mempengaruhi keterampilan komunikasi tergambar pada penjelasan berikut ini:

Apabila seorang guru telah memiliki persepsi terhadap profesionalisme guru, maka guru tersebut telah memiliki pandangan bagaimana seharusnya ia bereaksi terhadap profesionalisme guru. Profesionalisme guru itu sendiri berisikan kualitas keterampilan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.


(30)

Setelah memiliki pandangan bagaimana seharusnya ia bereaksi terhadap kualitas keterampilan yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajarannya, maka selanjutnya akan memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan keterampilannya, salah satunya adalah keterampilan komunikasi.

Persepsi terhadap profesionalisme guru tersebut dapat tergambar dari persepsi guru terhadap aspek-aspek profesionalisme guru yang dimiliki guru tersebut. Adapun aspek-aspek profesionalisme yaitu:

1. Menguasai bahan.

2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas.

4. Menggunakan media sumber. 5. Menguasai landasan kependidikan. 6. Mengelola interaksi belajar mengajar.

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 8. Mengenal fungsi dan program pelayanan BP.

9. Mengenal dan menyelenggarakan gerakan administrasi sekolah.

10. Memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

E. Hipotesa

Hipotesa penelitian adalah ada hubungan persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi pada guru SMA Negeri 2 Medan.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, yaitu ingin melihat adakah hubungan antara persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi pada guru SMA Negeri 2 Medan, maka peneliti akan menggunakan metode korelasi.

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel tergantung : Keterampilan komunikasi

Variabel bebas : Persepsi terhadap profesionalisme guru

B. Definisi Operasional

Definisi operasional memberikan batasan arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Kerlinger, 2002).

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi dalam melakukan interpretasi setiap variabel dalam penelitian ini, maka definisi operasional dibatasi secara jelas sebagai berikut:


(32)

1. Keterampilan komunikasi

Keterampilan komunikasi adalah keterampilan guru dalam teknik komunikasi verbal, nonverbal yang digunakan dalam berbicara dan mendengar ketika berinteraksi dengan siswa selama proses belajar mengajar.

Keterampilan komunikasi diukur dengan menggunakan metode observasi berdasarkan aspek-aspek keterampilan komunikasi (Santrock, 2007) yaitu:

1. Keterampilan berbicara, mencakup keterampilan berbicara di depan kelas dan murid, menggunakan gaya komunikasi yang tidak menimbulkan kesan menghakimi lawan bicara, bersikap asertif dan memberi ceramah yang efektif.

2. Keterampilan mendengar, adalah kemampuan mendengar secara aktif. 3. Keterampilan berkomunikasi secara non verbal, yaitu keterampilan

berkomunikasi melalui ekspresi wajah dan mata, sentuhan, ruang dan sikap diam.

Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari data observasi yang mengukur keterampilan komunikasi berarti semakin tinggi tingkat keterampilan komunikasi guru dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari data observasi yang mngukur keterampilan komunikasi berarti semakin rendah tingkat keterampilan komunikasi guru. Kategorisasi tingkat keterampilan komunikasi subjek penelitian dibagi berdasarkan dua kategori yaitu tinggi dan rendah.


(33)

2. Persepsi terhadap profesionalisme guru

Persepsi terhadap profesionalisme guru adalah penilaian guru terhadap kondisi, arah, tujuan dan kualitas suatu keahlian dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dapat menentukan bagaimana seharusnya ia bereaksi terhadap stimulus tersebut.

Persepsi terhadap profesionalisme guru diukur dengan menggunakan skala persepsi terhadap profesionalisme guru yang dapat tergambar dari persepsi guru terhadap aspek-aspek profesionalisme guru. Adapun aspek-aspek profesionalisme yaitu:

1. Menguasai bahan.

2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas.

4. Menggunakan media sumber. 5. Menguasai landasan kependidikan. 6. Mengelola interaksi belajar mengajar.

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 8. Mengenal fungsi dan program pelayanan BP.

9. Mengenal dan menyelenggarakan gerakan administrasi sekolah.

10. Memahami prinsip-prinsip dan mentafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala persepsi terhadap profesionalisme guru berarti semakin positif persepsi terhadap profesionalisme guru dan sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala persepsi


(34)

terhadap profesionalisme guru berarti semakin negatif persepsi terhadap profesionalisme guru guru. Kategorisasi persepsi terhadap profesionalisme guru subjek penelitian dibagi berdasarkan dua kategori yaitu positif dan negatif.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1.Populasi dan Sampel

Menurut Hadi (2000) populasi adalah keseluruhan penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMA Negeri 2 Medan yang berlokasi di Jalan Karangsari No.435 Polonia Medan.

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diambil dari populasi adalah sebanyak 60 guru SMA Negeri 2 Medan.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive random sampling.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpul data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode observasi untuk mengukur keterampilan


(35)

komunikasi guru dan skala untuk mengukur persepsi terhadap profesionalisme guru.

Untuk mengukur variabel keterampilan komunikasi peneliti menggunakan metode observasi langsung tipe berstruktur dimana peneliti telah terlebih dahulu mempersiapkan materi dan instrumen pengamatan yang akan digunakan. Instrumen pengamatan disajikan dalam bentuk skala nilai dimana variabel penelitian diklasifikasikan secara rinci menjadi item-item berdasarkan unsur-unsurnya (Bungin, 2001).

Skor item yang diberikan untuk penampilan yang dilakukan dan selalu diberi skor 2, untuk penampilan yang dilakukan dan kadang-kadang diberi skor 1, untuk penampilan yang tidak dilakukan diberi skor 0.

Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi Skor item 2: Ya, Selalu

1: Kadang-kadang

0: Tidak pernah

I. Ranah keterampilan berbicara

Penampilan Observasi 1. Keterampilan berbicara di depan kelas dan murid 2 1 0

2. Keterampilan guru menggunakan gaya komunikasi yang tidak menimbulkan kesan menghakimi lawan bicara

2 1 0

3. Keterampilan guru menggunakan bersikap asertif 2 1 0 4. Keterampilan guru dalam memberi ceramah yang efektif 2 1 0


(36)

II. Ranah keterampilan mendengar

Penampilan Observasi 1. Memberi perhatian cermat pada orang yang sedang

berbicara.

2 1 0

2. Parafarasa yaitu menyatakan kembali apa yang baru saja dikatakan oleh lawan bicara dengan kalimat sendiri, misalnya “apakah maksudmu itu berarti bahwa...”

2 1 0

3. Memberi umpan balik atau tanggapan yang kompeten yaitu memberi tanggapan secara cepat, jujur, jelas dan informatif

2 1 0

III. Ranah keterampilan komunikasi nonverbal

Penampilan Observasi

1. Berkomunikasi ekspresi wajah. 2 1 0

2. Berkomunikasi mata. 2 1 0

3. Berkomunikasi sentuhan. 2 1 0

4. Berkomunikasi sikap diam. 2 1 0

Untuk mengukur variabel persepsi terhadap profesionalisme guru dengan model skala yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan menggunakan model skala likert. Masing-masing terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala


(37)

disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favourable) dan tidak mendukung (unfavourable). Nilai pilihan bergerak dari 0 sampai 3. Bobot pernyataan mendukung (favourable) yaitu, SS = 3, S = 2, TS = 1, STS = 0. Sedangkan untuk bobot pernyataan tidak mendukung (unfavourable) yaitu, SS = 0, S = 1, TS = 2, STS =3

Blue-print Skala Persepsi terhadap profesionalisme guru

NO ASPEK ITEM TOTAL

1. MENGUASAI BAHAN

1.1.Menguasai bahan mata pelajaran dan kuriku- lum sekolah.

1.1.1. mengkaji bahan kurikulum mata pelajaran.

1.1.2. mengkaji isi buku-buku teks mata pelajaran yang bersangkutan.

1.1.3. melaksanakan kegi atan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum mata pelajaran ya ng bersangkutan.

1

1

1

1.2. Menguasai bahan penda -laman atau aplikasi pelajaran.

1.2.1. mempelajari ilmu yang relevan.

1.2.2. mempelajari apli kasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu lain (untuk program-program studi tertentu).

1


(38)

1.2.3. mempelajari cara menilai kurikulum mata pelajaran

1

2. MENGELOLA

PROGRAM BELAJAR MENGAJAR

2.1. Merumuskan tujuan instruksional.

2.2. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar.

2.3. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.

2.4. Melaksanakan program belajar mengajar.

2.1.1. mengkaji kurikulum mata pelajaran.

2.1.2. Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan instruksional.

2.1.3. Mempelajari tujuan instruksional mata pela jaran yang bersangkutan. 2.1.4. Merumuskan tujuan instruksional yang bersa ngkutan.

2.2.1. Mempelajari ma cam-macam metode men gajar.

2.2.2. Menggunakan ma cam-macam metode men gajar.

2.3.1. Mempelajari

kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar. 2.3.2. Menggunakan kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar.

2.3.3. Merencanakan program pelajaran.

2.4.1. Mempelajari fungsi dan peran guru dalam instruksi belajar mengajar.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(39)

2.5. Mengenal kemampuan anak didik.

2.6. Merencanakan dan me laksanakan pengajaran remedial.

2.4.2. Menggunakan alat bantu kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar.

2.4.3.Menggunakan

lingkungan sebagai sum ber belajar.

2.4.4. Memonitor proses belajar siswa.

2.4.5. Menyesuaikan ren cana program penga jaran dengan situasi kelas. 2.5.1. Mempelajarai faktor -faktor yang mempen garuhi pencapaian prestasi belajar.

2.5.2. Mempelajari pro sedur dan teknik mengi dentifikasi kemampuan sis wa.

2.5.3. Menggunakan pro sedur dan teknik mengi dentifikasi siswa.

2.6.1. Mempelajari fak tor-faktor penyebab ke sulitan belajar.

2.6.2. Mendiagnosis ke sulitan belajar.

2.6.3. Menyusun penga jaran remedial.

2.6.4. Melaksanakan pen gajaran remedial. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(40)

3. MENGELOLA KELAS Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran.

Menciptakan iklim belajar mengajar. yang serasi.

3.1.1. mempelajari macam -macam pengaturan tem pat duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan tujuan instru ksional yang hendak dicapai.

3.1.2. mempelajari kriteria penggunaan macam-ma cam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan.

3.2.1. mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar yang serasi.

3.2.2. mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat pre ventif.

3.2.3. Menggunakan stra tegi dan prosedur penge lolaan kelas yang bersifat preventif.

3.2.4. Menggunakan pro sedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.

1 1 1 1 1 1 1 4 MENGGUNAKAN MEDIA SUMBER

4.1. Mengenal, memilih dan menggunakan media.

4.1.1. Mempelajari mac am-macam media pendi dikan.

4.1.2. Mempelajari krit eria pemilihan media pendidikan.

1


(41)

4.2. Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana.

4.3. Menggunakan dan meng elola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.

4.4. Mengembangkan laboratorium.

4.1.3. Menggunakan me dia pendidikan.

4.1.4. Merawat alat-alat bantu relajar mengajar. 4.2.1. Mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat bantu. 4.2.2. Mempelajari per kakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar. 4.2.3. Menggunakan per kakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar.

4.3.1. Mempelajari cara-cara menggunakan laboratorium.

4.3.2. Mempelajari cara-cara dan aturan

pengalaman kerja di laboratorium.

4.3.3. Berlatih mengatur tata ruang laboratorium. 4.3.4 Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat

4.4.1. Mempelajari fungsi laboratorium dalam proses belajar.

4.4.2. Mengajar, mem pel ajari kriteria pemilihan alat.

4.4.3. Mempelajari berb agai desain laboratorium.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(42)

4.5. Menggunakan perpusta kaan dalam pro ses belajar mengajar.

4.6. Menggunakan micro teaching dalam proses belajar mengajar.

4.4.4. Menilai keefektifan kegiatan laboratorium.

4.4.5. Mengembangkan eksperimen baru.

4.5.1.Mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dala m proses belajar men gajar.

4.5.2. Mempelajari ma cam-macam sumber perpu stakaan.

4.5.3. Menggunakan ma cam-macam sumber perpu stakaan.

4.5.4. Mempelajari krit eria pemilihan macam-macam sumber perpu stakaan.

4.5.5. Menilai sumber-sumber perpustakaan.

4.6.1. Mempelajari fungsi micro teac hing dalam proses belajar mengajar.

4.6.2. Menggunakan micro teaching unit dalam proses belajar mengajar.

4.6.3. Menyusun pro gram micro teaching dengan atau tanpa hardware. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(43)

4.6.4. Melaksanakan program micro teaching dengan atau tanpa hardware.

4.6.5. Menilai program dan pelaksanaan micro teaching.

4.6.6. Mengembangkan program-program baru. 1 1 1 5. MENGUASAI LANDASAN KEPENDIDIKAN

5.5.1. Mempelajari kon sep, masalah pendi dikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, filosofis, historis dan psikologis.

5.5.2. Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara pote nsial dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dan masyarakat. 1 1 6. MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR 6.6.1.Mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk belajar.

6.6.2. Menggunakan cara-cara memotivasi siswa untuk belajar.

6.6.3. Mempelajari mac am-macam bentuk pert anyaan.

6.6.4. Menggunakan mac am-macam bentuk pert anyaan secara tepat.

1

1

1


(44)

6.6.5. Mempelajari bebe rapa mekanisme psiko logis belajar mengajar di sekolah.

6.6.7. Mengkaji faktor-faktor positif dan negatif dalam proses belajar mengajar.

6.6.8. Mempelajari cara-cara berkomunikasi antar pribadi.

6.6.9. Menggunakan cara-cara berkomunikasi antar pribadi.

1

1

1

1

7. MENILAI PRESTASI

SISWA UNTUK PENGAJARAN

7.7.1. Mempelajari fungsi penilaian.

7.7.2. Mempelajari berm acam-macam teknik dan prosedur penilaian.

7.7.3. Menyusun teknik dan prosedur penilaian. 7.7.4. Mempelajari krite ria penilaian teknik dan prosedur penilaian.

7.7.5. Menggunakan tekn ik dan prosedur penilaian. 7.7.6. Mengolah dan me nginterpretasi hasil penilaian.

7.7.7. Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar. 7.7.8. Menilai teknik dan prosedur penilaian. 1 1 1 1 1 1 1 1


(45)

7.7.9. Menilai keefektifan program pengajaran.

1

8. MENGENAL FUNGSI

DAN PROGRAM PELAYANAN BP 8.1. Mengenal fungsi dan program layanan BP di se kolah.

8.2. Menyelenggarakan program layanan BP di sekolah.

8.1.1. Mempelajari fungsi BP di sekolah.

8.1.2. Mempelajari progr am layanan BP.

8.1.3. Mengkaji persa maan dan perbedaan fungsi, kewenangan serta tanggung jawab antara guru dan pembimbing di sekolah.

8.2.1. Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang di hadapi siswa.

8.2.2. Menyelenggarakan program layanan BP di sekolah, terutama bimb ingan belajar. 1 1 1 1 1

9. MENGENAL dan

MENYELENGGARAKAN ADMINISTRASI

SEKOLAH

9.1. Mengenal penyeleng

garaan administrasi sekolah. 9.1.1 Mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala sekolah dan kantor wilayah Depdiknas.

9.1.2. Mempelajari peratu ran-peraturan

kepegawaian pada umunya dan peraturan kepegawaian guru pada khususnya.

1


(46)

9.2. Menyelenggarakan aministrasi sekolah.

9.2.1. Menyelenggarakan administrasi sekolah.

9.2.2. Mempelajari prin sip-prinsip dan prosedur pengelolaan program akad emik.

1

1

10. MEMAHAMI

PRINSIP-PRINSIP dan MENTAFSIRKAN

HASIL-HASIL PENELITIAN PENDIDIKAN GUNA

KEPERLUAN PENGAJARAN

Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam pendidikan.

Mempelajari tekn ik dan prosedur penelitian pendidikan terutama se bagai konsumen hasil-hasil penelitian pendi dikan.

Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran.

1

1

1


(47)

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas alat ukur

Untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu langkah untuk mendapatkan validitasnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan content validity untuk skala keterampilan komunikasi dan persepsi terhadap profesionalisme guru, yaitu penilaian secara subjektif mengenai kelayakan suatu aitem atau skala oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan mengenai masalah yang diajukan (Litwin, 2003). Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgement (Azwar, 2000). Professional judgement di dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing penelitian ini. Penggunaan blue print juga sangat membantu untuk tercapainya validitas suatu alat ukur karena memuat cakupan isi yang hendak diungkap. Dimana alat ukur harus komprehensif isinya dan juga memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi, 2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas merupakan indikator konsistensi aitem-aitem pernyataan tes dalam menjalankan


(48)

fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Untuk mengukur reliabilitas alat ukur skala keterampilan komunikasi menggunakan korelasi spearman and rank. Untuk mengukur reliabilitas alat ukur skala dengan menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach (Cozby, 2004). Pengujian reliabilitas skala penelitian dilakukan dengan bantuan program SPSS 15,0 for Windows.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Penelitian ini melibatkan dua alat ukur yaitu skala untuk mengukur keterampilan komunikasi dan skala untuk mengukur persepsi terhadap profesionalisme guru. Dalam penyusunan skala untuk mengukur keterampilan komunikasi dan skala persepsi terhadap profesionalisme guru, langkah pertama adalah menentukan aspek-aspek setiap variabel yang akan diukur, kemudian disusun sejumlah pernyataan atau item yang akan diukur berdasarkan blue print yang telah dibuat mengacu pada aspek-aspek yang akan diukur pada masing-masing variabel. Pada saat pembuatan alat ukur peneliti meminta pertimbangan profesional judgement dan melakukan seleksi aitem-aitem yang memenuhi syarat berdasarkan blue print sebelum diujicobakan.


(49)

2. Perizinan

Sebelum melakukan penelitian ini, maka peneliti terlebih dahulu harus mengurus surat perizinan penelitian. Surat ini akan diberikan kepada Dinas Pendidikan Pemerintah kota Medan dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sebagai tanda bukti bahwa peneliti legal untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Medan. Surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Pemerintah kota Medan selanjutnya ditujukan kepada pihak SMA Negeri 2 Medan, kemudian diproses sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Medan.

3. Uji Coba Alat Ukur Penelitian

Sebelum dijadikan alat ukur penelitian, maka kedua skala tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan ujicoba pada responden yang tidak terpilih sebagai sampel penelitian sebanyak 30 orang.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan uji coba alat ukur penelitian keterampilan komunikasi dimana peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa kali observasi pada saat guru sedang mengajar dengan dibantu oleh dua orang interrater. Pengukuran persepsi terhadap profesionalisme guru pada guru diukur dengan menyebarkan skala persepsi terhadap profesionalisme guru kepada guru-guru SMA Negeri 2 Medan yang telah diobservasi untuk melihat keterampilan komunikasinya. Data uji coba yang diperoleh untuk masing-masing variabel,


(50)

diolah untuk menentukan aitem-aitem mana saja yang dapat dijadikan alat ukur dalam penelitian.

4. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diujicobakan, selanjutnya dilakukan penelitian terhadap sampel penelitian dengan menggunakan aitem-aitem yang diterima dari alat ukur yang telah diujicobakan sebelumnya. Pertama dilakukan observasi untuk mengukur keterampilan komunikasi guru, observasi ini dilakukan ketika guru sedang mengajar siswa. Selanjutnya peneliti melakukan pengukuran persepsi terhadap profesionalisme guru dengan menggunakan skala.

G. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang akan digunakan untuk menguji hipotesa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik korelasi pearson product moment (Cozby, 2004). Teknik korelasi pearson product moment adalah teknik korelasi yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi antara data interval dan data interval lainnya (Bungin, 2001). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15,0 for Windows.

Namun sebelum analisa data dapat dilakukan, perlu dilakukan hal-hal berikut ini :

1. Uji normalitas

Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang dihadapi adalah berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Hal ini penting dilakukan karena kalau


(51)

populasi sampel diambil tidak bersifat normal maka tes statistik yang bergantung pada asumsi normalitas itu menjadi cacat sehingga kesimpulannya menjadi tidak berlaku (Kerlinger, 2002). Uji normalitas ini dilakukan dengan memakai distribusi Kolmogorov-Smirnov Test.

2. Uji Linearitas

Uji linieritas hubungan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (kecerdasan emosi) berkorelasi secara linier atau tidak berkorelasi secara linier terhadap variabel tergantung (keterampilan komunikasi). Uji linieritas hubungan dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan teknik interactive graph yang menghasilkan scatter plot (diagram pencar). Penelitian ini menggunakan diagram pencar dengan bantuan program komputer karena efektif dalam hal waktu dan tenaga.


(52)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan analisa dan pembahasan sesuai dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran subjek penelitian, hasil utama penelitian dan deskripsi hasil penelitian.

A. Gambaran Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah Guru SMA Negeri 2 Medan yang berjumlah 90 orang. Dari 90 orang guru terpilih 50 orang subjek yang memenuhi karakteristik populasi penelitian.

Dari 50 orang yang terpilih, diperoleh gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lamanya mengajar.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 7.

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Pria 14 28% Wanita 36 72%


(53)

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan subjek yang berjumlah 50 orang, persentase terbesar sebanyak 36 orang (72%) adalah wanita sedangkan pria sebanyak 14 orang (28%).

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 8.

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (N) Persentase (%)

25-29 tahun 1 2%

30-34 tahun 1 2%

35-39 tahun 9 18%

40-44 tahun 17 34%

45-49 tahun 6 12%

50-54 tahun 9 18%

55-59 tahun 7 14%

Total 50 100%

Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan subjek yang berjumlah 50 orang, persentase terbesar sebanyak 17 orang (34%) adalah subjek berusia 40-44 tahun, kemudian disusul oleh subjek yang berusia 35-39 tahun dan 50-54 tahun, masing-masing sebanyak 9 orang (18%). Peringkat berikutnya diduduki oleh subjek yang berusia 55-59 tahun sebanyak 7 orang (14%), kemudian disusul oleh subjek yang berusia 45-49 tahun sebanyak 6 orang (12%) dan terakhir dengan


(54)

jumlah terkecil adalah subjek yang berusia 25-29 tahun dan 30-34 tahun masing-masing sebanyak 1 orang (2%).

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Berdasarkan pendidikan terakhir subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 9.

Tabel 9. Gambaran subjek penelitian berdasarkan pendidikan terakhir

Pendidikan terakhir Jumlah %

Diploma 2 4%

Strata 48 96%

Total 50 100%

Pada table 9 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan subjek yang berjumlah 50 orang, persentase terbesar adalah subjek yang pendidikan terakhirnya strata sebanyak 48 orang (96%), selanjutnya disusul oleh subjek yang pendidikan terakhirnya diploma sebanyak 2 orang (4%).

4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja

Berdasarkan lamanya bekerja subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 9.

Tabel 10. Gambaran subjek penelitian berdasarkan lama bekerja

Lama bekerja Jumlah %

10-14 tahun 18 36%

15-19 tahun 7 14%

20-24 tahun 11 22%

25-29 tahun 6 12%

30-34 tahun 8 16%

Total 50 100

Pada table 10 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan subjek yang berjumlah 50 orang, persentase terbesar adalah subjek yang lamanya bekerja selama 10-14 tahun sebanyak 18 orang (36%), peringkat kedua diduduki oleh subjek yang lamanya bekerja selama 20-24 tahun 11 orang (22%). Peringkat ketiga diduduki


(55)

oleh subjek yang lamanya bekerja selama 30-34 tahun sebanyak 8 orang (16%), selanjutnya diduduki oleh subjek yang lamanya bekerja selama 15-19 tahun sebanyak 7 orang (14%) dan yang terakhir diduduki oleh subjek yang lamanya bekerja selama 25-29 tahun sebanyak 6 orang (12%).

B. Hasil Utama Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi. Metode analsis data yang digunakan adalah Pearson Product Moment. Sebelum hasil utama penelitian dapat dianalisa, terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi penelitian yang mencakup uji normalitas sebaran dan uji linearitas.

1. Uji Asumsi a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal. Untuk mengukur normalitas digunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov

Persepsi Terhadap

Profesionalisme Guru

Keterampilan Komunikasi

Kolmogorov-Smirnov (Z) 0.554 0.751


(56)

Penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan (α) 0.05. Apabila nilai p>α maka masing-masing data penelitian telah terdistribusi dengan normal. Sedangkan jika p<α maka masing-masing data penelitian tidak terdistribusi dengan normal.

Berdasarkan data pada tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai sebaran normal (Z) masing-masing variabel sebesar 0.554 dan 0.751 dengan p>0.05 (p=0.919 dan 0.625), maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah terdistribusi dengan normal.

b. Uji linearitas

Uji linieritas dilakukan dengan metode statistik uji F. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi (R) sebesar 1.568 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0.217, sehingga p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi.

2. Uji Analisa Data

a. Hubungan Persepsi terhadap Profesionalisme Guru dengan Keterampilan Kumunikasi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi pearson product moment dengan bantuan SPSS 16.0 for windows.


(57)

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien korelasi (R) sebesar 0.178 dengan taraf signifikansi (p) sebesar 0.217 sehingga p>0.05. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi maka Ho diterima.

b. Rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik

1. Nilai empirik dan nilai hipotetik persepsi terhadap profesionalisme guru Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi terhadap profesionalisme guru dari subjek penelitian, untuk itu peneliti menggunakan alat penelitian berupa Skala persepsi terhadap profesionalisme guru.

Setelah dilakukan uji reliabilitas didapat 136 pernyataan yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi data penelitian. Dari 136 pernyataan tersebut yang rentangnya berkisar 0-3 dihasilkan kemungkinan total skor tertinggi 408 dan total skor terendah 0.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor tertinggi 138 dan total skor terendah 96. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik persepsi terhadap profesionalisme guru dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12. Nilai empirik dan nilai hipotetik persepsi terhadap profesionalisme guru

N Min. Maks. Rata-Rata SD

Nilai empirik 50 248 392 3.16 34.51

Nilai hipotetik 50 0 408 204 68

Berdasarkan tabel 12 maka diperoleh nilai rata-rata empirik persepsi terhadap profesionalisme guru sebesar 3.16 (Xe = 3.16) dengan standar deviasi empirik sebesar 34.51 dan nilai rata-rata hipotetik sebesar 204 (Xh = 204) dengan standar


(58)

deviasi 68. Berdasarkan perbandingan nilai rata-rata empirik dan nilai rata-rata hipotetik maka diperoleh Xe < Xh dengan selisih sebesar 200.84.

2. Nilai empirik dan nilai hipotetik keterampilan komunikasi

Tujuan lainnya dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai keterampilan komunikasi dari subjek penelitian, untuk itu peneliti menggunakan alat penelitian berupa lembar observasi.

Setelah dilakukan uji reliabilitas didapat15 aitem yang memenuhi persyaratan untuk kemudian dianalisa menjadi data penelitian. Dari 15 aitem tersebut yang rentangnya 0-2 dihasilkan kemungkinan total skor tertinggi 30 dan total skor terendah 0.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total skor tertinggi 30 dan total skor terendah 4. Hasil perhitungan rata-rata empirik dan rata-rata hipotetik keterampilan komunikasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 13. Nilai empirik dan nilai hipotetik keterampilan komunikasi

N Min. Maks. Rata-Rata SD

Nilai empirik 50 4 30 17.16 6.83

Nilai hipotetik 50 0 30 15 5

Berdasarkan tabel 13 maka diperoleh nilai rata-rata empirik keterampilan komunikasi sebesar 17.16 (Xe = 17.16) dengan standar deviasi sebesar 6.83 dan nilai rata-rata hipotetik sebesar 15 (Xh = 15) dengan standar deviasi sebesar 5.

Berdasarkan perbandingan nilai rata-rata empirik dan nilai rata-rata hipotetik maka diperoleh Xe > Xh dengan selisih sebesar 2.16.

c. Kategori persepsi terhadap profesionalisme guru

Norma kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(59)

Tabel 14. Norma kategorisasi

Rentang nilai Kategori

x < (µ-SD) Rendah

(µ-SD) ≤ x < (µ+SD) Sedang

x ≥ (µ+SD) Tinggi

Besar nilai rata-rata persepsi terhadap profesionalisme guru adalah 204 sedangkan standar deviasinya sebesar 68, sehingga kategorisasi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Kategorisasi data persepsi terhadap profesionalisme guru Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase Persepsi terhadap

profesionalime guru

x<136 Rendah 0 0 %

136x272 Sedang 5 10%

272<x Tinggi 45 90%

Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa subjek penelitian yang tergolong kedalam kategori persepsi terhadap profesionalime guru yang tinggi sebesar 90%, subjek yang tergolong kedalam kategori persepsi terhadap profesionalime guru sedang sebesar 10%, subjek penelitian yang tergolong kedalam kategori persepsi terhadap profesionalime guru rendah tidak ada (0%).

d. Kategori keterampilan komunikasi

Tabel 15. Kategorisasi data keterampilan komunikasi

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase


(60)

komunikasi 10x20 Sedang 25 50%

20<x Tinggi 17 34%

Berdasarkan tabel 15. diketahui bahwa subjek penelitian yang tergolong kedalam kategori keterampilan komunikasi tinggi sebesar 34%, subjek yang tergolong kedalam kategori keterampilan komunikasi sedang sebesar 50%, subjek penelitian yang tergolong kedalam kategori keterampilan komunikasi rendah sebesar 16%.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada sampel guru SMA Negeri 2 Medan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kunandar (2007) bahwa profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencahariannya. Persepsi guru terhadap profesionalisme guru merupakan proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan profesionalisme guru yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap


(61)

profesionalisme guru tersebut. Berdasarkan persepsi yang dimiliki terhadap profesionalisme guru maka selanjutnya akan memberikan kemungkinan guru melakukan perbaikan dan pengembangan diri yang selanjutnya memungkinkan guru tersebut dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan keterampilannya, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi yang baik dengan siswa.

B. PEMBAHASAN

Persepsi didefenisikan sebagai proses menginterpretasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasal dari lingkungan (Atkinson dan Hilgard, dalam Yusuf 2004). Lebih lanjut Stagner dan Solley (dalam Yusuf 2004) menyatakan bahwa persepsi adalah sesuatu yang dapat menentukan bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap stimulus yang ada disekitarnya karena persepsi merupakan rangkaian peristiwa yang menjembatani stimulus dan perilaku tertentu.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan didiskusikan permasalahan-permasalahan dalam penelitian yang selanjutnya disimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan dalam penelitian, pada akhir bab ini akan dikemukakan saran-saran bagi penelitian di masa mendatang dengan tema yang hampir sama.

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan analisis data, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap profesionalisme guru dengan keterampilan komunikasi. Hal ini di dapat dari nilai koefisien korelasi R = 0,178 dan taraf signifikansi p = 0.217 (p>0.05).

2. Kategori guru yang memiliki persepsi terhadap profesionalisme guru yang tinggi sebesar 90%, sedang sebesar 10% dan rendah 0%.

3. Kategori guru yang memiliki keterampilan komunikasi yang tinggi sebesar 34%, sedang sebesar 50% dan rendah sebesar 16%.


(63)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran yang dikemukakan oleh peneliti diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah dan berguna bagi pihak organisasi tempat penelitian.

1. Saran metodologis

Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan, berikut ini terdapat beberapa saran yang dirasa perlu untuk diperhatikan dalam penelitian selanjutnya yaitu:

a. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian mengenai keterampilan komunikasi sebaiknya meneliti variabel lain yang mungkin mempengaruhi keterampilan komunikasi.

b. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis, sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih pernyataan, karena tingkat social desirability.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Azwar, S (1996). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

(2000). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, B (2001). Metode Penelitian Sosial:Format-Format Kuaitatif dan Kuantitatif. Sidoarjo: Airlangga University Press.

Cozby,C.P (2004). Methods in Behavioral Research. Newyork; McGraw Hill.

Djamarah, S. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Dani, V. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Galia Indonesia.

Djiwandono, S. E. W (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Eny, W.T (2002). Fungsi Komunikasi Guru BP Bagi Siswa SMU PGRI BATU dalam Memilih Jurusan yang Sesuai dengan Minat dan Bakat Siswa. [online]. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op+read&id+jiptum-gdl-sl-2002eny-8673-komunikasi&q=Penelitian. Tanggal akses 21 Februari 2008.

Goleman, D (1999). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi.Widodo A.T.K. (penerjemah). Jakarta : Gramedia.

Hadi, S (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hamzah, B (2005). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Gorontalo: PT.


(65)

Kerlinger, F.N (2002). Azas-azas penelitian behavioral (edisi ke-3). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Kunandar (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. PT.RajaGrafindi Persada.

Liwin ,.S.M (2003). How to Assess and Interpret Survey Psychometrics.2nd ED. United States of America:Sage Publication.

Millar, K (2005). Communication Theories.America: McGraw-Hill Companies.

Muhibbin, Syah (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, J (1988). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remadja Karya. Rani, D (2007). Komunikasi Empatik Kepada Siswa [on-line] .

http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/03/99formguru.htm.Tanggal akses 21 Februari 2008.

Sadirman (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.

Santrock, J.W (2007). Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Tri Wiboowo B.S. (pen) Jakarta: Pranada Media Group.

Suherman (2008). Hakikat Pembelajaran [on-line] .http://209.85.175.104/search?q=cache :PRyr_fVAJDEJ:educare.efkipunla.net/index2.php%3Foption%3Dcom_content% 26do_pdf%3D1%26id%3D3+kecerdasan+emosional+dan+komunikasi+guru&hl= id&ct=clnk&cd=22&gl=id. Tanggal akses 21 April 2008.

Sukmadinata, N.S (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Yamin, M (2007). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press.


(66)

Yusuf, S (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Winataputra (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


(1)

 

54

profesionalisme guru tersebut. Berdasarkan persepsi yang dimiliki terhadap

profesionalisme guru maka selanjutnya akan memberikan kemungkinan guru

melakukan perbaikan dan pengembangan diri yang selanjutnya memungkinkan

guru tersebut dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan

keterampilannya, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi yang baik

dengan siswa.

B.

PEMBAHASAN

Persepsi didefenisikan sebagai proses menginterpretasikan dan

mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasal dari lingkungan (Atkinson

dan Hilgard, dalam Yusuf 2004). Lebih lanjut Stagner dan Solley (dalam Yusuf

2004) menyatakan bahwa persepsi adalah sesuatu yang dapat menentukan

bagaimana seharusnya seseorang bereaksi terhadap stimulus yang ada

disekitarnya karena persepsi merupakan rangkaian peristiwa yang menjembatani

stimulus dan perilaku tertentu.


(2)

 

55

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan didiskusikan permasalahan-permasalahan dalam penelitian

yang selanjutnya disimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan dalam

penelitian, pada akhir bab ini akan dikemukakan saran-saran bagi penelitian di

masa mendatang dengan tema yang hampir sama.

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan analisis data, maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1.

Tidak ada hubungan antara persepsi terhadap profesionalisme guru dengan

keterampilan komunikasi. Hal ini di dapat dari nilai koefisien korelasi R =

0,178 dan taraf signifikansi p = 0.217 (p>0.05).

2.

Kategori guru yang memiliki persepsi terhadap profesionalisme guru yang

tinggi sebesar 90%, sedang sebesar 10% dan rendah 0%.

3.

Kategori guru yang memiliki keterampilan komunikasi yang tinggi sebesar

34%, sedang sebesar 50% dan rendah sebesar 16%.


(3)

 

56

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang

dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran yang

dikemukakan oleh peneliti diharapkan dapat berguna bagi perkembangan

kelanjutan studi ilmiah dan berguna bagi pihak organisasi tempat penelitian.

1. Saran metodologis

Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan, berikut ini terdapat beberapa

saran yang dirasa perlu untuk diperhatikan dalam penelitian selanjutnya yaitu:

a.

Bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian mengenai

keterampilan komunikasi sebaiknya meneliti variabel lain yang mungkin

mempengaruhi keterampilan komunikasi.

b.

Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis,

sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih pernyataan, karena tingkat

social desirability

.


(4)

46

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S (1996). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

(2000). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Bungin, B (2001). Metode Penelitian Sosial:Format-Format Kuaitatif dan Kuantitatif.

Sidoarjo: Airlangga University Press.

Cozby,C.P (2004). Methods in Behavioral Research. Newyork; McGraw Hill.

Djamarah, S. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.

Rineka

Cipta.

Dani, V. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Galia Indonesia.

Djiwandono, S. E. W (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Eny, W.T (2002). Fungsi Komunikasi Guru BP Bagi Siswa SMU PGRI BATU dalam

Memilih Jurusan yang Sesuai dengan Minat dan Bakat Siswa. [online].

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op+read&id+jiptum-gdl-sl-2002eny-8673-komunikasi&q=Penelitian. Tanggal akses 21 Februari 2008.

Goleman, D (1999). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi.Widodo

A.T.K. (penerjemah). Jakarta : Gramedia.

Hadi, S (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hamzah, B (2005). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Gorontalo: PT.


(5)

47

Kerlinger, F.N (2002). Azas-azas penelitian behavioral (edisi ke-3). Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

Kunandar (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum tingkat satuan pendidikan

dan sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. PT.RajaGrafindi Persada.

Liwin ,.S.M (2003). How to Assess and Interpret Survey Psychometrics.2nd ED. United

States of America:Sage Publication.

Millar, K (2005). Communication Theories.America: McGraw-Hill Companies.

Muhibbin, Syah (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT.Remaja

Rosdakarya.

Rakhmat, J (1988). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remadja Karya.

Rani, D (2007). Komunikasi Empatik Kepada Siswa

[

on-line

] .

http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/032007/03/99formguru.htm.Tanggal akses 21 Februari

2008.

Sadirman (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT. Raja Grafindo Persada

Jakarta.

Santrock, J.W (2007). Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Tri Wiboowo B.S. (pen)

Jakarta:

Pranada

Media

Group.

Suherman (2008). Hakikat Pembelajaran

[

on-line

] .

http://209.85.175.104/search?q=cache

:PRyr_fVAJDEJ:educare.efkipunla.net/index2.php%3Foption%3Dcom_content%

26do_pdf%3D1%26id%3D3+kecerdasan+emosional+dan+komunikasi+guru&hl=

id&ct=clnk&cd=22&gl=id. Tanggal akses 21 April 2008.

Sukmadinata, N.S (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja

Rosdakarya.

Yamin, M (2007). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada

Press.


(6)

48

Yusuf, S (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Winataputra (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU SMA NEGERI DAN GURU SMA SWASTA

0 3 14

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMA Sragen Kota.

0 3 17

PERSEPSI GURU TENTANG PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 1 PADANG TUALANG.

0 2 18

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DAN KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DENGAN KINERJA GURU MTS NEGERI KOTA MEDAN.

0 1 32

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN DAN KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DENGAN KINERJA GURU MTS NEGERI KOTA MEDAN.

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DENGAN PROFESIONALISME DALAM MENGAJAR.

0 0 10

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU SMA NEGERI I SRAGEN DAN GURU PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU SMA NEGERI I SRAGEN DAN GURU SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN.

0 0 16

BAB 1 PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU SMA NEGERI I SRAGEN DAN GURU SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN.

0 0 11

PROFESIONALISME GURU PROFESIONALISME GURU ( Studi Persepsi dan Implementasi pada Guru SMA N I Jatisrono Kabupaten Wonogiri ).

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR DENGAN KINERJA GURU Hubungan Antara Persepsi Terhadap Profesionalisme Mengajar Dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Nawangan.

0 2 16