Perbedaan cinta Sternberg (Intimacy, Passion, Commitment) berdasarkan jarak tempat tinggal pada wanita.

(1)

PERBEDAAN CINTA STERNBERG (INTIMACY, PASSION, COMMITMENT) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL

PADA WANITA SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Krisentia Indah Permatasari NIM : 089114129

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

”Di mana ada cinta kasih, di situ ada Allah Tritunggal: Pecinta, yang dicinta, dan sumber cinta kasih”

(St. Agustinus)

“Darkness cannot drive out darkness: only light can do that. Hate cannot drive out hate: only love can do that”

(Martin Luther King Jr.)

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan Kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.”

(Sapardi Djoko Damono)


(5)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus yang dengan setianya selalu menemani di setiap langkah-langkahku baik dalam suka maupun duka,

Bunda Maria yang selalu menjadi tempat berkeluh kesahku,

Mbahku “Alm. Bpk & Ibu Wignyosuharjo; Alm. Bpk & Ibu Parto Miharjo”

Kedua orang tuaku, Bapak dan Ibu Andreas Indra Wiyanta yang dengan sabar dan setianya selalu menyemangati dan mengerti segala sikonku

dalam pembuatan skripsiku ini,

Adikku tersayang Rio,

Sahabat-sahabatku,

dan semua orang yang kusayangi yang membuat hidupku semakin berwarna.


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Agustus 2013 Penulis

Krisentia Indah Permatasari

 


(7)

PERBEDAAN CINTA STERNBERG (INTIMACY, PASSION, COMMITMENT) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL

PADA WANITA Krisentia Indah Permatasari

ABSTRAK

Penelitian komparatif ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997). Variabel pertama dalam penelitian ini adalah jarak (tempat) dalam hubungan cinta yaitu jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR, sedangkan variabel kedua adalah komponen cinta Sternberg (intimacy,

passion, dan commitment). Hipotesis dalam penelitian ini mengatakan ada perbedaan yang

signifikan dalam komponen cinta Sternberg (intimacy, passion, dan commitment) pada hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR. Subjek penelitian adalah 50 mahasiswi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang terdiri dari 25 mahasiswi yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face dan 25 mahasiswi yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala STLS/Sternberg’s Triangular Love Scale. Uji validitas dan reliabilitas skala STLS menghasilkan 45 aitem valid dengan koefisien reliabilitas secara keseluruhan sebesar 0,945. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test. Hasil analisis data komponen intimacy menunjukkan nilai t hitung sebesar 0.817, komponen passion sebesar 0.777, dan komponen commitment sebesar 0.897. Semua nilai t hitung tersebut lebih kecil daripada nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < 1,68). Dengan demikian ketiga hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

Kata kunci : intimacy, passion, commitment, hubungan jarak jauh/LDR, hubungan jarak dekat/face to face.

                   


(8)

THE DIFFERENCE OF STERNBERG LOVE (INTIMACY, PASSION, COMMITMENT) BASED ON THE DISTANCE

AMONG WOMEN Krisentia Indah Permatasari

ABSTRACT

This comparative research aims to find out the difference between face to face relationship and long distance relationship based on Sternberg’s love components (1997). The first variable of this research is the distance consisting of face to face distance and long distance. The second variable is Sternberg’s love components (intimacy, passion, and commitment). Hypothesis of this research states that there is significant difference in Sternberg’s love components (intimacy, passion, and commitment) between face to face relationship and long distance relationship. The research subjects were 50 females who studied in Sanata Dharma University. Twenty five of them had face to face relationship and twenty five of them had long distance relationship. Data were collected by filling Stenberg’s Triangular Love scale (STLS). Validity and reliability of test produced 45 valid items with the whole coefficient reliability of 0.945. Data analysis method in this research uses independent sample t-test. The t-test of the data shows 0.817 for intimacy, 0.777 for passion, and 0.897 for commitment. They do not exited the critical t of 1.68. Therefore three hypothesis research are rejected.

Keywords : intimacy, passion, commitment, LDR relationship, face to face relationship.

                           


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Krisentia Indah Permatasari

NIM : 089114129

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBEDAAN CINTA STERNBERG (INTIMACY, PASSION, COMMITMENT) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL

PADA WANITA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 2 Agustus 2013

Yang menyatakan,

(Krisentia Indah Permatasari)

       


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga karena kasih setianya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Cinta Sternberg (Intimacy, Passion, Commitment) Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal Pada Wanita” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah berperan serta dalam meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bunda Maria yang dengan setianya selalu mendengarkan keluh kesahku selama pengerjaan skripsi ini.

3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas kepedulian yang besar terhadap anak-anak bimbingan akademiknya.

5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.


(11)

6. Dr. A. Priyono Marwan, S.J. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar mendampingi dan membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga karena telah mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, masukan dan sharing yang luar biasa, kebersamaan yang singkat, serta terima kasih telah mengajarkan untuk selalu tersenyum.

7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas pengalaman dan ilmunya yang telah diberikan kepada penulis selama mengemban studi di Universitas Sanata Dharma.

8. Mas Doni, Mas Gandung, Pak Gie, Mas Muji, dan Bu Nanik atas bantuan, keramahan, dan senyumannya yang diberikan selama ini.

9. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Andreas Indra Wiyanta dan Ibu Anastasia Endang Suyatmi yang telah membesarkan, menyayangi, mendidik, mendukung, mendampingi, dan mendoakanku tak henti-hentinya selama proses penulisan skripsi ini. Semoga karya kecilku ini dapat membuat bapak dan mama bangga.

10. Adikku tersayang, Marselinus Satrio Wicaksono atas kasih sayang, ledekan-ledekan, kebawelan, kebandelan, dan berantemnya selama ini.

11. Mbah-mbahku di surga, khususnya Bapak Parto Miharjo “Aku sudah menepati janjiku mbah jadi seorang sarjana seperti yang mbah inginkan.” 12. Om-omku, om Mul dan om Padi. Terima kasih telah merawatku dari kecil

dan menjadi temanku selama ini.

13. Sahabat-sahabatku “Panca Sekawan” Ditia, Manda, Ricky, dan Vista. Terima kasih atas kebersamaannya selama 5 tahun ini.


(12)

14. Teman-teman seperjuangaku Dewi, Jeje, Mengty, dan Sinto yang selalu menyemangati demi memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi).

15. Teman-temanku SMA Egi, Finne, Frengky, Frisilia, Momon, Nindy, Tere yang selalu memotivasiku untuk cepat lulus. Terima kasih atas kegilaan kalian setiap kali kita reuni.

16. Anak-anak kost 99999 Asti, Dian, Ela, Laurin, Mbak Iin, Oli, Putu, Yana, dan Yani. Terima kasih telah berbagi canda, tawa, suka dan duka selama tinggal satu atap dengan kalian.

17. Teman-teman P2TKP Pak Adi, Anju, Ayu, Bella, Dewi, Efrem, Heimbach, Mbak Jes, Mila, Mbak Nenis, Mbak Putri, Mbak Rani, Pak Tony, Mbak We, dll. Terima kasih atas kebersamaannya selama berdinamika dengan kalian. 18. Agung, Damar, Juli, dan Puput. Terima kasih telah diberi kesempatan untuk

lebih mengenal kalian dan segala hal yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurna sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 2 Agustus 2013 Penulis

Krisentia Indah Permatasari


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ..i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

1. Manfaat Praktis ... 7

2. Manfaat Teoritis ... 7


(14)

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Cinta ... 8

1. Definisi Cinta secara Umum ... 8

2. Definisi dari Cinta Strenberg ... 9

3. Komponen Cinta ... 10

4. Jenis – jenis Cinta ... 12

5. Geometri Segitiga Cinta Sternberg ... 15

6. Faktor – faktor Penyebab Cinta ... 16

B. Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat ... 17

1. Pengertian Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat ... 17

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Jarak ... 18

3. Dampak dari Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat ... 19

4. Perbedaan Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat ... 19

C. Masa Dewasa Awal ... 20

1. Definisi Masa Dewasa Awal ... 21

2. Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Awal ... 21

3. Wanita dalam Hubungan Romantis ... 22

D. Perbedaan Cinta Sternberg (Intimacy, Passion, Commitment) berdasarkan Jarak Tempat Tinggal ... 23

E. Skema ... 26

F. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Jenis Penelitian ... 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(15)

B. Variabel Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

D. Subjek Penelitian ... 29

E. Metode Pengumpulan Data ... 30

F. Alat Pengumpulan Data ... 31

G. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32

1. Uji Validitas ... 32

2. Seleksi Aitem ... 33

3. Uji Reliabilitas ... 35

H. Metode Analisis Data ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Pelaksanaan Penelitian ... 38

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 38

C. Hasil Penelitian ... 40

1. Uji Asumsi ... 40

2. Uji Hipotesis ... 43

D. Pembahasan ... 45

BAB V. PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 48

2. Bagi Subjek Penelitian ... 49


(16)

 

C. Keterbatasan Penelitian ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN ... 53

     


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS ... 32

Tabel 2. Blue Print Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS setelah Seleksi Aitem ... 35

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas secara Keseluruhan ... 36

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Intimacy ... 36

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Passion ... 36

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Commitment ... 36

Tabel 7. Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Hubungan ... 39

Tabel 8. Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Usia... 39

Tabel 9. Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Program Studi ... 39

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas pada Intimacy ... 40

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas pada Passion ... 40

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas pada Commitment ... 40

Tabel 13. Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Intimacy ... 42

Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Passion ... 42

Tabel 15. Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Commitment ... 42

Tabel 16. Hasil Uji Hipotesis ... 44

Tabel 17. Hasil Uji-t Tiap Komponen Cinta Sternberg ... 44

Tabel 18. Hasil Jawaban Subjek berdasarkan Cacah Subjek dan Cacah Aitem ... 47

     


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Skala Penelitian ... 53

Lampiran B. Uji Reliabilitas ... 62

Lampiran C. Uji Normalitas ... 66

Lampiran D. Uji Homogenitas ... 69

Lampiran E Uji Hipotesis ... 71

 

                             


(19)

BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berbicara mengenai cinta tentu tidak akan ada habisnya. Cinta bersifat sangat subjektif bagi sebagian besar orang dan hanya manusialah yang dapat merasakan apa itu cinta. Mengenai cinta dalam sejarah psikologi, Sternberg (1997) membaginya menjadi dua bidang ilmu, yaitu bidang klinis dan sosial. Sternberg (1997) dari bidang sosial memperkenalkan teori cinta dengan nama The Triangular Theory of Love. Sternberg (2000) mendefinisikan cinta adalah sebuah kisah dan para kekasih adalah kreator dari kisah cinta mereka. Kisah tersebut dapat berasal dari gambaran cerita romantis yang didapat dari sebuah pertunjukkan film, siaran televise dan buku roman. Sternberg (1997) juga memperkenalkan konsep cintanya melalui sebuah segitiga cinta. Segitiga cinta ini dapat membantu kita untuk lebih memahami cinta yang mencakup tiga komponen yaitu intimacy/keintiman, passion/gairah, commitment/komitment.

Intimacy/keintiman merupakan pengalaman seseorang yang timbul dari perasaan kedekatan, keterikatan, dan keterhubungan seseorang dengan orang lain yang melibatkan keinginan untuk memberi dan menerima serta membagi suatu pikiran terdalam seseorang kepada orang lain. Passion/gairah merupakan keinginan yang romantis yang mencakup hasrat seksual seseorang yang intens


(20)

2   

kepada orang lain, disertai dengan gairah psikologis. Kemudian commitment/komitmen merupakan usaha seseorang untuk mempertahankan cintanya melalui suatu komitmen dalam suatu hubungan (Sternberg, 1997).

Hubungan cinta banyak terjadi di kalangan mahasiswa. Banyak penelitian mengenai cinta yang dilakukan di kalangan mahasiswa (dalam Saragaih & Irmawati, 2005). Hubungan jarak jauh/LDR menurut Bebee, Bebee, & Redmond (2011) merupakan suatu hubungan yang tidak memungkinkan mereka untuk bertemu secara face to face karena terpisah oleh jarak dalam jangka waktu tertentu.

Stafford (dalam Mays, 2011) mengatakan bahwa hubungan cinta di kalangan mahasiswa sudah biasa terjadi, termasuk hubungan cinta jarak jauh. Penelitian Dellmann-Jenkins, Bernard-Paolucci, dan Rushing (dalam Dansie, 2012) bahkan mengatakan 75% dari mahasiswa berada dalam hubungan cinta jarak jauh. Dellmann-Jenkins, Bernard-Paolucci, dkk (dalam Skinner, 2005) juga mengatakan 20% - 40% mahasiswa terlibat dalam hubungan LDR. Penelitian lain yang dilakukan Aylor (2003) mengatakan bahwa sepertiga dari mahasiswa mengalami hubungan cinta jarak jauh. Selain itu, setengah dari mahasiswa di tahun pertama perkuliahan mengalami hubungan cinta jarak jauh. Hasil survei yang dilakukan oleh Danastri dkk (2013) di Indonesia khususnya di Yogyakarta terhadap 167 mahasiswa yang sedang menjalin hubungan pacaran menghasilkan sebanyak 30% mahasiswa ternyata menjalin hubungan jarak jauh. Menurut Yudistriana dkk (2010), salah satu alasan mahasiswa menjalin hubungan jarak jauh/LDR adalah salah satu dari mereka mungkin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(21)

sekolah di luar kota atau di luar negeri. Hasil prosentase ini menujukkan bahwa semakin tahun hubungan jarak jauh/LDR mengalami penurunan.

Tidak selamanya hubungan jarak jauh/LDR selalu berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan. Menurut Cameron dan Ross (dalam Mays, 2011), pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR berpotensi mengalami berbagai resiko interpersonal dalam hubungan mereka. Resiko interpersonal tersebut meliputi puasan, amanan, ketidak-percayaan, ketidak-stabilan, dan stress dalam suatu hubungan. Selain itu, Yudistriana dkk (2010) mengatakan situasi emosi antara individu yang menjalin hubungan jarak jauh sangat berbeda dengan individu yang menjalin hubungan jarak dekat. Pada individu yang menjalin hubungan jarak jauh, mereka sering dilanda rasa cemburu dan curiga terhadap pasangannya apabila tidak memberikan kabar dibandingkan dengan mereka yang menjalin hubungan jarak dekat yang memberi kabar. Hal inilah yang menyebabkan hubungan jarak jauhtidak dapat bertahan lama.

Berbeda dengan hubungan jarak jauh/LDR, hubungan jarak dekat/face to face merupakan suatu hubungan yang memungkinkan pasangan dapat bertemu secara face to face hampir setiap hari karena dekat secara geografis (Guldner dalam Skinner, 2005). Stafford dan Reske (1990) mengatakan bahwa pasangan yang terlibat dalam hubungan face to face memiliki keuntungan daripada pasangan LDR. Pasangan face to face dapat menjalin komunikasi dengan pasangannya secara langsung meskipun intensitas penggunaan alat komunikasinya sangat jarang. Ternyata pada hubungan ini terdapat suatu


(22)

4   

permasalah meskipun waktu bertemu mereka hampir setiap hari. Pistol et al. (dalam Mays, 2011) menyatakan bahwa pasangan yang terlibat dalam hubungan jarak dekat/face to face memiliki kemauan yang sedikit untuk menghabiskan waktu bersama pasangannya. Hal ini dikarenakan individu yang menjalin hubungan jarak dekat telah mengetahui bahwa mereka dapat bertemu dengan pasangannya sesering mungkin.

Apabila ingin membandingkan antara hubungan jarak dekat dan jarak jauh, individu yang menjalin hubungan jarak jauh cenderung dihadapkan pada perasaan kecewa dan kesepian karena ketidak-hadiran pasangan di samping mereka (Stafford, 2010). Selain itu, individu yang menjalin hubungan percintaan jarak jauh juga akan mengalami berbagai macam konflik dalam pemenuhan hubungan mereka dibandingkan dengan individu yang menjalin hubungan jarak dekat. Di samping itu karena keterpisahan jarak, komponen cinta dalam suatu hubungan mengalami perubahan. Ditinjau dari komponen intimacy/keintimannya, pasangan yang menjalin hubungan jarak jauhmemiliki keintiman yang kurang dibanding dengan individu yang menjalin hubungan jarak dekat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Scott, Mottarella, dan Lavooy (2006) bahwa individu yang terlibat dalam hubungan romantis

face to face memiliki keintiman yang lebih besar dibandingkan individu yang menjalin hubungan romantis virtual karena keintiman dapat berkembang melalui hubungan face to face. Kemudian menurut Yudistriana dkk (2010), jika melihat komponen passion, pemenuhan passion/gairah pada hubungan jarak jauh juga kurang. Hal ini disebabkan karena pasangan saling berjauhan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(23)

tidak memungkinkan untuk melakukan kontak secara fisik satu sama lain. Komponen selanjutnya yaitu komitmen/commitment. Dalam hubungan cinta jarak jauh/LDR, komitmen juga menimbulkan masalah. Pasangan menjadi sulit untuk berkomitmen terhadap hubungan mereka karena satu sama lain saling berjauhan dan tidak dapat mendiskusikan keputusan yang diambil secara bersama-sama.

Berbeda dari penelitian Yudistriana dkk (2010), fakta mencengangkan tentang commitment dalam hubungan jarak jauh ditemukan olehpeneliti dalam penelitian Laura Stafford dan James Reske (1990). Ia menyatakan bahwa pasangan yang memiliki hubungan jarak jauh/LDR ternyata mengalami kepuasan hubungan yang lebih besar dan lebih mampu mempertahankan komitmen mereka meskipun waktu untuk bertemu tatap muka lebih sedikit dan komunikasi yang dilakukan sangat jarang daripada pasangan yang memiliki hubungan jarak dekat/face to face.

Berbicara mengenai wanita dalam suatu hubungan, Schwebel et al. (dalam Skinner 2005) mengatakan bahwa wanita yang berada dalam hubungan jarak jauh memiliki usaha yang lebih besar untuk mempertahankan hubungannya daripada laki-laki. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sacher dan Fine (1996), yang mengatakan bahwa wanita memiliki komitmen yang lebih tinggi daripada laki-laki. Mereka lebih mampu untuk mempertahankan hubungan mereka daripada laki-laki. Meskipun demikian, Maguire dan Kinney (dalam Dansie, 2012) mengatakan bahwa ketika terlibat dalam hubungan jarak


(24)

6   

jauh, wanita mengalami distress yang tinggi karena terpisah dari pasangan untuk jangka waktu yang tak pasti.

Berdasarkan semua latar belakang di atas, peneliti memiliki ketertarikan pada teori Sternberg (1997) mengenai cinta yang terdiri dari tiga komponen. Ketiga komponen tersebut menyempurnakan sekaligus menantang relasi orang-orang yang saling mencintai (Sternberg, 1997). Selanjutnya, peneliti juga tertarik meneliti teori Sternberg (1997) dalam hubungannya dengan cinta jarak dekat dan jarak jauh yang terjadi di kalangan mahasiswa sebagai individu dewasa awal. Subjek dipilih mahasiwa karena mahasiswa termasuk dalam individu dewasa awal yang memiliki tugas perkembangan yaitu menjalin hubungan intim dengan individu lain. Selain itu, peneliti ingin mengetahui perbedaan antara cinta jarak jauh dan jarak dekat. Cinta jarak jauh di kalangan mahasiswa mempunyai jumlah yang signifikan sekalipun semakin tahun semakin menurun.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dengan membatasi diri di antara para mahasiswi rumusan masalah adalah apakah ada perbedaan hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997).

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR

berdasarkan komponen cinta Sternberg (1997).


(25)

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi pada individu khusunya wanita yang menjalin hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh untuk terus meningkatkan hubungan cinta mereka berdasarkan komponen cinta Sternberg (1997).

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan literatur di bidang psikologi sosial mengenai perbedaan antara hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh berdasarkan komponen cinta Sternberg (1997).

         


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada landasan teori ini, penulis menguraikan penjelasan mengenai cinta, hubungan interpersonal, dan perbedaan hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997).

A. CINTA

1. Definisi Cinta secara Umum

Sternberg (1997) mengatakan bahwa cinta dalam sejarah psikologi dibagi menjadi dua bidang ilmu yaitu bidang klinis dan sosial. Bidang klinis tokohnya Maslow (dalam Kobayashi, 2008) dan Helen Fischer (dalam Reber & Beyers, 2000). Definisi cinta Maslow (dalam Kobayashi, 2008) adalah suatu motivasi yang dihasilkan oleh dua manusia yang berbeda. Motivasi tersebut dapat menghasilkan dua gaya cinta yaitu D-love (Deficiency love) dan B-love (Being love). Definisi cinta menurut Helen Fischer (dalam Reber & Beyers, 2000) adalah perasaan yang timbul karena kerja dari reaksi kimia dari hormon tertentu yang terdapat di dalam otak. Sedangkan di bidang sosial/kepribadian tokohnya Lee (dalam Sternberg, 1997), Davis (Sternberg, 1986), dan Hasan dan Shaver (dalam Dwyer, 2000). Definisi cinta Lee (dalam Sternberg, 1997) adalah suatu hal yang bukan bersifat tunggal tapi suatu kesatuan yang diperlukan oleh setiap orang agar dapat memahami setiap “gaya” cinta yang ada pada setiap individu. Definisi cinta Davis (Sternberg, 1986) adalah cinta berbeda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(27)

dengan menyukai. Berscheid dan Walster (dalam Dwyer, 2000) mendefinisikan liking/menyukai adalah suatu perasaan kasih sayang seseorang kepada seorang teman. Definisi cinta menurut Susan dan Clyde Hendrick (dalam Rathus, Nevid, & Rathus, 2008) adalah emosi positif yang timbul dari perasaan kegembiraan yang dapat memberikan keyakinan dan kesejahteraan psikologis terhadap masa depan. Selain itu, Davis (dalam Sternberg, 1986) mengatakan di dalam hubungan cinta terdapat dua kluster tambahan yaitu kluster daya tarik fisik dan kluster peduli. Definisi cinta menurut Hasan dan Shaver (dalam Dwyer, 2000) adalah suatu kelekatan pada orang lain dimana kelekatan yang terbentuk pada masa bayi dapat mempengaruhi gaya mencintai kita pada orang lain.

Berdasarkan pada pengenalan atas aneka macam cinta tersebut, peneliti memilih teori cinta menurut Sternberg (1997) sebagai landasan teori karena teori Sternberg (1997) berdasarkan pada teori Hasan dan Shaver (dalam Dwyer, 2000) dan Davis (dalam Sternberg, 1986) yang masing-masing menjelaskan cinta dalam tiga komponen. Sternberg (1997) ingin menjelaskan teori segitiga cinta lebih rinci lagi.

Di bawah ini dijelaskan definisi dari cinta Sternberg (2000), komponen-komponen cinta, jenis-jenis cinta, dan geometri segitiga cinta menurut model segitiga cinta Sternberg (1997).

2. Definisi dari Cinta Sternberg

Sternberg (2000) mendefinisikan cinta sebagai sebuah kisah yang dapat diciptakan oleh setiap orang dan kita sendiri adalah kreator dari kisah


(28)

10   

cinta kita. Kisah tersebut terbentuk saat kita dilahirkan dan berasal dari pengalaman serta pengamatan kita terhadap sekitar yang selanjutnya dapat mempengaruhi kepribadian kita. Selain itu, kisah tersebut berasal dari film, siaran televisi, dan buku roman.

3. Komponen Cinta

Sternberg (1997) menyimpulkan cinta dengan suatu segitiga yang mencakup 3 komponen yaitu intimacy, passion, dan commitment.

a. Intimacy

Intimacy/keintiman merupakan pengalaman seseorang yang timbul dari perasaan kedekatan, keterikatan, dan keterhubungan seseorang dengan orang lain yang melibatkan keinginan untuk memberi dan menerima serta membagi suatu pikiran terdalam seseorang kepada orang lain.

Mengenai keintiman, Sternberg dan Grajek (dalam Sternberg, 1997) melakukan analisis data cluster dari (1) skala Rubin (dalam Sternberg, 1997) tentang menyukai dan mencintai dan (2) skala hubungan dekat oleh Levinger, Rands dan Talaber (dalam Sternberg, 1997). Mereka menganalisis dan menemukan 10 bagian dari keintiman yaitu: (1) keinginan untuk mempromosikan kesejahteraan dari cinta, (2) pengalaman bahagia terhadap orang yang dicintai, (3) mengagung-agungkan orang yang dicintainya, (4) ketika dibutuhkan, orang yang dicintai dapat diandalkan, (5) rasa saling pengertian dengan orang yang dicintai, (6) berbagi diri dan hartanya kepada orang yang dicintai, (7)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(29)

menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai, (8) memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai, (9) menjaga komunikasi yang intim dengan orang yang dicintai, dan (10) menghargai orang yang dicintai dalam kehidupannya.

b. Passion

Passion/gairah merupakan keinginan yang romantis yang mencakup hasrat seksual seseorang yang intens kepada orang lain, disertai dengan gairah psikologis (Sternberg, 1997). Sternberg (1997) mengatakan daya tarik fisik juga merupakan bagian dari passion.

Passion/gairah dapat dimanifestasi dalam beberapa bentuk tindakan seperti bercinta, menatap, menyentuh, dan sebagainya. Tidak hanya kebutuhan seks saja yang mendominasi, namun juga kebutuhan lain yang dapat menyebabkan gairah/passion itu terjadi, seperti: self-esteem

(harga diri), kebutuhan afiliasi, dominansi, succorance, nurturance,

aktualisasi diri, dan kepatuhan. Dalam Rathus, Nevid, dan Rathus (2008) terdapat dua jenis cinta di dalam passion sendiri yaitu romantic love dan

consummate love. c. Commitment

Commitment/komitmen menurut Sternberg (dalam Rathus, Nevid, & Rathus, 2008) merupakan usaha seseorang untuk mempertahankan cintanya melalui suatu komitmen dalam suatu hubungan. Komitmen tersebut dapat diwujudkan melalui suatu bentuk tindakan seperti sebuah pertunangan, pernikahan, kesetiaan seksual


(30)

12   

terhadap pasangan, dan lain sebagianya (Sternberg, 1997). Berdasarkan penjelasan ini, Sternberg (1997) membedakan komitmen menjadi dua jenis yaitu:

1) Komitmen jangka panjang

Komitmen jangka panjang merupakan usaha seseorang untuk mempertahankan hubungan cintanya.

2) Komitmen jangka pendek

Komitmen jangka pendek merupakan keputusan seseorang untuk mencintai orang yang dicintainya.

Berdasarkan konsep dari segitiga cinta Sternberg (Triangular Theory of Love; 1997) di atas, cinta dapat dikatakan serasi bila cinta tersebut memiliki semua komponen segitiga cinta yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment).

4. Jenis-jenis Cinta

Dari model segitiga cinta, Sternberg (1986) mengembangkannya menjadi delapan jenis cinta. Delapan jenis cinta tersebut adalah:

a. Non Love

Non love adalah sebuah hubungan yang tidak mencakup ketiga komponen dari cinta. Menurut Sternberg (1986), sebagian besar hubungan pribadi kita merupakan jenis hubungan yang tidak melibatkan unsur cinta.


(31)

b. Liking

Liking merupakan pengalaman kita dengan orang lain sebagai seorang sahabat. Liking mempunyai komponen cinta yang kuat yaitu keintiman (intimacy), namun tidak memiliki komponen gairah (passion) dan komitmen (commitment).

c. Infatuation

Infatuation adalah “cinta pada pandangan pertama” ketika seseorang mengalami suatu gairah kerinduan terhadap orang lain.

Infatuation ini hanya memiliki komponen gairah (passion), akan tetapi tidak memiliki komponen keintiman (intimacy) dan komitmen (commitment).

d. Empty love

Empty love merupakan cinta yang ditandai hanya dengan komitmen (commitment) untuk mempertahankan hubungan tetapi tidak mempunyai komponen gairah (passion) dan keintiman (intimacy).

Empty love bisa menjadi hubungan yang stagnan apabila tidak melibatkan keintiman emosional dan ketertarikan fisik. Salah satu contoh empty love yaituperjodohan dalam sebuah pernikahan di mana masing-masing pasangan mencoba untuk saling mencintai.

e. Romantic love

Romantic love/cinta romantis merupakan kombinasi dari keintiman (intimacy) dan gairah (passion) namun tidak memiliki komitmen (commitment). Orang yang mengalami romatic love tidak


(32)

14   

hanya tertarik secara fisik saja tetapi telah terikat secara emosional satu sama lain.

f. Companionate love

Companionate love merupakan kombinasi dari keintiman (intimacy) dan komitmen (commitment). Companionate love sering terjadi pada hubungan jangka panjang yang gairah ketertarikan telah berkurang dan digantikan dengan komitmen persahabatan.

g. Fatuous love

Fatuous love merupakan salah satu tipe cinta Sternberg (1986) yang dapat diasosiasikan seperti badai angin asmara yang dapat menimbulkan pernikahan kilat. Fatuous love adalah suatu hubungan yang memiliki komponen cinta berupa komitmen (commitment) dan gairah (passion), tetapi tidak memiliki komponen keintiman (intimacy). Komitmen yang dibuat pada hubungan ini berdasarkan pada gairah saja tanpa melibatkan keintiman sehingga dapat menyebabkan perceraian dalam suatu pernikahan.

h. Consummate love

Consummate love adalah cinta yang lengkap dan kuat karena cinta ini terdiri dari keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment). Kebanyakan pasangan berusaha keras untuk mewujudkan jenis cinta ini untuk menghasilkan suatu hubungan yang ideal.


(33)

Kedelapan jenis cinta dan komponennya disajikan pada skema segitiga cintaSternberg (dalam Rathus, Nevid, & Rathus, 2008) berikut ini: Liking

(Intimacy)

Romantic love Companionate love (intimacy+passion) (intimacy+decision/commitmen)

Infatuation Empty love

(Passion) Fatuous love (Decision/commitment) Consummate love

(intimacy+passion+de cision/commitment)

(passion+decision/commitment)

5. Geometri Segitiga Cinta Sternberg

Sternberg (1997) menegaskan bahwa geometri segitiga cinta terdiri atas dua faktor yaitu:

a. Jumlah cinta

Jumlah cinta dapat dilihat melalui besarnya area segitiga cinta. Semakin besar jumlah cinta maka area dari segitiga semakin besar. Selain itu, perbedaan ukuran ketiga komponen cinta dapat diwakili dalam bentuk segitiga yang berbeda.

Bentuk segitiga berdasarkan besarnya jumlah cinta pada setiap komponen cinta dapat disajikan melalui skema berikut ini (Sternberg, 1998):


(34)

16   

Intimacy

Passion Commitment

b. Keseimbangan cinta

Cinta yang seimbang diwakili oleh sebuah segitiga sama sisi, dengan jumlah setiap komponen cinta kurang lebih sama.

Intimacy

Passion Commitment

6. Faktor-faktor Penyebab Cinta

Sternberg (2000) mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya cinta yaitu:

a. Daya tarik fisik

Daya tarik fisik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pasangan tertarik satu sama lain. Seseorang mulai tertarik satu sama lain dari penampilan fisik saat pertama kali bertemu.

b. Kesamaan

Sternberg (2000) mengatakan ketika membentuk suatu hubungan, setiap orang mencari pasangan yang memiliki kesamaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(35)

pandangan, kisah percintaan, dan kebutuhan dalam suatu hubungan. Sternberg (1998) mengatakan bahwa orang cenderung jatuh cinta dengan orang lain yang memiliki cerita yang sama dengan dirinya.

B. HUBUNGAN JARAK JAUH DAN JARAK DEKAT

Pada bagian ini dijelaskan definisi dari hubungan jarak jauh dan jarak dekat serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jarak menurut Bebee, Bebee, dan Redmond (2011). Selanjutnya dijelaskan pula dampak dari hubungan jarak jauh dan jarak dekat dan juga perbedaan antara hubungan jarak dekat dan jarak jauh.

1. Pengertian Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat

Bebee, Bebee, dan Redmond (2011) mengatakan suatu hubungan dapat dilakukan secara jarak dekat atau jarak jauh. Ia juga mengatakan bahwa tidak selamanya kita bersama dengan orang-orang terdekat kita. Pada waktu-waktu tertentu kita akan terpisah dengan orang tua, pasangan, anak, saudara kandung, anggota keluarga, teman-teman, rekan kerja, bahkan dengan klien kita. Pada waktu itu kita memiliki sebuah hubungan jarak jauh dengan mereka. Hubungan jarak jauh/LDR merupakan suatu hubungan yang tidak memungkinkan pasangan untuk bertemu secara face to face karena terpisah oleh jarak dalam jangka waktu tertentu (Bebee, Bebee, & Redmond, 2011). Mays (2011) mengatakan hubungan dapat dikatakan jarak jauh jika mereka terpisah sekitar 500 mil jauhnya atau sekitar 5 jam perjalanan. Sedangkan untuk hubungan jarak dekat sangat


(36)

18   

geographically close relationship, dan non-long distance. Peneliti memilih istilah face to face relationship karena berdasarkan literatur yang dikemukakan oleh Scott, Mottarella, dan Lavooy (2006). Hubungan jarak dekat/face to face menurut Guldner (dalam Skinner, 2005) berarti hubungan yang memungkinkan pasangan untuk bertemu secara face to face

hampir setiap hari karena dekat secara geografis. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jarak

Bebee, Bebee, dan Redmond (2011) mengatakan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi jarak dalam suatu hubungan yaitu:

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan faktor penentu dalam memelihara suatu hubungan sekali pun dipisahkan oleh jarak. Setiap pasangan diharapkan dapat saling terbuka dan jujur satu sama lain.

b. Interaksi Tatap Muka

Hubungan jarak jauh membuat interaksi face to face di antara pasangan lebih sedikit daripada hubungan jarak dekat. Meskipun kesempatan berinteraksi tatap muka lebih sedikit, pasangan yang berada dalam hubungan jarak jauh selalu berusaha untuk menunjukkan perilaku-perilaku positif mereka kepada pasangan ketika bertemu sehingga membuat kepuasan dalam suatu hubungan lebih besar.

c. Biaya

Dalam mempertahankan suatu hubungan yang dibatasi oleh jarak, biaya memainkan peran penting. Khususnya untuk hubungan jarak jauh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(37)

membutuhkan biaya yang lebih besar daripada hubungan jarak dekat. Pasangan akan mengeluarkan biaya tersendiri seperti biaya telpon jarak jauh, biaya tiket pesawat, bensin, atau makan untuk dapat berkomunikasi atau bertemu dengan pasangannya di tempat yang berbeda dengannya.

3. Dampak dari Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat

Cameron dan Ross (dalam Mays, 2011) mengatakan bahwa individu yang berada dalam hubungan jarak jauh akan mengalami berbagai resiko interpersonal seperti stress, puasan, amanan, ketidak-percayaan, dan ketidak-stabilan dalam hubungan mereka. Mereka juga harus merasa aman dan percaya dengan pasangan agar hubungan mereka tetap terjaga. Pada hubungan jarak dekat, Pistol et al. (dalam Mays, 2011) mengatakan bahwa karena intensitas bertemu tatap muka bisa sesering mungkin mengakibatkan individu yang menjalin hubungan jarak dekat kurang mau menghabiskan waktu bersama dengan pasangannya.

4. Perbedaan Hubungan Jarak Jauh dan Jarak Dekat

Stafford (2010) mengatakan hubungan jarak jauh dan jarak dekat dapat dibedakan berdasarkan:

a. Frekuensi tatap muka/face to face

Stafford dan Merolla (dalam Stafford, 2010) mengatakan bahwa individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR memiliki waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi secara face to face daripada individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face yang memiliki waktu


(38)

20   

interaksi face to face lebih banyak. Menurut Kelley dan Thibaut (dalam Stafford, 2010), meskipun waktu berinteraksi face to face relativ lebih sedikit, hal tersebut membuat pasangan tidak saling tergantung satu sama lain.

b. Isi Komunikasi

Pada individu yang menjalin hubungan jarak jauh, ketika berkomunikasi dengan pasangan cenderung menghindari pembicaraan yang dapat menimbulkan konflik dalam hubungan mereka. Selain itu, mereka juga menyesuaikan topik pembicaraan ke arah yang lebih positif sehingga dapat meningkatkan keintiman (Stafford, 2010). Stephen (dalam Stafford, 2010) juga mengatakan bahwa pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR akan memfokuskan pembicaraan mereka pada keintiman, cinta, dan masalah yang berkaitan dengan hubungan mereka. Selain itu juga, Stephen (dalam Lin & Knee, 2006) mengatakan bahwa individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR cenderung membahas hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharan hubungan mereka dibandingkan dengan individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face yang membahas hal-hal yang tidak berkaitan dengan hubungan mereka.

C. MASA DEWASA AWAL

Pada bagian ini dijelaskan definisi masa dewasa awal dan perkembangan psikososial masa dewasa awal menurut Papalia, Olds, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(39)

Feldman (2008). Selain itu akan dijelaskan pula wanita dalam hubungan romantis.

1. Definisi Masa Dewasa Awal

Papalia, Olds, dan Feldman (2008) mendefinisikan masa dewasa awal sebagai tahap perkembangan ketika seseorang mulai memasuki rentang usia antara 20-40 tahun.

2. Perkembangan Psikososial Masa Dewasa Awal

Erikson (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008) menegaskan masa dewasa awal sebagai masa terpenting bagi individu untuk menjalankan tugas perkembangannya yaitu membentuk suatu hubungan yang intim dengan individu lain. Papalia, Old, dan Feldman (2008) menjelaskan hubungan yang intim terbentuk atas dasar hubungan pertemanan, cinta, dan seksualitas yang diperoleh dari teman sebaya atau pasangannya.

Lambeth dan Hallet (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008) mengatakan hubungan yang intim mengharuskan individu memiliki berbagai keterampilan ketika mereka memutuskan untuk menikah, menjalin hubungan berpasangan baik tanpa menikah atau homoseksual, dan memiliki anak atau tidak memiliki anak. Keterampilan tersebut antara lain kepekaan, empati, kemampuan untuk mengkomunikasikan emosi, menyelesaikan konflik, dan mempertahankan komitmen. Selain itu, pengungkapan diri/self-disclosure pada orang lain dan rasa memiliki/sense of belonging juga menjadi unsur terpenting dalam keintiman.


(40)

22   

Sikap terbuka mengenai diri pada orang lain, adanya rasa saling menerima dan saling menghormati/mutual acceptance, dan peka terhadap kebutuhan orang lain dapat membuat hubungan menjadi lebih intim (Harvey & Omarzu, 1997; Reis & Patrick dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008). Seperti halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Harvey dan Omarzu (1997) yang mengatakan bahwa sikap saling terbuka dapat terjadi saat kita mengurus pasangan kita. Mengurus pasangan merupakan suatu proses yang melibatkan pikiran, perasaan, dan perilaku di mana dapat membuat satu sama lain saling berbagi informasi tentang diri mereka.

3. Wanita dalam Hubungan Romantis

Dalam hubungan romantis, wanita berbeda dari pria. Berbicara mengenai pernikahan, Kephart (dalam Santrock, 2002) mengatakan bahwa ketika dihadapkan pada masalah pernikahan wanita cenderung memutuskan untuk tetap akan menikah dengan calon suaminya meskipun ia tidak mencintainya. Selanjutnya mengenai seksualitas, Peplau (Papalia, Olds, & Feldman, 2009) mengatakan wanita cenderung menginginkan hubungan seks dengan pasangannya dalam suatu hubungan intim yang berkomitmen. Selain itu, Schwebel et al. (dalam Skinner, 2005) mengatakan bahwa mahasiwi (wanita) di tahun pertama perkuliahan memiliki usaha yang lebih untuk mempertahankan hubungannya daripada laki-laki. Hal yang sama juga dikatakan oleh Sacher dan Fine (1996) bahwa wanita memiliki komitmen yang tinggi terhadap hubungan mereka yaitu berusaha untuk mempertahankan hubungan daripada laki-laki. Selain itu, Maguire dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(41)

Kinney (dalam Dansie, 2012) mengatakan bahwa wanita cenderung mengalami stress ketika mengalami hubungan jarak jauh karena terpisah dari pasangan untuk waktu yang tak pasti.

D. PERBEDAAN CINTA STERNBERG (INTIMACY, PASSION,

COMMITMENT) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL

Bebee, Bebee, dan Redmond (2011) mengatakan suatu hubungan dapat dilakukan secara jarak dekat dan jarak jauh. Hubungan jarak dekat/face to face

menurut Guldner (dalam Skinner, 2005) berarti hubungan yang memungkinkan pasangan untuk bertemu secara face to face hampir setiap hari karena dekat secara geografis. Sedangkan hubungan jarak jauh/LDR merupakan suatu hubungan yang tidak memungkinkan pasangan untuk bertemu secara face to face karena terpisah oleh jarak dalam jangka waktu tertentu (Bebee, Bebee, & Redmond, 2011). Biasanya mereka terpisah 500 mil jauhnya atau sekitar 5 jam perjalanan.

Berbicara mengenai hubungan cinta jarak jauh/LDR dan jarak dekatface to face tidak selalu berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan. Keterpisahan fisik dan jarak membuat hubungan jarak jauh dihadapkan dengan berbagai masalah dalam hubungan mereka seperti masalah waktu bertemu tatap muka, kontak fisik, dan berbagai masalah dalam pemenuhan hubungan mereka. Individu yang terlibat dalam hubungan jarak jauh/LDR memiliki waktu bertemu secara face to face lebih sedikit daripada individu yang menjalin hubungan jarak dekat (Bebee, Bebee, & Redmond, 2011). Stafford dan Reske (dalam Mays, 2011) mengatakan individu yang menjalin hubungan


(42)

24   

jarak dekat dapat langsung bertemu dengan pasangannya meskipun penggunaan media komunikasi sangat minim. Kemudian Cameron dan Ross (dalam Mays, 2011) mengatakan mereka yang terlibat dalam hubungan jarak jauh/LDR sangat rentan mengalami berbagai resiko interpersonal seperti stress, ketidak-puasan, ketidak-amanan, ketidak-percayaan, dan ketidak-stabilan dalam hubungan mereka. Selain itu juga, karena keterpisahan fisik dan jarak mengakibatkan komponen cinta Sternberg (1997) yang terdiri dari intimacy, passion, dan commitment juga mengalami perubahan.

Sternberg (1997) mengatakan keintiman merupakan pengalaman seseorang yang timbul dari perasaan kedekatan, keterikatan, dan keterhubungan seseorang dengan yang orang lain. Gairah/passion merupakan keinginan yang romantis yang mencakup hasrat seksual seseorang yang intens pada orang lain disertai dengan gairah psikologis. Sedangkan komitmen/commitment adalah usaha seseorang untuk mempertahankan cintanya melalui suatu komitmen dalam suatu hubungan, baik komitmen jangka pendek maupun jangka panjang.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Scott, Mottarella, dan Lavooy (2006) yang menguji tingkat keintiman pada hubungan romantis tatap muka dan hubungan romantis virtual/tidak tatap muka menemukan bahwa individu yang terlibat dalam hubungan romantis face to face memiliki tingkat keintiman yang lebih besar daripada individu yang terlibat dalam hubungan romantis secara virtual. Sedangkan individu yang terlibat dalam hubungan romantis virtual memiliki tingkat keintiman yang rendah karena tatap muka yang kurang secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(43)

langsung dan menggunakan media komunikasi elektronik sebagai perantaranya. Hal ini disebabkan keintiman dapat berkembang ketika individu menjalin hubungan secara emosional dengan individu lain melalui hubungan

face to face tanpa melihat media komunikasi yang digunakan. Hal ini didukung oleh pendapat Yudistriana dkk (2010) yang mengatakan keterpisahan secara fisik membuat keintiman pada individu yang menjalin hubungan LDR

berkurang.

Yudistriana dkk (2010) juga berasumsi bahwa individu yang menjalin hubungan LDR tidak dapat melakukan kontak fisik dengan pasangannya karena mengalami keterpisahan secara fisik. Dansie (2012) dalam penelitiannya mengatakan bahwa seorang wanita Hal ini mengakibatkan passion dalam hubungan LDR berkurang.

Meskipun keintiman jauh lebih besar pada hubungan face to face, penelitian yang dilakukan oleh Laura Stanfford dan James Reske (1990) menemukan bahwa pasangan yang memiliki hubungan jarak jauh/LDR

memiliki kepuasan hubungan yang lebih besar dan lebih mampu mempertahankan komitmen mereka meskipun waktu untuk bertemu tatap muka lebih sedikit dan komunikasi yang dilakukan sangat jarang daripada pasangan yang memiliki hubungan jarak dekat/face to face. Mereka memiliki komitmen untuk membuat hubungan mereka menjadi berkelanjutan. Bila dicermati mengenai komitmen wanita dalam suatu hubungan jarak jauh, Sacher dan Fine (1996) mengatakan wanita memiliki komitmen yang lebih tinggi


(44)

26   

daripada laki-laki untuk hubungan jarak jauh. Mereka lebih berusaha untuk mempertahankan hubungan mereka daripada laki-laki.

E. SKEMA

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh menurut komponen cinta Sternberg (1997). Skema penelitian ini dapat ditunjukan sebagai berikut:

Face to face LDR Jarak dalam relasi Kontak fisik lebih sering Interaksi tatap muka lebih banyak Komunikasi lebih sering Commitment kecil Interaksi tatap muka kurang Penggunaan alat komunikasi elektronik lebih banyak Intimacy kecil Kontak fisik jarang Passion kecil Commitment besar Komunikasi jarang Interaksi tatap muka sedikit Passion besar Intimacy besar Penggunaan alat komunikasi elektronik minim Interaksi tatap muka lebih sering


(45)

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Intimacy individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face lebih besar daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.

2. Passion individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face lebih besar daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.

3. Commitment individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face

lebih kecil daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.

               


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas alat ukur, dan metode analisis data.

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui dan membedakan hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh yang dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997).

B. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel pertama dalam penelitian ini adalah adalah jarak (tempat) dalam hubungan cinta yaitu jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR.

2. Variabel kedua dalam penelitian ini adalah komponen cinta Sternberg (1997) yaitu intimacy, passion, dan commitment.

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional merupakan berbagai macam bukti empiris yang ditemukan di lapangan yang dapat menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud oleh peneliti sehingga konsep tersebut dapat diukur dan diamati (Purwanto & Sulistyastuti, 2007).

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(47)

1. Hubungan jarak dekat/face to face adalah hubungan yang memungkinkan pasangan bertemu face to face hampir setiap harinya karena dekat secara geografis. Sedangkan hubungan jarak jauh/LDR adalah hubungan yang dipisahkan baik secara jarak (tempat) maupun fisik sehingga tidak memungkinkan untuk bertemu secara face to face setiap harinya. Biasanya mereka tidak berada dalam satu kota yang sama, hidup terpisah sekitar 500 mil jauhnya atau sekitar 5 jam perjalanan, dan membutuhkan media komunikasi lain untuk menghubungkan keduanya. Waktu bertemu tatap muka antara keduanya relatif lebih sedikit yaitu maksimal satu kali dalam seminggu.

2. Teori Cinta menurut Sternberg

Definisi operasional dari Teori Cinta menurut Sternberg adalah sebuah kisah yang dimiliki oleh setiap orang dan berasal dari gambaran cerita romantis yang didapat dari pertunjukkan film, siaran televis, dan buku roman. Ubahan ini diukur melalui skala Sternberg’s Triangular Love Scale (STLS; 1988). Skala ini mengukur tiga komponen cinta yaitu

intimacy/keintiman, passion/gairah, dan commitment/komitmen.

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi (perempuan) yang belajar di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masuk ke dalam usia dewasa awal. Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah convenience sampling. Convenience sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan oleh peneliti dengan cara memilih subjek


(48)

30   

yang tersedia yang dianggap sesuai dengan tujuan penelitian (Narimawati & Munandar, 2008). Penelitian ini melibatkan 50 subjek perempuan dan memenuhi kriteria penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria subjek yang menjadi pertimbangan untuk penelitian adalah:

1. Berstatus sebagai mahasiswi (perempuan) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Berada dalam rentang usia dewasa awal yaitu 20-40 tahun.

3. Sedang menjalin hubungan pacaran baik jarak dekat maupun jarak jauh. E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei yang dilakukan dengan cara penyebaran skala yang selanjutnya diisi oleh subjek penelitian. Skala yang digunakan adalah

Sternberg’s Triangular Love Scale (STLS; 1988) yang telah diadaptasikan oleh peneliti. Di dalam Sternberg’s Triangular Love Scale (STLS) (1988) terdapat aitem-aitem yang disusun berdasarkan tiga komponen segitiga cinta Sternberg yang meliputi: (1) keintiman/intimacy, (2) gairah/passion, dan (3) komitmen/commitment. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji coba terpakai pada skala

STLS/Sternberg’s Triangular Love Scale (1988). Uji coba terpakai merupakan uji coba yang hasilnya sekaligus dapat digunakan sebagai data penelitian. Peneliti menggunakan uji coba terpakai karena keterbatasan jumlah subjek penelitian (Hadi, 2005).


(49)

F. ALAT PENGUMPULAN DATA

Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS (1988) berisi 45 aitem yang didesain untuk mengukur tiga komponen cinta dalam relasi hubungan dekat seseorang. Ketiga komponen cinta tersebut antara lain: (1) keintiman/intimacy, (2) gairah/passion, dan (3) komitmen/commitment. Masing-masing komponen berisikan 15 aitem yang bersifat favorable.

Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS (1988) meminta subjek untuk memikirkan hubungan dekat yang sedang mereka alami saat ini. Hubungan dekat yang dimaksud adalah hubungan pacaran. Selanjutnya subjek diminta untuk memberikan penilaian terhadap hubungan tersebut dengan cara memilih salah satu peringkat dari sembilan peringkat yang telah disediakan, mulai dari peringkat 1 – 9. Masing-masing peringkat mewakili penilaian mereka yaitu (1) Sangat Tidak Setuju sampai dengan (9) Sangat Setuju. Semakin rendah peringkat menandakan subjek sangat tidak setuju terhadap pernyataan yang diberikan dan semakin tinggi peringkat menandakan subjek sangat setuju terhadap pernyataan yang diberikan. Cara penilaian terhadap skala ini adalah menjumlahkan skor yang didapatkan oleh subjek pada masing-masing komponen cinta Sternberg (1997).


(50)

32   

Tabel 1.

Blue print Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS

KOMPONEN AITEM JUMLAH AITEM

Keintiman/intimacy 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 34, 37,

40, 43

15

Gairah/passion 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38,

41, 44

15

Komitmen/commitment 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39,

42, 45

15

Jumlah 45

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Uji Validitas

Validitas merupakan sejauh mana suatu alat ukur dapat dengan akurat dan teliti menjalankan fungsi ukurnya. Alat ukur memiliki validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut mampu memberikan hasil data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 2012). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas tampang dan validitas isi. Validitas tampang adalah validitas yang pengujiannya dilakukan dengan melihat dari segi penampilan luar alat ukur, apakah bisa memotivasi subjek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(51)

untuk memberikan jawaban dengan serius atau tidak. Validitas isi adalah validitas yang pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan evaluasi nalar dan akal sehat. Penilaiannya tidak dapat didasarkan hanya pada keputusan penulis saja tetapi juga berdasarkan keputusan dari professional judgment atau penilai yang ahli dalam bidang tersebut (Azwar, 2012). Uji validitas tampang skala STLS/ Sternberg’s Triangular Love Scale adalah sebagai berikut:

a. Aitem-aitem Sternberg’s Triangular Love Scale yang diadaptasi dari

The Triangle of Love oleh Robert J. Sternberg (1988) kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

b. Setelah diterjemahkan, peneliti memberikan skala tersebut kepada 3 mahasiswa dan 3 mahasiswi Universitas Sanata Dharma dengan prodi yang berbeda-beda dengan tujuan apakah aitem-aitem sudah dapat dipahami oleh mereka atau belum. Uji validitas tampang ini dilakukan karena yang akan mengerjakan skala ini nantinya adalah subjek (mahasiswi).

Uji validitas isi dilakukan oleh peneliti bersama dengan professional judgment yaitu dosen pembimbing skripsi.

2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan korelasi aitem total dari program SPSS 16.0 for Windows. Seleksi aitem dilakukan untuk mendapatkan aitem-aitem yang valid. Seleksi aitem didasarkan pada daya


(52)

34   

mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan menghitung koefisien antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala sehingga menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rxi). Besar koefisien korelasi aitem total (rxi) bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya diskrimiasi aitem, maka koefisien korelasi aitem total (rxi) mendekati 1,00. Aitem yang memiliki nilai rix minimal 0,30 dianggap memuaskan. Jika jumlah aitem yang lolos masih belum mencukupi jumlah yang diinginkan maka dapat menurunkan batas kriterianya menjadi 0,25 (Azwar, 2012). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan standard 0,25 dalam penyeleksian aitem skala penelitian.

Seleksi aitem pada skala STLS/ Sternberg’s Triangular Love Scale

(1988) 45 aitem yang sahih dari 45 aitem. Aitem-aitem yang sahih meliputi 15 aitem untuk komponen intimacy, 15 aitem untuk komponen passion, dan 15 aitem untuk komponen commitment. Hasil seleksi aitem ini dapat disimpulkan semua aitem tidak ada yang gugur sehingga 45 aitem yang sahih ini dapat langsung digunakan untuk menganalisis hasil penelitian lebih lanjut.

Berikut ini dapat dilihat tabel blueprint skala STLS/Sternberg’s Triangular Love Scale (1988) setelah dilakukan seleksi item.


(53)

Tabel 2.

Blue print Sternberg’s Triangular Love Scale/STLS setelah Seleksi Aitem

KOMPONEN AITEM JUMLAH AITEM

Keintiman/intimacy 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 22, 25, 28, 31, 34, 37,

40, 43

15

Gairah/passion 2, 5, 8, 11, 14, 17, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 38,

41, 44

15

Komitmen/commitment 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39,

42, 45

15

Jumlah 45

3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil dari pengukuran dapat dipercaya. Koefisien reliabilitas berkisar dari angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin angka koefisien reliabilitas mendekati 1,00 maka pengukuran semakin reliabel, akan tetapi sangat sulit dijumpai suatu pengukuran dengan angka koefisien reliabilitasnya mencapai 1,00.

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada skala STLS/ Sternberg’s Triangular Love Scale (1988) secara keseluruhan sebesar 0,945. Koefisien reliabilitas untuk komponen intimacy/keintiman sebesar 0,854; untuk


(54)

36   

kompnen passion/gairah sebesar 0,891; dan untuk komponen

commitment/komitmen sebesar 0,883. Ini berarti skala STLS reliabel/dapat dipercaya.

Tabel 3.

Hasil Uji Reliabilitassecara Keseluruhan

Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem yang Reliabel

0,945 45

Tabel 4.

Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Intimacy

Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem yang Reliabel

0,854 15

Tabel 5.

Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Passion

Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem yang Reliabel

0,891 15

Tabel 6.

Hasil Uji Reliabilitas pada Komponen Commitment

Nilai Alpha Cronbach Jumlah Aitem yang Reliabel

0,883 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(55)

H. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

independent sample t-test yang bertujuan untuk melihat perbedaan mengenai hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR dilihat menurut komponen cinta Sternberg. Proses analisis data menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.

               


(56)

   

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab  ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanaan pada tanggal 5 – 8 Mei 2013 dengan menyebarkan 50 eksemplar skala. Teknik penyebaran skala dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara mendatangi subjek penelitian langsung ke kostnya atau yang sedang berada di lingkungan kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Informasi mengenai subjek penelitian diperoleh dari teman-teman. Pada saat pengisian skala, peneliti menunggui subjek penelitian untuk memastikan yang mengisi skala adalah subjek sendiri dan bila terjadi kesulitan dalam pengisian, subjek dapat langsung menanyakan pada peneliti.

B. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang berusia antara 20 tahun sampai dengan 23 tahun dengan status mahasiswi (perempuan) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada subjek wanita yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR telah memenuhi kriteria penelitian yaitu berada 500 mil jauhnya atau sekitar 5 jam perjalanan. Kebanyakan subjek penelitian menjalin hubungan jarak jauh di beberapa kota di Indonesia seperti Bali, Jakarta, Kalimantan, Malang, Surabaya, Tanggerang bahkan ada yang di luar negeri. Data mengenai subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(57)

Tabel 7.

Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Hubungan

Jenis Kelamin

Jenis Hubungan Total

Subjek Jarak Dekat/face to face Jarak Jauh/ LDR

Perempuan 25 orang 25 orang 50 orang

Tabel 8.

Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Usia

Usia Jenis Hubungan Total

Subjek Jarak Dekat Jarak Jauh

20 tahun 9 orang 10 orang 19 21 tahun 7 orang 7 orang 14 22 tahun 7 orang 7 orang 14 23 tahun 2 orang 1 orang 3

Jumlah 25 orang 25 orang 50 orang Tabel 9.

Deskripsi Subjek Penelitian berdasarkan Program Studi

Program Studi Jenis Hubungan Total

Subjek Jarak Dekat Jarak Jauh

Psikologi 17 11 28

Farmasi 6 10 16

Pendidikan Matematika

2 1 3 Pendidikan Fisika 0 2 2

Bimbingan Konseling

0 1 1 Total 25 orang 25 orang 50 orang


(58)

40   

C. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang bersifat normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows dengan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.

Tabel 10.

Hasil Uji Normalitas pada Intimacy

Jenis Hubungan

N Nilai K-SZ

Nilai Asymp Sig. (2 tailed)

Keterangan Face to face 25 1.000 .270 Normal

LDR 25 .589 .878 Normal

Tabel 11.

Hasil Uji Normalitas pada Passion

Jenis Hubungan

N Nilai K-SZ

Nilai Asymp Sig. (2 tailed)

Keterangan Face to face 25 .852 .463 Normal

LDR 25 .659 .778 Normal

Tabel 12.

Hasil Uji Normalitas pada Commitment

Jenis Hubungan

N Nilai K-SZ

Nilai Asymp Sig. (2 tailed)

Keterangan Face to face 25 .489 .971 Normal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(59)

Asumsi untuk uji normalitas adalah jika nilai Asymp Sig.(2 tailed)

atau p > 0,1 adalah hipotesis nol gagal ditolak atau dapat dikatakan sebaran data yang dimiliki normal. Apabila nilai p < 0,1 maka sebaran data yang dimiliki dinyatakan tidak normal. “Asymp Sig. (2 tailed)

merupakan nilai p yang dihasilkan dari uji hipotesis nol yang berbunyi tidak ada perbedaan antara distribusi data yang diuji dengan distribusi data normal” (Santoso, 2010).

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Asymp Sig.(2 tailed) atau nilai probabilitas pada komponen intimacy pada mahasiswi yang menjalin hubungan face to face sebesar 0,270 sedangkan pada mahasiswi yang menjalin hubungan LDR sebesar 0,878. Oleh karena itu, dapat dikatakan sebaran datanya mengikuti distribusi normal. Nilai probabilitas pada komponen passion pada mahasiswi yang menjalin hubungan face to face sebesar 0,463 sedangkan pada mahasiswi yang menjalin hubungan LDR sebesar 0,778 sehingga dapat dikatakan sebaran data untuk komponen passion mengikuti distribusi normal. Kemudian nilai probabilitas pada komponen commitment pada mahasiswi yang menjalin hubungan face to face sebesar 0,971 sedangkan pada mahasiswi yang menjalin hubungan LDR sebesar 0,750 sehingga dapat disimpulkan sebaran data untuk komponen commitment juga dinyatakan mengikuti distribusi normal.


(60)

42   

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang memiliki varian yang sama. Asumsi untuk uji homogenitas adalah jika p > 0,05 maka sampel penelitian memiliki varians yang sama. Jika p < 0,05 maka sampel penelitian memiliki varians yang berbeda (Santoso, 2012).

Tabel 13.

Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Intimacy

Levene’s Test for Equality of Variances

F Sig. Equal variances assumed .109 .743

Tabel 14.

Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Passion

Levene’s Test for Equality of Variances

F Sig. Equal variances assumed 1.737 .194

Tabel 15.

Hasil Uji Homogenitas untuk Komponen Commitment

Levene’s Test for Equality of Variances

F Sig. Equal variances assumed .357 .553


(61)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua komponen cinta pada Teori Segitiga Cinta Sternberg memiliki nilai signifikansi p > 0,05 yaitu pada komponen intimacy sebesar 0,743 (p > 0,05), passion sebesar 0,194 (p > 0,05), dan commitment sebesar 0,553 (p > 0,05) yang berarti sampel penelitian memiliki varians yang sama. 2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik Independent-Samples T-test yang terdapat pada program SPSS 16.0 for Windows. Pada penelitian ini terdapat tiga hipotesis yaitu:

a. Intimacy individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face lebih besar daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.

b. Passion individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face lebih besar daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR.

c. Commitment individu yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face

lebih kecil daripada individu yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR. Dasar pengambilan keputusan pada uji hipotesis yaitu dengan melihat nilai probabilitas dan t tabel. Jika nilai probabilitas atau nilai p > 0,05 maka H1 ditolak. Sebaliknya, jika nilai probabilitas atau nilai p < 0,05 maka H1 diterima (Santoso, 2012). Jika t hitung/t output > t tabel maka H1 diterima dan sebaliknya jika t hitung/t output < t tabel maka H1 ditolak (Trihendradi, 2005).


(62)

44   

Tabel 16.

Hasil Uji Hipotesis

Jenis Kelamin

Jenis Hubungan

N Mean Mean Difference T Sig. (1-tailed) Perempuan Face to face

25 307.48 4.080 0.381 0.3525 LDR 25 311.56

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa diperoleh nilai t sebesar 0.381 dengan nilai probabilitas/nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,705. Dalam hal ini hipotesis yang digunakan satu arah/one tailed, maka nilai probabilitas sig. (2-tailed) dibagi dua sehingga diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.3525 (p > 0,05) dan nilai t tabel sebesar 1,68 (Myres & Hansen, 2002) yang berarti H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara mahasiswi yang menjalin hubungan jarak dekat/non LDR/face to face maupun jarak jauh/LDR.

Tabel 17.

Hasil Uji-t Tiap Komponen Cinta Sternberg

Komponen Jenis Hubungan Mean Mean Difference T Sig. (1-tailed)

Intimacy Face to face 107.60 2.880 0.817 0.209

LDR 104.72

Passion Face to face 93.40 3.680 0.777 0.2205

LDR 97.08

Commitment Face to face 106.48 3.280 0.897 0.187

LDR 109.76

Berdasarkan hasi uji t pada tiap-tiap komponen segitiga cinta Sternberg di atas yaitu intimacy, passion, dan commitment diperoleh nilai t

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(63)

hitung pada komponen intimacy sebesar 0,817 dan nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < t tabel) dengan nilai probabilitas sig.(1-tailed) pada face to face dan LDR sebesar 0,209 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis tidak terbukti adanya perbedaan di antara mahasiswi yang menjalin hubungan

face to face maupun LDR.

Nilai t hitung pada komponen passion sebesar 0.777 dan nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < t tabel) dengan nilai probabilitas sig.(1-tailed) pada face to face dan LDR sebesar 0,2205 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pada penelitian ini tidak terbukti ada perbedaan di antara mahasiswi yang menjalin hubungan face to face maupun LDR yang dilihat pada komponen passion.

Nilai t pada komponen commitment sebesar 0,897 dan nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < t tabel) dengan nilai probabilitas sig.(1-tailed) pada face to face dan LDR sebesar 0,187 (p > 0,05). Dengan demikian hipotesis pada penelitian ini tidak terbukti ada perbedaan di antara mahasiswi yang menjalin hubungan face to face maupun LDR yang dilihat pada komponen commitment pada Teori Segitiga Cinta Sternberg.

D. PEMBAHASAN

Hasil uji t pada ketiga komponen cinta Sternberg di atas menyatakan hipotesis satu atau H1 ditolak dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan di antara hubungan cinta jarak dekat/non LDR/face to face dan jarak jauh/LDR yang dilihat berdasarkan komponen cinta Sternberg (1997).


(64)

46   

Tidak adanya perbedaan di antara hubungan cinta jarak dekat dan jarak jauh diduga disebabkan oleh beberapa hal.

Hal pertama mengenai pandangan atas jarak dalam hubungan interpersonal. Hipotesis penelitian ini beranggapan bahwa jarak akan menjadi penghalang dalam hubungan interpersonal. Ternyata pandangan atas jarak dalam hubungan interpersonal tersebut tidak berlaku dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan hambatan berkomunikasi karena jarak untuk saat ini bisa dijembatani dengan berbagai media komunikasi yang cerdas.

Hal kedua terkait dengan alat ukur penelitian. Pada skala penelitian, rentang pilihan jawaban terlalu panjang sehingga membuat subjek mengalami kebingungan pada waktu menjawab. Hal tersebut tampak ketika subjek mengucapkan secara verbal saat memberikan jawaban. Selain itu, Azwar (2012) mengatakan rentang yang terlalu panjang/lebih dari tujuh pilihan jawaban dapat membuat subjek menjadi tidak cukup peka dengan pilihan jawaban tersebut. Hal ini dapat mengaburkan perbedaan yang ada pada setiap jawaban yang dimaksud. Kemudian atribut pada skala penelitian ini juga cenderung mengarahkan subjek ke jawaban setuju.

Hal ketiga mengenai jawaban subjek. Rata-rata subjek menjawab pada rentang jawaban di tengah dan atas sehingga diduga subjek menjawab apa yang sebaiknya/apa yang diinginkannya bukan apa yang sebenarnya subjek alami. Hal ini memungkinkan terjadinya social desirability. Hal tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut:


(65)

Tabel 18.

Hasil Jawaban Subjek berdasarkan Cacah Subjek dan Cacah Aitem

Jenis Hubungan

Subjek

Rentang Jawaban Subjek (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Face to face 1,51 % 1,25 % 2,31 % 5,16 % 10,13 % 14,31 % 24,71 % 23,29 % 17,3% LDR 0,27 % 0,97 % 1,41 % 4,94 % 12,08 % 14,46 % 25,4 % 24,43 % 16,05 %

Hal keempat mengenai subjek. Agaknya semua subjek dalam penelitian banyak menggunakan dan memiliki alat komunikasi yang memudahkan mereka berkomunikasi dengan pasangan sekali pun dibatasi oleh jarak yaitu sebanyak 38 subjek dari 50 total subjek atau sekitar 76 %. Hal tersebut yang menyebabkan tidak terdapat perbedaan di antara hubungan jarak dekat dan jarak jauh.


(66)

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hubungan cinta baik jarak dekat/face to face maupun jarak jauh/LDR dilihat berdasarkan komponen segitiga cinta Sternberg (1997).

B. SARAN

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya yang berminat pada tema komponen segitiga cinta Sternberg (1997) disarankan untuk:

a. Memperhatikan kembali rentangan jawaban dalam skala. Sebaiknya rentangan jawaban perlu disederhanakan menjadi empat pilihan jawaban saja.

b. Tidak diberi angka pada rentang jawaban agar subjek tidak terpengaruh pada skor yang akan diperolehnya.

c. Membuat atribut pada skala lebih netral.

d. Mencari subjek baik yang tak beralat komunikasi maupun beralat komunikasi.


(67)

2. Bagi Subjek Penelitian

a. Bagi mereka yang menjalin hubungan face to face untuk lebih proaktiv dalam hubungan untuk meningkatkan passion di antara pasangan.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki keterbatasan terkait dengan subjek penelitian. Subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini hanya wanita yang berada di sekitar kampus III Universitas Sanata Dharma tanpa mempertimbangkan subjek laki-laki.


(68)

   

DAFTAR PUSTAKA

Aylor, B. A. (2003). Maintaining long-distance relationships. In D. J. Canary & M. Dainton (Eds.), Maintaining relationships through communication: Relational, contextual, and cultural variations (pp. 127-139). Mahawh, NJ: Erlbaum.

Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan skala psikologi (ed. ke-2). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bebee, Steven A., Bebee, Susan J., & Redmond, Mark V. (2011). Interpersonal communication relating to others (6th ed). Boston: Pearson Education, Inc. Danastri, Beatrich Rani., Permatasari, Jane Ginza Ayu., Vinasti Lisabetha Elok

Reno., Prawitasari, Stenny., & Nugrahaeni, Ni Nyoman Laksmi. (2013).

Hubungan kelekatan dewasa dengan kepuasan berelasi pada mahasiswi yang menjalin relasi pacaran jarak jauh di yogyakarta. Pra Penelitian Tentang Attachment. Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Dansie, Loni. (2012). Long-distance dating relationships among college students: The benefits and drawbacks of using technology. Thesis magister. University of Missouri.

Dwyer, Diana. (2000). Interpersonal relationships. London: Taylor & Francis Inc. Hadi, Sutrisno. (2005). Aplikasi ilmu statistika di fakultas psikologi. Anima,

Indonesian Psychological Journal, 20(3), 203-229.

Harvey, John H., & Omarzu, Julia. (1997). Minding the close relationship.

Personality and Psychology Review, 1, 224-240.

Kobayashi, Futoshi. (2008). Looking at lee’s love theory through abraham maslow’s eyes: Factor analyzing four different models. Comparative Culture, 14, 51-60.

Lin, Hellen Lee., & Knee, C. Raymond. (2006). So far and yet so close: Predictors of closeness in local and long-distance relationships. Psi Chi Journal of Undergraduate Research, 11(3), 127-135.

Mays, Aleia. (2011). Geographic distance and its influence on romantic relationships: Comparing long distance and geographically close relationships. Xavier University of Louisiana’s Undergraduate Research Journal, 9(1), 37-46.

Myres, Anne., & Hansen, Christine H. (2002). Experimental psychology (5th ed). California: Wadswort.


(1)

HASIL UJI-T

Group Statistics

Jenis

hubungan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Perempu

an

Face to face 25 307.48 40.868 8.174 LDR 25 311.56 34.500 6.900

Independent Samples Test 

    Levene's 

Test for  Equality of 

Variances  t‐test for Equality of Means     

F  Sig.  t  df 

Sig. (2‐ tailed)

Mean  Difference 

Std. Error  Difference 

95% Confidence  Interval of the 

Difference 

    Lower  Upper

P e r e m p u a n 

Equal variances 

assumed  .690 .410 ‐.381 48 .705 ‐4.080  10.697  ‐25.587 17.427 Equal variances 

not assumed 

   

‐.381 46.686 .705 ‐4.080  10.697  ‐25.603 17.443

     


(2)

73   

HASIL UJI-T TIAP KOMPONEN CINTA STERNBERG

1.

Uji-T Komponen

Intimacy

Group Statistics

Jenis hubungan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Intimacy Face to face 25 107.60 11.941 2.388

LDR 25 104.72 12.950 2.590

Independent Sample Test

    Levene'sTest for   Equality of 

Variances t‐test for Equality of Means     

F  Sig. t  df 

Sig. (2‐ tailed)

Mean  Difference 

Std. Error  Difference 

95%  Confidence  Interval of the 

Difference 

    Lower Upper

I n ti m a c y 

  Equal variances 

assumed  .109 .743 .817 48 .418 2.880  3.523  ‐4.204 9.964

  Equal variances  not assumed 

   

.817 47.687 .418 2.880  3.523  ‐4.205 9.965

 

 

 

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

 

2.

Uji-T Komponen

Passion

Group Statistics

Jenis

hubungan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Passion Face to face 25 93.40 19.404 3.881

LDR 25 97.08 13.549 2.710

Independent Sample Test

    Levene's 

Test for  Equality of 

Variances  t‐test for Equality of Means 

   

F  Sig.  t  df 

Sig. (2‐ tailed)

Mean  Difference 

Std. Error  Difference

95% Confidence  Interval of the 

Difference 

    Lower  Upper

Pass ion 

  Equal  variances     assumed 

1.737 .194 ‐.777 48 .441 ‐3.680  4.733 ‐13.197 5.837

  Equal  variances not  assumed 

   

‐.777 42.909 .441 ‐3.680  4.733 ‐13.226 5.866

 

 

 


(4)

75   

 

3.

Uji-T Komponen

Commitment

 

Group Statistics

Jenis

hubungan N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean Commitment Face to face 25 106.48 13.962 2.792

LDR 25 109.76 11.791 2.358

Independent Sample Test    

Levene's Test  for Equality 

of Variances t‐test for Equality of Means     

F  Sig.  t  df 

Sig. (2‐ tailed)

Mean  Difference 

Std. Error  Difference

95% Confidence  Interval of the 

Difference 

    Lower  Upper

C o m m it m e n t 

  Equal variances 

assumed  .357 .553 ‐.897 48 .374 ‐3.280  3.655 ‐10.629 4.069

  Equal variances  not assumed 

   

‐.897 46.692 .374 ‐3.280  3.655 ‐10.634 4.074

     

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PERBEDAAN CINTA STERNBERG (

INTIMACY, PASSION,

COMMITMENT

) BERDASARKAN JARAK TEMPAT TINGGAL

PADA WANITA

Krisentia Indah Permatasari

ABSTRAK

Penelitian komparatif ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR dilihat menurut komponen cinta Sternberg (1997). Variabel pertama dalam penelitian ini adalah jarak (tempat) dalam hubungan cinta yaitu jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR, sedangkan variabel kedua adalah komponen cinta Sternberg (intimacy, passion, dan commitment). Hipotesis dalam penelitian ini mengatakan ada perbedaan yang signifikan dalam komponen cinta Sternberg (intimacy, passion, dan commitment) pada hubungan cinta jarak dekat/face to face dan jarak jauh/LDR. Subjek penelitian adalah 50 mahasiswi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang terdiri dari 25 mahasiswi yang menjalin hubungan jarak dekat/face to face dan 25 mahasiswi yang menjalin hubungan jarak jauh/LDR. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala STLS/Sternberg’s Triangular Love Scale. Uji validitas dan reliabilitas skala STLS menghasilkan 45 aitem valid dengan koefisien reliabilitas secara keseluruhan sebesar 0,945. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test. Hasil analisis data komponen intimacy menunjukkan nilai t hitung sebesar 0.817,

komponen passion sebesar 0.777, dan komponen commitment sebesar 0.897. Semua nilai t hitung

tersebut lebih kecil daripada nilai t tabel sebesar 1,68 (t hitung < 1,68).Dengan demikian ketiga

hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

Kata kunci : intimacy, passion, commitment, hubungan jarak jauh/LDR, hubungan jarak dekat/face to face.

                     


(6)

THE DIFFERENCE OF STERNBERG LOVE (

INTIMACY, PASSION,

COMMITMENT

) BASED ON THE DISTANCE

AMONG WOMEN

Krisentia Indah Permatasari

ABSTRACT

This comparative research aims to find out the difference between face to face relationship and long distance relationship based on Sternberg’s love components (1997). The first variable of this research is the distance consisting of face to face distance and long distance. The second variable is Sternberg’s love components (intimacy, passion, and commitment). Hypothesis of this research states that there is significant difference in Sternberg’s love components (intimacy, passion, and commitment) between face to face relationship and long distance relationship. The research subjects were 50 females who studied in Sanata Dharma University. Twenty five of them had face to face relationship and twenty five of them had long distance relationship. Data were collected by filling Stenberg’s Triangular Love scale (STLS). Validity and reliability of test produced 45 valid items with the whole coefficient reliability of 0.945. Data analysis method in this research uses independent sample t-test. The t-test of the data shows 0.817 for intimacy, 0.777 for passion, and 0.897 for commitment. They do not exited the critical t of 1.68. Therefore three hypothesis research are rejected.

Keywords : intimacy, passion, commitment, LDR relationship, face to face relationship.  

                         

viii 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI