Pengembangan buku cerita bergambar berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah

(1)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK

PEMBELAJARAN MEMBACA SISWA SD KELAS RENDAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Nindia Desy Permatasari NIM: 131134116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu senantiasa memberkati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Bardi Wahyono (Alm) dan Ibu Dewi Wahyuningsih yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan serta doa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Kedua kakak saya Ardhina Devi Maria dan Yustina Murwaningsih yang selalu memberikan dukungan serta motivasi.

4. Herta Surya Maharta yang selalu memberikan motivasi, semangat, serta bersabar terhadap penulis selama penulis menyelesaikan skripsi.

5. Sahabat-sahabat saya yang selalu menemani dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.


(5)

v MOTTO

“Janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya”.

(Matius 6: 8)

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara

kamu”.


(6)

vi ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA SD KELAS RENDAH Nindia Desy Permatasari

Universitas Sanata Dharma 2017

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang penting untuk dioptimalkan di bangku SD khususnya pada siswa kelas rendah. Salah satu penunjang pembelajaran membaca yang digunakan adalah buku cerita bergambar. Penelitian ini merupakan penelitian yang difokuskan pada pendidikan lingkungan hidup untuk menanamkan nilai kepedulian siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini berupa buku cerita bergambar untuk pembelajaran membaca yang berbasis pendidikan lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan modifikasi dari langkah Sugiyono dan Langkah Borg & Gall. Ada enam langkah proses pengembangan buku cerita bergambar yang telah dimodifikasi peneliti yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Buku cerita bergambar ini telah divalidasi oleh tiga validator. Skor rata-rata yang diperoleh dari hasil validasi adalah 4,4 dengan kategori sangat baik sehingga layak digunakan untuk uji coba produk.

Uji coba produk dilakukan kepada 6 siswa kelas III SD untuk mengetahui pendapat dari siswa mengenai kualitas buku cerita bergambar. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan peneliti bahwa semua siswa tertarik dengan buku cerita bergambar yang telah dibacanya, karena produk yang dihasilkan peneliti mudah untuk dipahami siswa dari isi ceritanya dan dapat menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar.


(7)

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA SD KELAS RENDAH Nindia Desy Permatasari

Universitas Sanata Dharma 2017

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang penting untuk dioptimalkan di bangku SD khususnya pada siswa kelas rendah. Salah satu penunjang pembelajaran membaca yang digunakan adalah buku cerita bergambar. Penelitian ini merupakan penelitian yang difokuskan pada pendidikan lingkungan hidup untuk menanamkan nilai kepedulian siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini berupa buku cerita bergambar untuk pembelajaran membaca yang berbasis pendidikan lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan modifikasi dari langkah Sugiyono dan Langkah Borg & Gall. Ada enam langkah proses pengembangan buku cerita bergambar yang telah dimodifikasi peneliti yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Buku cerita bergambar ini telah divalidasi oleh tiga validator. Skor rata-rata yang diperoleh dari hasil validasi adalah 4,4 dengan kategori sangat baik sehingga layak digunakan untuk uji coba produk.

Uji coba produk dilakukan kepada 6 siswa kelas III SD untuk mengetahui pendapat dari siswa mengenai kualitas buku cerita bergambar. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan peneliti bahwa semua siswa tertarik dengan buku cerita bergambar yang telah dibacanya, karena produk yang dihasilkan peneliti mudah untuk dipahami siswa dari isi ceritanya dan dapat menanamkan sikap peduli terhadap lingkungan sekitar.


(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF ILLUSTRATED STORY BOOK BASED ON ENVIRONMENTAL EDUCATION IN TEACHING READING TO THE

LOWER CLASS STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Nindia Desy Permatasari Sanata Dharma University

2017

Reading is a language skill that is important to be optimized in Elementary School level, especially to the lower class students. One of the supporting of teaching reading which is used is illustrated story book. This research is a research that is focused on environmental education to implant the students awareness value to their environment. Therefore, the reseacher is motivated to do the research of the development of illustrated story book based on environmental education in teaching reading to the lower class students of Elementary School.

The type of this research is Research and Development. The product that is produced in this development is an illustrated story book for teaching reading based on environmental education. This research uses Research and Development

Method which is modified from Sugiyono’s step and Borg & Gall’s step. There

are six steps for the process of the development of illustrated story book which are modified by the researcher. The six step are (1) potential and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) product trial. This illustrated story book has been validated by three validators.

The average score from the validation result is 4.4 which is categorized “Very Good”. So, it is useable to try the product out.

The product trial is done by six students to the third grade of Elementary School. It aims to know the students opinions for the quality of this illustrated story book. From the result of product trial that has been done by the researcher, it is concluded that all of the students are interested in this ilustrated story book they

read because this researcher’s product is easy to be understood by the students

from the content of the story and able to implant awareness attitude for the environment.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan penyertaanNya sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD Kelas Rendah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Keberhasilan penulisan skripsi tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita K., S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD, sekaligus dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta masukkan bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, M.Psi. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Andreas Erwin P., M.Pd. selaku validator yang telah membantu memaksimalkan hasil penelitian ini.


(11)

xi

6. Jarot Wardoyo, S.Pd. selaku kepala sekolah SD N 3 Palar yang telah memberikan ijin selama penelitian yang dilakukan.

7. Wiwik Hastuti, S.Pd. selaku validator sekaligus guru wali kelas III SD N 3 Palar yang telah bersedia dan bekerja sama dengan baik selama penelitian berlangsung.

8. Seluruh siswa kelas III SD N 3 Palar yang telah bersedia berpartisipasi dalam melakukan analisis kebutuhan.

9. Para dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmunya dalam mendidik penulis selama kuliah.

7. Ayah dan Ibu penulis, Bapak Bardi Wahyono (Alm) dan Ibu Dewi Wahyuningsih yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan serta doa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

8. Kedua kakak saya Ardhina Devi Maria dan Yustina Murwaningsih yang selalu memberikan dukungan serta motivasi.

10. Herta Surya Maharta yang selalu memberikan motivasi, semangat, serta bersabar terhadap penulis selama penulis menyelesaikan skripsi.

11. Sahabat-sahabatku Ola, Achun, Vera, Vero, Lola, Listy, Cicil. Teman dekatku Agnes, Wulan, Lendi, Wahono. Teman-teman PPL Tika, Dita, Lola, Vera, Agnes, Ola, Azza, Winda dan semua teman–teman PGSD yang tidak


(12)

xii

dapat disebutkan satu persatu. Teman-teman skripsi payung yang telah mendukung, mendoakan, dan saling berbagi cerita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

12. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis memiliki motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semuanya, semoga karya penelitian ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak.


(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

HALAMAN MOTTO...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR TABEL...xvi

DAFTAR GAMBAR...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN...1

Latar Belakang...1

1.1 Rumusan Masalah...7

1.2 Tujuan Penelitian...7

1.3 Manfaat Penelitian...8

1.4 Definisi Operasional...9

1.5 Spesifikasi Produk...9

BAB II LANDASAN TEORI...10

2.1 Kajian Pustaka...10

2.1.1 Karakteristik Siswa SD...10

2.1.2 Membaca...15

2.1.2.1 Pengertian Membaca...15

2.1.2.2 Tujuan Membaca...16


(14)

xiv

2.1.2.4 Tahap-tahap Membaca...20

2.1.2.5 Faktor Pengaruh Pembelajaran Membaca...21

2.1.2.6 Jenis-jenis Membaca ...23

2.1.2.7 Gerakan Literasi Sekolah...23

2.1.3 Buku Cerita Bergambar...24

2.1.3.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar...24

2.1.3.2 Tujuan Buku Cerita Bergambar...26

2.1.4 Pendidikan Lingkungan Hidup...27

2.2 Penelitian yang Relevan...30

2.3 Kerangka Berpikir...35

2.4 Pertanyaan Penelitian...36

BAB III METODE PENELITIAN...38

3.1 Jenis Penelitian...38

3.2 Prosedur Pengembangan...45

3.3 Setting Penilaian...49

3.3.1 Tempat Penelitian...49

3.3.2 Subyek Penelitian...49

3.3.3 Waktu Penelitian...49

3.4 Teknik Pengumpulan Data...49

3.4.1 Wawancara...49

3.4.2 Kuesioner...50

3.5 Instrumen Penelitian...51

3.5.1 Pedoman Wawancara...51

3.5.2 Lembar Kuesioner...52

3.6 Teknik Analisa Data...57

3.6.1 Teknik Analisa Data Kualitatif...57

3.6.2 Analisa Data Kuantitatif...58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...62

4.1 Hasil Penelitian Pengembangan...62

4.1.1 Hasil Penelitian Pengembangan...62


(15)

xv

4.2 Pembahasan...95

BAB V PENUTUP...100

1.1 Kesimpulan...100

1.2 Keterbatasan penelitian...100

1.3 Saran ...101

DAFTAR REFERENSI...102


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Kisi-kisi Wawancara...51

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Dosen Ahli dan Guru...53

Tabel 3.3 Instrumen Kuesioner Uji Validasi untuk Ahli dan Guru...54

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Siswa...55

Tabel 3.5 Instrumen Kuesioner Uji Validasi untuk Siswa...56

Tabel 3.6 Pedoman Pemberian Skor...58

Tabel 3.7 Konversi Skala Lima...59

Tabel 4.1 Tabel Kisi-Kisi Wawancara...67

Tabel 4.2 Tabel Penjabaran Karakter Tokoh pada Cerita...72

Tabel 4.3 Hasil Validasi oleh Dosen ahli...81

Tabel 4.4 Hasil Validasi oleh Guru Wali Kelas III...83

Tabel 4.5 Hasil Validasi oleh Siswa Wali Kelas III...85

Tabel 4.6 Tabel Masukan Dosen Ahli dan Perbaikan Desain...86

Tabel 4.7 Tabel Masukan Guru Wali Kelas III dan Perbaikan Desain...89

Tabel 4.8 Tabel Masukan Siswa Kelas III dan Perbaikan Desain...90

Tabel 4.9 Tabel Rekapitulasi Hasil Kuesioner Siswa...92

Tabel 4.10 Hasil Rekapitulasi Validator...93


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian...48

Gambar 4.1 Judul Buku...75

Gambar 4.2 Gambar Sketsa Tangan...76

Gambar 4.3 Gambar Sketsa Tangan Sebelum Diwarnai...77

Gambar 4.4 Gambar Sketsa Tangan Sesudah Diwarnai...78

Gambar 4.5 Font untuk Judul Buku...79

Gambar 4.6 Font untuk Kata Pengantar, Panduan Penggunaan Buku, dan Refleksi...79

Gambar 4.7 Font untuk Teks Narasi...80

Gambar 4.8 Sebelum Revisi dari Dosen...87

Gambar 4.9 Sesudah Revisi dari Dosen...87

Gambar 4.10 Sebelum Revisi dari Dosen...88

Gambar 4.11 Sesudah Revisi dari Dosen...88

Gambar 4.12 Sebelum Revisi dari Guru Kelas III...89

Gambar 4.13 Sesudah Revisi dari Guru Kelas III...89

Gambar 4.14 Sebelum Revisi dari Siswa Kelas III...90

Gambar 4.15 Sesudah Revisi dari Siswa Kelas III...90


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas III SD Negeri 3 Palar...105

Lampiran 2 Data Hasil Validasi oleh Dosen Ahli...109

Lampiran 3 Data Hasil Validasi oleh Guru Kelas III...112

Lampiran 4 Data Hasil Validasi Siswa...115

Lampiran 5 Data Hasil Kuesioner Siswa...117

Lampiran 6 Hasil Refleksi Siswa setelah Membaca Buku Cerita Bergambar...125

Lampiran 7 Hasil Rekapitulasi Validator...128

Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Siswa...129

Lampiran 9 Rekapitulasi skor hasil validasi dan uji coba lapangan...130

Lampiran 10 Dokumentasi...131

Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian...133

Lampiran 12 Surat Keterangan Melakukan Uji Validasi...134

Lampiran 13 Surat Keterangan Melakukan Uji Coba...135

Lampiran 14 Buku Cerita Bergambar (Terpisah)...136


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa era globalisasi seperti sekarang ini seseorang dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sangat mudah dan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia mempunyai posisi yang strategis bagi keberhasilan dan kelanjutan pembangunan nasional. Wadah yang tepat sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan yaitu sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu pendidikan yang sistematis dan sismetik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Tirtarahardja, 2008: 34).

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terdiri dari berbagai jenjang, jenjang pendidikan paling dasar untuk meningkatkan kualitas SDM adalah pendidikan sekolah dasar. Sekolah adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (Triwiyanto, 2014: 75).


(20)

Guru dalam pembelajaran menggunakan metode, pendekatan, teknik mengajar dan alat peraga serta media pembelajaran sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar khususnya siswa SD. Sehingga guru dapat kreatif, aktif dan inovatif untuk menciptakan perkembangan baru di dunia pendidikan. Pendidikan sebagai wadah masyarakat untuk meningkatkan kualitas bangsa ini. Adanya pendidikan diharapkan masyarakat mampu mengubah pola pikirnya untuk dapat peduli dengan lingkungan yang ada disekitarnya demi kelangsungan hidupnya.

Salah satu pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan rasa peduli masyarakat terhadap lingkungan adalah pendidikan lingkungan hidup. Lingkungan sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan segala aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Menurut Wuryandari (2015: 244) lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Kondisi lingkungan tergantung dengan manusia dan bagaimana manusia tersebut mengelola lingkungan dengan semaksimal mungkin. Sehingga terdapat dampak positif dan dampak negatif yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan. Perubahan lingkungan sering terjadi akibat ulah dari manusia yang tidak disadarinya, salah satu dampak negatif sikap manusia adalah membuang sampah di sembarang tempat yang dapat mengakibatkan bencana banjir dan mengganggu aktivitas manusia.


(21)

Banjir adalah suatu gejala alam yang menyebabkan suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang sangat besar atau melebihi tingkat normal. Banjir dapat merusak rumah-rumah penduduk, merusak lahan pertanian dan perkebunan, merusak sarana dan prasarana, mengganggu kelancaran transportasi dan bahkan menimbulkan korban jiwa (Dhiyaulhag, 2015: 163). Bencana banjir terjadi karena musim penghujan yang terlalu panjang melanda bangsa kita sehingga kota-kota besar yang padat penduduknya padat yang dapat dilanda banjir setiap tahunnya. Kondisi lingkungan yang seperti ini dapat menusak kualitas lingkungan karena adanya perubahan lingkungan yang terjadi.

Lingkungan hidup merupakan suatu sistem kompleks dalam sebuah ruang. Sementara itu, ruang merupakan tempat bagi komponen-komponen lingkungan hidup dalam melakukan setiap proses, yaitu saling mempengaruhi, saling berhubungan dan saling ketergantungan. Komponen-komponen lingkungan hidup terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik adalah mahkluk hidup yang meliputi hewan, tumbuhan dan manusia. Komponen abiotik adalah benda-benda tak hidup seperti air, tanah, batu, udara dan cahaya matahari (Samadi, 2006: 126). Lingkungan hidup harus dirawat dan dijaga oleh manusia dengan sebaik mungkin, sehingga perlu adanya pendidikan lingkungan hidup.

Menurut Hamzah (2013: 35), pendidikan lingkungan hidup adalah yang tidak hanya memberikan pengetahuan tentang lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepeduliannya dengan


(22)

kondisi lingkungan. Melalui pendidikan lingkungan, individu akan dapat memahami pentingnya lingkungan dan bagaimana keterkaitan lingkungan dengan masalah ekonomi, sosial, budaya, serta pembangunan. Pendidikan lingkungan diarahkan untuk mengembangkan pemahaman dan motivasi serta keterampilan yang diwarnai dengan kepedulian terhadap penggunaan dan konservasi sumber daya alam secara selayaknya.

Di dalam dunia pendidikan membaca sangatlah penting dan erat kaitannya di dalam kehidupan sehari-hari. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis (Tarigan, 2008: 7). Membaca adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan satu dari bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Pada tingkatan membaca permulaan, proses perubahan yang dibina dan dikuasai dan dilakukan pada masa kanak-kanak, khususnya pada permulaan di sekolah. Tampubolon (2008: 5). Membaca tidak lepas dari yang namanya buku, karena buku merupakan jendela dunia bagi setiap orang. Pembelajaran membaca tidak hanya didapatkan di sekolah saja akan tetapi pembelajaran membaca juga dapat dilakukan di lingkungan keluarga.

Pembelajaran membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Kerampilan membaca, berfungsi sebagai alat untuk meraih keberhasilan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan kompetensi yang ingin dicapai dalam setiap


(23)

kegiatan pembelajaran, tidak hanya pada studi bahasa Indonesia saja melainkan untuk menguasai setiap mata pelajaran. Membaca itu penting dalam kehidupan yang semakin kompleks, setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Pembelajaran membaca adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk memahami isi dari bacaan tersebut dengan bantuan guru. Untuk itu guru harus membuat perencanaan yang matang. Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas, tujuan tersebut meliputi membaca bersuara, menggunakan strategi untuk memahami bacaan serta menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan (Rafli, 2015: 76).

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pembelajaran membaca yaitu menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman dkk. 2002: 7). Salah satu penunjang media pembelajaran untuk minat membaca siswa adalah buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar (cergam) yang berupa urutan gambar dalam panel-panel sebagaimana halnya komik dengan teks verbal dibawah tiap gambar diluar panel (Nurgiyantoro, 2005: 157). Buku cerita bergambar merupakan media yang bersifat sederhana, mudah, dan jelas. Selain itu, media buku cerita bergambar memiliki nilai kreatif dan nilai edukatif bagi pembacanya. Oleh karena itu, media buku cerita bergambar sangat


(24)

potensial digunakan sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan pesan dalam proses belajar mengajar di sekolah, dan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas III di SD Negeri 3 Palar pada hari Selasa, 25 Oktober 2016 diperoleh bahwa masih ada beberapa siswa yang belum bisa atau kesulitan untuk membaca. Dari jumlah siswa kelas III yang berjumlah 29 siswa, terdapat siswa yang masih sulit untuk membaca karena masih mengeja setiap suku kata, dan terdapat siswa yang sudah lancar membaca tetapi ada jeda pada saat membaca. Dengan demikian kelas III SD ini memiliki minat membaca yang kurang baik, bahkan wali kelas III SD N 3 Palar sudah menerapkan gerakan membaca 15 menit sebelum jam pelajaran berlangsung, sehingga dapat meningkatkan minat membaca siswa dan bisa mengetahui buku bacaan yang digemari masing-masing siswa akan tetapi masih sedikit minat baca siswa. Siswa kelas III di sekolah ini kurang peduli dengan lingkungannya karena pada saat melakukan penelitian peneliti masih menemukan bungkus jajanan di sekitar sekolah maupun kelas.

Masalah-masalah yang ada tersebut perlu ditindaklanjuti agar minat baca siswa dapat lebih meningkat dan siswa lebih memiliki kesadaran atau rasa kepedulian terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Dengan adanya pengembangan buku cerita bergambar tersebut dapat membuat siswa untuk lebih aktif dan meningkatkan minat baca siswa agar dapat lebih menarik. Buku cerita bergambar ini selain untuk meningkatkan minat


(25)

baca pada kelas III sekolah dasar, buku ini juga memiliki pembelajaran yang tidak kalah pentingnya yaitu meningkatkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungannya. Jadi buku cerita bergambar dapat membuat siswa lebih tertarik dalam membaca sekaligus dapat menumbuhkan rasa kepeduliannya sehingga dapat memahami bagaimana merawat lingkungan yang ada disekitar. Alasan memilih cerita tentang pendidikan lingkungan hidup yaitu, minimnya buku-buku pegangan guru maupun buku-buku cerita bergambar yang memiliki nilai-nilai tentang pendidikan lingkungan hidup sehingga pada cerita ini siswa mendapatkan pemahaman tentang pentingnya mempelajari pendidikan lingkungan hidup.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1. Bagaimana langkah-langkah pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah ?

1.2.2. Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1.3.1. Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah.


(26)

1.3.2. Mendiskripsikan kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah. 1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai bekal menekuni dunia pendidikan di masa yang akan datang serta mendapatkan pengalaman dalam mengembangkan buku cerita bergambar yang berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk menarik minat baca siswa.

1.4.2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa di dalam membaca dan meningkatkan rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan yang ada disekitarnya.

1.4.3. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan sebagai cara untuk meningkatkan minat baca siswa serta untuk mengembangkan pendidikan lingkungan hidup dengan menggunakan buku cerita bergambar.

1.4.4. Bagi Sekolah

Dengan menggunakan buku cerita bergambar dalam pembelajaran membaca berbasis lingkungan hidup dapat meningkatkan kualitas sekolah dan menambah koleksi buku di perpustakaan sekolah.

1.4.5. Bagi Prodi

Penelitian ini dapat disimpan dan didokumentasikan sebagai arsip oleh prodi yang dapat digunakan untuk referensi atau kepentingan lainnya.


(27)

1.5. Definisi Operasional

1.5.1. Buku Cerita Bergambar adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh hewan, tumbuhan, peri bahkan manusia yang dilengkapi dengan isi teks beserta gambar ilustrasi tersebut sehingga dapat menarik perhatian siswa.

1.5.2. Pendidikan Lingkungan Hidup adalah suatu proses yang diajarkan untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.

1.5.3. Membaca adalah suatu pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca dengan menggunakan lambang-lambang tulisan atau huruf menurut alfabet latin sehingga dapat tertuang dalam kalimat-kalimat yang disajikan oleh penulis.

1.6. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa buku cerita bergambar dengan spesifikasi berikut :

1.6.1. Buku cerita bergambar ini memiliki ukuran A5.

1.6.2. Cover dan isi buku cerita bergambar ini menggunakan kertas ivory 260 dan artpaper 150.

1.6.3. Buku cerita bergambar ini dibuat full color untuk menarik minat baca siswa.

1.6.4. Buku cerita bergambar ini dilengkapi dengan kata pengantar, panduan penggunaan buku dan refleksi dan memberikan pembelajaran tentang rasa kepedulian terhadap lingkungan di sekitar.


(28)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Karakteristik Siswa SD

Psikologi perkembangan adalah salah satu cabang psikologi yang mempelajari kapan dan bagaimana perubahan yang terjadi pada manusia dari waktu ke waktu (Dinar, 2008: 2). Menurut Dinar (2008: 40) mempunyai pandangan tentang teori perkembangan kognisi dengan menggunakan teori Piaget. Seorang psikolog Swiss yang bernama Jean Piaget (1896-1980) menyatakan bahwa anak akan membangun dunia kognitif mereka sendiri karena anak mampu mengolah informasi yang diterima untuk mengembangkan gagasan baru, tidak hanya sekedar menerima informasi dari lingkungan. Terdapat dua hal penting dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menghubungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka sebelumnya. Sedangkan akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.

Asimilasi dan akomodasi terjadi sejak bayi masih sangat kecil, ketika anak mengembangkan refleks menghisap setiap benda yang menyentuh bibirnya. Kemudian terjadi proses belajar (asimilasi maupun akomodasi) yang menimbulkan pemahaman bahwa yang hanya bisa dihisap ialah ibu


(29)

jari atau susu ibu, benda-benda lain tidak dapat dihisap. Individu mengenal benda-benda melalui proses asimilasi, tetapi memperoleh pemahaman tentang benda-benda yang dapat dihisap dan tidak melalui akomodasi. Ada 4 tahapan perkembangan kognisi menurut Piaget.

2.1.1.1 Tahap Sensorimotor (sejak lahir hingga usia 2 tahun).

Pada tahap ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi antara pengalaman sensoris dengan gerakan motorik-fisik. Bayi juga mulai mengembangkan kemampuan yang lebih dari sekedar refleks, namun sudah membentuk pola sensori motor yang kompleks serta mulai mengoperasikan simbol-simbol primitif.

2.1.1.2 Tahap Praoperasional (usia sekitar 2-7 tahun).

Pada tahap ini, anak mulai mampu menerangkan dunia melalui kata-kata dan gambar. Namun, anak belum mampu melakukan tindakan mental yang diinterealisasikan yang memungkinkan anak melakukan secara mental hal-hal yang dahulu dilakukan secara fisik.

2.1.1.3 Tahap Operasional Konkrit (usia 7-11 tahun).

Anak-anak mampu mulai berpikir logis untuk menggantikan cara berpikir sebelumnya yang masih bersifat intuitif-primitif, namun membutuhkan contoh-contoh konkret.


(30)

2.1.1.4 Tahap Operasinal Formal (usia sekitar 11-15 tahun).

Pada tahap ini individu melewati dunia nyata dan pengalaman konkret menuju cara berpikir yang lebih abstrak dan logis, sistematis, serta mampu mengembangkan hipotesis tentang penyebab terjadinya suatu peristiwa. Kemudian, dia menguji hipotesis tersebut secara deduktif. Sebagai konsekuensinya anak mulai mengembangkan gambaran yang ideal, misalnya bagaimana menjadi orang tua yang ideal.

Pengembangan fase anak sekolah (usia sekolah dasar) ini dibagi menjadi 7 fase (Yusuf, 2009: 178) yang diuraikan sebagai berikut :

a. Perkembangan intelektual

Pada usia sekolah dasar anak mampu mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis dan menghitung. Di usia ini anak mampu mengelompokkan, menyusun atau menghitung angka-angka atau bilangan, serta mampu melakukan perhitungan (menambah, mengurangi, mengalikan dan membagikan).

b. Perkembangan Bahasa

Pada masa usia sekolah dasar perkembangan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata sangat pesat. Anak dapat menguasai 2.5000 kata , dan pada usia 12 tahun anak mampu menguasai 50.000


(31)

kata. Anak sudah terampil membaca dan berkomunikasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya, pada usia ini anak sudah lebih maju dengan banyak mengajukan pertanyaan soal waktu dan sebab-akibat.

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan dengan keluarga, teman sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosial telah bertambah luas. Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-sendiri kepada sikap kerja sama atau kepeduliannya terhadap kepentingan orang lain. Pada usia ini, anak berminat untuk bermain dengan teman sebayanya, dengan begitu dia merasa senang apabila bisa bermain dengan teman sebayanya.

d. Perkembangan Emosi

Anak sekolah dasar mulai menyadari bahwa dengan penggunaan emosi secara kasar tidak dapat diterima di masyarakat. Pengontrolan emosi anak diperoleh melalui peniruan dan pembiasaan. Emosi yang biasanya dirasakan oleh anak seusia sekolah dasar yaitu marah, takut, cemburu, iri hati, rasa ingin tahu, kasih sayang, dan senang.


(32)

e. Perkembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (baik-buruk, benar-salah) pertama kali dari lingkungan keluarga. Apada anak usia SD, anak dapat mengikuti peraturan dari orang tua atau lingkungan sekitar.

f. Perkembangan Penghayatan Keagamaan

Pada anak usia SD adalah masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode berikutnya. Anak dibiasakan untuk beribadah, karena menyangkut dengan akhlak terhadap sesama manusia, seperti hormat kepada orangtua, guru, dan orang lain. Dengan hal ini anak dapat bertanggung jawab terhadap sikap kepada dirinya sendiri maupun dengan orang lain.

g. Perkembangan motorik

Pada usia sekolah dasar, anak mempunyai kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah, hal ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan menggambar, menulis, melukis, atletik, mengetik, dan bermain bola.

Peneliti memilih tahap piaget ini karena perkembangan anak pada usia sekolah dasar pasti melewati tahap-tahap dikemukakan oleh piaget, meskipun setiap perkembangan cepat lambatnya anak satu dengan yang lain berbeda-beda.


(33)

2.1.2 Membaca

2.1.2.1 Pengertian Membaca

Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung, tetapi bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik. Pembaca hanya dapat berkomunikasi dengan karya tulis yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya. Dengan demikian pembaca harus mampu menyusun pengertian-pengertian yang tertuang dalam kalimat-kalimat yang disajikan oleh pengarang sesuai dengan konsep yang terdapat pada diri pembaca (Haryadi, 2006: 77). Membaca juga dapat diartikan sebagai proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual dapat diketahuai (Tarigan, 2008: 7). Menurut Tampubolon (2008: 5) membaca adalah salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Komunikasi tulisan merupakan lambang-lambang tulisan atau huruf menurut alfabet latin.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa membaca adalah suatu pesan yang ingin disampaikan oleh penulis


(34)

kepada pembaca dengan menggunakan lambang-lambang tulisan atau huruf menurut alfabet latin sehingga dapat tertuang dalam kalimat-kalimat yang disajikan oleh penulis.

2.1.2.2 Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca (Tarigan, 2008: 9). Berikut ini adalah beberapa tujuan penting dari membaca :

a) Membaca untuk mengemukakan atau mengetahui penemua-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.

b) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat pada cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama.

c) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama,


(35)

kedua dan ketiga/ seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan masalah adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan/ susunan, organisasi cerita.

d) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil/ gagal. Isi disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi.

e) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengetahui sesorang tokoh apa yang lucu dalam cerita, atau apakah yang benar dan tidak benar dalam cerita. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan.

f) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.

g) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal,


(36)

bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaiman tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.

Tujuan membaca menurut Burn (dalam Rahim 2007: 11) mencakup: kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring, menggunakan strategi tertentu, memperbarui pengetahuannya tentang suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik.

2.1.2.3 Keterampilan dan Aspek-aspek Membaca

Menurut Rahim (2007: 2) kegiatan membaca memiliki 3 keterampilan dasar yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merajuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengngasosiakan dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Sedangkan meaning merupakan proses memahami makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording dan decoding terjadi pada kelas awal, sedangkan meaning pada kelas tinggi (akhir). Menurut Tarigan (2008: 11) bahwa keterampilan membaca mencakup 3 komponen, yaitu pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, korelasi aksara beserta tanda-tanda baca


(37)

dengan unsur-unsur linguistik yang formal, dan yang terakhir adalah hubungan lebih lanjut dari suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar-gambar, garis, lengkungan dan titik dalam hubungan berpola yang beraturan rapi dengan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam dari atas kertas yaitu gambar-gambar berpola dengan bahasa.

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya (Tarigan, 2008: 12). Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu:

a. Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini mencakup:

1. Pengenalan bentuk huruf.

2. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, kalimat, pola klausa dll.)

3. Pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi.

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman yang dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup:

1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal dan retorikal).

2. Memahami signifikasi atau kata (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/ keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca).


(38)

4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

2.1.2.4 Tahap-tahap Membaca

Menurut Tarigan (2008: 18) ada beberapa tahap yang dapat diikuti bila perlu dalam situasi serta kondisi memungkinkan. Tahapan ini diuraikan sebenarnya tertuju kepada para pelajar dan pelajar bahasa asing secara umum, namun demikian para pengajar serta pelajar bahasa Indonesia pun dapat mengambil manfaat dari bahan tersebut dengan tujuan pengajaran membaca pada sekolah yang bersangkutan. Adapun tahapan tersebut yaitu pada tahap pertama para pelajar membaca bahan yang telah mereka pelajari, mengucapkannya dengan baik. Pada tahap ini para pelajar harus dibimbing untuk mengembangkan responsi-responsi yang otomatis terhadap gambaran-gambaran huruf, setelah itu guru membentuk kelompok dan meminta membaca nyaring. Lalu membaca mengikuti guru bersama-sama dan diminta untuk membaca secara bergantian.

Tahap kedua, guru atau kelompok guru bahasa asing pada sekolah yang bersangkutan menyusun kata-kata atau struktur yang telah diketahui tersebut menjadi bahan dialog atau paragraf yang beraneka ragam, para pelajar dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang mengandung unsur-unsur yang sudah biasa bagi mereka.

Tahap ketiga, para pelajar mulai membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing bagi mereka. Guru dapat menulis bahan yang dimaksud, atau menyusun teks-teks dengan kosa kata


(39)

dengan usia para pelajar. Dengan ini para pelajar mengalami sedikit bahkan tidak menghadapi kesulitan adanya kata baru yang diselipkan. Acapkali teks-teks tata bahasa berisi paragraf-paragraf yang sesuai buat bacaan pada tahap ini.

Tahap keempat, yaitu beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan pengunaan teks-teks sastra atau majalah-majalah yang telah disederhanakan sebagai bahan bacaan pada tahap ini yang dapat dimanfaatkan oleh para pelajar untuk mempermudahkan membacanya. Dan tahap yang terakhir, yaitu bahan bacaan tidak dibatasi, artinya seluruh dunia buku terbuka bagi para pelajar.

2.1.2.5 Faktor Pengaruh Pembelajaran Membaca

Keterampilan membaca seperti mrupakan suatu kemampuan yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Rahim (207: 16) faktor yang memengaruhi membaca permulaan adalah:

1. Faktor Fisikologis

Faktor fisikologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.

2. Faktor Intelektual

Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya memengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor metode


(40)

mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga turut mepengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan sosial ekonomi keluarga siswa.

4. Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi, serta penyesuaian diri.

Menurut Abdurrahman (2003: 201) mengemukakan bahwa ada delapan faktor yang memberikan sumbangan bagi keberhasilan belajar membaca yaitu kematangan mental, kemampuan visual, kemampuan mendengarkan, perkembangan wicara dan bahasa, keterampilan berpikir dan memperhatikan, perkembangan motorik, kematangan sosial dan emosional, dan motivasi dan minat.

2.1.2.6 Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan (2008: 23), ada tiga jenis membaca yaitu membaca nyaring atau membaca bersuara, membaca dalam hati, dan membaca telaah isi. Membaca nyaring atau bersuara merupakan kegiatan membaca yang memerlukan keterampilan yang saling berkaitan, antara


(41)

lain keterampilan melafalkan, intonasi, kejelasan, bahkan keberaniaan dalam membaca. Membaca dalam hati adalah membaca yang hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang melibatkan mata dan ingatan, bertujuan untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati sangat sering dilakukan oleh banyak orang, sebab dalam membaca dalam hati informasi akan mudah diperoleh tanpa mengeluarkan suara saat membaca. Membaca telaah isi adalah membaca dengan tujuan untuk mengetahuii serta menelaah suatu isi bacaan secara lebih mendalam. Membaca telaah isi, pembaca memerlukan kemampuan dan keterampilan yang lebih dalam, dalam memahami isi bacaan yaitu dengan kemampuan membaca pemahaman.

2.1.2.7 Gerakan Literasi Sekolah

Menurut Sutrianto (2016: 2) Gerakan literasi sekolah merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literasi sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Menurut Wiedarti (2016: 7) juga mengemukakan bahwa gerakan literasi sekolah adalah suatu usaha atau kegiatan yang bersifat partisipatif dengan melibatkan warga sekolah baik peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, maupun orang tua murid.

Salah satu upaya penumbuhan budi pekerti dapat dilakukan dengan cara membaca berbagai materi baca yang berisikan nilai-nilai moral dalam


(42)

konteks kebangsaan dan kenegaraaan Indonesia seperti yang terkandung dalam butirbutir Nawacita: nilai-nilai budi pekerti, kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. Kegiatan membaca tersebut dapat dilakukan 15 menit setiap hari pada saat pelajaran di kelas dimulai, atau disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Hal ini merupakan salah satu dasar dalam tahap pembiasaan sebelum masuk ke tahap pengembangan dan pembelajaran. Kegiatan membaca ini sebenarnya ada dalam semua komponen literasi. Komponen literasi informasi yang terdiri atas literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual (Sutrianto, 2016: 5).

Tujuan membaca selama 15 menit setiap hari menurut Sutrianto (2016: 9) adalah memotivasi peserta didik untuk mau dan terbiasa membaca, menunjukkan bahwa membaca sesuatu kegiatan yang menyenangkan, memperkaya kosa kata (dalam bahasa tulisan), menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik dan guru, mengajarkan strategi membaca, dan guru sebagai teladan membaca (reading role model).

2.1.3 Buku Cerita Bergambar

2.1.3.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar

Menurut Hardjana (2006: 2) cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak. Dalam buku cerita anak yang menjadi tokoh tidak harus terdiri dari anak, melaikan apa saja dapat


(43)

dijadikan tokoh dalam sebuah cerita tersebut. orang tua, kakek, nenek, pak guru, mahasiswa, anak remaja, binatang, bahkan peri atau makhluk halus bisa menjadi tokoh cerita. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Egan (2009: 3) bahwa cerita merupakan salah satu alat kognisi paling ampuh yang dimiliki oleh para siswa, yang tersedia untuk keterlibatan imajinatif dengan ilmu pengetahuan.

Menurut Sumanto (2005: 5) menggambar merupakan suatu perbuatan seseorang dalam usahanya untuk mengungkapkan buah pikiran, sehingga bermakna visual pada suatu gambar dan hasil disebut gambar. Media gambar memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Manfaat yang diperoleh dari media gambar adalah anak dapat memahami isi gambar, sehingga anak lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita bergambar (Sari, 2010: 28).

Menurut Mitchell dalam Nurgiyantoro (2005: 153) buku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks dan keduanya saling menjalin. Baik gambar maupun teks secara sendiri belum cukup untuk mengungkapkan cerita secara lebih mengesankan, dan keduanya saling membutuhkan untuk saling mengisi dan saling melengkapi. Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak yang di dalamnya terdapat tokoh-tokoh hewan, tumbuhan, peri bahkan manusia yang dilengkapi dengan isi teks beserta gambar ilustrasi tersebut sehingga dapat menarik perhatian siswa.


(44)

2.1.3.2 Tujuan Buku Cerita Bergambar

Tujuan dari buku cerita bergambar diantaranya adalah dengan buku cerita bergambar anak menjadi terinspirasi, membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, memperluas pengetahuan anak, menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak , mengembangkan imajinasi anak dan dapat memotivasi anak untuk lebih banyak menggali literatur. (Raines, 2002: 7). Suyanto dan Abbas (dalam Musfiroh 2005: 23) cerita dapat digunakan sebagai sarana mendidik dan membentuk kepribadian anak. Nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Tranmisi budaya terjadi secara alamiah. Anak memiliki referensi yang mendalam karena setelah menyimak, anak melakukan serangkaian aktivitas kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta cerita separti nama tokoh, sifat tokoh, latar tempat, dan budaya, serta hubungan sebab akibat dalam alur cerita dan pesan moral yang tersirat didalamnya, misalnya makna kebaikan, kejujuran, dan kerja sama. Proses ini terjadi secara lebih kuat dari pada nasehat atau paparan.

Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005: 159) buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi. Anak akan merasakan terfasilitasi dan terbantu untuk memahami dan menerima dirinya sendiri dan orang lain, serta mengekspresikan berbagai emosinya, seperti takut, senang, sedih dan bahagia yang merupakan bagian kehidupan.


(45)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari buku cerita bergambar adalah media yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak dalam memperluas pengetahuan, mengembangkan imajinasi dan dapat menanamkan nilai-nilai pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita.

2.1.4 Pendidikan Lingkungan Hidup

Menurut Wuryandari (2015: 244) lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia, baik langsung maupun tidak langsung. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 menyebut lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Dengan terminologi itu, maka pemahaman Indonesia terhadap lingkungan biotik, unsur sosial budaya yang dibuat dan ditaati masayarakat, dan unsur abiotik yang terdiri dari benda-benda tak hidup seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.

Pendidikan lingkungan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang lingkungan tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan dan kepeduliannya terhadap kondisi lingkungan. Melalui pendidikan lingkungan individu akan dapat memahami pentingnya lingkungan dan bagaimana keterkaitan lingkungan dengan masalah ekonomi, sosial, budaya, serta pembangunan. Pendidikan lingkungan diarahkan untuk mengembangkan pemahaman dan motivasi serta


(46)

keterampilan yang diwarnai dengan kepedulian terhadap penggunaan dan konservasi sumber daya alam secara wajar (Hamzah, 2013: 35). Peran dan tujuan pendidikan lingkungan yaitu pendidikan lingkungan perlu dipamahami dengan baik, merupakan pendidikan sepanjang hayatyang komprehensif, satu tanggapan terhadap satu perubahan dunia yang sangat cepat. Pendidikan lingkungan akan menyiapkan setiap individu seumur hidup melalui suatu pemahaman terhadap masalah utama dunia pada saat ini dan membekali setiap individu dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk berperan produktif untuk meningkatkan kualitas hidup serta melindungi lingkungan dengan kepedulian dan nilai-nilai etika (Hamzah, 2013: 37). Pendapat lain juga dirumuskan oleh UNESCO (dalam Hamzah 2013: 39) bahwa pendidikan lingkungan adalah suatu proses unutk mengenali nilai-nilai dan menjelaskan konsep dalam rangka mengembangkan keterampilan, sikap yang diperlukan untuk memahami serta menghargai hubungan timbal balik antara manusia, budaya dan lingkungan biofisiknya.

Menurut konvensi UNESCO di Tbilisi (dalam Hamzah 2013: 39) pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan


(47)

untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru. Definisi ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa dalam pendidikan lingkungan terdapat upaya untuk menggiring individu ke arah perubahan gaya hidup dan perilaku ramah lingkungan. Tujuan pendidikan lingkungan hidup tersebut adalah: (1) untuk membantu menjelaskan masalah kepedulian serta perhatian tentang saling keterkaitan antara ekonomi, sosial, politik, dan ekologi di kota maupun di wilayah pedesaan; (2) untuk memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan pengetahuan, nilai sikap, komitmen dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan, dan (3) untuk menciptakan pola perilaku yang baru pada individu, sekelompok, dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan terhadap lingkungan. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai tersebut meliputi aspek:

2.1.4.1 Pengetahuan, untuk membentuk peserta didik memperoleh pemahaman dasar tentang lingkungan hidup secara keseluruhan dan masalah-masalah yang berhubungan dengannya.

2.1.4.2 Sikap, untuk membantu peserta didik memperoleh seperangkat nilai-nilai dan sikap peduli terhadap lingkungan hidup serta motivasi untuk berpartisipasi secara aktif dalam memperbaiki dan melindungi lingkungan hidup.

2.1.4.3 Kepedulian, untuk membantu peserta didik mengembangkan kepedulian dan sensivitas terhadap lingkungan hidup secara keseluruhan dan masalah-masalah di dalamnya.


(48)

2.1.4.4 Keterampilan, untuk membantu peserta didik memperoleh keterampilan dalam mengidentifikasi, menyelidiki, dan memecahkan masalah-masalah lingkungan hidup.

2.1.4.5 Partisipasi, untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik secara aktif memasuki semua jenjang pekerjaan pada masa datang yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses yang diajarkan untuk meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.

2.2 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai pengembangan pembelajaran, peneliti mengambil beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini. Berikut tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dwi Astuti (2012)

yang berjudul “Pengaruh Buku Bergambar terhadap Minat Baca Siswa di SDN Lempuyangwangi Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan keadaan buku bergambar, keadaan minat baca siswa, dan pengaruh buku gambar terhadap minat baca siswa. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian survei. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, dokumentasi, wawancara dan observasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(49)

pedoman wawancara, angket dan lembar observasi. Pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data analisis kebutuhan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Angket digunakan untuk memperoleh data minat baca siswa terhadap buku bergambar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif kuantitatif. Hasil analisis menunjukkan keadaan buku cerita bergambar di SDN Lempuyangwangi sangat baik, dengan skor 3,38. Keadaan minat baca siswa juga sangat baik dengan skor 3,40. Pengaruh antara buku bergambar terhadap minat baca siswa kurang berpengaruh dengan nilai korelasi sebesar 0,466.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ermadwicitawati (2013)

yang berjudul “Pengembangan Materi Ajar Cerita Anak yang Mengandung Pendidika n Karakter pada Pembelajara n Membaca Cerita Anak SMP Kelas VII”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi ajar cerita anak yang mengandung pendidikan karakter pada pembelajaran membaca cerita anak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development). Hasil dari penelitian ini adalah tersusunnya materi ajar cerita anak yang mengandung pendidikan karakter pada pembelajaran membaca cerita anak. Hasil ujicoba produk menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan yang baik dan memahami cerita anak. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes yang menunjukkan bahwa sebanyak 75% lebih siswa mencapai KKM. Kelayakkan dan keefektifan produk ini didukung oleh penggunaan bahasa


(50)

yang relevan dengan tingkat kemampuan siswa, isi materi ajar yang mengandung pendidikan karakter, sesuai dengan kurikulum, dan kontekstual terhadap kehidupan siswa. Berdasarkan hasil ujicoba produk ini digunakan untuk materi ajar dalam pembelajaran cerita untuk anak SMP kelas VII.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Riza Stiyarini (2015) yang berjudul “Implementasi Kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana di SMA N Banguntapan Bantul DIY”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kurikulum dan program pendidikan lingkungan hidup dan mitigasi bencana di SMA N Banguntapan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi, maka pengumpulan data dilakukan melalui teknik triangulasi dengan menggabungkan tiga macam teknik yaitu wawancara, observasi dan pencermatran dokumen. Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif Milles dan Huberman yang langkahnya adalah sebagi berikut yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikkan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini dapat menerapkan kurikulum pendidikan lingkungan hidup dan mitigasi bencana dengan memadukan dua pendekatan yaitu monolitik dan integratif.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Anisa Muslicha (2016) yang berjudul “Metode Pengajaran dalam Pendidikan Lingkungan Hidup pada Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis


(51)

metode yang efektif dalam mengajarkan PLH di sekolah Adiwiyata dan menganalisis aspek dalam pemilihan metode pengajaran PLH di sekolah dasar. Pendidikan lingkungan hidup penting diajarkan pada siswa SD, karena untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan mempunyai sikap dan perilaku peduli lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis deskriptif. Penelitian dilakukan di sekolah penerima Adiwiyata di DKI Jakarta, dengan responden berjumlah 46 orang guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang digunakan guru sekolah Adiwiyata dalam mengajarkan PLH adalah metode ceramah, metode pengalaman langsung dan diskusi.

Berdasarkan keempat penelitian tersebut, pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup masih relevan untuk diteliti. Peneliti berharap dengan adanya buku cerita bergambar ini dapat mengembangkan minat baca siswa serta kepeduliannya terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Kelebihan dari penelitian ini yaitu pemerintah sudah menerapkan program literasi sekolah yang mewajibkan siswa membaca buku non akademis selama 15 menit, sehingga buku cerita yang dikembangkan peneliti efektif untuk diberikan kepada siswa. Persamaan penelitian peneliti dengan penelitian yang lain yaitu sama-sama melakukan penelitian tentang buku cerita bergambar dan pendidikan lingkungan hidup, sedangkan perbedaanya penelitian peneliti untuk pembelajaran membaca.


(52)

Keempat penelitian yang relevan tersebut digambarkan ke dalam diagram agar lebih jelas untuk dipahami. Desain diagram penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Buku Cerita Bergambar Pendidikan Lingkungan Hidup

Ratna Dwi Astuti (2012) Pengaruh Buku Bergambar terhadap Minat Baca Siswa di SDN Lempuyangwa ngi Yogyakarta Riza Stiyarini (2015) Implementasi Kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup dan Mitigasi Bencana di SMA N Banguntapan Bantul DIY Ermadwicita

wati (2013) Pengembang an Materi Ajar Cerita Anak yang Mengandung Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Membaca Cerita Anak SMP Kelas VII

Yang diteliti

Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD Kelas Rendah. (2017)

Anisa Muslicha (2016) Metode Pengajaran dalam Pendidikan Lingkungan Hidup pada Siswa Sekolah Dasar


(53)

2.3 Kerangka Berpikir

Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait di dalamnya sehingga dapat memiliki pengetahuan, keterampilan serta kepeduliannya terhadap lingkungan yang ada di sekitar agar dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungannya dan dapat berperan penting dalam upaya melestarikan dan menjaga lingkungan sekitar. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan tentang pendidikan lingkungan hidup ini dapat tertuang ke dalam suatu media yang berupa buku cerita bergambar. Buku cerita bergambar ini adalah media yang sangat efisien dan praktis untuk digunakan oleh anak-anak usia SD karena di dalam buku cerita bergambar ini banyak sekali tokoh yang ada di dalamnya serta anak dapat memahami isi gambar, sehingga anak lebih termotivasi dan lebih tertarik untuk membaca dan mengetahui isi cerita bergambar tersebut. Serta dengan adanya buku cerita bergambar anak menjadi terinspirasi, membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, memperluas pengetahuan anak, menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak, mengembangkan imajinasi anak dan dapat memotivasi anak untuk lebih banyak membaca buku. Pada saat ini membaca sangatlah penting dan harus diajarkan dari usia kanak-kanak, dan dari pemerintahpun juga sudah menerapkan gerakalin literasi sekolah yaitu suatu kegiatan membaca selama 15 menit sebelum melakukan proses


(54)

belajar mengajar. Buku yang dibaca adalah buku non pelajaran, sehingga buku cerita bergambar ini dibuat berisi tentang pendidikan lingkungan hidup dengan ilustrasi gambar yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa, dengan adanya buku ini siswa dapat mengetahui bagaimana menghargai, merawat serta melestarikan lingkungan hidup yang ada disekitarnya. Siswa dapat peduli dengan lingkungan yang ada dan tahu bagaimana cara memanfaatkan kondisi alam yang sudah ada.

Berdasarkan dari uraian yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini mempunyai maksud untuk mengembangkan sebuah buku cerita bergambar yang berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk menarik minat baca terhadap siswa khususnya pada siswa sekolah dasar kelas rendah. Sehingga siswa mampu memahami isi dari cerita tersebut dan menemukan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya khususnya pada kepedulian akan lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaaan penelitian sebagaimana berikut ini :

2.4.1 Bagaimana pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah ? 2.4.2 Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan


(55)

2.4.3 Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah menurut guru wali kelas III SDN 3 Palar ?

2.4.4 Bagaimana kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan lingkungan hidup untuk pembelajaran membaca siswa SD kelas rendah menurut hasil uji coba ?


(56)

38 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengembangan atau research and development (R&D). Menurut Sugiono (2010: 407) metode penelitian pengembangan atau research and development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut Borg & Gall (dalam Setyorini, 2013: 222) pengertian dari penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Trianto (2011: 206) juga mengatakan bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan dari beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan suatu produk atau membuat produk baru yang dapt diuji kefektifan produk tersebut.

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini dan pengembangan ini mengadopsi dua model. Model yang pertama adalah langkah pengembangan Sugiyono (2010: 409-426) dan model yang kedua


(57)

menggunakan langkah pengembangan Borg and Gall (dalam Setyorini, 2013: 237-239).

Langkah pelaksanaan pengembangan Sugiyono (2010: 409-426) adalah sebagai berikut ini:

1. Potensi dan masalah

Penelitian ini bermula dari adanya potensi dan masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang apabila didayagunakan akan memiliki kelebihan. Tetapi potensi yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan menjadi suatu masalah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah tidak harus dicari, melainkan dapat berdasarkan laporan penelitian sudah dilaksanakan oleh orang lain.

2. Pengumpulan Data

Langkah setelah potensi dan masalah adalah mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan suatu produk. Dalam pengumpulan informasi diperlukan metode penelitian yang tergantung pada masalah dan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti.

3. Desain Produk

Desain produk merupakan langkah untuk merancang produk yang akan dihasilkan. Desain produk ini bersifat hipotenik karena keefektifan dari produk masih belum bisa dibuktikan. Sehingga masih diperlukan pengujian terhadap produk tersebut.


(58)

4. Validasi Desain

Validasi desain adalah proses kegiatan untuk menilai keefektifan rancangan produk yang dibuat. Validasi desain bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari suatu desain produk tersebut, sehingga kelemahan dari desain dapat diperbaiki. Validasi produk dapat dilakukan oleh beberapah ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang produk tersebut.

5. Revisi Desain

Revisi desai adalah perbaikan dari kelemahan-kelemahan dari suatu produk yang sudah divalidasi oleh para ahli agar mendapatkan hasil produk yang lebih baik.

6. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan dengan cara menguji produk untuk menbandingkan keefektifan produk yang dihasilkan. Uji coba produk dilakukan oleh beberapa kelompok terbatas.

7. Revisi Produk

Revisi produk bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada setelah melakukan uji coba produk. Revisi akan terus dilakukan untuk mendapatkan produk yang baik.

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah melakukan uji coba produk dan revisi produk, selanjutnya menerapkan produk dalam lingkup yang lebih luas. Uji coba


(59)

pemakaian ini harus dinilai kelemahan dan hambatan yang muncul untuk melakukan perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila uji coba pemakaian produk masih mendapatkan beberapa masukan yang harus diperbaiki.

10.Pembuatan Produk Massal

Pembuatan produk massal dilakukan apabila produk yang dihasilkan sudah diujicobakan dan dinyatakan baik dan layak untuk diproduksi dalam jumlah banyak.

Langkah pelaksanaan pengembangan Borg and Gall (dalam Setyorini, 2013: 237-239) adalah sebagai berikut ini:

1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal

Penelitian dan pengumpulan informasi, yang meliputi kajian pustaka, pengamatan atau observasi kelas, dan persiapan laporan awal. Penelitian awal atau analisis kebutuhan penting dilakukan guna memperoleh informasi awal untuk melakukan pengembangan. Misalnya dengan pengamatan kelas untuk melihat kondisi riil lapangan. Kajian pustaka dan literatur pendukung terkait sangat diperlukan sebagai landasan melakukan pengembangan.

2. Perencanaan

Perencanaan yang mencakup merumuskan kemampuan, merumuskan tujuan khusus untuk menentukan urutan bahan, dan ujicoba skala kecil.hal yang sangat penting dalam tahap ini adalah merumuskan


(60)

tujuan khusus yang ingin dicapai oleh produk yang dikembangkan. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang kukuh untuk mengembnagkan produk, sehingga produk yang diujicobakan sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai.

3. Pengembangan Format Produk Awal

Pengembangan format produk awal yang mencakup penyiapan bahan-bahan pembelajaran, handbooks, dan alat evaluasi. Format pengembangan program yang dimaksud adalah berupa bahan cetak, seperti modul dan bahan ajar yang berupa buku teks, urutan proses atau prosedur dalam rancanagn sistem pembelajaran, yang dilengkapi dengan video atau compact disk.

4. Uji Coba Awal

Uji coba awal yang dilakukan pada 1-3 sekolah, yang melibatkan 6-12 subjek dan data hasil wawancara, observasi dan angket dikumpulkan dan dianalisis. Uji coba ini dilakukan terhadap format program yang dikembangkan apakah sesuai dengan tujuan khusus. Hasil analisis dari uji coba awal ini menjadi bahan masukan untuk melakukan revisi produk awal.

5. Revisi Produk

Revisi produk yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba awal. Hasil ujicoba lapangan tersebut diperoleh informasi kualitatif tentang program atau produk yang dikembangkan. Berdasarkan data tersebut apakah masih diperlukan untuk melakukan evaluasi yang sama dengan


(61)

mengambil situs yang sama pula. Produk yang telah direvisi kemudian diadakan uji coba.

6. Uji Coba Lapangan

Produk yang telah direvisi berdasarkan hasil uji coba skala kecil, kemudian diujicobakan lagi kepada unit atau subyek coba yang lebih besar. Uji coba lapangan dilakukan terhadap senbanyak 5-15 sekolah dengan melibatkan 30-100 subjek. Uji coba ini dikategorikan skala sedang. Data kuantitatif hasil belajar dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan khusus yang ingin dicapai, atau memungkinkan dibandingkan dengan kelompok kontrol, sehingga diperoleh data untuk melakukan revisi produk lebih lanjut.

7. Revisi Produk

Revisi produk yang dikerjakan, berdasarkan hasil uji coba lapangan. Hasil uji coba lapangan dengan melibatkan kelompok subjek lebih besar ini dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan produk dalam mencapai tujuannya dan mengumpulkan informasi yang dapat dipakai untuk meningkatkan program atau produk untuk keperluan perbaikan pada tahap berikutnya.

8. Uji Lapangan

Setelah produk direvisi, apabila pengembang menginginkan produk yang lebih layak dan memadai maka diperlukan uji lapangan. Uji lapangan ini melibatkan unit atau subyek yang lebih besar lagi. Uji coba lapangan ini bisa melibatkan 10-30 sekolah atau 40-200 subyek


(62)

dan disertai wawancara, observasi dan penyampaian angket dan kemudian dilakukan analisis. Hasil analisis ini kemudian menjadi bahan untuk keperluan revisi produk berikutnya, atau revisi produk akhir.

9. Revisi Produk Akhir

Revisi produk akhir yaitu revisi yang dikerjakan berdasarkan uji lapangan yang lebih luas. Revisi produk akhir inilah yang menjadi ukuran bahwa produk tersebut benar-benar dikatakan valid karena telah melewati serangkaian uji coba secara bertahap.

10.Desiminasi dan Implementasi

Desimilasi dan implementasi yaitu meyampaikan hasil pengembangan (proses, prosedur, program, atau produk) kepada para pengguna dan profesional melalui forum pertemuan atau menuliskan jurnal, atau dalam bentuk buku atau handbook.

Berdasarkan langkah pengembangan Sugiyono (2010: 409-426) dan langkah pengembangan Borg and Gall (dalam Setyorini, 2013: 237-239), peneliti memodifikasi langkah-langkah tersebut menjadi enam langkah agar sesuai dengan langkah penelitian yang dilakukan. Peneliti melakukan modifikasi enam langkah pengembangan ini karena di dalam produk ini hanya dilakukan pada uji terbatas untuk kelas III SD N 3 Palar. Keenam langkah tersebut seperti, (1) potensi dan masalah; (2) mengumpulkan informasi; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) perbaikan desain, dan (6) uji coba produk.


(63)

3.2 Prosedur Pengembangan

Berdasarkan langkah-langkah dari pengembangan Sugiyono (2010: 409-426) dan langkah pengembangan Borg and Gall (dalam Setyorini, 2013: 237-239) yang telah dimodifikasi oleh penulis, terdapat enam langkah yang harus dilakukan dalam penelitian dan pengembangan ini. Langkah-langkah yang sudah dimodifikasi dijelaskan sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah

Potensi dan masalah pada penelitian ini mendapatkan sumber data dari hasil wawancara yang telah dilakukan di SD N 3 Palar pada tanggal 25 Oktober 2016. Tujuan melakukan wawancara ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di lapangan yang berkaitan dengan pembelajaran membaca dan kepedulian terhadap lingkungan hidup di sekitar konisi lapangan khususnya pada kelas III sekolah dasar ini.

2. Mengumpulkan Informasi

Pengumpulan informasi atau data-data dalam penelitian yang telah dilakukan ini menggunakan teknik wawancara. Dengan melakukan wawancara ini mempunyai tujuan untuk mengetahui minat baca siswa dan kepedulian siswa terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. 3. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini berupa sebuah buku cerita bergambar. Dalam tahapan ini produk diawali dengan pembuatan cerita yang bertemakan tentang pendidikan lingkungan hidup dengan


(64)

menggunakan bahasa yang sederhana agar dapat dengan mudah anak-anak memahami isi dari cerita tersebut. cerita ini dibuat dan dikhususkan untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak terhadap kepedulian mereka terhadap kondisi lingkungan sekitar dan memberikan pembelajaran tentang pendidikan lingkungan hidup. Setelah itu meneliti membuat gambaran sketsa yang sesuai dengan cerita tersebut dengan menggunakan tokoh manusia agar terlihat riil dalam kehidupan sehari-hari, dan mencoba untuk menggabungkan cerita dengan gambar yang dibantu oleh ahli desain grafis. Buku cerita bergambar yang telah dihasilkan terdiri dari cover, kata pengantar, panduan penggunaan buku, isi dan refleksi di bagian akhir serta tentunya dengan warna-warna yang penuh pada buku cerita bergambar tersebut.

4. Validasi Desain

Selesai buku cerita bergambar tersebut dibuat dan disusun, produk tersebut selanjutkan divalidasikan kepada para ahli dalam bidang produk ini dengan melakukan suatu penilaian terhadap produk yang telah dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui produk agar dapat diperbaiki. Validasi ini dilakukan oleh dua ahli sekaligus yang terdiri atas satu dosen ahli dan satu guru wali kelas III. Tentunya dengan melakukan validasi ini penulis mempunyai tujuan untuk mendapatkan masukan serta kritikan dari para ahli tersebut sehingga


(65)

penulis dapat mengetahui kelemahan-kelemahaan dan kekuatan dari produk yang telah dihasilkan.

5. Perbaikan Desain

Hasil dari validasi yang sudah dilakukan oleh para ahli digunakan untuk melakukan perbaikan sutu produk sebagai bahan revisi. Kelemahan-kelemahan dari produk tersebut akan diperbaiki sebaik mungkin berdasarkan masukan dan kritik yang diperoleh dari para ahli. 6. Uji Coba Produk

Hasil dari produk yang sudah melewati revisi kemudian diujicobakan kembali kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui kelayakkan dari suatu produk tersebut. uji coba ini dilakukan kepada enam siswa kelas III SD N 3 Palar.

Di bawah ini langkah-langkah pengembangan yang sudah dimodifikasi dalam bentuk bagan, yaitu sebagai berikut:


(66)

Gambar 3.1

Bagan Rancangan Penelitian

Tahap Pertama (Potensi dan Masalah) Dengan wawancara kepada guru kelas III, sehingga muncul potensi dan masalah berkaitan dengan membaca dan lingkungan hidup disekitar.

Tahap Kedua (Mengumpulkan Informasi)

Hasil dari wawancara kepada guru yang berkaitan dengan minat membaca siswa dan peduli lingkungan.

Tahap Ketiga (Desain Produk)

Menyusun cerita tentang pendidikan lingkungan hidup dan membuat sketsa serta gambaran jadi untuk produk buku cerita bergambar.

Tahap Keempat (Validasi Desain) Produk yang dinilai, dikritik serta diberikan masukan oleh dosen ahli, guru kelas dan siswa kelas III pada buku pendidikan lingkungan hidup.

Tahap Kelima (Perbaikkan Desain) Perbaikan pada produk yang sudah diberi kritikan dan masukan oleh para

ahli yang sudah memvalidasi produk. Tahap Keenam (Uji Coba Produk) Setelah melewati proses perbaikan, produk di uji cobakan terhadap 6 siswa SD kelas III untuk mengetahui kelayakkan produk.


(67)

3.3 Setting Penilaian 3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N 3 Palar yang beralamatkan di Jl Ronggowarsito, Daleman, Palar, Trucuk, Klaten.

3.3.2 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah enam siswa kelas III di SD N 3 Palar. 3.3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan April- Desember 2016. 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan lembar kuisioner.

3.4.1 Wawancara

Sudjana (2002: 67) mengatakan wawancara atau juga disebut interview sebagai alat penelitian yang digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, prestasi, harapan, keinginan dan keyakinan dari responden secara lisan. Sugiyono (2010: 194) juga mengungkapkan bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi


(68)

yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah dipersiapkan.

3.4.2 Kuesioner

Sugiyono (2010: 199) mengatakan bahwa kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Trianto (2011: 265) juga berpendapat bahwa kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran kuesioner dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti kuesioner terbuka, kuesioner tertutup, kuesioner langsung, tidak langsung, check list, dan skala bertingkat.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk kuesioner pertanyaan tertutup. Dimana responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda.


(69)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan peneliti di dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara dan lembar kuesioner.

3.5.1 Pedoman Wawancara

Peneliti melaksanakan wawancara dengan salah seorang guru wali kelas III di SD N 3 palar dengan menggunakan pedoman wawancara terstruktur untuk melakukan survey kebutuhan. Daftar wawancara ini mengacu pada analisis kebutuhan buku cerita bergambar yang berbasis pada pendidikan lingkungan hidup, pedoman ini juga dilakukan untuk mengetahui minat membaca pada siswa. Berikut ini adalah kisi-kisi daftar pertanyaan wawancara yang dilaksanakan kepada salah seorang guru wali kelas III:

Tabel 3.1

Tabel Kisi-kisi Wawancara

Pertanyaan Wawancara Nomor

Aitem Apakah siswa kelas III gemar untuk membaca dan

buku apa saja yang sering dibaca oleh siswa?

1

Bagaimana minat membaca siswa kelas III di sekolah ini ?

2

Media apa yang bp/ibu pergunakan untuk pembelajaran membaca siswa?

3

Adakah kesulitan pada siswa pada saat membaca buku? Apa saja kesulitannya?

4

Bagaimana cara bp/ibu mengatasi kesulitan membaca yang dialami oleh siswa?

5


(1)

132


(2)

133


(3)

134


(4)

135


(5)

136 Buku Cerita Bergambar (Terpisah)


(6)

137 Biodata Penulis

Nindia Desy Permatasari lahir di Klaten, 03 Desember 1995, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD N 2 Sabranglor tahun 2001-2007, selanjutnya menempuh pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Trucuk tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Cawas, Klaten dan lulus pada tahun 2013.

Pada tahun 2013, penulis melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Masa pendidikan di USD diakhiri oleh penulis pada tahun 2017 dengan menulis sebuah skripsi berjudul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas Rendah”.