KINERJA GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SD PILOTING KABUPATEN SLEMAN.

(1)

i

KINERJA GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SD PILOTING KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Henriska Ruli Bintari NIM 11108241149

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii


(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Guru yang sedang-sedang saja memberitahukan. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang ulung mendemonstrasikan. Sedangkan Maha Guru itu menginspirasi.

(William Arthur Ward)

Jangan takut dan jangan menyerah pada sesuatu yang belum dicoba dan dijalani. Percaya diri dan yakinlah kalau kamu bisa melewati cobaan dan rintangan hidup.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua yang tiada pernah berhenti mendoakan, memberikan nasehat dan mengingatkan dalam kebaikan, juga yang selalu mengajariku bersyukur atas nikmat-Nya sera mengajariku untuk selalu semangat berjuang meraih cita-cita.

2. Kedua saudaraku yang telah memberikan dorongan untuk selalu maju. 3. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta.


(7)

vii

KINERJA GURU KELAS DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SD PILOTING KABUPATEN SLEMAN

Oleh

Henriska Ruli Bintari NIM 11108241149

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SD Piloting Kabupaten Sleman. Kinerja Guru dilihat dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Subjek peneltian ini guru kelas SD Piloting Kabupaten Sleman dengan sampel 114 guru. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling

untuk menentukan jumlah sampel. Metode pengumpulan data penelitian menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran kurikulum 2013 sebesar 72,1% pada kategori sangat baik dan sebesar 27,9% pada kategori baik; (2) kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 pada kategori sangat baik dengan persentase sebesar 63,4% dan pada kategori baik sebesar 36,6%; (3) kinerja guru dalam penilaian pembelajaran kurikulum 2013 sebesar 49% berada pada kategori sangat baik, sebesar 50% berada pada kategori baik dan sebesar 1% berada pada kategori cukup. Sehingga disimpulkan bahwa kinerja guru kelas di SD Piloting Kurikulum 2013 Kabupaten Sleman berada pada kategori sangat baik


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Guru Kelas Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di SD Piloting Kabupaten Sleman”. Penulisan skripsi bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dibawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd. M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr.

Haryanto, M.Pd. yang telah memberi ijin dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Suwarjo, M.Si yang telah memberi ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ketua jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Suparlan, M.Pd.I yang telah memberi motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Dosen pembimbing akademik, P. Sarjiman, M.Pd. yang telah memberikan bimbingannya selama masa perkuliahan.

6. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd dan Dr. Ali Mustadi, M.Pd yang dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, serta saran kepada penulis sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga

ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan sebagai bekal dalam penyusunan dalam skripsi ini.


(9)

ix

8. Kepala sekolah dan guru kelas SD Negeri Glagah, SD Negeri Pujokusuman I, dan SD Negeri Tegalrejo I, Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan uji coba instrumen.

9. Kepala sekolah dan guru kelas SD piloting Kurikulum 2013 Kabupaten Sleman yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.

10. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan motivasi dalam proses meraih gelar sarjana.

11. Teman-teman prodi PGSD 2011 kelas D yang senantiasa ada dalam suka dan duka serta membagi ilmunya.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbangan bagi kelancaran penulisan tugas akhir skripsi ini.

Penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan pembaca.

Yogyakarta, 7 Maret 2016


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan tentang Guru ... 11

1. Pengertian Guru ... 11

2. Tugas Guru ... 12

3. Peran Guru dalam Kurikulum ... 14

B. Tinjauan tentang Kinerja Guru ... 18

1. Pengertian Kinerja Guru ... 18

2. Kompetensi Guru... 20

3. Penilaian Kinerja Guru ... 22


(11)

xi

1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 24

2. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 27

3. Struktur Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar ... 31

D. Pelaksanaan Kurikulum 2013 ... 32

1. Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 32

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 38

3. Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 46

E. Kerangka Berpikir ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

C. Variabel Penelitian ... 55

D. Populasi Penelitian ... 56

E. Sampel Penelitian ... 56

F. Definisi Penelitian ... 57

G. Teknik Pengumpulan Data ... 57

H. Instrumen Penelitian ... 57

I. Skala Pengukuran ... 59

J. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 60

K. Teknik Analisis Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 64

2. Deskripsi Data Penelitian ... 64

B. Pembahasan ... 78

C. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87


(12)

xii


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI SDLB ... 27

Tabel 2. Struktur Kurikulum 2013 ... 31

Tabel 3. Kegiatan Pendekatan Saintifik ... 41

Tabel 4. Kisi-Kisi Kinerja Guru ... 54

Tabel 5. Interpretasi Nilai r ... 62

Tabel 6. Distribusi Aspek Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Kurikulum ... 65

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Aspek Perencanaan Pembelajaran ... 66

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Aspek Pelaksanaan Pembelajaran ... 70


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 54

Gambar 2. Perumusan KD dan Indikator ... 66

Gambar 3. Pemilihan Materi, Media dan Sumber Belajar ... 67

Gambar 4. Pembuatan RPP ... 68

Gambar 5. Pemilihan dan Penyusunan Alat Penilaian Pembelajaran ... 69

Gambar 6. Kemampuan Pengelolaan Kelas ... 71

Gambar 7. Kemampuan Membuka Pembelajaran ... 71

Gambar 8. Penguasaan Materi ... 72

Gambar 9. Penggunaan Media dan Sumber Belajar ... 73

Gambar 10. Penggunaan Metode dan Strategi Pembelajaran ... 74

Gambar 11. Kemampuan Menutup Pembelajaran ... 75

Gambar 12. Pelaksanaan dan Pengolahan Penilaian Pembelajaran ... 76


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Surat Pernyataan Validator Instrumen Kinerja Guru Kelas dalam

Pelaksanaan Kurikulum 2013 ... 94

Lampiran 2. Angket Uji Coba Kinerja dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 .. 95

Lampiran 3. Data Ujicoba Skala Angket Kinerja Guru ... 102

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kinerja Guru ... 106

Lampiran 5. Angket Penelitian Kinerja Guru ... 115

Lampiran 6. Angket Penelitian Kinerja Guru yang diisi oleh responden ... 121

Lampiran 7. Tabel Data Penelitian Kinerja Guru ... 126

Lampiran 8. Tabel Data Hasil Penelitian Kinerja Guru Kelas dalam Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 136

Lampiran 9. Tabel Data Hasil Penelitian Kinerja Guru Kelas dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 139

Lampiran 10. Tabel Data Hasil Penelitian Kinerja Guru Kelas dalam Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013 ... 142

Lampiran 11. Tabel Data Hasil Penelitian Kinerja Guru Kelas dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD Piloting Kabupaten Sleman ... 145


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu tindakan untuk menumbuhkan, mengembangkan potensi, pikiran, kepribadian dan keahlian, sehingga pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam Undang - Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Arif Rohman, 2011 : 4).

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu bagi kemajuan suatu bangsa. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan sumber daya manusia. Menyadari pentingnya hal tersebut, pemerintah berupaya menjadikan pendidikan di Indonesia lebih berkualitas, antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi pembelajaran, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh faktor-aktor pendidikan yang saling terkait, yaitu peserta didik, pendidik, sarana dan prasarana, tujuan pendidikan, dan lingkungan sekitar. Standarisasi dan profesionalisme pendidikan sekarang ini


(17)

2

menuntut berbagai pihak yang bergelut di dunia pendidikan untuk aktif dan mengikuti perkembangan pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai.

Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan pendidikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan dapat diciptakan manusia yang kreatif, inovatif, produktif dan berkarakter sehingga lulusan pendidikan dapat bersaing di era globalisasi yang penuh tantangan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi komunikasi dan berbagai bidang lainnya. Untuk mewujudkan manusia yang kreatif, inovatif, produktif dan berkarakter dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam pendidikan, salah satu SDM handal tersebut adalah pendidik. Pendidik bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan, oleh karena itu harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan dan peserta didik.

Pendidik dalam pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut guru adalah pendidik profesional dengan


(18)

3

tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru sebagai seorang pendidik berperan penting dalam ketercapaian tujuan pendidikan, hal ini dikarenakan guru adalah pelaksana kurikulum. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik (Kemdikbud, 2013: 78). Kurikulum merupakan salah satu aspek pendidikan yang sering berubah mengikuti perkembangan zaman, baik di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan kebutuhan hidup dan kebutuhan lapangan kerja juga berubah. Sehingga materi pengajaran bagi peserta didik juga terus berubah.

Pengertian kurikulum dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 9 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberikan pedoman dan mengatur lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.

Indonesia sudah beberapa kali mengalami perubahan kurikulum sejak tahun 1947 hingga tahun 2013. Perubahan kurikulum dilakukan agar kurikulum sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan IPTEK kebutuhan masyarakat, dan kebutuhan peserta didik dalam menghadapi lingkungan hidup yang mengalami


(19)

4

perubahan semakin pesat. Mengubah kurikulum sama halnya dengan merubah rancangan pembelajaran yang berperan dalam seluruh kegiatan pembelajaran dan berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan mengacu pada standar proses yang tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan.

Standar Nasional Pendidikan dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 bahwa: “Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Standar Nasional Pendidikan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum 2013 mulai diberlakukan pada tahun pelajaran 2013/2014. Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013, Pelaksanaan Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap. Pelaksanaan tersebut dilaksanakan pada 295 Kabupaten/Kota dengan sasaran sekolah 2.598 sekolah dasar (www.sekolahdasar.net/06/05/13). Sekolah-sekolah tersebut dijadikan sebagai sekolah pengembangan dan percontohan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 di perbaiki dan dimatangkan sehingga siap diterapkan secara nasional.

Kesiapan dan pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013 harus dimiliki oleh semua guru sehingga dapat melakukan tindakan dan tujuan yang ada dalam Kurikulum 2013 (Muhammad Nur Wangid, 2014: 176). Kurikulum 2013 berorientasi pada keaktifan peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan


(20)

5

menggunakan pendekatan scientific yang artinya pembelajaran dilakukan melalui proses ilmiah. Dalam hal ini, tugas guru adalah membelajarkan siswa, guru dituntut lebih kreatif untuk mengintegrasikan mata pelajaran, serta membuat pembelajaran lebih menarik agar dapat memancing dan menumbuhkan semangat peserta didik untuk mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan materi pelajaran.

Pelaksanaan Kurikulum 2013 dianggap lebih sempurna dari pada kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sebab, kurikulum sebelumnya tidak mengadakan pelatihan guru seperti Kurikulum 2013. Menurut Wakil Menteri Pendidikan, Musliar Kasim, dikutip dalam www.republika.co.id (10/09/14),

“Indonesia belum pernah mempersiapkan kurikulum sehebat Kurikulum 2013 yang melibatkan banyak komponen.”

Kurikulum 2013 saat ini diterapkan di sekolah yang sudah tiga semester menerapakannya. Sekolah tersebut dijadikan sebagai sekolah pengembangan dan percontohan penerapan Kurikulum 2013. Seperti keputusan Menteri Pendidikan, Anies Baswedan bahwa:

“…. Pada saat Kurikulum 2013 telah diperbaiki dan dimatangkan

lalu sekolah-sekolah ini (dan sekolah-sekolah lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dimulai proses penyebaran penerapan Kurikulum 2013 ke

sekolah lain di sekitarnya. . . . .”

Berdasarkan hasil wawancara di dinas Kabupaten Sleman dengan salah satu staf bagian kurikulum, DIKPORA Sleman sudah mengadakan pelatihan dan diklat yang diikuti oleh semua guru SD hingga SMA. Dengan diadakannya diklat dan


(21)

6

pelatihan, diharapkan kinerja guru semakin baik dan semakin siap dalam melaksanakan kurikulum 2013.

Paduan teknis pelaksanaan kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013:1), dijelaskan bahwa keberhasilan kurikulum 2013 SD dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas sekolah dasar sangat ditentukan oleh para pemangku kepentingan penyelenggara di sekolah terutama guru. Hal tersebut dikarenakan guru pada hakikatnya adalah pengembang dan pelaksana kurikulum karena secara langsung berinteraksi dengan peserta didik. Mantan Kemendikbud Abdul Malik Fajar (Sudaryanto, 2013: 44) mengatakan, “Sebagus apapun kurikulum yang dirancang, jika para guru tidak siap melaksanakannya, maka kurikulum itu akan sia-sia”. Pendapat tersebut senada dengan Mendikbud Anies Baswedan bahwa:

“… kita tidak boleh memandang pergantian kurikulum secara

otomatis akan meningkatkan kualitas pendidikan, karena bagaimanapun juga di tangan gurulah proses peningkatan itu bisa terjadi. Oleh karena itu peningkatan kompetensi guru harus semakin digalakkan sembari kurikulum 2013 diperbaiki dan dikembangkan.”

Berdasarkan pernyataan di atas, salah satu yang menjadi indikasi dari kesiapan dan kinerja guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 dapat dilihat pada implementasi standar proses. Implementasi standar proses dimulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

Upaya untuk menyiapkan guru dalam mengimplementasikan kurikulum dilakukan melalui sosialisasi dan pelatihan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melaksanakan program pendampingan bagi guru di sekolah dasar


(22)

7

agar memiliki kemampuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan yang sesuai dengan Kurikulum 2013.

Guru menentukan keberhasilan kurikulum 2013, maka pemahaman guru terhadap kurikulum serta kreativitas guru sangat dibutuhkan agar kinerja dan kompetensi guru sesuai dengan harapan pemerintah, guru yang membelajarkan, mampu menjadi fasilitator, mitra belajar peserta didik serta dapat memberikan layanan dan kemudahan belajar bagi peserta didik secara menyeluruh. Kurikulum 2013 menuntut guru untuk lebih kreatif, dan profesional dalam mengajar serta mengedepankan pendekatan saintifik. Guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran dituntut untuk mampu beradaptasi dengan tuntutan kurikulum baru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Kurikulum 2013, diterapkan di 6.221 sekolah sejak Tahun Pelajaran 2013/2014 dan di semua sekolah di seluruh tanah air pada Tahun Pelajaran 2014/2015. Akan tetapi pada surat Mendikbud kepada kepala sekolah terkait pelaksanaan kurikulum 2013 pada 1 Desember 2014, Mendikbud menghentikan pelaksanaan kurikulum 2013 pada sekolah yang baru menerapkan selama satu semester dan melanjutkan pelaksanaan pada sekolah yang sudah menerapkan selama tiga semester.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Sleman, Arif Haryono (dalam Republika.co.id, 06 Januari 2015) mengatakan beberapa sekolah di kabupaten Sleman yang tidak melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013 dikarenakan ketidaksiapan dalam praktik pembelajaran dan


(23)

8

penilaian. Menurut Arif, adanya persoalan tersebut karena kurangnya penyesuaian guru dalam menyesuaikan kurikulum 2013.

Diketahuinya kinerja guru kelas terhadap pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan proses pembelajaran yang ada karena guru bertindak sebagai tutor fasilitator, serta pengendali kegiatan belajar mengajar. Guru kelas sebagai pelaksana kurikulum merupakan tenaga kependidikan yang secara langsung melaksanakan pembelajaran berbasis kurikulum 2013. Oleh karena itu, kinerja guru yang baik tentu akan berpengaruh positif dalam menunjang keterlaksanaan Kurikulum 2013.

Mengingat beberapa pertimbangan tersebut di atas maka penelitian tentang pelaksanaan kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar sangat perlu dan penting sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu peneliti melakukan penelitian

dengan judul “Kinerja Guru Kelas dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD Piloting Kabupaten Sleman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan antara lain :

1. Belum diketahuinya perencanaan pembelajaran di SD Piloting Kurikulum 2013 Kabupaten Sleman.

2. Belum diketahuinya pelaksanaan pembelajaran di SD Piloting Kurikulum 2013 Kabupaten Sleman.


(24)

9

3. Belum diketahuinya penilaian pembelajaran di SD Piloting Kurikulum 2013. 4. Belum diketahuinya kesiapan guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di

Kabupaten Sleman.

5. Belum diketahuinya kinerja guru kelas dalam pelaksanaan kurikulum 2013.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam, penelitian dibatasi pada belum diketahuinya kinerja guru terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 serta belum diketahuinya perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran kurikulum 2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah dalam penelitian ini, masalah tersebut dapat dirumuskan menjadi, bagaimana kinerja guru kelas dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di SD Piloting Kabupaten Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja guru kelas terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 di SD Piloting kabupaten Sleman.


(25)

10 F. Manfaat Penelitian

Secara umum diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru dan lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

a. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kinerja guru dalam melaksanaan kurikulum 2013. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para guru untuk melaksanaan kurikulum 2013 dengan lebih baik sehingga proses pembelajaran dapat sesuai dengan yang diharapkan.

b. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak sekolah dalam melaksanaan kurikulum 2013 dilihat dari sudut pandang guru dalam proses belajar dan mengajar. Selain itu juga dapat mendorong kinerja sekolah untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam mengpelaksanaankan kurikulum 2013.

c. Bagi Dinas Pendidikan, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak dinas pendidikan dalam mengembangkan kurikulum selanjutnya. selain itu juga dapat dijadikan bahan evaluasi kebijakan kurikulum.


(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Guru 1. Pengertian Guru

Istilah guru tidak bisa dilepaskan dengan istilah pendidik, masyarakat pada realitasnya mengartikan guru adalah pendidik. Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 ditegaskan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 butir 1 tentang pengertian guru yaitu pendidik profesional yang bertugas mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usai dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selain pengertian guru menurut undang-undang, terdapat beberapa pengertian guru yang didefinisikan oleh para ahli.

Sedangkan menurut, Nurfuadi (2012:55) guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Nurfuadi juga menambahkan bahwa, Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak hanya di lembaga formal, tetapi juga lembaga informal.


(27)

12

Sejalan dengan pendapat Nurfuadi, Suparlan (2005:12) mengartikan guru sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Selain itu guru merupakan seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar serta kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disintesis bahwa pendidik lebih umum yang mencakup semua tenaga kependidikan, sedangkan guru adalah tenaga kependidikan yang bertugas membelajarkan siswa di sekolah sehingga memperoleh ilmu pengetahuan, dan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.

2. Tugas Guru

Guru memegang peranan penting dalam pendidikan, guru merupakan perencana, pelaksana dan pengevaluasi pembelajaran sehingga guru harus mempunyai kemampuan dalam mengelola kelas. Berjalannya pembelajaran tergantung pada guru, begitu pula keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20, tugas guru adalah:


(28)

13

1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, tekniologi, dan seni.

3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminasi atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

4) Menjunjung tinggi peraturan perundangan-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Menurut Moh. Uzer Usman (2006:6), terdapat tiga tugas guru, yakni:

1) Tugas guru dalam bidang profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih

2) Tugas guru dalam bidang Kemanusiaan, guru harus menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Guru harus menarik simpati sehingga ia menjadi idola siswanya dan pelajaran yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi siswanya dalam belajar

3) Tugas dalam bidang kemasyarakat, guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila. Selain itu guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan bangsa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tugas guru adalah membelajarkan, memotivasi, menginspirasi, dan memfasilitasi siswa dalam melakukan keterampilan proses agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan


(29)

14

warga yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Oleh karena itu guru juga bertugas untuk meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik, kompetensi serta kinerja guru.

3. Peran Guru dalam Kurikulum

Keberhasilan dari suatu kurikulum bergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh guru, oleh karena itu guru bertanggung jawab dalam melaksanakan dan mewujudkan segala sesuatu dalam kurikulum. Peran guru dalam kurikulum menurut Hamzah B. Uno (2010:25-26) adalah sebagai berikut.

a. Dalam perencanaan

Kurikulum dirancang dan dirumuskan oleh pakar dari bidang disiplin ilmu yang terkait, sedangkan guru berperan memberikan masukan berupa saran, ide, dan tanggapan terhadap rancangan pelaksanaanya di sekolah.

b. Dalam pelaksanaan di lapangan

Guru bertanggung jawab pada pelaksanaan kurikulum baik secara keseluruhan maupun sebagai penyampai mata pelajaran yang telah dirancang dalam kurikulum

c. Dalam proses penilaian

Guru diminta memberikan saran atau pendapat maupun menilai kurikulum dari berbagai aspek, seperti aspek filosofis, sosiologis, dan metodologis.


(30)

15 d. Pengadministrasian

Guru harus menguasai tujuan kurikulum, isi program yang diberikan kepada peserta didik. Biasanya dilakukan dengan menyusun suatu bagan analisis tugas pembelajaran dan rencana pembelajaran. e. Perubahan kurikulum

Guru berperan memberikan masukan berupa saran, ide, dan kritik berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh guru.

Dapat disimpulkan bahwa peran utama guru dalam kurikulum adalah sebagai pelaksana kurikulum. Guru juga berperan dalam memberikan saran, ide dan kritikan berdasarkan pengalaman melaksanakan kurikulum.

Murray Printr (dalam Wina Sanjaya 2010:28-30) menjelaskan peran guru dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut.

a. Sebagai implementer, guru berperan mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada.

b. Sebagai adapters, guru tidak hanya sebagai pelaksana tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa serta kebutuhan daerah.

c. Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah serta pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.

d. Sebagai researchers, guru berperan sebagai peneliti kurikulum, guru bertanggung jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum,


(31)

16

misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan model pembelajaran dan sebagainya.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam kurikulum adalah sebagai pelaksana kurikulum. Guru juga sebagai pengembang kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, visi dan misi sekolah serta kebutuhan daerah.

Menurut Mulyasa (2014: 99-106), guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Kurikulum 2013 menuntut guru mampu mengorganisasikan pembelajaran secara efektif. Mulyasa juga menjelaskan bahwa dalam mengorganisasikan pembelajaran perlu diperhatikan beberapa hal terkait dengan pelaksanaan kurikulum 2013, yaitu.

a. Pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter dan kompetensi ini hendaknya berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Pembelajaran pada kurikulum 2013 yang dilakukan dengan pendekatan tematik integratif dan saintifik, perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.

1) Mengintegrasikan pembelajaran dengan kehidupan masyarakat di lingkungan sekolah.

2) Mengidentifikasi kompetensi dan karakter sesuai dengan kebutuhan dan masalah peserta didik.

3) Mengembangkan indikator pembelajaran agar relevan dengan kebutuhan peserta didik.


(32)

17

4) Merekrut tenaga kependidikan yang kompeten sesuai dengan tugas dan fungsinya

5) Menjalin kerjasama antar fasilitator dengan tenaga kependidikan lain dalam pembentukan kompetensi peserta didik.

6) Melengkapi sarana dan prasarana agar memadai.

7) Melakukan penilaian otentik secara berkala untuk mengetahui keefektifan dan kesesuaian kompetensi yang dikembangkan. b. Pengadaan dan pembinaan tenaga ahli yang memiliki sikap, pribadi,

kompetensi dan keterampilan yang berkaitan dengan pembelajaran kompetensi dan karakter, agar setiap tenaga pendidik memiliki pemahaman dan kompetensi serta karakter yang menunjang keterlaksanaan pembelajaran tematik integratif untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.

c. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, baik lingkungna fisik maupun lingkungan sosial untuk menunjang pengembangan mutu pembelajaran.

d. Pengembangan kebijakan sekolah sehingga dapat memberikan kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan kurikulum 2013.

Dapat disimpulkan bahwa dalam kurikulum 2013 guru berperan untuk melaksanakan pembelajaran berbasis karakter menggunakan pendekatan tematik integratif dan saintifik, mengembangkan sikap, pribadi, kompetensi, keterampilan dan melakukan penilaian otentik. Guru


(33)

18

juga harus memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dan diharapkan kebijakan sekolah mendukung pelaksanaan kurikulum 2013.

B. Tinjauan Tentang Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance yang didefinisikan sebagai hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu untuk melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target, atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai, 2005 : 14). Pendapat tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mulyasa (2004 : 136) yang mendefinisikan kinerja merupakan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja, atau unjuk kerja. Dari beberapa pendapat tentang kinerja, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi berdasarkan standarisasi yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.

Menurut Supardi (2013:54) kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab atas peserta didik dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu, Kinerja guru dapat diartikan suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan seorang guru dalam menjalankan


(34)

19

tugasnya di sekolah serta menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru dalam atau selama melakukan aktivitas pembelajaran.

Pencapaian hasil kerja adalah sebagai bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan. Apabila hasil kerja sesuai dengan standar kerja atau melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi yang baik. Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan, atau kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien.

Berkenaan dengan standar kinerja guru, Supardi (2013: 54) menjelaskan bahwa kinerja guru dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya serta menggambarkan adanya suatu perbuatan yang ditampilkan guru selama pembelajaran. Kinerja guru tidak hanya ditunjukkan dari hasil kerja, tetapi juga ditunjukkan oleh perilaku dalam bekerja. Basyirudin dan Usman dalam Supardi (2013:54) memaparkan, seorang guru yang memiliki kinerja baik dan profesional dalam implementasi kurikulum memiliki

ciri-ciri: “mendesain program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil hasil belajar peserta didik.”

Berdasarkan definisi dan pemaparan tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja guru merupakan prestasi yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugasnya selama periode tertentu yang diukur berdasarkan


(35)

20

kriteria.Dalam penelitian ini kinerja guru diukur berdasarkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar sesuai dengan standar kompetensi yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kriteria yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.

2. Kompetensi Guru

Untuk melihat bagaimana kinerja dari seseorang guru harus mengacu pada aktivitas guru tersebut selama melaksanakan tugas pokok atau kewajibannya. Kinerja dari seorang guru ini seperti merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran yang dilandasi oleh sikap profesional yang dimiliki oleh guru. Guru sebagai tenaga profesional dalam bidang pendidikan, harus dapat memiliki dan memahami kompetensi-kompetensi dalam melaksanakan kewajibannya sebagai guru, yaitu dalam pembelajaran maupun hidup atau bersikap di dalam masyarakat.

Kompetensi guru dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik. Ruang lingkup kinerja guru dapat dilihat dari kompetensi guru dalam proses pembelajaran. Kompetensi guru dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 dan Peraturan Pemerintah disebutkan tentang Standar Nasional Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 4 ditetapkan bahwa kompetensi guru meliputi; (1) kompetensi pedagogik


(36)

21

yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; (2) kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi anak didiknya; (3) kompetensi sosial yaitu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik, dan (4) kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi yaitu kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat Kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Menurut Suparlan (2005:93), standar kompetensi guru dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang ditetapkan satu dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan ukuran kemampuan yang menjadi syarat dalam melaksanakan kewajiban sebagai seorang guru agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dalam penguasaan akademik, pengembangan pembelajaran dan profesinya. Sehingga untuk menjadi seorang guru harus memiliki ke empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.


(37)

22 3. Penilaian Kinerja Guru

Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, sehingga dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya. Noeng Muhadjir (2000: 84-85) membagi empat model pengukuran kinerja guru, kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a. Model STAG (Standard Teacher Competence Uppraisal Guide), yang mengetengahkan empat komponen evaluasi yang terdiri dari tujuan, penampilan (performance), evaluasi, dan profesionalitas serta kemasyarakatan.

b. Model Rob Norris yang mengetengahkan enam komponen terdiri dari kualitas personal, professional, persiapan mengajar, perumusan tujuan, evaluasi, penampilan di kelas, dan penampilan anak.

c. Model Oregon (OCE CBTE: Oregeon College of Education Competency Based teacher Education), yang mengetengahkan lima komponen, yang terdiri dari perencanaan dan persiapan, kemampuan mengajar (guru) dan kemampuan belajar (anak), kemampuan hubungan interpersonal, kemampuan hubungan dan tanggung jawab profesional terhadap orang tua, kulikuler, administrasi, dan anggaran.

d. Model APKG (Alat peneliti Kinerja Guru) yang telah disadur dari TPAI (Teacher Performance Assesment Instructure) yang mengetengahkan lima komponen yang terdiri dari rencana pengajaran, prosedur mengajar, hubungan antar pribadi, standar profesional, dan persepsi anak.

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar yang merupakan bentuk kinerja guru.


(38)

23

Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru, instrumen sebagai alat penilaian kinerja atau kemampuan guru (APKG) telah dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Harahap dalam Supardi (2013:71), menyebutkan tiga komponen penting bagi seorang guru dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) persiapan pembelajaran, 2) pelaksanaan pembelajaran, 3) hubungan antar pribadi. Bafadal dalam Supardi (2013:71), menjelaskan alat ukur kinerja guru bersifat generic essential yang terdiri dari tiga macam berupa: 1) lembar penilaian perencanaan pembelajaran, 2) lembar penilaian kemampuan pembelajaran, dan 3) lembar penilaian hubungan antarpribadi.

Perencanaan pembelajaran meliputi: (1) perencanaan pengorganisasian bahan pembelajaran, (2) perencanaan pengelolaan kelas, (3) perencanaan penggunaan media dan sumber belajar, (4) perencanaan penilaian prestasi peserta didik untuk kepentingan pembelajaran. Penilaian kemampuan pembelajaran meliputi: (1) penggunaan metode, media, dan bahan latihan, (2) berkomunikasi dengan peserta didik, (3) mendemonstrasikan khazanah metode pembelajaran, (4) mendorong dan menggalang keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, (5) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan relevansinya, (6) pengorganisasian waktu, ruang, bahan dan perlengkapan pembelajaran, dan (7) melaksanakan evaluasi pencapaian peserta didik dalam pembelajaran. Hubungan antar pribadi meliputi: (1) membantu mengembangkan sikap positif peserta didik, (2) bersika terbuka dan luwes terhadap peserta didik atau orang lain, (3) menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam pembelajaran dan pelajaran yang diajarkan, dan (4) mengelola interaksi perilaku dalam kelas. (Usman dalam Supardi, 2013: 71-72).

Berdasarkan uraian diatas memperlihatkan bahwa terdapat sejumlah aspek yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja guru yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian dan tindak lanjut pembelajaran, serta hubungan antar pribadi. Pada penelitian


(39)

24

ini aspek yang penilaian yang digunakan untuk mengukur kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah berdasarkan model APKG yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran serta tindak lanjut hasil pembelajaran yang dalam penelitian ini akan menjadi indikator untuk mengukur kinerja guru di sekolah.

C. Tinjauan Tentang Pelaksanaan Kurikulum 2013 1. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan Wuri Wuryandani dan Fathurrohman (2012:20) mengemukakan pendapat

bahwa secara epistimologi kurikulum berasal dari bahasa latin “curere

yang artinya berlari. Pengertian kurikulum dalam perspektif yuridis-formal dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19 dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Oemar Hamalik (2007:91) mengemukakan, kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk mentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan


(40)

25

pendidikan tertentu. Sejalan dengan Oemar Hamalik, Wina Sanjaya (2010:9) mengartikan kurikulum sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang harus dicapai, isi materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, serta evaluasi yang dirancang untuk menentukan pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang secara nyata.

Berdasarkan beberapa pengertian kurikulum tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan rancangan tertulis kegiatan pembelajaran berdasarkan standar nasional pendidikan. Kurikulum berisi tujuan, isi, materi pelajaran dan evaluasi yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya. Kurikulum 2013 juga mempunyai pengertian tersendiri yaitu Kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan (M. Fadlillah, 2013:16). Rancangan pembelajaran yang didesain untuk mengembangkan potensi peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi dalam kehidupan masyarakat, bangsa, Negara dan peradaban dunia.

Mulyasa (2014: 68) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas dengan kemampuan


(41)

masing-26

masing, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik. Hasil yang dimaksud berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.

Sementara Abdul majid (2014: 35) mengemukakan 4 elemen perubahan dalam kurikulum 2013 yang meliputi : 1) standar kompetensi lulusan; 2) standar proses; 3) standar isi; dan 4) standar penilaian. Standar kompetensi lulusan mencakup peningkatan dan keseimbangan soft skills

dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Standar isi mencakup struktur kurikulum yaitu tematik integratif pada semua mata pelajaran, holistik dan berfokus kepada alam, sosial dan budaya, pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan sains. Kemudian dalam standar penilaian meliputi penilaian berbasis kompetensi dan penilaian otentik (penilaian dengan mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil).

Berdasarkan teori diatas dapat ditarik garis besar bahwa bahwa kurikulum 2013 merupakan konsep kurikulum yang menggunakan pendekatan saintifik dan tematik integratif serta menggunakan penilaian otentik dalam pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, dan mewujudkan generasi bangsa Indonesia yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, afektif, berkarakter dan berkualitas sehingga dapat kompetitif dalam era globalisasi.


(42)

27 2. Karakteristik Kurikulum 2013

Karakteristik kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi (outcomes-based curriculum) yang mana pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Penilaian hasil belajar dan penilaian hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

a. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Pada Permendikbud No. 54 Tahun 2013, dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Lulusan adalah criteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

Tabel 1. Standar Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB

Dimensi Kualifikasi/Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual

berdasarakan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawancara kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah dan tempat bermain.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugasakan kepadanya.


(43)

28 b. Standar Proses

Standar proses merupakan kriteria dalam pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan, Standar proses meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran penilaian, penilaian pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran.

1) Perencanaan Pembelajaran

Pada Permendikbu No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dipaparkan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi serta disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Perencanaan pembelajaran mencakup penyusunan RPP dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. 2) Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Dalam Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum dipaparkan bahwa proses pembelajaran mencakup lima pengalaman belajar, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.


(44)

29 3) Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan otentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil siswa secara utuh. Hasil dari penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.

4) Pengawasan Pembelajaran

Pada Permendikbu No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelanjutan. c. Standar Penilaian Pendidikan

Standar penilaian pendidikan merupakan kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan intrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan tentang teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

1)Penilaian Kompetensi Sikap

Penilaian kompetensi sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilia teman sejawat (peer evauation) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan


(45)

30

untukobservasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

2)Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Kompetensi keterampilan dinilai melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen urain dilengkapi dengan penskoran, instruemn tes lisan berupa daftar pertanyaan, instrument penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai karakteristik tugas.

3)Penilaian Kompetensi Keterampilan

Kompetensi keterampilan dinilai melalui penilaian kinerja. yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik kurikulum 2013 terdiri dari penggunaan pembelajaran tematik integratif, pendekatan saintifik dan kontekstual, serta penilaian autentik.


(46)

31

3. Struktur Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar

M. Fadlillah (2014:40) memaparkan, struktur kurikulum adalah pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pembelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program, pendidikan. Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu untuk setiap siswa (Kemendikbud 2013:88). Struktur kurikulum SD/MI di jabarkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 2. Struktur kurikulum 2013 SD/MI

Mata Pelajaran Alokasi Waktu Belajar Per Minggu

Kelompok A I II III IV V

I Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti

4 4 4 4 4 4

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

5 6 6 4 4 4

Bahasa Indonesia 8 8 1 7 7 7

Matematika 5 6 6 6 6 6

Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3

Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3

Kelompok B Seni Budaya dan Prakarya (termasuk muatan lokal)*

4 4 4 6 6 6

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

4 4 4 3 3 3


(47)

32

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk belajar satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, III masing-masing 30, 32, 34, sedangkan untuk kelas IV, V, VI masing-masing-masing-masing 36 jam setiap minggu. Waktu belajar SD/MI dalam satu jam pelajaran adalah 35 menit.

D. Pelaksanaan Kurikulum 2013

1. Perencanaan Pembelajaran Kurikulum 2013

Perencanaan pembelajaran mengandung komponen yang penyusunannya ditata secara sistematis dan saling berhubungan satu sama lain. Masitoh, dkk (2005: 140-142) menjabarkan tentang komponen perencanaan pembelajaran yang harus dikuasai guru sebagai berikut:

“Komponen perencanaan pembelajaran yang harus dikuasai guru

meliputi: tujuan pembelajaran, materi atau bahan pembelajaran, strategi

dan metode, media dan sumber belajar serta evaluasi.”

Acuan dalam penyusunan dan pengembangan kerangka rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran adalah silabus yang memuat identitas mata pelajaran, identitas sekolah, kompetensi inti, kompetensi dasar, tema (khusus SD/MI/SLDB/Paket A), materi pokok, pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus dikembangkan berdasarkan Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola


(48)

33

pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu (Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah).

Dengan adanya silabus, pendidik dapat mengetahui bagaimana cara melaksanakan pembelajaran yang baik, efektif dan efisien serta mencapai standar kompetensi lulusan. Dalam Kurikulum 2013 ruang lingkup silabus sudah ditetapkan pemerintah, disebutkan bahwa silabus mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Namun, pengembangan silabus diserahkan kepada satuan pendidikan masing-masing (Fadlillah, 2013:136).

Pengembangan silabus diwujudkan dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan mempermudah pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan satu kesatuan dengan kegiatan pembelajaran sehingga setiap pada suatu kegiatan pembelajaran harus ada perencanaan pelaksanaan pembelajaran. Pembuatan RPP yang baik menurut Kunandar (2011: 265) harus memperhatikan unsur berikut ini:

a. Mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), serta materi dan submateri pembelajaran, serta pengalaman belajar siswa.

b. Menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan kecakapan hidup (life skills) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari.


(49)

34

c. Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan pengalaman langsung.

d. Penilaian secara autentik dan berkelanjutan.

Pada Permendikbud No. 65 tahun 2013 disebutkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP pada kurikulum 2013 dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran agar mencapai kompetensi dasar (KD). Selain itu, pengembangan RPP harus mengacu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan supaya materi yang dijarkan tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

a) Prinsip Penyusunan RPP

Penyusunan RPP harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan dan pengembangan RPP. Hal tersebut dimaksudkan agar RPP sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Permendikbud No 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 3 butir 2, dijelaskan pembuatan RPP dilakukan dengan mengacu pada silabus dengan prinsip sebagai berikut:

1) RPP secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).


(50)

35

2) Satu RPP dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. 3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik, seperti

perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, gaya belajar, kecepatan belajar, latar belakang budaya dan sebagainya.

4) Berpusat pada peserta didik, untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, kemandirian, dan semangat belajar, serta menggunakan pendekatan saintifik.

5) Berbasis konteks, menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

6) Berorientasi kekinian, pembelajaran berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai kehidupan masa kini.

7) Mengembangkan kemandirian belajar, dengan memfasilitasi peserta didik belajar secara mandiri.

8) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran berupa umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

9) Adanya keterkaitan dan keterpaduan antar kompetensi atau muatan, artinya RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.


(51)

36

10) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, artinya RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi sesuai dengan situasi dan kondisi.

b) Komponen RPP

Untuk menciptakan pembelajaran yang optimal setiap satuan pendidikan diwajibkan untuk menyusun dan mengembangkan RPP secara lengkap dan sistematis. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri maupun berkelompok di sekolah dan dikoordinasi, difasilitasi serta disupervisi oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP juga dapat dikembangkan guru secara berkelompok antar sekolah dengan dikoordinasi, difasilitasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan setempat.

Berdasarkan Permendikbud No 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 3 butir 4, RPP paling sedikit memuat:

1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester, dan alokasi waktu;

2) kompetensi inti, Kompetensi Dasar, dan indikator pencapaian kompetensi;

3) materi pembelajaran;

4) kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup;

5) penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan; dan 6) media, alat, bahan, dan sumber belajar.

c) Langkah Penyusunan RPP

Berdasarkan Permendikbud No 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah


(52)

37

Penyusunan dan pengembangan RPP dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) pengkajian silabus yang meliputi KI dan KD, materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, alokasi waktu, dan sumber belajar;

2) perumusan indikator pencapaian KD pada KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4;

3) materi pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, serta sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran regular, pengayaan, dan remedial;

4) penjabaran kegiatan pembelajaran pada silabus dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik, satuan pendidikan, media, alat dan bahan serta sumber belajar.

5) penentuan alokasi waktu berdasarkan pada silabus, selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

6) pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup , teknik, dan instrumen penilaian serta pedoman penilaian. 7) menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah


(53)

38

8) menentukan media, alat, bahan dan sumber belajar sesuai dengan proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013

Tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan tahap kegiatan guru dalam melaksanakan atau mengolah kegiatan pembelajaran. Denny Setiawan, dkk (2007:7) menjelaskan bahwa tahap pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

“Tahap pelaksanaan pembelajaran ini dibagi menjadi empat

kegiatan, yaitu tahap pembukaan, kegiatan inti, istirahat, dan penutup. Pada tahap pembukaan, guru dapat memotivasi anak dengan menarik minat anak terhadap topik atau materi yang akan disampaikan dan menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan oleh anak pada hari itu. Pada tahap ini guru dapat melakukan tanya jawab untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak terhadap materi yang akan disampaikan guru. Pada tahap inti guru dapat mengajak anak untuk mengajak anak melakukan kegiatan pokok sesuai dengan indikator yang akan dicapai anak. Pada tahap istirahat, seorang guru harus memposisikan dirinya sebagai teman sekaligus pengawas pada saat anak beristirahat. Terakhir adalah tahap kegiatan penutup, pada tahap ini guru dapat melakukan aktivitas merangkum materi atau menyimpulkan kegiatan pembelajaran

bersama anak.”

Pelaksanaan kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik (Mulyasa, 2014:99). Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik, mengajar dilakukan


(54)

39

oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran diartikan sebagai setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

Berdasarkan berbagai uraian tentang definisi pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik maupun antar peserta didik untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan menggunakan berbagai media, metode dan sumber belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 81 A tentang Implementasi Kurikulum bahwa kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan pendidik (guru), lingkungan dan sumber belajar lainnya untuk mencapai kompetensi dasar.

Sedangkan pada Permendikbud No 103 tahun 2014 dijelaskan bahwa konsep pembelajaran merupakan proses pengembangan potensi dan karakter peserta didik sebagai hasil dari pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan serta keterampilan sebagai bekal untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan kesejahteraan umat manusia.


(55)

40

Jadi, pada dasarnya pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan peserta didik, guru, lingkungan, dan sumber belajar untuk memperoleh pengalaman dan kesempatan mengembangkan potensi serta karakter yang dimiliki. Pengalaman yang diperoleh diharapkan mampu menjadi bekal bagi peserta didik dimasa depan.

a) Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 2013

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 merupakan pengembangan pembelajaran pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga tidak terlalu jauh berbeda. Pembelajaran Kurikulum 2013 berupaya memadukan kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sikap dan keterampilan menjadi prioritas, walaupun demikian diharapkan ketiga kemampuan tersebut dapat seimbang sehingga pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

Untuk mewujudkan Ketercapaian pembelajaran sesuai yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, terdapat prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan acuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Permendikbud No 103, diantaranya adalah sebagai berikut.

1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; 2) peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3) proses pembelajan menggunakan pendekatan ilmiah; 4) pembelajaran berbasis kompetensi;

5) pembelajaran terpadu;

6) pembelajaran menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;


(56)

41

8) peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skill dan soft-skill;

9) pembelajaran yang menguamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai sumber pembelajar sepanjang hayat;

10)pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan member keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11)pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat;

12)pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran;

13)pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

14)suasana belajar menyenangkan dan menantang. b) pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan dan tematik-integratif. Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar yang dapat dilakukan sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 3. Kegiatan pendekatan saintifik Langkah

Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Mengamati

(observing)

Mengamati menggunakan indra dengan atau tanpa alat

Menanya (questioning)

Membuat dan mengajukan pertanyaan faktual hingga hipotestis

Mencoba

(experimenting)

Mengeksplorasi, mendemonstrasikan, melakukan eksperimen, menentukan sumber data, mengumpulkan data

Menalar/Mengasosi asi (associating)

Menganalisis data dalam bentuk kategori, menentukan hubungan data/kategori. menyimpulkan hasil analisis data, di mulai dari


(57)

unstructured-unistructure-multistructure-42

complicated structure. Mengomunikasikan

(communicating)

Menyampaikan hasil konsptualisasi didalam bentuk bagan, diagram, grafik, gambar, atau media lainnya dan menyajikan laporan.

Pengalaman belajar tersebut dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata pelajaran, sesuai kebutuhan peserta didik, sehingga mengharuskan guru lebih kreatif. Melalui kegiatan pembelajaran tersebut dapat membentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dengan maksimal.

Sementara yang dimaksud pendekatan tematik-intergatif adalah dalam pembelajaran tersebut dibuat per tema dengan mengacu pada karakteristik peserta didik dan dilaksanakan secara integrasi antar tema maupun antar mata pelajaran. Dengan tematik-integratif diharapkan terjadi keterpaduan pembelajaran yang seimbang dan mencapai kompetensi yang diharapkan.

Hal-hal yang harus diperhatiakan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran (dalam Permendikbud 81 A) adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru. sehingga dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan oleh guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti pada silabus.


(58)

43

c. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan tersebut diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan menjadi kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.

Kunandar (2011: 267-268) menjelaskan pelaksanaan pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan guru harus:

1) menyiapkan peserta didik secara sikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran

2) mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari

3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai 4) menyampaikan cakupan materi dan menjelaskan kegiatan yang

akan dilakukan. b. Inti

Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik menggunakan pendekatan tematik terpadu dan/ saintifik.

1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang tema materi yang dipelajari dan belajar dari berbagai sumber.


(59)

44

2) Menggunakan berbagai macam pendekatan, media dan sumber belajar.

3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dnegan guru.

4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.

6) menerapkan pendekatan tematik terpadu dan/ saintifik.

7) Melakukan kegiatan dengan keterampilan mengamati, menalar, menanya, mencoba, menyaji dan mencipta.

c. Penutup

Dalam kegiatan penutup hal yang dilakukan guru adalah

1) Guru bersama siswa melakukan membuat rangkuman/simpulan pembelajaran.

2) Guru bersama siswa melakukan refleksi untuk mengevaluasi. 3) Bersama-sama menemukan manfaat langsung maupun tidak

langsung dari hasil pembelajaran.

4) Memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran.

5) Melakukan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik individu maupun kelompok.

6) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.


(60)

45

Berdasarkan Permendikbud No 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, kegiatan pembelajaran tersebut dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut.

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru bertugas untuk: 1) mengkondisikan suasana belajar agar menyenangkan;

2) mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan yang berkaitan dengan kompetensi yang akan di pelajari dan dikembangkan;

3) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai;

4) menyampaikan garis besar materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan

5) menyampaikan lingkup serta teknik penilaian yang akan digunakan.

b. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, guru memfasilitasi peserta didik dalam melakukan proses kegiatan pembelajaran, meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Selain itu, guru juga memperhatikan perkembangan sikap peserta didik, meliputi kompetensi KI-1 dan KI-2. c. Kegiatan Penutup


(61)

46

1) Guru bersama dengan peserta didik: (a) membuat rangkuman pelajaran; (b) merefleksi kegiatan yang sudah dilaksanakan; (c) memberikan uman balik terhadap poses dan hasil pembelajaran. 2) Guru melakukan kegiatan: (a) melakukan penilaian; (b)

merencanakan kegiatan tindak lanjut berupa remidi, pengayaan, layanan konseling dan memberikan tugas individu maupun kelompok; (c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

3. Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013

Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Linn dan Gronlund (dalam Hamzah B. Uno 2013: 1) assessment (penilaian) adalah suatu istilah yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar siswa dan format penilaian kemajuan belajar. Menurut Sudrajad (dalam Aunurrahman 2010: 207), penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana ketercapaian kompetensi peserta didik.

Kunandar (2013:35-36) menjelaskan bahwa Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tututan kompetensi yang ada pada


(62)

47

Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan menjamin agar penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya dan pelaporan hasil penilaian pendidikan peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Penilaian pendidikan sebagai sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.

Penilaian hasil belajar sebagaimana yang dimaksud dalam Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 adalah proses pengumpulan informasi tentang capaian pembelajaran peserta didik yang mencakup kompetensi sikap spiritual dan sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan sesudah poses pembelajaran.

Pada Kurikulum 2013 proses penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik (authentic assessment) dan penilaian


(63)

non-48

autentik. Abdul Majid (2014:57) menjelaskan bahwa penilaian autentik adalah pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa yang perlu diketahui oleh guru untuk memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian autentik lebih sering dinyatakan penilaian berbasis kinerja. Selain itu Mueller dalam Abdul Majid (2004: 58) memperkenalkan istilah lain sebagai padanan penilaian autentik, yaitu penilaian langsung (direct

assessment). Sebenarnya dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah diberi ruang terhadap penilaian autentik tetapi belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum 2013 diharapkan guru dapat melakukan penilaian hasil belajar menggunakan penilaian autentik dengan benar-benar melaksanakan penilaian autentik secara optimal.

Penilaian autentik merupakan pendekatan utama dalam penilaian hasil belajar oleh peserta didik. Menurut Hargreaves dkk dalam Abdul Majid (2014: 63), penilaian autentik sebagai bentuk penilaian yang mencerminkan hasil belajar sesungguhnya, dapat menggunakan berbagai cara dan bentuk, antara lain melalui penilaian proyek atau siswa, portofolio, jurnal, demonstrasi, laporan tertulis, ceklis dan petunjuk observasi.

Sejalan dengan pendapat diatas, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendiidkan, bentuk penilaian autentik mencakup penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio, projek, produk,


(64)

49

jurnal, kerja laboratorium, dan unjuk kerja, serta penilaian diri. Penilaian diri adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian non-autentik juga dilakukan oleh pendidik, yang mencakup tes, ulangan, dan ujian. Selain itu pendidik juga dapat melakukan penilaian antar teman sebaya untuk memeperkuat penilaian autentik dan non autentik.

Penilaian autentik yang baik menurut Muhammad Yaumi (2013: 186-188) adalah sebagai berikut:

a. Penilaian berorientasi pada proses dan hasil.

b. Penilaian merefleksi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

c. Tugas yang diberikan merujuk pada suatu pekerjaan yang menggabungkan antara konten dengan pengalaman riil di lapangan. d. Penilaian secara actual dan kontekstual, artinya penilaian mengacu

pada tes acuan patokan yang diangkat dari proses belajar actual dan kontekstual.

e. Kriteria atau standar penelitian mencakup kualitsa atau criteria ketuntasan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mengikuti pembelajaran.

Tujuan dari penilaian hasil belajar sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.


(65)

50

b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semester, satu tahunan, and masa studi satuan pendidikan.

c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi peserta didik yang diidentifikasi lambat atau cepat dalam belajar dan capaian hasil belajar.

d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.

Teknik dan Instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan sebagai berikut.

a. Penilaian Kompetensi Sikap

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai sikap peserta didik, antara lain melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan penilaian jurnal. Instrumen yang digunakan dalam penilaian antara lain daftar jurnal atau skala penilaian (rating scale) disertai dengan rubrik, yang hasil akhirnya dihitung berdasarkan modus.

1) Observasi

Pengamatan terhadap sikap dan perilaku peserta didik yang terkait dengan proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas, seperti: ketekunan, percaya diri, disiplin, peduli lingkungan.


(66)

51 2) Penilaian diri

Penilaian untuk memberikan penguatan terkait kemajuan belajar peserta didik. Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai diri terlalu tinggi dan subyektif, terdapat kriteria yang jelas dan obyektif.

3) Penilaian teman sebaya (peer assessment)

Penilaian ini dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi menggunakan lembar pengamatan antar peserta didik terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya.

4) Penilaian jurnal (anecdotal record)

Jurnal merupakan kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga kependidikan di sekolah terkait dengan sikap dan perilaku positif atau negatif, selama dan di luar pembelajaran. b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

1) Tes Tertulis

Bentuk soal tes tertulis yaitu: a) memilih jawaban, dapat berupa:

(1) pilihan ganda

(2) dua pilihan (benar-salah, ya-tidak) (3) menjodohkan

(4) sebab-akibat


(67)

52 (a) isian atau melengkapi

(b) jawaban singkat atau pendek (c) uraian

Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal yang menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti pada soal uraian sehingga siswa dapat mengemukakan gagasannya menggunakan kata-kata sendiri.

2) Observasi terhadap Diskusi, Tanya Jawab, dan Percakapan Observasi terhadap diskusi, Tanya jawab, dan percakapan merupakan cerminan dari penilaian autentik.

3) Penugasan

Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu maupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

1) Unjuk kerja/kinerja/praktik, penilaian ini dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. 2) Projek, penilaian ini dilakukan dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan, sampai pelaporan.

3) Produk, penilaian ini meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk.


(68)

53

4) Portofolio, penilaian ini dilakukan dengan menilai karya-karya peserta didik secara individu pada akhir satu periode untuk suatu mata pelajaran.

5) Tertulis, penilaian ini digunakan untuk menilai kompetensi keterampilan, seperti menulis laporan.

E. Kerangka Berpikir

Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dirancang secara sistematis yang berisi bahan ajar dan pengalaman belajar sehingga program pendidikan memiliki arah tujuan yang akan dicapai. Hasil yang dicapai tersebut dapat direvisi ulang untuk mengembangkan program pendidikan sehingga memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut menjadikan kurikulum selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pendidikan.

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dan perubahan dari kurikulum 2006. Perubahan tersebut melingkupi komponen tujuan, isi, strategi dan evaluasi proses pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum karena guru merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan peserta didik. Olehnya kinerja guru terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 menentukan keberhasilan kurikulum.

Oleh karena itu perlu diteliti tentang kinerja guru sehingga dapat diketahui tingkat kinerja guru dalam pelaksanaan Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak tenaga kependidikan terutama guru, diharapkan pelaksanaan kurikulum 2013 dapat berjalan secara optimal.


(69)

54

Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka digambarkan bagan kerangka pikir tentang kinerja guru terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013. Indikator penelitian ini adalah bagaimana kinerja guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Jika kinerja guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 baik, maka besar kemungkinan guru akan berhasil dalam menerapkan kurikulum dengan baik, begitu pula sebaliknya.

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir Pelaksanaan

Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar

Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Kurikulum

2013

Penilaian dan Tindak Lanjut Pembelajaran Perencanaan Pembelajaran


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KESIAPAN GURU SEJARAH SMA NEGERI DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN KENDAL

0 4 154

KESIAPAN GURU DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI I GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI Kesiapan Guru Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di SD Negeri I Girimarto Kabupaten Wonogiri.

0 2 17

KESIAPAN GURU DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI I GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI Kesiapan Guru Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di SD Negeri I Girimarto Kabupaten Wonogiri.

0 3 16

PENDAHULUAN Kesiapan Guru Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Di SD Negeri I Girimarto Kabupaten Wonogiri.

0 3 5

PERSEPSI GURU KELAS RENDAH TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013 DI SD Persepsi Guru Kelas Rendah Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 di SD Negeri Se-Kelurahan Ngringo Kecamatan Jaten Karanganyar.

0 2 16

PERSEPSI GURU KELAS RENDAH TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013 DI SD Persepsi Guru Kelas Rendah Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 di SD Negeri Se-Kelurahan Ngringo Kecamatan Jaten Karanganyar.

0 2 16

PERSEPSI GURU KELAS II (DUA) TERHADAP PELAKSANAAN PROSES PENILAIAN DALAM KURIKULUM 2013 Persepsi Guru Kelas II (Dua) Terhadap Pelaksanaan Proses Penilaian Dalam Kurikulum 2013 Di SD AL Firdaus Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 14

PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN WORKSHOP KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI SEKOLAH PILOTING KABUPATEN SLEMAN.

0 1 125

KINERJA GURU SD BERSERTIFIKAT PENDIDIK SE–KECAMATAN SLEMAN, KABUPATEN SLEMAN.

0 0 137

KINERJA GURU EKONOMI SMA NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013.

0 0 172