Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca siswa kelas IV

(1)

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN

MEMBACA SISWA KELAS IV

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Refaldo Deka Octava Putra NIM: 131134068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

2. Kedua orangtua, Bapak Yohanes Sugeng Ristanto dan Ibu Indah Krisnamurti yang memberikan dukungan, doa, perhatian, kasih sayang, motivasi dan semangat untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini dan studi di PGSD Universitas Sanata Dharma

3. Saudara-saudara yang memberikan dukungan, doa, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi dan studi di PGSD Universitas Sanata Dharma 4. Teman dekat dan sahabat yang memberikan semangat dan motivasi selama studi

dan penyusunan skripsi ini

5. Teman-teman kelompok payung skripsi yang memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua Pihak yang membantu dalam memberikan semangat, perhatian, bantuan dan motivasi dalam penyusunan menyelesaikan skripsi ini

7. Alamamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan seluruh dosen serta karyawan dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar selama penulis menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi ini


(5)

v MOTTO

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin bisa kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik."

(Evelyn Underhill)

"Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah." (Lessing)


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Juli 2017 Peneliti


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Refaldo Deka Octava Putra

Nomor Mahasiswa : 131134068

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA

SISWA KELAS IV”

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Univeritas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistibusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal : 10 Juli 2017

Yang Menyatakan


(8)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BERBASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI UNTUK PEMBELAJARAN MEMBACA

SISWA KELAS IV

Refaldo Deka Octava Putra Universitas Sanata Dharma

2017

Pendidikan anti korupsi merupakan upaya pencegahan, penanggulangan dan pembasmian tindakan anti korupsi untuk generasi mendatang melalui media pendidikan. Pendidikan anti korupsi tersebut dapat diberikan kepada siswa terutama pada siswa sekolah dasar menggunakan media pembelajaran sesuai dengan perkembangan belajar peserta didik salah satunya adalah melalui bahan buku bacaan. Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengembangkan buku bacaan siswa sekolah dasar melalui buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran membaca siswa kelas IV sekolah dasar serta untuk mengetahui kualitas dan keefektifan penggunaan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi pada pembelajaran membaca siswa kelas IV sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) menurut model pengembangan Sugiyono yang dimodifikasi menjadi enam langkah prosedur penelitian. Langkah-langkah prosedur penelitian tersebut adalah (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas IV SD Karitas Nandan, observasi digunakan untuk analisis masalah kegiatan siswa kelas IV ketika melaksanakan ujian di SD Karitas Nandan, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas produk buku cerita bergambar oleh dosen ahli, guru kelas IV SD Karitas Nandan dan 1 siswa kelas IV SD Karitas Nandan. Uji coba produk buku cerita bergambar dengan kuesioner dilakukan kepada 7 siswa kelas IV SD Karitas Nandan sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan hasil validasi, dosen ahli memberikan skor rata-rata 3,82, guru kelas IV SD Karitas Nandan memberikan skor rata-rata 4,47, dan 1 siswa kelas IV SD Karitas Nandan memberikan skor rata-rata 4,36. Dari keseluruhan skor yang didapatkan dari hasil validasi diperoleh rerata skor sebesar 4,21 dengan kategori “baik”. Sedangkan dari subjek uji coba 7 siswa SD Karitas Nandan memberikan skor rerata sebesar 4,2 dengan kategori “baik”. Penilaian kualitas buku cerita bergambar tersebut ditinjau dari tiga aspek yaitu (1) Sampul buku, (2) Isi buku, dan (3) Anatomi buku.

Kata kunci : buku cerita bergambar, pendidikan anti korupsi, pembelajaran


(9)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF A PICTURE STORY BOOK BASED ANTI-CORRUPTION EDUCATION F OR READ LEARNING

IN IV GRADE ELEMENTARY SCHOOL Refaldo Deka Octava Putra

Sanata Dharma University 2017

Anti-corruption education is an effort of prevention, countermeasures and the extermination of the anti-corruption act for future generations through education. Anti-corruption education can be given to students primarily on elementary school students learning to use media in accordance with the development of the learning learners one is through book readings. This development research aims to develop textbooks elementary school students through a picture story book-based anti-corruption education in learning reading grade IV elementary school as well as to know the quality and effectiveness of the use of a picture story book-based anti-corruption education in learning reading grade IV elementary school.

This research is the development of research or Research and Development (R&D) according to the modified Sugiyono development model into a six step procedure of research. Research procedure steps are (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) revision of design, (6) testing products. The instruments used in the study was observational, interviews and questionnaires. The interview is used to analysis needs to master class IV Karitas Nandan Elementary School, the observation is used to analysis the problems of the activities students of class IV when carrying out the examination in the Karitas Nandan Elementary School, while questionnaires are used to validate the quality of the product picture story book by expert lecturers, teacher grade IV Karitas Nandan Elementary School and 1st grade IV Karitas Nandan Elementary School. Test the product picture story book with questionnaires conducted to 7 grade IV Karitas Nandan School as a subject of research.

Based on the results of the validation, a lecturer of experts gave an average score of 3.82 master class IV Karitas Nandan Elementary School gave an average score of 4.47, and 1 grade IV Karitas Nandan Elementary School gave an average score of 4.36. From the overall score obtained from the validation results obtained average score of 4.21 with the "good" category. While the subject of the trial of 7 students Karitas Nandan Elementary School gives a mean score of 4.2 with the "good" category. Assessment of the quality of the picture story book review from three aspects, namely (1) book cover, (2) the contents of the book, and (3) the anatomy book.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan berkah-Nya sehingga skripsi berjudul “Pengembangan

Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas IV” dapat peneliti selesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin menucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakulatas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd, selaku Kaprodi PGSD

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi PGSD dan dosen pembimbing skripsi II yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah membimbing dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini 5. Dosen validator yang telah membantu dalam penyusunan perbaikan skripsi ini 6. Guru kelas IV SD Karitas Nandan selaku validator yang membantu dalam

penyusunan perbaikan skripsi ini

7. Siswa kelas IV SD Karitas Nandan selaku validator dan subjek uji coba terbatas yang membantu dalam penyusunan dan perbaikan skripsi ini

8. Para dosen program studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya dan mendidik penulis selama mengikuti dan melaksanakan studi di Universitas Sanata Dharma ini


(11)

xi

9. Bapak Yohanes Sugeng Ristanto dan Ibu Indah Krisnamurti selaku orang tua penulis yang memberikan dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

10.Teman-teman payung yang membantu dan bekerjasama dalam penyusunan skripsi ini

11.Seluruh pihak yang membantu dalam memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi banyak pihak. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat beberapa kesalahan baik dalam penyajian maupun isi. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.

Peneliti


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PRSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNUTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Spesifikasi Produk ... 6

1.6. Definisi Operasional ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka ... 9

2.1.1. Korupsi ... 9

2.1.1.1. Pengertian Korupsi ... 9


(13)

xiii

2.1.1.3. Faktor Penyebab Korupsi ... 12

2.1.2. Pendidikan ... 13

2.1.2.1 Pengertian Pendidikan ... 13

2.1.2.2. Tujuan Pendidikan ... 14

2.1.2.3. Kegunaan Pendidikan ... 15

2.1.3 Anti Korupsi ... 15

2.1.3.1. Pengertian Anti Korupsi ... 15

2.1.3.2. Nilai-nilai Anti Korupsi ... 16

2.1.3.3. Prinsip-prinsip Anti Korupsi ... 20

2.1.4. Pendidikan Anti Korupsi ... 22

2.1.4.1. Pengertian Pendidikan Anti Korupsi ... 22

2.1.4.2. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Anti Korupsi ... 23

2.1.4.3. Implementasi Nilai dan Prinsip Pendidikan Anti Korupsi ... 23

2.1.4.4. Pengintegrasian/Implementasi Pendidikan Anti Korupsi ... 26

2.1.5. Buku Cerita Bergambar ... 27

2.1.5.1. Pengertian Buku Cerita Bergambar ... 27

2.1.5.2. Karakteristik Buku Cerita Bergambar ... 28

2.1.5.3. Jenis-jenis Buku Cerita Bergambar ... 30

2.1.5.4. Fungsi Buku Cerita Bergambar ... 32

2.1.6. Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Indonesia... 33

2.1.6.1. Pengertian Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Indonesia... 33

2.1.6.2. Arah dan Orientasi Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Indonesia... 34

2.1.6.3. Prinsip Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Indonesia... 41

2.1.7. Perkembangan Karakter Anak ... 36

2.1.7.1 Tahap Perkembangan dan Pemilihan Bacaan Anak ... 36

2.2. Penelitian yang Relevan ... 40

2.3. Kerangka Berpikir ... 43


(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 47

3.2. Prosedur Pengembangan ... 49

3.3. Setting Penelitian ... 53

3.3.1. Subjek Penelitian ... 53

3.3.2. Objek Penelitian ... 54

3.3.3. Lokasi Penelitian ... 54

3.3.4. Waktu Penelitian ... 54

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.5. Instrumen Penelitian ... 56

3.5.1. Pedoman Wawancara ... 56

3.5.2. Lembar Angket (Kuesioner) ... 57

3.5.2.1. Kuesioner Validitas untuk Dosen Ahli Dan Guru Kelas IV Sekolah Dasar ... 58

3.5.2.2. Kuesioner Validitas untuk Siswa Kelas IV SD Karitas Nandan ... 61

3.5.3. Observasi ... 63

3.6. Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 68

4.1.1. Proses Pengembangan Buku Cerita Bergambar ... 68

4.1.1.1. Analisis Kebutuhan ... 68

4.1.1.2. Hasil dan Pembahasan Wawancara Survei Kebutuhan ... 69

4.1.1.3. Hasil dan Pembahasan Observasi Survei Kebutuhan ... 71

4.1.1.4. Deskripsi Produk Awal ... 72

4.1.1.5. Data Validasi Desain dan Revisi Produk ... 79

4.1.1.5.1. Data Validasi Dosen Ahli Buku Cerita Bergambar dan Revisi Produk ... 79


(15)

xv

4.1.1.5.2. Data Validasi Guru Kelas IV SD dan

Revisi Produk ... 82

4.1.1.5.3. Data Validasi Siswa Kelas IV SD dan Revisi Produk ... 84

4.1.1.6. Data Uji Coba Produk ... 84

4.1.2. Kualitas Buku Cerita Bergambar ... 86

4.2. Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 94

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 95

5.3. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 57 Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner untuk Dosen Ahli dan

Guru Kelas IV ... 58 Tabel 3.3. Kuesioner Penelitian untuk Dosen Ahli dan

Guru Kelas IV ... 59 Tabel 3.4. Kisi-kisi Kuesioner untuk Siswa Kelas IV ... 62 Tabel 3.5. Kuesioner Penelitian untuk Siswa SD Kelas IV ... 62 Tabel 3.6. Konversi Data Kuantitatif Menjadi Data Kulitatif

Skala Lima Menurut Sukardjo ... 65 Tabel 3.7. Tabel Skor Skala Lima ... 67 Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Wawancara Guru Kelas IV

di SD Karitas Nandan ... 69 Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Observasi di SD Karitas Nandan ... 71 Tabel 4.3. Uraian Karakter dan Peran Tokoh ... 74 Tabel 4.4. Revisi Produk Buku Cerita Bergambar Berdasarkan

Validasi Dosen Ahli ... 81 Tabel 4.5. Revisi Produk Buku Cerita Bergambar Berdasarkan

Validasi Guru Kelas IV SD Karitas Nandan ... 83 Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Siswa ... 85 Tabel 4.7. Hasil Rekapitulasi Validator ... 86


(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Penelitian yang Relevan ... 43 Bagan 3.1. Prosedur Penelitian Pengembangan Sugiyono ... 49 Bagan 4.1. Diagram Batang Rekapitulasi


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Gambar Sebelum diwarnai ... 77 Gambar 4.2. Gambar Sesudah diwarnai ... 77 Gambar 4.3. Gaya Tulisan Teks Cerita ... 78


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara dengan Guru

Kelas IV SD Karitas Nandan ... 99

Lampiran 2 Data Hasil Validasi Dosen ... 101

Lampiran 3 Data Hasil Validasi Guru Kelas IV SD Karitas Nandan ... 104

Lampiran 4 Data Hasil Validasi Siswa Kelas IV SD Karitas Nandan ... 107

Lampiran 5 Data Hasil Uji Coba Produk Siswa 1 ... 109

Lampiran 6 Data Hasil Uji Coba Produk Siswa 2 ... 111

Lampiran 7 Data Hasil Uji Coba Produk Siswa 3 ... 113

Lampiran 8 Dtaa Hasil Uji Coba Produk Siswa 4 ... 115

Lampiran 9 Data Hasil Uji Coba Produk Siswa 5 ... 118

Lampiran 10 Data Hasil Uji Coba Produk Siswa 6 ... 120

Lampiran 11 Data Hasil Uji Coba Produk Siswa 7 ... 122

Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Validasi ... 123

Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Siswa ... 124

Lampiran 14 Dokumentasi Hasil Penelitian ... 125

Lampiran 15 Surat Izin Penelitian ... 126

Lampiran 16 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 127

Lampiran 17 Buku Cerita Bergambar ... 128


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi operasional.

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini Pemerintahan Negara Indonesia sedang giat-giatnya dalam memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia. Menurut Ensiklopedia Indonesia (dalam Hartanti, 2007:8) korupsi berarti gejala di mana para pejabat, badan-badan Negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidakberesan lainnya.

Perkembangan korupsi dari tahun ke tahun terus meningkat dan sudah meluas ke dalam masyarakat, menurut hasil survei badan Transparency International Indonesia (TII) pada tahun 2003 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara paling korup nomor enam dari 133 negara. Menurut badan Transparency International (TI) yang berbasis di Berlin, Jerman pada tahun yang sama nilai indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia masih tetap berada di angka rendah 1,9 dari rentang nilai 1 – 10 dengan nilai tersebut Indonesia masuk kedalam rangking 122 dari 133 negara yang disurvei (dalam Haranti, 2007:3). Di berbagai belahan dunia, korupsi mendapatkan perhatian yang cukup besar dibandingkan dengan tindak pidana yang lainnya mengingat dampak negatif yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi ini. Korupsi merupakan masalah yang serius, tindak pidana ini dapat


(21)

membahayakan stabilitas dan keaman masyarakat, pembangunan sosial ekonomi dan politik serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas. Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur. Mengingat begitu besarnya akibat yang disebabkan oleh kasus korupsi, maka diperlukan sistem yang mampu menyadarkan semua unsur bangsa untuk sama-sama bergerak mengikis karang korupsi yang telah menggurita. Cara yang paling efektif adalah melalui media pendidikan sehingga diperlukan sistem pendidikan antikorupsi yang berisi sosialisasi bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan, serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi (Wijaya, 2014:23).

Upaya pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan harus dilaksanakan karena pendidikan merupakan sarana yang strategis untuk membina generasi muda agar menanamkan nilai-nilai kehidupan termasuk antikorupsi. Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat (Wijaya, 2014:24). Pendidikan antikorupsi sangat penting dilakukan melalui pendidikan dengan tujuan menciptakan generasi yang bertanggungjawab dan mampu membangun nilai-nilai antikorupsi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha


(22)

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanamkan sikap dan perilaku antikorupsi adalah melalui sekolah. Pengintegrasian pendidikan antikorupsi ke dalam mata pelajaran yang sudah tersedia dikhawatirkan akan semakin menjadi beban dan menyusahkan siswa, karena siswa sudah terlalu bosan dengan mata pelajaran yang harus dipelajari yang pada akhirnya akan membuat siswa menghindari mata pelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru kelas IV di SD Karitas Nandan beliau menyampaikan bahwa pada umumnya siswa bimbingan guru kelas tersebut malas untuk membaca teks-teks yang panjang sehingga minat mereka untuk membaca buku masih kurang baik. Buku dengan teks yang sederhana dan singkat dapat diperlukan untuk melatih siswa dalam membaca dan menumbuhkan minat membaca. Siswa sering jika sudah dihadapkan pada buku dengan teks yang panjang umumnya merasa bosan dan malas untuk membacanya.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, media pembelajaran yang inovatif, perlu dipikirkan untuk memperluas pemahaman peserta didik mengenai pendidikan anti korupsi dari bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan, pelaporan dan pengawasan kepada tindak pidana korupsi. Pada umumnya siswa sekolah dasar (SD) masih memiliki keinginan untuk bermain dalam kegiatan belajarnya, mengingat hal tersebut jika dilihat dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat dilihat bahwa anak-anak lebih menyukai melihat kartun dan membaca buku-buku yang mempunyai banyak ilustrasi bergambar dari pada membaca buku cerita yang memiliki teks cerita yang panjang dan hanya memuat sedikit ilustrasi. Salah satu


(23)

media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa tersebut adalah melalui cerita bergambar dengan media belajar seperti itu siswa akan lebih menyukai cerita tersebut dibandingkan dengan pembelajaran formal yang sudah seringkali dilakukan di sekolah.

Untuk itu peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran berupa cerita bergambar. Jenis penelitian ini merupakan Research and Development (R&D) dengan judul : “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Antikorupsi untuk Pembelajaran Membaca Siswa pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan berupa buku cerita bergambar dengan tema pendidikan antikorupsi. Peneliti membuat produk yang berupa buku cerita bergambar ini dengan tujuan memperkenalkan anak pada pendidikan antikorupsi melalui media buku bacaan anak sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan pemikiran yang kreatif dan mandiri serta kemampuan membaca anak.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana proses pengembangan produk buku cerita bergambar tentang pendidikan anti korupsi dalam meningkatkan kemampuan membaca anak untuk siswa kelas IV SD?


(24)

1.2.2 Bagaimana kualitas buku cerita bergambar tentang pendidikan antikorupsi dapat membantu anak dalam memahami nilai-nilai anti korupsi dan kemampuan membaca anak untuk siswa kelas IV SD?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1.3.1 Mendeskripsikan prosedur pengembangan produk buku cerita bergambar

tentang pendidikan anti korupsi dalam meningkatkan kemampuan membaca anak untuk siswa kelas IV SD.

1.3.2 Mengembangkan dan mendeskripsikan kualitas buku cerita bergambar tentang pendidikan antikorupsi dapat membantu anak dalam memahami nilai-nilai anti korupsi dan kemampuan membaca anak untuk siswa kelas IV SD.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Bagi siswa

Siswa dapat memahami nilai-nilai pendidikan antikorupsi dalam menumbuhkan akhlak mulia, sikap yang kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang bertanggung jawab dan berjiwa anti korupsi serta menumbuhkan keterampilan anak dalam membaca.


(25)

1.4.2 Bagi guru

Guru dapat menggunakan pengembangan cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi ini sebagai media pembelajaran pendidikan anti korupsi di sekolah. Sehingga dapat membantu guru untuk menamabah pengetahuan dalam memberikan pembelajaran dalam menumbuhkan jiwa anti korupsi dalam diri siwa.

1.4.3 Bagi peneliti

Mengembangkan buku cerita bergambar pendidikan antikorupsi dalam upaya menumbuhkan karakter yang bertanggung jawab dan melestarikan budaya membaca.

1.4.4 Bagi sekolah

Sekolah dapat terbantu dalam menyediakan dan menggunakan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi sebagai media pembelajaran anti korupsi di sekolah.

1.4.5 Bagi prodi PGSD Universitas Sanata Dharma

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi.

1.5. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1.5.1 Produk berupa buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi. Ada 13 gambar yang diberikan penjelasan.


(26)

1.5.2 Buku cerita bergambar ini menceritakan tentang pendidikan antikorupsi dalam kegiatan sehari-hari yang sering dilakukan oleh anak yang mencerminkan tindakan korupsi dan cara mengatasinya dalam menumbuhkan sikap yang berani dan bertanggungjawab.

1.5.3 Buku cerita bergambar ini dibuat sesuai dengan perkembangan usia siswa SD kelas IV. Buku cerita ini berisi teks bacaan tentang pendidikan anti korupsi disertai dengan gambar yang berkaitan dengan isi cerita sehingga menarik minat baca siswa.

1.5.4 Buku cerita bergambar ini tersusun atas judul buku, kata pengantar, isi cerita, kilas pengetahuan, ringkasan cerita dan biodata peneliti

1.5.5 Buku cerita bergambar ini dicetak berukuran A5 dengan kertas Ivory 230 pada sampul dan Art Paper 190 pada isi buku. Desain buku cerita bergambar ini dibuat menggunakan aplikasi Corel Draw X7 dan Photoshop CS6.

1.6. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Korupsi

Korupsi adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa pihak sehingga mengakibatkan kerugian pada orang lain dalam upaya memperoleh keuntungan pribadi.


(27)

1.6.2 Anti korupsi

Anti korupsi adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menghilangkan perilaku koruptif dengan cara menumbuhkan sikap tidak setuju, tidak suka dan tidak senanng terhadap berkembangnya korupsi. 1.6.3 Pendidikan

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan untuk membina dan membimbing dalam rangka membentuk sikap dan tingkah laku dan menggali potensi-potensi yang dimiliki seseorang agar mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

1.6.4 Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan anti korupsi adalah tindakan untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif kepada generasi muda yang akan datang melalui media pendidikan formal maupun nonformal dalam upaya menumbuhkan sikap anti korupsi.

1.6.5 Buku cerita bergambar

Buku cerita bergambar adalah tuturan teks cerita anak yang ditulis berdasarkan suatu aktivitas atau kejadian tertentu sesuai dengan sudut pandang anak sehingga dapat menarik minat baca anak yang tersusun atas teks dan gambar yang keduanya saling melengkapi.


(28)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II ini akan menjelaskan tentang kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini berisi beberapa teori yang dijadikan landasan guna mendukung penelitian ini. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan peneliti adalah akan korupsi, pendidikan antikorupsi, pembelajaran membaca dan buku cerita anak

2.1.1 Korupsi

2.1.1.1Pengertian Korupsi

Menurut Ensiklopedia Indonesia (dalam Hartanti, 2007:8) korupsi berasal dari bahasa Latin : corruptio = penyuapan; corruptore = merusak yang berarti gejala dimana para pejabat, badan-badan negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidakberesan lainnya.

Korupsi merupakan perilaku merugikan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa pihak yang dilakukan pada unsur birokrasi, swasta, maupun masyarakat (Mukodi & Burhanuddin, 2014:49). Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik serta dapat merusak


(29)

nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan tersebut menjadi sebuah budaya yang menjadikan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur (Hartanti, 2007:1)

Menurut Undang-Undang RI nomor 31 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dijelaskan bahwa korupsi adalah usaha memperkaya atau menguntungkan diri atau orang lain atau suatu korporasi dengan cara melawan hokum yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara baik dengan maupun tidak menggunakan kewenanangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan 7 kelompok tindak pidana korupsi adalah 1) kerugian keuangan negara, 2) suap-menyuap, 3) pemerasan, 4) perbuatan curang, 5) penggelapan dalam jabatan, 6) benturan kepentingan dalam pengadaaan, dan 7) gratifikasi (www.diskopukm.natunakab.go.id diakses pada 4 Maret 2017).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa pihak sehingga mengakibatkan kerugian pada orang lain dalam upaya memperoleh keuntungan pribadi.

2.1.1.2Bentuk dan Ciri-Ciri Tindakan Korupsi

Berikut ini ciri-ciri tindakan korupsi menurut Alatas (dalam Hartanti, 2007:10):

a. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. b. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia.


(30)

d. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum. e. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan

mampu untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu.

f. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan oleh badan publik atau umum (masyarakat).

g. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.

Menurut Wijaya (2014:11) bentuk korupsi dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Pengkhianatan kepercayaan (betrayal of trust).

Pengkhianatan kepercayaan adalah bentuk korupsi paling sederhana. Semua orang yang berkhianat atau mengkhianati kepercayaan atau amanat yang diterima adalah koruptor.

b. Penyalahgunaan kepercayaan (abuse of power).

Penyalahgunaan kepercayaan adalah bentuk korupsi di tingkat menengah. Penyalahgunaan ini ialah segala bentuk penyimpangan yang dilakukan melalui struktur kekuasaan, baik di tingkat negara maupun lembaga struktural lain termasuk lembaga pendidikan, tanpa memperoleh keuntungan materi.

c. Penyalahgunaan kekuasaan agar bisa memperoleh keuntungan materi

(material benefit).

Penyimpangan kekuasaan dilakukan untuk memperoleh keuntungan materi baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Korupsi di tingkat ini merupakan korupsi paling membahayakan karena kekuasaan dan keuntungan materi.


(31)

2.1.1.3Faktor Penyebab Korupsi

Faktor-faktor penyebab korupsi menurut Hartanti (2007:11) adalah sebagai berikut:

a. Lemahnya pendidikan agama dan etika. b. Kolonialisme.

c. Kurangnya pendidikan. d. Kemiskinan.

e. Tidak adanya sanksi yang keras.

f. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi. g. Struktur pemerintahan.

h. Perubahan radikal. i. Keadaan masyarakat.

Menurut Alatas (dalam Mukodi & Burhanuddin 2014 : 39), faktor-faktor penyebab korupsi di sebuah bangsa adalah sebagai berikut:

a. Ketiadaan atau klemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberian ilham daan tingkah laku yang menjinakan korupsi. b. Kelemahan pengajaran agama dan etika.

c. Kolonialisme, suatu pemerintah asing tidaklah menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.

d. Kurangnya pendidikan. e. Kemisikinan.

f. Tiadanya tindakan hokum yang keras.


(32)

h. Struktur pemerintahan.

i. Perubahan radikal, takala suatu sistem nilai mengalami perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit trasisional.

j. Keadaan masyarakat, korupsi dalam suatu birokrasi bisa memberikan cerminnan keadaan masyarakat keseluruhan.

Berdasarkan beberapa faktor penyebab korupsi tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum faktor penyebab korupsi yang dapat dipelajari dan dihindari oleh siswa untuk mencegah tindakan yang koruptif diantaranya adalah 1) kurangnya pendidikan, agama dan etika, 2) keadaan lingkungan masyarakat, dan 3) tidak ada sanksi yang tegas.

2.1.2 Pendidikan

2.1.2.1Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Syarbini & Arbain, 2014:3). Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(33)

Manusia sebagai subjek sekaligus sebagai objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia berperan aktif dalam proses pelaksanaannya. Ia bertanggungjawab sebagai perencana, pelaksana sekaligus pihak yang mengawasi dan mengevaluasi proses pendidikan tersebut. Dan sebagai objek, manusia menjadi sasaran dari pendidikan itu sendiri (Mukodi & Burhanuddin, 2014:109-110).

Menurut Basri (dalam Tatang, 2012:14) pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan untuk membina dan membimbing dalam rangka membentuk sikap dan tingkah laku dan menggali potensi-potensi yang dimiliki seseorang agar mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

2.1.2.2Tujuan Pendidikan

Menurut Al-Abrasyi (dalam Tatang, 2012:66) tujuan umum pendidikan bukan hanya meningkatan intelektualitas anak didik dengan berbagai ilmu pengetahuan, melainkan juga meningkatkan sikap mental atau akhlak anak didik, yaitu akhlak yang mulia. Mendidik akhlak dan jiwa siswa, menananmkan rasa keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Oleh karena itu, tujuan pokok dan terutama dari pendidikan ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Pendidikan bertujuan mewujudkan manusia yang beriman,


(34)

bertakwa, cerdas, sehat jasmani dan rohani, memilii keterampilan memadai, berakhlak mulia, memiliki kesadaran yang tinggi dan selalu intropeksi diri, tanggap terhadap persoalan, mampu memecahkan masalah dengan baik dan rasional, dan memiliki masa depan yang cerah, baik di dunia maupun di akhirat (Tatang, 2012:67).

2.1.2.3Kegunaan Pendidikan

Menurut Syafe’I (dalam Tatang, 2012:58) kegunaan ilmu pendidikan adalah kemaslahatan. Kemaslahatan yang dimaksud dalam pendidikan adalah tercapainya tujuan pendidikan, yaitu terbentuknya manusia yang beriman dan bertakwa, atau manusia yang berakal budi luhur. Pendidikan memiliki kegunaan yang sangat berarti bagi manusia. Dengan pendidikan, hidup manusia akan terpelihara, akal senantiasa dibina dengan baik, kehidupan keluarga dan keturunan akan dipertebal keimanannya, bahkan dengan akhlak anak didik yang muliah, masa depan bangsa akan cerah.

2.1.3 Anti korupsi

2.1.3.1Pengertian Anti korupsi

Gerakan anti-korupsi pada dasarnya adalah upaya bersama seluruh komponen bangsa untuk mencegah peluang terjadinya perilaku koruptif. Dengan kata lain gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan yang memperbaiki perilaku individu (manusia) dan sistem untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011:144-145).


(35)

Anti korupsi merupakan sifat tidak setuju, tidak suka dan tidak senang terhadap tindakan korupsi. Anti korupsi merupakan sikap yang dapat mencegah dan menghilangkan bagi berkembangnya korupsi (Syarbini & Arbain, 2014:6).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anti korupsi adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menghilangkan perilaku koruptif dengan cara menumbuhkan sikap tidak setuju, tidak suka dan tidak senang terhadap berkembangnya korupsi.

2.1.3.2Nilai – nilai anti korupsi

Nilai-nilai dasar anti korupsi ada 9 yaitu kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan.

a. Kejujuran

Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kejujuran juga akan terbawa dalam bekerja sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.

b. Kepedulian

Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan.


(36)

Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.

c. Kemandirian

Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Jejaring sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk menunjang pekerjaannya tetapi tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.

d. Kedisiplinan

Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.

e. Tanggungjawab

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan


(37)

baik demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.

f. Kerja keras

Perbedaan nyata akan jelas terlihat antara seseorang yang mempunyai etos kerja dengan yang tidak memilikinya. Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.

g. Kesederhanaan

Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.


(38)

h. Keberanian

Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.

i. Keadilan

Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

Berdasarkan nilai-nilai anti korupsi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai yang harus ada di dalam diri siswa antara lain nilai kejujuran, tanggungjawab dan kedisiplinan. Nilai-nilai tersebut apabila sudah tertanam dalam diri siswa maka perilaku anti korupsi sejak dini dapat ditumbuhkan oleh siswa untuk mencegah tindakan koruptif.


(39)

2.1.3.3Prinsip – prinsip anti korupsi

Prinsip-prinsip anti korupsi adalah akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan control kebijakan.

a. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga.

b. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :

 Proses penganggaran,  Proses penyusunan kegiatan,  Proses pembahasan,


(40)

 Proses evaluasi.

c. Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif. Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek, berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.

d. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.


(41)

e. Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.

2.1.4 Pendidikan Anti korupsi

2.1.4.1Pengertian Pendidikan Anti korupsi

Pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan informal di lingkungan keluarga, serta pendidikan nonformal di masyarakat (Wijaya, 2014:24).

Menurut Sumiarti (dalam Mukodi & Burhanuddin, 2014:114) pendidikan antikorupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang untuk mengembangkan sikap menolak secara tegas terhadap setiap bentuk korupsi.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan anti korupsi adalah tindakan untuk mencegah terjadinya perilaku koruptif kepada


(42)

generasi muda yang akan datang melalui media pendidikan formal maupun nonformal dalam upaya menumbuhkan sikap anti korupsi.

2.1.4.2Tujuan dan Sasaran Pendidikan Antikorupsi

Pendidikan antikorupsi diharapkan mampu mencapai tujuan yang dicita-citakan yaitu adanya manusia yang tanggap serta peduli terhadap masalah-maslah yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan dapat membangkitkan semangat untuk berbuat anti korupsi (Mukodi & Burhanudin, 2014:118).

Secara umum, pendidikan anti korupsi ditujukan untuk membangun kembali pemahaman yang benar dari masyarakat mengenai korupsi, meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap segala potensi tindak koruptif yang terjadi, tidak melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang tindak korupsi yang terjadi. Tujuan praktis ini, bila dilakukan bersama-sama semua pihak, akan menjadi gerakan masal yang akan mampu melahirkan bangsa baru yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011:4).

2.1.4.3Implementasi Nilai dan Prinsip Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai anti korupsi yang tertanam dalam diri seseorang. Menurut Nanang & Romie (dalam Mukodi & Burhanuddin, 2014:79-91) terdapat sembilan nilai anti korupsi, yaitu 1) kejujuran, 2) kepedulian, 3) kemandirian, 4) kedisiplinan, 5) tanggung jawab, 6) kerja keras, 7) kesederhanaan, 8) kebenaran, 9) keadilan.


(43)

1. Kejujuran

Nilai kejujuran di sekolah/madrasah dapat diwujudkan peserta didik dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, antara lain dapat berupa tidak mencontek saat ujian, tidak melakukan kecurangan akademik, tidak memalsukan nilai, dan sebagainya. Bentuk-bentuk kejujuran terdiri dari empat bentuk yakni 1) Jujur dalam perkataan, 2) Jujur dalam pergaulan, 3) Jujur dalam kemauan, 4) Jujur dalam berjanji.

2. Kepedulian

Nilai kepedulian dapat diwujudkan oleh peserta didik dalam beragam bentuk, diantaranya berusaha ikut memantau jalannya proses pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya di sekolah/madrasah, memantau kondisi infrastruktur lingkungan sekolah/madrasah serta mengindahkan seluruh peraturan dan ketentian yang berlaku di sekolah/madrasah dan di luar sekolah/madrasah.

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menggalang dana guna memberikan bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik yang membutuhkan. Tindakan lainnya adalah dengan memperluas akses peserta didik dengan para guru di luar jam pelajaran melalui pemanfaatan internet dan juga meningkatkan peran guru sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator.


(44)

3. Kemandirian

Nilai kemandirian dapat diwujudkan dalam bentuk mengerjakan tugas secara mandiri, mengerjakan ujian secara mandiri, dan menyelenggarakan kegiatan kesiswaan dengan swadaya.

4. Kedisiplinan

Nilai – nilai disiplin dapat diwujudkan dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di sekolah/madrasah, mengerjakan segala sesuatu tepat waktu, dan mampu fokus pada tanggungjawabnya sebagai peserta didik.

5. Tanggung jawab

Penerapan nilai tanggung jawab dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai yang baik, mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya.

6. Kerja keras

Kerja keras dapat diwujudkan oleh pesera didik misalnya dalam melakukan sesuatu menghargai proses bukan hasil semata, tidak melakukan jalan pintas, belajar dan mengerkalkan tugas-tugas akademik dengan sungguh-sungguh.

7. Sederhana

Nilai kesederhanaan dapat diterapkan oleh peserta didik dalam bentuk hidup sesuai dengan kemampuan, hidup sesuai dengan kebutuhan, tidak suka pamer kekayaan dan sebagainya.


(45)

8. Keberanian

Nilai keberanian dapat dikembangkan peserta didik melalui berani mengatakan dan membela kebenaran, berani bertanggungjawab terhadap segala bentuk kesalahan, berani menyampaikan pendapat, dan sebagainya.

9. Keadilan

Nilai keadilan dapat dikembangkan oleh peserta didik melalui bentuk memberikan saran perbaikan dan semangat pada temannya yang tidak berprestasi, tidak memilih teman dalam bergaul berdasarkan suku, agama, ras dan antar golongan.

2.1.4.4Pengintegrasian/Implementasi Pendidikan Antikorupsi

Untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang bersih, diperlukan sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terpadu mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan anti korupsi ini akan berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa (Syarbini & Arbain, 2014:23).

Pada prinsipnya pengintegrasian nilai-nilai dan perilaku anti korupsi bisa dilakukan ke semua mata pelajaran. Integrasi melalui pengembangan materi terutama dilakukan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganeraan yang sebagian besar materinya mengandung muatan nilai dan perilaku anti korupsi. Pengintegrasian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih diutamakan melalui pengembangan mnetode, media, dan sumber belajar. Beberapa


(46)

media dan sumber belajar tersebut di antaranya adalah gambar, foto, video, berita media massa, puisi, sajak, cerpen, prosa, pantun dan sejenisnya yang berkaitan dengan korupsi (Syarbini & Arbain, 2014:74-75).

Dalam mengajarkan pendidikan anti korupsi di sekolah guru juga dapat menggunakan sebuah masalah. Misalnya, guru membuat cerita sederhana tentang korupsi. Lalu dengan cerita itu, peserta didik menganalisis dan mencari penyelesaiannya. Proses ini dapat dilakukan dengan individu maupun kelompok (Mukodi & Burhanuddin, 2014:131-132).

Sasaran yang paling utama dalam implementasi pendidikan anti korupsi adalah tertanamnya nilai dan prinsip dalam peserta didik. Semua input dan proses yang dikerahkan oleh sekolah/madrasah harus bertujuan untuk kepentingan pesera didik (Mukodi & Burhanuddin, 2014:159).

2.1.5 Buku Cerita Bergambar

2.1.5.1Pengertian Buku Cerita Bergambar

Menurut Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005:153) buku cerita bergambar yaitu buku yang menampilkan gambar dan teks dan keduanya saling menjalin. Baik gambar maupun teks keduanya saling membutuhkan untuk saling mengisi dan melengkapi.

Menurut Rothkei dan Mainbach (dalam Aprianti, 2013:90-92) Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku-buku ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak. Karakter dalam


(47)

buku ini dapat berupa manusia atau binatang. Di sini ditampilkan kualitas karakter dan kebutuhan manusia, sehingga anak-anak dapat memahami dan menghubungkannya dengan pengalaman pribadinya.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar adalah tuturan teks cerita anak yang ditulis berdasarkan suatu aktivitas atau kejadian tertentu sesuai dengan sudut pandang anak sehingga dapat menarik minat baca anak yang tersusun atas teks dan gambar yang keduanya saling melengkapi.

2.1.5.2Karakteristik buku cerita bergambar

Untuk menarik minat anak pada buku cerita, ada beberapa karakteristik buku cerita bergambar yang sesuai bagi anak. Karakteristik buku bagi anak adalah (Aprianti, 2013 ; 89)

a. Bacaannya disukai

b. Topik menarik perhatian anak

c. Disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Untuk usia prasekolah buku sebaiknya mempunyai banyak irama dan pengulangan; sedangkan untuk usia prasekolah lanjut cerita mempunyai kepastian alur cerita, dialog dan pesan tokoh.

d. Menguhubungkan pengalaman dan ketertarikan anak


(48)

f. Ilustrasi cerita sangat relevan pada latar belakang keluarga dan budaya anak. Yakni, ilustrasi cerita memperkenalkan pada anak tentang latar belakang kebudayaan dan keluarga serta pengalaman baru.

g. Isi cerita merupakan kesukaan anak yang selalu ingin didengar.

h. Bahasa dan gambar mampu memberikan informasi serta ide baru bagi anak. Menurut Resmini (19 Mei 2017, 18) bentuk buku yang diperuntukkan bagi anak-anak sebaiknya dipilihkan bentuk persegi panjang yang horizontal dengan ukuran disesuaikan. Penjilidan juga turut menentukan minat anak, sebaiknya buku dijilid tebal sehingga tidak mudah rusak, dan divariasikan dengan warna yang variatif yang memberikan efek visual yang menarik. Ukuran dan bentuk huruf hendaknya tidak terlalu kecil, tetapi juga tidak terlalu besar, sehingga tidak menyulitkan anak saat membacanya serta, tema bacaan cerita anak disesuaikan dengan minat mereka misalnya tentang keluarga, berteman, cerita misteri, petualangan, fantasi, cerita yang lucu-lucu, tentang binatang, cerita kepahlawanan, dan sebagainya (Resmini 19 Mei 2017:21).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar yang diminati oleh anak-anak adalah buku cerita bergambar yang memiliki karakteristik yang memberikan cerita dan ilustrasi gambar yang relevan dengan kesukaan anak-anak.


(49)

2.1.5.3Jenis-jenis buku cerita bergambar

Buku bergambar (picture book) dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis.) Jenis buku bergambar dibedakan menjadi lima macam yaitu Rothkei dan Mainbach dalam Aprianti, 2013:90-92) :

a. Buku abjad (alphabet book)

Dalam buku alphabet, setiap huruf alphabet dikaitkan dengan ilustrasi objek yang diawali dengan huruf. Ilustrasi harus jelas berkaitan dengan huruf-huruf kunci dan gambar objek serta mudah teridentidikasi. Beberapa buku alphabet diorganisasi pada sekitar tema khusus, seperti peternakan, dan transportasi. Buku alphabet berfungsi untuk membantu anak, menstimulasi, dan membantu pengembangan kosakata.

b. Buku mainan (toys book)

Buku mainan menggunakan cara penyajian isi yang tidak biasa. Buku mainan terdiri dari buku kartu papan, buku pakaian, dan buku pipet tangan. Buku mainan ini mengarahkan anak-anak untuk lebih memahami teks, dapat mengeksplorasi konsep nomor, kata bersajak, dan alur cerita. Buku mainan membantu anak-anak mengembangkan keterampilan kognitid meningkatkan kemampuan bahasa dan sosialnya, serta mencintai buku.

c. Buku konsep (concept book)

Buku konsep adalah buku yang menyajikan konsep dengan menggunakan satu atau lebih contoh untuk membantu pemahaman konsep yang sedang dikembangkan. Konsep ditekankan pengajarannya melalui alur cerita atau dijelaskan secara repetisi dan perbandingan


(50)

d. Buku bergambar tanpa kata (wordless picture books)

Buku bergambar tanpa kata adalah buku untuk menampilkan cerita melalui ilustrasi saja. Buku bergambar tanpa kata menjadi berkembang dan populer pada masyarakat generasi muda, yakni terdapat di televisi, komik, dan bentuk visual komunikasi lainnya. Alur cerita disajikan dengan gambar yang diurutkan dan tindakan juga digambarkan dengan jelas.

Buku bergambar tanpa kata terdiri dari berbagai bentuk, seperti buku berupa buku humor, buku serius, buku informasi, atau buku fiksi. Buku ini mempunyai beberapa keunggulan, misalnya untuk mengembangkan bahasa tulis dan lisan secara produktif yang mengikuti gambar. Keterampilan pemahaman juga dapat dikembangkan pada saat anak membaca cerita melalui ilustrasi. Anak-anak menganalisis maksud pengarang dengan mengidentifikasi ide pokok dan memahami ceritanya.

e. Buku berita bergambar

Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Buku bergambar yang baik memuat elemen intrinsik sastra, seperti alur, struktur yang baik, karakter yang baik, perubahan gaya, latar dan tema yang menaruk.

Buku ini dapat menimbulkan imajinasi orisional dan mempersiapkan stimulus berpikir kreatif. Buku cerita bergambar dapat memberikan apresuasi bahasa dan mengembangkan komunikasi lisan, mengembangkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan kepekaan seni pada anak.


(51)

2.1.5.4Fungsi buku cerita bergambar

Cerita mampu melatih daya konsentrasi anak, melatih anak-anak berasosiasi, mengasah kreativitas anak, media bersosialisasi, menumbuhkan kepercayaan dalam diri anak, melatih anak berpikir kritis dan sistematis, kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dan melatih kemampuan berbahasa anak (Yudha dalam Aprianti, 2013:82).

Beberapa hal tentang fungsi dan pentingnya buku cerita bergambar bagi anak menurut Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005:159-161) adalah sebagai berikut :

a. Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi. Anak akan merasa terfasilitasi dan terbantu untuk memahami dan menerima dirinya sendiri dan orang lain, serta utnuk mengekspresikan berbagai emosinya, seperti rasa takut dan senang, sedih dan bahagia, yang merupakan bagian dari kehidupan.

b. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan anak tentang keberadaaan di dunia di tengah masyarakat dan alam. Lewat buku cerita bergambar anak dapat berlajar tentang kehidupan masyarakat, baik dalam perspektif sejarah masa lalu maupun masa kini, belajar tentang keadaan geografi dan kehidupan alam, flora, dan fauna. c. Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain,

hubungan yang ada terjadi, dan pengembangan perasaan. Lewat buku cerita bergambar yang menampilkan kehidupan keluarga, para tetangga, kawan sebaya, pergaulan di sekolah, dan lain-lain yang mengisahkan relasi kehidupan antarmanusia dapat membelajarkan anak untuk bersikap dan


(52)

bertingkah laku verbal dan non verbal, yang benar sesuai dengan tuntutan kehidupan sosial-budaya masyarakat.

d. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk memperoleh kesenangan. Ini merupakan salah satu hal terpenting dalam pemberian buku bacaan jenis ini, yaitu untuk memberikan kesenangan dan kenikmatan batiniah.

e. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi keindahan. Baik cerita secara verbal maupun gambar-gambar ilustrasi yang mendukungnya masing-masing menawarkan keindahan.

f. Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi. Buku cerita dan gambar-gambar memiliki fungsi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya imajinasi anak.

2.1.6 Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Indonesia

2.1.6.1Pengertian Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Indonesia

Pembelajaran membaca mengandung arti setiap kegiatan membaca dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan membaca dan memperoleh nilai-nilai yang baru. (Pandewa dkk, 2009:17)

Menurut Abidin (2012:6) Pembelajaran membaca dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh siswa utnuk mencapai keterampilan berbahasa tertentu misalnya dalam pembelajaran membaca pemahaman.


(53)

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca dalam bahasa Indonesia adalah aktivitas membaca yang dilakukan untuk mengasah kemampuan membaca siswa untuk mendapatkan keterampilan berbahasa atau memperoleh pemahaman kemampuan berbahasa Indonesia.

2.1.6.2Arah dan Orientasi Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Indonesia

Menurut Abidin (2012:5-7) ada tiga tujuan utama pembelajaran membaca di sekolah. Ketiga tujuan tersebut adalah 1) memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca, 2) mampu membaca dalam hati dengan kecepatan baca yang fleksibel, dan 3) memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan.

Menurut Abidin (2012:17) secara umum pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan yang harus dimiliki siswa yakni kemampuan berbahasa, sikap berbahasa, pengetahuan tentang ilmu kebahasaan bahasa Indonesia, kesadaran diri atas pentingnya karya sastra bagi pengembangan diri, dan sikap positi siswa terhadap karya sastra.

2.1.6.3Prinsip Pembelajaran Membaca dalam Bahasa Indonesia

Dalam pengajaran pembelajaran membaca dalam mata pelajaran bahasa Indonesia terdapat beberapa prinsip yang harus dilakukan oleh pengajar. Prinsip umum pembelajaran membaca menurut Nuttall (dalam Abidin, 2012:13-14) adalah sebagai berikut:


(54)

1. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan tujuan membangun kemampuan membaca anak. Pembelajaran membaca tidak bisa dilakukan secara sporadis melainkan harus dilakukan secara bertahap. Beberapa tahapan dalam pembelajaran membaca tersebut adalah:

a. Memberanikan anak membaca b. Mendorong anak membaca

c. Menjajaki kemampuan baca anak agar mengetahui kelemahan anak dalam membaca

d. Modeling membaca : mendemonstrasikan cara-cara yang dibutuhkan anak dalam membaca

e. Klarifikasi : memberikan contoh baca, menjelaskan strategi membaca dan memberikan pembelajaran secara eksplisit jika diperlukan.

2. Kemampuan baca anak tidak dapat dibentuk secara sekaligus melainkan harus selalu dibentuk secara perlahan.

3. Pengajaran membaca harus senantiasa dilakukan melalui interaksi antara guru dan kelas.

4. Pengajaran membaca harus senantiasa ditunjukkan guna membangun kemampuan anak berinteraksi dengan teks

5. Pembelajaran membaca harus dilakukan dalam atmosfer kelas yang kondusif.

6. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan asas pelatihan belajar, artinya harus senantiasa melatihkan siswa berbagai strategi membaca sebelum siswa melakukan kegiatan membaca yang sesungguhnya.


(55)

7. Pembelajaran membaca harus dilakukan dengan berorientasi ke depan, artinya pembelajaran harus diusahakan membekali siswa berbagai strategi membaca yang dapat digunakan dalam menghadapu berbagai jenis bacaan baik untuk saat ini maupun pada jenjang pendidikan selanjutnya.

8. Pahami bahwa pada dasarnya hanya dua jenis kemampuan membaca yang harus secara mendalam diajarkan yakni kemampuan membaca intensif (kegiatan baca yang memfokuskan pada satu teks tertentu dengan tujuan agar siswa tidak sekedar memahami makna bacaan tetapi mengetahui bagaimana makna dibentuk dari sebuah bacaan) dan kemampuan membaca ekstensif (kegiatan baca yang dilakukan dengan membaca berbagai teks guna mendapat pemahaman yang luas atas suatu isi bacaan).

2.1.7 Perkembangan karakter anak

2.1.7.1Tahap perkembangan dan pemilihan bacaan anak

Menurut Piaget (dalam Nurgiyantoro, 2005:50-53) perkembangan intelektual anak diuraikan menjadi empat tahapan. Tiap tahapan mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan tahapan yang lain, dan hal itu berkaitan dengan respons anak terhadap bacaan. Tahap perkembangan intelektual yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Tahap sensori-motor(the sensory-motor period, 0-2 tahun)

Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap ini disebut sebagai tahap sensori-motor karena perkembangan terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama


(56)

dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor sera mengembangkan pemahaman sebab-akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung. Anak mulai dapat memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen.

Dalam usia 1-2 tahun anak akan menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai bunyi-bunyian yang bersajak dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud dapat berupa nyanyian, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam perkataan yang tidak dilagukan. Permainan bunyi yang berwujud repetisi dan keritmisan merupakan dasar penting bagi bangunan sebuah sajak.

b. Tahap praoperasional (the preoperational period, 2-7 tahun)

Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam tahap ini antara lain adalah bahwa (i) anak mulai belajar mengaktualisasikan dirinya lewat bahasa, bermain, dan menggambar (corat-coret), (ii) jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan dirinya sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya di antara orang lain, (iii) anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang pada awalnya lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam pembicaraan, (iv) pada masa ini anak mengalami proses asimilasi dimana anak mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan


(57)

dirasakan dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya.

Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual tersebut adalah (i) buku-buku yang menampilkan gambar-gambar sederhana sebagai ilustrasi yang menarik, (ii) buku-buku bergambar yang memberikan kesempatan anak untuk memanipulasikannya, (iii) buku-buku yang memberikan kesempatan anak untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya, dan (iv) buku-buku cerita yang menampilkan tokoh dan alur yang mencerminkan tingkah laku dan perasaan anak.

c. Tahap operasional konkret (the concrete operational, 7-11 tahun)

Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini antara lain adalah (i) anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu, (ii) anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, menurut abjad, angka, besar-kecil, dan lain-lain, (iii) anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan, (iv) anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana.

Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual tersebut adalah (i) buku-buku bacaan narasi atau ekplanasi yang mengandung urutan logis dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, (ii) buku-buku bacaan yang menampilkan cerita yang sederhana, baik masalah yang dikisahkan, cara pengisahan, maupun jumlah tokoh


(58)

yang dilibatkan, (iii) buku-buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi, (iv) buku-buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisahkan cerita, atau cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain.

d. Tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas)

Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakteristik penting dalam tahap ini adalah (i) anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoritis, beragumentasi dan menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir, (ii) anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah yang terkait. Implikasi terhadap pemilihan buku bacaan sastra anak adalah (i) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan masalah yang membawa anak untuk mencari dan menemukan hubungan sebab akibat serta implikasi terhadap karakter tokoh, (ii) buku-buku bacaan cerita yang menampilkan alur cerita ganda, alur cerita yang mengandung plot dan subplot, yang dapat membawa anak untuk memahami hubungan antarsubplot tersebut, serta yang menampilkan persoalan (atau konflik) dan karakter yang lebih kompleks.

Menurut Resmini (19 Mei 2017:1) anak usia SD pada jenjang kelas menengah dan akhir sebagai pembaca sastra telah mampu menghubungkan dunia pengalamannya dengan dunia rekaan yang tergambarkan dalam cerita. Hubungan interaktif antara pengalaman dengan pengetahuan kebahasaan merupakan kunci awal dalam memahami dan menikmati bacaan cerita anak. Dalam usia anak-anak sekolah dasar pada dasarnya anak-anak-anak-anak menyukai aktifitas bermain, menonton


(59)

kartun, membaca komik cerita yang ada banyak gambar yang menarik, dan sebagainya.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan intelektual anak diuraikan menjadi empat tahapan penting berdasarkan usia anak. Oleh karena itu pengajaran karya sastra kepada anak harus memperhatikan tahap perkembangan tersebut sesuai usia siswa. Untuk anak sekolah dasar kelas atas umumnya berusia antara 9-10 tahun sehingga mereka masuk kedalam tahap operasional konkret pada tahap tersebut anak sudah mampu untuk berpikir pada pemecaham masalah sederhana sehingga sangat cocok untuk diberikan karya sastra yang berhubungan dengan karya sastra yang membutuhkan pemikiran sederhana.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama, adalah penelitian yang dilakukan oleh Rahimah Rabita Nor Prihatina (2015) yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Buku Cerita Bergambar untuk Pembelajaran IPS”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan R&D. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cara mengembangkan media buku cerita bergambar untuk pembelajaran IPS siswa SMP kelas VIII. Penelitian ini dilakukan dengan enam tahap penelitian: a) penelitian dan pengumpulan informasi, b) perencanaan, c) pengembangan produk, d) uji penggunaan, e) penyempurnaan produk, d) uji penggunaan, f) produksi terbatas. Subjek penelitian ini adalah media pembelajaran buku cerita bergambar untuk pembelajaran IPS siswa SMP kelas VIII. Hasil penelitian ini adalah media


(60)

pembelajaran IPS buku cerita bergambar layak digunakan untuk pembelajaran IPS dengan kualitas yang baik.

Penelitian yang kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Hadiyah Riwayati (2009) yang berjudul “Pengembangan Kantin Kejujuran dalam Rangka Pendidikan Anti Korupsi”. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pola pengembangan, faktor pendukung dan penghambat serta manfaat dalam pengembangan kantin kejujuran dalam rangka pendidikan anti korupsi di SDN BI Tlogowaru Kota Malang. Pengumpulan informan penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisi data dilakukan meliputi tiga unsur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah kantin kejujuran dalam upaya menumbuhkan kesadaran warga sekolah dan siswa untuk berperilaku jujur, bertanggungjawab, mandiri, taat terhadap norma, tata tertib dan ketentuan yang berlaku.

Penelitian yang ketiga, adalah penelitian yang dilakukan oleh Maya Maharyani Mugiharto (2015) yang berjudul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar tentang Kehidupan Sehari-hari untuk Pembelajaran Membaca”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan R&D. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan bahan ajar yaitu dalam bentuk buku cerita bergambar. Penelitian ini dilakukan dengan lima langkah prosedur penelitian yaitu merumuskan potensi dan masalah, mungumpulkan data, membuat desain produk dan revisi desain. Subjek penelitian ini adalah media pembelajaran buku cerita


(61)

bergambar untuk pembelajaran membaca siswa kelas XI. Hasil penelitian ini adalah desain produk berupa buku cerita bergambar dilengkapi evaluasi yang sesuai dengan tema kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang dikembangkan oleh peneliti. Dalam ketiga penelitian tersebut peneliti belum menemukan penelitian untuk pengembangan buku cerita bergamabar berbasis pendidikan anti korupsi untuk pembelajaran membaca. Untuk itu peneliti bermaksud untuk mengembangkan penelitian tersebut yang bertujuan mengembangkan minat baca siswa SD kelas IV melalui “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini didasarkan pada analisis kebutuhan siswa kelas IV SD dalam minat membaca terhadap buku bacaan. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah buku cerita bergambar yang disesuaikan dengan pendidikan anti korupsi yang diterapkan pada siswa SD.


(62)

Bagan 2.1

Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Berpikir

Korupsi saat ini sedang gencar-gencarnya dibahas oleh banyak negara bahkan diseluruh dunia dalam rangka menanggulangi akibat dari korupsi yang sangat besar. Di Indonesia sendiri korupsi dari tahun ketahun semakin meningkat. Tindak korupsi ini semakin terus meluas sampai masuk ke dalam masyarakat. Tindakan korupsi saat ini masih sulit untuk di pecahkan karena pelakunya semakin pintar dalam melakukan tindak korupsi tersebut dan dilakukan lebih dari satu orang. Para aktivis anti korupsi pun sampai saat ini belum menemukan cara yang efektif dalam membasmi permasalahan ini.

Rahimah Rabita Nor Prihatina (2015) Pengembangan Media Pembelajaran Buku Cerita Bergambar untuk Pembelajaran IPS Maya Maharyani Mugiharto (2015) Pengembangan Buku Cerita Bergambar tentang Kehidupan Sehari-hari untuk Pembelajaran Membaca Hadiyah Riwayati (2009) Pengembangan Kantin Kejujuran dalam Rangka Pendidikan Anti Korupsi

Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis

Pendidikan Anti Korupsi untuk Pembelajaran Membaca


(63)

Salah satu upaya paling mudah yang dapat dilakukan untuk membasmi tindakan tersebut adalah melalui jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Upaya tersebut diharapkan mampu mencegah tindakan-tindakan korupsi untuk generasi yang selanjutnya. Melalui strategi tersebut paling tidak generasi mendatang khususnya untuk para anak-anak dan remaja saat ini dapat dicegah untuk tidak melakukan tindakan tersebut sejak sedini mungkin. Secara umum, pendidikan di tujukan untuk membangun kembali pemahaman yang benar dari masyarakat mengenai korupsi, meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap segala potensi tindak koruptif yang terjadi, tidak melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang tindak korupsi yang terjadi. Tujuan praktis ini, bila dilakukan bersama-sama semua pihak, akan menjadi gerakan masal yang akan mampu melahirkan bangsa baru yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi. (Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011:4)

Hal yang dapat diberikan dalam rangka menanamkan jiwa anti korupsi dalam pendidikan tersebut salah satunya melewati pengintegrasian pendidikan anti korupsi dalam mata pelajaran, tata kebiasaan perilaku dan sikap serta pergaulan anak. Sebaiknya pendidikan tersebut juga tidak terlepas jauh dari kesukaan atau kegemaran anak-anak agar pendidikan anti korupsi dapat secara efektif dilakukan. Media pembelajaran yang dapat dipilih salah satunya adalah dalam mata pelajaran bahasa indonesia yaitu melalui karya sastra dalam bentuk buku bacaan, puisi, pantun dan lain-lain.

Menurut Resmini (19 Mei 2017:1) anak usia SD pada jenjang kelas menengah dan akhir sebagai pembaca sastra telah mampu menghubungkan dunia


(64)

pengalamannya dengan dunia rekaan yang tergambarkan dalam cerita. Hubungan interaktif antara pengalaman dengan pengetahuan kebahasaan merupakan kunci awal dalam memahami dan menikmati bacaan cerita anak. Dalam usia anak-anak sekolah dasar pada dasarnya anak-anak-anak-anak menyukai aktifitas bermain, menonton kartun, membaca komik cerita yang ada banyak gambar yang menarik, dan sebagainya. Untuk itu buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi sepertinya cukup efektif diberikan kepada anak-anak dalam menenamkan jiwa anti korupsi tersebut selain itu dengan buku cerita mampu meningkatkan keterampilan anak dalam membantu minat baca anak.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tedorong untuk melakukan pengembangan pada buku cerita bergambar yang berbasis pendidikan anti korupsi. Harapan dari pengembangan buku cerita tersebut nantinya generasi yang akan datang khususnya anak-anak dapat tergerak untuk tidak melakukan tindakan korupsi dan dapat menanamkan jiwa anti korupsi dalam diri anak-anak. Selain itu dengan buku cerita bergambar ini dilengkapi dengan teks-teks cerita yang nantinya dapat mengasah kemampuan anak di dalam menumbuhkan minat bacanya.


(65)

2.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengembangkan buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi dalam meningkatkan kemampuan membaca anak untuk siswa kelas IV SD?

2. Bagaimana mengembangkan kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan anti korupsi dapat membantu anak dalam memahami nilai-nilai anti korupsi dan kemampuan membaca anak untuk siswa kelas IV SD?


(66)

47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini dirancang menggunakan jenis penelitian penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya Research and Development (R&D) adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:407). Secara sederhana R&D bisa didefinisikan sebagai metode penelitian yang secara sengaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencaritemukan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang lebih unggul, baru, efektif, efisien, produktif, dan bermakna. R&D ini diarahkan untuk mencaritemukan kebaruan dan keunggulan dalam rangka efektivitas, efisiensi, dan produktivitas (Putra, 2011:67). Prosedur penelitian dalam penelitian ini menggunakan pengembangan Borg & Gall (dalam Putra, 2011:119-121) dan prosedur pengembangan menurut Sugiyono (2010:409), prosedur pengembangan Borg & Gall diuraikan menjadi sepuluh bagian yang dipaparkan sebagai berikut :

1. Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk mengumpulkan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas), identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan.


(1)

124

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Siswa

No. Siswa

Nomor Kuesioner

Total Rata-rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 53 4,8 2 5 4 4 4 3 5 4 4 4 4 5 46 4,1 3 5 5 2 3 5 5 3 3 5 5 3 44 4 4 5 4 3 5 4 5 3 5 4 3 5 46 4,1 5 5 4 5 3 4 5 4 4 5 3 4 46 4,1 6 4 3 5 5 5 5 4 4 2 5 2 44 4 7 3 4 5 5 4 5 4 5 3 5 5 48 4,3


(2)

125


(3)

126


(4)

127


(5)

128


(6)

129

Refaldo Deka Octava Putra lahir di Gunungkidul, 24 Oktober 1994. Pendidikan pertama diperoleh di TK Kuncup Melati, Bendungan, Karangmojo, Gunungkidul tamat pada tahun 2001. Pendidikan dasar diperoleh di SD N Bendungan II, Bendungan, Karangmojo, Gunungkidul dan tamat pada tahun 2007. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP N II Karangmojo, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul tamat pada tahun 2010. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA N I Karangmojo, Karangmojo, Gunungkidul tamat pada tahun 2013

Pada tahun 2013, peneliti melanjutkan studi di perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi di akhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Pendidikan Anti Korupsi untuk Pembelajaran Membaca Siswa Kelas IV”.