Hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat)

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KERJA KONTRAPRODUKTIF PADA SOPIR BUS EXPRESS (CEPAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Pamela Agustine Kurniasari NIM : 129114088

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN MOTTO


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Teruntuk Tuhan Yesus yang selalu menguatkanku Orangtua yang selalu memberi dukungan

Adikku tersayang

Tak lupa juga untuk Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang


(6)

(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN PERILAKU KERJA KONTRAPRODUKTIF PADA SOPIR BUS EXPRESS

(CEPAT)

Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma

Pamela Agustine Kurniasari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat). Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan yang positif antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 61 orang sopir bus yang berusia 30 tahun hingga 59 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala konformitas dan skala perilaku kerja kontraproduktif. Skala konformitas memiliki 20 item dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,970 dan skala perilaku kerja kontraproduktif memiliki 11 item dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,840. Rentang korelasi item total (rix) konformitas adalah 0,346 sampai 0,918 dan korelasi item total (rix) perilaku kerja kontraproduktif adalah 0,366 sampai 0,766. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Hasil penelitian ini menghasilkan r sebesar 0,228 dan nilai p sebesar 0,039 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara konformitas dengan perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat konformitas sopir bus, maka semakin tinggi perilaku kerja kontraproduktifnya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah konfromitas, maka semakin rendah perilaku kerja kontraproduktif yang dimiliki oleh sopir bus.


(8)

viii

THE CORRELATION BETWEEN CONFORMITY AND COUNTERPRODUCTIVE WORK BEHAVIOR ON EXPRESS

BUS DRIVERS

Study in Psychology Sanata Dharma University

Pamela Agustine Kurniasari

ABSTRACT

This research aimed to know the correlation between conformity and counterproductive work behavior on express bus drivers. The hypothesis was that there was positive relationship between conformity and counterproductive work behavior of bus drivers. Subject in this research were 61 bus drivers aged 30 to 59 years old. Data instrument be used were the scale of conformity and counterproductive work behavior. The alpha reliability coefficient of 20 item conformity scale was 0,970 and the coefficient of 11 item counterproductive work behavior scale was 0,840. Range of item-total correlation (rix) of conformity was 0,346 to 0,918. Range of item-total correlation (rix) of counterproductibe work behavior was 0,366 to 0,766. The technique of data analysis being used was Spearman’s rho correlation test because data on both variables are not normal. This research showed that the value of r was 0,228 with p 0,039 < 0,05. The result indicate a positive correlation between the conformity and the counterproductive work behavior. It was means that the higher level of conformity of the bus drivers, the higher level of counterproductive work behavior. On the contrary, the lower level of the conformity, therefore the lower level of the counterproductive work behavior of the bus drivers.


(9)

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan dan berkat selama proses pengerjaan skripsi ini. Selama proses penulisan skripsi ini juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu P. Henrietta. P.D.A.D.S., S. Psi., M.A selaku dosen pembimbing skripsi dan tempat curhat peneliti ketika membuat proposal PKM dan susahnya mencari subjek (haha). Sukses ya mbak, maaf kalau sering absen bimbingan dan merepotkan.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan saran dan dukungan selama penulis menempuh studi.

4. Terimakasih banyak kepada dosen penguji..P. Henrietta PDADS., M.A., Minta Istono. M.Si., dan R.Landung Eko P., M.Psi., Psi. 

5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu selama saya menempuh bangku kuliah. Terimakasih kepada semua dosen atas relasi yang boleh saya nikmati selama duduk dibangku kuliah.

6. Seluruh staff Fakultas Psikologi: Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gi, Mas Doni dan Mas Muji. Terimakasih atas senyum sapa dan canda


(11)

xi

tawa ketika saya hadir di fakultas ini. Teruntuk Pak Gi, terimakasih telah memperjuangkan lift untuk kami anak Psikologi.

7. Seluruh subjek penelitian saya yang sudah mau direpotkan dan selalu memberikan semangat serta doa untuk keberhasilan saya, Terimakasih kawan!

8. Terimakasih kepada kedua orangtua saya, Agus Sumarjo dan Emalia Pudjiastuti yang tak henti-hentinya mendoakanku. Terimakasih telah membimbingku hingga sejauh ini! Terimakasih Pah Mah.

9. Adikku, Laurell Kurniasari. Semoga dilancarkan Ujian Nasionalnya!

10.Kepada PO. Safari Dharma Raya, PO. Efisiensi, dan seluruh sopir-sopir bus yang bersedia berpartisipasi sehingga pengambilan data dapat berjalan dengan lancar.

11.Catharina Dewi. Sahabat seperjuangan dari SMA, walaupun kita tak pernah bersua tapi aku tahu kau selalu mendoakanku. Terimakasih sudah jadi sahabat dari SMP hingga saat ini. Sukses untuk masa depan kita!

12.Thanks to duo mendez, Suci dan Ema. Terimakasih untuk nasehat, canda tawa, pelukan, kasih sayang, dan kejahatan-kejahatan kalian yang tak bisa kusebut satu per satu hahaha. Laftyuuu!

13.Anak-anak bimbingan Mbak etta. GungIs, Ingga, Gede, Beni, Awang, Kak Ayik, Kak Lia, dkk yang telah memberikan motivasi dalam


(12)

xii

pengerjaan skripsi ini. Beni, suwun dabs wes gelem tak repoti bab skripsi iki!

14.Keluarga besar UKM Karawitan. Mas Eko, Mas Mamad, Mas Tri, Vita, Oyen, Andi, Ajeng, dkk yang lain yang tak bisa kusebutkan satu persatu.. Berada di tengah kalian dengan alunan gamelan selalu bisa membuatku nyaman. Sukses terus untuk UKM Karawitan!!

15.Big thanks to keluarga besar 9114 scooterist walaupun aku ga punya vespa tapi aku tetep sayang kalian hihi.. Terimakasih canda tawa atas kelakuan kalian. Ayo gass ke luar pulau lagi!!

16.Pubdekblong. Gita Pepantri (backdrop), Zita Dhara (dekzit), Michael Adhi (haha), Viola Dena (olak), Ivander Harlison (gimbal), Septian Panji (pakCO). Entah aku harus ngomong apa. Kalian adalah orang ter-blong tur aku tetap sayang kok. Dinamika bersama kalian di Aksi 2015 teramat sangat membekas di hati. Segera menyusul ya adik-adikku (Gita, Zita, Olak, Haha)..

17.Teruntuk Heribertus Septian Panji. Terimaksih untuk canda tawa, waktu, semangat, dukungan, dan doamu. Tak lupa juga terimakasih atas pengalaman travellingnya. Sukses selalu untukmu 

18.Terimakasih kepada seluruh pihak yang belum dapat subjek ucapkan secara satu persatu. God bless you all!!


(13)

xiii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu peneliti sangat terbuka dengan kritik dan saran. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang. Mohon Maaf jika ada salah kata. Terimakasih


(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... ...xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6 BAB II DASAR TEORI


(15)

xv A. Perilaku Kerja Kontraproduktif

1. Definisi Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 7

2. Dimensi Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 8

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 12

B. Konformitas 1. Definisi Konformitas ... 13

2. Aspek Konformitas ... 15

3. Dampak Konformitas ... 16

C. Pengemudi Bus Express (Cepat) ... 17

D. Dinamika Konformitas dengan Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 17

E. Skema Penelitian ... 21

F. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung... 23

2. Variabel Bebas ... 23

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Konformitas ... 24

2. Perilaku Kerja Kontraproduktif... 24

D. Subjek penelitian ... 25

E. Metode Pengumpulan Data ... 25


(16)

xvi

2. Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 27

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ... 29

2. Seleksi Aitem ... 29

3. Reliabilitas ... 32

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi ... 34

2. Uji Hipotesis ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 36

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 37

C. Deskripsi Data Penelitian ... 37

D. Hasil Penelitian ... 40

1. Uji Normalitas ... 40

2. Uji Linearitas ... 41

3. Uji Hipotesis ... 42

E. Pembahasan ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Keterbatasan Penelitian ... 48

C. Saran ... 49

1. Bagi Subjek Penelitian ... 49


(17)

xvii

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN ... 56


(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pemberian Nilai Skor ... 26

Tabel 2 Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Try Out ... 27

Tabel 3 Distribusi Item Perilaku Kerja Kontraproduktif Sebelum Try Out ... 28

Tabel 4 Distribusi Item Skala Konformitas Setelah Seleksi Item ... 31

Tabel 5 Distribusi Item Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif Setelah Seleksi Item ... 32

Tabel 6 Sebaran Subjek Berdasarkan Lama Kerja ... 37

Tabel 7 Data Empirik Skala Konformitas ... 38

Tabel 8 Data Empirik Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif ... 39

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas ... 41

Tabel 10 Hasil Uji Linearitas ... 42


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Penelitian ... 57

Lampiran 2 Reliabilitas Skala ... 66

Lampiran 3 Hasil Uji T Mean Teoritik dan Mean Empiris ... 72

Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas ... 74

Lampiran 5 Hasil Uji Linearitas ... 76


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia transportasi darat di Indonesia sudah pesat sehingga banyak bermunculan perusahaan bus yang menawarkan berbagai macam layanan dan harga yang beraneka ragam. Pelayanan dan fasilitas bus

express (cepat) juga cukup istimewa (www.karoseri-id.com). Selain itu, prosedur pembelian tiket bus eksekutif juga cukup mudah. Sebelum melakukan perjalanan, calon penumpang bus eksekutif harus terlebih dahulu memesan dan membayar tiket ke agen mengenai kemana tempat yang akan dituju dan kapan jadwal keberangkatannya (Panjaitan, Bahtiar, & Endah, 2012). Namun, terkadang ada juga penumpang yang tidak mengikuti prosedur pembelian tiket.

Penumpang yang tidak melakukan prosedur pembelian tiket ini biasanya langsung membayar tarif kepada sopir bus. Penumpang lebih suka naik di pinggir jalan dibandingkan harus naik dari terminal karena sopir bus menawarkan tarif yang lebih murah daripada membeli tiket resmi bus tersebut. Penumpang yang tidak resmi atau free rider sering disebut penumpang gelap (Pangenyori, 2015). Beberapa perusahaan bus mengalami kerugian akibat adanya awak bus yang nakal tersebut.

Contoh kasus lain yang serupa juga terjadi pada bus Citra Patas. Dilansir dari www.lensaindonesia.com (19 Juli 2014) mengenai adanya sopir


(21)

bus patas yang menaikkan dan menurunkan penumpang gelap di pinggir jalan, sehingga menyebabkan bus-bus lain tidak mendapatkan penumpang. Padahal sesuai aturan yang diberlakukan oleh beberapa PO, bus express

(cepat) tidak diperbolehkan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang di pinggir jalan (Wawancara PO.Safari Dharma Raya & PO.Efisiensi, 2016).

Kasus yang sama juga terjadi pada PO. Safari Dharma Raya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 4 Oktober 2015 kepada CEO PO. Safari Dharma Raya, Bp. Eric menjelaskan bahwa terdapat sopir bus yang melayani penumpang yang tidak resmi. Selain menaikkan penumpang gelap, sopir bus bahkan juga melayani paket gelap.

Contoh kasus lain dialami oleh PO. Jaya Utama yaitu adanya sopir bus yang menyalahgunakan uang bahan bakar bus. Hal tersebut dilakukan dengan cara memperlambat laju kendaraan, mematikan mesin pada bus full AC saat makan siang sehingga membuat penumpang tidak nyaman, dan lebih parah lagi adalah dengan membeli “irek”, yaitu campuran solar dan minyak  tanah. Perilaku tersebut membuat penumpang yang ada dalam bus menjadi tidak nyaman (www.pojayautama.blogspot.co.id).

Perilaku sopir bus seperti menaikkan penumpang gelap, paket gelap, bahkan menyalahgunakan uang bahan bakar bus dapat disebut sebagai perilaku kerja kontraproduktif karena melanggar norma-norma organisasi yang mengancam kesejahteraan organisasi, anggotanya, atau keduanya (Landy & Conte, 2004). Chang dan Smitikrai, 2010 (dalam Rusdi, 2015) mendefinisikan perilaku kerja kontraproduktif sebagai perilaku sukarela atau


(22)

yang disengaja bertindak menentang kepentingan organisasi. Perilaku kerja kontraproduktif tersebut seperti pencurian dan perilaku lain yang terkait, perusakan properti, penyalahgunaan informasi, penyalahgunaan waktu, dan sumber daya organisasi/perusahaan, perilaku yang membahayakan organisasi/perusahaan, tingkat kehadiran rendah, kualitas kerja rendah, penggunaan alkohol, penggunaan obat-obat terlarang, tindakan verbal yang tidak pantas, dan tindakan fisik yang tidak pantas seperti pelecehan seksual terhadap rekan kerja.

Perilaku kerja kontraproduktif memiliki beberapa istilah lain, Penney dan Spector (2005) menjabarkan beberapa istilah yang telah digunakan untuk menyebut perilaku organisasi ini, seperti organizational delinquency, workplace aggression, workplace deviance, dan organizational retaliatory. Meski memiliki beberapa istilah, pada dasarnya inti dari jenis perilaku ini tetap sama, yakni perilaku yang merugikan atau bermaksud untuk membahayakan organisasi atau orang dalam organisasi tersebut (Fox & Spector dalam Cohen, Panter, & Turan, 2013). Perilaku kerja kontraproduktif juga termasuk ke dalam perilaku ekstra (extra-role behavior) yang dilakukan oleh karyawan (Miles, Borman, Spector, & Fox, 2002).

Robbinson dan Bennet (dalam Klotz & Buckley, 2013) menguraikan bahwa terdapat dua dimensi dari perilaku kerja kontraproduktif, yaitu perilaku kontraproduktif antar pribadi (interpersonal counterproductive behavior) dan perilaku kontraproduktif organisasi (organizational counterproductive behavior). Robbin dan Bennet (dalam Anderson, 2005)


(23)

menguraikan perilaku kerja kontraproduktif ke dalam empat bentuk perilaku, yaitu Penyimpangan Properti (Property Deviance), Penyimpangan Produksi (Production Deviance), Penyimpangan Politik (Political Deviance), dan Agresi Individu (Personal Aggression).

Penyebab terjadinya perilaku kerja kontraproduktif didasarkan pada dua faktor. Vardi dan Weitz, 2002 (dalam Kanten dan Ulker, 2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku kerja kontraproduktif adalah faktor yang terkait dengan organisasi ( organizational-related factor) dan faktor yang terkait dengan individu (individual-related factor). Selanjutnya Vardi dan Weitz, 2002 (dalam Kanten dan Ulker, 2013) menyatakan bahwa faktor yang terkait dengan organisasi tersebut antara lain; keadilan, dukungan, tekanan sosial yang menyebabkan kesesuaian (konformitas), sikap manager/koordinator (ketidakpercayaan pada pemimpin), pekerjaan yang ambigu, gaya managemen, dan iklim organisasi.

Dari faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku kerja kontraproduktif tersebut, peneliti tertarik untuk mendalami faktor yang terkait dengan organisasi (organizational-related factor), yaitu tekanan sosial yang menyebabkan kesesuaian (konformitas). Hal ini didasarkan pada beberapa alasan, pertama, didasarkan pada hasil wawancara dengan Bp. Eric selaku CEO PO. Safari Dharma Raya yang menjelaskan bahwa beberapa sopir bus melakukan perilaku kerja kontraproduktif karena adanya tekanan dari sopir bus lain. Fenomena tentang individu yang mengubah perilaku dan sikap mereka agar sesuai dengan perilaku mayoritas dikenal sebagai konformitas


(24)

(Yu & Sun, 2013). Kedua, menurut Hamilton dan Sanders (1995) bahwa konformitas terhadap kelompok menyimpang dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar dan mahal bagi organisasi.

Konformitas memiliki sisi positif dan negatif, dari sisi positif, yaitu kelompok akan berfungsi lebih baik ketika individu tahu bagaimana berperilaku pada situasi tertentu dan ketika kelompok memiliki kesamaan sikap dan tata cara berperilaku. Sedangkan dari sisi negatif, konformitas bisa menghambat kreatifitas berfikir kritis, berperilaku menyimpang, dan kurangnya informasi tentang bagaimana berperilaku yang baik (Soerjono Soekanto, 2000). Berdasarkan uraian dan fenomena-fenomena tersebut, penelitian ini ingin mengetahui tentang hubungan antara konformitas dengan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan 

antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express

(cepat)?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat).


(25)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu psikologi, khususnya pada Psikologi Industri dan Organisasi yang terkait dalam perilaku kerja kontraproduktif (counterproductive work behavior) dan konformitas.

2. Manfaat Praktis a. Bagi karyawan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar evaluasi diri bagi karyawan berkaitan dengan perilaku kerjanya agar dapat menghindari perilaku kerja kontraproduktif tersebut, dan saling mengingatkan antar sesama karyawan untuk menghindari perilaku kerja kontraproduktif.

b. Bagi organisasi/perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perilaku kerja kontraproduktif dan konformitas yang terjadi dalam perusahaan, sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan yang bijak dalam menanganinya.


(26)

7 BAB II DASAR TEORI

A. Perilaku Kerja Kontraproduktif

1. Definisi Perilaku Kerja Kontraproduktif

Penelitian tentang perilaku kerja kontraproduktif mulai popular dua dekade yang lalu saat perilaku ini mulai mengancam kesejahteraan dalam perusahaan (Robinson & Bennet, 1995). Perilaku kerja kontraproduktif adalah perilaku yang dimaksudkan untuk memiliki efek yang merugikan pada organisasi serta anggota dalam organisasi tersebut (Fox & Spector, 2001).

Vardi dan Weiner (1996) menjelaskan bahwa perilaku kerja kontraproduktif merupakan tindakan yang disengaja oleh anggota dari organisasi yang melanggar norma-norma inti organisasi. Dalal (2005) mendefinisikan perilaku kerja kontraproduktif sebagai perilaku karyawan yang disengaja dan berbahaya bagi kepentingan sah dari suatu organisasi.

Perilaku kerja kontraproduktif juga didefinisikan sebagai aktivitas yang merugikan dan membahayakan organisasi yang dilakukan karyawan dan akan mengurangi keefektifitasan (Klotz & Buckley, 2013). Menurut Gruys dan Sackett (2003) menambahkan bahwa perilaku kerja kontraproduktif ini adalah perilaku yang secara sengaja dilakukan dan bertujuan untuk merugikan organisasi, orang dalam organisasi seperti klien, rekan kerja, pelanggan, dan supervisor. Menurut Rotundo (dalam


(27)

Locke 2009) perilaku kerja kontraproduktif ini dapat juga disebut dengan penyimpangan. Perilaku yang termasuk dalam jenis ini adalah pencurian, perusakan properti, penyalahgunaan informasi, penyalahgunaan waktu dan sumber daya organisasi/perusahaan, kehadiran rendah, kualitas kerja rendah, penggunaan alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang (Sacket dan DeVore dalam Anderson, 2005). Perilaku kerja kontraproduktif merupakan perilaku ekstra (extra-role behavior) yang dilakukan oleh karyawan (Miles, Borman, Spector, & Fox, 2002).

Robinson dan Bennet (1995) menambahkan bahwa perilaku kerja kontraproduktif merupakan jenis perilaku menyimpang dalam organisasi yang di konseptualisasikan sebagai bentuk penyimpangan yang menggabungkan perilaku yang berbeda-beda dan disusun berdasarkan sifat dari target (individu-organisasi) dan tingkat keseriusan dari perilaku (minor-mayor).

Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa definisi dari perilaku kerja kontraproduktif adalah segala macam bentuk perilaku individu baik sengaja maupun tidak disengaja yang bertentangan dengan tujuan organisasi, melanggar norma-norma organisasi, dan bersifat mengancam kesejahteraan organisasi, anggota, klien, pelanggan, rekan kerja, dan supervisor pada suatu perusahaan.

2. Dimensi Perilaku Kerja Kontraproduktif

Robinson dan Bennet (1995) menyatakan bahwa perilaku kerja kontraproduktif merupakan jenis perilaku menyimpang dalam organisasi


(28)

yang di konseptualisasikan sebagai bentuk penyimpangan yang menggabungkan perilaku yang berbeda-beda dan disusun berdasarkan sifat dari target (individu-organisasi) dan tingkat keseriusan dari perilaku (minor-mayor). Sifat dari target (individu-organisasi) adalah apakah perilaku kerja kontraproduktif yang dilakukan tersebut ditujukan untuk organisasi/perusahaan atau untuk anggota organisasi/perusahaan. Sedangkan tingkat keseriusan dari perilaku (minor-mayor) adalah tingkat perilaku kerja kontraproduktif yang kurang membahayakan sampai perilaku kerja kontraproduktif yang membahayakan organisasi/perusahaan.

Robinson dan Bennet, 2000 (dalam Chernyak & Tziner, 2014) menjelaskan bahwa terdapat dua dimensi dari perilaku kerja kontraproduktif berdasarkan sifat dari target, yaitu:

a. Dimensi organisasional

Dimensi organisasional adalah semua perilaku kerja kontraproduktif yang ditargetkan pada organisasi, yang mencakup perilaku-perilaku sebagai berikut:

1. Penyimpangan properti (property deviance)

Penyimpangan properti adalah penyalahgunaan barang atau properti milik perusahaan untuk kepentingan pribadi. Perilaku yang termasuk dalam dimensi ini adalah pencurian atau mengambil tanpa ijin barang milik perusahaan dan merusak barang milik perusahaan.


(29)

2. Penyimpangan produksi (production deviance)

Penyimpangan produksi adalah perilaku yang melanggar norma-norma yang telah ditentukan dalam organisasi terkait dengan kualitas dan kuantitas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab individu. Perilaku yang termasuk dalam dimensi ini antara lain ketidakhadiran/mangkir, keterlambatan, dan beristirahat lebih lama dari waktu yang ditentukan.

b.Dimensi interpersonal

Dimensi interpersonal adalah semua perilaku kerja kontraproduktif yang ditargetkan untuk orang lain dalam organisasi, yang mencakup perilaku-perilaku sebagai berikut:

1. Penyimpangan politik (political deviance)

Perilaku yang termasuk dalam penyimpangan politik antara lain mengambil keputusan berdasarkan rasa suka terhadap karyawan lain, menyalahkan atau menuduh karyawan lain atas kesalahan yang tidak diperbuat, dan menyebar gossip juga termasuk ke dalam dimensi penyimpangan politik.


(30)

2. Agresi individu (personal aggression)

Perilaku yang termasuk dalam agresi individu antara lain pelecehan antar karyawan baik secara verbal maupun fisik dan pencurian barang milik rekan kerja yang lain.

Robinson dan Bennet (dalam Idiakheua & Obetoh, 2012) menggambarkan pengelompokan masing-masing jenis perilaku kerja kontraproduktif dengan lebih sederhana berdasarkan sifat dari target (individu-organisasi) dan tingkat keseriusan perilaku kerja kontraproduktif (minor-mayor) melalui (Gambar 1) di bawah ini.


(31)

Organisasi

Penyimpangan Produksi: Penyimpangan Properti:

Minor Major

Penyimpangan Politik: Agresi Individu:

Individu Gambar 1.

Robinson dan Bennet (dalam Idiakheua & Obetoh, 2012)

Robinson dan Bennet (2000, dalam Chernyak & Tziner, 2014) menyatakan bahwa perilaku kerja kontraproduktif dibagi menjadi 2 dimensi, yaitu dimensi organisasional dan interpersonal. Lebih lanjut Robinson dan Bennet (2000) juga menyatakan bahwa ke dua dimensi tersebut memiliki korelasi yang kuat, r = 0,86. Hal tersebut juga didukung oleh Lee dan Allen (2002) yang menyatakan bahwa ke dua dimensi tersebut memiliki korelasi yang sangat kuat, yaitu r = 0,96, sehingga tidak Melanggar norma yang

berlaku, kualitas kerja rendah

Menggunakan

barang/properti milik organisasi tanpa ijin, berbohong mengenai jam kerja

Menunjukkan kesukaan pada karyawan secara tidak adil, menggosip,

berperilaku tidak sopan

Bullying, mencuri barang milik karyawan lain, berperilaku tidak

menyenangkan secara fisik maupun verbal

target

Tingkat


(32)

membedakan pengukuran antara dimensi organisasional dan interpersonal. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini juga akan mengikuti pendekatan yang dilakukan oleh Chernyak dan Tziner (2014) yang tidak membedakan dua dimensi dan melakukan penskoran total terhadap dua dimensi perilaku kerja kontraproduktif tersebut. Selain itu, penskoran total dilakukan dengan pertimbangan bahwa perilaku kerja kontraproduktif yang dilakukan sopir bus tidak hanya untuk perusahaan, namun juga mengganggu rekan kerja yang lain.

3. Faktor yang mempengaruhi perilaku kerja kontraproduktif

Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi perilaku kerja kontraproduktif menurut Vardi dan Weist (2002) dan Barbaranelli, et al (2013) adalah:

a. Faktor yang terkait dengan organisasi (organizational-related factor)

Faktor ini mencakup keadilan, dukungan, tekanan sosial yang menyebabkan kesesuaian (konformitas), sikap manajer/koordinator (ketidakpercayaan pada pemimpin), pekerjaan yang ambigu, gaya manajemen, dan iklim organisasi. Faktor yang terkait dengan organisasi tersebut akan mempengaruhi individu dalam menampilkan perilakunya saat melakukan pekerjaan.


(33)

b. Faktor yang terkait dengan individu (individual-related factor) Faktor ini mencakup sifat mendengarkan kata hati, perilaku negatif, perasaan senang, moral, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, senioritas, status perkawinan, dan kecerdasan emosional (EQ). Faktor yang terkait dengan individu ini juga akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi disaat melakukan pekerjaan.

B. Konformitas

1. Definisi konformitas

Konformitas mulai diteliti pada tahun 1955 oleh Solomon Asch. Solomon Asch menemukan bahwa individu akan melakukan penyesuaian (conform) dengan keinginan atau kepercayaan orang lain (Asch, 1955).

Menurut Sears (1991) konformitas adalah suatu perubahan perilaku agar sesuai dengan tingkah laku orang lain guna mencapai tujuan tertentu. Konformitas juga didefinisikan sebagai perubahan perilaku dan keyakinan pada individu agar sesuai dengan standar kelompok (Taylor, Peplau, dan Sears, 2000). Konformitas mengacu pada perubahan perilaku seseorang agar sesuai dengan kelompok (Cialdini & Goldstein, 2004).

Konformitas juga didefinisikan sebagai perubahan perilaku, opini, dan persepsi individu sehingga sesuai dengan norma kelompok (Brehm dan Kassin dalam Suminar dan Meiyuntari, 2015). Willis (dalam Tis’Ina,  2015) juga menjelaskan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku


(34)

yang dilakukan oleh individu dengan maksud memenuhi harapan kelompok. Konformitas merupakan jenis pengaruh sosial yang melibatkan perubahan dalam pendapat atau perilaku agar cocok dengan kelompok (Tang, et al, 2013).

Baron, Branscombe, dan Byrne (dalam Sarwono, 2009) mendefinisikan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh tekanan sosial agar sesuai dengan norma sosial. Kiesler & Kiesler (dalam Maulidta, 2010) mengatakan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai akibat adanya tekanan dari kelompok.

Myers (2010) juga mendefinisikan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku pada individu sebagai akibat dari adanya tekanan kelompok. Moghaddam (1998, dalam Bocchiaro & Zamperini, 2012) menambahkan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku, pikiran atau perasaan karena adanya tekanan yang nyata atau imajinasi yang dilakukan oleh kelompok. Namun, konformitas dapat mengubah diri seseorang secara keseluruhan sehingga kehilangan jati diri. Pilihan terhadap suatu kelompok, tempat tinggal, pekerjaan, organisasi dan sejenisnya membutuhkan pemikiran yang matang dan suatu komitmen yang jelas dan benar (Sabang dan Sudiarditha, 2009).

Dari beberapa pengertian konformitas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah perubahan keyakinan, kepercayaan, sikap, pendapat, dan perilaku individu akibat adanya tekanan


(35)

kelompok agar sesuai dengan norma atau standar yang telah ditetapkan oleh kelompok.

2. Aspek Konformitas

Menurut Baron dan Byrne (2000) terdapat 2 (dua) aspek konformitas, yaitu:

a.Aspek Normatif

Aspek normatif dapat dikatakan sebagai pengaruh sosial normatif, aspek ini mengungkapkan perubahan tingkah laku individu untuk memenuhi harapan orang lain. Konformitas dilakukan individu karena ada keinginan untuk disukai dan rasa ketakutan terhadap penolakan dari kelompok.

b.Aspek Informatif

Aspek informatif disebut juga sebagai pengaruh sosial informatif. Aspek tersebut mengungkap adanya perubahan tingkah laku individu sebagai akibat adanya keinginan untuk menjadi benar. Hal tersebut menyebabkan individu akan melakukan konformitas karena individu memiliki kecenderungan untuk bergantung pada individu lain yang dianggap sebagai sumber informasi tentang segala hal.


(36)

3. Dampak Konformitas

Konformitas sendiri memiliki sisi positif dan sisi negatif, tergantung dengan kelompok yang mempengaruhi individu (Soerjono & Soekanto, 2000). Ketika individu berkonformitas pada kelompok positif, maka kelompok akan berfungsi lebih baik karena individu tahu bagaimana berperilaku pada situasi tertentu. Kelompok juga akan lebih kompak dalam bekerja sama dan menunjukkan tata cara berperilaku. Sedangkan jika individu berkonformitas pada kelompok negatif maka hal tersebut dapat menghambat kreatifitas berfikir kritis, ikut berperilaku menyimpang, dan kurangnya informasi tentang bagaimana berperilaku yang baik (Soerjono Soekanto, 2000). Selain itu, konformitas terhadap kelompok negatif dalam tempat kerja dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi organisasi atau perusahaan (Hamilton & Sanders, 1995).

C. Pengemudi Bus dan Bus Express (Cepat)

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang dilansir dari situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat (www.dpr.go.id) pengertian pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki surat izin mengemudi. Sistem penggajian pengemudi atau sopir bus didasarkan pada banyaknya jumlah Pulang-Pergi (PP), jurusan bus, dan masa kerja. Aturan yang diberlakukan bagi pengemudi atau sopir bus adalah melaporkan segala macam pengeluaran seperti bahan bakar, tol, retribusi terminal parkir, dan pengeluaran lain secara jujur. Selain itu,


(37)

pengemudi atau sopir bus juga harus mengenakan seragam yang telah ditentukan oleh perusahaan saat melakukan perjalanan. Pengemudi bus juga dilarang menggunakan handphone (HP) dan obat-obatan saat diperjalanan (www.detik.com).

D. Dinamika Hubungan Konformitas dan Perilaku Kerja Kontraproduktif Berns et al (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa manusia sebagai pribadi yang sangat rentan terhadap pengaruh sosial. Individu yang hidup di dalam masyarakat demokratis bebas untuk mengekspresikan dan membuat keputusan, namun kebebasan tersebut menaklukan individu untuk mengikuti kehendak kelompok mayoritas (Berns et al, 2005; Yu dan Sun, 2013). Perubahan kehendak, pilihan, atau keputusan individu dapat disebut konformitas. Myers (2010) mendefinisikan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku pada individu sebagai akibat dari adanya tekanan kelompok. Bocchiaro dan Zamperini (2012) juga menjelaskan bahwa individu merubah perilaku, pikiran, dan perasaan disebabkan oleh adanya tekanan yang nyata atau imajinasi yang dilakukan oleh kelompok mayoritas.

Penelitian yang dilakukan oleh Sabang dan Sudiarditha (2009) menjelaskan bahwa hidup di tengah masyarakat atau kelompok tertentu membutuhkan suatu penyesuaian diri (conform) agar dapat diterima dengan baik dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu. Namun, sebisa mungkin harus tetap memiliki jati diri. Individu harus memiliki pemikiran yang matang dan komitmen yang jelas dan benar untuk memilih suatu kelompok,


(38)

lingkungan tempat tinggal, pekerjaan, dan organisasi. Ketika penyesuaian diri yang dilakukan oleh suatu karyawan selaras dengan tujuan organisasi maka tujuan yang dikehendaki oleh organisasi akan tercapai. Karyawan (sopir bus) yang mempunyai pemikiran yang matang dan berkomitmen terhadap perusahaan tidak akan mudah untuk terpengaruh oleh lingkungannya.

Baron & Byrne (2000) mengatakan bahwa terdapat dua aspek dari konformitas, yaitu aspek normatif dan aspek informatif. Aspek normatif dapat dikatakan sebagai pengaruh sosial normatif, aspek ini mengungkapkan perubahan tingkah laku individu untuk memenuhi harapan orang lain. Konformitas dilakukan individu karena ada keinginan untuk disukai dan rasa ketakutan terhadap penolakan dari kelompok.

Aspek informatif disebut juga sebagai pengaruh sosial informatif. Aspek tersebut mengungkap adanya perubahan tingkah laku individu sebagai akibat adanya keinginan untuk menjadi benar. Hal tersebut menyebabkan individu akan melakukan konformitas karena individu memiliki kecenderungan untuk bergantung pada individu lain yang dianggap sebagai sumber informasi tentang segala hal.

Konformitas sendiri memiliki sisi positif dan sisi negatif, tergantung dengan kelompok yang mempengaruhi individu (Soerjono & Soekanto, 2000). Ketika individu berkonformitas pada kelompok positif, maka kelompok akan berfungsi lebih baik karena individu tahu bagaimana berperilaku pada situasi tertentu. Kelompok juga akan lebih kompak dalam bekerja sama dan menunjukkan tata cara berperilaku yang baik. Dalam


(39)

konteks penelitian ini, seseorang atau karyawan (sopir bus) yang berkonformitas pada kelompok yang positif akan mampu menyelaraskan perilaku dan sikapnya terhadap organisasi atau perusahaan. Karyawan juga memiliki komitmen yang tinggi terhadap perusahaan sehingga tidak akan melanggar aturan yang diberlakukan seperti memanipulasi data pengeluaran.

Berbeda halnya dengan konformitas individu atau karyawan (sopir bus) pada kelompok negatif. Hal tersebut dapat menghambat kreatifitas berpikir kritis dan pengembangan pemikiran. Ketidakmampuan karyawan (sopir bus) dalam berpikir kritis membuat seorang karyawan tidak mempunyai informasi yang cukup tentang berperilaku yang baik dalam perusahaan. Ketidakmampuan dalam berpikir kritis ini juga akan mempengaruhi seseorang atau karyawan dalam berperilaku menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan seperti melakukan manipulasi data pengeluaran, menerima penumpang dan paket gelap untuk keuntungan pribadi. Perilaku ini termasuk perilaku kerja kontraproduktif, yaitu jenis perilaku menyimpang dalam organisasi yang di konseptualisasikan sebagai bentuk penyimpangan yang menggabungkan perilaku yang berbeda-beda dan disusun berdasarkan sifat dari target (individu-organisasi) dan tingkat keseriusan dari perilaku (minor-mayor) (Robinson dan Bennet, 1995).


(40)

E. Skema Penelitian

Gambar 2.

Skema Hubungan Konformitas dan Perilaku Kerja Kontraproduktif pada Sopir Bus

Sopir Bus

Konformitas Tinggi (Pada kelompok yang negatif)

Konformitas Rendah (Pada kelompok yang negatif)

- Tidak memiliki kemampuan untuk berpikir kritis sehingga mudah untuk dipengaruhi oleh kelompok mayoritas negatif

- Tidak memiliki cukup informasi tentang berperilaku yang baik sehingga mudah untuk berperilaku menyimpang dari aturan perusahaan

- Memiliki kemampuan berpikir kritis (mampu berpikir panjang tentang konsekuensi dan tidak mudah dipengaruhi oleh kelompok mayoritas negatif) - Memiliki informasi tentang berperilaku yang baik (tidak berperilaku menyimpang dari aturan)

Perilaku Kerja Kontraproduktif Tinggi

Perilaku Kerja Kontraproduktif Rendah


(41)

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut: “Ada hubungan  yang positif dan signifikan antara konformitas  dan 

perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat). Semakin tinggi konformitas maka semakin tinggi perilaku kerja kontraproduktif pada sopir


(42)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan kuantitatif menekankan analisis data numerikal yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2012). Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuntitatif korelasional, yaitu jenis penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variabel lain (Azwar, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas (Sarwono, 2006). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah perilaku kerja kontraproduktif. 2. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain (Sarwono, 2006). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konformitas.


(43)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Konformitas

Konformitas adalah perubahan keyakinan, kepercayaan, sikap, dan perilaku sopir bus express (cepat) akibat adanya tekanan kelompok agar sesuai dengan norma atau standar yang telah ditetapkan oleh kelompok. Konformitas diukur dengan menggunakan skala konformitas yang disusun sesuai dengan aspek konformitas, yaitu aspek normatif dan aspek informatif. Konformitas dapat dilihat dari skor yang diperoleh dari skala tersebut. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dalam skala konformitas maka semakin tinggi konformitas individu dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh individu maka akan semakin rendah pula konformitas individu tersebut.

2. Perilaku Kerja Kontraproduktif

Perilaku kerja kontraproduktif adalah segala macam bentuk perilaku sopir bus express (cepat) baik sengaja maupun tidak disengaja yang bertentangan dengan tujuan organisasi, melanggar norma-norma organisasi, dan bersifat mengancam kesejahteraan organisasi, anggota, klien, pelanggan, rekan kerja, dan supervisor pada suatu perusahaan. Perilaku kerja kontraproduktif diukur dengan skala perilaku kerja kontraproduktif yang disusun berdasarkan dimensi-dimensi perilaku kerja kontraproduktif yaitu dimensi organisasional yang mencakup penyimpangan properti (property deviance) dan penyimpangan produksi (production deviance), serta dimensi interpersonal yang mencakup


(44)

penyimpangan politik (political deviance), dan agresi individu. Hasil dari pengukuran perilaku kerja kontraproduktif ditunjukkan dari skor total skala perilaku kerja kontraproduktif. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dalam skala perilaku kerja kontraproduktif, maka semakin tinggi perilaku kerja kontraproduktifnya. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh dalam skala perilaku kerja kontraproduktif, maka semakin rendah perilaku kerja kontraproduktif.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sopir bus. Kriteria subjek yang dimaksud adalah sopir bus yang telah memiliki pengalaman kerja menjadi sopir minimal 1 tahun dan bekerja pada perusahaan bus express (cepat) yang memiliki ketentuan mengenai tata cara menaikkan/menurunkan penumpang (di tempat yang telah ditentukan) dan pembelian tiket di agen yang sudah disediakan oleh perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convinience sampling, yaitu merupakan teknik penarikan sampel berdasarkan kemudahan menemukan sampel. Sampel dapat terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat (Prasetyo, 2008).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah penyebaran skala. Skala adalah pertanyaan yang disusun untuk mengungkap atribut-atribut tertentu melalui respon terhadap pertanyaan yang


(45)

diberikan (Azwar, 2012). Jenis skala yang digunakan adalah dengan menggunakan skala Likert. Pada skala ini terdiri dari pernyataan-pernyataan

favorable dan unfavorable dengan alternatif jawaban seperti “Sangat Sesuai”, 

“Sesuai”,  “Tidak  Sesuai”,  dan  “Sangat  Tidak  Sesuai”.  Pada  pernyataan

favorable nilai  tertinggi  4  untuk  jawaban  “Sangat  Sesuai”  (SS),  nilai  3 

diberikan  untuk  jawaban  “Sesuai”  (S),  nilai  2  diberikan  untuk  jawaban  “Tidak Sesuai” (TS) dan nilai 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Sedangkan pada pernyataan unfavorable, nilai tertinggi 4 untuk

jawaban    “Sangat  Tidak  Sesuai”  (STS),  nilai  3  diberikan  untuk  jawaban  “Tidak Sesuai” (TS), nilai 2 diberikan untuk jawaban “Sesuai” (S) dan nilai 1  untuk  jawaban  “Sangat  Sesuai”  (SS).  Pemberian  skor  pada  pernyataan 

favorable dan unfavorable dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel. 1

Pemberian Nilai Skor Skor Item Sangat

Sesuai

Sesuai Tidak Sesuai

Sangat Tidak Sesuai

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

Pada penelitian ini digunakan dua skala, yaitu skala konformitas dan skala perilaku kerja kontraproduktif. Skala dari masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut:


(46)

1. Skala Konformitas

Skala konformitas disusun berdasarkan aspek konformitas yang dikemukakan oleh Baron & Byrne (2000), yaitu:

a. Aspek Normatif b. Aspek Informatif

Kedua aspek tersebut menjadi dasar dalam penyusunan skala konformitas.

Tabel. 2

Distribusi Item Skala Konformitas Sebelum Try Out

Aspek No Aitem Total Bobot

Favorable Unfavorable Aspek Normatif 2,3,4,6, 14,25,28,32 1,8,9,11, 15,17,20,22

16 50%

Aspek Informatif 7,10,18,19, 23,24,30,31 5,12,13,16, 21,26,27,29

16 50%

Total 32 100%

2. Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif

Skala perilaku kerja kontraproduktif disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Robinson dan Bennet (2000), yaitu:


(47)

a. Dimensi organisasional : penyimpangan properti (property deviance) dan penyimpangan produksi (production deviance). b. Dimensi interpersonal : penyimpangan politik (political

deviance) dan agresi individu.

Dimensi-dimensi tersebut menjadi dasar dalam penyusunan skala perilaku kerja kontraproduktif. Skala penelitian ini menggunakan skala penelitian milik Putro (2016) dengan hasil koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,859 dari 12 item. Hasil koefisien tersebut menunjukkan bahwa skala perilaku kerja kontraproduktif tergolong reliabel.

Tabel. 3

Distribusi Item Perilaku Kerja Kontraproduktif Sebelum Try Out

Aspek No Aitem Total Bobot

Favorable Unfavorable Penyimpangan

Properti

10 1,5 3 25%

Penyimpangan Produksi

2 7,9 3 25%

Penyimpangan Politik

6 3,11 3 25%

Agresi Individu 4,8 12 3 25%


(48)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan, tes yang menghasilkan daya yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2009).

Penelitian ini menggunakan kategori validitas isi atau content validity yang diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes serta didasarkan penilaian (judgement) yang bersifat subjektif (Azwar, 2010). Validitas ini diselidiki dengan bantuan dari dosen pembimbing sebagai

experts judgement. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian aitem dalam tes dengan aspek-aspek yang hendak diungkap serta kesesuaian blue print dengan tujuan memilih aitem yang representatif.

2. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan dengan parameter daya diskriminasi item. Diskriminasi item adalah kemampuan item dalam membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2009). Seleksi item dilakukan dengan uji coba (try out) skala penelitian dan kemudian menghitung korelasi antara


(49)

distribusi skor item dengan distribusi skor skala dengan program SPPSS for Windows versi 16.0 yang manghasilkan koefisien korelasi item total (rix) (Azwar, 2009). Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item

total menggunakan batasan rix  ≥ 0,3. Jika jumlah item yang lolos masih 

tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka batasan tersebut dapat dipertimbangkan untuk diturunkan menjadi rix  ≥ 0,25 (Azwar, 2009). 

Untuk memilih item yang baik dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji coba terpakai atau try out terpakai. Try out terpakai merupakan suatu teknik untuk menguji validitas dan reliabilitas dengan cara pengambilan data yang hanya dilakukan sekali dan hasil uji cobanya langsung digunakan untuk menguji hipotesis (Hadi, 2004). Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 61 sopir bus.

Try out terpakai dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 sampai 30 November 2016. Berikut ini merupakan hasil seleksi item pada kedua variabel.

a.Skala Konformitas

Pada skala konformitas didapatkan beberapa item yang gugur dengan koefisien korelasi ≥ 0,30 sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:


(50)

Tabel. 4

Distribusi Item Skala Konformitas Setelah Seleksi Item

Aspek No Aitem Total Setelah

Digugurkan

Bobot Favorable Unfavorable

Aspek Normatif 2,3,4,6, (14),25*,28,32* (1),8*,9,11*, 15,17,20,22

10 50%

Aspek Informatif 7,10,18*,19, 23,24*,30*,31 5*,12,13*,16, 21,26*,27,29

10 50%

Total 10 10 20 100%

Keterangan : * : item yang gugur ( ) : item yang digugurkan

Berdasarkan hasil seleksi item dari 32 item skala konformitas terdapat 22 item valid dan 10 item gugur. Item pada setiap aspek diselaraskan menjadi 10 item sehingga total item yang digugurkan adalah 2 item. Item pada skala konformitas yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 item. Penguguran item untuk menjaga komposisi dilakukan dengan cara memilih item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil diantara item lainnya dalam satu aspek yang sama. Item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil tersebut dinyatakan gugur dan tidak diikutsertakan dalam skala konformitas.

b.Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif

Pada skala perilaku kerja kontraproduktif didapatkan satu item yang gugur dengan koefisien korelasi ≥ 0,30 sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:


(51)

Tabel. 5

Distribusi Item Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif Setelah Seleksi

Aspek No Aitem Total Setelah

Digugurkan

Bobot Favorable Unfavorable

Penyimpangan Properti

10 1,5 3 27,27%

Penyimpangan Produksi

2 7,9 3 27,27%

Penyimpangan Politik

6 3,11 3 27,27%

Agresi Individu 4*,8 12 2 18,19%

Total 4 7 11 100%

Keterangan: * : item yang gugur

Berdasarkan hasil seleksi item dari 12 item skala perilaku kerja kontraproduktif, terdapat 11 item valid dan 1 item yang gugur. Item yang digunakan dalam skala perilaku kerja kontraproduktif berjumlah 11 item.

3. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penerjemahan kata dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009).

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna pengukuran. Apabila pengukuran tidak reliabel maka skor yang dihasilkan juga tidak dapat dipercaya. Perbedaan skor


(52)

yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada faktor perbedaan sebenarnya. Pengukuran yang tidak reliabel tidak akan konstan dari waktu ke waktu (Azwar, 2010).

Reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Teknik ini memiliki nilai praktis dan efisiensi yang tinggi, karena hanya satu kali percobaan pada satu kelompok subjek (Azwar, 2012). Koefisien reliabilitas menunjukkan nilai ≤ 0,6 maka reliabilitas dikatakan kurang baik. Sedangkan reliabilitas yang paling baik jika koefisien bernilai ≥ 0,8.

a. Skala Konformitas

Koefisien  Cronbach’s  Alpha  skala  konformitas  setelah 

seleksi item dilakukan melalui SPSS for Windows versi 16.0 menghasilkan α = 0,970. Hal tersebut menunjukkan bahwa item  pengukuran pada skala konformitas tergolong reliabel.

b. Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif

Koefisien  Cronbach’s  Alpha  skala  perilaku  kerja 

kontraproduktif setelah seleksi item dilakukan melalui SPSS for Windows versi 16.0 menghasikan α  =  0,840.  Hal  tersebut  menunjukkan bahwa item pengukuran pada skala perilaku kerja kontraproduktif tergolong reliabel.


(53)

G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian ini berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi normalitas sebaran (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan teknik Kolmogorov-Smirnov SPSS for Windows vers 16.0. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan untuk suatu taraf signifikan 0,05. Jika signifikan (p) yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka data tersebut dikatakan terdistribusi normal dan jika signifikan (p) kurang dari 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang hendak dianalisis itu mengikuti garis lurus, sehingga peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya. Uji linearitas digunakan untuk melihat bagaimana kekuatan hubungan antara dua variabel dalam penelitian. Jika nilai sig. atau p > 0.05 maka terdapat hubungan yang tidak linear atau hubungan antara dua variabel lemah (Santoso, 2010).


(54)

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat). Analisis penelitian ini menggunakan metode Product Moment Pearson, yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dalam penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung dengan asumsi bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio (Sugiyono 2011). Metode Product Moment Pearson

dapat digunakan apabila uji asumsi telah terpenuhi. Namun, jika uji asumsi tidak terpenuhi maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan teknik

Spearman Rho (Sarwono, 2006).

Koefisien yang dihasilkan bernilai -1 hingga +1, yang menunjukkan hubungan tersebut positif atau negatif. Jika nilai sig. atau p < 0.05, maka hipotesis nol ditolak atau yang berarti ada hubungan yang signifikan antar dua variabel. Sebaliknya, jika nilai sig. atau p > 0.05, maka hipotesis nol diterima atau yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antar dua variabel (Prasetyo, 2008).


(55)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 17 November 2016 sampai dengan 30 November 2016. Peneliti melakukan pengambilan data ke beberapa tempat, seperti Terminal Jombor, dan beberapa PO. Data penelitian diperoleh dengan membagikan skala konformitas dan skala perilaku kerja kontraproduktif kepada subjek penelitian, yaitu sopir bus express (cepat). Pengambilan data menggunakan teknik try out terpakai. Pembagian skala penelitian dilakukan secara individual, 1 (satu) jam sebelum jadwal keberangkatan bus. Sebelum mulai mengerjakan, peneliti menjelaskan administrasi skala yang akan diisi. Setelah selesai, subjek dipersilahkan untuk mengisi jawaban atas pernyataan yang terdapat pada skala. Jumlah seluruh skala yang dibagi 65 lembar. Dari jumlah tersebut, skala yang kembali dan dapat dianalisis berjumlah 61 lembar skala. Tidak kembalinya skala penelitian yang berjumlah 4 lembar dikarenakan beberapa alasan, antara lain: hilang dalam perjalanan, lupa mengisi, lupa membawa kacamata, dan tulisan terlalu kecil sehingga peneliti memutuskan untuk tidak menunggu dan mengambil skala penelitian tersebut.


(56)

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Berdasarkan sebaran skala penelitian subjek sopir bus, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel. 6

Sebaran Subjek Berdasarkan Lama Kerja

Kriteria Subjek Keterangan Jumlah

Lama Kerja 1-10 tahun 38

> 10 tahun 23

C. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil perhitungan mean teoritik konformitas sebagai berikut:

Jumlah item : 20

Nilai minimum : 20 x 1 = 20 Nilai maximum : 20x 4 = 80 Rentang nilai : 20 – 80 Jarak : 80 – 20 = 60


(57)

Mean teoritik perilaku kerja kontraproduktif Jumlah item : 11

Nilai minimin : 11 x 1 = 11 Nilai maximum : 11 x 4 = 44 Rentang nilai : 11 – 44 Jarak : 44 – 11 = 33

Mean teoritik : (min+max)/2 = (11+44)/2 = 27,5 Sedangkan, perhitungan mean empirik konformitas sebagai berikut : Tabel. 7

Data Empirik Skala Konformitas

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Konformitas 61 56.23 13.129 1.681

One-Sample Test Test Value = 50

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Konformitas 3.706 60 .000 6.230 2.87 9.59


(58)

Mean empirik perilaku kerja kontraproduktif Tabel. 8

Data Empirik Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

CWB 61 37.57 4.068 .521

One-Sample Test

Test Value = 27.5

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper CWB 20.672 60 .000 9.189 8.30 10.08

Hasil data dari uji t pada variabel konformitas menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil data tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris dari variabel konformitas. Data menunjukkan bahwa mean teoritik dari variabel konformitas sebesar 50, sedangkan mean empiris dari variabel konformitas sebesar 56, 23 dengan SD sebesar 13,129. Data tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar dibandingkan dengan mean teoritik, maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat konformitas yang tinggi atau positif.


(59)

Hasil data uji t pada variabel perilaku kerja kontraproduktif menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil data tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris dari variabel perilaku kerja kontraproduktif. Data menunjukkan bahwa mean teoritik dari variabel perilaku kerja kontraproduktif sebesar 27,5, sedangkan mean empiris dari variabel perilaku kerja kontraproduktif sebesar 37,57 dengan SD sebesar 4,068. Data tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar dibandingkan dengan mean teoritik, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat perilaku kerja kontraproduktif pada subjek penelitian tinggi.

D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Peneliti melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian ini berasal dari populasi yang sebarannya normal. Uji ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi normalitas sebaran (Santoso, 2010). Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik sampel


(60)

Kolmogorov-Smirnov Test yang diperhitungkan menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 9

Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Konformitas .126 61 .017

CWB .150 61 .002

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan bahwa nilai probabilitas (p) pada variabel konformitas sebesar 0,017 dan pada variabel perilaku kerja kontraproduktif sebesar 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Hal tersebut berarti pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menggunakan teknik korelasi Spearman rho.

b. Uji Linearitas

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan linear antara variabel bebas dan tergantungnya (Noor, 2013). Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan test of linearity

pada SPSS for Windows versi 16.0. jika nilai signifikansinya p < 0,05 maka pola hubungan dapat diartikan linear. Uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:


(61)

Tabel. 10

Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. CWB *

Konform

Between Groups

(Combined) 457.665 32 14.302 1.509 .136 Linearity 40.269 1 40.269 4.248 .049 Deviation

from Linearity

417.397 31 13.464 1.420 .176

Within Groups 265.417 28 9.479 Total 723.082 60

Berdasarkan hasil uji linearitas dapat dilihat bahwa variabel konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus memiliki signifikansi (p) = 0,049 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat linear.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data tidak terdistribusi normal. Hal tersebut berarti pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Spearman rho pada taraf signifikansi 0,05, dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. berikut ini adalah hasil uji hipotesis konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif:


(62)

Tabel. 11

Hasil Uji Hipotesis

Correlations

Konformitas CWB Spearman's rho Konfor

mitas

Correlation Coefficient 1.000 .228* Sig. (1-tailed) . .039

N 61 61

CWB Correlation Coefficient .228* 1.000 Sig. (1-tailed) .039 .

N 61 61

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus memiliki nilai r sebesar 0,228 dengan nilai p sebesar 0,039. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat positif, lemah, dan signifikan antara variabel konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif (CWB).

E. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara konformitas dengan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat) memiliki korelasi positif dan signifikan (r = 0,228, p = 0,039). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas maka perilaku kerja kontraproduktif akan semakin tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin


(63)

rendah konformitas maka perilaku kerja kontraproduktif akan semakin rendah.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express

(cepat) adalah 0,228 dengan p = 0,039. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif, lemah, dan signifikan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini berarti masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku kerja kontraproduktif seperti gaya manajemen, iklim organisasi, kecerdasan emosional (EQ), dan faktor-faktor lain yang dijelaskan oleh Vardi dan Weist (2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Sabang dan Sudiarditha (2009) menjelaskan bahwa hidup di tengah masyarakat atau kelompok tertentu membutuhkan suatu penyesuaian diri (conform) agar dapat diterima dengan baik dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu. Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada kelompok (Zebua & Nurdjayadi, 2001 dalam Fitriyani dkk, 2013).

Sebagai seorang anggota dari sebuah kelompok kerja, individu menginginkan penerimaan oleh kelompok tersebut. Oleh karena keinginan tersebut, individu cenderung menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok (Robbins & Judge, 2008). Kecenderungan untuk melakukan konformitas tidak selalu berarti hanya mengikuti pada hal-hal yang positif


(64)

saja. Hal tersebut didukung oleh Dacey dan Kenny (dalam Fitriyani dkk, 2013) yang mengatakan bahwa konformitas dalam kelompok tidak selalu bersifat positif. Manusia juga dapat melakukan konformitas pada bentuk-bentuk perilaku negatif (Sarwono, 2011 dalam Megawati, 2014). Siswati dan Masykur (2011, dalam Putri, 2013) menjelaskan bahwa konformitas terjadi ketika individu melakukan aktivitas dimana terdapat tendensi yang kuat untuk melakukan sesuatu yang sama dengan yang lainnya, walaupun tindakan yang dilakukan merupakan perilaku yang menyimpang.

Berdasarkan pernyataan tersebut, penelitian ini menunjukkan bahwa sopir-sopir bus tetap melakukan penyesuaian atau konformitas terhadap kelompok sopir yang jelas melakukan perilaku menyimpang. Menurut Fitriyani (2013), adanya keinginan untuk diterima dan diakui oleh kelompok ternyata cukup kuat untuk mendorong individu melakukan hal yang negatif. Sopir-sopir bus yang mudah terpengaruh oleh kelompok tidak memiliki kepercayaan diri dan takut dikucilkan oleh kelompoknya. Hal tersebut menyebabkan sopir-sopir bus yang merasa tertekan dengan kelompoknya melakukan tindakan negatif yang dilakukan juga oleh kelompoknya seperti berbohong mengenai data pengeluaran bahan bakar yang termasuk dalam penyimpangan properti. Selain itu perilaku seperti menerima penumpang gelap dan paket gelap yang termasuk dalam pencurian pada perusahaan juga dilakukan oleh sopir bus (penyimpangan properti) serta berkata kasar atau melakukan pelecehan verbal terhadap rekan kerja yang lain (penyimpangan agresi individu). Menurut Appelbaum, et al (2007; Henle, 2005) meskipun


(65)

seorang individu memiliki standar moral yang tinggi, namun lingkungan operasional dalam pekerjaan memberikan pengaruh yang kuat pada individu untuk terlibat dalam perilaku menyimpang.

Dari penelitian ini, konformitas yang dilakukan subjek tergolong tinggi. Hal ini dilihat dari data yang menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar dibandingkan mean teoritik (56,23 > 50). Data tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris pada variabel konformitas. Nilai mean empiris yang lebih besar dibandingkan nilai mean teoritik menunjukkan bahwa subjek penelitian cenderung melakukan konformitas terhadap kelompoknya. Subjek cenderung akan mudah untuk dipengaruhi oleh kelompok untuk melakukan hal-hal negatif dan merasa tidak percaya diri apabila tidak seragam dengan kelompoknya (Maulidta, 2010).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku kerja kontraproduktif yang tinggi. Hal ini dilihat dari data yang menunjukkan bahwa mean empiris lebih tinggi dibandingkan mean teoritik (37,57 > 27,5). Data tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mean toritik dan mean empiris pada variabel perilaku kerja kontraproduktif. Hal ini dapat terjadi karena subjek melakukan konformitas terhadap kelompoknya sehingga subjek mudah untuk dipengaruhi untuk melakukan hal-hal negatif dan merasa tidak percaya diri apabila tidak seragam dengan kelompoknya (Maulidta, 2010). Subjek juga akan mudah berperilaku menyimpang dari aturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan seperti melakukan manipulasi


(66)

data pengeluaran, menerima penumpang dan paket gelap untuk keuntungan pribadi. Selain itu, subjek akan memperlakukan rekan kerjanya secara tidak adil, memperlihatkan ketidaksopanan, dan melakukan tindakan verbal maupun fisik yang dapat merusak relasi atau pergaulan dengan rekan kerja.


(67)

48 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis penelitian dengan menggunakan korelasi Spearman Rho

menunjukkan korelasi r = 0,228 dengan nilai signifikansi p = 0,039 (p < 0,05). Korelasi tersebut menegaskan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara konformitas dan perilaku kerja kontraproduktif pada sopir bus express (cepat). Semakin tinggi konformitas pada sopir bus maka semakin tinggi juga perilaku kerja kontraproduktifnya. Semakin rendah konformitas pada sopir bus, semakin rendah perilaku kerja kontraproduktifnya.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna. Peneliti menilai keterbatasan dalam penelitian ini adalah terbatasnya jumlah subjek karena terbatasnya waktu yang dimiliki oleh sopir-sopir bus dalam mengisi skala, sehingga beberapa skala tidak selesai dan digugurkan karena pengisian skala tidak selesai. Selain itu, adanya faktor internal dari subjek seperti rasa malas untuk membaca, lelah diperjalanan, dan sulit untuk memahami cara pengisian skala menyebabkan peneliti mendapat penolakan dari beberapa sopir.


(68)

C. Saran

1. Bagi Subjek Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konformitas secara signifikan berhubungan positif dengan perilaku kerja kontraproduktif. Berdasarkan hal tersebut subjek yang dalam penelitian ini adalah sopir-sopir bus diharapkan dapat lebih percaya diri agar tidak mudah terpengaruh orang lain sehingga dapat mengambil keputusan ataupun mengeluarkan pendapat sendiri.

2. Bagi Perusahaan

Perilaku kerja kontraproduktif merupakan perilaku yang merugikan bagi organisasi/perusahaan/instansi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sopir-sopir bus memiliki tingkat perilaku kerja kontraproduktif yang tinggi. Oleh karena itu untuk mengurangi perilaku tersebut diperlukan usaha untuk mengurangi terjadinya perilaku kerja kontraproduktif yang dilakukan oleh sopir bus.

Usaha yang dapat dilakukan adalah memberikan informasi tentang aturan bekerja yang lebih jelas beserta sanksi yang akan didapatkan ketika sopir bus melanggar, melakukan kontrol disetiap tempat pemberhentian, dan menampung saran/kritik dari karyawannya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian yang serupa atau melanjutkan penelitian ini sebaiknya memperhatikan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya,


(69)

diharapkan untuk mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal seperti keterbatasan waktu dan pemilihan subjek yang dapat mempengaruhi perolehan data.


(70)

51

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, N., Ones, D.S., Sinangil, H.K., & Viswesvaran, C. (2005). Handbook Of Industrial, Work, And Organizational Psychology. Vol.01. London: Sage. Appelbaum, S.H., Iaconi, G.D., & Matousek, A. (2007). Positive and Negative Deviant Workplace Behaviors: Causes, Impacts, and Solutions. Corporate Governance: The International Journal of Business in Society. Vol. 7, Iss: 5, pp. 586-598.

Ariani, D. W. (2013). The Relationship Between Employee Engagement, Organizational Citizenship Behavior, and Counterproductive Work Behavior. International Journal of Business Administration, 4 (2).

Asch, S.E. (1955). Opinions and Social Pressure. Scientific American. Vol. 193, No. 5, pp. 31-35.

Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (cetakan pertama). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Barbaranelli, C., Fida, R., & Gualandri, M. (2013). Assessing Counterproductive Work Behavior: A Study On The Dimensionality of CWB-Checklist. TPM doi: 10.4473/TPM20.3.3. Vol. 20, No. 3.

Baron, R.A. & Byrne, D. (2000). Social Psychology (9th ed). USA: Allyn & Bacon.

Bocchiaro, P. & Zamperini, A. (2012). Conformity, Obedience, Disobedience: The Power Of The Situation. Psychology-selected papers, Dr. Gina Rossi (Ed.), InTech, DOI: 10.5772/36483. Available from: http://www.intechopen.com/books/psychology-selected-papers/conformity-obedience-disobedience-the-power-of-the-situation diunduh pada 1 Juni 2016.

Berns, G.S., Chappelow, J., Zink, C.F., Pagnoni, G., Skurski, M.E.M., & Richars, J. (2005). Neurobiological Correlates Of Social Conformity And Independence During Mental Rotation. Society Of Biological Psychiatry, 58: 245-253.


(71)

Chernyak, L., & Tziner, A. (2014). Relationships Between Counterproductive Work Behavior, Perceived Justice Andclimate, Occupational Status, And Leader-Member Exchange. Journal of Work and Organizational Psychology, 30, 1-12.

Cialdini, R.B. & Goldstein, N.J. (2004). Social Influence: Compliance And Conformity. Annu Rev Psychol. 2004;55:591-621.

Cohen, T.R., Panter, A.T. & Turan, N. (2013). Predicting Counterproductive Work Behavior From Guilt Proneness. Journal Of Business Ethics, 114, 45-53.

Hadi, S. (2004). Metodologi Research 3. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Hamilton, V.L & Sanders, J. (1995). Crimes of Obedience and Conformity in the Workplace: Surveys of Americans, Russians, and Japanese. Journal of Social Issues. Vol. 51, No. 3, pp. 67-88.

Henle, C.A. (2005). Predicting Workplace Deviance From The Interaction Between Organizational Justice and Personality. Journal of Managerial Issues. Vol. 17, No. 2, p. 247.

Idiakheua, E.O., & Obetoh, G.I. (2012). Counterproductive Work Behavior of Nigerians: An Insight Into Make-up Theory. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 4 (7).

Kanten, P. & Ülker, F. E. (2013). The Effect of Organizational Climate on Counterproductive Behaviors: An Empirical Study on the Employees of Manufacturing Enterprises. Journal of Global Macro, 2 (4), 144-160. Karoseri Indonesia.

http://www.karoseri-id.com/2016/03/inilah-beberapa-alasan-penumpang.html diunduh pada 30 Januari 2017.

Klotz, A. C. & Buckley, M. R. (2013). A Historical Perspective of Counterproductive Work Behavior Targeting The Organization. Journal of Management History, 19 (1): 114-132.

Landy, F.S. & Spector, P.E. (2004). Work In The 21st Century. An Introduction To Industrial And Organizational Psychology. New york: Mc.GrawHill.

Lensa Indonesia. Sopir Puspa Indah protes pelanggaran Bus Citra Patas. http://www.lensaindonesia.com/2014/07/19/sopir-puspa-indah-protes-pelanggaran-bus-citra-patas.html diunduh pada 6 Oktober 2015.

Locke, E.A. (2009). Handbook Of Principles Of Organizational Behavior. West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.


(72)

Maulidta, N.K. (2010). Konformitas Pada Remaja Terhadap Kelompok Yang Melakukan Body Piercing. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/11/Jurnal.pdf diunduh pada 1 Agustus 2016.

McLeod, S.A. (2016). What Is Conformity? Retrieved from www.simplypsychology.org/conformity.html.

Miles, D.E., Borman, W.E., Spector, P.E., & Fox, S. (2002). Building An Integrative Model Of Extra Role Work Behaviors: A Comparison Of Counterproductive Work Behavior With Organizational Citizenship Behavior. International Journal Of Selection and Assessment. Vol. 10, No. ½.

Monnates, S. N. (2010). Perceived Organizational Support and CWB: How Personality Moderates The Relationship. A Thesis The Faculty of The Department of Psychology San Jose State University.

Myers, D.G. (2005). Social Psychology. (5th ed). USA: McGraw-Hill Companies, Inc.

Myers, D.G. (2010). Psikologi Sosial Edisi 10 Jilid 1. Alih bahasa: Aliya. Jakarta: Salemba Humanika.

Noor, J. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nurfianti, A. & Handoyo, S. (2013). Hubungan Antara Keadilan Distributive dan

Perilaku Kerja Kontraproduktif dengan Mengontrol Leader Member Exchange (LMX). Jurnal Psikologi Industry dan Organisasi. Vol.02, no.03, Desember 2013.

Pangenyori, A. (2015). Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Bus Terhadap Kecelakaan Penumpang Tidak Resmi Dalam Angkutan Bus Antar Kota Antar Provinsi: Studi Pada Po Restu Mulya Denpasar. (Tidak Diterbitkan). Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar.

Panjaitan, P., Bahtiar, N., & Endah, S.N. (2012). Sistem Pemesanan Tiket Pada Joglosemar Executive Shuttle Bus Semarang. Jurnal Masyarakat Informatika. Vol. 02, no. 04.

Pengemudi. http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_22.pdf diunduh pada 17 Juni 2016.

Penney, L.M. & Spector, P.E. (2005). Job Stress, Incivility, And Counterproductive Work Behavior (CWB): The Moderating Role Of Negative Affectivity. Journal Of Organizational Behavior, 26, 777-796.


(73)

PO. Jaya Utama. http://www.pojayautama.blogspot.co.id diunduh pada 6 Oktober 2015.

Prasetyo, B. & Jannah, L.M. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Putri, K.R.A. (2013).Hubungan Antara Identitas Sosial Dan Konformitas Dengan Perilaku Agresi Pada Supporter Sepakbola Persisam Putra Samarinda.

eJournal Psikologi, 2013, 1 (3): 241-253.

Putro, D.K. (2016). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Perilaku Kerja Kontraproduktif Pada Pegawai Negeri Sipil di Bantul, Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Priesemuth, M. Arnaud, A. & Schminke, M. (2013). Bad Behavior in Groups: The Impact of Overall Justice Climate and Functional Depedence on Counterproductive Work Behavior in Work Units. Journal of Organization Management, 38(2), 230-257.

Rahman, A., Shabudin, A. & Nasurdin, A. M. (2012). Effects of Job Characteristics on Counterproductive Work Behavior Among Production Employees: Malaysian Experience. Journal of Business and Development Studies. Vol 4, No 1.

Ramshida, A. & Manikandan, K. (2013). Organizational Commitment As A Mediator of Counterproductive Work Behavior and Organizational Culture.

Journal of Social Science & Interdisciplinary Research. Vol 2, No 2.

Robbinson, S., & Bennett, R. (1995). A Typology of Deviant Workplace Behvaiors: A Multi-Dimensional Scaling Study. Academy of Management Journal, 38, 555-572.

Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2008). Perilaku Organisasi Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Rusdi, Z.M. (2015). Analisis Komparatif Perilaku Kerja Kontraproduktif Pada Instansi Pemerintah Dan Instansi Swasta Di Bandar Lampung. Jurnal Sains Managemen. Vol.01, no. 01.

Sabang, N & Sudiarditha, I.K.R. (2009). Hubungan Antara Konformitas dengan Komitmen Organisasi Anggota Koperasi Pegawai Universitas Negeri Jakarta. Econosains. Vol. 07, No. 02.

Santoso, A. (2010). Statistik Untuk Psikologi: Dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.


(74)

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif fan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sarwono, S.W & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sears, D.O. (1991). Psikologi Sosial Edisi 5 Jilid 2. Alih bahasa: Michael adryanto. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Shi, L., Liu, Q., & Wu, K. (2013). Relationships Among Safety Manager Behavior, Job Insecurity Atmosphere, CWB and Quality Performance.

Journal of Applied Sciences, 13 (17): 3548-3552.

Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suminar, E. & Meiyuntari, T. (2015). Konsep Diri, Konformitas, dan Perilaku Konsumtif Pada Remaja. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol 4, No 2, hal 145-152.

Tang, J., Wu, S., & Sun, J. (2013). Confluence: Conformity Influence in Large Social Networks. ACM 978-1-4503-2174-7/13/08.

Tis’Ina,  N.A.  &  Suroso.  (2015).  Pola  Asuh  Otoriter,  Konformitas, dan Perilaku

School Bullying. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol 4, No 2, hal 153-161. Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2000). Social Psychology 10th Edition.

New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Vardi, Y. and Weitz. E. (2002). Organization Misbehavior: Hypothese, Research and Implications. Re-imagining Business Ethics: Meaningful Solutions for a Global Economy, 4: 5-84.

Vardi, Y., & Wiener, Y. (1996). Misbehavior in Organizations: A Motivational Framework. Organizational Science. Vol. 7, No. 2.

Yu, R. and Sun, S. (2013). To Conform Or Not To Conform: Spontaneous Conformity Diminishes The Sensitivity To Monetary Outcomes. PLoS ONE 8(5): e64530. Doi: 10.1371/journal.pone.0064530.

Zhang, G and Ding, Y. (2012). Scholarly Conformity: Origins, Framework, Applications And Implications. Baltimore, MD, USA.


(75)

(76)

LAMPIRAN 1

SKALA PENELITIAN (Try Out Terpakai)

Bagian Pertama : Skala Konformitas

Bagian Kedua : Skala Perilaku Kerja


(77)

SKALA PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Pamela Agustine Kurniasari 129114088

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(1)

LAMPIRAN 4


(2)

75

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

konformitas .126 61 .017 .966 61 .093

cwb .150 61 .002 .957 61 .031

a. Lilliefors Significance Correction


(3)

LAMPIRAN 5


(4)

77

ANOVA Table Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

cwb * konfor mitas

Between Groups

(Combined) 457.665 32 14.302 1.509 .136

Linearity 40.269 1 40.269 4.248 .049

Deviation from Linearity

417.397 31 13.464 1.420 .176

Within Groups 265.417 28 9.479

Total 723.082 60


(5)

LAMPIRAN 6


(6)

79

Correlations

konformitas cwb

Spearman's rho konformitas Correlation Coefficient

1.000 .228*

Sig. (1-tailed) . .039

N 61 61

cwb Correlation

Coefficient

.228* 1.000

Sig. (1-tailed) .039 .

N 61 61

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).