Persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Rintisan sekolah bertaraf internasional : studi kasus siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta Jl.Wardani No.1 Yogyakarta.
viii
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN DI SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
Budi Tri Utami Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ditinjau dari : (1) jenis kelamin siswa, (2) pekerjaan orang tua, (3) tingkat pendidikan orang tua.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Yogyakarta pada bulan Januari 2012. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII sebanyak 272 siswa dengan jumlah sampel 100 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari jenis kelamin, (2) tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari pekerjaan orang tua, (3) tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
(2)
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF STUDENTS TOWARDS LEARNING PROCESS ACTIVITIES IN INTERNATIONAL JUNIOR HIGH SCHOOL LEVEL
Budi Tri Utami Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
The purpose of this study is to determine whether there are differences in students' perceptions towards the implementation of the learning process activities at International Junior High School Level percieved from: (1) the sex of the students, (2) the occupation of parents, (3) the education level of parents.
This research was conducted at 5 state Junior High School Yogyakarta in January 2012. The population of this study were 272 students of the 8th grade the samples were 100 students. The technique of taking samples was convenient sampling. The technique of collecting the data was questionnaire. The technique of analysing the data were t test and the test F.
The results show that: (1) there isn’t any different perception of students towards the implementation of the learning process at International Junior High School Level perceived from sex, (2) there isn’t any different perception in students towards the implementation of the learning process activities perceived from parents occupation, (3) there isn’t any different perception towards the implementation of the learning process activities perceived from parents education level.
(3)
PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PROSES
PEMBELAJARAN DI SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
Studi Kasus : Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta
Jl. Wardani No 1 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Budi Tri Utami
NIM: 071334014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
(4)
(5)
(6)
PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan untuk: 1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat-Nya.
2. Bapak dan Ibu terkasih yang selalu memberikan dukungan dan Doa. 3. Kakak ku tercinta Mas Ari,Mbak Adin, Mbak Ani, Mas Priya. 4. Denny Christanto yang menjadi penyemangatku.
5. Teman-teman Journey to The West, makasih atas dukungan dan bantuan selama menyusun skripsi ini.
(7)
v
MOTTO
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam setiap lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3: 5-6)
(8)
(9)
(10)
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN DI SMP RINTISAN SEKOLAH BERTARAF
INTERNASIONAL
Budi Tri Utami Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ditinjau dari : (1) jenis kelamin siswa, (2) pekerjaan orang tua, (3) tingkat pendidikan orang tua.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Yogyakarta pada bulan Januari 2012. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII sebanyak 272 siswa dengan jumlah sampel 100 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dan uji F.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari jenis kelamin, (2) tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari pekerjaan orang tua, (3) tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
(11)
ix
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF STUDENTS TOWARDS LEARNING PROCESS ACTIVITIES IN INTERNATIONAL JUNIOR HIGH SCHOOL LEVEL
Budi Tri Utami Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
The purpose of this study is to determine whether there are differences in students' perceptions towards the implementation of the learning process activities at International Junior High School Level percieved from: (1) the sex of the students, (2) the occupation of parents, (3) the education level of parents.
This research was conducted at 5 state Junior High School Yogyakarta in January 2012. The population of this study were 272 students of the 8th grade the samples were 100 students. The technique of taking samples was convenient sampling. The technique of collecting the data was questionnaire. The technique of analysing the data were t test and the test F.
The results show that: (1) there isn’t any different perception of students towards the implementation of the learning process at International Junior High School Level perceived from sex, (2) there isn’t any different perception in students towards the implementation of the learning process activities perceived from parents occupation, (3) there isn’t any different perception towards the implementation of the learning process activities perceived from parents education level.
(12)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus di surga karena penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN SMP RINTISAN SEKOLAH
BERTARAF INTERNASIONAL”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa ada begitu banyak pihak yang telah memberikan perhatian dan bantuan dengan caranya masing-masing sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih antara lain kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,S.I.P., M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh kuliah serta kritik dan saran yang bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi ini.
(13)
xi
5. Segenap dosen-dosen Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik, membagi pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat kepada penulis selama ini.
6. Semua karyawan di sekretariat Prodi Pendidikan Akuntansi atas segala keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak Drs. Suparno, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Siswa SMP Negeri 5 Yogyakarta khusunya kelas delapan. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
9. Ayah dan Ibuku tercinta Giyanto dan Budi Lestari, atas doa, dorongan, kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran yang telah diberikan selama ini, terimakasih.
10.Kakakku Ariyanto, S.kom dan Dwi Aryani S.Pd yang selalu mengingatkanku dan membantu untuk menyelesaikan skripsi.
11.Mas Denny Christanto, S.T yang selalu memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi.
12.Saudaraku Mas Priya dan Mbak Adin.
13.Teman-temanku Journey to The West: Nila, Endah, Citra, Ria, Lusi, Heny, Lando, Ratri, Windhi terima kasih atas bantuannya dan semangatnya. 14.Temanku Laras, Retno, Suster Anna, Melisa, Tya, Umi, Mega.
(14)
15.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan rendah hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk perbaikan tugas akhir ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Yogyakarta, 02 Juli 2012 Penulis
(15)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Siswa ... 9
B. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Siswa ... 10
C. Pengertian Rintisan Sekolah Menengah Pertama-BI ... 13
D. Persyaratan Penyelenggaraan SMP-BI ... 14
(16)
1) Dasar Hukum dan Kebijakan SBI ... 17
2) Konsep SBI ... 19
3) Karakteristik Esensial SBI pada Jenjang SMP ... 20
F. Jenis Kelamin Siswa ... 34
G. Pekerjaan Orang Tua ... 34
H. Pendidikan Orang Tua ... 36
I. Kerangka Berpikir ... 37
J. Hipotesis Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39
1. Subjek Penelitian ... 39
2. Objek Penelitian ... 39
D. Populasi dan Sampel ... 40
1. Populasi ... 40
2. Sampel ... 40
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 40
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ... 43
G. Instrumen Penelitian ... 43
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 44
1. Uji Validitas ... 44
2. Uji Reliabilitas ... 46
I. Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah ... 50
(17)
xv
C. Tujuan SMP Negeri 5 Yogyakarta Program Layanan RSBI ... 56
D. Struktur Organisasi ... 58
E. Struktur dan Muatan Kurikulum ... 58
F. Peraturan Sekolah ... 65
G. Kode Etik Pegawai ... 66
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 68
1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 69
3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 69
4. Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 70
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 72
1. Uji Normalitas ... 72
2. Uji Homogenitas ... 76
C. Pengujian Hipotesis ... 77
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Keterbatasan Penelitian ... 84
C. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
(18)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Esensial SMP-BI sebagai Penjamin Mutu Pendidikan
Bertaraf Internasional ... 22
Tabel 2.2 Standar atau Karakteristik Umum Kinerja SBI pada Jenjang Pendidikan SMP ... 25
Tabel 3.1 Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 41
Tabel 3.2 Jenis Kelamin ... 42
Tabel 3.3 Skoring Jenis Pekerjaan ... 42
Tabel 3.4 Skoring Tingkat Pendidikan ... 43
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner ... 44
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas ... 45
Tabel 3.7 Tabel Uji Reliabilitas ... 47
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 68
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 69
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua . 70 Tabel 5.4 Kecenderungan Berdasarkan PAP II ... 71
Tabel 5.5 Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses Pembelajaran di SMP RSBI ... 72
Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa ... 73
Tabel 5.7 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua ... 74
Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Data Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ... 75
Tabel 5.9 Hasil Pengujian Hipotesis I ... 77
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Hipotesis II ... 79
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu bagian kegiatan pemerintah untuk
memajukan bangsa Indonesia dari ketertinggalan dari negara lain yang lebih maju.
Setiap warga Negara ber hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sesuai
dengan yang tertulis dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa
:
(1)
Setiap
warga
Negara
berhak
mendapatkan
pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya;
serta
(3)
Pemerintah
mengusahakan
dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam
rangka
merealisasikan
peraturan
tersebut,
pemerintah
mencanangkan program perencanaan peningkatan mutu pendidikan melalui
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Sebagaimana yang telah tertulis
dalam Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 50 Ayat 3 yang menyatakan bahwa:
“ Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf internasional,” (Depdiknas, 2005).
Dengan diadakannya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional tersebut, diharapkan
pendidikan mampu menghasilkan siswa yang berkualitas dan
(20)
mampu bersaing di dunia internasional. Dalam upaya menciptakan siswa atau seseorang yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia internasional pada pendidikan dasar dan menengah, maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional yang akan ditetapkan sebagai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). RSBI atau SBI merupakan kemajuan di dunia pendidikan dengan memperhatikan kualitas pendidikan sehingga dapat memberikan kualitas lulusan yang mampu menggunakan Bahasa Inggris yang merupakan patokan utama siswa atau seseorang mempunyai kemampuan lebih di dunia pendidikan.
Menurut Buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 3) Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan tiga rencana strategis dalam jangka menengah, yaitu (1) peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar, (2) peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing, dan (3) peningkatan manajemen, akuntabilitas, dan pencitraan publik.
Berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional ini, maka : (1) pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas) adalah pendidikan yang mampu mencapai standar mutu nasional dan internasioanl, (2) pendidikan bertaraf internasional yang efisien adalah pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan optimal (berstandar nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal, (3) pendidikan
(21)
bertaraf internasional juga harus relevan, yaitu bahwa penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, orang tua, masyarakat, kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan kemampuan pemerintah daerahnya (kabupaten/kota dan Propinsi); dan (4) pendidikan bertaraf internasional harus memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes), proses, dan input sekolah baik secara nasional maupun internasional. Esensi dari rumusan konsepsi Sekolah Bertaraf Internasional tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Sekolah sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan yaitu sekolah yang sudah melaksanakan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.
2. Diperkaya dengan mengacu pada standar pendidik salah satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
3. Adaptasi yaitu menyesuaikan unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam pendidikan.
Akan tetapi dalam kenyataannya, dalam proses rintisan tersebut menimbulkan dilema bagi sebagian masyarakat. Sebagian orang berpendapat kalau program ini tidak jelas arahnya. Menurut Satria Dharma yang dihimpun
(22)
dalam Koran Kompas edisi tanggal 27 Juli 2010, ada sepuluh kelemahan utama yang menjadi alasan kuat bagi Kementrian Pendidikan Nasional untuk segera menghentikan program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu:
1. Program SBI jelas tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya sangat buruk.
2. SBI adalah program yang salah model. Kemdiknas membuat panduan model pelaksanaan untuk SBI baru (new developed), tetapi yang terjadi justru pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada (existing school).
3. Program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk dapat mengajar hard science dalam pengantar Bahasa Inggris, seorang guru harus memiliki TOEFL> 500.
4. Telah terjadi kekacauan dalam proses belajar-mengajar dan kegagalan didaktik. Menurutnya, guru tidak mungkin disulap dalam lima hari agar bisa mengajarkan materinya dalam Bahasa Inggris. Akibatnya, banyak siswa SBI justru gagal dalam ujian nasional (UN) karena mereka tidak memahami materi bidang studinya.
5. Penggunaan bahasa pengantar pendidikan yang salah konsep. Dengan label SBI, materi pelajaran harus diajarkan dalam Bahasa Inggris, sementara di seluruh dunia seperti Jepang, China, Korea justru menggunakan bahasa nasionalnya, tetapi siswanya tetap berkualitas dunia.
6. SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam pendidikan.
(23)
7. SBI juga telah menjadikan sekolah-sekolah publik menjadi sangat komersial.
8. SBI telah menyebabkan penyesatan pembelajaran. Penggunaan piranti media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, dan VCD juga menyesatkan seolah karena tanpa itu semua sebuah sekolah tidak berkelas dunia.
9. SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan. Kesalahan konseptual SBI terutama pada penekanannya terhadap segala hal yang bersifat akademik dengan menafikan segala hal yang nonakademik.
10. SBI adalah sebuah pembohongan publik. SBI telah memberikan persepsi yang keliru kepada orang tua, siswa, dan masyarakat karena SBI dianggap sebagai sekolah yang “akan” menjadi Sekolah Bertaraf Internasional dengan berbagai kelebihannya. Padahal, kata Satria, kemungkinan tersebut tidak akan dapat dicapai dan bahkan akan menghancurkan kualitas sekolah yang ada.
Dari kelemahan-kelemahan di atas, Program SBI ini memberikan persepsi yang keliru pada orang tua, siswa dan bahkan masyarakat bahwa sekolah yang berstatus RSBI merupakan sekolah yang memiliki kualitas, sarana prasarana, fasilitas, dan guru yang setara dengan sekolah internasional. Padahal belum tentu sekolah yang berstatus RSBI mempunyai semua kriteria yang bisa disebut sebagai sekolah internasional. Untuk memperoleh pendidikan yang layak bahkan kualitas sekolahnya baik, tak dipungkiri orang tua harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit bagi pendidikan anaknya. Merupakan
(24)
keputusan yang sulit bagi sebagian siswa dan orang tua untuk menopang biaya pendidikan yang berkualitas yang mampu bersaing di dunia pendidikan dan dunia kerja. Karena tidak menutup kemungkinan jika ingin meraih pendidikan yang maksimal akan tetapi biayanya sangat tinggi, hal ini yang membuat keingingan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas akan “terkubur”.
Berbagai respon dari siswa dan orang tua mulai bermunculan, ada yang pro dan ada juga yang kontra tentang kebijakan pemerintah tersebut. Bagi yang pro, RSBI diharapakan dapat menyetarakan kualitas lulusan pendidikan Indonesia dengan luar negeri. Bagi yang kontra, RSBI seperti hotel bintang lima yang hanya papan namanya, isinya tetap sama saja. Pelaksanaan RSBI yang dinilai cenderung mengutamakan aspek popularitas nama RSBI daripada mutu pendidikannya.
Berdasarkan gambaran di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Proses Pembelajaran di SMP Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Wilayah Kota Yogyakarta”.
B.Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran khususnya di SMP Negeri 5 Yogyakarta pada kelas internasional. Penelitian ini memfokuskan pada tiga faktor yang diduga dapat mempengaruhi persepsi siswa yaitu, jenis kelamin siswa, pekerjaan orang tua dan pendidikan orang tua.
(25)
C.Rumusan Masalah Penelitian
Permasalahan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari jenis kelamin?
2. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari pekerjaan orang tua? 3. Apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ditinjau dari jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua.
E.Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mengkritisi pelaksanaan proses pembelajaran di Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang terjadi
(26)
di sekolahnya sehingga dapat menambah wawasan siswa tentang program rintisan sekolah bertaraf internasional.
2. Sekolah
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi SMP yang berstatus RSBI dalam pelaksanaan proses pembelajarannya.
3. Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi kepada mahasiswa khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi FKIP supaya mempersiapkan diri jika ingin bekerja di dunia pendidikan menjadi guru di sekolah RSBI.
4. Penulis
Dari penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai pelaksanaan proses pembelajaran di SMP yang berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional, dan bisa menjadi bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
(27)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Persepsi Siswa
Setiap manusia memiliki persepsi yang berbeda-beda pada suatu objek.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) menyebutkan persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Selain itu persepsi diartikan
sebagai proses terorganisasi dan menggabungkan data indera kita untuk
dikembangkan sehingga dapat menyadari sekeliling kita (Davidoff, 1981: 232).
Persepsi siswa menurut Rita L. Atkinso diartikan sebagai proses di mana
kita mengorganisasi atau mengatur dan menginterpretasikan pola-pola pada
suatu lingkungan. Setiap individu memiliki kemampuan dan kepekaan berpikir
yang berbeda-beda dalam menanggapi suatu rangsangan yang ada di
sekitarnya. Rangsangan ini berupa objek-objek yang dapat diketahui melalui
panca indera. Dengan demikian, pola apapun yang ada di sekitarnya dapat
diolah dan diinterprestasikan menurut pengetahuan dan pemahaman yang
dimiliki oleh individu tersebut. Wirawan (1992: 45) mengemukakan:
Bermula dari adanya rangsangan dari luar individu (stimulus),
individu akan menjadi sadar akan adanya stimuli ini melalui sel-sel
syaraf reseptor (Penginderaan) yang peka terhadap bentuk-bentuk
energi tertentu (cahaya, suara, suhu). Bila sumber energi itu cukup
kuat
untuk
merangsang
sel-sel
reseptor
maka
terjadilah
penginderaan.
Jika
sejumlah
penginderaan
disatukan
dan
dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak)
sehingga manusia bisa menggali dan menilai obyek-obyek maka
keadaan ini dinamakan persepsi.
Menurut Irwanto (1989 : 55), Persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek,
kualitas, hubungan antar gejala atau peristiwa) sampai
(28)
rangsang itu disadari atau dimengerti. Rangsang inilah yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Masidjo (1995 : 96), menambahkan bahwa tingkah laku dalam tingkatan persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses penerimaan rangsangan pada suatu objek melalui indera kita yang kemudian menjadikan suatu pemahaman yang kita gunakan untuk menentukan sikap terhadap objek tersebut.
B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Linda L. Davidoff (1988: 234), ada 4 hal yang dapat mempengaruhi persepsi, yaitu :
1. Kesadaran
Suasana hati seseorang akan mempengaruhi pandangan terhadap suatu objek.
2. Ingatan
Dalam rangka memberikan arti secara terus menerus maka orang akan cenderung untuk terus membanding-bandingkan penglihatan, suara dan penginderaan lainnya dengan ingatan-ingatan masa lalu yang mirip.
(29)
3. Proses Informasi
Kita sudah dapat menentukan dan memutuskan data mana yang akan dihadapi berikutnya dibandingkan situasi lalu dan saat ini, lalu membuat interprestasi dan evaluasi.
4. Bahasa
Penggunaan bahasa adalah untuk menyampaikan maksud seseorang sehingga juga dapat menimbulkan persepsi bagi orang lain.
Menurut Miftah Thoha (1988: 145-152) ada macam-macam faktor perhatian yang berasal dari dalam dan luar yang dapat mempengaruhi proses seleksi, yaitu :
1. Faktor dari luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar, antara lain :
a. Intensitas
Apabila stimulus dari luar intensitasnya besar maka besar pula hal-hal tersebut dapat dipahami.
b. Ukuran
Apabila semakin besar ukuran suatu objek maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
c. Keberlawanan (kontras)
Stimulus dari luar yang penampilannya berlawanan dengan objek lain akan semakin menarik perhatian.
(30)
d. Pengulangan
Stimulus yang berasal dari luar yang diulang-ulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan objek yang hanya satu kali dilihat.
e. Gerakan
Orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dengan objek yang hanya diam saja.
f. Baru dan Familier
Situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian.
2. Faktor dalam diri seseorang, antara lain :
a. Proses Belajar (learning), semua faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekkan kejiwaan. Kekomplekkan kejiwaan selaras dengan proses pemahaman atau belajar dan motivasi yang dipunyai oleh masing-masing individu.
b. Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi. Faktor dari dalam lainnya yang pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses belajar tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan persepsi.
(31)
c. Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur kepribadian sangat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi yang mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi.
C.Pengertian Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional
Menurut buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 47), Rintisan SMP-BI adalah sekolah (SMP) yang melaksanakan/menyelenggarakan pendidikan bertaraf nasional, yang berada pada tahap pengembangan/peningkatan kapasitas/kemampuan atau tahap konsolidasi pada berbagai komponen sekolah untuk memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Dari pengertian di atas terdapat model penyelenggaraan bagi sekolah negeri, yaitu:
1. Rintisan SMP-BI merupakan program yang dibina langsung oleh pusat dan direncanakan dalam jangka waktu tiga tahun, khususnya dalam pemberian dana bantuan. Diharapkan selama tiga tahun tersebut Pemda Propinsi dan Pemda Kabupaten/Kota dapat ikut berperan dalam hal pendanaan. Pemberian dana bantuan selama tiga tahun ini bersifat pancingan dan sementara. Sementara itu untuk pengendalian kualitas pendidikan, pemerintah pusat melakukan pemantauan dan evaluasi sesuai dengan kewenangannya.
(32)
2. Rintisan SMP-BI yang dibina dan dibiayai langsung oleh pemda propinsi, pemda kabupaten/kota, dan komite sekolah atau bersama-sama (pemerintah pusat tidak memberikan bantuan pendanaan), disebut dengan Rintisan SMP-BI “Mandiri”. Jadi pengertian “Mandiri” adalah tanpa keterlibatan pemerintah pusat dalam pendanaan, tetapi kontrol kualitas tetap bisa dilakukan oleh pemerintah pusat.
3. Oleh karena keterbatasan dana, maka untuk sementara waktu pemerintah pusat menetapkan pembinaan SMP-BI di kabupaten/kota secara terbatas yang benar-benar memenuhi kriteria. Pemda propinsi dan pemda kabupaten/kota dapat mengusulkan sekolah lain sebagai SMP-BI asalkan memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Verifikasi dan penentuan sebagai rintisan SBI dilakukan oleh pusat bersama pemerintah daerah.
D.Persyaratan Penyelenggaraan SMP-BI
Dalam pelaksanaan SMP-BI dibutuhkan prasyarat-prasyarat penyelenggaraan SBI, harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu supaya sekolah dikatakan layak sebagai Sekolah Bertaraf Internasional.
1. Persyaratan Umum Penyelenggaraan SMP-BI
a. Sekolah membuat proposal dan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang diajukan kepada Direktorat Pembinaan SMP atau Dinas Pendidikan Propinsi dan atau Dinas Pendidikan kabupaten/kota sebagai SBI.
(33)
b. Sekolah mendapatkan akreditasi yang memenuhi ketentuan BAN sekolah dengan nilai minimal “A” atau skor serendah-rendahnya 95. c. Sekolah memperoleh ijin resmi untuk menyelenggarakan Sekolah
Bertaraf Internasional dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah/Yayasan(bagi sekolah swasta).
2. Persyaratan khusus penyelenggaraan SMP-BI
Persyaratan khusus penyelenggaraan SMP-BI yang berlaku untuk jenjang pendidikan SMP, menurut Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional (2008: 54) adalah:
a. Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM), yang dibuktikan dengan Surat Keputusan (SK) direktur pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen sebagai Sekolah Standar Nasional (SNN) dan rapor (hasil) monitoring dan evaluasi Sekolah Standar Nasional (SSN) tahun terakhir; Catatan:*) telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
b. Terdapat Kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai syarat layak tidaknya dilakukan verifikasi SBI oleh Direktorat pembinaan SMP bersama Dinas Pendidikan Propinsi dan
(34)
kabupaten/kota, secara administratif sekolah melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN.
c. Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah propinsi. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan dari pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan untuk memberikan pembinaan yang berupa pemenuhan IKKM dan IKKT melalui bantuan dana yang dianggarkan dalam APBD dalam jangka waktu minimal tiga tahun. Setelah pemerintah pusat tidak memberikan bantuan dana, sesuai dengan PP no 38 Tahun 2007, maka kewenangan untuk melaksanakan pembinaan (termasuk pendanaan) diserahkan kepada pemerintah daerah (propinsi).
d. Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan SBI. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk membantu pencapaian pemenuhan IKKM dan IKKT khususnya pemberian bantuan dana dari masyarakat. e. Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan disetujui/
disyahkan oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota. f. Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan
kerjasama dengan sekolah/lembaga lain yang relevan untuk pengembangan SBI.
g. Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan SBI, yaitu tentang kesanggupan untuk menjalankan semua program apabila ditetapkan
(35)
sebagai SBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila melanggar perjanjian.
h. Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan SBI sesuai dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat.
E.Pelaksanaan Rintisan SMP Bertaraf Internasional
1. Dasar Hukum dan Kebijakan
Dasar Hukum penyelenggaraan SMP-BI seperti yang tertulis dalam buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional, (2008: 7) adalah:
a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 50 menyatakan bahwa :
1) Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional. 2) Ayat (3): Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf internasional.
b. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 mengatur perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
(36)
c. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi Sekolah Bertaraf Internasional.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
e. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan Sekolah Bertaraf Internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kebupaten/kota yang bersangkutan.
f. Kebijakan Depdiknas tahun 2007 tentang Pedoman Penjamin Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan Dasar dan Menengah, antara lain disebutkan “…diharapkan seluruh pemangku kepentingan untuk menjabarkan secara operasional sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional...”
g. Permendiknas Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun 2007; Nomor 12, 13, 16, 18, 19, 20, dan 24 tahun 2007.
(37)
2. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional
Menurut buku Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional, (2008: 13) seperti yang dijelaskan pada kebijakan Depdiknas tahun 2007 tentang “Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”, bahwa Sekolah/madrasah bertaraf internasional merupakan “Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan /atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum internasional”.
Dengan konsep ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar nasional pendidikan meliputi; standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Selanjutnya aspek-aspek SNP tersebut diperluas dan dikembangkan melalui: (1) adaptasi yaitu pengayaan/pendalaman/penguatan/perluasan/penyesuaian unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan/atau negara lain yang mempunyai keunggulan mutu dalam bidang pendidikan dengan daya saing internasional; dan (2) adopsi yaitu penambahan dari unsur-unsur
(38)
tertentu yang belum ada diantara delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan dari salah satu negara OECD dan/atau negara lain yang mempunyai keunggulan mutu dalam bidang pendidikan dengan daya saing internasional.
Untuk mempermudah sekolah dalam memahami dan menjabarkan secara operasional dalam pengembangan kurikulum SBI, dapat dirumuskan bahwa SBI pada dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan SNP (8 aspek SNP) ditambah (dalam pengertian diperluas) dengan X (yang isinya merupakan pengayaan, perluasan, pendalaman tentang delapan aspek pendidikan, model pembelajaran, model penilaian, dan sistem lain yang berstandar internasional).
3. Karakteristik Esensial SBI pada Jenjang SMP
Pada buku panduan Pelaksanaan pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional, (2008: 17) dituliskan bahwa pada dasarnya Sekolah Bertaraf Internasional harus memiliki keunggulan yang ditujukan oleh pengakuan internasional terhadap proses dan hasil pendidikan dalam berbagai aspek. Pengakuan tersebut dibuktikan dengan sertifikasi berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.
(39)
Apabila mengacu pada visi pendidikan nasional, maka karakteristik visi SBI adalah “Terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif secara internasional”. Visi ini memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Maka dari itu misi SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global. Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program dan kegiatan SBI yang disusun secara cermat, tepat,
futuristic, dan berbasis demand-driven. Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 dan dijabarkan dalam PP 19 Tahun 2005, dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta dalam Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 tentang “Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”.
Tolok ukur atau karakteristik SBI adalah sekolah harus mampu memenuhi delapan unsur pokok Standar Nasional Pendidikan yang dijabarkan dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai jaminan mutu pendidikannya yang telah berstandar nasional. Di samping itu, sekolah juga harus mampu memenuhi indikator-indikator kinerja kunci
(40)
tambahan sebagai plus-nya, yaitu indikator-indikator kinerja sekolah yang berstandar internasional dari salah satu negara OECD dan/atau dari negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan dalam bidang pendidikan.
Tabel 2.1
Karakteristik Esensial SMP-BI sebagai Penjamin Mutu Pendidikan Bertaraf Internasional No Objek Penjaminan Mutu (Unsur Pendidikan Dalam Standar Nasional Pendidikan) Indikator Kinerja Kunci Minimal (Dalam Standar Nasional Pendidikan)
Indikator Kinerja Kunci Tambahan
Sebagai (X-nya)
I Akreditasi Berakreditasi A dari BAN Sekolah dan Madrasah
Berakreditasi tambahan dari badan akreditasi sekolah pada salah satu lembaga akreditasi pada salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. II Kurikulum, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Prestasi Internasional Menerapkan KTSP
Sekolah telah menerapkan sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dimana setiap siswa dapat mengakses transkipnya masing-masing.
Memenuhi
standar isi
Muatan pelajaran (isi) dalam kurikulum telah setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu Negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau dari negara maju lainnya.
Memenuhi
SKL
Penerapan standar kelulusan yang setara atau lebih tinggi dari SNP.
Prestasi
Internasional
Meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi Sains, Matematika, Teknologi, Seni dan Olah Raga.
(41)
III Proses Pembelajaran Memenuhi Standar Proses
Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran telah menjadi teladan atau rujukan bagi sekolah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa kewirausahaan, jiwa patriot, dan jiwa inovator.
Proses pembelajaran telah diperkaya dengan model-model proses pembelajaran sekolah unggul dari salah satu negara diantara 30 negara OECD dan/atau dari negara maju lainnya.
Penerapan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua sampel Pembelajaran pada mapel IPA, Matematika, dan lainnya dengan Bahasa Inggris, kecuali mapel Bahasa Indonesia.
IV Penilaian Memenuhi
Standar Penilaian
Sistem/model penilaian telah diperkaya dengan sistem/model penilaian dari sekolah unggul diantara salah satu negara diantara 30 negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.
V Pendidik Memenuhi
Standar Pendidik
Guru Sains, Matematika, dan teknologi mampu mengajar dengan Bahasa Inggris.
Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK.
Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A.
VI Tenaga Kependidikan Memenuhi Standar Tenaga Kependidik-an
Kepala sekolah berpendidikan minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang program studinya terakreditasi A.
Kepala sekolah telah menempuh pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan kepala
(42)
sekolah yang diakui oleh pemerintah.
Kepala sekolah mampu Berbahasa Inggris secara aktif
Kepala sekolah memiliki visi
internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta
jiwa kepemimpinan dan
entreprenual yang kuat. VII Sarana dan
Prasarana
Memenuhi Standar
Sarana dan Prasarana
Setiap ruang kelas dilengkapi sarana pembelajaran berbasis TIK.
Sarana perpustakaan telah dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.
Dilengkapi dengan ruang multimedia, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dll.
VIII Pengalolaan Memenuhi Standar Pengelolaan
Sekolah meraih sertifikasi ISO 9001 VERSI 2000 atau sesudahnya (2001, dst) dan ISO 14000.
Merupakan sekolah multi kultural.
Sekolah telah menjalin hubungan “sister school”
dengan sekolah bertaraf/berstandar internasional
di luar negeri.
Sekolah terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, kriminal, pelecehan seksual, dll.
Sekolah menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam semua aspek pengelolaan sekolah. IX Pembiayaan Memenuhi
Standar Pembiayaan
Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target indikator kunci tambahan.
Sumber : Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional.
(43)
Tabel 2.2
Standar atau Karakteristik Umum Kinerja SBI pada Jenjang Pendidikan SMP
No Komponen Standar SBI Khusus di SMP
A Output sekolah 1. Keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke sekolah internasional dalam negeri maupun luar negeri dengan berkepribadian bangsa Indonesia.
2. Tingkat DO nol %.
3. Menguasai dan terampil menggunakan TIK.
4. Mampu debat dengan menggunakan Bahasa Inggris.
5. Terdapat juara internasional dalam bidang: olah raga, kesenian, kesehatan, budaya, dll. 6. Mampu menyelesaikan tugas-tugas dan
mengumpulkan portofolio dengan baik. 7. Mampu
menyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah.
8. Mampu melaksanakan eksperimen dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan.
9. Mampu menemukan/membuktikan
pengalaman belajarnya dengan berbagai karya.
10. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
11. Memperoleh kejuaraan olimpiade internasional dalam bidang: Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, dan atau lainnya (ditunjukkan dengan sertifikat internasional).
12. Nilai Ujian Akhir Nasional rata-rata tinggi (> 8,0).
13. Memiliki kemampuan penguasaan teknologi dasar.
14. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global) dengan bukti ada piagam kerjasama atau MOU yang dilakukan oleh lulusan.
15. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah,
(44)
penelitian, dll dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
16. Memiliki dokumen dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan.
17. Menguasai budaya bangsa lain.
18. Memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan.
19. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial, fisik maupun budaya. 20. Memiliki berbagai karya-karya lain dari
lulusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, bangsa, dll.
21. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan. B Proses
1. Proses belajar mengajar
1) Memiliki program-program yang menumbuhkan krestivitas siswa, guru, dll.
2) Menerapkan beberapa strategi PBM:
student centered, reflective learning, active learning, enjoyable dan joyful learning, cooperative learning, quantum learning, learning evolution, dan contextual learning.
2. Manajemen 3) Memiliki RPS: renstra (rencana strategis) jangka panjang.
4) Memiliki RPS: renop (rencana operasional) satu tahunan.
5) Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan dana.
6) Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan barang/benda. 7) Terdapat kemitraan dan dukungan komite
sekolah dalam hal: bantuan lainnya.
8) Menerapkan MBS: terdapat dokumen pelaporan program dan keuangan yang mencerminkan transparansi dan akuntabel. 9) Melaksanakan manajemen sekolah menurut
aspek dan fungsinya yang mengarah pada ISO (9000:2001).
(45)
tujuan, dan sasaran sekolah.
11) Memiliki suasana/budaya sekolah yang menjamin terjadinya PBM yang kondusif. 12) Memiliki penerapan demokratis di sekolah. 13) Memiliki pembagian tugas, pemberian
pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas kepada warga sekolah.
14) Memiliki usaha-usaha sekolah yang mengarah kepada keuntungan ekonomi untuk membantu penyelenggaraan sekolah. C Input
1. Kurikulum 1) Memiliki dokumen kurikulum sekolah (KTSP) lengkap (silabus, RPP, dan Bahan ajar) sesuai SNP dan juga terdapat dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI.
2) Memiliki pemetaan SK dan KD yang jelas dan menunjukkan keterkaitan antara masing-masing berdasarkan tujuan SBI yang akan dicapai.
3) Memiliki tim pengembang kurikulum (nasional dan internasional) di sekolah.
2. Guru dan Guru BK
4) Jumlah guru terpenuhi sesuai tipe sekolah. 5) Kualifikasi guru 100% minimal S1.
6) Terpenuhi semua tingkat kewenangan dan kesesuaian guru.
7) Terpenuhi semua guru memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru.
8) Semua guru mampu menggunakan ICT pada PBM.
9) Sebagian besar guru memiliki kemampuan Bahasa Inggris dengan TOEFL>500.
3. Kepala Sekolah 10) Kualifikasi guru 100% minimal S1.
11) Memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru dan kepala sekolah.
12) Mampu menggunakan ICT.
13) Memiliki kemampuan Bahasa Inggris dengan TOEFL >500.
14) Pengalaman kerja sebagai kepala sekolah minimal 5 tahun.
4. Tenaga pendukung:
a. Pustakawan 15) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3.
16) Bidang pendidikan: diutamakan kepustakaan.
(46)
17) Memiliki sertifikat pustakawan.
18) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL >450).
19) Pengalaman kerja sebagai pustakawan minimal 5 tahun.
b. Laboran 20) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA/SMK.
21) Bidang pendidikan: IPA/Teknik. 22) Memiliki sertifikat laboran.
23) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL >450).
24) Pengalaman kerja sebagai laboran minimal 5 tahun.
25) Memiliki sertifikat komputer. c. Teknisi
Komputer
26) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3.
27) Bidang pendidikan: komputer/TI.
28) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL >450).
29) Pengalaman kerja sebagai teknisi minimal 5 tahun.
30) Memiliki sertifikat komputer.
d. Kepala TU 31) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal S1.
32) Bidang pendidikan: administrasi pendidikan.
33) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL >450).
34) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm minimal 5 tahun.
35) Memiliki sertifikat komputer. e. Tenaga
administrasi Keuangan dan akuntansi
36) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3.
37) Bidang pendidikan: akuntansi. 38) Memiliki sertifikat sebagai akuntan.
39) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL >400).
40) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm keuangan minimal 5 tahun.
41) Memiliki sertifikat komputer. f. Tenaga
administrasi Kepegawai-an
42) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3.
43) Bidang pendidikan: manajemen SDM. 44) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL
>400).
(47)
administrasi minimal 5 tahun. 46) Memiliki sertifikat komputer. g. Tenaga
administrasi Akademik
47) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA.
48) Bidang pendidikan: administrasi pendidikan.
49) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL >400).
50) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm pendidikan minimal 5 tahun.
51) Memiliki sertifikat komputer. h. Tenaga
administrasi sarana prasarana
52) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA.
53) Bidang pendidikan: administrasi sarana prasarana.
54) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL >400).
55) Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sarana prasarana minimal 5 tahun.
56) Memiliki sertifikat komputer. i.Tenaga
administrasi kesekretariatan
57) Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMK/SMA.
58) Bidang pendidikan: kesekretariatan.
59) Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL >400).
60) Pengalaman kerja sebagai tenaga adm kesekretariatan minimal 5 tahun.
61) Memiliki sertifikat komputer. 5. Organisasi dan
Administrasi
1) Memiliki visi, misi dan tujuan sekolah. 2) Memiliki tupoksi yang jelas.
3) Memiliki sistem administrasi lengkap. 4) Memiliki SIM yang mutakhir.
6. Sarana dan
Prasarana
a. Umum 1) Luas tanah 15.000 m2. 2) Luas ruang kelas > 63 m2.
3) Jumlah siswa per rombongan belajar: 24 anak.
4) Memiliki fasilitas ICT per kelas per tingkat.
b. Perpustakaan 5) O,2 m2/siswa dan menampung 5% seluruh siswa untuk membaca dan studi.
6) Mandiri.
7) Memiliki buku teks dalam bentuk cetak atau digital untuk setiap mata pelajaran 1:1
(48)
(1 buku : 1 siswa); buku referensi 1:3 (1 buku: 3 siswa).
8) Berlangganan jurnal, majalah, bulletin, surat kabar, dsb.
9) Memiliki komputer untuk perpustakaan, termasuk untuk multimedia 5 buah.
10) Memiliki ruang baca yang memadai.
11) Tersedia akses internet yang terhubung dengan jaringan.
c. Laboratori-um Fisika, Kimia, Bahasa, IPS
12) Memiliki satu Laboratorium fisika, Kimia, Biologi, Bahasa, dan IPS.
13) Setiap Laboratorium memiliki peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan spec.
14) Luas laboratorium minimal sesuai dengan SPM dalam SNP dan ber AC untuk kapasitas maksimum 24 siswa per rombel. d. Laboratorium
Komputer
15) Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC.
16) Memiliki jumlah komputer sesuai dengan rata-rata jumlah siswa (maksimal 24 siswa per rombel).
17) Memiliki software yang selalu update.
18) Memiliki teknisi komputer dengan jumlah yang memadai untuk membantu pelaksanaan pembelajaran dan perawatan computer.
19) Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam Laboratorium Komputer.
e. Kantin 20) Memiliki satu kantin yang dapat
menampung pejajan secara memadai. 21) Memiliki mebeler yang memadai sesuai
dengan jumlah pejajan.
22) Memiliki lingkungan kantin yang sehat dan bersih.
23) Menyediakan makanan bergisi, fresh dan terjangkau bagi warga sekolah.
f. Auditorium 24) Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC.
25) Memiliki mebeler dan peralatan yang memadai untuk pertemuan dan untuk kegiatan siswa (misalnya: pertemuan orang tua, dll).
26) Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna.
g. Sarana olah raga
27) Memiliki prasarana olah raga dengan ukuran yang memadai dan dapat digunakan
(49)
untuk berbagai jenis kegiatan olah raga. 28) Memiliki sarana olah raga yang memadai
untuk berbagai jenis kegiatan olah raga. 29) Memiliki teknisi dengan jumlah yang
memadai untuk membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan olah raga.
30) Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna sarana dan prasarana olah raga.
h. Pusat belajar dan riset guru
31) Memiliki ruangan untuk sumber belajar dan riset guru dengan luas yang memadai dan yang dilengkapi dengan komputer, jaringan internet untuk guru dengan rasio 1:5 dan dilengkapi media pembelajaran. 32) Memiliki buku referensi baik cetak maupun
digital bagi guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.
33) Memiliki mebeler bagi guru untuk menyimpan referensi, hasil kerja, dsb. Termasuk kelompok diskusi.
34) Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi.
i. Penunjang administrasi sekolah
35) Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai.
36) Memiliki mebeler yang memadai untuk berbagi jenis administrasi.
37) Memiliki server minimum 2 buah.
38) Memiliki komputer dengan jumlah yang memadai untuk berbagai kegiatan administrasi.
39) Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi.
j. Unit kesehatan 40) Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC.
41) Memiliki bahan-bahan dan peralatan dasar untuk P3K.
42) Memiliki tenaga profesional yang dapat menangani pelaksanaan P3K.
43) Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam unit kesehatan.
k. Toilet 44) Memiliki ruangan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan dengan ukuran yang memadai dan sesuai dengan jumlah warga sekolah.
45) Memiliki sistem sanitasi yang baik dan memadai untuk menjamin kebersihan dan
(50)
kesehatan.
46) Memiliki jumlah air yang memadai untuk mendukung sistem sanitasi.
47) Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu perawatan toilet.
l. Tempat
bermain, kreasi dan rekreasi
48) Memiliki tempat bermain yang memadai. 49) Memiliki tempat berekreasi yang menjamin
kreativitas siswa.
50) Memiliki tempat untuk rekreasi yang memadai, misalnya tanaman dan pepohonan yang rindang.
m.Tempat ibadah Memiliki tempat ibadah yang memadai dan sesuai dengan agama masing-masing warga sekolah.
7. Kesiswaan 1) Penerimaan siswa baru didasarkan atas kriteria yang jelas, tegas dan dipublikasikan. 2) Memiliki program yang jelas tentang
pembinaan, pengembangan, dan pembimbingan siswa.
3) Melakukan evaluasi belajar dengan cara-cara yang memenuhi persyaratan evaluasi dengan standar internasional.
8. Pembiayaan 1) Menyediakan dana pendidikan yang cukup dan berkelanjutan untuk menyelenggarakan pendidikan sekolah.
2) Menghimpun/menggalang dana dari potensi sumber dana yang bervariasi.
3) Mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. 9. Regulasi
Sekolah
1) Memiliki dan menerapkan regulasi sekolah, baik yang bersifat yuridis maupun yang bersifat moral.
2) Menegaskan regulasi sekolah diterapkan secara adil dan teratur terhadap semua warga sekolah.
10.Hubungan masyarakat
3) Memiliki hubungan antara SBI-masyarakat, baik yang menyangkut substansi maupun strategi pelaksanaannya, ditulis dan dipublikasikan secara eksplisit dan jelas.
4) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pendidikan di sekolah melalui strategi-strategi: (1) memberdayakan melalui berbagai media komunikasi (media tertulis, pertemuan, kontak secara langsung secara
(51)
individual, dsb); (2) menciptakan dan melakukan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program, dan pengambilan keputusan bersama; (3) mengupayakan jaminan komitmen sekolah-masyarakat melalui kontrak sosial; dan (4) mengembangkan model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat kemajuan masyarakat.
11.Kultur sekolah 1) Menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau kebiasaan bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa s\depan yang sama, perencanaan bersama, kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar, budaya masyarakat belajar, pemberdayaan bersama, dan kepemimpinan transformatif dan partisipatif.
2) Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan, dan membangkitkan komitmen tinggi bagi warga
sekolah.
3) Memiliki regulasi sekolah yang mampu menciptakan rasa keadilan dan mengacu semangat kerja ataupun berprestasi.
4) Memberikan kesempatan, hak, dan ras tanggung jawab warga sekolah sesuai dengan kondisi dan kemampuan sekolah.
5) Menciptakan hubungan harmonis, kekeluargaan, dan sekaligus profesional dalam upaya menumbuhkan semangat kerja (etos kerja) yang tinggi.
Sumber : Panduan Pelaksanaan Pembinaan Rintisan Sekolah Menengah Pertama Bertaraf Internasional
(52)
F.Jenis Kelamin Siswa
Jenis kelamin yang dimaksud adalah laki-laki dan perempuan. Kartono menyebutkan (1977: 317) bahwa manusia diciptakan dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan. Secara psikologis laki-laki dan perempuan mengalami perkembangan yang berbeda. Sejak lahir, anak laki-laki dan perempuan dibiasakan untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan masyarakat yang semestinya dilakukan oleh laki-laki dan yang seharusnya dilakukan oleh perempuan. Seorang laki-laki mempunyai sifat yang maskulin, keras dan perkasa, sedangkan perempuan memiliki sifat yang feminim, lemah lembut dan keibuan. Menurut W.Eaton dan Enns (Ormrod, 2009: 176) anak laki-laki secara tempramental cenderung lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan. Oleh karenanya, anak laki-laki lebih sulit duduk tenang untuk waktu lama, kurang suka membaca dan cenderung membuat ulah dikelas.
Namun hal tersebut tidak berlaku secara mutlak karena pada jaman sekarang ini banyak juga laki-laki atau perempuan yang mempunyai sifat seperti lawan jenisnya. Perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan ini dapat menimbulkan perbedaan persepsi siswa antara laki-laki dan perempuan dalam hal perhatian, pandangan, cara berfikir, dan perasaan (Gilarso, 1993:5).
G. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya, dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur dan dia bebas karena tidak ada etika yang mengatur (09 September 2011).
(53)
Berdasarkan tingkat pendapatan, jenis pekerjaan dapat digolongkan menjadi sembilan golongan (Spillane, 1982:14) yaitu sebagai berikut:
1. Golongan A terdiri dari mandor, pedagang, pegawai kantor, pegawai sipil ABRI, pemilik perusahaan/took/pabrik/perikanan, pemilik bus/colt, penggarap tanah/pengawas keamanan, petani pemilik tanah, peternak, tuan tanah.
2. Golongan B terdiri dari buruh nelayan, petani kecil, penebang pohon. 3. Golongan C terdiri dari ABRI (Tamtama s.d Bintara), Guru SD, kepala
bagian, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil, pamong praja pegawai badan hokum, pegawai negeri golongan Ia s.d Id, supervisor/pengawas.
4. Golongan D terdiri dari pensiunan, tak mempunyai pekerjaan tetap, meninggal dunia.
5. Golongan E terdiri dari Guru (SMP s.d SMA), juru rawat, pekerja sosial, kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan IIa s.d d, perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten), wartawan.
6. Golongan F terdiri dari buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang/penarik becak.
7. Golongan G terdiri dari ahli hokum, ahli ilmu tanah/ahli ukur tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insinyur, kepala kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri, pegawai negeri golongan IIa ke atas, pengarang, peneliti, penerbang, perwira ABRI (mayor s.d jenderal), walikota/bupati.
(54)
8. Golongan H terdiri dari pembantu, pedagang keliling, tukang cuci.
9. Golongan I terdiri dari artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai besi/emas/perak, penajhit, penjaga, sopir bus/colt, tukang kayu, tukang listrik, tukang mesin.
H.Pendidikan Orang Tua
Ada tiga pengelompokkan pendidikan menurut Philip H Coombs (Muri, 1982: 61) yaitu:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur yang berjenjang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya dalam bentuk kursus-kursus.
3. Pendidikan Informal
Pendidikan Informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel (1986: 160), pendidikan informal adalah suatu jenis pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis, dilaksanakan di luar sekolah terutama dalam keluarga.
(55)
I. Kerangaka Berpikir
Dalam kehidupan bermasyarakat, perempuan dan laki-laki dituntut untuk dapat berperilaku yang semestinya dilakukan oleh masing-masing individu. Dalam perilaku di sekolah siswa laki-laki cenderung lebih suka ribut di kelas, tidak memperhatikan guru saat mengajar. Sedangkan siswa perempuan lebih tenang dan mau memperhatikan guru yang sedang mengajar dan perempuan cenderung lebih peka terhadap gejala-gejala sosial. Ini dikarenakan perempuan memiliki sensitifitas dan perhatian yang tinggi daripada laki-laki. Perbedaan sifat laki-laki dan perempuan inilah yang dapat memberikan persepsi yang berbeda terhadap pelaksanaan proses pembelajaran RSBI dalam hal pandangan, cara berpikir, perasaan dan perhatian (Gilarso, 1993:5).
Setiap orang tua siswa mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini pekerjaan orang tua dibedakan menjadi Polri/TNI, PNS dan wiraswasta. Orang tua yang menjadi pembuat keputusan akan menjadi panutan bagi anak-anaknya. Secara tidak langsung pekerjaan orang tua akan mempengaruhi cara mendidik anaknya. Sebagai contoh misalnya saja seorang TNI/Polri akan mendidik anaknya dengan disiplin yang sangat tinggi. Berbeda dengan orang yang bekerja wiraswasta, akan mendidik anaknya dengan tingkat kedisiplinan yang relatif lebih ringan bahkan orang tua lebih santai dalam membimbing anaknya. Perbedaan inilah yang diduga dapat memberikan persepsi yang berbeda.
Setiap siswa pasti mempunyai orang tua yang tingkat pendidikannya berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Tugas orang tua antara lain adalah
(56)
menentukan pendidikan yang baik bagi anaknya, sekaligus mendidik anaknya agar tumbuh menjadi anak yang dapat dibanggakan. Kemampuan orang tua dalam mendidik anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap cara pandang siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Cara pandang orang tua itu akan ditiru oleh anaknya sehingga cara pandang siswa dalam menentukan persepsinya terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.
J. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari jenis kelamin.
2. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari pekerjaan orang tua.
3. Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di SMP berstatus RSBI ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
(57)
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Studi kasus
merupakan kajian tentang peristiwa, lingkungan dan kondisi tertentu yang
memungkinkan mengungkapkan sesuatu (Basuki, 2006:113). Studi kasus
dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas delapan di SMP Negeri 5
Yogyakarta.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Studi kasus akan dilaksanakan di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Penelitian
ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2012.
C.
Subjek dan Objek Penelitian
1.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan bagian yang terlibat dalam penelitian
dan terkait dalam penelitian. Pada penelitian ini, subjek penelitiannya adalah
siswa-siswi kelas delapan di SMP Negeri 5 Yogyakarta.
2.
Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi titik perhatian dalam suatu
penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah persepsi
siswa SMP terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di
(58)
SMP berstatus RSBI ditinjau dari jenis kelamin, pekerjaan orang tua dan
tingkat pendidikan orang tua.
D.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5
Yogyakarta. Secara keseluruhan siswa yang duduk di kelas VIII sebanyak
273 siswa.
2.
Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono 2010: 62). Sampel dalam penelitian ini saya mengambil
sampel 100 siswa yang duduk di kelas VIII.
3.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini merupakan
non
probability sampling
dengan menggunakan teknik
convenience sampling
,
atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan (Hasan
Mustofa, 2000). Peneliti menetapkan sampel sebanyak 100 siswa yang
duduk di kelas delapan SMP Negeri 5 Yogyakarta. Dengan
mempertimbangkan, siswa-siswi kelas delapan di SMP tersebut sudah
mengalami, melihat, dan merasakan pelaksanaan proses pembelajaran di
sekolahnya kurang lebih satu tahun. Hal ini bertujuan agar siswa-siswi
dapat memberikan jawaban pada kuesioner penelitian dengan keadaan yang
sebenarnya dan apa adanya.
(59)
E.
Variabel Penelitian
1.
Variabel Penelitian dan Pengukuran
Variabel penelitian adalah salah satu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010:61). Variabel dalam penelitian beserta pengukurannya adalah sebagai
berikut:
a.
Persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
Persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran akan diukur
dengan menggunakan kuesioner. Skala pengukuran instrumen penelitian
menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Netral (N), Tidak setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Alternatif jawaban dan penskoran untuk setiap item pertanyaan dalam
kuesioner adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skoring Berdasarkan Skala Likert
Alternatif Jawaban
Skor
Pernyataan
Positif
Pernyataan
Negatif
Sangat Setuju
5
1
Setuju
4
2
Netral
3
3
Tidak Setuju
2
4
(60)
b.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin di golongkan menjadi dua yaitu :
Tabel 3.2
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Kode
Laki-laki
1
Perempuan
2
c.
Pekerjaan orang tua
Pekerjaan orang tua digolongkan menjadi tiga yaitu:
Tabel 3.3
Skoring Jenis Pekerjaan
Pekerjaan
Skor
Polri/TNI
1
PNS
2
Wiraswasta
3
d.
Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
pendidikan formal yang tertinggi yang berhasil dicapai oleh orang tua.
(61)
Tingkat pendidikan diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.4
Skoring Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Skor
SD
1
SMP
2
SMA
3
Perguruan Tinggi
4
F.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
atau angket. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010: 199). Pengumpulan data dari
responden dengan menggunakan metode ini memakai daftar pernyataan
tertulis untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
G. Instrumen Penelitian
Indikator yang digunakan untuk menilai persepsi siswa terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
tertera pada tabel berikut ini:
(62)
Tabel 3.5
Kisi-kisi Kuesioner
No
Indikator
Nomor Butir
Item Positif
Item Negatif
1.
Pembelajaran dapat menumbuhkan
dan mengembangkan daya kreasi,
inovasi, nalar dan menemukan
kemungkinan-kemungkinan baru.
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9, 10,
11
2.
Menerapkan model pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
23, 24, 25
3.
Menerapkan proses pembelajaran
berbasis TIK
22
21
4.
Proses pembelajaran menggunakan
Bahasa Inggris khususnya mata
pelajaran sains, matematika, dan
TIK
12, 13, 14,
16, 17, 18, 20
15, 19
H. Teknik Pengujian Instrumen
1.
Uji Validitas
Validitas adalah tingkatan untuk mengukur suatu tes yang seharusnya
diukur. Suatu tes tidak bisa valid untuk sembarang keperluan atau
kelompok dengan kata lain suatu tes hanya valid untuk suatu keperluan
dan pada kelompok tertentu (Sumanto, 1990:33). Pengujian validitas
menggunakan rumus teknik korelasi
Product Moment
sebagai berikut:
(63)
Di mana :
= koefisien korelasi antara skor setiap item (X) dan skor
total (Y)
= jumlah perkalian antara X dan Y
= skor rata-rata dari X
= skor rata-rata dari Y
N
= jumlah responden
Untuk mendapatkan data yang valid maka instrumen yang digunakan
harus valid. Instrumen yang valid dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas, instrumen terlebih
dahulu diujicobakan pada 40 responden kemudian diolah menggunakan
program SPSS.
Suatu butir pertanyaan dikatakan valid apabila nilai
yang
merupakan nilai dari
Correlated item-total Correlation
> dari
(Ghozali, 2006). Uji validitas menggunakan sampel sebanyak N=40
dengan taraf signifikan 5%, maka diperoleh
sebesar 0, 312.
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas
No
Keterangan
1
0,312
0,487
Valid
2
0,312
0,421
Valid
3
0,312
0,519
Valid
4
0,312
0,486
Valid
5
0,312
0,461
Valid
6
0,312
0,525
Valid
7
0,312
0,421
Valid
(64)
9
0,312
0,412
Valid
10
0,312
0,560
Valid
11
0,312
0,548
Valid
12
0,312
0,753
Valid
13
0,312
0,718
Valid
14
0,312
0,777
Valid
15
0,312
0,668
Valid
16
0,312
0,415
Valid
17
0,312
0,441
Valid
18
0,312
0,648
Valid
19
0,312
0,533
Valid
20
0,312
0,585
Valid
21
0,312
0,550
Valid
22
0,312
0,523
Valid
23
0,312
0,550
Valid
24
0,312
0,581
Valid
25
0,312
0,387
Valid
2.
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas menggunakan reliabilitas dengan menggunakan
internal consistency
, yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen
penelitian sekali saja untuk memperoleh data dan akan dianalisis untuk
memprediksi reliabilitas instrumen tersebut.
Untuk menganalisis reliabilitas, peneliti menggunakan rumus
alpha.
Rumus ini hanya dapat digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya berupa rentangan antara beberapa nilai (Muhadi, 2009: 51).
Rumus
alpha
sebagai berikut:
Di mana :
(65)
= jumlah varians butir
= varians total
K
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan program
SPSS for
Windows Versi 19
, dengan uji statistik
Cronbanch Alpha (α)
.
Tabel 3.7
Tabel Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
,918 ,918 25
Untuk pengujian reliabilitas maka dilihat nilai dari
alpha cronbach
. Jika
alpha cronbach
> dari 0,6 maka dikatakan kuesioner tersebut reliabel
(Nunnally, 1967). Dari output diketahui nilai
alpha cronbach
0,918 > 0,6
maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut reliabel.
I.
Teknik Analisis Data
a.
Uji Prasyarat
1.
Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas menggunakan rumus uji
One Sample
Kolmogorov Smirnov.
2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan Uji t
dengan sampel independen.
(66)
b.
Uji Hipotesis
Prosedur pengujian hipotesis sebagai berikut:
1.
Rumusan Hipotesis
Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis yaitu sebagai berikut:
1)
Hipotesis I
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan
proses pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari jenis kelamin
H1 = Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran di SMP RSBI ditinjau dari jenis kelamin siswa
2)
Hipotesis II
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan
proses pembelajaran di SMP RSBI dari jenis pekerjaan orang
tua.
H1 = Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran di SMP RSBI dari jenis pekerjaan orang tua.
3)
Hipotesis III
Ho = Tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan
proses pembelajaran di SMP RSBI dari tingkat pendidikan
orang tua.
H1 = Ada perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran di SMP RSBI dari tingkat pendidikan orang
tua.
(67)
2.
Pengujian Hipotesis
1)
Menentukan besarnya nilai t
Nilai t tabel diperoleh dari tabel t.
Nilai t hitung diperoleh dari:
Dimana:
= rata
–
rata skor kelompok-1
= rata
–
rata skor kelompok-2
= Jumlah kuadrat skor kelompok 1 = Jumlah kuadrat skor kelompok 2
=
Banyak skor yang dimiliki kelompok 1
=Banyak skor yang dimiliki kelompok 1
2)
Pengujian hipotesis I menggunakan Uji t karena hanya terdapat dua
variabel yang nantinya akan dibedakan apakah kedua variabel
tersebut sama atau berbeda. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan program SPSS.
3)
Pengujian hipotesis II dan III menggunakan uji F atau ANOVA
dengan menggunakan bantuan program SPSS
One Way Anova.
(68)
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A.
Sejarah
Pada tahun 1944
–
1945 (jaman sebelum
clas
II) berdirilah Sekolah
Menengah Pertama khusus Putri (SMPP), yang awal berdiri berlokasi di jalan
Sabirin Yogyakarta (sekarang lokasi SMU Stella Duce) dipimpin oleh Bapak
Markoes Suparto. Estafet pimpinan sekolah dilanjutkan oleh Bapak Samadi
kemudian
dipercayakan
kepada
Bapak
Dwidjo
Hudjoyo.
Selama
kepemimpinan Bapak Dwidjo, SMPP mengalami kesulitan mendapatkan lokasi
kegiatan yang sesuai dengan laju perkembangan dan kiprah pengabdiannya.
Tempat kegiatan terpaksa berpindah-pindah beberapa kali, dari Jl. Sabirin ke
Jl. Kaliurang (sekarang lokasi SMU 6 Yogyakarta) kemudian pindah ke Dagen
(sekarang lokasi SMEA Negeri 3) dan akhirnya pindah ke bekas asrama
MILITER ACADEMY (cikal bakal AKABRI) yang sebelumnya sebagai
asrama tentara Dai Nippon di Jl. Djuwadi 4 Yogyakarta.
Selanjutnya Bapak Dwidjo menyerahkan kepemimpinan SMPP kepada
Bapak R. Soemadi Gondoatmojo. Di bawah kepemimpinan beliau SMPP
semakin meningkat kiprah baktinya dan pada tanggal 23 Juli 1951 pemerintah
menambah lingkup siswanya yang semula hanya siswa putri menjadi siswa
putra dan putri, dengan nama SMP Negeri V Yogyakarta. Sampai dengan
tahun 1959 SMP Negeri V tetap di bawah pimpinan Bapak Soemadi. Karena
Bapak Soemadi diangkat sebagai pengawas, beliau menyerahkan
(1)
C. Pengujian Hipotesis III
Descriptives
Skor
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower
Bound
Upper Bound
2 1 98,00 . . . . 98 98
3 6 88,00 14,170 5,785 73,13 102,87 71 110
4 93 89,29 9,267 ,961 87,38 91,20 72 110
Total 100 89,30 9,530 ,953 87,41 91,19 71 110
Test of Homogeneity of Variances
Skor
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,769a 1 97 ,187
a. Groups with only one case are ignored in computing the test of homogeneity of variance for Skor.
ANOVA
Skor
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 85,839 2 42,919 ,468 ,628
Within Groups 8905,161 97 91,806
Total 8991,000 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)