PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO.

(1)

i

PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG

KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Febri Rahmawati Romadhoni NIM 12111241021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

i

PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG

KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Febri Rahmawati Romadhoni NIM 12111241021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(3)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO” yang disusun oleh Febri Rahmawati Romadhoni, NIM 12111241021 telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 01 November 2016 Pembimbing I,

Nelva Rolina, M.Si.

NIP. 19800718 200501 2 001

Pembimbing II,

Eka Sapti C., M.M., M.Pd. NIP. 19771020 200501 2 001


(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam lembar pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium periode berikutnya.

Yogyakarta, 7 Desember 2016 Yang menyatakan

Febri Rahmawati Romadhoni NIM 12111241021


(5)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO” yang disusun oleh Febri Rahmawati Romadhoni, NIM 12111241021 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 18 November 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Nelva Rolina, M.Si. Ketua Penguji …………...…. ……….. Rina Wulandari, M.Pd. Sekretaris Penguji …………..….. …...………...

Sudiyono, M.Si. Penguji Utama …………...…. ……….. Eka Sapti C., M.M., M.Pd. Penguji Pendamping …………...…. ………..

Yogyakarta, ………... Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.


(6)

v MOTTO

“Kepemimpinan sekolah membutuhkan kemampuan untuk mengembangkan, mengkomunikasikan, dan menempatkan sebuah visi untuk pengembangan sekolah

yang mampu mengorganisir energi dari anggota staf yang sangat beragam menuju tujuan bersama.”

(Charlotte Danielson)

“Setelah makan, pendidikan merupakan kebutuhan utama rakyat.” (Danton)


(7)

vi

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua penulis.

2. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta 3. Agama, Nusa, Bangsa, dan Negara Indonesia


(8)

vii

PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA TK DAN KINERJA GURU TK DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG

KULON PROGO Oleh

Febri Rahmawati Romadhoni NIM 12111241021

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik kepala TK, persepsi guru tentang supervisi akademik kepala TK, pelaksanaan kinerja guru TK, dan persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. Supervisi penting untuk diteliti karena belum semua kepala TK melakukan supervisi terhadap kinerja guru. Selain itu, guru masih belum menerapkan kegiatan yang bervariasi untuk pembelajaran anak.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel yang diteliti adalah delapan guru dan enam kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket dan wawancara. Angket supervisi kepala TK dan kinerja guru TK diisi oleh guru dan kepala TK. Sebelum digunakan, instrumen diuji dengan uji validitas konstruk. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif.

Pelaksanaan supervisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai 85%. Persepsi guru TK tentang supervisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai 84%. Pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai 86%. Persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo berada pada kategori sangat baik dengan persentase nilai 87%.


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpakan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang Kulon Progo.”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tersusun atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang kepada:

1. Rektor UNY yang secara tidak langsung telah memberikan kemudahan bagi penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Dekan dan Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk tugas akhir skripsi.

4. Ibu Nelva Rolina, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Ibu Eka Sapti Cahyaningrum, M. M., M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis sampai pengerjaan tugas akhir skripsi ini terlaksana dan terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Sudiyono, M.Si. selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kesempatan penulis untuk memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis sampai pengerjaan tugas akhir skripsi ini terlaksana dan terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh kepala Taman Kanak-kanak dan guru Taman Kanak-kanak di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, yang telah memberikan izin, bantuan, dan dukungan kepada penulis untuk mengambil data dan melakukan penelitian serta bersedia menjadi subjek penelitian oleh peneliti.

7. Kedua orangtua penulis, Ibu Sri Kuswanti dan Bapak Sunardi, yang telah tulus mendampingi, memberikan doa, semangat, dukungan, dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.


(10)

ix

8. Seluruh teman-teman mahasiswa PG PAUD 2012 yang dengan tulus selalu memberikan semangat, dukungan, doa, dan bantuan kepada penulis dan sama-sama berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berharap semoga segala doa, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 01 November 2016


(11)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN………. ii

HALAMAN PERNYATAAN……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iv

HALAMAN MOTTO………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN………... vi

ABSTRAK……….…... vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI………. x

DAFTAR TABEL………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN………. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1

B. Identifikasi Masalah……… 7

C. Pembatasan Masalah………... 7

D. Rumusan Masalah………... 8

E. Tujuan Penelitian……… 8

F. Manfaat Penelitian……….. 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Supervisi……….……… 10

1. Supervisi Pendidikan……… 10

a. Pengertian Supervisi Pendidikan……… 10

b. Tujuan Supervisi Pendidikan……….. 11

c. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan………. 13

d. Teknik Supervisi Pendidikan……….. 15

e. Proses Supervisi Pendidikan………... 16

2. Supervisi Klinis………. 17

a. Pengertian Supervisi Klinis……… 17


(12)

xi

c. Ciri-Ciri Supervisi Klinis……… 18

d. Prinsip-Prinsip Supervisi Klinis……….. 19

e. Tahapan Supervisi Klinis……… 20

B. Kinerja Guru………... 23

1. Pengertian Kinerja Guru………... 23

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru……… 23

3. Persiapan Mengajar dan Keterampilan Mengajar Guru….……….. 25

4. Manfaat Penilaian Kinerja Guru………... 28

5. Aspek-Aspek Penilaian Kinerja Guru………... 29

C. Uji Kompetensi Guru……….. 30

1. Pengertian Uji Kompetensi Guru……….. 30

2. Prinsip Uji Kompetensi Guru………... 31

3. Kompetensi yang Diuji……...……….. 32

D. Penelitian yang Relevan……….. 39

E. Kerangka Pikir……….………... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………... 44

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 44

1. Variabel Penelitian……… 44

2. Definisi Operasional………. 45

C. Tempat Penelitian………... 45

D. Populasi dan Sampel………... 46

a. Populasi……….…… 46

b. Sampel……….. 46

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian……… 47

1. Teknik Pengumpulan Data……… 47

2. Instrumen Penelitian………. 48

F. Validitas Instrumen………. 51

G. Teknik Analisis Data……….. 52

1. Analisis Deskriptif.………... 52


(13)

xii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………... 54

1. Deskripsi Lokasi Penelitian………..……… 54

2. Analisi Deskriptif……….. 55

a. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 55

b. Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK………... 62

c. Pelaksanaan Kinerja Guru TK……… 68

d. Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan Kinerja Guru TK………... 77

B. Pembahasan……… 86

1. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……….. 86

2. Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK………. 92

3. Pelaksanaan Kinerja Guru TK……….. 96

4. Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan Kinerja Guru TK……… 104

C. Keterbatasan Penelitian………... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………....…. 113

B. Saran………... 114

DAFTAR PUSTAKA………... 115


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran………. 30

Tabel 2. Daftar Jumlah Guru TK dan Kepala TK Gugus I Kecamatan Kalibawang………... 46

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Supervisi Kepala TK……… 49

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru TK……….. 50

Tabel 5. Bobot Pendilaian Pernyataan Favourable Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru TK………... 51

Tabel 6. Bobot Pendilaian Pernyataan Unfavourable Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru TK………..……….. 51

Tabel 7. Kriteria Dasar Pengambilan Keputusan…...………. 53

Tabel 8. Daftar TK dan RA di Gugus I Kecamatan Kalibawang………. 54

Tabel 9. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK………... 56

Tabel 10. Aspek Perencanaan Supervisi Akademik Kepala TK………... 58

Tabel 11. Aspek Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 60

Tabel 12. Aspek Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala TK………. 61

Tabel 13. Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 62

Tabel 14. Persepsi Guru TK tentang Aspek Perencanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 64

Tabel 15. Persepsi Guru TK tentang Aspek Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 66

Tabel 16. Persepsi Guru TK tentang Aspek Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala TK………... 67

Tabel 17. Pelaksanaan Kinerja Guru TK……….. 68

Tabel 18. Aspek Kompetensi Pedagogik Guru TK………... 70

Tabel 19. Aspek Kompetensi Pribadi Guru TK……… 72

Tabel 20. Aspek Kompetensi Sosial Guru TK……….. 74

Tabel 21. Aspek Kompetensi Profesional Guru TK……….. 75

Tabel 22 Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan Kinerja Guru TK……….. 77

Tabel 23 Persepsi Kepala TK tentang Aspek Kompetensi Pedagogik Guru TK………. 79

Tabel 24 Persepsi Kepala TK tentang Aspek Kompetensi Pribadi Guru TK... 81 Tabel 25 Persepsi Kepala TK tentang Aspek Kompetensi Sosial Guru TK…. 83


(15)

xiv

Tabel 26 Persepsi Kepala TK tentang Aspek Kompetensi Profesional Guru


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Surat Izin Penelitian………... 119 Lampiran 2. Surat Bukti Validitas Instrumen……… 122 Lampiran 3. Surat Bukti Penelitian……… 124 Lampiran 4. Kuisioner Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru TK……….. 131 Lampiran 5. Pedoman Wawancara Supervisi Kepala TK dan Kinerja Guru

TK……….. 144

Lampiran 6. Data Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK…………... 147 Lampiran 7. Data Persepsi Guru TK tentang Supervisi Akademik Kepala

TK……….. 150

Lampiran 8. Data Pelaksanaan Kinerja Guru TK………... 153 Lampiran 9. Data Persepsi Kepala TK tentang Kinerja Guru TK………….. 156 Lampiran 10. Data Pelaksanaan Aspek Supervisi Akademik Kepala TK…... 159 Lampiran 11. Data Persepsi Guru tentang Aspek Pelaksanaan Supervisi

Akademik Kepala TK……… 162 Lampiran 12. Data Aspek Pelaksanaan Kinerja Guru TK………... 166 Lampiran 13. Data Persepsi Kepala TK tentang Aspek Pelaksanaan Kinerja

Guru TK TK……….. 169

Lampiran 14. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala

TK……….. 172

Lampiran 15. Analisis Deskriptif Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala TK……… 174 Lampiran 16. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Kinerja Guru TK……… 176 Lampiran 17. Analisis Deskriptif Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan

Kinerja Guru TK……… 178

Lampiran 18. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Aspek Supervisi Kepala TK.. 180 Lampiran 19. Analisis Deskriptif Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan

Aspek Supervisi Kepala TK……….. 182 Lampiran 20. Analisis Deskriptif Pelaksanaan Aspek Kinerja Guru TK……. 184 Lampiran 21. Analisis Deskriptif Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan

Aspek Kinerja Guru TK………. 186

Lampiran 22. Hasil Wawancara Pelaksanaan Supervisi Kepala TK………… 188 Lampiran 23. Hasil Wawancara Persepsi Guru TK tentang Pelaksanaan

Supervisi Kepala TK……….. 190 Lampiran 24. Hasil Wawancara Pelaksanaan Kinerja Guru TK………... 192


(17)

xvi

Lampiran 25. Hasil Wawancara Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan guna mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu bentuk usaha menuju kehidupan yang lebih baik. Selain itu, pendidikan dapat dikatakan sebagai dasar pondasi bagi kehidupan bangsa. Pendidikan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi berlanjutnya suatu bangsa sebagai upaya peningkatan potensi sumber daya manusia di Indonesia. Peningkatan potensi sumber daya manusia di Indonesia merupakan fokus utama dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional sesuai yang ada dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan yang dijelaskan oleh Ekosusilo (Edi Supriono, 2014: 1) merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan bangsa dan dapat dipandang sebagai salah satu bentuk investasi bagi bangsa. Lebih jelasnya, investasi pendidikan sebagai kegiatan inti pengembangan sumber daya manusia memiliki sumbangan yang signifikan terhadap tingkat keuntungan ekonomi, sehingga keuntungan dalam investasi pendidikan lebih tinggi daripada investasi fisik. Melalui pendidikan dapat membekali


(19)

2

seseorang berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang diperlukan untuk bekerja secara produktif sesuai tuntutan perkembangan zaman.

Pendidikan tidak hanya dilakukan saat seseorang telah mampu menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD), namun pendidikan dimulai sejak anak lahir. Pendidikan perlu diberikan kepada anak usia dini untuk mempersiapkan anak menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Pada masa usia dini, anak mengalami suatu masa keemasan atau sering disebut dengan golden age (Muhammad Fadlillah, 2012: 69).

Masa golden age adalah masa di mana anak memiliki kemampuan menyerap stimulasi dan informasi dengan baik dan cepat dari lingkungan sekitar anak. Pada masa golden age, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat signifikan. Pengembangan potensi anak pada masa golden age akan berpengaruh pada kehidupan masa depan anak. Untuk itu, anak usia dini harus diberi stimulasi perkembangan yang sesuai dengan tahapan usianya agar tercapai perkembangan secara optimal. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memberikan stimulasi perkembangan bagi anak usia dini adalah dengan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

PAUD adalah pendidikan yang diberikan kepada anak usia prasekolah atau sebelum berusia enam tahun. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 14 (Muhammad Fadlillah, 2012: 67) menyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang diajukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Salah satu


(20)

3

bentuk pendidikan anak usia dini dapat diwujudkan dalam pendidikan formal di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA).

TK merupakan suatu organisasi pendidikan yang kompleks dan unik sehingga memerlukan pengelolaan yang sesuai untuk mencapai tujuan-tujuan dari TK yang telah ditentukan. Beberapa TK telah mengupayakan pencapaian pendidikan yang sesuai dengan karakter perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini sebagai tujuan pendidikan bagi TK dan RA. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik PAUD. Pendidik yang dimaksud di sini adalah guru.

Guru pada saat ini dianggap sebagai faktor penting dalam berkembangnya pendidikan bagi peserta didik. Guru seakan menjadi penentu bagi keberhasilan pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Guru berlaku sebagai penentu keberhasilan pendidikan karena guru memegang peran utama dalam proses belajar mengajar, di mana guru harus berinteraksi langsung dengan peserta didik. Untuk itu, guru dituntut untuk berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan pendidikan untuk memperbaiki mutu pendidikan dan memberikan pendidikan yang layak bagi anak. Keberhasilan guru dalam memperbaiki mutu pendidikan dapat dilihat dari kinerja guru.

Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan pendidikan (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 156). Keberhasilan kinerja guru dapat dilihat melalui kemampuan guru dalam menguasai empat kompetensi dasar guru. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Munif Chatib, 2011: 28), empat kompetensi


(21)

4

dasar tersebut antara lain kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Namun, kelancaran proses perbaikan mutu pendidikan di TK tidak hanya semata-mata ditentukan oleh guru. Upaya perbaikan mutu pendidikan ditentukan dengan adanya manajemen pendidikan yang baik di TK. Untuk menggerakkan TK dalam upayanya mencapai tujuan diperlukan pemimpin. Pemimpin dalam lembaga pendidikan TK adalah seorang kepala TK. Kepala TK ditugaskan untuk membimbing dan menuntun bawahannya yaitu pendidik dan tenaga pendidikan serta mengorganirsir TK sehingga TK dapat mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan optimal. Kepala TK sebagai atasan dari segala komponen yang ada di TK dituntut memiliki kapasitas utama sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator. Kepala TK memiliki peran penting dalam berlangsungnya pendidikan di TK. Hal ini ditunjukkan melalui tugas kepala sekolah dalam mengawasi kegiatan yang telah diprogramkan agar menjadi terarah, terfokus dan berhasil dengan baik.

Upaya perbaikan mutu pendidikan perlu ditingkatkan dengan adanya kerjasama yang baik antarkomponen yang ada di TK seperti kerjasama antara Kepala TK dan guru. Salah satunya adalah dengan adanya pengawasan atau supervisi yang dilakukan oleh kepala TK terhadap proses pengembangan kinerja guru meliputi empat kompetensi dasar guru antara lain kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Syaiful Sagala (2009: 195) menjelaskan bahwa supervisi adalah bantuan dan bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas intruksional guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan berbagai stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinu untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual ataupun kelompok.


(22)

5

Supervisi diperlukan agar dapat membantu dan membimbing guru dalam mewujudkan kinerja guru PAUD secara efektif dan yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan lembaga PAUD.

Guru memiliki potensi yang besar pada dirinya masing-masing, namun potensi tersebut belum dinyatakan pada aktivitas kegiatan mengajar secara penuh karena belum memperoleh rangsangan dan motivasi dari pengawas selaku pimpinan sekolah maupun seniornya. Kepala sekolah sebagai supervisor diharapkan mampu bertindak sebagai konsultan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai kompetensi dasar guru, sebagai fasilitator yang memahami permasalahan dari guru, dan juga mampu memberi alternatif pemecahannya. Kegiatan supervisi dapat dikatakan efektif jika dapat menumbuhkan kesadaran guru sebagai pendidik yang memiliki peran penting dalam pendidikan sehingga guru mampu meningkatkan kinerjanya setelah mendapatkan supervisi dari kepala sekolah.

Kinerja guru dapat dinilai dengan adanya Uji Kompetensi Guru (UKG). Hasil UKG yang diperoleh oleh Yogyakarta yang dijelaskan dalam artikel oleh Desliana Maulipaksi (2016) didapatkan bahwa Yogyakarta meraih hasil UKG tertinggi pada tahun 2015 dengan nilai rata-rata 62,85 dan menjadi satu-satunya yang lolos untuk uji kompetensi pedagogik nasional dengan nilai rata-rata 56,91 dengan standar kelulusan nasional 55. Jika dilihat dari hasil UKG yang telah dilaksanakan ini dapat diasumsikan bahwa supervisi kinerja guru di Yogyakarta telah dilaksanakan sehingga kinerja guru dapat terlaksana dengan baik.

Berdasarkan observasi peneliti di salah satu TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta kepala TK tidak berlatarbelakang S1 PGPAUD tetapi S1 Pendidikan Sejarah. Kepala TK kurang memahami supervisi pendidikan


(23)

6

sehingga kepala TK tidak pernah melakukan supervisi dari kepala TK sehingga banyak kesalahan atau kekurangan guru selama satu semester tidak dapat diperbaiki secara cepat sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang efektif dan efisien. Selain itu, menurut kepala TK tersebut supervisi kepala TK hanya dilakukan oleh kepala TK yang telah definitif atau telah mendapatkan Surat Kerja (SK) kepala TK dari Dinas Pendidikan sehingga kepala TK tersebut tidak pernah melakukan supervisi terhadap guru. Supervisi yang dilakukan hanya dilakukan oleh pengawas yang waktu supervisinya tidak menentu.

Kegiatan pembelajaran di TK tersebut juga kurang bervariasi. Guru tidak pernah membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) sendiri. Menurut guru, RKH telah dibuat di awal semester melalui rapat di tingkat gugus. Guru tinggal mengikuti RKH yang dibuat dan jarang melakukan perubahan pada RKH. Kepala TK juga tidak melakukan pengawasan terhadap RKH sehingga guru tidak mengetahui kesalahan dalam proses pembelajarannya. Penggunaan media pembelajaran juga masih sebatas pada penggunaan Lembar Kerja Anak (LKA).

Penelitian ini dilakukan berdasar pada permasalahan di mana belum berfungsinya supervisi kepala TK sebagai upaya peningkatan kinerja guru TK di Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. Berdasar permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan supervisi kepala TK dan pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo. Dari uraian masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan supervisi akademik kepala TK, persepsi guru TK tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala TK, pelaksanaan kinerja guru TK, dan persepsi


(24)

7

kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan beberapa identifikasi masalah, yaitu:

1. Salah satu kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang tidak berlatarbelakang S1 PGPAUD.

2. Kepala TK kurang memahami aspek-aspek perkembangan anak usia dini yang perlu diperhatikan dalam praktek pembelajaran.

3. Kepala TK belum melakukan supervisi terhadap guru. 4. Kinerja guru kurang optimal.

5. Guru tidak membuat sendiri RKH yang dipakai sebagai acuan pembelajaran. 6. Kegiatan pembelajaran kurang bervariasi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasar uraian latar belakang dan identifikasi masalah, pada penelitian ini, peneliti membatasi untuk menganalisis pelaksanaan supervisi akademik kepala TK, persepsi guru TK tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala TK, pelaksanaan kinerja guru TK, dan persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK.


(25)

8 D. Rumusan Masalah

Berdasar uraian latar belakang dan pembatasan masalah didapat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan superivisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo?

2. Bagaimana persepsi guru TK tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo?

3. Bagaimana pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo?

4. Bagaimana persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pelaksanaan supervisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.

2. Mengetahui persepsi guru TK tentang pelaksanaan supervisi akademik kepala TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.

3. Mengetahui pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.

4. Mengetahui persepsi kepala TK tentang pelaksanaan kinerja guru TK di Gugus I Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo.


(26)

9 F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran tentang manajemen pendidikan khususnya mengenai supervisi akademik kepala TK dan kinerja guru TK. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang manajemen pendidikan khususnya dalam mengetahui pelaksanaan supervisi kepala TK dan kinerja guru TK berdasar pandangan kepala TK dan guru TK.

b. Bagi Guru

Menjadi dasar dalam meningkatkan kinerja guru melalui supervisi yang dilakukan kepala TK.

c. Bagi Kepala TK

Sebagai dasar pengambilan keputusan untuk mengembangkan supervisi dari kepala TK terhadap kinerja guru, sehingga dapat meningkatkan kinerja guru di TK.

d. Bagi Sekolah

Sebagai alat evaluasi dan koreksi terutama dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran, sehingga dapat meningkatakan kualitas pendidikan di sekolah dan tercapai perkembangan anak yang optimal.


(27)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Supervisi

1. Supervisi Pendidikan

a. Pengertian Supervisi Pendidikan

Supervisi dijelaskan oleh Maryono (2011: 17) berasal dari bahasa Inggris supervision yang berarti pengawas atau kepengawasan. Daresh (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2011: 233) mendefinisikan supervisi sebagai suatu proses untuk mengawasi kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Selain itu, Syaiful Sagala (2009: 195) mengidentifikasikan supervisi sebagai bantuan dan bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional guna memperbaiki hal belajar mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual maupun kelompok.

Supervisi pendidikan menurut Burton dan Bruecker (Syaiful Sagala, 2009: 194) adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara sederhana, Tim Dosen AP (2010: 155) merumuskan supervisi sebagai usaha untuk memberi bantuan pada guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah upaya yang dilakukan oleh kepala lembaga pendidikan untuk memberi bantuan secara profesional kepada guru yang bertujuan untuk perbaikan situasi belajar mengajar yang dilakukan melalui stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinyu sehingga meningkatkan kemampuan profesi guru dalam melaksanakan tugasnya.


(28)

11

Supervisi dilakukan oleh seorang supervisor. Supervisor menurut Maryono (2011: 17) adalah seseorang yang melakukan supervisi. Supervisor di sekolah dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin di sekolah adalah kepala sekolah. Salah satu bentuk kepemimpinan kepala sekolah menurut E. Mulyasa (2006: 111) adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan.

b. Tujuan Supervisi Pendidikan

Supervisi memiliki tujuan-tujuan tertentu. Secara umum, tujuan supervisi adalah untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar menjadi lebih optimal. Sebagaimana dijelaskan oleh Piet Sahetian dan Frans Mataheru (Tim Dosen AP, 2010: 155), tujuan supervisi pendidikan adalah mengembangkan situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Secara konkret tujuan supervisi dirumuskan menjadi beberapa tujuan, yaitu:

1) Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan.

2) Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.

3) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar. 4) Membantu guru-guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran

modern.

5) Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.

6) Membantu guru-guru menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.

7) Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatannya.


(29)

12

8) Membantu guru-guru baru di sekolah, sehingga mereka dapat merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.

Sedangkan Gwyn (Syaiful Sagala, 2009: 206) menjelaskan supervisi memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Membantu guru mengerti dan memahami peserta didik.

2) Membantu mengembangkan dan memperbaiki kinerja guru, baik secara individual maupun secara kelompok.

3) Membantu staf sekolah agar dapat melaksanakan tugas lebih efektif baik berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun bantuan teknis lainnya. 4) Membantu guru meningkatkan kemampuan guru menggunakan berbagai metode

dalam mengajar.

5) Membantu guru secara individual untuk meningkakan kemampuan mengatasi berbagai permasalahan mengajar.

6) Membantu guru agar dapat menilai peserta didik menggunakan metode penilaian yang standar agar kualitas belajar anak menjadi lebih baik.

7) Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya.

8) Membantu guru agar merasa bergairah dalam melaksanakan pekerjaannya dengan penuh rasa aman.

9) Membantu guru dalam menganalisis dan melaksanakan kurikulum sekolah. 10)Membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada


(30)

13 c. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan

Terdapat prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dan perlu diterapkan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi menurut Pangaribuan dkk (Syaiful Sagala, 2009: 198) sebagai berikut:

1) Ilmiah

Kegiatan supervisi yang dikembangkan/ dilaksanakan harus sistematis, obyektif, dan menggunakan instrumen atau sarana yang dapat memberikan informasi yang dapat dipercaya dan dapat menjadi bahan masukan dalam mengadakan evaluasi terhadap situasi belajar mengajar.

2) Kooperatif

Program supervisi pendidikan dikembangkan atas dasar kerjasama antara supervisor dengan orang yang disupervisi. Supervisor diharapkan mampu bekerjasama dalam peningkatan kualitas belajar mengajar.

3) Konstruktif dan Kreatif

Supervisi diharapkan dapat membina guru agar mampu mengambil inisiatif sendiri dalam mengembangkan situasi belajar mengajar.

Beberapa prinsip supervisi pendidikan yang dikemukakan oleh Piet Sahertian, Frans Mataheru, dan Suharsimi Arikunto (Tim Dosen AP, 2010: 160) antara lain sebagai berikut:

1) Ilmiah (scientific) yang mencakup:

a) sistematis yaitu dilaksanakan secara teratur, terencana, dan kontinyu; b) objektif artinya data yang didapat berupa data yang nyata bukan data yang


(31)

14

c) menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.

2) Demokratis

Demokratis yang dimaksud adalah menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan, dan sanggup menerima pendapat orang lain.

3) Kooperatif

Kooperatif yang dimaksud adalah seluruh staf dapat bekerjasama sehingga tercipta situasi yang baik.

4) Konstruktif dan Kreatif

Konstruktif dan kreatif yang dimaksud adalah mampu membina dan menciptakan situasi yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi-potensi secara optimal.

5) Kontinyu

Kontinyu yang dimaksud adalah supervisi perlu dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang konsisten.

Supervisi di tingkat sekolah hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip yang dikemukakan Neagly (Soebagyo Brotosedjati, 2012: 230) sebagai berikut:

1) Mengarah pada upaya peningkatan kinerja guru. 2) Merupakan fungsi dari karakteristik individual guru. 3) Meliputi aspek sikap, keinginan, kemampuan, motivasi. 4) Mendayagukan kekuatan lingkungan.


(32)

15 d. Teknik Supervisi Pendidikan

Teknik supervisi menurut Syaiful Sagala (2009: 210-218) dibagi menjadi dua: 1) Teknik Supervisi yang Bersifat Kelompok

a) Pertemuan orientasi b) Rapat guru

c) Studi kelompok antar guru

d) Diskusi sebagai pertukaran pikikiran atau pendapat e) Workshop (lokakarya)

2) Teknik Supervisi yang Bersifat Individual a) Kunjungan kelas

b) Observasi kelas c) Percakapan pribadi d) Inter visitasi

e) Penyeleksi berbagai sumber materi untuk belajar

Teknik supervisi pendidikan menurut Piet Sahertian dan Frans Mataheru (Hartati Sukirman, 2009: 102) adalah sebagai berikut: (a) teknik yang bersifat individu, mencakup: kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas, dan menilai diri sendiri; dan (b) teknik yang bersifat kelompok, meliputi: pertemuan orientasi guru baru, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi kelompok, tukar menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, symposium, demonstration teaching, perpustakaan jabatan, bulletin supervisi, membaca langsung, mengikuti kursus, organisasi jabatan, perjalanan sekolah, dan curriculum laboratory.


(33)

16 e. Proses Supervisi

1) Perencanaan Supervisi

Perencanaan program supervisi akademik yang dijelaskan oleh Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono (2011: 96) adalah penyusunan dokumen perencanaan pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, supervisor harus menyiapkan beberapa hal terkait pelaksanaan supervisi. Hal tersebut antara lain kesesuaian instrumen, kejelasan tujuan dan sasaran, obyek, metode, teknik, dan pendekatan yang direncanakan.

Perencanaan program supervisi akademik menurut Tri Martiningsih (2008: 26) berarti memperkirakan kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan supervisi akademik. Kegiatan tersebut meliputi: (a) merumuskan tujuan; (b) mengidentifikasi dan menetapkan pendekatan supervisi; (c) menetapkan mekanisme dan rancangan operasional supervisi akademik sesuai dengan tujuan, pendekatan, dan strategi; (d) mengidentifikasi dan menetapkan sumber daya (manusia, informasi, peralatan, dan dana) yang dibutuhkan; (e) menyusun jadwal; (f) Menyusun prosedur dan mekanisme monitoring dan evaluasi; dan (g) memilih dan menetapkan langkah-langkah yang menjamin keberlanjutan kegiatan supervisi akademik.

2) Pelaksanaan Supervisi

Langkah-langkah yang sistematis pada saat pelaksanaan program supervisi akademik menurut Tri Martiningsih (2008: 27) adalah: (a) menerapkan prinsip supervisi; (b) melaksanakan supervisi yang berkelanjutan (jangka panjang, menengah, dan pendek); (c) melaksanakan supervisi akademik yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah yang dihadapi guru; (d) menempatkan pertumbuhan kompetensi guru dan


(34)

17

peningkatan kualitas pembelajaran sebagai tujuan utama supervisi akademik; (e) membangun hubungan dengan guru dan semua pihak yang berhubungan dengan supervisi; dan (f) melaksanakan supervisi yang demokratis, aktif, dan bertanggung jawab.

3) Tindak Lanjut Supervisi

Tindak lanjut hasil analisis supervisi akademik yang dijelaskan Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono (2011: 120-124) merupakan pemanfaatan hasil supervisi. Cara-cara melaksanaan tindak lanjut hasil supervisi adalah (a) Me-review rangkuman hasil penilaian; (b) apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan; (c) apabila tujuan belum tercapai, maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya; (d) membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya; (e) mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa berikutnya.

Tindak lanjut hasil pengawasan dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dilakukan dalam bentuk: (a) penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar; dan (b) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

2. Supervisi Klinis

a. Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi klinis dijelaskan oleh Dwi Iriyani (2008: 279) mulai dikembangkan pada akhir tahun lima puluhan dan awal tahun enam puluhan oleh Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richard Weller di Harvard School of Education. Model


(35)

18

supervisi klinis lebih menekankan pada hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru serta terpusat pada perilaku aktual guru dalam mengajar.

Supervisi klinis menurut Richard Waller (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 90) adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional. Supervisi klinis menurut Saullivan dan Glanz (Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, 2011: 113) adalah pembinaan performansi guru dalam mengelola proses pembelajaran. Sedangkan, Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono (2011: 112) menjelaskan bahwa supervisi klinis dilakukan berdasar inisiatif dari guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah pembinaan bagi guru dalam memperbaiki performansi guru dalam mengelola pembelajaran melalui proses yang sistematis.

b. Tujuan Supervisi Klinis

Supervisi klinis yang dijelaskan Sergiovanni dalam Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono (2011: 113) memiliki tujuan yaitu pengembangan profesional dan motivasi kerja guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 98) bahwa supervisi klinis dapat dikatakan bertujuan untuk mengadakan perubahan terhadap perilaku, cara, dan mutu mengajar guru yang sistematik.

c. Ciri-ciri Supervisi Klinis

Supervisi klinis menurut Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 96) memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu:

1) Bantuan yang diberikan bersifat instruksi atau memerintah. 2) Harapan dan dorongan supervisi timbul karena guru itu sendiri.


(36)

19

3) Guru memiliki satuan tingkah laku mengajar yang terintegrasi.

4) Suasana dalam pemberian supervisi penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan.

5) Supervisi yang diberikan bukan saja pada keterampilan mengajar saja, melainkan pula mengenai aspek-aspek kepribadian guru.

6) Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun berdasakan kesepakatan guru dengan supervisor.

7) Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan bersifat objektif. 8) Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari guru dahulu bukan dari

supervisor.

d. Prinsip Supervisi Klinis

Prinsip supervisi klinis oleh Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 98): 1) Pelaksanaan supervisi dilakukan atas inisiatif dari guru.

2) Menciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan. 3) Menciptakan suasana bebas untuk mengemukakan apa yang dialami guru. 4) Objek kajiannya adalah kebutuhan pofesional guru yang riil dan alami.

5) Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk diperbaiki.

Terdapat tiga prinsip umum dalam pelaksanaan supervisi klinis yang bertumpu pada psikologi humanistik menurut Acheson dan Gall (Dwi Iriyani, 2008:280).


(37)

20

Tiga prinsip umum pelaksanaan supervisi klinis yang tertumpu pada psikologi humanistic tersebut adalah:

1) Interaktif

Prinsip interaktif mensyaratkan adanya hubungan timbal balik yang dekat, saling memberi dan menerima, memahami dan saling mengerti antara guru dan supervisor.

2) Demokratik

Prinsip demokratik menekankan adanya keterbukaan antara guru dan supervisor untuk mengemukakan pendapat, tidak mendominasi pembicaraan, bersama-sama mendiskusikan dan mengkaji semua pendapat dalam pertemuan, dan pada akhirnya keputusan ditetapkan berdasar kesepakatan bersama.

3) Terpusat Pada Guru

Prinsip terpusat pada guru, artinya proses bantuan harus didasarkan pada kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap berada dalam lingkup perilaku guru dalam mengajar secara aktual.

e. Tahapan Supervisi Klinis

Tiga langkah supervisi klinis menurut Sahertian dan Nurtain (Dwi Iriyani, 2008: 280) yaitu:

1) Pertemuan awal 2) Observasi


(38)

21

Sejalan dengan pendapat di atas, Makawimbang (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 99) mengemukakan tiga tahapan supervisi klinis yaitu:

1) Tahap Pertemuan Awal (Perencanaan)

Tahap ini merupakan tahap fundamental dan teknis. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada tahap pertemuan awal (perencanaan) ini antara lain:

a) Menciptakan suasana yang bersahabat dan terbuka.

b) Mengkaji dan mendiskusikan rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait pembelajaran.

c) Menentukan fokus observasi.

d) Menentukan alat bantu (instrumen) observasi. e) Menentukan teknik pelaksanaan observasi. 2) Tahap Pelaksanaan Observasi

Pada tahap pelaksanaan observasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas sesuai dengan perencanaan yang telah disepakati pada tahap pertemuan awal. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan pada tahap observasi, yaitu:

a) Supervisor dan guru memasuki ruang kelas tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran secara bersamaan dan mengatur posisi masing-masing tanpa harus mengganggu proses pembelajaran yang telah direncanakan.

b) Guru menjelaskan tentang maksud kedatangan dan kehadiran supervisor di kelas bersama mereka dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti.

c) Guru mulai melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pedoman mengajar yang telah disiapkan dan disepakati bersama supervisor.


(39)

22

d) Supervisor mengobservasi dan mencatat penampilan guru berdasarkan format observasi yang disusun sebelumnya.

e) Setelah selesai proses pembelajaran, guru dan supervisor mendiskusikan hasil observasi terkait dengan proses pembelajaran.

3) Tahap Akhir (Analisis dan Diskusi Balikan)

Pada tahap akhir siklus supervisi klinis adalah tahap analisis hasil pasca-observasi. Supervisor mengevaluasi semua proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki performa guru. Beberapa aktivitas yang dilakukan dalam tahap akhir adalah:

a) Supervisor berbagi pendapat dengan guru terkait dengan perasaan guru ketika mengajar untuk menciptakan suasana yang bersahabat sehingga guru merasa tidak diadili.

b) Supervisor memberikan penguatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. c) Supervisor dan guru membicarakan kelanjutan kontrak yang telah disepakati

sebelumnya.

d) Supervisor menjelaskan dan menunjukkan hasil observasi yang telah

diinterpretasi, memberikan kesempatan guru mempelajari dan menginterpretasi, kemudian mendiskusikan bersama.

e) Menanyakan kembali bagaimana perasaan guru setelah dievaluasi.

f) Supervisor dan guru membuat kesimpulan bersama berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan.


(40)

23 B. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja menurut H. E. Mulyasa (2013: 88) dapat diartikan sebagai unjuk kerja seseorang yang ditunjukkan dalam penampilan, perbuatan, dan prestasi kerjanya sebagai akumulasi dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang telah dimiliki pekerja. Pengertian kinerja menurut Mangkunegara (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 153) merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang telah dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang telah diberikan kepadanya. Kinerja guru yang dikemukakan Anwar (Soebagyo Brotosedjati, 2012: 232) adalah seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada siswanya.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja atau prestasi yang dicapai oleh guru secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan pendidikan. 2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru menurut Soebagyo Brotosedjati (2012: 232) di antaranya:

a. Faktor individu yang bersangkutan, yaitu menyangkut kemampuan, kecakapan, motivasi dan komitmen yang bersangkutan pada organisiasi.

b. Faktor kepemimpinan, yaitu menyangkut dukungan dan bimbingan yang diberikan pada bawahan serta kualitas dukungan itu sendiri.

c. Faktor tim atau kelompok, yaitu menyangkut kualitas dukungan yang diberikan oleh tim (partner/ teman kerja).


(41)

24

d. Faktor sistem, yaitu menyangkut sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi.

e. Faktor situasional, yaitu menyangkut lingkungan dari dalam dan dari luar serta perubahan-perubahan yang terjadi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru menurut Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 160) di antaranya: (a) sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, dan etika kerja); (b) pendidikan; (c) keterampilan; (d) manajemen kepemimpinan; (e) tingkat penghasilan; (f) kesehatan; (g) jaminan sosial; (h) iklim kerja; (i) sarana dan prasarana; (j) teknologi; dan (k) kesempatan berprestasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang dijelaskan oleh Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010: 24-47), antara lain: (a) kepribadian dan dedikasi; (b) pengembangan profesi; (c) kemampuan mengajar; (d) komunikasi; (e) hubungan dengan masyarakat; (f) kedisiplinan; dan (g) kesejahteraan.

a. Iklim kerja

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah: (1) faktor individu misalnya kemampuan, pendidikan, motivasi, keterampilan, kesehatan, dan kecakapan; (2) faktor kepemimpinan misalnya menyangkut dukungan dan bimbingan yang diberikan pada bawahan serta kualitas dukungan itu sendiri dan manajemen kepemimpinan; (3) faktor tim atau kelompok misalnya kualitas dukungan yang diberikan oleh tim (partner/ teman kerja); (4) faktor sistem misalnya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan oleh organisasi, iklim kerja; (5) faktor situasional misalnya lingkungan dari dalam dan dari luar serta perubahan-perubahan yang terjadi, tingkat penghasilan, sarana dan prasarana, teknologi, serta kesempatan berprestasi.


(42)

25

3. Persiapan Pembelajaran dan Keterampilan Mengajar Guru a. Persiapan Mengajar

Guru harus melakukan persiapan mengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Persiapan mengajar yang dimaksud menurut Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 182) adalah membuat perencanaan pembelajaran. Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru menurut User Usman (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 175) di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

2) Menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.

3) Menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi yang hendak disampaikan. 4) Menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai atau tidaknya materi

yang telah disampaikan.

Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh guru dalam proses menyusun rencana pembelajaran yang dijelaskan oleh Muhammad Fadlillah (2012: 137) antara lain:

1) Mengisi identitas.

2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan.

3) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun.

4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.


(43)

26

5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok. Materi standar adalah uraian dari materi pokok.

6) Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan.

7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.

8) Menentukan sumber belajar yang digunakan.

9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran menurut Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010: 55-56), antara lain:

1) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental (developmentally appropriate).

2) Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (independent learning group).

3) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self regulated learning).

4) Mempertimbangkan keberagaman siswa (diversy of student) di dalam kelas. 5) Memperhatikan multi inteligensi siswa.

6) Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan tingkat tinggi.

7) Menerapkan penilaian autentik untuk mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berprikir kompleks seorang siswa.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persiapan mengajar dilakukan dengan membuat perencanaan pembelajaran dengan cara (1)


(44)

27

merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai; (2) menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yaitu dengan menentukan standar kompetensi dan indikator yang dipakai; (3) menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi yang hendak disampaikan; dan (4) menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai atau tidaknya materi yang telah disampaikan dengan menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.

b. Keterampilan Mengajar Guru

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Untuk itu, guru harus memiliki keterampilan dan kemampuan mengajar. Keterampilan mengajar (teaching skills) yang harus dimiliki pendidik menurut Hamid Darmadi (2009: 42), yaitu: 1) Keterampilan bertanya.

2) Keterampilan memberi penguatan. 3) Keterampilan memberi variasi.

4) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran. 5) Keterampilan menjelaskan.

6) Keterampilan memimpin kelompok kecil. 7) Keterampilan mengelola kelas.

8) Keterampilan mengajar perorangan.

Penjelasan mengenai keterampilan-keterampilan mengajar yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru di atas sejalan dengan penjelasan Uzer Usman (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 188-189) mengenai beberapa keterampilan mengajar guru yang perlu dimiliki, yaitu:

1) Keterampilan bertanya.


(45)

28 3) Keterampilan menjelaskan.

4) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran. 5) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. 6) Keterampilan mengelola kelas.

7) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa guru perlu memiliki beberapa keterampilan mengajar di antaranya: (1) keterampilan bertanya; (2) keterampilan memberi penguatan; (3) keterampilan memberi variasi; (4) keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (5) keterampilan menjelaskan; (6) keterampilan memimpin kelompok kecil; (7) keterampilan mengelola kelas; dan (8) keterampilan mengajar perorangan.

4. Manfaat Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja guru mempunyai manfaat karena dapat digunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan. Selain sebagai alat dalam pengambilan keputusan, Sulistiyani dan Rosidah (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 161) menjelaskan terdapat beberapa manfaat lain mengenai penilaian kinerja antara lain sebagai berikut: a. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.

b. Perbaikan kinerja.

c. Kebutuhan latihan dan pengembangan.

d. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, dan perencanaan tenaga kerja.

e. Untuk kepentingan penelitian kepegawaian.


(46)

29

Selain beberapa manfaat yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa manfaat penilaian kinerja guru lainnya yang diuraikan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 161). Manfaat penilaian kinerja guru yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan staf melalui in-service training. b. Pengembangan karir melalui in-service training.

c. Hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin. d. Pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi.

e. Hubungan produktif antara kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa. f. Peningkatan moral dan efisiensi sekolah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, beberapa manfaat penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut: (a) penyesuaian-penyesuaian kompensasi; (b) perbaikan kinerja; (c) kebutuhan latihan dan pengembangan; (d) pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, dan perencanaan tenaga kerja; (e) untuk kepentingan penelitian kepegawaian; (f) membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai; (g) pengembangan staf melalui in-service training; (h) pengembangan karir melalui in-service training; (i) hubungan yang semakin baik antara staf dan pemimpin; (j) pengetahuan lebih mendalam tentang sekolah dan pribadi; (k) hubungan produktif antara kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa; dan (l) peningkatan moral dan efisiensi sekolah.

5. Aspek-Aspek Penilaian Kinerja Guru

Dalam melakukan penilaian kinerja guru terdapat beberapa aspek yang akan dinilai untuk mendapatkan hasil penilaian kinerja guru. Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam kegiatan penilaian kinerja guru tertuang dalam kisi-kisi penilaian kinerja guru


(47)

30

mata pelajaran. Kisi-kisi penilaian kinerja guru dapat dilihat dalam Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran

No. Dimensi Tugas Utama/ Indikator Kinerja Guru I Perencanaan Pembelajaran

1.

Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum atau silabus dan

memperhatikan karakter peserta didik.

2. Guru menyusun bahan ajar secara runtut, logis, kontekstual, dan mutakhir. 3. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif.

4. Guru memilih sumber belajar atau media pembelajaran sesuai dengan materi dan strategi pembelajaran.

II Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Aktif dan Efektif A. Kegiatan Awal

5. Guru memulai pembelajaran dengan efektif. B. Kegiatan Inti

6. Guru menguasai materi pelajaran.

7. Guru menerapkan pendekatan atau strategi pembelajaran yang efektif. 8. Guru memanfaatkan sumber belajar atau media dalam pembelajaran. 9. Guru memicu atau memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran. 10. Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran.

C. Kegiatan Penutup

11. Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif. III Penilaian Pembelajaran

12. Guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan keterlibatan peserta didik.

13.

Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk memantau kemampuan dan hasil belajar pesrta didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam RPP.

14.

Guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan umpan balik bagi pesrta didik tentang kemajuan belajarnya dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya.

C. Uji Kompetensi Guru

1. Pengertian Uji Kompetensi Guru

Uji Kompetensi Guru (UKG) menurut H. E. Mulyasa (2013: 55) merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat guru, serta untuk memberikan jaminan mutu layanan pendidikan sesuai amanat Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD). Sejalan dengan pendapat tersebut, Kementerian Pendidikan


(48)

31

dan Kebudayaan (2010: 5) merincikan UKG sebagai penilaian terhadap kompetensi guru sebagai bagian penilaian kinerja guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya. Mulyana A. Z. (2010: 112) menjelaskan bahwa untuk mengontrol kualitas kinerja guru dalam melakukan tanggung jawab sebagai guru maka ada baiknya melakukan UKG secara berkala.

Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa UKG adalah salah satu program pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat guru, serta untuk memberikan jaminan mutu layanan pendidikan sesuai amanat Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD)dalam bentuk penilaian terhadap kompetensi guru yang dilakukan secara berkala.

2. Prinsip Uji Kompetensi Guru

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2015: 8) menjelaskan pelaksanaan UKG harus memperhatikan prinsip-prinsip UKG sebagai berikut:

a. Objektif

Pelaksanaan UKG dilaksanakan secara benar, jelas, dan menilai kompetensi sesuai dengan apa adanya.

b. Adil

Dalam pelaksanaan UKG, peserta uji kompetensi guru harus diberi perlakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan latar belakang kultur, keyakinan, sosial budaya, senioritas, dan harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja secara adil dan tidak diskriminatif.


(49)

32 c. Transparan

Data dan informasi yang telah didapatkan berkaitan dengan pelaksanaan uji kompetensi yang telah dilaksanakan seperti mekanisme kerja, sistem penilaian disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh yang memerlukan.

d. Akuntabel

Pelaksaan dari UKG harus bisa dipertanggungjawabkan baik dari sisi pelaksanaan maupun keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku. 3. Kompetensi yang Diuji

Guru diharapkan memiliki empat kompetensi dasar dalam menjalankan profesinya sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Munif Chatib, 2011: 28-29) agar kinerja guru di Indonesia lebih optimal. Empat kompetensi dasar tersebut, yaitu:

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru untuk mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki siswa.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang harus dimiliki oleh guru yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, dan berakhlak mulia yang nantinya akan menjadi dasar bagi guru dalam memberikan teladan bagi peserta didik.


(50)

33 c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam sehingga guru dapat membimbing siswa dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

Penjabaran dari kompetensi profesional ini adalah sebagai berikut: 1) Guru menguasai secara luas dan mendalam tentang substansi dan metodologi

dasar keilmuan.

2) Guru menguasai materi ajar yang dijabarkan dalam kurikulum.

3) Guru mampu mengembangkan kurikulum yang digunakan dan aktivitas belajar-mengajar secara kreatif dan inovatif.

4) Guru menguasai dasar-dasar materi yang digunakan dalam kegiatan

ekstrakurikuler yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan siswa secara utuh.

5) Guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dilaksanakan melalui penelitian tindakan kelas.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif antara guru dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.

Empat kompetensi dasar guru yang dijelaskan oleh Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010: 57), yaitu:

a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam


(51)

34

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran evaluasi hasil belajar, dan pengembangan diri peserta didik untuk mengaktualisasi potensi peserta didik. b. Kompetensi kepribadian, yaitu karakterisik pribadi yang harus dimiliki oleh guru

sebagai individu yang memiliki sifat mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam menguasai materi pelajaran yang digunakan secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan oleh guru.

d. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan yang dimiliki guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif, berinteraksi dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat.

Secara lebih terperinci, Asian Institut of Teacher Education (H. E. Mulyasa, 2013: 69-72) menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut: a. Kompetensi Pribadi

1) Guru memiliki pengetahuan mengenai adat istiadat yang berlaku di sekolah dan lingkungan sekolah, baik secara sosial maupun agama.

2) Guru memiliki pengetahuan mengenai budaya dan tradisi yang berlaku. 3) Guru memiliki pengetahuan mengenai inti demokrasi.

4) Guru memiliki pengetahuan mengenai estetika. 5) Guru memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.

6) Guru memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. 7) Guru memiliki sikap yang setia terhadap harkat dan martabat manusia.


(52)

35

Kompetensi pribadi yang dimiliki oleh guru dan tenaga kependidikan secara lebih khususnya adalah bersikap simpati, empati, terbuka, berwibawa, tanggung jawab, dan mampu menilai diri sendiri.

b. Kompetensi Profesional

1) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan yang digunakan, baik secara filosofis maupun psikologis.

2) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan teori belajar yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik.

3) Guru mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan pada guru.

4) Guru dapat mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang tepat. 5) Guru mampu menggunakan berbagai media, fasilitas, dan sumber belajar lainnya

secara efektif.

6) Guru mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik.

7) Guru mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. 8) Guru mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik secara baik.

Kompetensi profesional secara lebih khusus dijabarkan sebagai berikut: 1) Guru mampu menguasai bahan, meliputi:

a) guru mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum yang digunakan sekolah,

b) guru mampu menguasai bahan pendalaman atau aplikasi bidang studi yang digunakan untuk proses pembelajaran.


(53)

36

a) guru dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

b) guru dapat mengenal dan dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik,

c) guru dapat memilih dan menyusun prosedur pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran,

d) guru melaksanakan program pembelajaran yang digunakan secara efektif. 3) Guru mampu mengelola kelas yang meliputi:

a) guru dapat mengatur tata ruang kelas yang sesuai untuk pembelajaran, b) guru dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

4) Guru mampu menggunakan media dan sumber belajar meliputi:

a) guru dapat mengenal, memilih, dan menggunakan media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran,

b) guru dapat membuat alat-alat bantu pembelajaran sederhana untuk membantu kelancaran proses pembelajaran,

c) guru dapat menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran,

d) guru dapat mengembangkan laboratorium,

e) guru dapat menggunakan dan memanfaatkan perpustakaan dalam proses pembelajaran,

f) guru dapat menggunakan lingkungan sekolah secara efektif, melakukan latihan, dan micro teaching dalam program praktik pengalaman lapangan. 5) Guru mampu menguasai landasan-landasan pendidikan yang digunakan sekolah. 6) Guru mampu mengelola interaksi pembelajaran yang kondusif.


(54)

37

7) Guru mampu menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pendidikan dan pembelajaran.

8) Guru mampu mengenal fungsi layanan dan bimbingan meliputi:

a) guru mengenal fungsi program layanan dan bimbingan yang ada di sekolah, b) guru dapat menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah. 9) Guru mampu mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah meliputi: a) guru dapat mengenal dan memahami penyelenggaraan administrasi sekolah, b) guru dapat menyelenggarakan administrasi sekolah.

10)Guru memahami pinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pembelajaran.

11)Guru memiliki sifat-sifat yang dapat mendorong kemajuan pendidikan. 12)Guru dapat memahami peserta didik.

13)Guru menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

14)Guru mampu meneliti masalah-masalah pendidikan yang muncul. 15)Guru dapat mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan yang

digunakan.

16)Guru dapat merencanakan program pendidikan yang akan digunakan. 17)Guru dapat menerapkan berbagai keahlian dalam bidang pendidikan. 18)Guru dapat menilai dan menguji proses pendidikan dan pembelajaran. 19)Guru menguasai, melaksanakan, dan menilai ilmu yang menyangkut bidang

studi.

20)Guru dapat melaksanakan kurikulum yang berlaku.


(55)

38

22)Guru dapat menilai dan memperbaiki kurikulum yang digunakan oleh sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemajuan zaman. 23)Guru dapat memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual. c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial diuraikan sebagai berikut: 1) Tenaga Kependidikan sebagai Petugas Masyarakat

Guru memiliki tugas untuk membina masyarakat agar masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan. Guru harus memiliki kompetensi untuk dapat melaksanakan tugas tersebut antara lain:

a) aspek normatif pendidikan,

b)guru melakukan pertimbangan sebelum memilih jabatan guru,

c) guru mempunyai program yang menjurus untuk digunakan dalam meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan.

2) Tenaga Kependidikan di Mata Masyarakat

Guru merupakan salah satu teladan yang menjadi pendidik dalam masyarakat. Guru diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut:

a) guru mampu berkomunikasi dengan masyarakat,

b) guru mampu bergaul dengan masyarakat dan melayani masyarakat dengan baik, c) guru mampu mendorong dan menunjang kreativitas masyarakat,

d) guru mampu menjaga emosi dan mengontrol perilaku yang kurang baik. 3) Tanggung Jawab Sosial Guru

Guru memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama dengan pengelola pendidikan baik di dalam lembaga maupun di dalam masyarakat.


(56)

39

Selain memahami kompetensi guru di atas, Grasser (Muhammad Fadlillah, 2012: 89) berpendapat bahwa guru harus menguasai empat hal, yaitu:

a. Menguasai bahan dan materi yang digunakan untuk pelajaran.

b. Kemampuan mendiagnosis dan memahami tingkah laku peserta didik. c. Kemampuan dalam melaksakan proses pengajaran.

d. Kemampuan mengukur hasil belajar yang dilakukan oleh peserta didik.

Berdasar pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh seorang guru ada empat, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

D. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Edi Supriono pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SD Se-Kecamatan Sewon Bantul Yogyakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan: (a) Pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang mencakup persiapan mengajar, penggunaan metode dan instrumen, dan penentuan prosedur evaluasi dan pemanfaat hasil evaluasi tingkat ketepatannya dalam kategori “baik”; (b) Kinerja guru yang mencakup penyusunan RPP, membuka pembelajaran, proses pembelajaran, penutupan pembelajaran, evaluasi hasil proses belajar, dan evaluasi pembelajaran tingkat ketepatannya dalam kategori “baik”; dan (c) pelaksanaan supervisi kepala sekolah memberikan sumbangan efektif sebesar 79% terhadap kinerja guru. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Laju Bawono pada tahun 2014 dengan judul

“Persepsi Guru tentang Supervisi Akademik Kepala Sekolah di SMP N 2 Sedayu, SMP N 4 Pandak, SMP N 1 Kretek, SMP N 1 Pundong, dan SMP N 2 Pundong.”


(57)

40

menunjukkan bahwa persepsi guru tentang supervisi akademik kepala sekolah di SMP N 2 Sedayu, SMP N 4 Pandak, SMP N 1 Kretek, SMP N 1 Pundong an SMP N 2 Pundong dalam kategori baik jumlah frekuensinya sebanyak 74 guru dengan presentase 57,36%. Secara rinci supervisi persepsi guru tentang akademik kepala sekolah yaitu; (a) perencanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam kategori sangat baik, jumlah frekuensinya sebanyak 77 guru dengan presentase 59,69%; (b) pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam kategori baik, jumlah frekuensinya sebanyak 77 guru dengan presentase 56,69%; dan (c) tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah dalam kategori baik, jumlah

frekuensinya sebanyak 76 guru dengan presentase 58,91%.

E. Kerangka Pikir

Kinerja guru adalah hasil kerja atau prestasi yang telah dicapai oleh guru secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa (2013: 160) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru yaitu sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja); pendidikan; keterampilan; manajemen kepemimpinan; tingkat penghasilan; kesehatan; jaminan sosial; iklim kerja; sarana dan prasarana; teknologi; dan kesempatan berprestasi.

Persiapan mengajar yang dijelaskan oleh User Usman (Jasmani Asf dan Syaiful Mustofa, 2013: 175) adalah membuat perencanaan pembelajaran yang di dalamnya harus: (1) merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, (2) menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, (3) menentukan metode yang tepat sesuai dengan materi yang hendak disampaikan, dan (4) menentukan alat evaluasi yang


(58)

41

dapat mengukur tercapai atau tidaknya materi yang telah disampaikan. Selanjutnya, setelah guru melakukan persiapan mengajar, guru harus memiliki keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar (teaching skills) yang harus dimiliki guru menurut Hamid Damadi (2009: 42) antara lain: (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan memberi varian, (4) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (5) keterampilan menjelaskan, (6) keterampilan memimpin kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, dan (8) keterampilan mengajar perorangan.

Setelah guru melaksanakan tugas guru, melakukan persiapan mengajar, dan memiliki keterampilan mengajar perlu diadakan penilaian kinerja guru. Penilaian kinerja guru memiliki manfaat sebagai alat pengambilan keputusan dalam mengembangkan pendidikan. Penilaian kinerja guru dapat dilaksanakan dengan melaksanakan UKG. UKG dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2010: 5) adalah penilaian terhadap kompetensi guru sebagai bagian penilaian kinerja guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya. Pelaksanaan UKG perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu (1) objektif, (2) adil, (3) transparan, dan (4) akuntabel. UKG dilaksanakan untuk menilai kompetensi guru. Guru diharapkan memiliki empat kompetensi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Munif Chatib, 2011: 28), yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Kinerja guru TK dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah manajemen kepemimpinan yang didalamnya terdapat supervisi kepala TK. Salah satu bentuk kepemimpinan kepala TK menurut E. Mulyasa (2006: 111) adalah kepala TK berperan sebagai supervisor. Supervisor adalah seseorang yang melakukan supervisi.


(59)

42

Supervisi dalam pendidikan dibagi menjadi dua yaitu supervisi pendidikan dan supervisi klinis. Supervisi pendidikan adalah upaya yang dilakukan oleh kepala lembaga pendidikan untuk membei bantuan secara profesional kepada guru yang bertujuan untuk perbaikan situasi belajar mengajar yang dilakukan melalui stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinu sehingga meningkatkan kemampuan profesi guru dalam melaksanakan tugasnya. Supervisi pendidikan memiliki tujuan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar menjadi lebih optimal. Beberapa prinsip perlu diperhatikan dalam melakukan supervisi pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Pangaribuan, dkk (Syaiful Sagala, 2009: 198) bahwa supervisi memiliki beberapa prinsip yaitu ilmiah, kooperatif, konstruktif, dan kreatif. Teknik supervisi pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu teknik supervisi yang bersifat kelompok dan teknik supervisi yang bersifat individual.

Supervisi klinis adalah pembinaan bagi guru dalam memperbaiki performansi guru dalam mengelola pembelajaran melalui proses yang sistematis. Supervisi klinis memiliki tujuan yaitu untuk mengembangkan profesionalitas dan motivasi guru serta mengadakan perubahan terhadap perilaku, cara, dan mutu mengajar guru yang sistematik. Supervisi klinis memiliki beberapa ciri khas yaitu (1) bantuan yang diberikan bersifat instruksi atau memerintah; (2) harapan dan dorongan supervisi timbul karena guru itu sendiri; (3) guru memiliki satuan tingkah laku mengajar yang terintegrasi; (4) suasana dalam pemberian supervisi penuh kehangatan, kedekatan, dan keterbukaan; (5) supervisi yang diberikan bukan hanya pada keterampilan mengajar melainkan aspek-aspek kepribadian guru; (6) instrumen yang digunakan untuk observasi disusun berdasarkan kesepakatan guru dan supervisor, (7) balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan bersifat objektif; dan (8) dalam percakapan


(60)

43

balikan seharusnya datang dari guru dahulu bukan dari supervisor. Supervisi klinis dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pertemuan awal, observasi, dan pertemuan akhir. Pelaksanaan supervisi klinis harus memperhatikan beberapa prinsip antara lain interaktif, demokratik, dan terpusat pada guru.

Berdasarkan uraian di atas, kinerja guru merupakan hasil kerja atau prestasi yang telah dicapai oleh guru baik secara kuantitas dan kualitas. Pencapaian hasil kerja tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru TK adalah manajemen kepemimpinan kepala TK. Salah satu aspek di dalam manajemen kepemimpinan kepala TK adalah supervisi. Supervisi sendiri merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan penilaian dan bantuan pada guru agar dapat mencapai tujuan pendidikan dengan optimal.

Berdasarkan tujuan supervisi baik supervisi pendidikan dan supervisi klinis yang telah diuraikan di atas, untuk mewujudkan tercapainya kinerja guru TK yang optimal maka perlu adanya supervisi atau pengawasan yang dilakukan oleh kepala TK terhadap kinerja guru sehingga guru dapat mengetahui dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan dalam kinerja yang dilakukan oleh guru.


(1)

191

Lampiran 23

HASIL WAWANCARA

PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA TK

DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO

No.

Aspek

Hasil Wawancara

1.

Program

Perencanaan

Supervisi

Akademik

Kepala TK telah membuat perencanaan tahunan supervisi

akademik. Kepala TK biasanya memakai instrumen seperti

catatan dalam melakukan supervisi kepala TK. Supervisi

yang telah dilakukan oleh dua kepala TK yaitu kepala TK

PKK Puspa Buana dan kepala RA Masyitoh Klangon

dilakukan sebulan sekali sedangkan empat TK yaitu TK ABA

Bendo, TK ABA Kempong, dan TK PGRI Dlingseng tidak

terjadwal dengan pasti.

2.

Pelaksanaan

Supervisi

Akademik

Supervisi dilakukan dengan memperhatikan sifat dan

karakteristik guru serta dilakukan dengan kerja sama antara

guru dan kepala TK. Supervisi dilakukan oleh kepala TK

adalah dengan teknik penilaian diri sendiri, observasi,

kunjungan kelas, dan diskusi.

3.

Tindak

Lanjut

Supervisi

Akademik

Hasil supervisi didiskusikan dengan guru untuk mencari

solusi dan perbaikan jika ada kekurangan dalam pelaksanaan

kinerja guru. Kepala TK memberikan saran dan motivasi

yang membangun untuk meningkatkan kinerja guru. Selain

itu, kepala TK memberikan kesempatan bagi guru untuk

mengikuti pelatihan, penataran, workshop, dan seminar yang

diadakan oleh IGTK atau lembaga lain.


(2)

192


(3)

193

Lampiran 24

HASIL WAWANCARA

PELAKSANAAN KINERJA GURU TK

DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO

No. Aspek Hasil Wawancara

1. Kompetensi Pedagogik

Guru telah dapat menganalisis karakteristik dari masing-masing peserta didik dan telah memperlakukan peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Guru telah berupaya mengembangkan potensi peserta didik dengan memberikan motivasi. Namun, guru belum bisa memfasilitasi anak karena adanya keterbatasan fasilitas dan dana. Guru menerapkan pembelajaran berbasis student centered dan teacher centered. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk memahami pembelajaran dengan mengadakan recalling di akhir pembelajaran. Guru melakukan pengembangan tersendiri pada kurikulum sesuai dengan lingkungan sekitar TK dan keadaan anak.

2. Kompetensi Pribadi

Guru memiliki hubungan yang baik dengan kepala TK, orang tua murid, dan peserta didik tanpa membedakan latar belakang kepala TK, orang tua murid, dan peserta didik. Guru masih terlambat dalam mengerjakan tugas guru secara administratif sehingga tugas guru sering dikerjakan pada saat anak melakukan kegiatan inti atau saat mengajar di kelas. Guru telah dapat mematuhi tata tertib sehingga dapat memberikan contoh langsung pada peserta didik agar peserta didik dapat mematuhi tata tertib yang ada.

3. Kompetensi Sosial

Guru telah memberikan pelayanan pendidikan yang adil pada peserta didik dengan memberikan stimulasi sesuai dengan karakteristik anak dan tidak membeda-bedakan anak berdasarkan latar belakang keluarga anak. Guru menjaga komunikasi yang baik dengan orang tua siswa, kepala TK, dan peserta didik. Guru dapat mengikuti kegiatan yang ada di TK dengan aktif dan dapat mengikuti kegiatan di masyarakat sekitar jika ada undangan dari masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional

Guru membuat program semester, Rencana Kegiatan Mingguan, dan Rencana Kegiatan Harian secara bersama-sama dalam dalam satu gugus saat rapat Gugus di awal semester. Guru menggunakan sumber belajar dan media belajar dari majalah, alat permainan edukatif, dan dengan mengembangkan dari bahan alam dan bahan bekas. Guru melaksanakan kegiatan awal, inti, dan akhir. Pada kegiatan awal diisi dengan berbaris, berdoa, dan penjelasan tema. Pada kegiatan inti mengerjakan kegiatan yang telah disiapkan sesuai dengan RKH. Pada kegiatan akhir dilakukan evaluasi dan recalling atau tanya jawab mengenai kegiatan dalam satu hari. Guru melakukan penilaian berpedoman pada rubrik penilaian yang ada dalam kurikulum yang dipakai. Guru melakukan pencatatan secara harian, mingguan, dan bulanan mengenai hasil belajar anak. Di akhir semester, guru melakukan analisis hasil belajar per aspek perkembangan anak yang kemudian disajikan dalam buku rapor.


(4)

194

Lampiran 25. Hasil Wawancara Persepsi Kepala TK tentang Pelaksanaan

Kinerja Guru TK


(5)

195

Lampiran 25

HASIL WAWANCARA

PERSEPSI KEPALA TK TENTANG PELAKSANAAN KINERJA GURU TK

DI GUGUS I KECAMATAN KALIBAWANG KULON PROGO

No. Aspek Hasil Wawancara

1. Kompetensi Pedagogik

Guru telah dapat menganalisis karakteristik dari masing-masing peserta didik dan telah memperlakukan peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Guru telah berupaya mengembangkan potensi peserta didik dengan memberikan motivasi. Namun, guru belum bisa memfasilitasi anak karena adanya keterbatasan fasilitas dan dana. Guru menerapkan pembelajaran berbasis student centered dan teacher centered. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk memahami pembelajaran dengan mengadakan recalling di akhir pembelajaran. Guru melakukan pengembangan tersendiri pada kurikulum sesuai dengan lingkungan sekitar TK dan keadaan anak.

2. Kompetensi Pribadi

Guru memiliki hubungan yang baik dengan kepala TK, orang tua murid, dan peserta didik tanpa membedakan latar belakang kepala TK, orang tua murid, dan peserta didik. Guru masih terlambat dalam mengerjakan tugas guru secara administratif sehingga tugas guru sering dikerjakan pada saat anak melakukan kegiatan inti atau saat mengajar di kelas. Guru telah dapat mematuhi tata tertib sehingga dapat memberikan contoh langsung pada peserta didik agar peserta didik dapat mematuhi tata tertib yang ada.

3. Kompetensi Sosial

Guru telah memberikan pelayanan pendidikan yang adil pada peserta didik dengan memberikan stimulasi sesuai dengan karakteristik anak dan tidak membeda-bedakan anak berdasarkan latar belakang keluarga anak. Guru menjaga komunikasi yang baik dengan orang tua siswa, kepala TK, dan peserta didik. Guru dapat mengikuti kegiatan yang ada di TK dengan aktif dan dapat mengikuti kegiatan di masyarakat sekitar jika ada undangan dari masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Profesional

Guru membuat program semester, Rencana Kegiatan Mingguan, dan Rencana Kegiatan Harian secara bersama-sama dalam dalam satu gugus saat rapat Gugus di awal semester. Guru menggunakan sumber belajar dan media belajar dari majalah, alat permainan edukatif, dan dengan mengembangkan dari bahan alam dan bahan bekas. Guru melaksanakan kegiatan awal, inti, dan akhir. Pada kegiatan awal diisi dengan berbaris, berdoa, dan penjelasan tema. Pada kegiatan inti mengerjakan kegiatan yang telah disiapkan sesuai dengan RKH. Pada kegiatan akhir dilakukan evaluasi dan recalling atau tanya jawab mengenai kegiatan dalam satu hari. Guru melakukan penilaian berpedoman pada rubrik penilaian yang ada pada kurikulum yang dipakai. Guru melakukan pencatatan secara harian, mingguan, dan bulanan mengenai hasil belajar anak. Di akhir semester, guru melakukan analisis hasil belajar per aspek perkembangan anak yang kemudian disajikan dalam buku rapor.


(6)