Hubungan antara intimacy, passion, commitment dan frekuensi mengakses situs porno.

(1)

vii

HUBUNGAN ANTARA INTIMACY, PASSION, COMMITMENT DAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS PORNO

Masadjie Abisuryo ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intimacy, passion, commitment dan frekuensi mengakses situs porno. Subjek penelitian ini adalah 38 mahasiswa laki-laki dengan rentang usia antara 18-24 tahun yang sedang berpacaran. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara segitiga cinta Sternberg dalam hal ini melalui 3 komponen nya yakni intimacy, passion, dan commitment dengan kecenderungan mengakses situs porno. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam penelitian ini. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala adaptasi segitiga cinta Sternberg dan skala frekuensi mengakses situs porno. Reliabilitas skala segitiga cinta Sternberg ini 0,90. Uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji linearitas. Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal dan tidak memiliki hubungan linear antara teori segitiga cinta sternberg dengan kecenderungan mengakses situs porno. Data dalam penelitian ini menggunakan korelasi spearman dengan program SPSS for windows versi 16.0 dan diperoleh passion dengan nilai -0,235 memiliki probabilitas 0,078 (p>0,05), komponen intimacy dengan nilai -0,015 memiliki probabilitas 0,465 (p>0,05), dan yang terakhir komponen

commitment dengan nilai -0,068 memiliki probabilitas 0,342 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan hipotesis ditolak.


(2)

viii

THE CORRELATION BETWEEN INTIMACY, PASSION, COMMITMENT AND FREQUENCY OF ACCESS PORN SITES

Masadjie Abisuryo ABSTRACT

This research aimed to find out the correlation between intimacy, passion, commitment and frequency of access porn sites. The subjects in this research consisted of 38 male college student who has 18-24 years old and in the relationship. The hypothesis in this research there was a negative correlation between Sternberg’s triangular love, in this case through the 3 components which

are intimacy, passion, and commitment with the tendency of access porn sites. In this research, researcher used purposive sampling. The data in this research were obtained by using the adaptation of Sternberg’s triangular love scale and the

tendency of access porn sites scale. The reliability of Sternberg’s triangular scale

is 0,90. The assumption test that used in this research were normality and linearity. The result of assumption test is the distribution of the data are not

normal and doesn’t have a linear relationship between theory of Sternberg’s

triangular love with the tendency of access porn sites on male collage student. The data on this research use spearman correlation on SPSS for windows 16.0 version and the results are passion got -0,235 and the probability is 0,078 (p>0,05),, the intimacy got 0,015 and the probability is 0,465 (p>0,05), and the last is commitment that got -0,068 and the probability is 0,342 (p>0,05). The meaning of the results are the hypothesis got rejected


(3)

HUBUNGAN ANTARA INTIMACY, PASSION, COMMITMENT

DAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS PORNO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Masadjie Abisuryo 109114146

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA INTIMACY, PASSION, COMMITMENT

DAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS PORNO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Masadjie Abisuryo 109114146

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

HUBUNGANANTARAlNTIMACY, PASSION, COMMITMENTDAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS PORNO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SaIjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Pembimbing Skripsi

Dr. T Priyo Widiyanto, M.Si.

11


(6)

PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTIMACY, PASSION, COMMITMENTDAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS PORNO

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Masadjie Abisuryo 109114146

Tanda Tangan

...

I«!l(~

~

Susunan Panitia Penguji

Telah dipertahankandidepan Panitia Penguji pada tanggal 16 Maret 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Nama Lengkap

Penguji 2: Minta Istono, M.Si. Penguji 3: P. Eddy Suhartanto, M.Si. Penguji 1 : Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.

Yogyakarta,

1

7 MAY

2016

F~~~

(Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.)


(7)

iv

KOSONG ADALAH ISI.... ISI ADALAH KOSONG! -TONG SAM CONG-

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil!!

-Lukas 1: 37-

IF YOU HAVE TIME TO THINK OF A BEAUTIFUL END

THEN LIVE BEAUTIFULLY UNTIL THE END


(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus penolong ku.

Terima kasih atas karyaMu di dalam hidupku.

Terima kasih untuk penyertaanMu yang tiada habisnya.

Tidak ada yang dapat menggantikan betapa berharganya diriMu dalam setiap langkahku, ketika jatuh dan jauh dariMu, Kau tetap setia di sampingku.

Lewat karya ini lah kupersembahkan untukMu.

Orang tua yang kucintai

Terima kasih untuk semua dukungan yang kalian berikan. Terima kasih atas segala doa dan kepercayaan selama ini.

Terima kasih karena telah bersabar menunggu meski waktu begitu lama. Karya ini kupercaya dapat memberikan salah satu kebahagiaan untuk kalian. Sekali lagi terima kasih

Teman-teman yang terbaik

Terima kasih karena bantuan selama ini

Terima kasih atas tawa dan cerita yang menghiasi. Dan terima kasih karena telah mau menjadi teman ku.


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakalia, 18 Mei 2016

5t

Penulis


(10)

vii

HUBUNGAN ANTARA INTIMACY, PASSION, COMMITMENT DAN FREKUENSI MENGAKSES SITUS PORNO

Masadjie Abisuryo ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intimacy, passion, commitment dan frekuensi mengakses situs porno. Subjek penelitian ini adalah 38 mahasiswa laki-laki dengan rentang usia antara 18-24 tahun yang sedang berpacaran. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara segitiga cinta Sternberg dalam hal ini melalui 3 komponen nya yakni intimacy, passion, dan commitment dengan kecenderungan mengakses situs porno. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam penelitian ini. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan skala adaptasi segitiga cinta Sternberg dan skala frekuensi mengakses situs porno. Reliabilitas skala segitiga cinta Sternberg ini 0,90. Uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji linearitas. Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal dan tidak memiliki hubungan linear antara teori segitiga cinta sternberg dengan kecenderungan mengakses situs porno. Data dalam penelitian ini menggunakan korelasi spearman dengan program SPSS for windows versi 16.0 dan diperoleh passion dengan nilai -0,235 memiliki probabilitas 0,078 (p>0,05), komponen intimacy dengan nilai -0,015 memiliki probabilitas 0,465 (p>0,05), dan yang terakhir komponen

commitment dengan nilai -0,068 memiliki probabilitas 0,342 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan hipotesis ditolak.


(11)

viii

THE CORRELATION BETWEEN INTIMACY, PASSION, COMMITMENT AND FREQUENCY OF ACCESS PORN SITES

Masadjie Abisuryo ABSTRACT

This research aimed to find out the correlation between intimacy, passion, commitment and frequency of access porn sites. The subjects in this research consisted of 38 male college student who has 18-24 years old and in the relationship. The hypothesis in this research there was a negative correlation between Sternberg’s triangular love, in this case through the 3 components which

are intimacy, passion, and commitment with the tendency of access porn sites. In this research, researcher used purposive sampling. The data in this research were obtained by using the adaptation of Sternberg’s triangular love scale and the

tendency of access porn sites scale. The reliability of Sternberg’s triangular scale

is 0,90. The assumption test that used in this research were normality and linearity. The result of assumption test is the distribution of the data are not

normal and doesn’t have a linear relationship between theory of Sternberg’s

triangular love with the tendency of access porn sites on male collage student. The data on this research use spearman correlation on SPSS for windows 16.0 version and the results are passion got -0,235 and the probability is 0,078 (p>0,05),, the intimacy got 0,015 and the probability is 0,465 (p>0,05), and the last is commitment that got -0,068 and the probability is 0,342 (p>0,05). The meaning of the results are the hypothesis got rejected


(12)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLlKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna Nama : Masadjie Abisuryo

Nomor Mahasiswa : 109114146

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanna karya ilmiah saya yang beljudul :

Hubungan AntaraIntimacy, Passion, Commitmentdan Frekuensi Mengakses Situs Porno

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhanlla hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya. Dibuat di Yogyakmia

Pada tanggal : 18 Mei 2016

Yang menyatakan

(Masadjle Abisuryo)


(13)

x

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yesus atas segala kebaikan, kasih, berkat, bimbingan, pertolongan, dan segala hal yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik

yang berjudul “Hubungan Antara intimacy, passion, commitment dan frekuensi mengakses situs porno” sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis sadar bahwa selama mengerjakan penyusunan skripsi ini memang memakan waktu yang sangat lama, karena disebabkan tidak terlepas nya banyak halangan yang berasal dari luar maupun dari dalam diri penulis sendiri. Akan tetapi, karena doa dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mampu untuk tetap terus melanjutkan skripsi ini hingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Tidak ada yang lebih dahulu dan nomer satu kecuali Tuhan Yesus, Dia yang selalu ada disetiap langkah kehidupan yang saya pijaki. Begitu banyak kebaikan yang Ia berikan terlebih cintaNya. TanpaNya mungkin akan terasa lebih berat menyelesaikan ini semua. Terima kasih! Terima kasih! Tuhan.

2. Mbak P. Henrietta PDADS., MA. Selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas bantuan dan dorongan yang telah diberikan selama ini


(14)

xi

meski baru di pertengahan kuliah berjalan menjadi Dosen Pembimbing Akademik saya. Sekali lagi terima kasih.

3. Bapak Dr, T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih karena bapak telah membantu dan menemani saya dalam perjalanan mengerjakan skripsi ini, meski saya lebih lama dari yang lain tapi terima kasih karena sekarang karena berkat bantuan bapak saya pun dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Minta Istono, M.Si dan bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku dosen penguji ujian skripsi. Terima kasih atas bantuan dan masukan yang diberikan dalam membenahi skripsi saya agar menjadi skripsi yang lebih baik.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma lain. Terima kasih atas setiap pengajaran yang telah diberikan selama saya berkuliah. Meskipun kadang saya orang nya juga kadang susah mendengarkan tapi terima kasih atas kesabarannya selama ini.

6. Seluruh jajaran staf maupun karyawan di Fakultas Psikologi Sanata Dharma. Terima kasih pula atas kebaikan dan pengabdian serta pelayanan yang sangat baik.

7. Untuk kedua Orang tua Saya, maaf karena sudah begitu lama menunggu selesai nya saya menjalani pendidikan disini dan begitu banyak


(15)

xii

permintaan maaf yang tidak dapat dituliskan. Tetapi, terima kasih karena kesabaran dan cinta kalian berdua kini akhirnya saya dapat menyelesaikan dengan baik. Terima kasih

8. Untuk mas Itok, bulek Eni, om Moko juga Arka. Terima kasih karena dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini sehingga sekarang pun akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

9. Untuk simbah dan bulek Sri. Terima kasih karena sudah hampir 9 tahun jadi tempat saya tinggal di jogja ini semoga selalu di berkati dan dilancarkan hari-harinya. Begitu banyak bantuan selama itu sekali lagi terima kasih.

10.Teman-teman ALBATROSS FORCE terima kasih pula sudah 8 tahun menemani saya mengobrol hal yang tidak biasa, mengajak saya mengenal cosplay, memiliki teman yang luar biasa disini (Ian, Satria, Willy, Yudis) terima kasih karena kalian saya merasa diterima disini. Kalian terbaik!

11.Teman-teman ngedan jaman kuliah (Nani, Nopa, Irma, Tyas, Geri, Tirsa) senang bisa berkenalan dengan kalian sama-sama capek, stres, kumpul jalan-jalan, asik lah pokok nya. Kedepannya kalo ketemu lagi ngedan lagi ya. Khusus Silpi terima kasih berjuta juta terima kasih karena mau membantu dengan luar biasa nya. Sekali lagi terima kasih dan sampai jumpa lagi.


(16)

xiii

12.Sahabat dan saudara yang sampai saat ini menemani saya terus Yoga, tidak ada kata maupun kalimat yang bisa saya tulis untuk mengucapkan segala bantuan mu yang ada disana menolong selalu. Sewaktu orang lain menghilang dan membalikkan badannya, kamu jadi orang yang selalu menerima saya dengan terbuka, entah sudah berapa hari dan berapa malam saya membuat anda repot tapi anda masih mau membantu saya. Saya beruntung mengenal anda. Sangat beruntung, terima kasih Yog!! Biar lain kali saya yang membalas kebaikan anda.

13.Untuk Santa dan keluarga. Sekarang mungkin sudah tidak saling menegur sapa tapi, terima kasih untuk 6 tahun ini. Terima kasih untuk perjalanan nya, terima kasih untuk tiap cerita menyenangkan, terima kasih karena telah menerima saya. Semoga selalu bahagia. Tuhan Memberkati.

14.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam terselesaikan skripsi ini yang tidak dapat saya tulis satu per satu. Sekali lagi terima kasih.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka pada kritik maupun saran supaya skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis juga berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak maupun masyarakat yang memerlukannya.


(17)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

1. Manfaat Teoritis... 7

2. Manfaat Praktis... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. Situs Porno... 9


(18)

xv

2. Pornografi... 9

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi mengakses porno. 11 B. Dewasa Awal... 14

1. Definisi... 14

2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal... 15

3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal... 19

C. Intimacy, Passion, Commitment... 19

1. Komponen Segitiga Cinta... 20

2. Efek Berkurangnya Intimacy, Passion, Commitment... 27

D. Dinamika Hubungan Antara Intimacy, Passion, Commitment dan Frekuensi Mengakses Situs Porno... 29

E. Hipotesis... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian... 34

B. Variabel Penelitian... 34

C. Definisi Operasional... 34

1. Kecenderungan Mengakses Situs Pornografi... 34

2. Teori Segitiga Cinta Sternberg... 35

D. Subjek Penelitian... 35

E. Teknik Pengumpulan Data... 36

F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas... 38

G. Teknik Analisis Data... 39

a. Uji Normalitas... 39


(19)

xvi

c. Uji Hipotesis... 40

H. Pelaksanaan Uji Coba... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ... 42

A. Persiapan Pelaksaan dan Penelitian... 42

B. Deskripsi Subjek Penelitian... 42

C. Hasil Penelitian... 43

a. Uji Normalitas... 43

b. Uji Linearitas... 44

c. Uji Hipotesis... 45

D. Pembahasan... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 51

A. Kesimpulan... 51

B. Saran... 51

1. Subjek Penelitian... 51

2. Peneliti selanjutnya... 52

DAFTAR PUSTAKA... 53


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue Print Skala Segitiga Cinta Sternberg... 37

Tabel 2 Distribusi Item Skala Segitiga Cinta Sternberg Sebelum Ujicoba 39 Tabel 3 Distribusi Item Skala Segitiga Cinta Sternberg Setelah Ujicoba 39 Tabel 4 Deskripsi Subjek Penelitian... 43

Tabel 5 Hasil Uji Normalitas... 44

Tabel 6 Hasil Uji Linearitas... 45

Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis... 46

Tabel 7.1 Passion... 46

Tabel 7.2 Intimacy... 46


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Metode Back-Translation Skala Segitiga Cinta Sternber... 57

Lampiran 2 Skala Segitiga Cinta Sternberg dan Kecenderungan Mengakses Situs Porno... 64

Lampiran 3 Hasil Seleksi Item Skala... 70

Lampiran 4 Reliabilitas Skala... 72

Lampiran 5 Uji Normalitas... 73

Lampiran 6 Uji Linearitas... 74


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Hingga saat ini, pemerintah Indonesia sepertinya belum dapat melakukan pemblokiran secara menyeluruh pada situs-situs pornografi. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat memperlihatkan fakta bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dunia dalam hal traffic terbesar untuk akses pornografi melalui perangkat seluler. Traffic data seluler dari smartphone

maupun tablet yang berasal dari alamat internet Indonesia mengalami pertumbuhan 457% sepanjang tahun 2014. Lonjakan traffic ini hanya memiliki selisih sedikit dari Turki yang menduduki peringkat pertama dengan lonjakan 653% (www.detik.com ; 2015). Data tersebut memperlihatkan bagaimana masyarakat Indonesia masih dengan mudahnya membuka akses situs porno di internet.

Kemudahan dalam mengakses situs porno di internet ini dapat menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan dan beresiko mengalami berbagai macam masalah (Cooper, 2002). Masalah tersebut dapat terjadi pada mereka yang sedang berpacaran maupun yang tidak. Dalam studi kualitatif, perempuan yang mengetahui pasangannya sedang membuka situs porno, melaporkan bahwa pasangan laki-laki mereka terlihat mengambil jarak dan menjadi penuh rahasia sehingga membuat hubungan menjadi buruk (Bergner & Bridges, 2002). Whitty (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ketika perempuan sedang menjalin sebuah hubungan dengan laki-laki yang


(23)

mengonsumsi pornografi, mereka merasa dikhianati sebab perbuatan pasangan mereka sama dengan perselingkuhan. Hal ini menyebabkan peningkatan resiko munculnya masalah dalam hubungan mereka, antara lain komunikasi dan penyesuaian diri yang negatif, serta dedikasi dan kepuasan seksual yang rendah. Temuan tersebut juga sesuai dengan pandangan salah satu kelompok partisipan dalam penelitan yang dilakukan oleh Spencer, Sesen, Kay dan Frank (2013) yang menyatakan bahwa membuka atau melihat konten porno tidak diperlukan karena mereka sudah memiliki pasangan yang memberikan kepuasan dalam menjalin hubungan dan hal ini akan menimbulkan masalah bila dilakukan.

Berdasarkan temuan-temuan di atas, dapat dilihat bahwa subjek dalam penelitian-penelitian itu memperlihatkan bahwa laki-laki merupakan pihak yang sering membuka situs porno. Hal tersebut sejalan dengan temuan dari Kaspersky Lab yang bekerja sama dengan University of Wuerzberg, Jerman, memberikan laporan mengenai perbedaan perilaku laki-laki dan perempuan saat mengakses internet, dimana laki-laki cenderung mencari hiburan, games, dan konten seksual, sementara perempuan cenderung berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman atau pasangan (www.nationalgeographic.co.id; 2014). Hal ini didukung oleh Jason, Laura, Larry, Chad, Caroline dan Stephanie (2008), bahwa partisipan perempuan mempunyai pandangan yang menentang pornografi, sementara 9 dari 10 laki-laki mengatakan bahwa mereka mengkonsumsi pornografi dalam frekuensi mingguan atau lebih.


(24)

Berdasarkan pada hasil penelitian-penelitian sebelumnya maka peneliti akan menggunakan laki-laki sebagai subjek penelitian kali ini.

Young (dalam Haryanti, 2001) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi mengakses situs porno. Pertama, faktor kepribadian orang tersebut, yaitu seringnya mengakses situs porno cenderung dialami oleh individu yang tidak percaya diri akibat mengalami persepsi negatif terhadap citra tubuhnya, disfungsi seksual, ataupun menderita kecanduan seks (Young, 1998). Kedua, faktor situasional, individu yang memiliki kebutuhan akan materi seks atau tempat pelarian sebagai akibat dari keterbatasan dalam bidang seksualitas cenderung memilih situs porno untuk mewadahinya (Young, 1998). Ketiga, faktor lingkungan (Young, 1997), lingkungan yang menyediakan kemudahan dalam memakai jasa internet dan penyedia layanan internet yang menetapkan harga rata-rata untuk pemakaian yang tidak terbatas bagi pelanggannya, membuat pengguna internet akan bertahan lama online tanpa memikirkan beban finansial sehingga mendorong seseorang menjadi kecanduan. Terakhir, faktor interaksional, yakni dikarenakan seseorang akan lebih mudah menemukan dukungan sosial, pemuasan hasrat seksual, dan pembentukan pesona (Young, 1997).

Dawn dan Destin (2014) mengungkap bahwa pornografi pada pria berhubungan positif dengan konflik peran gender dan avoidant serta gaya kelekatan yang didasari kecemasan, dan berhubungan secara negatif dengan kualitas hubungan dan kepuasan seksual mereka. Partisipan penelitian tersebut


(25)

merupakan pria dengan rata-rata usia 19 sampai 29 tahun yang merupakan dewasa awal.

Dari beberapa faktor tersebut, faktor situasional menurut Young (1988) yang mengatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan akan materi seks atau tempat pelarian sebagai akibat dari keterbatasan dalam bidang seksualitas cenderung memilih situs porno untuk mewadahinya memiliki hubungan dengan passion. Keterbatasan seksualitas merupakan bentuk dari terhalangnya seseorang dalam menyalurkan gairah seksual dan passion merupakan komponen yang berhubungan dengan gairah seksual. Hatfield (1988) berpendapat bahwa Passion terbentuk dari adanya hasrat yang mendalam untuk bersama orang lain berdasarkan pada kombinasi dari emosi serta perilaku. Penelitian yang dilakukan oleh Giancarlo (2013) menemukan bahwa pada masa dewasa awal, seseorang akan memiliki gairah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang sudah berusia lanjut.

Penelitian dari Dawn dan Destin (2014) mengungkapkan bahwa mengakses situs porno berhubungan negatif dengan kualitas hubungan. Kualitas hubungan sendiri memiliki keterkaitan dengan intimacy dan

commitment seseorang. Intimacy menurut Sternberg (1986) menunjuk pada perasaan kedekatan atau keterikatan dengan seseorang dan mencakup kemampuan satu sama lain untuk menceritakan pikiran-pikiran terdalam, kecemasan-kecemasan, harapan-harapan, dan impian-impian. Untuk menceritakan pikiran-pikiran pada orang lain tentunya membutuhkan kepercayaan satu sama lain. Hal ini terbukti jika terdapat konflik serta


(26)

perbedaan pun dapat diselesaikan dengan saling menghargai dan percaya akan satu sama lain sebagai bentuk dukungan dalam melewati waktu-waktu yang sulit (Howe, 2002). Commitment yang merupakan elemen kognitif, adalah keputusan untuk mencintai dan untuk terus dicintai. Seseorang juga dapat memilih untuk mencintai tanpa harus ada komitmen didalam cinta tersebut (Sternberg, 1986). Hubungan Commitment ini sendiri meliputi keterikatan psikologis pada pasangan, orientasi jangka panjang dalam hubungannya, dan keinginan untuk terus bersama pasangan (Arriaga & Agnew, 2001). Melalui deinisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa intimacy dan commitent

merupakan dua komponen yang juga mendukung sebuah kualitas hubungan.

Intimacy, Passion, dan Commitment merupakan komponen yang ada dalam teori segitiga cinta Stenberg (1986). Segitiga cinta ini menunjukkan di mana tingkat cinta seseorang pada saat ini, sedangkan hal lainnya dapat menunjukkan tingkat ideal dan apa yang diinginkan dari suatu hubungan. Segitiga cinta ini dapat memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda. Perbedaan yang signifikan dalam bentuk maupun ukuran antara yang sebenarnya dan yang ideal dari cinta adalah untuk memprediksi indikasi ketidakpuasan dalam hubungan dan teori ini dijabarkan dari bentuk hubungan romantis yang terbentuk mulai dari masa dewasa awal.

Pada masa dewasa awal, setelah individu berhasil mencapai identitas yang stabil, mereka memasuki tahap keenam, yakni keintiman versus isolasi. Keintiman merupakan proses menemukan diri sendiri sekaligus peleburan diri sendiri di dalam diri orang lain. Keintiman juga membutuhkan komitmen


(27)

terhadap orang lain. Ketika seseorang gagal mengembangkan relasi yang intim di masa dewasa awal, maka ia akan mengalami isolasi (Erikson dalam Santrock, 2011). Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari masa sekolah menengah atas menjadi mahasiswa, bekerja (penuh maupun paruh waktu), meninggalkan rumah, menikah, dan memiliki anak. Perkembangan masa dewasa awal ini bermula dari usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun (Papalia, Olds & Feldman, 2009).

Individu dapat menjadi sosok dewasa awal dalam arti sebenarnya, ketika individu tersebut mencari keintiman emosial dan fisik dengan teman sebaya atau pasangan romantis. Hubungan ini mengisyaratkan keterampilan seperti kesadaran diri, empati, kemampuan mengomunikasikan emosi, pembuatan keputusan seksual, penyelesaian konflik, dan kemampuan mempertahankan komitmen. Ketrampilan tersebut sangat penting ketika orang dewasa awal memutuskan untuk membentuk hubungan dengan pasangan yang tidak terikat pernikahan, memiliki pasangan homoseksual, memutuskan untuk menikah, atau hidup sendiri, atau memutuskan memiliki atau tidak memiliki anak (Lambeth & Hallett, 2002). Selain itu, menurut Keith Davis (1985), hubungan pertemanan dan pasangan romantis sama-sama memiliki sifat menerima, percaya, saling menghormati, terus terang, memahami, spontanitas, saling menolong dan kebahagiaan. Akan tetapi, hubungan dengan pasangan romantis adalah hubungan yang lebih eksklusif dan penuh kekaguman dibandingkan dengan hubungan pertemanan. Berdasarkan penjelasan bahwa hubungan romantis tersebut terjadi pada masa dewasa awal maka peneliti


(28)

menggunakan subjek yang sedang berada dalam masa dewasa awal yaitu mereka yang berusia 20 tahun sampai dengan 40 tahun.

B.Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, permasalahan pokok yang ingin diungkap peneliti

adalah “Apakah ada hubungan antara Intimacy, Passion, Commitment dan frekuensi mengakses situs porno?”

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Intimacy,

Passion, Commitment dan frekuensi mengakses situs porno.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau menjadi manfaat praktis dan teoritis, antara lain :

1. Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi perkembangan ilmu psikologi dalam memahami 3 komponen dalam segitiga cinta Sternberg dan pengaruhnya terhadap frekuensi mengakses situs porno pada laki-laki yang sudah memiliki pasangan.

2. Manfaat Praktis :

Diharapkan penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan intimacy, passion,


(29)

dan commitment dalam suatu hubungan, terutama masalah yang timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan ketiga hal tersebut, juga diharapkan dapat memecahkan masalah mengenai pengaksesan situs porno yang semakin tinggi jumlah akses nya per tahun.


(30)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Situs Porno 1. Definisi

Pokok materi yang terdapat di internet yang secara spesifik menjual gambar-gambar erotik dan informasi porno berisikan hal tidak senonoh atau cabul dan secara sengaja dimaksudkan untuk membangkitkan nafsu seksual para pengaksesnya (www. bakohumas.depkominfo.go.id, 2006).

Menurut Bungin (2003), situs porno yang terdapat di internet terkandung dua bentuk porno, yaitu :

1. Pornografi, yaitu gambar-gambar porno yang diperoleh dalam bentuk foto maupun gambar video.

2. Pornoteks, yaitu karya pencabulan yang mengangkat cerita dari berbagai versi hubungan seksual yang disajikan dalam bentuk narasi ataupun pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, sehingga si pembaca merasa ia menyaksikan sendiri, mengalami, atau melakukan sendiri peristiwa hubungan-hubungan seks tersebut.

2. Pornografi

Kata pornografi menurut sejarah mengambil dari istilah Yunani yaitu porne dan garphien. Porne memiliki arti sebagai “perempuan


(31)

terpenjara” atau “pekerja seks”. Porneia diterjemahkan sebagai “percabulan”, “pelacuran” atau “imortalitas seksual” (William, 2009). Sedangkan garphien memiliki arti “menulis” jadi bisa dikatakan

pornografi merupakan bentuk tulisan tentang hal-hal seksual atau secara literal adalah tulisan mengenai pelacur-pelacur (Paul dalam William, 2009). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pornografi didefinisikan sebagai: (1) penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi; (2) bahan bacaan yang sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi atau seks. Pornografi menurut Jensen et.al (1998) adalah materi yang dijual di toko-toko pornograi untuk tujuan menciptakan rangsangan seksual bagi banyak konsumen pria.

Menurut undang-undang dasar Republik Indonesia nomer 44 tahun 2008 pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Tim Penelaah Masalah Porno Kejaksaan Agung dalam Lesmana (1995), mendefinisikan pornografi sebagai perbuatan, bentuk gambar, tulisan, lagu, suara, bunyi, benda atau segala sesuatu yang dapat merangsang birahi manusia, menyinggung rasa susila


(32)

masyarakat umum, dan dapat mengakibatkan tindakan maksiat serta mengganggu kententraman umum.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Mengakses Situs Porno Dapat diketahuinya frekuensi seseorang mengakses situs porno menurut Young (dalam Haryanti, 2001) dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Faktor Kepribadian

Pengguna internet yang memiliki frekuensi tinggi dalam mengakses situs porno terlihat kurang dapat menyesuaikan diri dengan norma sosial dan secara emosional kurang reaktif, cenderung sensitif, waspada dan tertutup dengan anonimitas (Young & Robert, 1998). Selain itu, tinggi atau tidaknya frekuensi mengakses situs porno dialami oleh mereka yang tidak percaya diri akibat mengalami persepsi negatif terhadap citra tubuhnya, disfungsi seksual, ataupun menderita kecanduan seks (Young, 1998). Perilaku kecanduan didasarkan atas teori hirarki Maslow bahwa pengguna yang mengalami kecanduan internet didasarkan adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan pada tiap tingkatan hirarki tersebut (Maslow dalam Suler, 1998). Maslow menempatkan kebutuhan seks pada tingkat terbawah dan hirarki kebutuhan fisiologis dengan kebutuhan lain seperti makanan, air, kehangatan dan tempat tinggal. Pengguna yang mengalami kecanduan situs porno


(33)

didorong oleh pemenuhan kebutuhan seksual dan internet menawarkan fantasi untuk mencapai tingkat kegairahan, romantisme dan nafsu-nafsu seksual yang tidak tersalurkan pada hubungan nyata. Pola komunikasi anonimitas secara total, yang memperkenankan pengguna internet mengubah jenis kelamin dan identitas lain sehingga tidak tertolak dalam kehidupan nyata, membuat pengguna dapat memenuhi dua kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan akan seks dan kebutuhan akan rasa aman.

b. Faktor Situasional

Menurut Young (1998) individu yang memiliki kebutuhan akan materi seks atau pelarian sebagai akibat keterbatasan dalam bidang seksualitas akan lebih memilih situs porno untuk mewadahinya. Laki-laki yang menderita difungsi seksual umumnya memilih situs porno karena cara tersebut dapat mengurangi kegelisahan akan kemampuan seksualnya, yang mungkin menyebabkan terjadinya ejakulasi prematur atau impotensi. Distorsi tubuh berkaitan erat dengan faktor fisik personal. Situs porno dianggap dapat membantu laki-laki untuk menyembunyikan penampilan fisik yang cenderung membuatnya tidak percaya diri akibat berat badan, ukuran penis, serta kebotakan (Young, 1998).


(34)

c. Faktor Lingkungan

Young (1998) mengemukakan bahwa ada alat yang dapat digunakan untuk melacak penggunaan internet tetapi tidak semua tempat penyedia layanan jasa internet memasang monitor atau alat khusus untuk memantau penggunaan internet. Pengguna internet biasanya dapat menggunakan internet secara bebas diluar hal-hal yang tidak terkait dengan pekerjaan maupun pendidikan.

d. Faktor Interaksional

News groups yaitu suatu kelompok pengguna internet yang mempunyai minat yang sama terhadap suatu topik tertentu. Pengguna internet dapat berdiskusi, memperoleh informasi tentang segala hal dan menemukan orang yang akan membantu memecahkan berbagai jenis masalah dalam news groups

(Young, 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Young (1997) menunjukkan bahwa lebih dari 90% pengguna internet menjadi kecanduan dengan fungsi komunikasi dua arah mengingat aplikasi tersebut bersifat hiburan dan mengandung tiga aspek penting yang mempengaruhi interaksi pengguna internet dengan materi-materi yang ada di internet. Aspek-aspek tersebut antara lain; dukungan sosial, pemuasan hasrat seksual, dan pembentukan pesona.


(35)

B. Dewasa Awal 1. Definisi

Menurut istilah nya adults berasalkan dari kata kerja adultus

dimana memiliki arti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang

sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Jadi, orang dewasa ialah

seseorang yang sudah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lain. (Hurlock, 1990).

Masa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang menemukan identitas diri, dapat menjadi pribadi yang mandiri dari orang tua, menerapkan sistem nilai-nilai norma dalam masyarakat dan membangun hubungan dengan orang lain. Perkembangan masa dewasa awal ini bermula dari usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun (Papalia, Olds & Feldman, 2009).

Dalam Santrock (2002) juga diungkapkan bahwa seseorang yang sudah memasuki masa dewasa awal sudah mampu membangun pribadi yang mandiri dalam mengambil sebuah keputusan, seperti menentukan akan karier di masa depan, nilai-nilai yang dianut, keluarga, hubungan yang akan dijalani, dan gaya hidup yang dianut. Selain itu, kemandirian ekonomi seperti mendapatkan perkerjaan juga menunjukkan tanda menjadi seorang yang dewasa serta sudah dapat terlibat secara sosial. Periode masa dewasa awal ini bermula dari usia 20 tahun sampai dengan usia 30 tahun.


(36)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki dewasa awal adalah mereka yang sudah dalam rentan usia 20 tahun sampai 40 tahun, disertai dengan terjadinya perubahan-perubahan fisik, psikologis, sudah memiliki nilai-nilai, mampu untuk hidup secara mandiri, dan mampu terlibat secara sosial dengan baik.

Menurut penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, seorang dewasa awal adalah mereka yang sudah berumur diantara 20 tahun sampai dengan 40 tahun. Mereka juga sudah harus mandiri, memiliki nilai-nilai, serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial. Selain itu, perubahan fisik dan psikologis pun juga dapat terjadi di masa perkembangan ini.

2. Ciri-ciri Masa Dewasa Awal

Hurlock (1990) menjelaskan mengenai ciri-ciri yang tampak dalam masa dewasa awal, yaitu sebagai berikut :

a. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Pengaturan

Masa dewasa awal merupakan masa pengaturan. Pada masa ini, seseorang akan menerima tanggung jawa sebagai orang dewasa. Hal ini membuat seorang laki-laki akan menentukan bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya serta pada perempuan diharapkan untuk menerima tanggung jawa sebagai ibu dan pengurus rumah tangga kelak.

b. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Reproduktif

Peran orang tua sebagai salah satu peran yang paling penting dalam masa dewasa awal. Seseorang yang menikah berperan sebagai orang


(37)

tua pada saat berusia 20 tahun atau pada awal umur 30 tahun. Bagi seseorang yang sudah memiliki anak dan keluarga pada masa dewasa awal atau bahkan pada tahun terakhir remaja, maka kemungkinan seluruh masa dewasa awal akan menjadi masa reproduksi.

c. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Bermasalah

Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang akan dihadapi. Masalah baru ini dari segi utamanya berbeda dengan masalah sebelumnya. Dari awal masa dewasa, rata-rata orang Amerika sekarang dihadapkan dengan masalah akan penyesuaian diri dari dalam berbagai aspek utama kehidupan. Banyak alasan mengapa penyesuaian diri menjadi masalah yang sulit dalam masa dewasa awal, tiga hal bersifat umum. Pertama, kurang nya persiapan mereka dalam menghadapi masalah sebagai orang dewasa. Kedua, percobaan akan menyatukan dua peran yang pada akhirnya tidak memberikan hasil yang baik dalam penyesuain diri. Ketiga, tidak ada nya bantuan ketika mereka sedang menghadapi masalah.

d. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Ketegangan Emosional

Sekitar awal atau pertengahan umur 30 tahun, mereka telah dapat menyelesaikan masalah mereka dengan baik, dan membuat stabil dan tenang secara emosional. Apabila dalam usia 30 tahun mereka masih merasakan emosi yang menggelora seperi yang menjadi ciri-ciri masa dewasa awal, maka dapat dikatakan bahwa mereka belum dapat


(38)

melakukan penyesuaian diri pada kehidupan orang dewasa secara memuaskan.

e. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Keterasingan Sosial

Setelah mengakhiri pendidikan formal dan masuk ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman semasa remaja menjadi menjauh, dan keterlibatan akan aktivitas di luar rumah akan terus berkurang. Hal ini mengakibatkan, untuk pertama kalinya kelompok dewasa awal merasakan keterpencilan sosial atau yang disebut Erikson sebagai

“krisis keterasingan”.

f. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Komitmen

Saat menjadi dewasa, seseorang mengalami perubahan pada tanggung jawab dari peelajar yang selalu benrgantung pada orang tua menjadi orang dewasa yang mandiri. Oleh karena itu, mereka mulai mencoba menentukan pola hidup, tanggung jawab dan komitmen-komitmen yang baru. Akan tetapi, pola hidup, tanggung jawab dan komitmen ini akan terus berubah dan akan menjadi landasan dalam membentuk pola hidup, tanggung jawab dan komitmen-komitmen di kemudian hari.

g. Masa Dewasa Dini sering merupakan Masa Ketergantungan

Banyak dari para dewasa awal masih bergantung bahkan sangat tergantung pada orang lain dengan jangka waktu yang berbeda-beda.


(39)

Ketergantungan ini biasanya pada orang tua mereka untuk membiayai pendidikan mereka.

h. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Perubahan Nilai

Perubahan nilai terjadi karena pengalaman dan hubungan sosial dengan orang-orang yang berbeda usia dan dilihat dengan kacamata orang dewasa. Ada beberapa alasan yang membuat perubahan nilai pada masa dewasa. Pertama jika mereka ingin di terima dalam lingkungan orang dewasa, mereka harus mulai menerima nilai-nilai yang sudah dipegang dalam kelompok orang dewasa tersebut. Kedua, seorang dewasa awal sadar bahwa keanyakan kelompok sosial erpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku, seperti juga dalam masalah berpenampilan. Ketiga, seorang dewasa awal yang sudah menjadi sebuah keluarga mereka cenderung lebih cepat dalam mengubah dan mengeser nilai-nilai ke arah yang lebih konservatif dan tradisional, jika dibandingkan dengan mereka yang belum menikah dan memiliki anak. Biasanya nilai-nilai orang muda ini bergeser dari egosentris ke sosial.

i. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru

Masa dewasa awal merupakan periode yang memperlihatkan perubahan yang paling banyak. Seperti misalnya perubahan gaya hidup dan yang paling menonjol dalam bidang perkawinan dan peran orang tua.


(40)

j. Masa Dewasa Dini sebagai Masa Kreatif

Saat menjadi dewasa, seseorang tidak tidak terikat akan peraturan dari orang tua maupun guru-gurunya. Kreatifitas yang dihasilkan seseorang berbeda karena tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan besar. Seseorang juga dapat menyalurkan kreatifitasnya melalui hobi. Selain itu, ada pula yang menyalurkan melalui pekerjaan yang dapat mengekspresikan kreatifitasnya.

3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

Hurlock (1990) membagi tugas perkembangan dalam masa dewasa awal, yaitu:

a. Mendapatkan pekerjaan b. Memilih pasangan hidup

c. Belajar membina sebuah keluarga d. Membesarkan anak-anak

e. Mengelola rumah tangga

f. Menerima tanggung jawab sebagai seorang warga negara g. Berbaur dalam suatu kelompok sosial yang sesuai

C.Intimacy, Passion, dan Commitment

Menurut Sternberg (1988) cinta adalah sebuah cerita, yang dituliskan oleh setiap orang. Cerita tersebut merupakan gambaran kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Cerita


(41)

ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana dia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan. Sternberg juga mengungkapkan bahwa dalam cinta terdapat tiga komponen, yaitu (1) Passion atau nafsu, (2) Intimacy

atau keakraban, dan (3) Commitment atau komitmen.

1. Komponen Segitiga Cinta Sternberg a) Intimacy

Sternberg (1988), Intimacy merupakan perasaan dalam hubungan romantis yang mendorong timbulnya kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan denganpasangan romantis. Komponen Intimacy terdiri atas 10 elemen:

1. Keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai.

Individu berusaha untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan pasangannya. Individu mungkin meningkatkan kesejahteraan pasangannya dengan mengorbankan dirinya sendiri, akan tetapi pengorbanan tersebut dilakukan dengan ekspektasi bahwa pasangan akan melakukan hal yang sama di masa depan.

2. Merasa bahagia ketika bersama dengan orang yang dicintai. Individu merasa senang menghabiskan waktu dengan pasangannya.


(42)

3. Menilai tinggi orang yang dicintai.

Individu menghargai dan menghormati pasangannya. Meskipun individu mengetahui bahwa pasangannya memiliki kelemahan, pengetahuan ini tidak mengurangi penghargaan yang dirasakan terhadap pasangan.

4. Mampu mengandalkan orang yang dicintai ketika memerlukan bantuan.

Individu merasa bahwa pasangannya akan ada untuknya ketika diperlukan. Ketika individu sedang menghadapi kesulitan, individu percaya bahwa pasangannya akan membantunya.

5. Merasa saling memahami dengan orang yang dicintai.

Kedua pihak saling memahami satu sama lain. Mereka mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing dan mengetahui bagaimana merespon satu sama lain dalam cara yang menunjukkan empati yang tulus terhadap kondisi emosional orang yang dicintai. Mereka saling mengetahui alasan mengapa pasangannya melakukan atau merasakan sesuatu.

6. Bersedia berbagi dengan orang yang dicintai.

Individu bersedia untuk berbagi barang-barang materi dengan orang yang dicintai.


(43)

7. Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai. Individu merasa didukung dan dikuatkan oleh orang yang dicintai ketika ia sedang menghadapi rintangan hidup.

8. Memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai. Individu mendukung pasangan dengan berempati dan memberikan dukungan emosional kepadanya ketika sedang diperlukan.

9. Berkomunikasi secara mendalam dengan orang yang dicintai. Individu dapat berkomunikasi secara mendalam dan jujur dengan orang yang dicintai.

10.Menghargai orang yang dicintai.

Individu merasa bahwa pasangannya berperan penting dalam hidupnya.

Menurut Masters (1992), untuk memahami proses terbentuknya

intimacy dalam sebuah hubungan, intimacy itu sendiri memiliki beberapa komponen, yaitu :

1. Memahami (Caring) dan Berbagi (Sharing)

Memahami (caring) adalah bentuk sikap atau perasaan yang dimiliki terhadap orang lain, yang secara umum dihubungkan dengan kuatnya perasaan positif terhadap orang tersebut.

Berbagi (sharing) pemikiran, perasaan dan pengalaman mengiringi pertumbuhan intimacy dalam hubungan yang muncul melalui kebersamaan untuk saling mempelajari satu


(44)

sama lain tanpa ada batasan, misalnya menutupi rahasia pribadi. Salah satu kunci dalam mengembangkan sebuah

intimacy adalah adanya self-disclosure, keinginan untuk memberitahu pasangan mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan. Berbagi perasaan khawatir, ketidakpastian dan masalah pribadi alah satu kunci dalam mengembangkan sebuah

intimacy adalah adanya self- disclosure, keinginan untuk memberitahu pasangan mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan. Berbagi perasaan khawatir, ketidakpastian dan masalah pribadi yang lain juga akan mempengaruhi berkembangnya intimacy dalam sebuah hubungan.

2. Kepercayaan

Proses self-disclosure tidak terjadi dalam sebuah ruangan yang hampa, tetapi tergantung pada tingkatan sejauh mana kepercayaan pada orang yang dipilih untuk melakukan self-disclosure. Kepercayaan merupakan bagian dari intimacy, dan sama seperti komponen memahami dan berbagi, kepercayaan jugaberkembang seiring dengan waktu. Saat orang-orang berusaha membentuk hubungan yang intim, usaha tersebut akan dimulai dengan menaruh kepercayaan kepada orang lain. Pada saat kepercayaan tumbuh semakin kuat, dua orang yang saling percaya tersebut dapat lebih berbagi dalam hal informasi, perasaan, pemikiran tanpa ada rasa takut bahwa keterbukaan


(45)

yang mereka lakukan akan digunakan untuk menyerang mereka.

3. Komitmen

Komponen intimacy yang lainnya adalah komitmen sebagai lanjutan dari adanya saling memahami, berbagi dan percaya terhadap pasangan yang dimulai di awal hubungan. Komitmen melibatkan ke dua pribadi yang menjadi pasangan untuk berkeinginan mempertahankan intimacy yang sudah terbentuk dalam hal apapun.

4. Kejujuran

Kejujuran adalah hal yang penting dalam intimacy, meskipun untuk sepenuhnya jujur tidak terlalu baik dalam sebuah hubungan. Terlalu jujur dapat menghancurkan hubungan jika tidak memahami bagaimana isi pesan yang disampaikan. Terdapat perbedaan dalam memutuskan menjaga suatu hal yang bersifat sangat pribadi dengan kebohongan. Kebohongan yang muncul dalam sebuah hubungan merupakan suatu peringatan bahwa ada manipulasi yang dilakukan salah satu pasangan dalam hubungan tersebut.

5. Empati

Empati merupakan kemampuan untuk merasakan pengalaman yang dialami oleh pasangan, mengenali dan mengalami emosi pasangan, pikiran dan sikap pasangan tanpa harus membicarakannya.

6. Kelembutan

Salah satu hal yang paling sering ditolak dalam sebuah intimacy

adalah kelembutan hati, yang hanya bisa dicapai melalui pembicaraan atau dengan bahasa tubuh, contohnya memeluk,


(46)

menggenggam tangan Komponen intimacy sering menjadi hal yang sulit bagi seorang pria karena pria yang dipandang sosial sebagai seorang yang berpikiran rasional, berorientasi pada tindakan, sehingga pria akan merasa tidak menjadi seorang pria saat melakukan komponen ini. Beberapa pria akan mampu memberikan kelembutan secara fisik, tetapi merasa kurang nyaman dalam menyampaikan kalimat-kalimat yang lembut terhadap pasangannya.

b) Passion

Passion adalah komponen yang memotivasi pembentukan hubungan romantis, yang secara dominan termanifestasi dalam bentuk ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis.

Passion termanifestasi dalam bentuk rangsang psikologis dan fisiologis yang umumnya saling terkait dan terjadi bersamaan.

Manifestasi Passion bervariasi pada berbagai individu, situasi, dan hubungan dekat. Komponen Passion dalam hubungan romantis cenderung berinteraksi secara kuat dengan komponen Intimacy, dan keduanya sering meningkatkan intensitas satu sama lain. Contohnya,

Intimacy dalam hubungan romantis dapat diakibatkan oleh seberapa mampu sebuah hubungan romantis memenuhi kebutuhan Passion

seorang individu, dan sebaliknya. Dalam hubungan romatis, komponen

Passion umumnya timbul sebelum komponen Intimacy. Passion dapat menjadi faktor awal yang menarik seorang individu untuk memulai sebuah hubungan, akan tetapi, Intimacy-lah yang membantu individu


(47)

mempertahankan kedekatan dalam hubungan. Dalam hubungan dekat dalam bentuk lain, komponen Passion umumnya timbul setelah komponen Intimacy.

Terkadang komponen Passion dan Intimacy tidak berada pada pihak yang sama. Contohnya, seorang individu mungkin merasa bahwa keterlibatan dalam bentuk Passion dalam hubungannya mengakibatkan penurunan pada Intimacy. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa meski interaksi antara komponen Passion dengan komponen

Intimacy bervariasi dari individu ke individu dan dari situasi ke situasi, kedua komponen rasa cinta tersebut hampir selalu memiliki hubungan yang dekat (Sternberg, 1988)

.

c) Commitment

Komponen Commitment menurut Sternberg (1988) dalam rasa cinta terdiri atas dua aspek: jangka pendek dan jangka panjang.

1. Commitment jangka pendek

merupakan komitmen dalam bentuk keputusan untuk mencintai orang lain.

2. Commitment jangka panjang

merupakan komitmen dalam bentuk kesediaan untuk mempertahankan rasa cinta tersebut.

Kedua aspek Commitment tersebut tidak harus berlangsung bersamaan dalam sebuah hubungan romantis. Keputusan individu untuk mencintai seseorang tidak berarti bahwa individu akan berkomitmen


(48)

terhadap rasa cinta tersebut, begitu pula sebaliknya. Pada umumnya, keputusan untuk mencintai (jangka pendek) terjadi sebelum keputusan untuk memiliki Commitment terhadap hubungan romantis (jangka panjang).

Meski komponen Commitment dalam hubungan romantis tidak memiliki intensitas seperti komponen Intimacy dan Passion, komponen

Commitment merupakan faktor yang mempertahankan kelangsungan hubungan romantis ketika hubungan sedang mengalami rintangan.

Komponen Commitment berinteraksi dengan komponen Intimacy

dan Passion. Pada sebagian besar orang, komponen Commitment

dihasilkan oleh kombinasi antara hubungan yang intim (Intimacy) dan rangsang gairah (Passion). Akan tetapi, hubungan yang intim atau rangsang gairah juga dapat diakibatkan oleh Commitment, misalnya pada pasangan yang dijodohkan. Dalam hubungan dimana

Commitment lebih dahulu muncul, individu pada umumnya menemukan bahwa Intimacy atau Passion yang dirasakan timbul akibat

Commitment kognitif terhadap hubungan romantis yang sedang dijalani. Oleh karena itu, rasa cinta dapat berawal dari sebuah Commitment.

2. Efek Berkurangnya Intimacy, Passion, dan Commitment

Sternberg (1986) mengungkapkan bahwa elemen intimacy, passion, dan commitment bisa menghasilkan sebuah bentuk cinta. Akan tetapi, tidak selamanya tiga elemen tersebut selalu berjalan bersama dalam


(49)

membentuk cinta. Adapun berbagai macam akibat yang ditimbulkan dari ada dan tidaknya intimacy, passion dan commitment sebagai berikut :

a. Intimacy

Hal yang akan terjadi ketika intimacy berkurang atau mulai tidak ada adalah mereka akan menganggap hubungan sebagai beban dan sebagai formalitas saja. Tidak terdapat hubungan interpersonal yang terjalin secara mendalam. Hubungan ini hanya berdasarkan menghargai pikiran tanpa menghargai perasaan pasangannya. Selain itu, Hubungan ini akan terasa kaku dan sibuk dengan urusan sendiri dan tidak memperhatikan pasangannya serta tidak memiliki kedekatan secara emosional.

b. Passion

Ketika passion berkurang atau mulai hilang dalam suatu hubungan maka, mereka akan terlihat dekat dan berdedikasi tinggi, namun sebenarnya mereka cenderung kehilangan hasrat satu dengan yang lainnya.

c. Commitment

Berkurang atau mulai hilangnya commitment dalam suatu hubungan membuat mereka tidak berharap untuk bersama dengan pasangan sepanjang hidup, tetapi terkadang mereka tidak berani memutuskan hubungan karena takut dengan akibat yang ditimbulkan (social judgement). Selain itu, hal ini


(50)

akan membuat mereka hanya menikmati hubungan dengan pasangan tanpa memikirkan tanggung jawab dan rencana masa depan. salah satu pasangan dapat saja memiliki affair

dengan orang lain karena commitment tidak jelas.

D. Dinamika Hubungan Antara Intimacy, Passion, Commitment dan Frekuensi Mengakses Situs Porno

Sternberg (1988) menjelaskan elemen-elemen intimacy sebagai keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai, merasa bahagia ketika bersama dengan orang yang dicintai, menilai tinggi orang yang dicintai, mampu mengandalkan orang yang dicintai ketika memerlukan bantuan, merasa saling memahami dengan orang yang dicintai, bersedia berbagi dengan orang yang dicintai, menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai, memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai, berkomunikasi secara mendalam dengan orang yang dicintai, menghargai orang yang dicintai. Selain itu, terdapat pula komponen intimacy

yaitu memahami (caring) dan berbagi (sharing), kepercayaan, komitmen, kejujuran, empati, kelembutan.

Pada passion, komponen ini yang memotivasi pembentukan hubungan romantis, yang secara dominan termanifestasi dalam bentuk ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis. Passion termanifestasi dalam bentuk rangsang psikologis dan fisiologis yang umumnya saling terkait dan terjadi bersamaan.


(51)

Commitment dalam rasa cinta sendiri terdiri atas dua aspek: jangka pendek dan jangka panjang. Kedua aspek Commitment tersebut tidak harus

berlangsung bersamaan dalam sebuah hubungan romantis. Keputusan individu untuk mencintai seseorang tidak berarti bahwa individu akan berkomitmen terhadap rasa cinta tersebut, begitu pula sebaliknya. Pada umumnya, keputusan untuk mencintai (jangka pendek) terjadi sebelum keputusan untuk memiliki Commitment terhadap hubungan romantis (jangka panjang).

Berdasarkan penjelasan diatas diperlihatkan hal-hal apa saja yang membentuk intimacy, passion, dan commitment. Akan tetapi, ada waktu ketika dalam suatu hubungan mereka merasakan mulai terjadi kehilangan atau tidak adanya intimacy, passion, dan commitment. Intimacy mulai dirasakan berkurang atau menghilang ketikapada suatu hubungan terasa kaku dan tidak ada kedekatan dengan pasangan. Individu sibuk dengan urusan sendiri dan tidak memperhatikan pasangannya serta tidak memiliki kedekatan secara emosional. Pada passion hal ini akan terjadi ketika mereka seperti terlihat dekat dan berdedikasi tinggi, namun sebenarnya mereka cenderung kehilangan hasrat satu dengan yang lainnya. Commitment yang berkurang atau mulai menghilang akan membuat mereka menikmati hubungan dengan pasangan tanpa memikirkan tanggung jawab dan rencana masa depan. Salah satu pasangan dapat saja memiliki affair dengan orang lain karena


(52)

Melihat penjabaran tersebut, mulai berkurang atau hilangnya

Intimacy, passion, dan commitment memiliki hubungan dengan beberapa faktor yang menurut Young (1998) mempengaruhi frekuensi mengakses situs porno. Faktor-faktor yang berhubungan yakni faktor kepribadian, hal ini dialami oleh mereka yang tidak percaya diri akibat mengalami persepsi negatif terhadap citra tubuhnya, disfungsi seksual, ataupun menderita kecanduan seks. Faktor lain yakni faktor situasional, faktor ini menjelaskan bahwa individu yang memiliki kebutuhan akan materi seks atau pelarian sebagai akibat keterbatasan dalam bidang seksualitas akan lebih memilih situs porno untuk mewadahinya. Sama halnya dengan bagaimana ketika seseorang memiliki keterbatasan intimacy, passion, dan commitment dari pasangan mereka di mana perhatian hanya tertuju pada diri mereka sendiri, tidak ada ikatan yang dekat satu sama lain, tidak ada nya tanggung jawab diantara keduanya, dan juga semakin berkurangnya hasrat dari kedua belah pihak sehingga membuat mereka lebih baik mencari pemenuhan dari hal lain yang tidak bisa mereka dapatkan. Selain itu, hal ini dikuatkan dengan apa yang dijelaskan Maslow (dalam Suler, 1998) mengenai frekuensi mengakses situs porno, di mana pengguna yang mengalami kecanduan situs porno didorong oleh pemenuhan kebutuhan seksual dan internet menawarkan fantasi untuk mencapai tingkat kegairahan, romantisme dan nafsu-nafsu seksual yang tidak tersalurkan pada hubungan nyata.

Sebelumnya Intimacy, passion, dan commitment ini dijelaskan dalam teori Sternberg (1988) yang digunakan untuk melihat hubungan romantis


(53)

seseorang. Hubungan romantis pun dimulai ketika masa dewasa awal. Masa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang menemukan identitas diri, dapat menjadi pribadi yang mandiri dari orang tua, menerapkan sistem nilai-nilai norma dalam masyarakat dan membangun hubungan dengan orang lain. Perkembangan masa dewasa awal ini bermula dari usia 20 tahun sampai dengan 40 tahun (Papalia, Olds & Feldman, 2009).

 Akar penjabaran dinamika :

Intimacy

- Hubungan sebagai beban dan sebagai formalitas saja. - Tidak terdapat hubungan

interpersonal

- Tidak menghargai perasaan pasangannya.

- Hubungan terasa kaku dan tidak ada kedekatan dengan pasangan.

- Individu sibuk dengan urusan sendiri dan tidak memperhatikan

pasangannya

Passion

- Kehilangan hasrat pada pasangan mereka masing-masing.

Commitment

- Tidak berharap untuk bersama dengan pasangan sepanjang hidup,

- Menikmati hubungan dengan pasangan tanpa memikirkan tanggung jawab dan rencana masa depan. - Salah satu pasangan

dapat saja memiliki

affair dengan orang lain karena

commitment tidak jelas.


(54)

E.Hipotesis

Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disusun hipotesis penelitian yaitu :

Hipotesis 1. Ada hubungan negatif antara Intimacy dengan frekuensi mengakses situs porno. Intimacy semakin rendah maka frekuensi untuk mengakses situs porno semakin tinggi. Semaki Intimacy tinggi maka frekuensi mengakses situs porno semakin rendah.

Hipotesis 2. Ada hubungan negatif antara Passion dengan frekuensi mengakses situs porno. Semakin Passion rendah maka frekuensi untuk mengakses situs porno semakin tinggi. Semakin Passion tinggi maka frekuensi mengakses situs porno semakin rendah.

Hipotesis 3. Ada hubungan negatif antara Commitment dengan frekuensi mengakses situs porno. Semakin Commitment rendah maka frekuensi untuk mengakses situs porno semakin tinggi. Semakin Commitment tinggi, maka frekuensi mengakses situs porno semakin rendah.


(55)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini, melihat hubungan antara

Intimacy, Passion, Commitment dan frekuensi mengakses situs porno.

B.Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intimacy, Passion, dan Commitment.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah frekuensi mengakses situs porno.

C.Definisi Operasional

1. Frekuensi Mengakses Situs Porno

Frekuensi mengakses situs porno merupakan jumlah munculnya perilaku seseorang membuka atau mengakses situs porno dalam kurun waktu tertentu. Variabel ini akan dilihat dengan menggunakan kuesioner berupa pertanyaan terbuka, untuk melihat berapa kali seseorang mengakses situs porno dalam satu minggu. Semakin tinggi


(56)

skor yang diberikan subjek, menunjukkan semakin seringnya subjek mengakses situs porno dan demikian juga sebaliknya.

2. Intimacy, Passion, dan Commitment

Intimacy menunjuk pada perasaan kedekatan atau keterikatan dengan seseorang dan passion berhubungan dengan gairah seksual, sedangkan commitment adalah keputusan untuk mencintai dan untuk terus dicintai. Variabel ini diukur menggunakan skala yang diadaptasi dari skala segitiga cinta Sternberg (Sternberg, 1988). Skor dengan nilai tinggi pada skala ini menunjukkan semakin kuatnya intimacy, passion, dan commitment seorang individu terhadap pasangannya, demikian juga sebaliknya.

D.Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Peneliti menggunakan karakteristik subjek penelitian sebagai berikut:

1) Dewasa awal, dengan rentan usia 18-24 tahun yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, karena merupakan masa menjalin hubungan romantis dengan seseorang.

2) Berjenis kelamin laki-laki, karena laki-laki cenderung lebih sering membuka situs porno.


(57)

3) Subjek sedang dalam masa berpacaran, karena ketika berpacaran seseorang lebih merasa Intimacy, Passion dan

Commitment mereka terpenuhi.

E.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua alat pengumpulan data, yaitu skala yang diadaptasi dari Sternberg‟s Triangular Love Scale dan pertanyaan terbuka mengenai frekuensi mengakses situs porno. Skala adaptasi segitiga cinta Sternberg disusun menggunakan metode penskalaan likert, dimana subjek diminta untuk mengindikasikan dirinya terhadap item-item yang tersedia.

Skala adaptasi segitiga cinta Sternberg merupakan skala yang didesain untuk mengukur 3 komponen cinta yang ada di dalam teori segitiga cinta sternberg, dimana meliputi Intimacy, Passion, dan Commitment (Sternberg, 1988). Setiap item diukur menggunakan poin dari 1 (tidak sama sekali) sampai 9 (sangat).

Dalam jurnal Sternberg‟s Triangular Love Scale National Study of Psychometric Attributes (Borges, & Pasquali; 2012) dituliskan bahwa alat tes ini memiliki reliabilitas dengan koefisiensi alfa berkisar diatas 0,90 (αIntimacy

= 0,91; αPassion = 0,94; αCommitment = 0,94; αTotal = 0,97). Korelasi koefisien diantara ketiga subskala tersebut berkisar dari 0,71 sampai 0,73.

Skala segitiga cinta Sternberg merupakan skala yang dikembangkan di luar negeri, maka peneliti menggunakan metode penerjemah ke dalam bahasa Indonesia bagi para subjek. Metode ini disebut back-translation. Penggunaannya diawali dengan menerjemahkan skala awal dari bahasa asli ke


(58)

bahasa yang diinginkan. Kemudian dengan bantuan penerjemah yang lain menerjemahkan kembali skala yang telah diubah menjadi skala pada bahasa yang asli. Terakhir, peneliti membandingkan skala awal dengan skala hasil back-translation untuk melihat akurasi terjemahan.

Pada penelitian ini, peneliti meminta bantuan dari salah seorang teman yang berasal dari program studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma untuk menerjemahkan skala segitiga cinta Sternberg.

Tabel 1

Blue Print skala segitiga cinta Sternberg

No Komponen Nomer Item Item

1 Intimacy 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 15

2 Passion 16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30 15

3 Commitment 31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45 15

Total 45

Untuk meneliti frekuensi mengakses situs porno digunakan skala, skala digunakan untuk mengetahui seberapa sering frekuensi mengakses situs porno. Data yang diungkap merupakan seberapa sering mereka mengakses dalam satu minggu.


(59)

F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2006). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan anlisis rasional atau berdasarkan pada professional judgment. Peneliti melakukan konsultasi item yang ada kepada Dosen Pembimbing. 2. Seleksi Item

Azwar (2006) menuliskan bahwa prosedur pengujian konsistensi item dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi skor total sebagai kriteria. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi item total ( ) yang umumnya dikenal dengan indeks daya beda item.

Kriteria pemilihan item berdasar korelasi item total biasa nya menggunakan batasan ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Sedangkan, item yang memiliki koefisien korelasi kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya beda rendah. Namun, apabila jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan batas kriteria menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai (Azwar, 2012).


(60)

Berdasarkan data hasil uji coba yang dilakukan pada tanggal 13 sampai dengan 17 Oktober 2015 terhadap 38 subjek penelitian, berikut ini adalah distribusi item untuk skala segitiga cinta Sternberg setelah uji coba. Tabel 2

Distribusi Item Skala Segitiga Cinta Sternberg sebelum ujicoba

No Komponen Nomer item Item

1 Intimacy 1*,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 15

2 Passion 16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30 15 3 Commitment 31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43.44.45 15 Total 45 Keterangan : *item yang gugur

Tabel 3

Distribusi Item Skala Segitiga Cinta Sternberg setelah ujicoba

No Komponen Nomer Item Item

1 Intimacy 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 14

2 Passion 16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30 15 3 Commitment 31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,44,45 15 Total 44

G.Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Penelitian

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal


(61)

atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Shapiro-Wilk Test dengan program SPSS for windows versi 16.0. Distribusi data penelitian dikatakan normal jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,1 (p > 0,1). Begitu pula sebaliknya, distribusi data penelitian dikatakan tidak normal jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,1 (p < 0,1).

b. Uji Linearitas

Santoso (2010) mengungkapkan bahwa uji linearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antar variabel yang akan dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak. Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Test for Linearity program SPSS for windows versi 16.0. Dua variabel dikatakan bersifat linear jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05). Sebaliknya, dua variabel dikatakan bersifat tidak linear jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05).

2. Uji Hipotesis

Kedua jenis data dalam penelitian ini berbeda yakni rasio pada frekuensi mengakses situs porno dan ordinal pada skala segitiga cinta Sternberg. Data rasio merupakan data yang dianggap memiliki karakteristik paling baik karena memiliki makna tingkatan, jarak antarintervalnya sama dan memiliki nol mutlak. Data ordinal merupakan data numerik yang memiliki data tingkatan tetapi jarak antartingkatan tidak sama (Santoso, 2010). Jenis data rasio dalam


(62)

penelitian ini kemudian dilakukan perpindahan tingkatan yang berarti harus direduksi agar menjadi jenis data ordinal. Hal ini dapat terjadi dengan mereduksi standar rasio yang memiliki nol mutlak dan jarak antarinterval yang sama menjadi standar ordinal yang memiliki makna tingkatan dan jarak antarinterval yang tidak sama (Howell, 1982). Setelah kedua data sama yakni data ordinal, diketahui pula sebelumnya bahwa data tidak terdistribusi normal dan tidak berkorelasi linear, maka dilakukan uji korelasi Spearman dalam program SPSS for windows versi 16.0.

H.Pelaksanaan Uji Coba

Uji coba skala dilakukan pada tanggal 13 sampai dengan 17 Oktober 2015 pada subjek yang berada di Yogyakarta. Peneliti menyebarkan skala melalui google document dan pemberian langsung terhadap subjek. Secara total terdapat 38 skala yang layak untuk dianalisis. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode try out terpakai, dimana peneliti mengambil data hanya satu kali saja didalam penelitian. Alasannya karena item-itm dalam skala yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai reliabilitas dan koefisien korelasi untuk setiap item nya yang tinggi.


(63)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Pelaksanaan dan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 13 sampai dengan 17 Oktober 2015. Dalam pelaksanaannya peneliti mengambil data sebanyak satu kali, yaitu pengambilan data try out dan juga sekaligus sebagai data penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode try out terpakai.

Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala melalui google document dan memberikan langsung kepada subjek. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, berumur 18 sampai dengan 24 tahun, belum pernah menikah dan sedang dalam masa berpacaran.

Subjek yang berhasil diperoleh melalui penelitian ini berjumlah 38 orang. Dari 60 eksemplar skala yang langsung dibagikan kepada subjek penelitian hanya 45 yang kembali kepada peneliti. Akan tetapi, hanya 27 skala saja yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh peneliti. Sebanyak 18 skala gugur dikarenakan tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh peneliti. Peneliti mendapatkan 11 subjek lain yang memenuhi syarat dengan menyebarkan skala melalui google kuesioner.


(64)

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 38 orang yang merupakan mahasiswa laki-laki yang memiliki rentang usia 18 – 24 tahun, belum pernah menikah dan sedang dalam masa berpacaran. Berdasarkan hasil penyebaran skala penelitian, deskripsi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian

Kategori Jumlah Subjek Total

Usia 18 tahun 5

38

19 tahun 7

20 tahun 11

21 tahun 6

22 tahun 3

23 tahun 5

24 tahun 1

Jenis Kelamin Laki-laki 38 38

Pendidikan S1 38 38

Status Berpacaran 38 38

Frekuensi Mengakses Situs Porno

< 30 jam 32

38 30 – 60 jam 4

> 60 jam 2

C. HASIL PENELITIAN Uji Asumsi Penelitian

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini


(65)

adalah Shapiro-Wilk Test dengan program SPSS for windows versi 16.0. Distribusi data penelitian dikatakan normal jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,1 (p > 0,1). Sebaliknya, distribusi data penelitian dikatakan tidak normal jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,1 (p < 0,1).

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas

Segitiga Cinta Sternberg Kolmogorov-Sminov Z Shapiro-Wilk

Frekuensi Mengakses 356 situs porno

Statistic Df Sig Statistic Df Sig

0,373 3 0,779 3 0,065

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh nilai signifikansi (p) pada variabel frekuensi mengakses situs porno sebesar dan variabel dari segitiga cinta Sternberg 0,065. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada variabel frekuensi mengakses situs porno dan variabel segitiga cinta Sternberg tersebut terdistribusi secara tidak normal (p < 0,01).

b. Uji Linearitas

Santoso (2010) mengungkapkan bahwa uji linearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antar variabel yang akan dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak. Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Test for Linearity program SPSS for windows versi 16.0. Dua variabel dikatakan bersifat linear jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05). Sebaliknya, dua variabel


(66)

dikatakan bersifat tidak linear jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05).

Tabel 6. Hasil Uji Lineritas

Skor Frekuensi mengakses situs porno * segitiga cinta Sternberg

F Sig.

Between Groups (Combined) 1,452 0,491

Linearity 0,004 0,955

Deviation from Linearity 1,495 0,481

Berdasarkan hasil perhitungan uji linearitas di atas, variabel frekuensi mengakses situs porno dan segitiga cinta Sternberg memiliki nilai F sebesar 0,004 dengan nilai signifikasi (p) sebesar 0,955. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel frekuensi mengakses situs porno dan segitiga cinta Sternberg bersifat tidak linear karena memiliki nilai signifikansi (p) > 0,05.

c. Uji Hipotesis

Setelah diketahui bahwa data penelitian tidak terdistribusi normal dan tidak berkorelasi linear, maka dilakukan uji korelasi Spearman dalam program SPSS for windows versi 16.0.


(67)

Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Tabel 7.1

Variabel R r² P

Frekuensi mengakses situs porno

-0,235 0,55 0,078 Segitiga Cinta Sternberg

(Komponen Passion)

Tabel 7.2

Variabel R r² P

Frekuensi mengakses situs porno

-0,015 0.000 0,465 Segitiga Cinta Sternberg

(Komponen Intimacy)

Tabel 7.3

Variabel R r² P

Frekuensi mengakses situs porno

-0,068 0.004 0,342 Segitiga Cinta Sternberg

(Komponen Commitment)

Hasil dari ketiga tabel diatas memperlihatkan, bahwa pada tabel pertama korelasi (r) sebesar -0,235 (p=0,078), dengan nilai r²= 0,55 dan nilai p > 0,05 sehingga korelasi tidak signifikan. Hasil ini memperlihatkan bahwa ada nya hubungan positif antara komponen Passion dan frekuensi mengakses situs porno. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin rendah atau negatif Passion seseorang, maka frekuensi untuk mengakses situs porno juga semakin rendah. Semakin tinggi atau positif Passion seseorang,


(68)

maka frekuensi untuk mengakses situs porno pun juga akan semakin tinggi. Besar sumbangan variabel mengakses situs porno terhadap variabel

Passion dapat dilihat dari koefisien determinansinya (r²), yaitu sebesar 0,55. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Passion

menyumbang sebesar 55% pada variabel frekuensi mengakses situs porno. Kemudian sisa sebesar 45% merupakan sumbangan dari faktor lainnya.

Hasil pada tabel kedua yakni mengenai Intimacy memperlihatkan bahwa korelasi (r) pada tabel sebesar -0,015 (p=0,465), dengan nilai r²= 0,000 dan nilai p > 0,05 sehingga korelasi tidak signifikan. Hasil ini juga memperlihatkan ada nya hubungan positif antara komponen Intimacy dan frekuensi mengakses situs porno. Maka dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi atau positif Intimacy seseorang maka frekuensi mengakses situs porno semakin tinggi. Semakin rendah atau negatif Intimacy

seseorang maka semakin rendah frekuensi mengakses situs porno. Seberapa besar sumbangan variabel mengakses situs porno terhadap variabel Intimacy dapat dilihat dari koefisien determinansinya (r²), yaitu sebesar 0,000. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel

Intimacy menyumbang sebesar 0% pada variabel frekuensi mengakses situs porno. Kemudian sebesar 100% merupakan sumbangan dari faktor lainnya.

Hasil yang didapatkan berdasarkan tabel terakhir yakni

Commitment (r) sebesar -0,068 (p=0,342), dengan nilai r²= 0,004 dan nilai p > 0,05 sehingga korelasi tidak signifikan. Hasil yang diperoleh terdapat


(1)

item-28 313.53 2465.607 .584 .965

item-29 313.63 2456.131 .545 .965

item-30 313.92 2479.426 .442 .965

item-31 311.97 2496.837 .688 .964

item-32 312.11 2506.421 .539 .965

item-33 312.58 2445.494 .728 .964

item-34 312.76 2470.456 .703 .964

item-35 312.87 2444.280 .784 .964

item-36 312.82 2442.749 .658 .964

item-37 312.58 2453.440 .764 .964

item-38 312.71 2435.617 .781 .964

item-39 313.29 2400.319 .707 .964

item-40 312.84 2440.353 .697 .964

item-41 313.18 2419.614 .697 .964

item-42 312.50 2474.527 .744 .964

item-43 312.34 2498.988 .610 .964

item-44 312.34 2477.474 .568 .965


(2)

Lampiran 4

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 38 100.0

Excludeda 0 .0

Total 38 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items


(3)

Lampiran 5 :Uji Normalitas

Tests of Normality

Segitiga Cinta Sternberg

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Frekuensi Mengakses Situs Porno

356


(4)

Lampiran 6: Uji Linearitas

ANOVA Table Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Frekuensi Mengakses Situs Porno * Segitiga Cinta Sternberg

Between Groups

(Combined) 11030.868 35 315.168 1.452 .491

Linearity .885 1 .885 .004 .955

Deviation from

Linearity 11029.983 34 324.411 1.495 .481

Within Groups 434.000 2 217.000


(5)

Lampiran 7: Uji Hipotesis

Correlations

Frekuensi Mengakses

Situs Porno Total Intimacy

Spearman's rho Frekuensi Mengakses Situs Porno

Correlation Coefficient 1.000 -.015

Sig. (1-tailed) . .465

N 38 38

Total Intimacy Correlation Coefficient -.015 1.000

Sig. (1-tailed) .465 .

N 38 38

Correlations

Kecenderunga n Mengakses

Situs Porno Total Passion

Spearman's rho Kecenderungan Mengakses Situs Porno

Correlation Coefficient 1.000 -.235

Sig. (1-tailed) . .078

N 38 38

Total Passion Correlation Coefficient -.235 1.000

Sig. (1-tailed) .078 .


(6)

Correlations

Frekuensi Mengakses Situs Porno

Total

Commitment

Spearman's rho Frekuensi Mengakses Situs Porno

Correlation Coefficient 1.000 -.068

Sig. (1-tailed) . .342

N 38 38

Total Commitment Correlation Coefficient -.068 1.000

Sig. (1-tailed) .342 .