Persepsi siswa mengenai implementasi kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari jenis kelamin dan tempat tinggal

(1)

PERSEPSI SISWA MENGENAI IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DALAM KEGIATAN BELAJAR

MENGAJAR DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN

TEMPAT TINGGAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Theresita Febrina

NIM : 111334055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

i

PERSEPSI SISWA MENGENAI IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DALAM KEGIATAN BELAJAR

MENGAJAR DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN

TEMPAT TINGGAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Theresita Febrina

NIM : 111334055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk

:

 Tuhan Yesus kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan banyak anugrah, mukjizat, pertolongan serta kelancaran dalam mengerjakan skripsi ini.

 (Alm) Oma fonsa gho hie yu, yang selalu setia memberi wejangan serta mendoakan dan selalu menanti penulis untuk pulang liburan.  Orang tuaku tercinta, Bapak Januardi Lely dan Ibu Ratna Wilis yang selalu memberikan semangat dan mendoakan setiap langkah anaknya serta memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

 Tante-tanteku tersayang, Meiliana Lely, Rosalinda Lely dan Fransisca Ghozali yang selalu mendoakan serta memberikan semangat untukku dan memberikan motivasi sehingga dapat bangkit dan menyelesaikan skripsi.

 koko ku Nico Afrionaldi, abangku Rio Afriyanto dan adekku Sandro Trisno Waluyo yang selalu setia menelpon dan memberikan semangat untukku.

 Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si yang selau sabar dalam mengkoreksi serta membimbing penulis menyelesaikan skripsi.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universitas Sanata Dharma


(6)

v

MOTTO

“Masa depan tergatung pada apa yang kita lakukan hari ini”

(MAHATMA GANDHI)

“Kau sudah berjalan 100 langkah, tidak bisakah kau berjalan 1 langkah lagi?”

(Drama You’re Beautiful)

“Jangan pernah merasa gagal tapi yakinkan diri bahwa kamu hanya belum

berhasil”

(penulis)

“Jangan pasrah dengan takdir”


(7)

(8)

(9)

viii

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA MENGENAI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DITINJAU DARI JENIS

KELAMIN DAN TEMPAT TINGGAL

Theresita Febrina Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) persepsi siswa mengenai implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari jenis kelamin; (2) persepsi siswa mengenai implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari tempat tinggal.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2016 di SMK Negeri Program Keahlian Akuntansi Pada Tahun ajaran 2016/2017 di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Dari populasi penelitian yang berjumlah 430 siswa, diambil sampel sebanyak 126 siswa dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan analisis dengan teknik Independent T-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari jenis kelamin ( nilai sig. (2-tailed) = 0,497; (2) ada perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari tempat tinggal ( nilai sig.(2-tailed) = 0,000).


(10)

ix

ABSTRACT

STUDENT’S PERCEPTION ABOUT THE IMPLEMENTATION OF 2013

CURRICULUM IN TEACHING LEARNING ACTIVITIES PERCEIVED FROM GENDER AND RESIDENCE

Theresita Febrina Sanata Dharma University

2016

This research aims to discover: (1) the student‟s perception about the implementation of 2013 curriculum perceived from gender; (2) the student‟s perception about the implementation of 2013 curriculum perceived from residence.

This research is a descriptive research and conducted from August to September 2016 in Vocational High Schools in Accounting Study Program in 2016/2017 academic year in Sleman Regency, Yogyakarta. The population were 430 students and the samples were 126 students taken by Purposive Sampling. Data were collected by questionnaires and analyzed by the Independent T-test.

The research result indicates that (1) there is not any difference in student‟s perception about the implementation of 2013 curriculum perceived from gender (the value of sig.(2-tailed) = 0,497); (2) there is difference in student‟s perception about the implementation of 2013 curriculum perceived from residence (the value of sig.(2-tailed) = 0,000).


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Persepsi Siswa Mengenai

Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Ditinjau

Dari Jenis Kelamin Dan Tempat Tinggal”.

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan dan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh bapak ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan


(12)

xi

bimbingannya dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi studi di Universitas Sanata Dharma Yogakarta.

5. Kedua orang tuaku Papa Januardi lely dan Mama Ratna Wilis yang selalu mendoakan, memberikan fasilitas, memotivasi dan sabar dalam menemani setiap proses pendidikanku selama ini. Terimakasih Papa Mama atas semua jerih payah selama ini.

6. Untuk koko Nico, abang Rio dan adik Sandro yang selalu mengajariku untuk tidak mudah putus asa dalam menghadapi semua masalah dan selalu ada ketika aku membutuhkan bantuan.

7. Sahabat – sahabatku seperjuangan ketika kuliah Clara Cinta Imanda, Angela Astri P, Junita Sidauruk, Subana Setyawan, Dyah Pertiwi, Brigita Dina, Desi Rehi, There Widyastuti yamg selalu mensupport dan membantu penulis.

8. Teman – teman Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 baik yang sudah lulus maupun masih dalam perjuangan untuk menyelesaikan skripsi, terima kasih untuk setiap bantuan dan dukungan yang telah kalian berikan. 9. Untuk sahabat-sahabatku Valen, Bella, Nita, Anggun, Ida terima kasih

untuk setiap bantuan dan semangat yang kalian berikan serta mau mendengar keluh kesah saya.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis saat penelitian dan menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(13)

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .………...…xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7


(15)

A. Tinjauan Umum Kurikulum ... 9

1. Pengertian Kurikulum ... 9

2. Kurikulum 2013 ... 10

3. Karakteristik Kurikulum ... 10

4. Kerangka Dasar Kurikulum ... 11

B. Pendidikan Karakter ... 13

C. Pendekatan Saintifik ... 15

D. Belajar dan Pembelajaran ... 17

E. Penilaian Dalam Kurikulum 2013 ... 19

F. Perbedaan Individual ... 20

G. Jenis Kelamin ... 23

H. Lingkungan atau Tempat Tinggal ... 27

I. Persepsi Siswa ... 28

J. Kerangka Berpikir ... 32

K. Model Penelitian ... 34

L. Perumusan Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Waktu dan Tempat ... 37

C. Subjek dan Objek ... 37

D. Populasi, Sampel dan Penarikan Sampel ... 38

E. Variabel Penelitian ... 39


(16)

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV PEMBAHSAN ... 52

A. Deskripsi Data ... 53

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 55

C. Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Keterbatasan ... 66

C. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Laki-laki dan Perempuan ... 25

Tabel 2.2 Perbedaan Psikologi antara Laki-laki dan Perempuan ... 26

Tabel 3.1 Tempat Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Indikator Kuesioner... 40

Tabel 3.3 Skala Pengukuran Model Likert ... 42

Tabel 3.4 Hasil uji validitas Butir Pertanyaan Kuesioner ... 47

Tabel 3.5 Tingkat Koefisien Reliabilitas ... 49

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Persepsi Siswa ...49

Tabel 4.1 Jumlah Siswa... 52

Tabel 4.2 Status Sekolah ... 53

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Tempat Tinggal ... 54

Tabel 4.5 Deskripsi Frekuensi Siswa Berdasarkan Tempat Tinggal ... 55

Tabel 4.6 Interpretasi Persepsi Siswa...55

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Berdasarkan Tempat Tinggal ... 57

Tabel 4.9 Hasil Homogenitas Persepsi siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ...58


(18)

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner penelitian ... 70

Lampiran 2. Data Validitas Dan Reliabilitas ... 77

Lampiran 3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 83

Lampiran 4. Data Induk Siswa ... 88

Lampiran 5. Hasil Pengujian Normalitas ... 98

Lampiran 6. Hasil Pengujian Homogenitas ... 101

Lampiran 7. Hasil Pengujian Hipotesis ... 103

Lampiran 8. Perhitungan PAP II ... 105

Lampiran 9. Tabel r Produk Moment ... 108


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam menggapai tujuan pendidikan tersebut, tentu tidak bisa terlepas dari kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya sebuah pendidikan sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan.

Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksananya kegiatan pendidikan. Secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pendagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan


(21)

bangsanya. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan akan berjalan dengan baik, efektif, dan efisien sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan di masing-masing satuan pendidikan.

Selama ini kurikulum yang ada belum mampu memberikan solusi mengenai problematika yang sedang dihadapi oleh bangsa ini dan perkembangan zaman yang semakin pesat sehingga bangsa ini harus cepat tanggap untuk menyesuaikan diri supaya tidak tertinggal terlalu jauh dengan bangsa-bangsa lain. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itulah, pemerintah melalui Kemendikbud berusaha sekuat tenaga untuk menyusun, mengembangkan, dan menetapkan sebuah kurikulum yang berlaku pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum baru ini diperkenalkan dengan sebutan Kurikulum 2013. Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Untuk mencapai kompetensi lulusan tersebut perlu ditetapkan Standar Isi yang merupakan kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau

scientific approach pada proses pembelajaran. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam permendikbud no 81A tahun


(22)

2013 meliputi ; mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Proses pembelajaran saintifik merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Tujuan lain diterapkannya pendekatan saintifik adalah untuk mengembangkan karakter siswa. Dengan memiliki karakter yang baik dan kuat dari setiap individunya maka sebuah bangsa memiliki asset besar dalam memajukan kehidupan bangsanya. Penggalakkan Pendidikan Karakter tersebut menjadi sangat penting dengan adanya fakta di Indonesia bahwa terdapat 180.000 siswa membolos setiap hari karena kasus kekerasan dan pemalakan, 83% siswa perempuan dan 60% siswa laki-laki telah mengalami pelecehan seksual di sekolah, 54% siswa mengaku telah berbuat curang pada saat ujian (Muchlas & Hariyanto, 2012). Hasil survey bisnis yang dirilis

Political & Economic Risk Consultancy atau PERC menyebutkan dalam survey 2010, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai Negara terkorup dengan mencetak skor 9,07 dari nilai 10. Hal ini menunjukkan


(23)

bahwa siswa di sekolah belum memiliki karakter yang baik bagi kehidupan pribadinya sendiri maupun dengan kemampuan bermasyarakat.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat, dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan. Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam mengajar dan mendidik siswa serta dalam memajukan dunia pendidikan. Di dalam Kurikulum 2013 terdapat pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang selama ini dikembangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia dalam upaya menjadikan manusia yang lebih berkualitas, salah satu ciri dari manusia berkualitas adalah good character. Faktor lainnya yaitu siswa, siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai tahap perkembangannya.

Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin(2011) disebut pupil formative experiences serta faktor sifat yang dimiliki siswa. Aspek latar belakang siswa meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa,


(24)

tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lainnya sebagainya.

Perbedaan siswa di sekolah menurut jenis kelamin menyebutkan bahwa meskipun tampaknya sederhana, perbedaan gender perlu dipahami oleh guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Murid laki-laki memiliki karakteristik yang berbeda dengan murid perempuan. Misalnya, cara berpikiran siswa laki-laki berbeda dengan murid perempuan. Namun, tidak menutup kemungkinan karakteristik gender dapat dipertukarkan. Perbedaan mereka tampak dari kekuatan fisik, perkembangan psikoseksual, minat belajar pada bidang berlainan, ketekunan, ketelitian, kecenderungan metode pembelajaran yang lebih sesuai untuk masing-masing jenis kelamin. Perbedaan pandangan antara laki-laki dan perempuan juga sering terjadi terhadap penilaian untuk guru pada saat proses belajar mengajar.Faktor lingkungan fisik adalah lingkungan yang tidak jauh dari fisik individu itu sendiri. Faktor yang termasuk lingkungan fisik ialah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar yang terdapat dirumah sebagai sarana belajar siswa. Contohnya siswa yang tinggal di daerahpinggiran kota akan sedikit tertinggal dengan siswa yang tinggal di tengah kota. Dalam implementasi Kurikulum 2013 siswa dituntut untuk mandiri dalam pembelajaran. Siswa dengan lingkungan keluarga yang berbeda akan mempengaruhi penilaian implementasi Kurikulum 2013.


(25)

Dalam hal ini peneliti meninjau persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses. Oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik dan guru sebagai fasilitator diharapkan mampu menyukseskan Kurikulum 2013. Dalam hal ini penulisi ingin meneliti guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 serta persepsi siswa. Berdasarkan latar belakang berikut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Siswa Mengenai Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Kegiatan Belajar

Mengajar Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal”.

B. Batasan Masalah

Persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 bisa dilihat dari berbagai sudut pandang tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada jenis kelamin dan tempat tinggal siswa, serta guru dalam menerapkan Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar.


(26)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan penilaian siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari jenis kelamin ?

2. Apakah ada perbedaan penilaian siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari tempat tinggal ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti tentang: 1. Perbedaan penilaian siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam

kegiatan belajar mengajar ditinjau dari jenis kelamin.

2. Perbedaan penilaian siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari tempat tinggal.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi guru selama menerapkan Kurikulum 2013. Cakupan evaluasi berkenaan dengan sejauh mana efektivitas Kurikulum 2013 dalam pembelajaran.


(27)

2. Manfaat bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi sekolah tentang kesiapan guru-guru dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

3. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sarana aktualisasi pengetahuan yang telah didapatkan penulis selama melaksanakan studi, dan juga sebagai bahan perbandingan teori dengan fakta pengimplementasian Kurikulum 2013.


(28)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, Kurikulum berasal dari kata bahasa latin “curir”

yang artinya pelari, dan “curere” yang artinya tempat berlari. Pengertian awal dari Kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai finish. Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman peyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangakan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 tentang Sistem pendidikan Nasional tertulis “kurikulum adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran


(29)

diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.Amirin dkk (2011) berpendapat bahwa Kurikulum adalah segala kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang direncanakan dan digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga tercapai tujuan pendidikan tertentu.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014. Tertulis dalam Permendikbud No. 70 tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SMK-MAK, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristikyang tertulis dalam Permendikbud No. 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK-MAK :

a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang merupakan tempat yang memberikan pengalam belajar terencana dimana peserta didik


(30)

menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan sebagai sumber belajar.

c. Mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkan dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan.

e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian kompetensi dasar dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

g. Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan.

4. Kerangka Dasar Kurikulum 2013

Kerangka dasar Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan tiga landasan, yaitu

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber, isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil


(31)

belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangakan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi intelegensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia.

b. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”, dan teori kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,standar sarana dan prasarana,standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.


(32)

c. Landasan Yuridis

Landasan yuridis kurikulum 2013 adalah :

 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;  Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan

 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter telah lama dianut bersama secara tersirat dalam peyelenggaraan pendidikan nasional, tetapi rasanya tidak mudah untuk memberikan batasan akurat tentang apa yang sebenarnya yang dimaksud pendidikan karakter itu. Padahal unsur-unsurnya telah dirumuskan dalam


(33)

tujuan pendidikan nasional sejak Indonesia merdeka hingga sampai sekarang ini. Karakter adalah kepemilikan akan “hal-hal yang baik” (Lickona 2012: 13), sementara filsuf Yunani, Aristoteles, mendefinisikan karakter yang baik sebagai kehidupan dengan melakukan tindakan-tindakan yang benar sehubungan dengan diri seseorang dan orang lain. Kemendiknas (Wibowo, 2013: 10) mendefinisikan karakter sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues), yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

Menurut Samani dan Hariyanto, (2011 : 25) dalam hubunganya dengan pendidikan karakter, terdapat nilai-nilai luhur yang menjadi karakter dari masing-masing domain tersebut, dimana domain piker mencakup karakter-karakter seperti cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi iptek dan reflektif. Domain hati mencakup karakter-karakter untuk beriman dan bertaqwa, jujur amanah, adil, bertanggung jawab, berani, mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban dan berjiwa patriotik. Domain raga mencakup karakter seperti bersih, sehat, disiplin, kooperatif. Pengertian pendidikan karakter menurut Kemendiknas (Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 2011: 1), Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik


(34)

untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

2. Ciri-ciri Pendidikan Karakter

Menurut F.W. Foerster (Adisusilo, 2012: 78) mengemukakan tentang empat ciri dasar pendidikan karakter, yaitu sebagai berikut.

a. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan seperangkat nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. b. Koherensi yang memberi keberanian, yang membuat seseorang teguh

pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi. Koherensi meruakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain, tanpa koherensi maka kredibilitas seseorang akan runtuh.

C. Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendidikan saintifik. Dalam salinan lampiran Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan perlunya pembelajaran yang dipadukan dengan kaidah-kaidah pendekatan scientific. Upaya penerapan pendekatan scientific disebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013.Scientific berasal dari bahasa inggris yang berarti “ilmiah”.


(35)

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007) ilmiah adalah bersifat ilmu atau memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran saintifik merupakan perpaduan antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan (Kemendikbud : 2013).

Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini, menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) :

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu bukan sebatas kira-kira, khayalan atau dongeng semata

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru peserta didik terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.


(36)

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

D. Belajar dan Pembelajaran.

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengkokohkan kepribadian. Sudjana (2008) memiliki banyak pengertian tentang belajar yaitu belajar adalah peran aktif. Belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Belajar bukan menghafal ataupun mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu. Pada hakikatnya belajar merupakan inti dari proses pembelajaran. Santrock dan Yussen (Sugihartono dkk : 2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang ralatif permanen karena adanya pengalaman yang dialami individu. Raber (Sugihartono dkk: 2007) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian yaitu belajar sebagai


(37)

proses memperoleh ilmu pengetahuan dan belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan yang diperkuat.

1. Pengertian Pembelajaran

Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar”. Menurut Tohirin (2005) pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas peserta didik ke arah aktivitas belajar.Pembelajaran merupakan suatu upaya atau usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode-metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dapat memperoleh hasil yang optimal (Sugihartono dkk : 2007).

Secara lebih rinci, pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 harus menampakkan adanya kegiatan sebagai berikut:

a. pembenahan lingkungan belajar; b. pembuatan perencanaan bersama; c. pembagian tugas guru ;


(38)

e. pengidentifikasian kebutuhan peserta didik; f. pengembangan indikator pembelajaran;

g. perumusan sikap,kompetensi, dan tujuan belajar; h. pengelolaan dan pelaksanaan pembelajaran;

i. penilaian proses dan hasil belajar serta upaya mendiagnosis kembali kebutuhan belajar

E. Penilaian Dalam Kurikulum 2013

Ada tiga istilah yang sering dipakai orang secara rancu yaitu penilaian, pengukuran, dan evaluasi. Ketiga istilah ini memiliki arti yang sangat berbeda karena tingkat penggunaan yang berbeda

1. Pengertian Penilaian

Menurut Gronlund & Linn (1990:5) mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang sistmatis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Penilaian dalam Kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: (a) Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (b) Pelaksanaan penilaian peserta


(39)

didik secara professional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, (c) Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.

2. Pengertian pengukuran

Menurut Reynolds, dkk (2010: 3) mendefnisiskan pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu bilangan yang mewakili objek, sifat, atau karakteristik, atribut atau tingkah laku. Menurut Azwar (2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian angka terhadap atribut atau variabel sepanjang garis kontinum.

F. Perbedaan Individual

Perbedaan individual di antara anak didik merupakan hal yang tidak mungkin dihindari, karena hampir tidak ada kesamaan yang dimiliki oleh manusia kecuali perbedaan itu sendiri. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut. Individu menunjukkan kedudukan seseorangsebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. “perbedaan” dalam perbedaan individual: menurut Landgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.


(40)

Di lingkungan pendidikan, ditemukan perbedaan individual anak didik cukup banyak, yang semuanya merupakan cirri kepribadian anak didik sebagai individu. Di antara berbagai perbedaan individual yang dimiliki anak didik, berikut akan dibahas beberapa aspek perbedaan,

a) Perbedaan Biologis

Perbedaan anak didik dalam aspek biologis ini tidak bisa dianggap tidak penting. Kesehatan anak didik adalah aspek lain yang patut mendapat perhatian dalam hal ini. Aspek biologis yang terkait langsung dengan penerimaan pelajaran di kelas adalah kesehatan mata dan telinga.

Perbedaan biologis anak didik secara umum terkadang menimbulkan perlakuan yang berbeda dari pendidik atau guru.Sebagian guru memasukkan unsur biologis dalam penilaiannya terhadap siswa.Hal ini sering menyebabkan guru menjadi bersifat pilih kasih.

b) Perbedaan Psikologis

Perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan kepribadian.Ketiga faktor psikologis ini berkorelasi positif dengan hasil belajar yang dicapai. Dalam kondisi minat yang besar terhadap pelajaran, motivasi yang tinggi untuk belajar, dan kemampuan memori yang maksimal, maka hasil belajar yang dicapai juga akan maksimal.


(41)

c) Perbedaan Intelegensi

Menurut Gustafson & Undheim (Berliner & Calfee, 1996), hubungan antara perbedaan intelegensi dengan belajar dan pembelajaran tercakup dalam tiga bagian mayor, yaitu pada input, proses, dan output.

d) Perbedaan Bakat

Meski istilah bakat dan intelegensi sering digunakan dengan maksud yang sama, namun bakat hanyalah salah satu karakteristik intelegensi (Eggen dan Kauchak, 1997). Para ahli berbeda pendapat dalam mendefenisikan bakat.Menurut William B. Michael (Suryabrata, 2002), bakat merupakan kapasitas individu, atau potensi hipotetik, untuk memperoleh pola perilaku tertentu yang terkait dengan kinerja tugas, yang sedikit sekali tergantung pada latihan.

e) Perbedaan Lainnya (jenis kelamin)

Perbedaan individual lain yang banyak diteliti oleh para ahli adalah perbedaan jenis kelamin, perbedaan etnis, dan perbedaan kondisi sosial ekonomi. Tentang perbedaan jenis kelamin, peneliti menunjukkan bahwa kinerja wanita lebih baik dari pada pria dalam tes kemampuan membaca pemahamam dan menulis ketika mereka masuk ke kelas satu SD, sedangkan kinerja pria ditemukan lebih baik pada tes matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial pada awal masa remaja.


(42)

G. Jenis Kelamin

1. Pengertian Jenis Kelamin

Fakih (1996;7), menjelaskan bahwa dalam memahami konsep gender dan jenis kelamin, maka kita harus memahami pengertian dari masing-masing istilah tersebut. Pengertian jenis kelamin adalah pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentunkan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Manusia dengan jenis kelamin laki-laki adalah manusia yang bersifat: memiliki penis, memilika jakala (kala menjing), dan memproduksi sperma. Manusia dengan jenis kelamin perempuan adalah manusia yang memiliki alat reproduksi seperti Rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui.Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya.Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak dapat dipertukarkan antara alat biologis laki-laki dan alat biologis perempuan.

Sedangkan untuk gender Fakih (1996;8), mengatakan bahwa pengertian dari gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki atau perempuan yang dikonstruksi secara sosial ataupun kultural. Misalnya perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dan sifat-sifat ini, merupakan sifst-sifat yang dapat dipertukarkan, yang berarti bahwa ada laki-laki yang emosional, lemah lembut keibuan,


(43)

sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa. Perubahan ciri dan sifat itu dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

2. Peranan Jenis Kelamin

Menurut Desmita (2012:32) perkembangan setiap individu atau siswa tidak sama, hal ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah jenis kelamin. Jenis kelamin memegang peranan penting dalam perkembangan fisik dan mental seorang anak. Dalam hal anak yang baru lahir misalnya, anak laki-laki sedikit lebih besar daripada anak perempuan kemudian tumbuh lebih cepat daripada anak laki-laki. Demikian juga dalam hal kematangannya, anak perempuan lebih dahulu dari anak laki-laki.Selain itu, perbedaan individu laki-laki dan perempuan dapat dilihat juga dari berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan sosial, pendidikan dan lain sebagainya.

Dari perbedaan-perbedaan yang terlihat memiliki karakteristik yang khas yang menunjukkan identitas dari dalam dirinya sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing.Perbedaan terbesar antara pria dan wanita adalah pada kelancaran dan kualitas menulis pada semua level usia.Ada empat teori yang menjelaskan perbedaan gender dalam kinerja kognitif yaitu: pandangan fisiologis yang menyatakan bahwa gen laki-laki menentukan morfologi otak yang berbeda dengan gen perempuan, pandangan sosialisasi yang menyatakan bahwa perbedaan gender dalam


(44)

kinerja kognitif adalah dikarenakan nilai-nilai yang melekat dalam masyarakat yan disalurkan pada siswa oleh keluarga, teman sebaya, dan guru, pandangan differential course work yang menyatakan bahwa perbedaan gender dalam kinerja kognitif disebabkan perbedaan pengalaman, dan perbedaan ini disebabkan perlakuan yang diberikan secara berbeda terhadap anak laki-laki dan perempuan, dan pandangan proses kognitif yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut diakibatkan perbedaan pengetahuan dan strategi kognitif yang digunakan (laki-laki lebih baik dari perempuan). Menurut Ahmadi & Sholeh (2005) perbedaan sikap hidup tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.1

Karakteristik Laki-laki Dan Perempuan Menurut Ahmadi & Sholeh (2005)

No Karakteristik Laki-laki Karakterisktik Perempuan

1 Aktif memberi Pasif dan menerima

2 Cenderung memberikan perlindungan

Cenderung untuk menerima perlindungan

3 Minatnya tertuju pada hal-hal yang bersifat intelektul, abstrak

Minat tertuju kepada yang bersifat emosional dan konkret 4 Berusaha memutuskan sendiri

dan ikut berbicara

Berusaha mengikut dan menyenangkan orang tua

5 Sifat saklijk dan objektif Sikap personlijk dan subjektif Mulyaningtyas, (2007:67) menyatakan perbedaan psikologi atau kejiwaan antara laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:


(45)

Tabel 2.2

Perbedaan Psikologi/Kejiwaan Antara Laki-laki Dan Perempuan

Laki-laki Perempuan

a. Pola dasar pandangan ke luar, terarah pada dunia/objek

a. Pola dasar pandagan ke dalam, terarah pada manusia/subjek

b. Suka menjelajah dan menyelidiki alam sekitar

b. Lebih gemar tinggal dirumah, memlihara dan merawat

c. Suka membongkar dan membangun

c. Suka menyayangi dan memelihara

d. Suka mencoba hal-hal baru, mencari dan melihat-lihat

d. Butuh perhatian, senang „dilihat‟ dan „dicari‟ e. Aktif, mengambil inisiatif,

suka mengkritik dan memprotes

e. Reaktif, menanggapi lebih tabah dan mudah menerima

f. Rasio dianggap lebih

utama, dapat

mengendalikan perasaan dengan akalnya

f. Emosi dan perasaan lebih menonjol dan hal itu memengaruhi pikirannya g. Lebih melihat kenyataan

secara objektif, terarah pada garis-garis besar, lebih teguh dalam keputusan

g. Perhatian sampai detail (hal-hal kecil), cenderung intuitif, mudah mengubah keputusannya

h. Gelombang perasaan mendatar dan stabil

h. Perasaan pasang surut terpengaruh oleh siklus bulanan

i. Gairah seksual lebih bersifat jasmaniah/jasmani biologis

i. Gairah seksual lebih bersifat rohaniah, lebih mementingkan cinta dan kemesraan


(46)

H. Lingkungan atau Tempat Tinggal

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi. Anak selamanya hidupnya akan selalu dapat pengaruh dari keluarga, sekolah,masyarakat luas.Menurut Gunawan (2011) lingkungan diartikan sebagai sekumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme.Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh bagi anak.Oleh karena itu lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.Di dalam lingkungan keluargalah tempat dasar pembentukan watak dan sikap anak.

Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna apabila dibandingkan dngan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis.Faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan manusia ternyata terdapa bermacam-macam pendapat dari para ahli, sehingga pendapat-pendapat itu menimbulkan bermacam-macam teori mengenai perkembangan manusia.


(47)

I. Persepsi Siswa

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon dalam diri individu. Artinya bahwa apa yang ada dalam individu akan ikut aktif dalam persepsi.

Menurut Masidjo(1995 : 96), tingkah laku dalam tingkatan persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antar dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan pebedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.

Persepsi sebagai suatu individu-individu mengorganisasikan dan menaksirkan indra mereka agar memberikan makna bagi mereka. Dengan demikian, perspsi adalah kesan atau pandangan seseorang terhadap obyek tertentu (Robbins, 1997: 45). Menurut Bimo Walgito (1994: 54), stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor:


(48)

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau resptor.Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekrja sebagai reseptor.Namun, sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.Disamping juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterimareseptor kepusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motorik.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau kumpulan objek.Jadi terjadinya persepsi adalah merupakan proses yang saling brurutan namun dengan kejadian yang singkat, yaitu mulai objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, lalu alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, dan kemudian perhatian sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.


(49)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

a. Orang yang mempersepsikan.

Saat individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasi.Interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.

b. Objek atau sasaran yang dipersepsikan.

Karakteristik sasaran yang dipersepsi dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Individu yang ceria lebih menonjol dalam suatu kelompok daripada individu yang pendiam,karena sasaran tidak dipahami secara terisolasi maka latar belakang sasaran juga dapat mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan hal-hal yang mirip dalam satu tempat. Jika dikaitkan dengan persepsi terhadap gaya kepemimpinan maka objek yang dipersepsikan gaya kepemimpinan yang diterapkan atasannya, yang meliputi pemilihan gaya pemimpin dalam bertindak, berkomunikasi dan bersikap terhadap bawahannya. c. Kontek dimana persepsi dibuat

Kontek dimana kita melihat suatu objek atau peristiwa yang dapat mempengaruhi pemahaman, seperti juga lokasi, cahaya, panas atau sejumlah faktor-faktor situasional lainnya. Jadi objek


(50)

atau sasaran yang dipersepsikan, objek atau sasaran yang dipersepsikan, dan kontek dimana persepsi dibuat inilah yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, dimana orang yang satu dengan yang lain belum tentu sama persepsinya terhadap salah satu objek. Kesimpulan yang disampaikan Bimo Walgito bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh:

(1) Faktor dalam diri individu

Keadaan individu yang mempengaruhi persepsi adalah yang berhubung dengan kejasmanian dan yang berhubungan dengan segi psikologis (pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan dan motivasi)

(2) Faktor di luar diri individu

Faktor di luar diri individu meliputi stimulus itu sendiri dan lingkungan dimana persepsi itu berlangsung.Pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan motivasi merupakan kondisi psikis dan fisik dari individu yang dapat mempengaruhi persepsi. Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi masuk kedalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.


(51)

3. Persepsi siswa

Noeng Muhadjir dalam Arif Rohman (2009: 105) mengemukakan pada hakikatnya aktivitas pendidikan selalu berlangsung dengan melibatkan pihak-pihak sebagai aktor penting yang ada di dalam aktivitas pendidikan, aktor penting tersebut adalah subjek yang memberi bentuk pendidik, sedangkan subjek yang menerima disebut peserta didik. Menurut Walgito (2001) dalam Sunaryo (2004),persepsi adalah proses pengorgnisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.

Persepsi siswa adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar.

J. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013

dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari jenis kelamin.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon dalam diri


(52)

individu. Artinya bahwa apa yang ada dalam individu akan ikut aktif dalam persepsi.Persepsi siswa adalah proses ketika siswa menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki gurunya pada saat mengajar.

Berkaitan dengan implementasi Kurikulum 2013, siswa sebagai individu tentunya mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap implementasi Kurikulum 2013 tersebut. Hal ini terjadi karena proses pengorganisasian serta penginterpretasian terhadap rangsang yang berupa implementasiKurikulum 2013.Siswa laki-laki cenderung lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dibanding siswa perempuan. Perbedaan gender dalam kinerja kognitif disebabkan perbedaan pengalaman, dan perbedaan ini disebabkan perlakuan yang diberikan secara berbeda terhadap anak laki-laki dan perempuan, dan pandangan proses kognitif yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut diakibatkan perbedaan pengetahuan dan strategi kognitif yang digunakan (laki-laki lebih baik dari perempuan).

2. Perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013

dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari tempat tinggal .

Persepsi siswa berdasarkan tempat tinggal terhadap implementasi Kurikulum 2013 lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi. Anak selamanya hidupnya akan selalu dapat pengaruh dari keluarga, sekolah, masyarakat


(53)

luas. Menurut Gunawan (2011) lingkungan diartikan sebagai sekumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme.Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak yang memberikan tuntunan dan contoh-contoh bagi anak.

Menurut William Stern (2010:78) dalam teori konvergensi baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan penting di dalam perkembangan individu.Oleh karena itu lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.Di dalam lingkungan keluargalah tempat dasar pembentukan watak dan sikap anak.

K. Model Penelitian

Model penelitian dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

X1 : Jenis kelamin X2 : Tempat tinggal

Y : Persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013

L. Perumusan Hipotesis

X1

X2


(54)

Dari kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut:

H1: Ada perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar ditinjau dari jenis kelamin.

H2: Ada perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari tempat tinggal.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini jika dilihat dari cara dan taraf pembahasannya, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek apa adanya (Sangdaji 2010: 24). Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenis kelamin dan tempat tinggal.

Penelitian ini juga merupakan studi kasus. Studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap seseorang atau suatu organisasi, lembaga dan gejala tertentu selama kurun waktu tertentu (Arikunto, 2006:143). Kelemahan dari studi kasus yaitu bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu lain. Dengan kata lain, generalisasi informasi sangat terbatas penggunaanya (Noor, 2011:36). Dalam hal ini kemungkinan terdapat responden yang menjawab kuesioner dengan keadaan yang tidak sesungguhnya sehingga hasil penelitian menjadi tidak representatif.


(56)

B. Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se- Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang tersaji dalam tabel:

Tabel 3.1

Tempat Penelitian

No Nama Sekolah Kecamatan

1 SMK N 1 Depok Depok

2 SMK N 1 Godean Godean

3 SMK N 1 Tempel Tempel

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus2016

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X di SMK Negeri 1 Tempel, SMK Negeri 1 Godean dan SMK Negeri 1 Depok.

2. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013.


(57)

D. Populasi, Sampel dan Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:80). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntasi Se- Kabupaten Sleman yang berjumlah 276 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012: 81). Sampel harus bisa mewakili keseluruhan populasi yang diteliti, oleh karena itu pemilihan sampel harus diusahakan sedemikian rupa sehingga sampel itu bisa menunjukkan gambaran keadaan keseluruhan populasi, jumlah sampel jangan terlalu sedikit dan menentukannya secara random atau sembarang (Subagyo, 2003: 2).

Menurut Muhadi (2011:33), dalam statistika inferensial kita harus mengetahui mengenai karakteristik populasi, yang pada umumnya dilakukan berdasarkan pada data sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan.


(58)

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu(Sugiyono, 2012:126). Purposive Sampling merupakan metode pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dianggap relevan atau dapat mewakili objek yang akan diteliti. Teknik ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu karena keterbatasan waktu dan tenaga, sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar. Pertimbangan lain peneliti menggunakan teknik ini yaitu, pertama sekolah tempat penelitian ini memiliki responden yang heterogen, sehingga peneliti dapat mengambil sampel siswa dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan tentang persepsi mereka terhadap implementasi Kurikulum 2013. Kedua siswa yang menjadi responden memiliki tempat tinggal yang berbeda sehingga dapat dijadikan variabel dalam penelitian ini.

E. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariatif atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, variabel yang akanditeliti adalah sebagai berikut.

1. Variabel bebas atau independent variabel dalam penelitian ini adalah tempat tinggal siswa dan jenis kelamin siswa.


(59)

2. Variabel terikat atau dependent variabel dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap implementasi Kurikulum 2013.

F. Pengukuran Variabel Penelitian

Persepsi siswa terhadap implementasi Kurikulum 2013 adalah proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan Kurikulum 2013 melalui panca indra dalam hubungannya dengan Kurikulum 2013. Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel ini adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang implementasi Kurikulum 2013 yang diadopsi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Monitoring implementasi Kurikulum 2013.

Tabel 3.2 Indikator Kuesioner

Sub Variabel Indikator

Nomor Item

Fungsi

Kurikulum 2013

 Membantu siswa mengembangkan kompetensi dan potensi diri

 Sebagai pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran

 Sebagai pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran

 Sebagai pedoman dalam mengembangkan bahan ajar

 Sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar

1 2 3 4 5 Tujuan

Kurikulum 2013 

Mempersiapkan peserta didik agar lebih produktif, kreatif, inovatif, afektif dan lebih senang belajar


(60)

 Pendidik lebih bergairah dalam melakukan proses pembelajaran dan mudah dalam memenuhi ketentuan 24 jam per minggu  Manajemen satuan pendidikan lebih

mengedepankan layanan pembelajaran termasuk bimbingan dan penyuluhan yang lebih variatif di sekolah

 Negara dan bangsa memiliki reputasi internasional pendidikannya menjadi lebih menarik bagi investor

 Masyarakat umum memperoleh lulusan sekolah yang lebih kompeten dan dapat berharap kebutuhan pendidikan akan dipenui oleh sekolah 7 8 9 10 11 Karakteristik

Kurikulum 2013 

Peserta didik diharapkan memiliki kemampuan psikomotorik dalam proses saintifik

 Peserta didik diharapkan memiliki kemampuan afektif (sikap)  Peserta didik diharapkan memiliki

kemampuan kognitif (pengetahuan)

12

13

14

Pengembangan

Kurikulum 2013 

Pola pembelajaran berpusat pada peserta didik

 Pola pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif

 Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok

 Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia  Pola pembelajaran pasif menjadi

pembelajaran kritis 15 16 17 18 19 Struktur

Kurikulum 2013 

Adanya mata pelajaran wajib yang bertujuan untuk membina sikap, pengetahuan, dan keterampilan

 Adanya mata pelajaran peminatan yang mengarahkan untuk mengembangkan potensi, minat dan bakat peserta didik,.

20

21

Kegiatan Belajar

Mengajar 

Peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal

 Peserta didik dapat berkomunikasi terhadap


(61)

P

Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel persepsi guru terhadap implementsi Kurikulum 2013 dengan menggunakan pengukuran Likert. Skala pengukuran Likertadalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011: 136). Alternatif jawaban tiap item disajikan sebagai berikut (Siregar, 2010: 139):

Tabel3.3

Skala Pengukuran Model Likert

Alternatif jawaban Skor

Positif Negatif Sangat Setuju (SS)

Setuju (S) Netral (N)

Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS) 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

G. Teknik Pengumpulan Data

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode pengumpulan data antara lain sebagai berikut.

1. Sifat gejala yang diteliti

2. Besarnya jumlah subyek dalam penelitian peserta didik lainnya

 Peserta didik lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar

 Peserta didik megenali kelemahan dan kelebihan masing-masing.

23 24 25


(62)

3. Kondisi kemampuan penelitian baik yang berupa biaya maupun waktu yang tersedia.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner/angket.Metode ini digunakan untuk mengungkap variabel bebas dari variabel terikat yang ada dalam penelitian ini. Angket adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang dirinya sendiri atau hal-hal yang diketahuinya

Adapun jenis-jenis angket dapat dibedakan dari bentuknya angket dibagi menjadi tiga jenis, yakni angket dengan pertanyaan tertutup yaitu responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Angket dengan pertanyaan terbuka yakni angket dengan memberikan jawaban secara terurai dan yang ketiga adalah angket dengan pertanyaan semi terbuka yakni selain memilih jawaban responden, juga memberikan alasanya. Sedangkan bila ditinjau dari cara memberikan angket, dapat dibagi menjadi dua yaitu angket langsung dan angket tidak langsung yaitu mencari data dari orang lain atau bukan dari responden yang akan diteliti.

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan metode non tes berupa:


(63)

1. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 1997:128). Angket digunakan untuk mengetahui persepsi mengenai implementasi kurikulum 2013. Responden yang mengisi kuesioner ini adalah siswa SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi se-Kabupaten Sleman. Kuesioner terdiri atas 30 pertanyaan dengan menggunakan skala likert digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Dalam kuesioner berisi butir-butir instrumen yang kemudian diukur sesuai dengan data yang telah diisi oleh responden, data tersebut akan berupa skor-skor likert. Untuk menginterpretasikan skor-skor masing-masing variabel, maka digunakan PAP II (Masidjo, 1995: 158-159).

2. Penyusunan Kuesioner

Agar kuesioner yang disusun memenuhi validitas isi, maka ditempuh langkah-langkah penyusunan kusioner sebagai beikut :

a. Menentukan variabel

b. Menentukan dimensi-dimensi dari variabel tersebut c. Mmilih indikator dari tiap-tiap dimensi


(64)

H. Teknik Pengujian Instrumen

Suatu alat pengukur dikatakan baik apabila memiliki persyaratan sebagai alat pengumpul data. Persyaratan yang dimaksud adalah minimal alat pngumpul data tersebut harus valid dan reliabel. Begitu pula dengan angket yang dipakai dalam penelitian ini juga harus valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatuinstrumen. Nunnanly (1972) menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakan.

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian menggunakan teknik korelasi Product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

rxy = N(�XY) – (�X �Y)

� � Keterangan :

Rxy = Kofisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y

Y = Skor total dari seluruh item Y X = Skor total dari setiap item X N = Jumlah responden

�xy = Hasil kali X dan Y

Jika nilai koefisien rhitung lebih besar dari rtabel, maka butir soal tersebut

dapat dikatakan valid.Jika rhitung lebih kecil dari rtabel, maka butir soal


(65)

Untuk melakukan uji validitas digunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows. Kriteria setiap butir pernyataan pada kuesioner dikatakan valid jika pada α = 5% r hitung bersifat positif dan nilainya lebih

besar dari r tabel..

Untuk menentukan keabsahan setiap item ditentukan derajat kebebasan (dk)= N-2 dengan taraf signifikan 5%. Jika nilai koefisien r

hitung lebih besar atau sama dengan rtabel maka butir soal tersebut dapat

dikatakan valid. Jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka butir soal tersebut

tidak valid (dk)= 126-2= 124, dengan taraf signifikasi 5% maka diperoleh rtabel sebesar 0,1750.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Butir-butir Pertanyaan Kuesioner

Nomor rhitung rtabel Keterangan

1 0,690 0,175 Valid

2 0,751 0,175 Valid

3 0,723 0,175 Valid

4 0,726 0,175 Valid

5 0,794 0,175 Valid

6 0,617 0,175 Valid

7 0,553 0,175 Valid

8 0,653 0,175 Valid

9 0,665 0,175 Valid

10 0,668 0,175 Valid

11 0,708 0,175 Valid

12 0,607 0,175 Valid

13 0,484 0,175 Valid

14 0,587 0,175 Valid

15 0,302 0,175 Valid

16 0,723 0,175 Valid


(66)

Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan menunjukkan seluruh item dikatakan valid rhitung> rtabel.

2. Uji Reliabilitas (Keandalan)

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untukdigunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik

Menurut Juliansyah Noor (2011:130) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelakasanan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang berubah. Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara beberapa kali pengukuran.

18 0,536 0,175 Valid

19 0,376 0,175 Valid

20 0,752 0,175 Valid

21 0,753 0,175 Valid

22 0,751 0,175 Valid

23 0,623 0,175 Valid

24 0,602 0,175 Valid

25 0,653 0,175 Valid

26 0,746 0,175 Valid

27 0,808 0,175 Valid

28 0,630 0,175 Valid

29 0,705 0,175 Valid


(67)

Teknik untuk mencari reliabilitas yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau yang berbentuk skala digunakan rumus alpha dari Cronbach sebagai berikut:

= (1- ) Keterangan:

= reliabilitas instrumen

= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

� 2 = jumlah varians butir

= varians total

Untuk melakukan uji reliabilitas digunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows. Kriteria kuesioner dikatakan reliabel jika pada α = 5% nilai alpha cronbach lebih dari 0,6.

Tabel 3.5

Tingkat Koefisien Reliabilitas

No Koefisien Reliabilitas Tingkat Reliabilitas

1 0,800-1,00 Sangat Tinggi

2 0,600-0,799 Tinggi

3 0,400-0,599 Sedang

4 0,200-0,399 Rendah

5 0,00-0,199 Sangat Rendah

Berikut ini adalah hasil pengujian reliabilitas untuk instrument penelitian

Tabel 3.6

Hasil uji reliabilitas persepsi siswa mengenai implementasi kurikulum 2013

Variabel Koefisien reliabilitas

Nilai rtabel Keterangan

Persepsi siswa

mengenaiImplementasi K13 ditinjau dari jenis


(68)

kelamin dan tempat tinggal.

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha sebesar 0,956 lebih besar dari 0,6, sehingga hasil pengujian reliabilitas item-item dalam kuesioner untuk mengukur variabel kompetensi tersebut reliabel.

I. Teknik Analisis Data

1. Teknik Deskriptif

Data yang diperoleh dari sampel penelitian berupa skor perbedaan jenis kelamin, tempat tinggal, dan persepsi siswa mengenai implementasi kurikulum 2013 yang dianalisis menurut Sarwono (2016: 138), statistik deskriptif mengacu pada transformasi data mentah kedalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ditampilkan. Kegunaan utama teknik deskriptif ialah untuk mengelompokkan perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi kurikulum 2013 ke dalam kategori sangat positif, positif, cukup positif, negatif dan sangat negatif.

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Pengujian Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Untuk


(69)

mengetahui normalitas suatu data perlu dicek keberadaannya agar langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan tes atau sampel Kolmogrof Smirnov (Sugiyono, 2009: 326). Pengujian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam melakukan uji hipotesis. Ketentuannya sebagai berikut jika nilai Asymp Sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp Sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari beberapa kelompok sampel. Dalam penelitian ini uji homogenitas yang digunakan adalah homogeneity of varians yang dilakukan dengan bantuan program SPSS windows. Apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari taraf signifikan 5% maka data tersebut tidak homogen. Jika nilai probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf signifikan 5%, artinya data tersebut homogen.

3. Pengujian Hipotesis

Pada hipotesis pertama dan kedua pengujian hipotesis menggunakan uji tteknik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan

Independent T-test,uji ini digunakan karena variabel berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak homogen. Jika nilai Probabilitas > 0,05


(70)

maka H0diterima, artinya tidak ada perbedaan persepsi siswa mengenai

implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari jenis kelamin dan tempat tinggal. Sebaliknya jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari jenis kelamin dan tempat tinggal.


(71)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 sampai dengan bulan September 2016. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-kabupaten Sleman. Kuesioner yang dibagikan kepada siswa-siswi sebanyak 126 kuesioner. Dengan demikian response rate pengembalian kuesioner sebesar 100%.

1. Deskripsi Data Responden

a. Asal Sekolah

Distribusi frekuensi jumlah guru berdasarkan asal sekolah disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Jumlah Siswa

No Nama Sekolah Jumlah Siswa Persentase

1 SMK N 1 DEPOK 64 50,80%

2 SMK N 1 GODEAN 31 24,60%

3 SMK N 1 TEMPEL 31 24,60%

Jumlah 126

1. Status Sekolah


(72)

Tabel 4.2

Status Sekolah Tempat Penelitian No Nama Sekolah Status

1 SMK N 1 DEPOK Negeri

2 SMK N 1 GODEAN Negeri

3 SMK N 1 TEMPEL Negeri

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ke tiga sekolah berstatus negeri.

2. Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi jumlah siswa berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 18 14,29%

2 Perempuan 108 85,71%

Jumlah 126 100%

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden peneliti ini sebanyak 126 siswa dengan rincian 108 (85,71%) siswa berjenis kelamin perempuan dan 18 (14,29%) siswa berjenis kelamin laki-laki. Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan persentase 85,71%.

3. Tempat Tinggal

Tempat tinggal responden diklasifikasikan menjadi dua yaitu desa dan kota.


(73)

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Siswa BerdasarkanTempat Tinggal

No Tempat tinggal Frekuensi Persentase

1 Desa 67 53,17%

2 Kota 59 46,83%

Jumlah 126 100%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian ini sebanyak 126 siswa yang terdiri dari siswa yang bertempat tinggal di desa sebanyak 67 (53,17%), siswa yang bertempat tinggal di kota sebanyak 59 ( 46,83%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini bertempat tinggal desa yaitu sebanyak 67 orang.

4. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi persepsi siswa berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal.

Data jenis kelamin dan tempat tinggal dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.5

Deskripsi Persepsi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin

r s D

Data tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam penilaian kualitatif yang kriterianya ditentukan berdasarkan PAP tipe II, sebagai berikut.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skor_Total 126 60 144 113.48 17.149 Valid N (listwise) 126


(74)

Tabel 4.6

Interpretasi Persepsi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin

No Interval Skor Frekuensi Persentase Interpretasi

1 127-144 26 20,6% Sangat Baik

2 109-126 59 46,9% Baik

3 91-108 28 22,2% Cukup Baik

4 73-90 9 7,1% Tidak Baik

5 55-72 4 3,2% Sangat Tidak Baik

Total 126 100%

Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif pada tabel 4.6 diketahui bahwa skor persepsi siswa terendah sebesar 60 skor tertinggi sebesar 144 diketahui bahwa nilai mean sebesar 113,48% (terletak pada rentang skor 109-126). Pada tabel 4.6 menunjukkan distribusi frekuensi data persepsi siswa terbanyak terdapat pada rentang 109-126 yaitu 59 siswa atau 46,9%. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa berdasarkan jenis kelamin 10 orang berjenis kelamin laki-laki, siswa berjenis kelamin perempuan sebanyak 49. Hasil ini dilihat dari skor nilai kusioner yang terletak pada rentang 109-126. Partisipasi siswa berdasarkan tempat tinggal sebanyak 28 orang bertempat tinggal di desa dan siswa bertempat tinggal di kota sebanyak 31.

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data

1. Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak normal. Selain itu pengujian normalitas dilakukan


(75)

untuk menentukan pengujian selanjutnya menggunakan pengujian parametrik atau non parametrik.

a. Uji Normalitas Persepsi Siswa Mengenai Implementasi Kurikulum 2013 Berdasarkan Jenis Kelamin

Analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan untuk menguji normalitas setiap data variabel, digunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Pengujian Normalitas dilakukan dengan bantuan SPSS versi16.0. Jika pada saat pengujian nilai probabilitas > 0,05, maka berdistribusi normal. Sedangkan jika nilai probabilitas < 0,05, maka distribusi data tidak normal.

Tabel 4.7

Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan


(76)

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki

Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian normalitas Kolmogorov Smirnov Test. Untuk data persepsi siswa mengenai Kurikulum 2013 berdasarkan jenis kelamin perempuan diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,136. Oleh sebab nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 berdasarkan jenis kelamin perempuan berdistribusi normal. Tabel 4.8 menunjukkan hasil pengujian normalitas Kolmogorov Smirnov Test. Untuk data persepsi siswa mengenai Kurikulum 2013 berdasarkan jenis kelamin laki-laki diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) =0,549 lebih besar dari 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data persepsi siswa mengenai implementasi Kurikulum 2013 berdasarkan jenis kelamin laki-laki berdistribusi normal.


(77)

b. Uji Normalitas Persepsi Siswa Mengenai Implementasi Kurikulum 2013 Berdasarkan Tempat Tinggal.

Berikut ini adalah tabel hasil pengujian normalitas berdasarkan tempat tinggal.

Tabel 4.9

Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Berdasarkan Tempat Tinggal Desa

Tabel 4.10

Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Berdasarkan Tempat Tinggal Kota


(78)

Tabel 4.9 menunjukkan hasil dari pengujian normalitas berdasarkan tempat tinggal desa dengan diperoleh nilai Asymp Sig (2-tailed) lebih besar dari α 0,05 yaitu 0,212. Tabel 4.10 menunjukkan hasil dari pengujian normalitas berdasarkan tempat tinggal kota dengan diperoleh nilai Asymp Sig (2-tailed) lebih besar dari α 0,05 yaitu 1,000 Kesimpulan dari hasil tersebut yaitu bahwa distribusi data persepsi siswa berdasarkan tempat tinggal desa dan kota adalah normal.

2. Pengujian Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari beberapa kelompok sampel. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji f.

a. Pengujian Homogenitas Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.11

Hasil Uji Homogenitas Persepsi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.11 menunjukkan homogeneity of variance pada kolom levene statistic sebesar 0,009 dan nilai probabilitas sebesar 0,924.. Berdasarkan pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa


(79)

berdasarkan jenis kelamin memiliki varian yang sama dengan kata lain homogen, karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05.

b. Pengujian Homogenitas Berdasarkan Tempat Tinggal

Tabel 4.12

Hasil Uji Homogenitas Persepsi Siswa Berdasarkan Tempat Tinggal

Tabel 4.12 menunjukkan Homogenety of variance pada kolom levene statistik sebesar 24,239 dan nilai probabilitas sebesar 0,000. Berdasarkan pengujian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa berdasarkan tempat tinggal memiliki varian yang tidak sama dengan kata lain tidak homogen, karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05.

3. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian ini terdapat 2 hipotesis yang akan di uji. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Independent T-test.

a. Rumusan Hipotesis I

H0 : Tidak ada perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi

Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar ditinjau dari jenis kelamin


(80)

Ha : Ada pengaruh persepsi siswa mengenai implementasi

Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar ditinjau dari jenis kelamin.

Dasar pengambilan keputusan :

Berdasarkan pada probabilitas, jika probabilitas < 0,05maka H0 ditolak

b. Pengujian Hipotesis I

Hasil analisis untuk pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16, berikut tabel hasil pengujian hipotesis.

Tabel 4.13

Hasil Pengujian Hipotesis I

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilaitadalah-0,690dengan nilai Sig (2-tailed) 0,497. Oleh karena probabilitas > 0,05 dapat disimpulkan H0 gagal ditolak yang artinya tidak ada perbedaan persepsi siswa laki-laki dan perempuan terhadap implementasi Kurikulum 2013.

c. Rumusan Hipotesis II

H0 : Tidak ada perbedaan persepsi siswa mengenai implementasi

Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari tempat tinggal


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

HASIL BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR DAN Hasil Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Guru dalam Mengajar dan Disiplin Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMK Prawira Mart

0 6 16

HASIL BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR DAN Hasil Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Guru dalam Mengajar dan Disiplin Belajar Pada Siswa Kelas X Di SMK Prawira Mart

0 4 18

PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU MENGAJAR Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru Mengajar Dan Kemandirian Belajar Sisw

0 7 18

PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI GURU MENGAJAR Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Ditinjau Dari Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Guru Mengajar Dan Kemandirian Belajar Sisw

0 4 13

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI TEMPAT TINGGAL DAN JENIS KELAMIN Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin.

0 1 15

PENDAHULUAN Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin.

0 1 13

DAFTAR PUSTAKA Prokrastinasi Akademik Ditinjau Dari Tempat Tinggal Dan Jenis Kelamin.

0 2 4

Persepsi siswa mengenai implementasi kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar ditinjau dari jenis kelamin dan tempat tinggal.

0 3 140

Tingkat Aspirasi Karir Siswa di Tinjau dari Jenis Kelamin, Jurusan dan Daerah Tempat Tinggal

0 1 19

PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA, PRESTASI BELAJAR SISWA DAN PEKERJAAN ORANGTUA

0 0 129