PENGARUH SELEBRITIS ENDORSER TERHADAP CITRA MEREK PRODUK SEPEDA MOTOR HONDA ABSOLUTE REVO DI SURABAYA.

(1)

PENGARUH SELEBRITIS ENDORSER TERHADAP

CITRA MEREK PRODUK SEPEDA MOTOR

HONDA ABSOLUTE REVO

DI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

IMFRON ANGGRIAWANTO 0712010128/ FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

PENGARUH SELEBRITIS ENDORSER TERHADAP

CITRA MEREK PRODUK SEPEDA MOTOR

HONDA ABSOLUTE REVO

DI SURABAYA

yang diajukan :

IMFRON ANGGRIAWANTO 0712010128/ FE / EM

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Kustini, MSi Tanggal : ……….

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. H. R.A. Suwaidi, MS NIP. 196003301986031003


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh

Selebritis endoser terhadap Citra merek produk sepeda motor Honda Absolute Revo”. dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembagunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dra. Ec. Kustini, Msi,. selaku Dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan memberikan saran yang sangat berguna bagi penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

6. Buat Mama dan Papaku yang tercinta, serta buat saudara – saudaraku yang tersayang, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Mei 2011


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 10

1.3. Tujuan Penelitian... 10

1.4. Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 11

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Pemasaran ... 13

2.2.1.1. Pengertian Pemasaran ... 13

2.2.1.2. Komunikasi Pemasaran... 14

2.2.2. Periklanan ... 16

2.2.2.1. Pengertian Iklan ... 16

2.2.2.2. Fungsi Iklan ... 19

2.2.2.3 Daya Tarik Periklanan ... 21

2.2.3. Media Periklanan ... 22


(6)

2.2.3.2. Radio ... 24

2.2.3.3. Pemasaran Internet... 25

2.2.4. Selebritis Endoser (Celebrity Endorser ... 26

2.2.5. Citra Merek (Brand Image) ... 29

2.2.6. Pengaruh Selebritis endoser (Celebrity Endorser) terhadap Citra merek (Brand Image) ... 33

2.3. Kerangka Konseptual... 34

2.4. Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 35

3.1.1. Definisi Operasional ... 35

3.1.2. Pengukuran Variabel... 39

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.2.1. Populasi... 40

3.2.2. Sampel... 40

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.3.1. Jenis dan Sumber Data... 41

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 42

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 42

3.4.1. Teknik Analisis ... 42

3.4.2. Uji Hipotesis ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Hasil Penelitian ... 48

4.2. Analisis Data... 50


(7)

4.2.2. Uji Reliabilitas ... 51

4.2.3. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 52

4.2.4. Uji Normalitas... 53

4.2.5. Uji Multicollinierity dan Singularity ... 55

4.2.6. Uji Outlier ... 55

4.3. Confirmatory Factor Analysis ... 57

4.3.1. Confirmatory Factor Selebritis endoser (Celebrity Endorser) (X)... 57

4.3.2. Confirmatory Factor Citra merek (Brand Image) (Y)... 57

4.4. Structural Equation Model (SEM) Dan Pengujian Hipotesis ... 58

4.4.1. Evaluasi Model Dengan One - Step Approach to SEM .. 58

4.5. Uji Kausalitas... 61

4.6. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 63

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel. 1.1 Data Top Brand Index (TBI) Kategori Otomotif Sepeda Motor bebek

Tahun 2007 - 2009 ... 6

Tabel. 3.1 Goodness of Fit Index ... 45

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) (X)... 48

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Citra Merek (Brand Image) (Y)... 49

Tabel. 4.3. Hasil Uji Validitas Dengan Confirmatory Factor Analysis... 51

Tabel. 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Dengan Koefisien Conbach’s Alphal... 52

Tabel. 4.5. Hasil Uji Construct Reliability dan Variance Extacted... 53

Tabel. 4.6. Hasil Uji Normalitas ... 54

Tabel. 4.7. Hasil Uji Outlier Multivariate ... 56

Tabel. 4.8. Hasil Uji Unidimensionalitas Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) (X)... 57

Tabel. 4.9. Hasil Uji Unidimensionalitas Citra Merek (Brand Image) (Y) .. 58

Tabel. 4.10. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ... 59

Tabel. 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indeces ... 60


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar. 2.1. .Bagan Kerangka Konseptual... 34 Gambar. 4.1. Model Pengukuran & Struktural Sikap, Norma Subyektif dan

Minat Beli Konsumen Model Specification : One Step Approach - Base Model... 59 Gambar. 4.2. Model Pengukuran & Struktural Sikap, Norma Subyektif dan

Minat Beli Konsumen Model Specification : One Step Approach - Modifikasi... 60


(10)

PENGARUH SELEBRITIS ENDORSER TERHADAP

CITRA MEREK PRODUK SEPEDA MOTOR

HONDA ABSOLUTE REVO

DI SURABAYA

Oleh :

IMFRON ANGGRIAWANTO ABSTRAK

Perekonomian Indonesia yang semakin baik mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Persaingan yang begitu ketat untuk memperebutkan pelanggan tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya. Dalam upaya untuk pengenalan merek dan produknya, perusahaan perlu memberikan informasi kepada konsumen melalui media iklan. Dengan harapan para konsumen dapat menilai lebih lanjut tentang produk yang ditawarkan atau setidaknya dapat menyimpan dalam memori otak atau dapat menciptakan Brand Image yang kuat dalam otak konsume. Dalam pembuatan iklan, produsen harus memilih siapa yang menjadi endorser dalam iklannya tersebut. Endorser dapat berperan besar terhadap kesuksesan produk. Keberadaan endorser sebagai juru komunikasi sekaligus bintang iklan diyakini dapat mengangkat sebuah merek dari suatu produk atau jasa menjadi lebih terkenal. Endorser umumnya datang dari kalangan selebriti hal ini dikarenakan selebriti adalah tokoh pujaaan yang dikenal banyak orang, sering tampil di media massa dan memiliki banyak penggemar sehingga apa yang mereka katakan atau lakukan sering diikuti oleh para penggemarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Selebritis endoser (Celebrity Endorser) terhadap Citra merek (Brand Image) produk sepeda motor Honda Absolute Revo.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 104 responden (pengguna Honda Absolute Revo dan pernah melihat iklan Honda Absolute Revo khususnya di wilayah Surabaya). Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 104 responden dan kuesioner tersebut terdiri dari 13 item pernyataan yang dibagi menjadi 2 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan structural equation modelling.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) berpengaruh positif terhadap Citra merek (Brand Image) produk sepeda motor Honda Absolute Revo dapat diterima.

Keywords : Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) dan Citra merek (Brand Image)


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perekonomian Indonesia yang semakin baik mengakibatkan pesatnya laju pesaingan di dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dari semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang produk maupun jasa, yang menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat ini, perusahaan dituntut untuk lebih kreatif dalam menetapkan strategi yang tepat bagi perusahaan sehingga dapat menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk dapat mengkonsumsi produk mereka.

Persaingan yang begitu ketat untuk memperebutkan pelanggan tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya. Bagi sebagian besar perusahaan, pemberian merek adalah suatu keharusan (kotler, 2000), karena merek adalah gambar yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (Tjiptono ; 2005). Merek (Brand) telah menjadi suatu elemen yang paling utama yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan nirlaba maupun perusahaan bisnis, penyedia jasa maupun pemanufakturan dan organisasi lokal maupun global. sehingga hampir tidak ada produk yang tidak diberi merek.


(12)

Dalam upaya untuk pengenalan merek dan produknya, perusahaan perlu memberikan informasi kepada konsumen melalui media iklan. iklan menjadi suatu pilihan yang menarik, disamping sebagai sumber informasi, iklan juga dipandang sebagai media hiburan dan komunikasi.

Iklan merupakan segala bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang dan jasa oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler, 2000:235). Pada dasarnya iklan hanya ditujukan kepada konsumen untuk menarik minat membeli konsumen, oleh karena itu para produsen harus mampu merancang iklannya sedemikian rupa sehingga mampu menyampaikan pesan kepada konsumen sesuai dengan yang diinginkan oleh produsen. Iklan erat hubunganya dengan konsumen positioning yang berfungsi sebagai indera “pengigat” produk kedalam otak alat alam pikir konsumen.

Iklan bisa digunakan untuk membentu citra jangka panjang sebuah produk dan juga untuk menggerakkan penjualan cepat. Iklan merupakan cara efisien untuk mencapai banyak pembeli yang secara geografis tersebar. Iklan haruslah dilaksanakan dalam skala cukup besar untuk membuat kesan yang efektif terhadap pasarnya. Masalah dana iklan tergantung pada media yang dipilihnya tentunya iklan melalui televisi membutuhkan anggaran yang besar, dibandingkan iklan surat kabar, radio, brosur, pamflet, baliho dan lain-lain, bisa dilaksanakan dengan anggaran kecil.

Dengan harapan para konsumen dapat menilai lebih lanjut tentang produk yang ditawarkan atau setidaknya dapat menyimpan dalam memori otak atau dapat menciptakan Brand Image yang kuat dalam otak konsume.


(13)

Dalam pembuatan iklan, produsen harus memilih siapa yang menjadi endorser dalam iklannya tersebut. Adapun sosok endorser tersebut terkait dengan karakteristik menonjol yang dimilikinya, seperti public figure.

Sudah menjadi pengetahuan umum sejak lama, endorser berperan besar terhadap kesuksesan produk. Keberadaan mereka sebagai juru komunikasi sekaligus bintang iklan diyakini dapat mengangkat awareness dan mendongkrak penjualan. Bahkan, ada keyakinan di kalangan pemilik merek, jika tepat memilih endorser, kesuksesan tinggal menunggu waktu saja. endorser umumnya datang dari kalangan selebriti, karena selebriti adalah tokoh pujaan yang dikenal banyak orang. Sering tampil di media massa pasti memiliki banyak pengikut. Mereka adalah idola, sehingga apa yang mereka katakan atau lakukan sering diikuti para pemujanya. Karena faktor idola itulah, para pemilik merek memilih mereka sebagai juru komunikasi dan bintang iklan produknya.

Selebriti diasumsikan lebih kredibel daripada non selebriti. Tampilan fisik dan karakter non fisik selebriti membuat sebuah iklan lebih menarik dan disukai oleh konsumen. Performa, citra, dan kepopuleran selebriti dapat lebih menarik perhatian target audience untuk menyaksikan iklan yang dapat mempengaruhi persepsi mereka untuk membuat keputusan dalam melakukan pembelian. Sedangkan, dengan menampilkan pendukung non selebriti atau ”orang biasa” dapat membuat konsumen merasa lebih dekat dan merasa familiar, akan menghasilkan keterlibatan pesan yang cukup tinggi, dan akhirnya akan mempengaruhi persepsi konsumen, sehingga tercipta persepsi yang positif terhadap produk yang diiklankan.


(14)

Penggunaan endorser diharapkan dapat memberikan asosiasi positif antara produk dengan endorser. Hal ini dikarenakan selebritis sebagai endorser adalah wujud nyata dari berbagai image atau asosiasi yang dipikirkan oleh khalayak sasaran pada suatu merek Royan (2005: 10). Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman untuk mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek di dalam benak konsumen. Citra yang baik merupakan salah satu cara yang efektif di dalam menjaring konsumen, karena konsumen dengan sadar atau tidak sadar akan memilih suatu produk yang memiliki brand image yang positif, sehingga tercipta persepsi yang baik di mata konsumen, dan akan mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian yang pada akhirnya dapat menciptakan loyalitas terhadap suatu merek produk tertentu.

Salah satu produk dari Honda yang cukup familiar (dikenal) dalam masyarakat adalah Honda Revo. Produk tersebut merupakan salah satu jenis kendaraan bebek yang dikeluarkan oleh PT. Astra Honda Motor pada tahun 2007 sampai dengan 2008. Pada tahun tersebut Honda Revo telah berada di deretan paling atas di mata konsumen dan berhasil mengungguli beberapa kompetitor di bawahnya.

Atas keberhasilan dan prestasi tersebut, maka PT. Astra Honda Motor ingin menjadikan Honda Revo lebih melekat dihati para konsumen yaitu dengan melakukan sebuah perubahan terhadap Honda Revo yang dinilai


(15)

sudah menjadi sebuah ikon terhadap para pecinta Honda. Perubahan tersebut dimaksutkan agar para konsumen tetap setia dan merasa puas terhadap produk yang dikeluarkan PT. Astra Honda Motor.

Pada awal tahun 2009 PT. AHM telah melakukan perubahan atau inovasi terbaru terhadap Honda Revo menjadi “Honda Absolute Revo”. Dalam iklannya, Honda Absolute Revo menonjolkan berbagai kelebihan yang dimiliki yaitu selain diciptakan untuk kemudahan dan kenyamanan dalam berkendara, Honda Absolute Revo ini sudah berkapasitas mesin 110 cc sangat berbeda sekali dengan Honda Revo sebelumnya yang berkapasitas mesin 100 cc sangat cocok untuk berbagai kalangan khususnya anak muda, karena keunggulannya juga yang mengandalkan desain body serta striping berbagai varian menarik untuk semua kalangan pecinta Honda. Melalui tayangan iklan tersebut PT. AHM ingin meluaskan pasar, sehingga bisa memenuhi kebutuhan setiap orang dalam berkendara. Maka, Honda Absolute Revo menggunakan grup band yang sedang naik daun saat ini yaitu “Nidji” untuk membidik semua pangsa pasar dari berbagai kalangan (Marketing).

Pemilihan Nidji sebagai endorser dalam iklan sekaligus ikon dari Honda Absolute Revo karena Honda Absolute Revo dan Nidji memiliki kesamaan, yaitu Revo dan Nidji memiliki karakteristik stylish sehingga menjadikan keduanya sebagai trensetter, lalu Nidji digandrungi oleh anak muda sama seperti Revo yang menargetkan penggunanya adalah anak muda, dan keduanya memiliki karakter yang inovatif serta kreatif. Dengan demikian dapat dijelaskan penggunaan grup band Nidji sebagai duta resmi dari Honda Absolute Revo yang banyak disukai oleh kaum muda menjadi keuntungan tersendiri bagi PT. Astra Honda Motor (AHM).


(16)

Pemilihan Nidji sebagai endorser dan duta Honda Absolute Revo menunjukkan jika PT. AHM ingin memperkenalkan produk terbarunya sekaligus berusaha meraih segmen anak muda sebagai pengguna Honda Absolute Revo dengan memanfaatkan kepopuleran dari grup band Nidji. Dikarenakan PT. AHM telah melihat potensi besar pada segmen anak muda sehingga tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih segmen tersebut. Dalam hal untuk menarik konsumen, Honda tampaknya memilih kaum muda usia di bawah 24 tahun, hal ini terlihat dari iklan-iklan Honda sebelumnya yang juga mengandalkan figur yang banyak diidolakan oleh kaum muda seperti Agnes Monica dan VJ Daniel.

Pada tahun 2007 - 2009 Sepeda Motor Honda mengalami peurunan Top Brand Index (TBI). Berikut ini adalah tabel Top Brand Index (TBI) Sepeda Motor Honda bebek dan para kompetitornya yang meramaikan pasar Otomotif Sepeda Motor bebek di Indonesia dari tahun 2007-2009, yang disajikan pada tabel 1.1, sebagai berikut :

Tabel 1.1 Top Brand Index (TBI)

Kategori Otomotif Sepeda Motor bebek Tahun 2007 – 2009

Kategori Merek TBI 2007 TBI 2008 TBI 2009

Honda Supra 25,10% 34,10% 34,94%

Honda Revo / Honda

Absolute Revo 32,10% 30,80% 24,86%

Honda Blade 5,00% 9,00% 5,00%

Yamaha Jupiter 11,80% 28,40% 35,60%

Yamaha Vega 16,20% 15,30% 11,80%

Suzuki Shogun 2,30% 2,90% 2,30%

Otomotif Sepeda Motor bebek

Suzuki Smash 0,90% 1,35% 0,90%

Sumber : www.swa.co.id 

Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui bahwa Honda Absolute Revo menempati urutan kedua sebagai top brand, dan Honda Absolute Revo di


(17)

tahun 2007 sampai tahun 2009 mengalami penurunan TBI yang cukup besar dibandingkan para kompetitornya. Pada tahun 2007 angka TBI Honda Absolute Revo sebesar 32.10 % tetapi pada tahun 2009 TBI Honda Absolute Revo menurun sebesar 7.24 % dengan angka TBI 24.86 %.

Top brand index (TBI) merupakan suatu alat ukur kekuatan merek yang diformulasikan berdasarkan atas tiga variabel, yaitu Mine Share, Market Share dan Commitment Share. Variabel pertama, Mind Share, mengindikasikan kekuatan merek di dalam benak konsumen katagori produk yang bersangkutan. Variabel kedua, Market Share, menunjukkan kekuatan merek dalam pasar tertentu dalam hal perilaku pembelian aktual dari konsumen. Sedangkan variabel ketiga, Commitment Share, mengindikasikan kekuatan merek dalam mendorong konsumen untuk membeli merek terkait di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perasaan konsumen tentang nilai akan selalu berubah. Penurunan TBI Honda Absolute Revo mengindikasikan adanya penurunan kekuatan merek yang ada di benak konsumen terhadap produk yang bersangkutan, Apabila kekuatan merek yang ada dibenak konsumen turun maka kesetiaan konsumen terhadap merek juga akan turun dan akan mempengaruhi pembelian. Bila kesetiaan merek rendah, konsumen akan cenderung berpindah ke merek lain, sebaliknya bila kesetiaan konsumen terhadap merek tinggi maka konsumen akan melakukan pembelian terhadap produk tersebut secara berulang-ulang (www.swa.co.id).

Penurunan dalam TBI Honda Absolute Revo tersebut disebabkan oleh celebrity endorsernya yang dinilai masih kurang untuk meningkatkan citra merek dari produk Honda Absolute Revo dibandingkan dengan perusahaan


(18)

motor lainnya. Beberapa faktor yang meliputi para kompetitor dalam memilih celebrity endorser yaitu dengan memilih celebrity endorser dari luar negeri yang lebih dominan dalam meningkatkan citra merek suatu produk seperti, pembalap profesional kelas dunia Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo (Marketing).

Berdasarkan hal itulah maka permasalahan yang dihadapi oleh PT. Astra Honda Motor dengan salah satu produk andalannnya yaitu “Honda Absolute Revo” adalah bagaimana cara untuk meningkatkan Citra Merek dibenak konsumen nya. Selain malakukan berbagai kegiatan Periklanan melalui berbagai media seperti televisi, koran, radio, dan majalah. Usaha yang dilakukan PT. Astra Honda Motor untuk meningkatkan Citra Merek Honda Absolute Revo nya adalah dengan mengangkat seorang selebriti sebagai celebrity endorser dari produknya.

Pada tahun 2009 Nidji dipilih membintangi iklan produk Honda Absolute Revo. Pemilik produk bersama biro iklan tentu pasti sudah mempertimbangkan secara detail alasanya mengapa Nidji dipilih sebagai wakil atau duta untuk memasarkan produknya (Marketing). Sebagian pemasar pasti setuju untuk mengedepankan Nidji dalam pilihan sebagai celebrity endorser dengan menumpang ketenaran dihadapan publik, baik publik yang senang maupun yang tidak senang. Iklannya sudah pasti berusaha menyentuh lapisan para pendukung Nidji untuk mempengaruhi mencoba produknya.

Endorser dapat berperan besar terhadap kesuksesan produk. Keberadaan endorser sebagai juru komunikasi sekaligus bintang iklan


(19)

diyakini dapat mengangkat sebuah merek dari suatu produk atau jasa menjadi lebih terkenal. Endorser umumnya datang dari kalangan selebriti hal ini dikarenakan selebriti adalah tokoh pujaaan yang dikenal banyak orang, sering tampil di media massa dan memiliki banyak penggemar sehingga apa yang mereka katakan atau lakukan sering diikuti oleh para penggemarnya.

Tugas utama para endorser adalah untuk menciptakan asosiasi yang baik antara endorser dengan produk yang diiklankan sehingga timbul sikap positif dalam diri konsumen, sehingga iklan dapat menciptkan citra yang baik pula di mata konsumen. Iklan merupakan elemen yang penting dan saling berpengaruh dalam menanamkan brand image kepada konsumen, seiring dengan ciri fisik dan kualitas produk yang mengikuti suatu brand tertentu.

Berdasarkan konsep tersebut, maka studi ini menyimpulkan bahwa brand image merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap merek dan pandangan konsumen terhadap suatu brand image (Ajeng Peni Hapsari; 2008)

Seperti yang diungkapkan oleh Susanto (1997;64) jika seorang yang namanya cukup dikenal dikalangan masyarakat menggunakan produk tertentu apalagi memberikan endorsement diharapkan konsumen akan memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi, terhadap produk tersebut.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka menarik minat peneliti untuk meneliti dan mengkaji lebih mendalam tentang sejauh mana Selebritis endoser mempengaruhi Citra merek produk sepeda motor Honda Absolute Revo, untuk kemudian dijadikan sebagai penelitian dengan mengambil judul:

“Pengaruh Selebritis endoser terhadap Citra merek produk sepeda motor Honda Absolute Revo”.


(20)

  10

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diajukan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Selebritis endoser (Celebrity Endorser) berpengaruh terhadap Citra merek (Brand Image) produk sepeda motor Honda Absolute Revo?”

1.3. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah: ”Untuk mengetahui pengaruh Selebritis endoser (Celebrity Endorser) terhadap Citra merek (Brand Image) produk sepeda motor Honda Absolute Revo”.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu antara lain :

1. Bagi peneliti

Berguna untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah khususnya mengenai strategi pemasaran produk

2. Bagi perusahaan

Dengan adanya penelitian ini dapat memperbaiki, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas produk agar setiap saat dari waktu ke waktu dapat menarik minat beli konsumen.

3. Bagi ilmu pengetahuan

Dengan adanya penelitian ini dapat mendorong para peneliti lain untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut agar bisa bermanfaat.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap citra merek, telah dilakukan oleh :

1. Hapsari (2008) Jurnal JBM FE UNPAD. Yang berjudul Celebrity endorser, typical– person endoser terhadap iklan televisi dan brand image produk. Terdapat variabel celebrity endorser (pendukung selebriti), typical – person endorser dan brand image (citra merek). Di dalam celebrity endorser terdapat credibility, attractiveness, familiarity, likeability dan power. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan celebrity endorser dalam iklan televisi menciptakan respon yang positif dari responden. Ini dikarenakan figure selebriti yang memiliki image yang baik dan banyak disukai oleh khalayak memiliki kekuatan tersendiri di dalam mempengaruhi responden.

2. Kussujaniatun, Jurnal Bisnis & Ekonomi,Vol. 14 No. 1, Maret (2007:98) dengan judul “Analisis pengaruh dead endorser terhadap brand personality pada iklan kompas di televisi (survey pada konsumen surat kabar harian Kompas di kabupaten Sleman Yogyakarta). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri variabel keahlian (expertise), kepercayaan


(22)

(trustwoorthinees), dan daya tarik (attraktiveness) berpengaruh signifikan terhadap brand personality. Hal ini berlaku bagi Chairil Anwar, Hary Roesli, dan Soe Hoek Gie. Dan Variabel kepercayaan memiliki pengaruh dominan kepribadian pada sosok Chairil Anwar, dan Hary Roesli. Sedangkan Soe Hoek Gie pada variabel daya tarik.

3. Jurnal Mahardika Vol 2 No 3 Mei 2004, dengan judul Pengaruh Citra Merek Terhadap Efektivitas Iklan. Penelitian berikut dilakukan oleh : Prof. Dr. H. Setyaningsih, SE dosen Pasca sarjana Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya dan Didit Darmawan, ST, MM dosen Universitas Kartini Surabaya. Dalam penelitian ini menggunakan analisis Structural Equalition Modeling (SEM). Dan menggunakan 2 faktor yang didalamnya terdapat variabel yang menentukan. Dua faktor tersebut adalah Brand Image (citra merek) dan Advertisement effectivenes (efektivitas iklan). Di dalam Brand Image terdapat variabel image of product, image of user dan corporate image, sedangkan dalam efektivitas iklan terdapat knowledge, preferent dan purchase. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. H. Setyaningsih, SE dan Didit Darmawan, ST, MM. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa citra merek berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya sekarang terletak pada variabel X dan Y. Dalam penelitian Prof. Dr. H. Setyaningsih, SE dan Didit Darmawan, ST, MM variabel X adalah Citra merek dan variabel Y adalah Efektivitas Iklan sedangkan variabel X dalam penelitian saya adalah Selebritis endorser (Celebrity Endorser) sedangkan variabel Y adalah Citra merek (Brand Image).


(23)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pemasaran

2.2.1.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan ujung tombak untuk mencapai suatu keberhasilan dalam perusahaan

Wells, Sandra Moriaty and John Burnett (2006: 31) berpendapat bahwa “ Marketing is the way a product is design, tested, produced, branded, packaged, priced, distribusi and promotion”. Artinya adalah pemasaran adalah cara bagaimana dibentuk, dirasakan, diproduksi, dikemasin, pemberin harga, penyaluran distribusi dan di promosikan kepada konsumen.

Sementara menurut Kotler (2003: 10) pemasaran adalah proses social yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Untuk definisi manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai “seni menjual produk”. Tetapi bagian yang paling dari pemasaran adalah bukan penjualan.

Selanjutnya menurut Swastha dan Handoko (1987: 3) pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegitan – kegitan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli pontensial.

Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah merupakan suatu kegiatan atau


(24)

proses dalam suatu sistem yang didalamnya terdapat individu atau kelompok untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan baik barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan serta dapat memuaskan keinginannya.

2.2.1.2. Komunikasi Pemasaran

Menurut Shimp (2000: 4) Komunikasi pemasaran adalah mempersentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebar luaskan kepada pelanggan atau kliennya. Komunikasi pemasaran dapat diuraikan dua unsure pokonya yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antara individu atau antara organisasi dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya menstransfer nilai-nilai pertukaran antara organisasi dengan individu.

Menurut Sustiana (2003: 267) Komunkasi pemasaran adalah merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada public terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan dalah apa yang disebut dengan bauran promosi (Promotional mix). Disebut bauran komunikasi karena biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi secara stimultan dan terintergrasi dalam suatu rencana promosi produk.


(25)

Terdapat 5 (lima) jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran promosi yaitu

1. Iklan (advertising) adalah penajian informasi non personal tentang suatu merek, produk, perusahaan, atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu. ( Peter dan Olson, 1996: 181)

2. Penjualan tatap muka (personal selling) melibatkan interaksi personal langsung antara seorang pembeli personal dengan seorang salesman. (peter dan Olson , 1996: 183)

3. Promosi penjualan (sales promosion) adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada konsumen untuk melakukan pembeliaan. (Peter dan olson, 1996: 182)

4. Hubungan masyarakat dan publisitas (publisity dan public relation) adalah bentuk komunikasi tentang perusahaan , produk atau merek si pemasar yang tidak membutuhkan pembayaran. (Peter dan Olson, 1996: 185).

5. Pemasaran langsung (direct marketing) menjual barang dan jasa tanpa bantuan pedagang besar atau pengecer. (Russell and lane, 1992: 5).

Strategi pemasaran banyak berkaitan dengan komunikasi. Periklanan merupakan salah satu bentuk komunikasi untuk memenuhi fungsi pemasaran. Untuk dapat menjalakan fungsi pemasaran, Maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberi informasi kepada khalayak.

Periklanan harus mampu membujuk khalayak ramai agar berperilaku sedemikan rupa sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan


(26)

untuk mencetak penjualan dan keuntungan.periklanan harus mampu mengarahkan konsumen membeli produk – produk yang oleh departemen pemasaran telah dirancang sedemikian rupa sehingga diyakini dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan pembeli, singkatnya periklanan harus mampu mempengaruhi keputusan dan pemilihan pembeli.(Jefkins , 1997: 15)

Perkembangan teknologi yang semakin pesat memudahkan bagi orang – orang untuk berkomunikasi baik itu melalui media tradisioal (surat kabar, radio, telepon, televisi) ataupun dengan media yang lebih modern (komputer ,mesin faks, telepon dan internet). Begitu pula dengan pemasaran pada perusahaan semakin berkembanganya teknologi maka pemasaran modern tidak hanya sekedar mengembangkan produk yang lebih baik, menawarkan harga yang menarik dan membuatnya mudah dijangkau. Perusahaan juga harus berkomunikasi dengan para pemercaya yang ada sekarang dan yang pontensial, serta masyarakat umum

Oleh karena itu karakteristik sumber pesan dalam hai ini selebritis sebagai bahan evaluasi konsumen dalam merespon pesan, pesan iu sendiri dan pemilihan media yang efektif merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi pemasaran.

2.2.2. Periklanan

2.2.2.1. Pengertian Iklan

Menurut Jefkins.(1997: 2) pada dasarnya periklanaan adalah bagian dari kehidupan industri modern dan hanya dapat ditemukan


(27)

dinegara-negara maju atau negara – negara tengah mengalami perkembangan ekonomi secara pesat, bentuk periklanaan sendiri terbatas pada papan – papan nama sederhana yang menunjukan sebuah penginapan, nama bar kecil serta kios tukang cukur yang dihiasi dengan tabung putar warna – warni atau hiasan lainnya yang sederhana.

Lee and Johnson (1999: 3) mendefinisikan periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk – produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat missal seperti televise, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau kendaraan umum.

Sedangkan Keegen (1996: 139) mendefinisikan periklanan sebagai komuniasi yang disponsori, yang ditempatkan dalam media massa dengan bayaran tertentu. Periklanan memainkan peran komunkasi yang lebih penting dalam pemasaran produk konsumen ketimbang proses produksi

Iklan merupakaan bagian dari reklame dari bahasa perancis yaitu re-clame yang berarti ”meneriaan berulang-ulang” (Dendi Sudiana,1995) dalam activertising Exellence sebagaimana yang dituliskan Arens (dalam Ratna Noviani) Iiklan adalah struktur informasi dan susunan komunikasi non personal yang biasanya dibiayai dan bersifat persuasif,tentang produk (barang, jasa, dan gagasan) oleh sponsor yang teridentifikasi, melalui berbagai macam media. Jadi hakikat iklan adalah pesan yang disampaikan dari komunikasipada komunikan.oleh karena itu iklan adalah bentuk kegiatan komunikasi. (Widyatama ,2006:13).


(28)

Menurut Shimp (2003: 355) Iklan merupakan investasi jangka panjang yang tidak semestinya dicampuri oleh kebutuan – kebutuhan jangka pendek.

Disamping itu, periklanan memberikan dampak terhadap produksi massal dibutuhkan kemampuan suatu perusahaan untuk melayani pasar yang luas. Perusahaan harus memberi merk produknya dengan nama yang unik sehingga konsumen melakukan permintaan terhadap suatu barang tertentu. Jadi, produksi massal dan pemasaran dapat menguntungkan bila telah memiliki merk. Kedua, produksi massal membutuhkan kemasan yang baik. Sehingga perusahaan dapat memberi merk pada kemasan dengan desain dan nama yang unik. Oleh karena itu iklan merupakan alat komunikasi perusahaan terhadap konsumen untuk menyampaikan kualitas produk yang unik yang dapat dilihat dari kemasan unik dan merk produk yang dihasilkan.

Menurut Peter dan Olson (2000: 181) Iklan (Advertising) adalah penyajian informasi nonpersonal tentang suatu produk, merek, perusahaan atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu. Pada iklan biasanya ditampakan organisasi yang mensponsorinya. Iklan ditujukan untuk mempengaruhi afeksi dan konigsi konsumen perasaan, pengetauan, makna, kepercayaan, sikap dan citra yang berkaitan dengan produk dan merek.

Iklan dalam berbagai bentuknya seperti iklan media cetak : Koran, majalah, brosur, leafeat telah menjadi ciri masyarakat modern. Setiap hari konsumen disajikan beragam iklan produk melalui media cetak. Tidak


(29)

ada surat kabar dan majalah tanpa iklan. Iklan bukan hanya disajikan melalui media cetak tetapi juga melali media elektronik seperti televisi, radio, internet dan sebagainya.(Sumarwan, 2004 :184)

Menurut Sustiana,(2003: 275) Periklanan adalah bentuk komunikasi yang harus dibayar walaupun beberapa bentuk iklan layanan masyarakat, biasanya menggunakan ruang khusus yang gratis ,atau walaupun harus membayar membayar tapi dalam jumlah yang sedikit.

Keuntungan dari periklanan adalah rendahnya biaya dalam tiap pemunculan iklan (law cost per exposure), media yang bervariasi (Surat Kabar, Majalah, Televisi, Radio dan sebagainya), adanya kemampuan mengendalikan tiap pemunculan iklan (control of exposure), isi pesan yang konsisten, dan kesempatan untuk mendesain pesan yang kreatif. Selain itu, daya tarik dan pesan dapat disesuaikan bila tujuan komunikasi berubah.

2.2.2.2. Fungsi Iklan

Menurut Shimp (2003: 357). Secara umum, periklanaan dihargai karena dikenal sebagai pelaksanaan beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan binis dan olahraga lainnya. Iklan sangat penting karena memiliki fungsi komunikasi yang kritis, yaitu:

1. Menginformasikan (informing).

Iklan membuat konsumen sadar akan adanya produk baru, memberikan informasi mengenai merk tertentu, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek dan menginformasikan


(30)

karakteristik serta keunggulan suatu produk. (Shimp, 2003:357) Pada tahap awal dari kategori produk, iklan sangat diperlukan untuk membangun permintan primer. Iklan merupakan bentuk komunikasi yang efisien karena mampu meraih khalayak luas dengan biaya yang relativ rendah.

2. Membujuk (Persuading).

Tujuan ini sangat penting pada tahap persaingan, dimana perusahaan ingin membangun permintaan selektif untuk produk tertentu (Kotler, 2000:578). Beberapa iklan menggunakan comparative advertising yang memberikan perbandingan atribut dari dua atau lebih merk/produk secara eksplisit.

Iklan yang efektif akan membujuk konsumen utuk mencoba menggunakan/mengkonsumsi suatu produk. Kadang-kadang iklan dapat mempengaruhi permintaan primer yang membentuk permintaan untuk seluruh kategori produk. Seringkali iklan ditujukan untuk membangun permintaan sekunder yaitu permintaan untuk merk perusahaan tertentu.

3. Mengingatkan (Reminding).

Iklan dapat membuat konsumen tetap ingat pada merk/produk perusahaan. Ketika timbul kebutuhan yang berkaitan dengan produk tertentu, konsumen akan mengingat iklan tentang produk tertentu. Maka konsumen tersebut akan menjadi kandidat pembeli. Iklan dengan tujuan mengingatkan ini sangat penting unruk produk matang (Kotler, 2000: 579).


(31)

4. Memberikan Nilai Tambah (Add value)

Iklan memberikan nilai tambah terhadap produk dan merk tertentu dengan cara mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif akan memberikan nilai tambah produk sehingga produk dipersepsikan lebih mewah, lebih bergaya, lebih bergengsi, bahkan melebihi apa yang ditawarkan oleh produk lain, dan secara keseluruhan memberikan kualitas yang lebih baik dari produk lainnya.

5. Mendukung Usaha Promosi Lainnya.

Dapat digunakan sebagai alat pendukung usaha promosi lainnya seperti sebagai alat untuk menyalurkan sales promotion, pendukung sales representative, meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnya.

2.2.2.3. Daya Tarik Periklanan

Daya tarik periklanan menunjukan basis atau pendekatan yang digunakan dalam iklan untuk menarik perhatian atau minat para konsumen dan atau untuk mempengaruhi perasaan – perasaan mereka terhadap produk, jasa atau gagasan. Menurut lee dan Johnson (1999:179) daya tarik periklanan dapat dibagi menjadi dua katagori : daya tarik informasional dan daya tarik emosional.

1. Daya tarik informasional

Daya tarik ini berfokus pada kebutuhan praktis dan fungsional konsumen akan produk atau jasa dan menekankan ciri – ciri sebuah produk atau jasa dan atau manfaat atau alasan menggunakan atau memilih satu merek tertentu.


(32)

2. Daya Tarik Emosional

Daya tarik ini menggunakan pesan emosional yang dirangcang di sekitar citra yang diharapkan dapat menyentuh hati dan menciptakan tanggapan berdasarkan perasan – perasaan dan sikap – sikap. Daya tarik emosional ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu daya tarik humor, daya tarik rasa takut dan daya tarik sex.

2.2.3. Media Periklanan 2.2.3.1. Televisi

Menurut Shimp (2003: 529) televisi ada dimana - mana. Sebagai media periklanaan, keunikan televisi adalah sangat personal, demontratif dan sangat mahal. Diluar pertimbangan lainnya televisi memiliki kemampuan yang unik mendemontrasikan penggunaan produk. Tidak ada media lain yang dapat menjangkau konsumen secara serempak melalui indra penglihatan dan pendengaran..

Menurut Russell and Lane (1990:257) televisi merupakan periklanan yang angat ampuh dari semua media lain karena menggabungkan penglihatan , suara dan gerak.

Televisi merupakan sarana hiburan utama bagi keluarga, maka produk-produk yang diiklankan ditelevisi pun kebanyakan adalah barang-barang konsumen, baik yang dikonsumsi setiap hari maupun yang tahan lama seperti alat rumah tangga atau mesin pemotong rumput. Namun dalam beberapa tahun terakhir ini produk-produk barang dan jasa yang bernilai tinggi semakin sering diiklankan ditelevisi.


(33)

Menurut Widyatama, (2006: 14) sesuai medianya, iklan televisi (televisi comersial) adalah tayangan yang ditanyangkan melalui media televisi.melalui media ini,pesan dapat disampaikaan dalam bentuk auio, visual, dan gerak. Bentuk pesan audio, visual, dan bergerak tersebutpada dasarnya merupakaan sejumlah tanda. Dalam kajian semitologi, iklan adalah seperangkat tanda yang berfungsi menyampaikaan sejumlah pesan.

Iklan televisi memiliki sifat yang khas sesuai dengan karakteristik media televisi itu sendiri yaitu menggabungkan unsur audio, visual, dan gerak. Karena iklan banyak bersentuhan dengan seni, bukan berarti iklan televisi melibatkan ketiga unsur sekaligus. Ia bisa hanya berupa audio dan visual saja tanpa melibatkan unsur gerak. Sebaliknya ia juga bisa memperliatkan ketiga unsur sekaligus.

Televisi juga mempunyai kemampuan untuk muncul tanpa diharapkan yang tidak sejajar dengan media lainnya, yaitu iklan televisi menggunakaan indera seseorang dan menarik perhatiannya bahkan pada saat orang trsebut tidak ingin menonton iklan.

Keunggulan lain dari periklanan melalui televisi adalah kemampuannya untuk memberikan hiburan dan meghasilkan kesenangan. Produk-produk yang diiklankan dapat dihidupkan dan ditampilkan lebih besar dari pada aslinya. Televisi juga memiliki kemampuan unik untuk menjangkau para konsumen satu persatu.

Menurut Shimp (2003: 536) Lebih dari media mana pun Televisi juga dapat menggunakan humor sebagai strategi periklanan yang efektif bagi perusahaan.


(34)

Menurut Anggoro (2001: 149) televisi memilki beberapa karakteristik khusus yang bersifat khusus antara lain adalah sebagai berikut :

1. Selain menyajikan sura, televisi juga menyajikan gerakan, visi dan warna.

2. Fungsi utama televise adalah sebagai media hiburan.

3. Pembuatan program televisi yang relative lama dan mahan tetapi memilki kekuatan untuk merubah perilaku masyarkat.

Menurut Sustiana (2003:287) dengan kemampuan jangauaan yang merambah keberbagai bentuk kehidupan masyarakat, televisi menjadi sarana yang sangat ampuh untuk menjangkau pasar sasaran. Bahkan untuk memperkenalkan produknya kepada masyarakat televise menjadi sarana yang sangat ampuh.

2.2.3.2. Radio

Radio merupakan medium yang ada dimana – mana. (Shimp ,2000: 525). Hampir setiap orang lebih sering mendengarkan radio. Karena dengan harga yang terjangkau dan relative lebih kecil dari televisi, radio bisa dibawa kemana- mana. Menurut Shimp (2000: 527) kekuatan periklanan radio ada tiga yaitu yang pertaman adalah memiliki kemampuan dalam menjangkau khalayak yang tersegmentasi, yang kedua adalah kemampuannya untuk mencapai calon pelanggan secara akrab dan personal, dan kekuatan yang terakhir adalah kemampuanya untuk memanfaatkan reputasi – reputasi dirinya yang terkadang lebih besar dari pesona kehidupan kepribadian lokal.


(35)

Russell and lane mengartikan bahwa radio adalah jenis medium yang berbeda, medium yang hanya untuk telinga. Radio memerlukan gaya periklanan yang berbeda, pesan – pesan yang dikembangkan untuk “ theater dalam pikiran” (theather of the mind).

2.2.3.3. Pemasaran Internet

Pemasaran Internet atau e-pemasaran (Bahasa Inggris: Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing) adalah segala usaha yang dilakukan untuk melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan media Internet atau jaringan www. Kata e dalam e-pemasaran ini berarti elektronik (electronic) yang artinya kegiatan pemasaran yang dimaksud dilaksanakan secara elektronik lewat Internet atau jaringan Cyber. Dengan munculnya teknologi Internet dalam beberapa tahun ini, banyak istilah baru yang menggunakan awalan e-xxx, seperti halnya: e-surat, e-business, e-gov, e-society, dll.

Banyak orang beranggapan bahwa pemasaran Internet adalah segala hal yang berhubungan dengan mencari uang di Internet, yang sebetulnya hal ini tidak benar. Perlu diketahui bahwa ratusan bahkan ribuan program mencari uang di Internet adalah kegiatan yang dilarang dan merupakan scam alias menipu yang hanya menguntungkan untuk orang-orang tertentu saja.

Kegiatan pemasaran Internet umumnya meliputi atau berkisar pada hal-hal yang berhubungan dengan pembuatan produk periklanan, pencarian prospek atau pembeli dan penulisan kalimat-kalimat pemasaran


(36)

atau copywriting. Pemasaran internet atau e-pemasaran ini secara umum meliputi kegiatan pembuatan desain web (web design), periklanan dengan menggunakan baner, promosi perusahaan lewat mesin pencari informasi (search engine), surat elektronik atau surat (mail), periklanan lewat e-surat (email advertising), pemasaran afiliasi (affiliate marketing), advertensiinteraktif (interactive advertising), dll.(www.wikipedia.com)

2.2.4. Selebritis Endoser (Celebrity Endorser )

Menurut Shimp (2003: 456) endorser adalah sesorang pendukung dalam periklanan. Para pemasang iklan dengan bangga menggunakan kaum selebriti didalam periklanan karena atribut populer yang mereka miliki termasuk kecantikan, keberanian, bakat, jiwa olahraga (athleticisme), keagunggan, kekuasaan, dan daya tarik seksual, seringkali merupakan pengikat yang diinginkan untuk merek-merek yang mereka dukung.

Menurut Shimp (2003: 460) mendefinisikan public figure adalah tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinya didalam bidang-bidang yang berbeda.

Public figure banyak yang digunakan oleh produsen sebagai product endonser dalam iklannya, kerana perilaku konsumsinya mudah ditiru oleh para konsumen. Dalam memilih public figure sebagai endorser harus memilih secara selektif karana tidak semua public figure mempunyai karakteristi yang menonjol dalam diri public figure tersebut. Diantara karakteristik tersebut adalah cantik atau cakep, mempunyai prestasi dalam bidangnya dan dikenal oleh konsumen. Contohnya: Bintang Televisi, Aktor Film, Bintang Olahraga, Penyanyi, Model dan lain – lain.


(37)

Menurut Sumarwan (2002: 258) Kelompok selebritis adalah para artis film, senetron, penyanyi, musisi, pelawak, dan semua orang-orang yang bergerak dibidang hiburan. Para selebritis bisa juga para pemain olahraga yang terkenal, tokoh politik, para pejabat pemerintah, para pakar pengamat ekonomi, sosial, dan politik. Yang digunakan sebagai bintang iklan adalh para artis film, sinetron, dan pembawa acara televisi.

Menurut Shimp (2003: 460) peran endorser adalah untuk mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang baik terhadap produk yang didukungnya.

Pada dasarnya sebagian para pemasar sepakat adanya kecenderungan bahwa konsumen tertarik terhadap sosok tertentu sebagai publik figure sehingga dapat ditiru perilaku konsumsinya.

Publik figure adalah figur seseorang yang dijadikan panutan yang bisa dicontoh perilakunya termasuk perilaku berkonsumsi, sosok tertentu terkait dengan karakteristik menonjol yang dimilikinya seperti: tokoh terkenal (selebriti, atlit), keadaan fisik atau usia (maskulin, wanita cantik, anak-anak atau bayi), kesesuaian dengan situasi tertentu (profesi atau lifestyle) dan lambang-lambang yang mewakili (animasi, fantasi).

Para pemasar berpendapat bila memasang iklan dengan publik figure akan memudahkan konsumen mengidentifikasi diri dengan bintang ini, sering kali dengan memandang mereka sebagai pahlawan atas prestasi, kepribadian, dan daya tarik fisik mereka. Asosiasi berulang dari suatu merek atau produk tersebut memiliki sifat-sifat yang menarik yang serupa dengan sifat- yang dimiliki selebriti.


(38)

Lebih umum lagi, para konsumen mungkin menyukai produk hanya karena mereka menyukai selebriti yang mendukung produk tersebut. Tanpa memperhatikan mekanisme khusus cara meningkatkan nilai produk, pada kenyataanya mereka layak menerima jutaan rupiah yang dibayar para pemasang iklan untuk jasa mereka.

Menurut Belch dan Belch (2001: 172) dalam jurnal (Ajeng, 2008) menyatakan bahwa selebritis endorser (Celebrity Endorser) dibentuk oleh 2 (dua) dimensi, yaitu :

1. Kredibilitas (credibility)

Merupakan gambaran persepsi konsumen terhadap keahlian, pengetahuan. dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser mengenai merek produk yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk memberikan informasi yang tidak biasa dan objektif.

Dimensi Kredibilitas (credibility), meliputi 2 (dua) indikator diantaranya yaitu :

a. Keahlian (Expertise)

Expertise atau keahlian merupakan tingkat pengetahuan yang dimiliki Nidji terhadap subjek dalam mengkomunikasikan produk Honda Absolute Revo.

b. Kepercayaan (Trustworthiness)

Thustworthineess merupakan kepercayaan atau keyakinan konsumen terhadap Nidji dalam mengkomunikasikan produk Honda Absolute Revo.


(39)

2. Daya Tarik (Attractiveness)

Endorser dengan tampilan fisik yang baik atau karakter non-fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audiens untuk menyimak iklan.

Dimensi Daya Tarik (Attractiveness) meliputi 3 (tiga) indikator diantaranya yaitu :

a. Kesamaan (Similarity).

Merupakan persepsi seseorang berkenaan dengan kesamaan yang dimiliki Nidji.(seperti kesamaan karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditampilkan pada iklan)

b. Keakraban (Familliarity).

Familliarity merupakan banyaknya frekuensi Nidji tampil dimata khalayak atau masyarakat.

c. Menyenangkan (Likability)

Likability merupakan kesukaan seseorang terhadap performa dan penampilan Nidji yang menarik.

2.2.5. Citra Merek (Brand Image)

Sudah menjadi kebiasaan pengusaha pabrik untuk menjual barang yang dihasilkan oleh pabriknya dibubuhi tanda lukisan dan/atau perkataannya untuk membedakannya dari barang-barang sejenis hasil pabrik lain. Tanda itu disebut ”Merek”.

Riset merek selama ini masih didominasi sektor consumer markets, terutama dalam kaitannya dengan produk fisik berupa barang. Ada juga


(40)

pengusaha yang beranggapan tidak perlu mendirikan pabrik sendiri dan merasa puas dengan memesan kepada pabrik lain tanpa dibubuhi tanda lukisan/merek. Kemudian merek dipasang sendiri oleh pemesan. Alma, (2004: 147) beranggapan merek atau cap ialah suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang/jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya.

Menurut Tjiptono (2005: 19) Citra merek adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Hal ini juga didukung Shimp (2000: 2) citra merek adalah jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebush merek tertentu.

Sedangkan menurut Biel (1993) yang dikutip dari Setyaningsih dan Darmawan (2004: 126) Citra merek merupakan kelompok atribut dan asosiasi, dimana konsumen menghubungkannya ke nama merek. Citra merek terbentuk dari kumpulan keyakinan atas suatu merek. Konsumen mengembangkan sekumpulan keyakinan merek tentang di mana posisi setiap merek dalam masing-masing atribut. Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya. Citra merek konsumen akan berbeda-beda karena perberbeda-bedaan pengalaman mereka. Konsumen sampai pada sikap atas bermacam-macam merek melalui prosedur evaluasi atribut.

Selanjutnya Simamora (2000: 540) mengartikan Merek (Brand) adalah segala sesuatu yang mengidentifikasikan barang atau jasa penjual dan membedakannya dari barang dan jasa lainnya.


(41)

Menurut Setyaningsih dan Darmawan (2004 124) mendefinisikan citra merek sebagai citra yang terkandung dan menggambarkan cara merek tersebut tersampaikan, termasuk semua elemen-elemen pengenalnya atau atribut produk, daya tarik produk dan segala emosi yang terkumpul dalam pikiran dan benak konsumen. Sedangkan menurut Kartajaya (swa) citra merek (brand image) ialah gebyar dari seluruh asosiasi yang terkait pada suatu merek yang ada di benak konsumen.

Menurut Hamel dan Prahalad (1994: 258) dalam jurnal (Ajeng, 2008) menyatakan bahwa citra merek (Brand Image) dibentuk oleh 3 (tiga) faktor, yaitu:

1. Pengenalan (Recognition)

Merupakan kemampuan konsumen untuk mengenal dan mengingat suatu merek atau brand di dalam benak pikiran mereka. Recognition akan menciptakan suatu keuntungan yang bernilai dibandingkan dengan pengiklan yang bertubi-tubi sekalipun. Meliputi 2 (dua) indikator diantaranya yaitu :

a. Nama merek

Nama merek digunakan agar konsumen dapat mengenal merek Honda Absolute Revo

b. Logo

Logo digunakan agar konsumen dapat mengingat logo produk Honda Absolute Revo

c. Nama baik (Reputation)

Merupakan kekuatan merek atau brand yang dapat membangun status di benak konsumen. Reputation ini sejajar dengan mutu


(42)

yang dirasa (perceived quality). Sehingga reputation merupakan status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena di mata konsumen merek atau brand memiliki suatu catatan (track record) yang baik. Meliputi 3 (tiga) indikator yaitu :

1) Informasi

Merupakan salah satu tugas endorser (Nidji) untuk dapat menyampaikan sebuah informasi kepada konsumen tentang merek Honda Absolute Revo.

2) Kualitas

Merupakan penilaian konsumen mengenai kualitas yang telah dirasakan atas produk Honda Absolute Revo.

3) Manfaat

Merupakan manfaat apa saja yang telah dirasakan oleh konsumen atas produk Honda Absolute Revo.

2. Hubungan dekat (Affinity)

Merupakan kekuatan merek atau brand suatu produk yang dapat membentuk asosiasi positif yang membuat konsumen menyukai suatu produk. Affinity adalah Hubungan emosional (Emotional relationship) yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Meliputi 3 (tiga) indikator diantaranya yaitu :

a. Ketertarikan

Merupakan ketertarikan seseorang terhadap iklan produk Honda Absolute Revo, endorser produk (Nidji), dan pesan yang disampaikan oleh Nidji.


(43)

b. Keingintahuan

Merupakan rasa keingintahuan seseorang tentang produk Honda Absolute Revo.

c. Pemahaman

Merupakan pemahaman seseorang mengenai produk Honda Absolute Revo.

2.2.6. Pengaruh Selebritis endoser (Celebrity Endorser) terhadap Citra merek (Brand Image)

Menurut Shimp (2003: 460) bahwa selebriti atau publik figure adalah tokoh (aktor, penghibur atau atlit) yang dikenal masyarakat atau prestasi-prestasi didalam bidang yang berbeda dari golongan produk yang didukung.

Menurut Royan (2005: 7) Pemilihan selebritis sangat penting sekali karena selebritis yang tepat akan mengikat erat brand produk menjadi brand seperti yang diwakili oleh selebritis. Royan (2005:10) Hal ini dikarenakan selebritis sebagai endorser adalah wujud nyata dari berbagai image atau asosiasi yang dipikirkan oleh khalayak sasaran pada suatu.

Menurut Silvera dan Austad (2003) dalam jurnal (Ajeng, 2008) menyatakan bahwa perusahaan pembuatan iklan dapat menciptakan asosiasi antara endorser dengan produknya sehingga citra yang baik dari endorser dapat mempengaruhi secara positif produk yang diiklankan. Selebriti memiliki karisma yang dapat mempengaruhi konsumen karena status mereka sebagai panutan. Eendorser yang dipilih biasanya mereka yang dapat mewakili citra merek dari produk yang diiklankan.


(44)

34

Oleh karena itu, dalam memilih Endorser, perusahaan biasanya melakukan tahap penyeleksian secara ketat. Seorang endorser harus memenuhi kriteria-kriteria antara lain, Kredibilitas (credibility) dan Daya Tarik (Attraktiveness). Jika endorser yang digunakan telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka brand image produk yang ingin disampaikan kepada konsumen berhasil terpenuhi.

Berdasarkan dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa celebrity endorser berpengaruh positif terhadap citra merek suatu produk.

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan rumusan masalah dan untuk memudahkan analisis, maka dapat digambarkan dalam suatu bagan kerangka konseptual, yaitu

Gambar.2.1. Bagan Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan bagan kerangka konseptual di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Diduga Selebritis endoser (Celebrity Endorser) berpengaruh terhadap Citra merek (Brand Image) produk sepeda motor Honda Absolute Revo”

Kredibilitas (X1.1)

Pengenalan (Y1)

Nama Baik (Y2) Selebritis endoser

(X)

Citra Merek (Y)

Hubungan Dekat (Y3) Daya Tarik


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman dan lebih memperjelas variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional setiap variabel yang telah diidentifikasikan agar dapat dioperasionalkan sebagai berikut:

1. Variabel bebas (X)

Selebritis Endoser (Celebrity Endorser)

Selebritis Endoser (Celebrity Endorser). Menurut Shimp (2003: 456) endorser adalah seorang pendukung dalam periklanan. Para pemasang iklan dengan bangga menggunakan kaum selebriti didalam periklanan karena atribut populer yang mereka miliki termasuk kecantikan, keberanian, bakat, jiwa olahraga (athleticisme), keagunggan, kekuasaan, dan daya tarik seksual, seringkali merupakan pengikat yang diinginkan untuk merek-merek yang mereka dukung.

Menurut Belch dan Belch dalam penelitian Hapsari (2008) SelebritisEndoser (Celebrity Endorser) dibentuk oleh 2 (dua) dimensi, yaitu :

a. Kredibilitas (credibility) (X1)

Kredibilitas merupakan gambaran persepsi seseorang terhadap keahlian, pengetahuan. dan pengalaman yang relevan yang


(46)

dimiliki Nidji mengenai merek produk yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap Nidji untuk memberikan informasi yang tidak biasa dan objektif.

Penilaian atas variabel Kredibilitas (credibility) berdasarkan pada indikator – indikator sebagai berikut :(Hapsari, 2008)

1) Keahlian (Expertise) (X1.1)

Expertise atau keahlian merupakan tingkat pengetahuan yang dimiliki Nidji terhadap subjek dalam mengkomunikasikan produk Honda Absolute Revo.

2) Kepercayaan (Trustworthiness) (X1.2)

Thustworthineess merupakan kepercayaan atau keyakinan konsumen terhadap Nidji dalam mengkomunikasikan produk Honda Absolute Revo.

b. Daya Tarik (Attraktiveness) (X2)

Endorser dengan tampilan fisik yang baik atau karakter non-fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audiens untuk menyimak iklan.

Penilaian atas variabel Daya Tarik (Attraktiveness) berdasarkan pada indikator – indikator sebagai berikut :(Hapsari, 2008)

1) Kesamaan (Similarity) (X2.1)

Merupakan persepsi seseorang berkenaan dengan kesamaan yang dimiliki Nidji.(seperti kesamaan karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang ditampilkan pada iklan).


(47)

2) Keakraban (Familliarity) (X2.2)

Familliarity merupakan banyaknya frekuensi Nidji tampil dimata khalayak atau masyarakat.

3) Menyenangkan (Likability) (X2.3)

Likability merupakan kesukaan seseorang terhadap performa dan penampilan Nidji yang menarik.

2. Variabel tergantung (Y) Citra Merek (Brand Image)

Menurut Biel (1993) yang dikutip dari (Setyaningsih dan Darmawan, 2004) Citra merek merupakan kelompok atribut dan asosiasi, dimana konsumen menghubungkannya ke nama merek. Citra merek terbentuk dari kumpulan keyakinan atas suatu merek.

Konsumen mengembangkan sekumpulan keyakinan merek tentang di mana posisi setiap merek dalam masing-masing atribut. Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya.

Menurut Hamel dan Prahalad dalam penelitian Hapsari (2008) Citra Merek (Brand Image) dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi, yaitu :

a. Pengenalan (Recognition) (Y1)

Merupakan kemampuan konsumen untuk mengenal dan mengingat suatu merek atau brand di dalam benak pikiran mereka.

Recognition akan menciptakan suatu keuntungan yang bernilai dibandingkan dengan pengiklan yang bertubi-tubi sekalipun.


(48)

Indikator yang digunakan untuk mengukur Pengenalan (Recognition) antara lain :(Hapsari, 2008)

1) Nama merek (Y1.1)

Nama merek digunakan agar konsumen dapat mengenal merek Honda Absolute Revo

2) Logo (Y1.2)

Logo digunakan agar konsumen dapat mengingat logo produk Honda Absolute Revo

b. Nama baik (Reputation) (Y2)

Merupakan kekuatan merek atau brand yang dapat membangun status di benak konsumen. Reputation ini sejajar dengan mutu yang dirasa (perceived quality). Sehingga reputation merupakan status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karena di mata konsumen merek atau brand memiliki suatu catatanyang baik.

Indikator yang digunakan untuk mengukur Reputasi (Reputation) antara lain : :(Hapsari, 2008)

1) Informasi (Y2.1)

Merupakan salah satu tugas endorser (Nidji) untuk dapat menyampaikan sebuah informasi kepada konsumen tentang merek Honda Absolute Revo.

2) Kualitas (Y2.2)

Merupakan penilaian konsumen mengenai kualitas yang telah dirasakan atas produk Honda Absolute Revo.

3) Manfaat (Y2.3)

Merupakan manfaat apa saja yang telah dirasakan konsumen atas produk Honda Absolute Revo.


(49)

c. Hubungan dekat (Affinity) (Y3)

Merupakan kekuatan merek atau brand suatu produk yang dapat membentuk asosiasi positif yang membuat konsumen menyukai suatu produk. Affinity adalah Hubungan emosional (Emotional relationship) yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya.

Indikator yang digunakan untuk mengukur Hubungan dekat (Affinity) antara lain : :(Hapsari, 2008)

1) Ketertarikan (Y3.1)

Merupakan ketertarikan seseorang terhadap iklan produk Honda Absolute Revo, endorser produk (Nidji), dan pesan yang disampaikan oleh Nidji.

2) Keingintahuan (Y3.2)

Merupakan keingintahuan seseorang tentang produk Honda Absolute Revo.

3) Pemahaman(Y3.3)

Merupakan pemahaman seseorang tentang produk Honda Absolute Revo.

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval. Menurut Riduwan (2004: 84), skala interval merupakan skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama, sedangkan tehnik pengukuran yang digunakan yaitu dengan sematic


(50)

differential scale (pembedaan skala). Menurut Riduwan (2004:90) menyatakan bahwa skala tersebut berusaha untuk mengukur sikap dan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang.

Responden diminta untuk menilai suatu konsep atau objek pada suatu skala yang mempunyai dua kata adjektif yang bertentangan, yaitu sebagai berikut :

Nilai

1 7 Sangat tidak setuju Sangat setuju

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah himpunan individu, unit, elemen, yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama (Sugiyono, 2006 : 55), Dari pengertian tersebut maka populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengguna Honda Absolute Revo dan pernah melihat iklan Honda Absolute Revo khususnya di wilayah Surabaya

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Teknik pengambilan sampel merupakan bagian dalam melaksanakan suatu penelitian, untuk itu teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode non probability sampling dengan teknik accidental sampling.


(51)

Menurut Riduwan (2004 : 62) accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara teknik sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti, maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel. Pedoman pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. 100 – 200 sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10. bila terdapat 13 indikator, besarnya sampel adalah antara 100-200.

Berdasarkan teknik penentuan sampel tersebut di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 104 Responden (pengguna Honda Absolute Revo dan pernah melihat iklan Honda Absolute Revo khususnya di wilayah Surabaya)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005: 109), Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 104 Responden (pengguna Honda Absolute Revo dan pernah melihat iklan Honda Absolute Revo khususnya di wilayah Surabaya)


(52)

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : (Nazir, 2005 : 212). 1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada obyek yang diteliti.

2. Angket (Kuesioner).

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

1. Uji Validitas Instrumen Kuisioner

Validitas instrumen pertanyaan adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi yang sebenarnya diukur. Uji validitas item untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar telah valid /sahih. Cara menguji : korelasikan masing-masing skor item pertanyaan dengan skor totalnya. Gunakan tingkat signifikansi validitas ≤ 5%. Tingkat signifikansi ini menunjukkan derajat konsistensi jawaban semua responden yang menjadi obyek penelitian.

2. Uji Reliabilitas Instrumen Kuisioner

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengidentifikasikan sebuah konstruk atau faktor latent umum.


(53)

Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dalam menjelaskan sebuah fenomena. Diukur dengan

Cronsbach's coefficient alpha, bila hasilnya < 0,6 berarti buruk ; 0,7 dapat diterima ; > 0,8 bagus

3. Uji Outlier Univariate

Deteksi terhadap adanya univariate outliers dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang yang akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversio nilai data penelitian ke dalam standart score atau yang diserbut Z-score, yang mempunyai nilai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar 1.00 (Hair et.al, 1995).

Pengujian univariate outliers dilakukan perkonstruk variabel dengan program SPSS 11.00 pada menu descriptive statistic summarise. Observasi data yang memiliki nilai Z-score ≥ 3.0 akan dikategorikan sebagai outliers.

4. Uji Outlier Multivariate

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi - observasi yang lain dan akan muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun untuk variable - variabel kombinasi (Hair et.al, 1995).

Adapun outliers dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers


(54)

5. Uji Normalitas Data Univariate

Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path diagram.

Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis, peneliti dapat menggunakan uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value yang dihasilkan melalui rumus :

Nilai -z =

N 6 skewness

Dimana N adalah ukuran sampel bila nilai z lebih besar dari nilai kritis atau critical ratio (Ferdinand, 2000 : 95), maka dapat diduga distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki. Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar dari ± 2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0,01.

6. Uji Unidimensional

Untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat multikolinearitas atau singularitas dalam kombinasi-kombinasi variabel, maka yang perlu diamati oleh peneliti adalah determinan yang kecil atau mendekati nol, hal ini mengidentifikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ferdinand, 2000 : 108)


(55)

7. Uji Kausalitas

Variance extracted adalah ukuran yang menunjukkan varians dari indikator-indikator yang diekstraksi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai variance ekstanted ini direkomendasikan pada tingkat paling sedikit 0,50.

3.4.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji kesesuaian model Goodness of fit indeks. Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Peneliti diharapkan untuk malakukan pengujian dengan menggunakan beberapa fit indeks, untuk mengukur "kebenaran" model yang diajukan.

Berikut ini disajikan beberapa indeks kesesuaian valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak. Sebagai berikut :

Tabel. 3.1 Goodness of Fit Index Goodness of Fit Index Cut off Value

X2 – Chi Square Diharapkan kecil

Significance Probability ≥ 0.05

RMSEA ≤ 0,08

GFI ≥ 0,90

AGFI ≥ 0,90

CMIN/DF ≤ 2,00

TLI ≥ 0,95

CFI ≥ 0,95

Berdasarkan pada tabel 3.1 di atas dapat diinterprrestasikan yaitu sebagai berikut .

1. X2 - Chi Square Statistic

Chi-square bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu sampel yang bersifat kecil (<50) maupun terhadap sampel yang


(56)

terlalu besar (>50). Penggunaan Chi-square hanya sesuai bila ukuran sampel antara 100-200 sampel. Bila diluar rentang itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan alat yang lain. X2 yang kecil dan tidak signifikan yang diharapkan agar hipotesis nol sulit ditolak.

2. RMSEA

Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan

close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.

3. GFI

Indeks kesesuaian ini akan menghitung proporsi ketimbang dari varians dalam matriks kovarians populasi yang terestimasikan, GFI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,90.

4. AGFI

Untuk mencari besarnya nilai Indeks ini dapat dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

AGFI = 1 - (1 - GFI) d db

Dimana : Db =  .

G

1 g

P (g) = Jumlah - sampel - moment D = degrees of freedom


(57)

47

5. CMIN/DF

Indeks ini disebut juga X2 relatif yang diperoleh dari perbandingan antara nilai X2 dengan degrees of freedomnya X2 relatif yang diharapkan adalah sebesar ≤ 2,0.

6. TLI (Tucler Lewis Index)

Indeks ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

d db

C Cb

dan TLI =

1 db Cb

d C

 

Dimana :

C = Diskrepansi (ketidaksesuaian) dari model yang dievaluasi d = Degrees of freedom dari model yang dievaluasi

Cb = Diskrepansi dari baseline model yang dijadikan pembanding Db = Degrees of freedom dari baseline model yang dijadikan

pembanding

TLI yang diharapkan adalah sebesar ≥ 0,95. 7. CFI (Comparative Fit Index)

Indeks ini adalah identik dengan Relative Noncentrality Index (RNI), yang diperoleh dengan rumus :

CFI = RNI = 1 -

db Cb

d C

 


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

Sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 104 responden (pengguna Honda Absolute Revo dan pernah melihat iklan Honda Absolute Revo khususnya di wilayah Surabaya) dan kuesioner tersebut terdiri dari 13 pernyataan yang dibagi menjadi 2 bagian.

Untuk memperjelas uraian tersebut di atas, maka berikut ini adalah hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel.

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) (X)”

Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) adalah seorang pendukung dalam periklanan.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) dapat disajikan pada tabel 4.1, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) (X)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 0 - 0 - 16 15,38 22 21,15 20 19,23 27 25,96 19 18,27

2 1 0,96 0 - 13 12,50 15 14,42 22 21,15 33 31,73 20 19,23

3 0 - 0 - 7 6,73 11 10,58 31 29,81 37 35,58 18 17,31

4 0 - 0 - 19 18,27 31 29,81 31 29,81 20 19,23 3 2,88

5 0 - 0 - 16 15,38 34 32,69 37 35,58 15 14,42 2 1,92

Mean 0,19 - 13,65 21,73 27,12 25,38 11,92

Sumber : data diolah

Berdasarkan dari tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 5 atau jawaban setuju yaitu sebesar


(59)

27,12% yang artinya bahwa responden (pengguna Honda Absolute Revo dan pernah melihat iklan Honda Absolute Revo khususnya di wilayah Surabaya) setuju dengan para pemasang iklan yang menggunakan kaum selebriti didalam periklanan untuk pengikat merek-merek yang mereka dukung.

2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Citra Merek (Brand Image) (Y)”

Citra Merek (Brand Image) adalah merupakan kelompok atribut dan asosiasi, dimana konsumen menghubungkannya ke nama merek.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Citra Merek (Brand Image) dapat disajikan pada tabel 4.2, yaitu sebagai berikut :

Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Citra Merek (Brand Image) (Y)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 0 - 0 - 10 9,62 24 23,08 31 29,81 36 34,62 3 2,88

2 0 - 0 - 10 9,62 26 25,00 32 30,77 32 30,77 4 3,85

3 0 - 0 - 20 19,23 38 36,54 19 18,27 20 19,23 7 6,73

4 0 - 0 - 20 19,23 50 48,08 19 18,27 13 12,50 2 1,92

5 0 - 0 - 10 9,62 34 32,69 33 31,73 22 21,15 5 4,81

6 0 - 0 - 12 11,54 33 31,73 32 30,77 24 23,08 3 2,88

7 1 0,96 0 - 10 9,62 32 30,77 38 36,54 19 18,27 4 3,85

8 0 - 0 - 6 5,77 21 20,19 24 23,08 27 25,96 26 25,00

Mean 0,12 - 11,78 31,01 27,40 23,20 6,49

Sumber : data diolah

Berdasarkan dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata (mean) tertinggi berada pada skor 4 atau jawaban ragu – ragu yaitu sebesar 31,01% yang artinya bahwa responden (pengguna Honda Absolute Revo dan pernah melihat iklan Honda Absolute Revo


(1)

62

4.6. Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) berpengaruh positif terhadap Faktor Citra merek (Brand Image), produk sepeda motor Honda Absolute Revo, hal ini membuktikan bahwa pemilihan selebritis sangat penting sekali karena selebritis yang tepat akan mengikat erat brand produk menjadi brand seperti yang diwakili oleh selebritis, hal ini dikarenakan selebritis sebagai endorser adalah wujud nyata dari berbagai image atau asosiasi yang dipikirkan oleh khalayak sasaran pada suatu. Oleh karena itu, dalam memilih Endorser, perusahaan biasanya melakukan tahap penyeleksian secara ketat. Seorang endorser harus memenuhi kriteria-kriteria antara lain, Kredibilitas (credibility) dan Daya Tarik (Attraktiveness). Jika endorser yang digunakan telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka brand image produk yang ingin disampaikan kepada konsumen berhasil terpenuhi, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) dapat digunakan sebagai dasar dalam mengukur tingkat Citra merek (Brand Image) sutu produk. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa didugga Selebritis endoser (Celebrity Endorser) berpengaruh positif terhadap Citra merek (Brand Image) produk sepeda motor Honda Absolute Revo, dapat diterima

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Silvera dan Austad (2003) dalam jurnal (Ajeng P.H, 2008) menyatakan bahwa perusahaan pembuatan iklan dapat menciptakan asosiasi antara

endorser dengan produknya sehingga citra yang baik dari endorser dapat mempengaruhi secara positif produk yang diiklankan. Selebriti memiliki karisma yang dapat mempengaruhi konsumen karena status mereka sebagai panutan. Eendorser yang dipilih biasanya mereka yang dapat mewakili citra merek dari produk yang diiklankan.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan Selebritis Endoser (Celebrity Endorser) berpengaruh positif terhadap Faktor Citra merek (Brand Image), produk sepeda motor Honda Absolute Revo, hal ini membuktikan bahwa pemilihan selebritis sangat penting sekali karena selebritis yang tepat akan mengikat erat brand produk menjadi brand seperti yang diwakili oleh selebritis, hal ini dikarenakan selebritis sebagai endorser adalah wujud nyata dari berbagai image atau asosiasi yang dipikirkan oleh khalayak sasaran pada suatu maka hipotesis yang menyatakan bahwa diduga Selebritis endoser (Celebrity Endorser) berpengaruh positif terhadap Citra merek (Brand Image) produk sepeda motor Honda Absolute Revo, dapat diterima.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam meningkatkan Citra merek (Brand Image) yaitu sebagai berikut

1. Konsumen akan mempunyai kesetiaan terhadap produk apabila pihak perusahaan bisa memahami dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Oleh sebab itu pihak perusahaan harus bisa menjaga kepercayaan dan kualitas dari produk yang dihasilkan


(3)

64

2. Produsen perlu mengetahui bagaiman konsumen menilai atribut – atribut dari produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan penilaian dari konsumen tersebut akan mempengaruhi minat beli konsumen.

3. Di dalam memilih endorser, hendaknya perusahaan melakukan tahap penyeleksian secara ketat, dimana seorang endorser harus memenuhi kriteria-kriteria antara lain, kredibilitas (credibility) dan daya tarik (Attraktiveness). Jika endorser yang digunakan telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka brand image produk yang ingin disampaikan kepada konsumen berhasil terpenuhi.

4. Di dalam peneliian selanjutnya peniliti harus melakukan analisis perbandingan penggunaan endorser dengan menggunakan variabel lainnya seperti typical person endorser, gunanya agar konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk digunakan atau dikonsumsi. Menurut Hapsari,P,Ajeng,2008 bahwa typical person

endorser sangat berpengaruh untuk mengetahui besarnya hubungan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Dan Skripsi Jurusan Manajemen, Penerbit Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

---, Top Brand Index (TBI) Kategori Otomotif Sepeda Motor bebek www.swa.com

Alma, Buchari, 2004, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, CV Alfabeta. Anderson, J.C. and D.W. Gerbing, 1988. Structural Equation Modeling in

Practice : A Review and Recommended Two-Step Approach, Psycological Bulletin. 103 (3) : 411-23.

Anggoro, M. Linggar. 2001. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di

Indonesia. Terjemahan .jakarta : Bumi Aksara.

Bentler, P.M. and C.P. Chou, 1987. Practical Issue in Structural Modeling,

Sociological Methods and Research. 16 (1) : 78-117

Darmawan, Didit, setyaningsih, 2005, Pengaruh Citra Merek Terhadap Efektivitas Iklan, Jurnal media MAHARDIKA Vol. 2 No. 3, Hal 41-49

Dhamerstha, Basu S. and T. Hani Handoko.1987. Manajemen Pemasaran:

Analisa Perilaku Konsumen. Yogyakarta : Liberty Press.

Ferdinand, Augusty (2002), Structural Equation Modeling Dalam Penelitian

Manajemen, Penerbit BP Undip, Semarang.

Frans M. Royan. 2005. Marketing Celebrities. Jakarta ; Penerbit PT Elex Media Komputindo.

Hair, J.F. et. al. (1998), Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc., New Jersey.

Hapsari, P, Ajeng, 2008, CELEBRITY ENDORSER, TYPICAL-PERSON

ENDORSER IKLAN TELEVISI DAN BRAND IMAGE PRODUK (Studi

Kasus Pada Pond’s Age Miracle), Jurnal Ekomomi Manajemen, Fakultas

Ekonomi - Universitas Padjadjaran Bandung.

Hartline, Michael D. and O.C. Ferrell (1996), “The Management of Customer-Contact Service Employees : An Empirical Investigation”, Journal of


(5)

Jefkins, Frank.1997. Periklanan. Edisi Ketiga. Terjemahan .Jakarta : Penerbit Erlangga.

Kartajaya Hermawan. SWA 18 XII 12 DESEMBER 1996 – 1 JANUARI 1997. Keegan, Warren J.1996. Manajemen Pemasaran Global. New Jersey : Prectice –

Hall,Inc

Kotler, Philip and Gary Amstrong. 1997. Dasar – Dasar Pemasaran. Jilid 1. Terjemahan . Jakarta : Prenhalindo.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran . Jilid Satu. Terjemahan. Jakarta : Indeks.

Kussujaniatun, Sri, 2007, Analisis Pengaruh Dead Endorser Terhadap Brand Personality Pada Iklan di Televisi, Juranl Bisnis dan Ekonomi Vol. 14.

NO. 1.

Lee Monle and Carla Johnson. 1999. Prinsip – Prinsip Pokok Periklanan Dalam

Glabal. Terjemahan .Jakarta : Prenada Media.

Nasir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Peter, J. Paul and Jerry C. Olson. 1999. Consumer Behavior : Perilaku Konsumen

dan Pemasaran Startegis. Edisi Keempat. Terjemahan . Jakarta : Penerbit

Erlangga.

Purwanto, BM, 2003,. Does Gender Moderate the Effect of Role Stress on Salesperson's Internal States and Performance ? An Application of Multigroup Structural Equation Modeling (MSEM), Jurnal Manajemen,

Akuntansi dan Ekonomi Pembangunan, Buletin Ekonomi FE UPN "Veteran" Yogyakarta. 6 (8) : 1-20

Riduwan, M.B.A. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Skripsi. Penerbit Alphabeta Bandung.

Russell, J. Thomas and W. Ronald Lane.1992. Seri Pemasaran dan Promosi :

Tata Cara Periklanan Klepper. Terjemahan. Jakarta : Elex Media

Kompetindo.

Shimp A, Terrence, 2000, Periklanan, Promosi, Edisi ke 5, Erlangga, Jakarta Simamora, Henry, 2000, Manajemen Pemasaran Internasional, Salemba empat,

Jakarta.

Sustiana. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.


(6)

Tjiptono, Fandy, 2005, Brand Management Strategy, ANDI, Yogyakarta.

Tabachnick B.G. and Fidel, L.S., 1996, Using Multivariate Statistics, Third Edition, Harper Collins College Publisher, New York.

Well, William.,Sandra Moraty and John Burnet. 2006. Advertising Prisiples and

Practices. New Jersey. Prentice- Hall.

Widyatama, Rendra. 2006. Bias Gender Dalam Iklan Televisi. Yogyakarta : Penerbit Media Pressindo.