TINGKAT PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK TK KELOMPOK B (5-6 TAHUN) SE-GUGUS 2 KECAMATAN PANJATAN KULON PROGO YOGYAKARTA.

(1)

i

TINGKAT PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK TK KELOMPOK B (5-6 TAHUN) SE-GUGUS 2 KECAMATAN PANJATAN

KULON PROGO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Mira Dewi Agustina NIM 12111244034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak TK Kelompok B (5-6 Tahun) Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo Yogyakarta” yang disusun oleh Mira Dewi Agustina, NIM 12111244034 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.


(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “TINGKAT PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK TK KELOMPOK B (5-6 TAHUN) SE-GUGUS 2 KECAMATAN PANJATAN KULON PROGO YOGYAKARTA” yang disusun oleh Mira Dewi Agustina, NIM 12111244034 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 26 Oktober 2016 dan dinyatakan lulus.


(5)

v MOTTO

“Perkembangan kemampuan motorik anak akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.”

(Bambang Sujiono, 2005)

“Kerja keras adalah tiket yang memberikan ijin kepada kita untuk berdiri dalam antrian menuju puncak impian kita.”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis persembahkan karya tulis ini untuk:

1. Orangtua (Bapak Samiran dan Ibu Siti Murtini). 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama.


(7)

vii

TINGKAT PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK TK KELOMPOK B (5-6 TAHUN) SE-GUGUS 2 KECAMATAN PANJATAN

KULON PROGO YOGYAKARTA Oleh

Mira Dewi Agustina NIM 12111244034

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat perkembangan motorik kasar pada anak TK kelompok B (5-6 tahun). Penelitian ini dilatarbelakangi karena masih ada anak yang belum mampu mencium lututnya sendiri dan belum terlihat seberapa tinggi tingkat perkembangan motorik anak.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei. Sampel penelitian ini adalah sebagian anak TK kelompok B (5-6 tahun) segugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo sebanyak 81 anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif sederhana dengan menggunakan skor persentase dengan menghitung seberapa tinggi tingkat perkembangan motorik kasar anak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perkembangan motorik kasar pada 81 anak yaitu dalam melatih kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan berada pada kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dengan persentase sebesar 53,09% atau sebanyak 43 anak dari 81 anak telah mampu melakukan kegiatan motorik kasar seperti mencium lutut, berdiri di atas satu kaki, menangkap dan menendang bola, serta mendorong teman (dorong-dorongan). Sebanyak 38 anak berada dalam kategori Berkembang Sangat Baik (BSB) dengan persentase sebesar 46,91% atau telah mampu melakukan kegiatan motorik kasar seperti berjalan di atas garis lurus dan berlari bolak balik memindahkan bola.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak TK Kelompok B (5-6 Tahun) Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidik Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menuntut ilmu di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian demi menyelesaikan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Yogyakarta

yang telah memberikan rekomendasi dan motivasi untuk melakukan penelitian.

4. Bapak Drs. Sudarmanto, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I serta Bapak Joko Pamungkas, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan arahan selama proses penyusunan skripsi, serta rela meluangkan waktunya hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.


(9)

ix

5. Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Segugus 2 Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo yang rela meluangkan waktunya untuk membantu terlaksananya penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Ibu guru Taman Kanak-kanak Segugus 2 Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo yang telah rela dan sabar dalam membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh anak-anak TK kelompok B Segugus 2 Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo.

8. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan kasih sayang, doa, serta dukungannya yang sangat berarti.

9. Teman-teman mahasiswa S1 PG-PAUD Angkatan 2012 atas dukungannya. 10.Sahabat-sahabat ngrumpi ku (Pepy, Mbak Ninik, Nurul).

11.Teman-teman kos muslimah atas dukungan, semangat dan motivasinya. 12.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan yang diberikan.

Yogyakarta, 23 November 2016 Penulis,


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini ... 11

1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini ... 11

2. Prinsip Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini... 13

3. Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini . 17 4. Unsur Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini ... 20

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini ... 24


(11)

xi

B. Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini pada

Kelompok B ... 31

C. Penelitian yang Relevan ... 39

D. Kerangka Pikir ... 41

E. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Instrumen Penelitian ... 53

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 58

H. Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62

2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 65

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

C. Keterbatasan Penelitian ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Daftar TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan

Kulon Progo ... 47 Tabel 2. Kisi-kisi observasi tingkat perkembangan motorik kasar

anak TK kelompok B se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan ... 52 Tabel 3. Lembar observasi tingkat kemampuan motorik kasar anak

TK kelompok B se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan dalam

Kelentukan ... 54 Tabel 4. Lembar observasi tingkat kemampuan motorik kasar anak

TK kelompok B se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan dalam

Keseimbangan ... 54 Tabel 5. Lembar observasi tingkat kemampuan motorik kasar anak

TK kelompok B se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan dalam

Kelincahan... 54 Tabel 6. Lembar observasi tingkat kemampuan motorik kasar anak

TK kelompok B se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan dalam

Koordinasi ... 55 Tabel 7. Lembar observasi tingkat kemampuan motorik kasar anak

TK kelompok B se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan dalam

Kekuatan ... 55 Tabel 8. Rubrik penilaian tingkat perkembangan motorik kasar

anak TK kelompok B se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan ... 55 Tabel 9. Kategori Persentase Hasil Belajar Anak ... 61 Tabel 10. Kategori Tingkat Perkembangan Motorik Kasar ... 61 Tabel 11. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Mencium Lutut dengan Duduk Berselonjor pada anak TK

kelompok B segugus 2 Panjatan ... 66 Tabel 12. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Mencium di antara 2 Kaki sambil Duduk dengan Kaki Terbuka Lurus pada anak TK kelompok B segugus 2

Panjatan ... 68 Tabel 13. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Berdiri di atas Satu Kaki dengan Berbagai Variasi pada

anak TK kelompok B segugus 2 Panjatan ... 70 Tabel 14. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Berjalan di atas Garis Lurus dengan Berbagai Variasi pada


(13)

xiii

Tabel 15. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam Berlari Bolak Balik Memindahkan Bola pada anak TK

kelompok B segugus 2 Panjatan ... 74 Tabel 16. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Menangkap Bola yang Dilempar oleh Pendidik pada anak

TK kelompok B segugus 2 Panjatan ... 76 Tabel 17. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Menendang Bola yang Dioper oleh Pendidik pada anak TK

kelompok B segugus 2 Panjatan ... 78 Tabel 18. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Berjalan dengan Membawa Beban pada anak TK kelompok

B segugus 2 Panjatan ... 80 Tabel 19. Persentase Tingkat Perkembangan Motorik Kasar pada


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Pikir ... 43 Gambar 2. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Mencium Lutut dengan Duduk Berselonjor pada anak TK

kelompok B segugus 2 Panjatan ... 67 Gambar 3. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Mencium di antara 2 Kaki sambil Duduk dengan Kaki Terbuka Lurus pada anak TK kelompok B segugus 2

Panjatan ... 69 Gambar 4. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Berdiri di atas Satu Kaki dengan Berbagai Variasi pada

anak TK kelompok B segugus 2 Panjatan... 71 Gambar 5. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Berjalan di atas Garis Lurus dengan Berbagai Variasi

pada anak TK kelompok B segugus 2 Panjatan ... 73 Gambar 6. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Berlari Bolak Balik Memindahkan Bola pada anak TK

kelompok B segugus 2 Panjatan ... 75 Gambar 7. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Menangkap Bola yang Dilempar oleh Pendidik pada

anak TK kelompok B segugus 2 Panjatan... 77 Gambar 8. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Menendang Bola yang Dioper oleh Pendidik pada anak

TK kelompok B segugus 2 Panjatan ... 79 Gambar 9. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar dalam

Berjalan dengan Membawa Beban pada anak TK

kelompok B segugus 2 Panjatan ... 81 Gambar 10. Histogram Tingkat Perkembangan Motorik Kasar pada


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 99

Lampiran 2. Instrumen Penelitian... 110

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Perkembangan Motorik Kasar ... 116

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ... 120

Lampiran 5. Penilaian Observasi Perkembangan Motorik Kasar... 157

Lampiran 6. Foto Kegiatan Pelaksanaan Perkembangan Motorik Kasar ... 164


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD, pasal 1 no 1). Pendidikan Anak Usia Dini yang dilaksanakan dalam lembaga pendidikan bertujuan untuk melakukan stimulan pendidikan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan anak; mengoptimalkan perkembangan anak secara holistik dan integratif; dan mempersiapkan pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan anak (Permendikbud 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD). Masa keemasan anak agar dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan dan stimulasi yang tepat bagi anak sejak dini. Pendidikan Anak Usia Dini dapat dilaksanakan pada suatu lembaga pendidikan dalam bentuk Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudatul Athfal (RA) atau Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS).

Lembaga pendidikan dalam bentuk Taman Kanak-Kanak yang selanjutnya disingkat TK adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun (Permendikbud 84 tahun 2014 tentang Pendirian


(17)

2

Satuan PAUD). Dengan kata lain, Pembelajaran Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga yang diarahkan pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan yang dikategorikan pada usia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun agar anak siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Potensi yang dikembangkan di dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak meliputi beberapa aspek yaitu aspek nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, dan seni. Aspek-aspek yang dikembangkan tersebut merupakan aspek yang penting bagi perkembangan anak. Seperti halnya aspek perkembangan motorik yang juga penting untuk dikembangkan dalam diri anak usia dini. Sumantri (2005: 47) mengemukakan bahwa perkembangan motorik adalah proses sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi, dan tidak terampil ke arah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya ke arah penyesuaian keterampilan menyertai terjadinya proses menua (menjadi tua). Dapat dikatakan bahwa perkembangan motorik yang terjadi pada anak usia dini berjalan seiring dengan bertambahnya usia dan kemampuan anak dalam melakukan keterampilan motorik dimulai dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks, serta adanya bantuan dari orang lain. Keterampilan motorik dapat diperoleh anak dengan melakukan gerakan yang melibatkan anggota tubuhnya baik motorik kasar dan motorik halus.


(18)

3

Perkembangan motorik kasar merupakan hal yang penting bagi anak usia dini khususnya anak Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK). Para peneliti telah menemukan bahwa anak-anak usia 3 tahun memiliki tingkat aktivitas tinggi dari seluruh masa hidup manusia (Santrock, 2002: 225). Sejalan dengan Santrock, Martini (2006: 6) mengemukakan bahwa pada usia 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) atau 6 (enam) tahun, anak usia dini memiliki energi yang tinggi dan energi tersebut memerlukan penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik baik melalui kegiatan yang berkaitan dengan gerakan motorik kasar maupun gerakan motorik halus. Penyaluran perkembangan motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para guru atau orangtua baik dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat, bagaimana latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia anak. Apabila anak tidak dapat mengendalikan atau menyalurkan aspek perkembangan motorik tersebut maka anak tidak mampu melakukan gerakan fisik secara optimal dan menimbulkan ketidakpercayaan diri untuk melakukan gerakan fisik yang umumnya akan mempengaruhi perilaku anak.

Gerakan fisik atau motorik kasar tidak dapat berkembang secara otomatis dengan bertambahnya usia tanpa adanya bantuan dari orang lain yang ada di sekitar anak, seperti bimbingan dari guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Bambang Sujiono, dkk (2005: 2.3) bahwa anak usia Taman Kanak-kanak adalah anak-anak yang masih sangat memerlukan pengawasan dan bimbingan dari yang lebih tua, dan salah satu cara belajar anak Taman Kanak-kanak yaitu dengan cara meniru perbuatan orang-orang yang lebih tua, misalnya guru anak. Agar dapat


(19)

4

berkembang secara optimal maka saat berada di Taman Kanak-kanak, gurulah yang bertanggung jawab mengembangkan motorik kasar anak. Sehingga guru harus dapat memilih kegiatan motorik kasar apa yang sesuai dengan tingkat usia anak, perkembangan dan kemampuan anak, serta situasi dan kondisi dari masing-masing TK.

Pengembangan motorik kasar pada anak usia dini harus memperhatikan unsur-unsur perkembangan motorik kasar. Seperti yang dikemukakan oleh Bambang Sujiono, dkk (2005: 7.1) bahwa dengan memperhatikan unsur jasmani dalam aktivitas motorik dapat membantu anak usia dini menjalankan akivitas belajar dan bermain anak. Unsur-unsur tersebut antara lain kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, keseimbangan, dan koordinasi. Tanpa adanya unsur perkembangan motorik kasar tersebut maka perkembangan motorik kasar belum terbentuk dengan sempurna. Seperti dalam melatih unsur kelentukan pada anak usia dini yang juga penting untuk dilatih. Hal ini dikarenakan melatih kelentukan menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 11.10) itu sangat penting dalam rangka membina dan meningkatkan kebugaran jasmani anak-anak dan mencegah adanya kecelakaan pada saat melakukan gerak. Walaupun dalam melatih kelentukan tersebut tidak hanya dengan aktivitas mencium lutut, masih ada kegiatan lainnya seperti mengayunkan lengan, meliuk-liukkan tubuh.

Pengembangan motorik kasar yang ada di TK juga harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari masing-masing TK. Menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 11.2-11.3) Taman Kanak-Kanak yang belum mempunyai sarana prasarana yang memadai dapat mengembangkan motorik kasar tanpa alat, dengan


(20)

5

alat atau dengan senam atau dengan bermain yang terpenting kegiatan tersebut mengembangkan jasmani anak seperti melatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, kelincahan, dan lain sebagainya. Selain disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari masing-masing TK, metode pembelajaran motorik yang digunakan juga harus sesuai dan menarik. Menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 2.12) metode yang sesuai untuk mengembangkan motorik anak, antara lain metode bermain, karya wisata, demonstrasi, proyek atau pemberian tugas.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 Februari 2016 yang dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa proses pembelajaran di TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo terkait dengan perkembangan motorik kasar anak usia dini ada yang telah dikembangkan sesuai dengan perkembangan anak dan ada yang belum dikembangkan sesuai dengan perkembangan anak. Pembelajaran motorik yang diberikan oleh guru di TK segugus 2 Panjatan kebanyakan pada kegiatan motorik halus sedangkan motorik kasar hanya satu atau dua kali saja dalam seminggu bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini dilihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang ada di TK yang lebih menggunakan motorik halus daripada motorik kasar.

Perkembangan motorik kasar yang ada di TK ABA Depok masih ada anak yang belum berkembang dalam melakukan aktivitas motorik kasar. Menurut kepala TK ABA Depok (Md) hal tersebut dikarenakan anak tidak ada kemauan atau kurang aktif dalam pembelajaran. Selain itu dalam melihat perkembangan motorik kasar TK ABA Depok biasanya dilihat ketika anak bermain permainan


(21)

6

fisik dan tidak setiap hari ada. Sedangkan menurut kepala TK PKK Tayuban (Nr) dalam melihat perkembangan motorik kasar biasanya dilihat dari kegiatan senam, karena lebih banyak menggunakan motorik kasar dan masih banyak anak yang saat melakukan aktivitas motorik kasar seperti terburu-buru menjadikan anak kurang fokus dalam melakukan aktivitas motorik kasar. Perkembangan motorik kasar anak di TK ABA Pleret ada yang sudah berkembang dan ada yang belum berkembang dan tidak dilakukan setiap hari. Menurut salah satu guru TK ABA Pleret (Er) pembelajaran motorik kasar setiap hari tidak ada dan ada satu anak yang kondisi fisiknya lemah serta kurangnya kasih sayang dari orangtuanya menjadikan aktivitas pembelajaran terganggu contohnya aktivitas motorik kasar. Perkembangan motorik kasar di TK ABA Pleret antara anak perempuan dan laki-laki lebih unggul yang laki-laki-laki-laki, sedangkan yang perempuan lebih cenderung pada perkembangan motorik halusnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan motorik kasar di TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan antara lain memanjat, bergantung, bermaian bola, berjalan di garis lurus, berayun, senam, berlari, bermain memindahkan balok, dan lain sebagainya. Sedangkan aktivitas pembelajaran motorik kasar yang dilakukan di TK kebanyakan dilakukan saat di awal pembelajaran yaitu setelah selesai berdo’a. Hal tersebut dilakukan agar anak lebih fokus dalam pembelajaran motorik kasar dan saat di awal pembelajaran kondisi anak masih segar.

Pembelajaran motorik kasar yang diberikan guru pada anak TK di gugus 2 Panjatan sebagain besar belum memfokuskan pada unsur jasmani, contohnya


(22)

7

dalam memberikan aktivitas motorik kasar mencium lutut untuk melatih kelentukan. Guru di TK ABA Pleret (Er) dan TK PKK Tayuban (Nr) mengatakan bahwa guru belum pernah memberikan kegiatan motorik kasar seperti mencium lutut, hal ini dikarenakan guru kurang dapat mempraktikkannya, sehingga guru tidak memberikannya. Padahal aktivitas mencium lutut merupakan salah satu kegiatan motorik kasar yang dapat melatih kelentukan pada anak. Serta ada anak yang belum dapat melakukan gerakan mencium lutut dengan baik, karena anak masih kesusahan untuk mencium lututnya sendiri. Selain aktivitas mencium lutut ada juga aktivitas senam. Di mana saat kegiatan senam masih banyak anak-anak yang tidak melakukan gerakan senam dengan benar, anak malah bergerak sendiri-sendiri tanpa sesuai dengan gerakannya.

Sarana prasarana yang ada di beberapa TK se-gugus 2 Panjatan berdasarkan observasi kurang memadai. Di mana ada beberapa alat bermain yang sudah tidak layak pakai untuk aktivitas motorik kasar, namun tetap digunakan. Serta dalam melakukan aktivitas motorik kasar TK banyak guru yang hanya memanfaatkan sarana prasarana yang telah tersedia seperti, simpai, bola, bola dunia, panjatan kotak untuk aktivitas motorik kasarnya. Guru jarang melakukan aktivitas motorik dengan cara bermain atau permainan. Walaupun ada TK yang melakukan kegiatan permainan, namun itupun tidak setiap minggunya ada kegiatan permainan. Padahal menurut Bambang Sujiono (2005: 2.12) metode yang sesuai untuk mengembangkan motorik anak, antara lain metode bermain, karya wisata, demonstrasi, proyek atau pemberian tugas. Menjadikan kegiatan


(23)

8

motorik kasar yang dilakukan anak kurang menarik karena kegiatannya hanya itu-itu saja tanpa adanya sesuatu yang lebih menantang bagi anak usia dini.

Perkembangan motorik kasar anak usia dini diharapkan dapat terjadi secara optimal, karena secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi anak sehari-harinya (Bambang Sujiono, 2005: 1.4). Secara langsung, anak akan dapat menentukan keterampilannya dalam melakukan gerak. Sedangkan secara tidak langsung, perkembangan motorik kasar akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang sejauh mana perkembangan motorik kasar pada anak kelompok B di TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan. Oleh karena itu, peneliti mengajukan judul penelitian “Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak TK Kelompok B (5-6 tahun) Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran motorik kasar yang diberikan oleh guru hanya satu atau dua kali saja dalam seminggu bahkan tidak ada sama sekali.

2. Masih ada anak yang belum dapat melakukan gerakan motorik kasar seperti mencium lutut.


(24)

9

4. Tingkat perkembangan motorik kasar berdasarkan pengamatan belum terlihat dan belum pernah dianalisis atau dikaji terutama dalam melatih unsur kebugaran jasmani anak.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, terdapat beberapa masalah yang muncul terkait dengan perkembangan motorik kasar. Namun peneliti hanya memfokuskan pada belum terlihat dan belum adanya kajian yang mengukur tingkat perkembangan motorik kasar pada anak TK Kelompok B (5-6 tahun) Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo Yogyakarta dalam unsur kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam pertanyaan berikut: Seberapa tinggi tingkat penguasaan perkembangan motorik kasar pada anak TK Kelompok B (5-6 tahun) Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo Yogyakarta dalam unsur kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat perkembangan motorik kasar pada anak TK Kelompok B (5-6 tahun) Se-Gugus 2 Kecamatan


(25)

10

Panjatan Kulon Progo Yogyakarta dalam unsur kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan tingkat perkembangan motorik ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara:

1. Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya pengetahuan perkembangan motorik khususnya pada perkembangan motorik kasar anak, memberikan data yang terkait perkembangan motorik kasar pada anak TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo.

2. Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi motorik kasar: a. Bagi Peneliti

Mengetahui persentase tingkat perkembangan motorik kasar dalam unsur kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan pada anak usia dini.

b. Bagi Guru

Memberikan stimulasi yang tepat untuk mengembangkan perkembangan motorik kasar dan pemberian materi pembelajaran motorik kasar pada anak. c. Bagi Sekolah

Sebagai alat evaluasi dan koreksi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran motorik khususnya motorik kasar.


(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

1. Pengertian Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Anak usia taman kanak-kanak tidak lagi direpotkan oleh berbagai kegiatan yang bersifat dasar, seperti bagaimana agar anak berdiri atau berjalan dengan baik. Namun, lebih ditekankan pada tugas perkembangan jasmani yang menggunakan koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta menjaga keseimbangan (Martini Jamaris, 2006: 7). Hal ini dikarenakan gerakan berjalan telah dapat dilakukan pada akhir masa bayi dan makin terus dikuasai pada masa anak kecil. Gerakan berjalan sendiri merupakan dasar dari gerakan-gerakan yang lebih variasi lagi seperti berlari, melompat, bergantung, melempar dan menangkap (Endang Rini Sukamti, 2011: 17).

Gerakan seperti berjalan, berlari, melompat, menendang, melempar, memukul, medorong, dan menarik merupakan gerakan motorik kasar yang biasa dilakukan anak-anak saat bermain. Gerakan tersebut termasuk gerakan yang banyak menggunakan otot dalam tubuh. Gerakan yang menggunakan otot-otot dalam tubuh biasa disebut dengan gerakan motorik kasar. Sama dengan yang dikemukakan oleh Slamet Suyanto (2005: 50) bahwa gerakan motorik kasar terdiri dari otot badan yang tersusun dari otot lurik yang berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak. Sejalan dengan Slamet Suyanto, menurut Magil (Endang Rini Sukamti, 2011: 53) perkembangan motorik kasar merupakam keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya. Keduanya menekankan


(27)

12

bahwa perkembangan motorik kasar sebagai gerakan dasar yang digunakan untuk melakukan berbagai gerakan.

Menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 1.11) perkembangan motorik kasar merupakan kemampuan gerak tubuh yang membutuhkan koordinasi kelompok otot-otot besar, sebagian besar bagian tubuh anak yang diperlukan untuk dapat meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan satu kaki. Pendapat tersebut sejalan dengan Santrock (2007: 210) yang menyatakan bahwa motorik kasar merupakan keterampilan yang melibatkan aktivitas otot besar seperti menggerakan lengan dan berjalan. Hal tersebut menunjukkan bahwa motorik kasar merupakan rangkaian aktivitas yang menggunakan otot-otot besar seperti otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak.

Motorik kasar memacu kemampuan anak saat beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya seperti nonlokomotor, lokomotor dan manipulatif (Endang Rini Sukamti, 2011: 53). Nonlokomotor ialah aktivitas gerak tanpa harus memindahkan tubuh ke tempat lain, contoh: meregang, melipat, mendorong, manarik dan membungkuk. Lokomotor ialah aktivitas gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain, contoh: jalan, lari, lompat, loncat, jingkat, dan lompat tali (skipping). Manipulatif ialah aktivitas gerak memanipulasi benda, contoh: melempar, menggiring, menangkap, dan menendang. Gerakan motorik kasar menurut Hadis (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 1.11) dapat dirangsang dengan melatih anak untuk meloncat, memanjat, memeras, bersiul, membuat ekspresi muka senang, sedih, gembira, berlari, berjinjit, berdiri di atas satu kaki, berjalan di titian, dan sebagainya.


(28)

13

Berdasarkan uraian di atas, perkembangan motorik kasar adalah proses perubahan kemampuan anak dalam gerakan yang melibatkan otot-otot besar sebagai gerakan dasar untuk melakukan berbagai gerakan seperti otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh anak. Dalam melakukan gerakan motorik kasar dapat berjalan dengan baik maka pendidik harus memperhatikan beberapa prinsip perkembangan motorik kasar pada anak usia dini.

2. Prinsip Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Prinsip utama perkembangan motorik menurut Malina dan Bouchard (Martini Jamaris, 2006: 10-13) adalah sebagai berikut: (a) kematangan, (b) urutan, (c) motivasi, (d) pengalaman dan latihan atau praktik.

a. Kematangan syaraf

Awalnya syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya dalam mengontrol gerakan motorik. Namun, sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation (kematangan neurologis). Syaraf-syaraf yang telah mencapai kematangannya maka akan dapat mengontrol dan menstimulasi berbagai kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas.

b. Urutan

Proses perkembangan fisiologis manusia berlangsung secara berurutan. Pertama, pembedaan yang mencakup perkembangan secara perlahan dari gerakan motorik kasar yang belum terarah dengan baik kepada gerakan yang lebih terarah sesuai dengan fungsi gerakan motorik kasar. Kedua, keterpaduan


(29)

14

yaitu kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerakan yang baik, seperti berlari dan berhenti. c. Motivasi

Seorang anak yang telah mencapai kematangan motoriknya pertanda bahwa anak telah siap melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan aktivitas motorik. Bahkan anak akan termotivasi untuk melakukan aktivitas motorik dalam lingkup yang luas. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas fisiologis anak meningkat tajam dan anak seakan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik motorik kasar maupun motorik halus.

Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan motivasi yang datang dari luar. Misalnya, memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai aktivitas motorik dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak.

d. Pengalaman dan latihan

Seiring dengan kesiapan dan motivasi tinggi anak dalam melakukan aktivitas fisik. Anak juga memerlukan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan berbagai kegiatan bermain, di antaranya: melompat berulang-ulang, berlari mengelilingi ruangan atau halaman, bergelantungan.

Prinsip perkembangan motorik anak usia dini menurut Hurlock (1978: 151-153) adalah sebagai berikut: (a) perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf, (b) belajar keterampilan motorik tidak terjadi


(30)

15

sebelum anak matang, (c) perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan, (d) menentukan norma perkembangan motorik, (e) perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.

a. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf

Perkembangan bentuk kegiatan motorik yang berbeda sejalan dengan perkembangan daerah sistem syaraf yang berbeda. Hal ini mengakibatkan anak belum dapat menguasai gerakan-gerakan yang terampil sebelum mekanisme otot dan syaraf anak berkembang. Misalnya, untuk dapat berjalan maka otot-otot kaki harus sudah siap untuk menopang tubuh anak dan saraf yang terlibat dengan kemampuan berjalan harus sudah matang.

b. Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang

Mengajarkan atau anak belajar keterampilan motorik sendiri tidak akan berpengaruh dalam jangka waktu panjang, namun hanya akan menghasilkan beberapa keuntungan sementara. Hal ini terjadi jika sistem syaraf dan otot anak belum berkembang dengan baik, walaupun gerakan tersebut diprakarsai oleh anak sendiri. Misalnya, anak yang baru berusia 3 tahun sudah dipaksa untuk belajar menulis dan membaca maka usaha tersebut akan sia-sia seandainya berhasil tentu akan menimbulkan dampak kurang baik terhadap psikologis anak.

c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan

Perkembangan motorik mengikuti hukum arah perkembangan yaitu dengan urutan perkembangan dari kepala ke kaki. Lebih jelasnya, pola perkembangan motorik dimulai dari perubahan kegiatan umum ke kegiatan


(31)

16

khusus yang lebih dikenal dengan motorik kasar ke motorik halus. Dimana gerakan kasar membuka jalan untuk memperhalus gerakan yang hanya melibatkan otot dan anggota badan. Menurut Siti Aisyah, dkk (2008: 4.41) perkembangan motorik bergantung pada perkembangan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan bahwa perkembangan sebelumnya melandasi perkembangan berikutnya dan perkembangan sebelumnya mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

d. Menentukan norma perkembangan motorik

Perkembangan motorik melalui pola yang diramalkan dapat menentukan norma perkembangan motorik. Norma tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk bagi orangtua atau pendidik untuk mengetahui perkembangan motorik apa yang diharapkan dan pada usia berapa perkembangan motorik dapat diharapkan atau muncul. Petunjuk tersebut juga dapat digunakan untuk melihat norma perkembangan anak. Misalnya, anak usia 15 bulan sudah dapat berjalan sendiri, namun ada anak berusia 2 tahun belum dapat berjalan sendiri maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut mengalami keterlambatan dan mungkin ada faktor yang mempengaruhi keterlambatannya.

e. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik

Perkembangan motorik mengikuti pola yang sama untuk semua anak. Namun pada dasarnya menurut Siti Aisyah, dkk (2008: 4.42) setiap individu memiliki laju perkembangan yang berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam diri anak, keturunan, dan lingkungan. Faktor tersebut dapat


(32)

17

mempercepat laju perkembangan motorik, sebagian lagi dapat memperlambat laju perkembangan motorik. Misalnya, anak yang sama-sama berusia 4 tahun belum tentu lanju perkembangan motoriknya sama. Anak “A” mungkin sudah dapat menulis dengan baik, sedangkan anak “B” belum dapt memegang pensil dengan benar.

Jadi prinsip perkembangan motorik anak usia dini adalah tahap perkembangan gerak motorik anak baik motorik kasar maupun motorik halus dipengaruhi oleh kematangan otot dan syaraf yang mengikuti pola perkembangan motorik serta adanya dukungan dan pengalaman anak dari lingkungan sekitar dalam menguasai gerak motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Agar perkembangan motorik kasar dapat membantu anak dalam aktivitas sehari-harinya maka ada beberapa tujuan dan fungsi dari perkembangan motorik kasar untuk nak usia dini.

3. Tujuan dan Fungsi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Perkembangan motorik anak usia dini mempunyai tujuan untuk meningkatkan keterampilan gerak, memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, menanamkan sikap percaya diri, membuat anak dapat berkerjasama, dan membuat anak berperilaku disiplin, jujur, dan sportif (Sumantri, 2005: 9).

Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak (Endang Rini Sukamti, 2011: 26). Sebagai contoh, sebagian keterampilan motorik berfungsi membantu anak untuk memperoleh kemandiriannya, dan sebagian lagi berfungsi untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial. Menurut Hurlock (1978: 163) fungsi


(33)

18

keterampilan motorik, antara lain: (a) keterampilan bantu diri sendiri (self-help), (b) keterampilan bantu sosial (social-help), (c) keterampilan bermain, (d) keterampilan sekolah.

a. Keterampilan bantu diri sendiri (self-help)

Keterampilan motorik perlu dipelajari oleh anak agar anak dapat mencapai kemandiriannya dalam melakukan segala sesuatu bagi diri anak sendiri. Keterampilan tersebut, meliputi: keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi.

b. Ketermpilan bantu sosial (social-help)

Keterampilan motorik diperlukan oleh anak untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di dalam lingkungannya baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Misalnya, keterampilan motorik yang diperlukan anak dalam lingkungan keluarga yaitu dengan membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah. Selain itu, seseorang anak yang mempunyai kemampuan motorik yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 1.5).

c. Keterampilan bermain

Keterampilan motorik diperlukan oleh anak dalam menikmati kegiatan kelompok sebaya atau dapat menghibur diri di luar kelompok sebayanya. Misalnya, dengan mempelajari keterampilan bermain bola, ski, lempar tangkap bola.


(34)

19 d. Keterampilan sekolah

Pada awal memasuki dunia sekolah, sebagian besar anak diberikan kegiatan yang menggunakan keterampilan motorik, seperti menari, senam, berenang dan lain-lain. Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki anak, maka semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan dan prestasi sekolahnya pun semakin baik.

Hurlock (1978: 156) menyatakan bahwa saat yang ideal untuk mempelajari keterampilan motorik yaitu pada masa kanak-kanak dengan alasan:

a. Tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh remaja atau orang dewasa, sehingga anak lebih mudah mempelajari berbagai keterampilan.

b. Keterampilan yang dimiliki oleh anak baru sedikit, sehingga anak lebih mudah untuk mempelajari keterampilan yang baru akan dipelajari oleh anak, tanpa menganggu keterampilan yang telah ada sebelumnya.

c. Anak lebih berani mencoba sesuatu yang baru pada waktu anak masih kecil ketimbang saat anak telah dewasa. Hal ini juga yang dapat menimbulkan motivasi bagi anak dalam mempelajari berbagai keterampilan.

d. Anak senang dengan mengulang-ulang, sehinggan anak dengan senang hati mau mengulangi suatu aktivitas yang menggunakan otot sampai terampil. e. Anak belum memiliki tanggungjawab dan kewajiban yang banyak, sehingga

anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempelajari keterampilan ketimbang saat anak bertambah remaja atau dewasa.

Jadi tujuan dan fungsi perkembangan motorik anak usia dini adalah agar anak menguasai berbagai keterampilan-keterampilan yang dapat digunakan anak


(35)

20

dalam memainkan berbagai perannya baik di lingkungan keluarga, sekolah, mau masyarakat, karena anak akan lebih menyerap dan menguasai berbagai keterampilan yang dipelajari oleh anak pada masa kanak-kanak. Agar anak lebih menyerap dan menguasai beberapa perkembangan motorik kasar maka pendidik atau orangtua dalam mengembangkan perkembangan motorik kasar harus memperhatikan unsur-unsur perkembangan motorik kasar anak usia dini.

4. Unsur Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini

Perkembangan motorik kasar sangat tergantung pada unsur-unsur kebugaran jasmani yang dimiliki anak. Sehingga Menurut Corbin (Depdiknas, 2008: 15) perkembangan kebugaran jasmani bagi anak sangat penting dan khusus. Hal ini dikarenakan kemampuan gerak anak akan berkembang dan meningkat dengan baik apabila unsur-unsur perkembangan motorik kasar dikembangkan sejak awal.

Menurut Bouchard (Wira Indra, 2006: 10) komponen motorik kasar dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu kelincahan, keseimbangan, koordinasi, dan kecepatan gerak. Menurut Mikdar (2006: 47) komponen atau unsur yang berhubungan dengan keterampilan anak untuk menunjang kegiatan dalam melakukan gerakan motorik kasar, antara lain: kecepatan, power, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, dan kecepatan reaksi serta ketepatan. Sedangkan menurut Bambang Sujiono (2005: 7.3) komponen motorik kasar dipengaruhi oleh kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi ketepatan, dan keseimbagan.


(36)

21

Pada kesempatan ini, peneliti hanya menjelaskan beberapa unsur kebugaran jasmani yang berhubungan dengan aktivitas gerak motorik kasar yang akan diberikan kepada anak atau yang akan dijadikan penelitian. Berikut unsur-unsur perkembangan motorik kasar, antara lain:

a. Kelentukan

Kelentukan (flexibility) sangat erat kaitannya dengan gerakan persendian. Latihan kelentukan berfungsi untuk memberikan kemungkinan kepada persendian agar dapat bergerak seluas-luasnya, dengan tujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kekakuan pada tubuh, menambah elastisitas pada jaringan otot, dan mengurangi ketegangan-ketegangan yang berlainan pada otot (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 11.10). Aktivitas gerakan motorik yang berhubungan dengan kelentukan, seperti mengayun lengan, membungkuk-bungkukkan badan, mencium lutut, dan memutar-mutarkan badan.

b. Keseimbangan

Keseimbangan (Mikdar, 2006: 47) adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat dan saat berdiri diam (static balance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance). Menurut Wira Indra (2006: 17) ada dua macam keseimbangan yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh setiap orang, yaitu keseimbangan statis (static balance) dan keseimbangan (dynamic balance). Keseimbangan statis itu merupakan kemampuan mempertahankan posisi tubuh untuk tidak bergoyang atau roboh, misalnya berdiri di atas satu kaki atau dasar yang sempit, mempertahankan


(37)

22

keseimbangan setelah berputar-putar ditempat dan sebagainya. Sedangkan keseimbangan dinamis merupakan kemampuan untuk mempertahankan tubuh agar tidak jatuh pada saat sedang melakukan gerakan, misalnya berlari atau berjingkat, berjalan di atas papan dan sebagainya.

c. Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan secara bersama-sama dengan gerakan lainnya (Mikdar, 2006: 47). Hal tersebut sejalan dengan Harsono (Wira Indra, 2006: 17) kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 7.4) ada beberapa komponen dari kelincahan, yaitu: (1) melakukan gerak perubahan arah secara cepat; (2) berlari cepat, kemudian berhenti secara mendadak; dan (3) kecepatan bereaksi. Gerakan kelincahan dapat dilakukan dengan lari bolak-balik, lari sambil berbelok-belok, dan sebagainya.

d. Koordinasi

Koordinasi merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan atau kerja dengan efisien (Mikdar, 2006: 47). Sedangkan menurut Harsono (Wira Indra, 2006: 18) koordinasi merupakan suatu kemampuan motorik yang digunakan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan yang kompleks tanpa mengeluarkan energi yang berlebih sehingga hasilnya efisien. Selain itu menurut Ngurah Nala (Wira Indra, 2006: 18) koordinasi erat kaitannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan,


(38)

23

keseimbangan. Menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 7.5) yang termasuk kemampuan gerak koordinasi antara lain koordinasi mata dan tangan (misalnya menangkap bola yang dilempar), dan koordinasi mata dan kaki (misalnya menendang bola).

e. Kekuatan

Kekuatan merupakan hasil kerja otot seluruh tubuh yang berupa kemampuan seseorang dalam mengangkat, menjinjing, menahan, mendorong atau menarik beban (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 7.3). Menurut Hery Rahyubi (2012: 311) kekuatan itu sangat berkaitan dengan otot seseorang sehingga antara satu orang dengan orang lainnya kekuatan ototnya tidak sama. Dapat dikatakan bahwa seseorang tanpa kekuatan yang memadai maka kemampuan motorik tidak dapat dilakukan secara maksimal. Latihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan latihan isometrik dan latihan mengangkat beban (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 7.3). Latihan isometrik dapat dilakukan dengan melakukan gerakan manahan beban tubuh dengan merentangkan tangan ke dinding. Sedangkan untuk mengangkat beban bila semakin besar beban maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan dari kerja otot sebaliknya semakin kecil beban maka semakin kecil pula kekuatan yang dihasilkan oleh otot. Ada beberapa cara untuk melatih kekuatan pada anak usia TK seperti mendorong tembok atau teman, memanjat tali atau tiang, mengangkat teman atau benda-benda tertentu, berbaring duduk (sit ups), mengangkat tubuh dengan sikap tiarap tumpu (push ups) dan tentunya


(39)

24

disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak serta situasi dan kondisi masing-masing TK (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 11.3).

Berdasarkan unsur perkembangan motorik kasar, dapat disimpulkan bahwa unsur perkembangan motorik kasar anak usia dini yaitu kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi, ketepatan, dan keseimbangan. Namun dalam penelitian unsur perkembangan motorik kasar yang akan diteliti lebih pada kemampuan gerak kelentukan, kelincahan, keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan. Dalam pelaksanaan pembelajaran motorik kasar tidak semua anak berkembang sesuai dengan tujuan pembelajaran motorik kasar yang diberikan di TK. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak. Sehingga pendidik juga harus memahami beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia dini.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar Anak

Usia Dini

Perkembangan motorik kasar seorang anak berkembang mengikuti pola yang serupa dengan semua orang atau antara anak yang satu dengan yang lainnya sama, namun di dalam pola tersebut telah terjadi perbedaan laju perkembangan motorik di setiap masing-masing individu anak. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju perkembangan motorik kasar pada anak usia dini (Hurlock, 1978: 154), antara lain:

a. Genetik. Anak yang mempunyai faktor keturunan seperti bentuk tubuh dan kecerdasan serta otot kuat dan syaraf baik dapat menyebabkan perkembangan motorik pada anak menjadi lebih baik dan cepat.


(40)

25

b. Lingkungan. Kondisi lingkungan yang tidak menyenangkan dalam awal kehidupan pascalahir maupun pralahir akan berdampak pada motorik kasar anak menjadi tidak aktif dan lambat. Sebaliknya jika kondisi awal kehidupan pascalahir maupun pralahir lebih menyenangkan maka laju perkembangan motorik akan lebih aktif dan cepat. Hal ini dapat dikatakan bahwa lingkungan telah mempengaruhi perkembangan anak sejak dalam kandungan (Ramli, 2005: 49). Hampir sama dengan Heri Rahyubi (2012: 226) perkembangan motorik dapat berjalan optimal jika lingkungannya beraktivitas mendukung dan kondusif. Lingkungan yang dimaksud Her Rahyubi, di sini yaitu lingkungan yang memiliki fasilitas, peralatan, sarana, dan prasarana yang memadai. Sehingga jika anak memperoleh lingkungan yang kondusif bagi perkembangnnya maka anak akan berkembang menjadi individu yang berkembang optimal.

c. Kesulitan dalam melahirkan. Anak yang pada waktu lahir mengalami kesulitan, seperti anak lahir dengan bantuan alat sehingga anak mengalami kerusakan otak yang nantinya akan memperlambat laju perkembangan motorik kasar anak.

d. Status gizi. Gizi yang dapat terpenuhi dengan baik pada awal kehidupan pascalahir maupun pralahir maka akan mempercepat perkembangan motorik kasar anak. Sedangkan bila kondisi tersebut mengalami kekurangan gizi maka anak akan tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik


(41)

26

yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama (Heri Rahyubi, 2012: 230).

e. IQ. Anak yang mempunyai IQ tinggi maka anak tersebut akan lebih cepat dalam laju perkembangan motorik kasarnya daripada anak yang IQ-nya normal atau di bawah normal. Menurut Slamet Suyanto (2005: 36) kecerdasan intelektual sangat ditentukan oleh fungsi otak. Otak kecil berfungsi sebagai pusat koordinasi berbagai gerakan anggota tubuh.

f. Rangsangan, dorongan, dan kesempatan. Anak yang mempunyai rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerak-gerakan semua bagian tubuh maka anak akan lebih cepat dalam perkembangan motorik kasar.

g. Perlindungan. Perlindungan berlebih yang diberikan orangtua kepada anak akan melumpuhkan kesiapan anak dalam mengembangkan perkembangan motorik anak. Seperti orangtua yang selalu menggendong terus anaknya, dan ketika anak ingin belajar turun naik tangga oleh orangtua tidak diperbolehkan. h. Kelahiran sebelum waktunya. Anak yang lahir premature akan berdampak pada laju perkembangan motorik kasarnya menjadi lambat. Hal ini dikarenakan tingkat perkembangan motorik kasar pada waktu lahir berada di bawah tingkat perkembangan bayi yang lahir tepat waktunya.

i. Gangguan fisik. Gangguan fisik pada anak, seperti gangguan kebutaan atau bagian tubuh anak tidak lengkap maka akan memperlambat laju perkembangan motorik kasar anak usia dini. Sama dengan Heri Rahyubi (2012: 225) perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan fisik,


(42)

27

sehingga apabila sesorang memiliki kekurangan fisik maka akan berpengaruh pada perkembangan motoriknya.

Selain faktor-faktor perkembangan motorik yang disampaikan Hurlock di atas. Masih ada beberpa faktor yang dapat mempengaruhi laju perkembangan motorik yang dikemukakan oleh Heri Rahyubi (2012: 225-226), antara lain:

a. Perkembangan sistem saraf. Sistem saraf sangat berpengaruh dalam perkembangan motorik karena sistem saraf yang mempengaruhi aktivitas motorik pada tubuh manusia. Sehingga apabila mengalami hambatan maka dapat mempengaruhi laju perkembangan motorik. Sama halnya dengan Bambang Sujiono, dkk (2005: 3.22) yang menyatakan bahwa sistem syaraf merupakan faktor utama dalam penggunaan kemampuan gerak anak. Sistem saraf berfungsi untuk mengontrol banyaknya kegiatan sendi gerak.

b. Motivasi yang kuat. Motivasi merupakan salah satu modal besar untuk meraih prestasi dalam menguasai keterampilan motorik. Jika seseorang telah mampu melakukan aktivitas motorik dengan baik, maka kemungkinan besar akan termotivasi lagi untuk melakukan aktivitas motorik yang lebih luas dan lebih tinggi.

c. Aspek psikologis. Aspek psikologis, psikis, dan kejiwaan sangat berpengaruh terhadap kemampuan motorik. Seseorang dengan kondisi psikologis yang baik maka aktivitas motoriknya juga baik. Meskipun keadaan fisik mendukung aktivitas motorik, namun jika kondisi psikologis tidak mendukung maka aktivitas motoriknya juga kurang memuaskan atau kurang optimal.


(43)

28

d. Usia. Usia sangat berpengaruh pada aktivitas motorik seseorang. Seseorang yang usianya masih bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua masing-masing mempunyai karakteristik keterampilan motorik yang berbeda pula. Menurut Sumantri (2005: 112) bahwa usia berpengaruh terhadap kesiapan dan kemampuan untuk mempelajari dan menjalankan tugas tertentu.

e. Jenis kelamin. Jenis kelamin mempengaruhi beberapa aktivitas motorik tertentu. Menurut Sherman (Depdiknas, 2008: 6) menyatakan bahwa anak perempuan pada usia middle childhood kelentukan fisiknya 5%-10% lebih baik dari pada anak laki-laki, tetapi kemampuan fisik atlet seperti berlari, melompat, dan melempar lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada perempuan.

f. Bakat dan Potensi. Seseorang yang mempunyai bakat dan potensi dalam suatu aktivitas motorik akan mudah diarahkan ke keterampilan motorik. Namun hal tersebut juga belum tentu, masih banyak variabel lain yang mempengaruhi keterampilan motorik, diantaranya harus ada kemauan, keuletan, kedisiplinan, dan, usaha yang kuat.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak usia dini di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak antara lain genetik, lingkungan, gizi, gangguan fisik, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut tergantung pada masing-masing individu, karena tidak semua anak mempunyai faktor-faktor yang sama dalam melakukan aktivitas motorik kasar. Selain faktor juga ada hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik kasar.


(44)

29

6. Hal Penting dalam Mempelajari Keterampilan Motorik Kasar

Keterampilan motorik tidak dapat berkembang melalui kematangan saja tetapi keterampilan juga harus dipelajari (Siti Aisyah, dkk, 2008: 4.43). Ada beberapa hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, diantaranya sebagai berikut:

a. Kesiapan belajar. Menurut Hurlock (1978: 157) keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh orang yang sudah siap, akan lebih unggul ketimbang orang yang belum siap untuk belajar. Hal ini sejalan dengan Siti Aisyah, dkk (2008: 4.43) yang menyatakan bahwa seorang anak yang telah memiliki kesiapan belajar dalam mempelajari keterampilan motorik kasar akan lebih unggul bila dibandingkan dengan anak yang belum memiliki kesiapan belajar. Namun, kesiapan belajar masing-masing anak tidaklah sama. Sehingga pendidik diharapkan untuk tidak membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan anak yang lain dalam hal keberhasilannya melakukan suatu aktivitas motorik kasar.

b. Kesempatan belajar. Menurut Hurlock (1978: 157) kesempatan belajar tidak didapatkan oleh anak dikarenakan lingkungan tidak menyediakan kesempatan untuk belajar bagi anak atau karena orangtua takut anak akan melukai dirinya jika melakukan keterampilan motorik. Sehingga pendidik sebaiknya memberikan kesempatan pada anak untuk mempelajari berbagai keterampilan motorik dengan cara menyediakan sarana prasarana yang mendukung.

c. Kesempatan berpraktik. Menurut Hurlock (1978: 157) berilah kesempatan kepada anak untuk melakukan praktik dalam menguasai suatu keterampilan


(45)

30

motorik kasar dan perhatikanlah kualitas praktiknya daripada kuantitasnya. Dimana jika anak hanya diberikan kesempatan untuk melakukan dengan intensitas yang sangat kecil maka kemungkinannya anak akan melakukan kesalahan lebih besar.

d. Model yang baik dan adanya bimbingan. Agar memiliki keterampilan motorik yang baik dapat dilakukan dengan melihat dan meniru model yang baik pula (Hurlock, 2008:157). Jika pendidik memberikan contoh yang tidak baik besar kemungkinan anak akan meniru hal tersebut sampai anak itu besar. Sehingga pendidik perlu melakukan koreksi atau pembenaran terhadap apa yang dicontohkan sebelumnya. Menurut Siti Aisyah, dkk (2008: 4.45) bimbingan diperlukan untuk memperbaiki suatu kesalahan agar kesalahan tersebut tidak terlanjur dipelajari dan akan menjadi lebih sulit untuk diperbaiki.

e. Motivasi. Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Menurut Hurlock (1978: 157) sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari suatu kegiatan, kemandirian, dan gengsi yang diperoleh dari teman sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah. Sehingga menurut Siti Aisyah, dkk (2008: 4.45) sebagai pendidik harus menyediakan keterampilan mulai dari yng mudah ke yang sukar, dari sederhana ke kompleks agar anak dapat menyesuaikan dan tidak membuat anak putus asa.

f. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu. Menurut Hurlock (1978: 157) setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu,


(46)

31

sehingga perlu dipelajari secara individu. Sehingga sebagai pendidik harus memberikan kesempatan bagi semua anak untuk dapat melakukan keterampilan motorik tersebut.

g. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu per satu. Suatu keterampilan yang menggunakan kumpulan otot yang sama, maka akan membuat anak bingung dalam mempelajarinya (Hurlock, 1978: 157). Sehingga agar tidak menimbulkan kebingungan pada anak, saat mempelajari keterampilan harus dilakukan dengan cara satu demi satu.

Dari pendapat di atas diketahui bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mempelajari keterampilan motorik kasar, antara lain: kesiapan dan kesempatan belajar motorik kasar, adanya model dalam mempelajari motorik kasar, dan adanya motivasi baik dari dalam maupun luar diri anak dalam mempelajari keterampilan motorik kasar. Selain itu perkembangan motorik kasar anak yang satu berbeda dengan anak yang lainnya. Menjadikan tingkat perkembangan anak yang satu dengan yang lainnya juga berbeda. Pada penelitian ini anak membahas mengenai tingkat perkembangan motorik kasar anak usia dini pada kelompok B (5 sampai 6 tahun).

B. Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini pada Kelompok

B

Setiap anak memiliki tingkat pencapaian perkembangan motorik kasar yang berbeda dengan anak lainnya. Sehingga setiap anak tidak sama perkembangan motorik kasarnya, walaupun pada usia yang sama. Tingkat


(47)

32

pencapaian perkembangan motorik kasar anak usia 5 (lima) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun dalam Permendikbud No. 146 tahun 2014 yaitu:

1. Anak mampu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.

2. Anak mampu melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam.

3. Anak mampu melakukan permainan fisik dengan aturan. 4. Terampil mengunakan tangan kanan dan kiri.

5. Anak mampu melakukan kegiatan kebersihan diri.

Menurut Martini Jamaris (2006: 14) anak usia taman kanak-kanak telah dapat melakukan berbagai aktivitas motorik kasar sebagai berikut: (a) mengendarai sepeda roda tiga dan roa dua; (b) berlari dan berhenti, berlari dengan sempurna; (c) menaiki dan memanjat tanpa gimnastik; (d) melompat dengan satu kaki dan dua kaki; (e) meloncat jauh; (f) berdiri secara seimbang dengan satu kaki; (g) dapat mengikuti irama musik; (h) berjalan di atas selembar papan dengan keseimbangan yang baik. Sedangkan menurut Santrock (2002: 225) perkembangan motorik pada usia 5 tahun anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Seperti ditunjukkan oleh anak usia 5 tahun yang percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek dan berlari kencang serta senang berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya.

Menurut Caughlin (Sumantri, 2005: 104-106) ciri-ciri perkembangan motorik kasar anak usia dini berdasarkan kronologis usia 5 (lima) tahun sampai 6 (enam) tahun, dimana pada kronologis usia 5 (lima) tahun antara lain: (a) berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik; (b) berjalan di atas papan keseimbangan ke depan, ke belakang, dan ke samping; (c) melompat ke belakang dengan dua


(48)

33

kali berturut-turut; (d) melompat dengan salah satu kaki; (e) mengambil salah satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola; (f) melempar bola dengan memutar badan dan melangkah depan; (g) mengayun tanpa bantuan; (h) menangkap dengan mantap. Sedangkan untuk usia 6 (enam) tahun anak usia dini telah dapat melakukan seperti: (a) melompati tali setinggi lututnya tanpa menyentuh; (b) menunjukkan dua keterampilan rumit dalam meguasai bola yaitu memantulkan, melambungkan atau menangkap, memukul bola dengan raket. Ciri-ciri kemampuan motorik kasar yang telah dikemukakan oleh Caughlin menandakan bahwa seiring bertambahnya usia anak, maka keterampilan motorik kasar yang dikuasai oleh anak semakin mengalami peningkataan atau lebih bervariasi. Peningkatan tersebut tentunya karena adanya kematangan dan pengalaman anak yang diperoleh dari terus menerus mengulang-ulangi gerakan motorik kasar.

Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2009: 34) pada fase gerak atau motorik anak usia 5 (lima) tahun diindikasikan dengan beberapa fenomena yaitu anak lebih banyak menggunakan dua tangan daripada dua lengan dalam memegang bola kecil, melompat dengan mengangkat kedua kaki, memanjat tangga dan pohon, serta anak dapat bergerak dengan lincah di tempat-tempat yang sempit. Sedangkan menurut Bambang Sujiono (2005: 1.13) perkembangan motorik anak usia 5 (lima) sampai 6 (enam) tahun, antara lain: berlari dan langsung menendang bola, melompat-lompat dengan kaki bergantian, melempar dan menangkap bola, berjalan di atas papan titian, berjalan dengan berbagai variasi, melambungkan bola dengan satu tangan dan menangkapnya dengan dua tangan, berjalan pada


(49)

34

garis yang sudah ditentukan, berjinjit dengan tangan di pinggul, menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut, mengayuhkan satu kaki ke depan atau ke belakang tanpa kehilangan keseimbangan. Selain itu menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 7.9-11.11) perkembangan motorik kasar dapat dilakukan dengan berbagai macam gerakan motorik kasar yang dilihat dari unsur motorik, antara lain mencium lutut, meliuk-liukan tubuh, memutar-mutar badan, berdiri pada salah satu kaki, mendorong dinding atau teman, memanjat tali atau tiang, mengantung dan mengangkat tubuh, berlari bolak balik, berlari zig-zag berjalan dia atas papan titian.

Dari berbagai perkembangan motorik kasar di atas, dapat diketahui bahwa bahwa perkembangan motorik kasar anak usia dini pada usia 5 (lima) tahun sampai 6 (enam) tahun antara lain: berdiri di atas satu kaki, berjalan di atas papan titian, berlari bolak balik, berlari zig-zag, berjinjit, mencium lutut, mendorong teman (dorong-dorongan) atau tembok, melempar bola dan menangkap bola, menendang bola dan memukul bola, melompat dengan mengangkat kedua kaki, memanjat tangga dan pohon, bergelantungan, dan lain sebagainya. Namun dari berbagai perkembangan motorik kasar tersebut peneliti hanya mengambil beberapa saja dan lebih mengacu pada perkembangan motorik kasar menurut Bambang Sujiono, dkk (2005) yaitu berdiri di atas satu kaki dengan berbagai variasi, berjalan di atas garis lurus dengan berbagai variasi, berlari bolak balik, mencium lutut, mendorong teman (dorong-dorongan) atau tembok, menangkap bola, dan menendang. Dari kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi kegiatan berdiri, berjalan, berlari, menendang, menangkap, mencium lutut dan


(50)

35

mendorong. Adapun penjelasan singkat dari beberapa kegiatan motorik kasar anak usia 5-6 tahun, antara lain:

1. Berdiri

Berdiri merupakan salah satu gerakan dasar yang dilakukan oleh anak. Berdiri juga merupakan salah satu latihan dasar dari melatih keseimbangan (Bambang Sujono, dkk, 2005: 11.11). Melatih keseimbangan dengan berdiri dapat dilakukan dengan berdiri pada satu kaki, membentuk kapal terbang, dan lain sebagainya. Pada penelitian peneliti menggunakan berdiri di atas satu kaki dengan berbagai variasi. Kegiatan berdiri di atas satu kaki dapat dilakukan dengan cara berdiri di atas satu kaki dan kaki yang lain diagkat ke depan atau telapak kakinya diletakkan pada lutut bagian dalam, kedua tangan dipinggang, dan mata dipejamkan, kemudian berganti kaki yang satunya (Bambang Sujiono, 2005: 11.11).

2. Berjalan

Berjalan menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 4.5) berjalan merupakan perpindahan berat badan dari satu kaki ke kaki yang lain dengan salah satu kaki tetap bertumpu pada tempatnya sepanjang kegiatan berlangsung dan akan bergerak bergatian antara fase bertumpu dan fase mengayun. Perkembangan motorik kasar dalam berjalan berhubungan dengan peningkatan kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi (Endang Rini Sukamti, 2011: 18). Kekuatan kaki digunakan untuk mendukung berat badan tubuh, keseimbangan digunakan saat memindahkan titik berat badan ke kaki depan yang melangkah, dan koordinasi antar kaki dengan tangan sangat diperlukan. Ketiga hal tersebut menunjang


(51)

36

perkembangan anak dalam melakukan berbagai variasi gerkan berjalan. Perkembangan motorik kasar anak usia 5 sampai 6 tahun dalam berjalan dapat dilakukan dengan cara berjalan pada garis yang sudah ditentukan, berjalan jinjit, berjalan dengan merentangkan tangan, bersilang di dada dan mata tertutup (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 1.13; 3.18).

3. Berlari

Berlari merupakan kelanjutan perkembangan dari gerakan berjalan (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 6.4). Perbedaannya dengan berjalan yaitu terletak pada irama ayunan langkah yang lebih cepat dan ada saatnya melayang. Perkembangan motorik kasar dalam berlari berhubungan dengan peningkatan kekuatan kaki dan koordinasi (Endang Rini Sukamti, 2011: 18). Kekuatan kaki yang lebih besar diperlukan untuk menahan berat badan dan saat melangkahkan kaki. Koordinasi yang baik diperlukan untuk perpindahan dari satu langkah berikutnya. Perkembangan berlari untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan cara berlari di tempat, berlari ke depan, ke samping, serta dapat dilakukan dengan variasi gerakan lari. Dalam gerakan lari yang terarah dapat melatih kecepatan bereaksi, kelincahan, kelenturan, keseimbangan, daya tahan, dan sebagainya. Untuk melatih kelincahan diusahakan agar anak dapat mengubah arahnya dengan tiba-tiba tanpa mengubah kecepatannya (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 5.11). Perkembangan motorik kasar anak usia 5 sampai 6 tahun dalam berlari dapat dilakukan dengan cara berlari dan langsung menendang bola, berlari bolak balik, berlari sambil berbelok, dan lain sebagainya (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 1.13;11.5).


(52)

37 4. Menendang

Menendang sama halnya dengan menyepak. Menendang menurut Endang Rini Sukamti (2011: 21) dapat dilakukan anak setelah anak mampu mempertahankan keseimbangan tubuhnya dalam posisi berdiri di atas satu kaki sementara satu kaki lainnya diangkat dan diayunkan ke depan. Perkembangan gerakan menendang pada anak usia dini berkembang sejalan dengan meningkatnya kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi tubuh. Kekuatan kaki diperlukan saat melakukan gerakan menyepak atau menendang. Keseimbangan diperlukan untuk menjaga posisi berdiri saat ingin menendang bola. Koordinasi seperti koordinasi mata dan kaki diperlukan saat anak mendapat operan bola dan saat menendang bola.

5. Menangkap

Menangkap pada awalnya menurut Bambang Sujiono (2005: 5.19) merupakan gerakan yang dilakukan dengan cara menghentikan suatu benda yang menggulir di lantai atau yang ada di dekatnya. Kemudian dilanjut ketahap berikutnya yaitu menangkap benda yang dilambungkan. Menangkap benda yang dilambungkan pada mulanya anak usia dini hanya menjulurkan tangannya lurus ke depan dengan telapak tangan terbuka menghadap ke atas. Pada anak usia 5 sampai 6 tahun menurut Endang Rini Sukamti (2011: 23) gerakan menangkap sudah semakin baik, tetapi untuk lebih dapat menguasainya dengan baik lagi dapat dicapai ketika usia kurang lebih 8 tahun. Perkembangan menangkap bola ini dapat meningkatkan kekuatan tangan dan koordinasi mata dan tangan.


(53)

38 6. Mencium lutut

Mencium lutut menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 11.10) merupakan salah satu kegiatan motorik kasar yang dapat melatih kelentukan bagi anak usia TK. Mencium lutut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mencium lutut dengan duduk selonjor, mencium lutut dengan duduk kaki terbuka, mencium lutut dengan sikap lari gawang, dan lain sebagainya. Cara melakukan mencium lutut dari sikap duduk berselonjor menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 11.10) dimulai dari duduk selonjor, kedua kaki rapat lurus ke depan, kedua lengan sejajar bahu lurus ke depan. Kemudian bungkuk-bungkukkan badan ke depan berulang-ulang hingga hidung mencium lutut dan jari-jari tangan dan kedua telapak tangan menyentuh jari-jari kaku atau memegang pergelangan kaki. Sedangkan cara mencium lutut dengan duduk kaki terbuka hampir sama hanya kaki agak dibuka.

7. Mendorong

Mendorong atau pushing merupakan usaha pengerahan kekuatan dalam melawan suatu objek atau orang, di mana dalam mendorong itu akan menyingkirkan objek dari badan atau malah mendorong badan menjauhi objek (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 4.40). Kegiatan mendorong ini merupakan salah satu cara untuk melatih kekuatan (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 11.3) serta salah satu cara dalam pembentukan otot lengan, bahu, dan kaki (Bambang Sujiono, dkk, 2005: 6.9). Kegiatan mendorong dapat dilakukan dengan cara mendorong benda mati ataupun hidup seperti mendorong tembok, kayu, mendorong teman. Cara melakukan gerakan mendorong teman (dorong-dorongan) menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 6.9) dapat dilakukan dengan cara berdiri berhadapan, kedua


(54)

39

lengan saling berpegangan pada pundak temannya, dan kaki kanan masing-masing anak melangkah ke belakang kira-kira 30 cm. Lakukan setelah ada tanda atau aba-aba dan dilakukan 2-8 kali. Setelah itu lakukan dengan kedua lengan lurus masing-masing kedua telapak tangan saling menempel dan dilakukan 2x8 kali.

Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti tingkat perkembangan motorik kasar anak usia 5 (lima) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun yang mengacu pada Bambang Sujiono, dkk (2005) dalam hal melatih kelentukan, keseimbangan, kekuatan, dan kelincahan, serta koordinasi pada perkembangan motorik kasar anak usia 5-6 tahun. Adapun setiap aktivitas motorik yang melatih kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan, antar lain: (a) melatih kelentukan aktivitas gerak motorik kasar yang akan dipraktikkan dengan mencium lutut, (b) melatih keseimbangan aktivitas gerak motorik kasar yang dipraktikkan dengan berjalan di atas garis lurus dan berdiri di atas satu kaki, (c) melatih kelincahan aktivitas gerak motorik kasar yang dipraktikkan dengan lari bolak-balik memindahkan bola, (d) melatih koordinasi aktivitas gerak motorik kasar yang dipraktikkan dengan menangkap bola dan menendang bola, (e) melatih kekuatan aktivitas gerak motorik kasar yang dipraktikkan dengan dorong mendorong teman.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yetty Isna Wahyuseptiana (2014) yang berjudul “Tingkat Kemampuan Motorik Kasar pada Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak di


(55)

40

Gugus Sido Mulyo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta”. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Indikator gerak motorik kasar yang digunakan dalam penelitian Yetty Isna Wahyuseptiana adalah gerakan motorik kasar untuk anak kelompok B (5-6 tahun) secara umum. Hasil penelitian mengenai perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B Yogyakarta sebanyak 67 anak (48,6%) berada pada kategori berkembang sangat baik sedangkan 71 anak (51,4%) berada pada kategori berkembang sesuai harapan.

Selain penelitian yang dilakukan oleh Yetty Isna Wahyuseptiana (2014) ada penelitian yang dilakukan oleh Aditya Dwi Nugroho (2015) yang berjudul “Tingkat Kemampuan Motorik Siswa Kelas 3, 4, dan 5 di Sekolah Dasar Negeri Banyuurip 1 Turi Sleman”. Penelitian ini. Hasil penelitian mengenai tingkat kemampuan motorik siswa menunjukkan bahwa sebesar 3,77% (2 siswa) memiliki kemampuan motorik yang baik sekali, sebesar 32,08% (17 siswa) memiliki kemampuan motorik yang baik, sebesar 26,42% (14 siswa) memiliki kemampuan motorik yang sedang sebesar 35,85% (19 siswa) memiliki kemampuan motorik yang kurang, dan sebesar 3,77% (2 siswa) memiliki kemampuan motorik yang kurang sekali.

Adanya penelitian terdahulu maka dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam membuat penelitian sendiri dan agar tidak ada dugaan plagiasi. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Yetty Isna Wahyuseptiana dengan yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang motorik kasar pada anak kelompok B dan juga menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan metode survei.


(56)

41

Sedangkan pada penelitian Aditya Dwi Nugroho sama-sama berfokus pada unsur jasmani anak. Perbedaan penelitian Yetty Isna Wahyuseptiana dengan yang dilakukan peneliti yaitu gerakan motorik kasar untuk anak kelompok B (5-6 tahun) pada penelitian Yetty Isna Wahyuseptiana lebih secara umum. Sedangkan peneliti lebih mengobservasi gerakan motorik kasar untuk anak kelompok B (5-6 tahun) dilihat dari kelentukan, kelincahan, keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan. Sedangkan pada penelitian Aditya Dwi Nugroho metode penelitiannya mengunakan tes sedangkan peneliti menggunakan observasi. Jika dilihat dari beberapa penelitian terdahulu maka penelitian tentang tingkat kemampuan motorik kasar anak penting diketahui, agar dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan anak tersebut.

D. Kerangka Pikir

Perkembangan motorik kasar adalah gerakan yang melibatkan seluruh otot-otot besar seperti otot tungkai, lengan, bahu dan lain sebagainya yang digunakan untuk melakukan gerakan melempar tangkap bola, berlari, berjalan, mendorong. Aktivitas motorik kasar tersebut sangat memerlukan energi lebih sehingga penting dikembangkan pada anak usia dini, hal ini dikarenakan anak usia dini memiliki energi yang tinggi sehingga perlu adanya penyaluran energi. Seperti yang dikemukakan Martini (2006: 6) bahwa pada usia 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) atau 6 (enam) tahun, anak usia dini memiliki energi yang tinggi dan energi tersebut memerlukan penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik yaitu melalui kegiatan motorik kasar. Penyaluran perkembangan motorik kasar pada anak perlu


(57)

42

adanya bantuan dari para guru. Apabila anak tidak dapat mengendalikan atau menyalurkan aspek perkembangan motorik kasar tersebut maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi anak sehari-harinya (Bambang Sujiono, 2005: 1.4). Secara langsung, anak akan dapat menentukan keterampilannya dalam melakukan gerak. Sedangkan secara tidak langsung, perkembangan motorik kasar akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain.

Pengembangan motorik kasar yang dilakukan oleh guru TK harus memperhatikan prinsip, faktor-faktor perkembangan motorik kasar dan unsur kebugaran jasmani, seperti kekuatan, kelincahan, keseimbangan, kelentukan, koordinasi, kecepatan. Namun di lapangan diketahui bahwa dalam mengembangkan perkembangan motorik kasar guru kurang memfokuskan pada unsur kebugaran jasmani anak. Hal ini dapat dilihat dari guru tidak pernah memberikan aktivitas motorik kasar dalam mencium lutut dan ada anak yang belum bisa mencium lututnya. Padahal kurangnya stimulasi yang diberikan guru kepada anak usia dini akan berpengaruh pada peningkatan perkembangan motorik kasar anak. Peningkatan tersebut dapat dilatih dari gerakan-gerakan yang dasar atau sederhana ke arah gerakan yang lebih terkoordinasi dan lebih bervariasi. Seperti perkembangan motorik kasar anak usia 5 (lima) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun yang mengacu pada Bambang Sujiono, dkk (2005) dalam hal melatih kelentukan, keseimbangan, kekuatan, dan kelincahan, serta koordinasi. Adapun setiap aktivitas motorik kasar yang melatih kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan, antar lain: (a) melatih kelentukan yang akan


(58)

43

dipraktikkan dengan mencium lutut, (b) melatih keseimbangan yang dipraktikkan dengan berjalan di atas garis lurus dan berdiri di atas satu kaki, (c) melatih kelincahan yang dipraktikkan dengan lari bolak-balik memindahkan bola, (d) melatih koordinasi yang dipraktikkan dengan menangkap bola dan menendang bola, (e) melatih kekuatan yang dipraktikkan dengan dorong mendorong teman.

Berdasarkan observasi pada anak TK kelompok B segugus 2 Panjatan belum diketahui seberapa tinggi tingkat penguasaan perkembangan motorik kasar yang diberikan oleh guru TK terutama dalam melatih unsur jasmani anak. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian atau observasi lebih lanjut untuk mengetahui perkembangan motorik kasar anak. Dari penjelasan di atas dapat dibuat menjadi bagan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori maka pertanyaan penelitian dapat dijabarkan dalam pertanyaan berikut: Seberapa tinggi persentase tingkat perkembangan motorik kasar pada anak TK Kelompok B (5-6 tahun) Se-Gugus 2

Perkembangan Motorik Kasar Bambang Sujiono,

dkk (2005)

Tingkat Perkembangan Motorik Kasar Anak TK Kelompok B (5-6

tahun) Segugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo


(59)

44

Kecamatan Panjatan Kulon Progo Yogyakarta dalam unsur kelentukan, keseimbangan, kelincahan, koordinasi, dan kekuatan?


(60)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan uraian yang disampaikan peneliti di atas, maka peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode survei. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan angka-angka dalam menyajikan data baik dalam pengumpulan data, analisis data, maupun penampilan hasil penelitian (Sugiyono, 2012: 11). Menurut Morissan (2012: 166) suatu survei deskriptif berupaya menjelaskan atau mencatat kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa yang ada saat ini. Sedangkan menurut Guy (Wuradji, 2006: 2) metode penelitian survei merupakan penelitian yang berusaha mengumpulkan data satu atau beberapa variabel yang diambil dari anggota populasi untuk menentukan status populasi tersebut pada saat penelitian. Sama dengan Guy, menurut Sofian Effendi (2014: 3) dalam penelitian survei informasi dikumpulkan dari responden melelui kuesioner dan survei dibatasi pada penelitian dengan data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi.

Dengan kata lain, survei deskriptif berupaya untuk mengungkapkan situasi saat ini terkait dengan suatu topik studi tertentu yang diambil dari anggota populasi atau data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi, tanpa harus menjelaskan mengapa situasi itu ada. Penelitian yang dilakukan juga tidak terus berlanjut ke penelitian selanjutnya, hanya dilakukan pada saat ini saja atau hanya dilakukan sekali. Fenomena yang disurvei, dapat menggambarkan mengenai karakteristik, proses perubahan atau perkembangan anak (Wuradji, 2006: 1).


(61)

46

Dalam penelitian survei deskriptif, variabel-variabel yang diteliti terbatas atau tertentu saja. Pada penelitian ini variabel yang digunakan hanya satu variabel yaitu tingkat perkembangan motorik kasar di TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti pada tahun ajaran 2015/2016 pada semester II, tepatnya pada tanggal 28 Maret sampai dengan 11 Mei 2016. Dengan subjeknya adalah sebagian anak usia 5-6 tahun yang juga merupakan anak TK Kelompok B semester II segugus II Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti di gugus II Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Pada gugus II Panjatan ini terdiri dari 6 TK diantaranya adalah TK PKK Mekar Harapan, TK PKK Depok, TK YM Depok, TK ABA Depok, TK PKK Tayuban, dan TK ABA Pleret.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penentuan subjek penelitian dapat dilakukan melalui populasi atau sampel. Menurut Sugiyono (2005: 55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetepkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Muhmmad Idrus (2009: 93) populasi dilakukan apabila pengambilan subjek penelitian meliputi keseluruhan populasi yang ada.


(62)

47

Populasi dalam penelitian adalah seluruh anak TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo Yogyakarta. Populasi terdiri dari 6 Taman Kanak-kanak dengan 7 kelas kelompok B dengan jumlah siswa seluruhnya ada 159 anak. Populasi tersebut sebagaimana ditampilkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Daftar TK Kelompok B Se-Gugus 2 Kecamatan Panjatan Kulon Progo

No Nama TK Kelas Jumlah Anak

1 TK PKK MEKAR HARAPAN B 24 anak

2 TK PKK DEPOK B 20 anak

3 TK YM DEPOK B 25 anak

4 TK ABA DEPOK B 15 anak

5 TK PKK TAYUBAN B 30 anak

6 TK ABA PLERET B1 22 anak

B2 23 anak

Jumlah 159 anak

Sumber : UPTD Panjatan Kab. Kulon Progo (2015)

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Sugiyono (2012: 120) bila populasi besar dan peneliti tidak memungkinkan mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel untuk penelitiannya. Sehingga dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan sampel untuk penelitiannya.

Teknik yang digunakan peneliti dalam mengambil sampel adalah teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2012: 122) teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi dan dilakukan bila anggota populasi bersifat homogen.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 134) apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, namun jika subyeknya besar atau lebih dari


(1)

165

TK PKK Mekar Harapan

Gambar 1.

Anak melakukan berdiri di atas satu kaki dengan berbagai variasi

Gambar 2.

Anak sedang dorong-dorongan dengan posisi telapak tangan saling menempel temannya


(2)

166 TK PKK Depok

Gambar 3.

Anak sedang berjalan di atas garis lurus dengan tangan bersilang di dada dan sambil tutup mata

Gambar 4.

Anak sedang mencium di antara 2 kaki sambil duduk dengan kaki terbuka lurus


(3)

167 TK YM Depok

Gambar 5.

Anak sedang berdiri di atas satu kaki dengan tangan bersilang di dada dan sambil tutup mata

Gambar 6.


(4)

168 TK ABA Depok

Gambar 7.

Anak sedang melakakukan pemanasan bersama para guru

Gambar 8.


(5)

169

TK PKK Tayuban

Gambar 9.

Anak sedang menangkap bola yang dilempar oleh guru

Gambar 10.

Anak sedang dorong-dorongan dengan posisi tangan di pundak temannya


(6)

170 TK ABA Pleret

Gambar 11.

Anak sedang bermain memindahkan bola

Gambar 12.