PAKET PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

PAKET PELATIHAN

PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL

EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

Asuhan Neonatal Esensial PROTOKOL ASUHAN NEONATAL

PAKET PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

Asuhan Neonatal Esensial

Diterbitkan atas kerjasama Jaringan Nasional Klinik-Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI) dengan dukungan dari USAID Indonesia - Health Services Program

This publication was developed by the National Clinic Training Network (JNPK-KR), the Indonesian Pediatric Society (IDAI), and the Indonesia Society of Obstetricians and Gynecologists (POGI). Funding and technical support for the development and printing of this material was provided by the United States Agency for International Development (USAID) through its Health Services Program, Cooperative Agreement No. 497-A-00-05-00031-00.

This publication is made possible in part by the generous support of the American people through USAID. The contents are the re- sponsibility of the Republic of Indonesia Ministry of Health and do not necessarily reflect the views of USAID or the United States

Government.

PAKET PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

Asuhan Neonatal Esensial

PROTOKOL ASUHAN NEONATAL PROTOKOL ASUHAN NEONATAL

Sekapur Sirih

Buku Asuhan Neonatal Esensial ini merupakan bagian dari rangkaian paket pembelajaran dan pelatihan PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) dan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) yang dikembangkan oleh Departemen Kesehatan dan ditujukan untuk para profesional di bidang pelayanan kesehatan di Indonesia baik di sektor pemerintah maupun swasta.

Buku ini merupakan bagian dari suatu paket yang terdiri dari Buku Acuan, panduan dan bahan lain terintegrasi yang bertujuan untuk meningkatkan peran para profesional dibidang pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan berkualitas tinggi kepada para ibu, bayi baru lahir dan anak di Indonesia. Rangkaian paket lengkap ini mencakup buku tentang Pemberdayaan Asuhan Kebidanan Esensial dan Asuhan Neonatal Esensial, Pengembangan Masyarakat, Perencanaan dan Manajemen.

Sebagai pelaku utama dibidang kesehatan di Indonesia, sangatlah penting bagi kita untuk memastikan bahwa ibu, bayi baru lahir dan anak generasi sekarang dan yang di masa datang memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi. Informasi yang tercakup dalam rangkaian publikasi ini harus disebarkan ke semua tenaga dan profesional kesehatan terkait sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari publikasi ini.

Penghargaan dan ucapan terima kasih layak diberikan kepada semua pihak yang telah bekerja keras membuat rangkaian publikasi ini, baik staf Departemen Kesehatan maupun Organisasi Profesi (POGI,IDAI,IBI & PPNI) dan HSP yang telah memberikan bantuan teknis dalam pengembangan penyusunan uji-coba dan penyelesaian Buku Acuan Neonatal Esensial.

DR. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K)

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

iii iii

Ucapan Terima Kasih

Sebagai tanggapan terhadap perhatian Menteri Kesehatan Indonesia, DR. Dr. Siti Fadilah Supari Sp. JP (K), untuk meningkatan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak, Departemen Kesehatan melalui Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar dan Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik, berupaya untuk mewujudkan hal tersebut melalui program Making Pregnancy Safer (MPS). Program ini bertujuan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir dan anak di seluruh Indonesia.

Rangkaian dokumen dan publikasi ini diharapkan dapat menjadi panduan yang diperlukan oleh dokter dan paramedik, perencana, manajer dan lembaga swadaya masyarakat untuk meningkatkan penyediaan pelayanan esensial dan menyelamatkan nyawa ibu, bayi baru lahir, dan anak. Hal ini mencakup mencakup tiga area: yaitu Perencanaan dan Manajemen, intervensi klinis dan asuhan medik dan kebidanan serta pemberdayaanmasyarakat.

Kami sangat menghargai semua pihak yang telah menunjukkan dedikasi kontribusinya untuk mengembangkan publikasi ini yaitu, Dr. Sri Hermiyanti (Direktur Bina Kesehatan Ibu), Dr. Rachmi Untoro (Direktur Bina Kesehatan Anak) Dr. Ratna Dewi Umar (Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar), Dr. Ratna R. S. Subandoro (Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik), Dr. Sukman T. Putra (Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)) dan Prof. Dr. Gulardi H. Wiknjosastro (Koordinator Nasional, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik (JNPK)). Melalui penerapan prinsip, pendekatan dan tindakan yang dicantumkan dalam strategi nasional dan pedoman pelaksanaan strategi program Making Pregnancy Safer (MPS) di Tingkat Kota/Kabupaten yang dipadukan dalam seri publikasi ini, akses ketersediaan pelayanan berkualitas dan berdasarkan pada bukti ilmiah, dapat dengan mudah diperoleh bagi ibu, bayi baru lahir dan anak yang paling memerlukannya.

Rangkaian dokumen dan publikasi ini dikembangkan dan diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik di bawah payung Program Making Pregnancy Safer (MPS), bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Perkumpulan Obsterik dan Ginekolog Indonesia (POGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Jaringan Nasional Pelatihan Klinik (JNPK) dan United States Agency for International Development (USAID) dan lembaga bantuan teknisnya, John Snow, Inc.

Kami mengharapkan bahwa rangkaian dokumen ini memberikan sumbangsih yang bermakna dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi baru lahir dan anak di Indonesia.

Dr. Sri Astuti S. Soeparmanto, Msc, PH Dr. Farid Wajdi Husain, SpB

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Direktur Jenderal Bina Masyarakat Pelayanan Medik Direktur Jenderal Bina Kesehatan Direktur Jenderal Bina Masyarakat Pelayanan Medik

Pengantar

Protokol ini telah disetujui oleh Menteri Kesehatan sebagai protokol resmi Departemen Kesehatan yang akan digunakan secara nasional dalam bidang pelayanan dan pelatihan tenaga kesehatan. Protokol ini telah dikembangkan dan diperbaharui oleh konsultan Teknis Departemen Kesehatan, guru besar universitas, master trainer, dan penyelia klinik program Making Pregnancy Safer (MPS). Protokol ini didasarkan pada prinsip metodologi Pembelajaran Berdasarkan Kompetensi (PBK) serta ilmu kedokteran berdasarkan bukti dan manfaat yang relevan dengan pemberian pelayanan kesehatan di Indonesia.

Tujuan protokol ini adalah untuk membantu para praktisi di unit asuhan neonatus untuk menerapkan standart praktik klinis agar sesuai dengan panduan yang berlaku.

Isi protokol ini mencerminkan serangkaian upaya pemenuhan kebutuhan bidang kesehatan sebagai tindak lanjut hasil kajian Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 dan kebutuhan untuk mengikuti berbagai langkah Health Services Program Pathway to Care and Survival serta strategi program Making Pregnancy Safer (MPS) dari Departemen Kesehatan. Isi protokol ini merujuk pada suatu analisis tugas dan Continuous Quality Improvement System (CQIS) yang merupakan intervensi lengkap untuk mendukung pelaksanaan tugas, penerapan kompetensi, pengetahuan, perilaku dan menerapkan standar pelayanan. Dengan demikian, analisis tugas dan CQIS ini akan menjadi perangkat utama untuk memadukan kebutuhan kesehatan dalam konteks dukungan manajemen dan sistem jaminan mutu Departemen Kesehatan. Analisis tugas merupakan uraian kompetensi dan tanggung jawab yang akurat dari pelaksanaan tugas Departemen Kesehatan (lihat Lampiran 2), tugas pokok dan fungsi petugas pelayanan kesehatan dan kebijakan Departemen Kesehatan dalam pemenuhan persyaratan sertifikasi.

Setiap bab dari protokol ini memiliki satu atau lebih modul pelatihan berbasis kompetensi. Setiap modul merupakan paket pelatihan dan bahan pembelajaran tersendiri yang terdiri dari serangkaian rencana sesi dan bahan rujukan pendukung. Pelatih dan penyelia klinik telah sepakat bahwa modul ini adalah perangkat berharga dalam memfasilitasi pengembangan kompetensi dasar dan praktek untuk penguasaan keahlian yang dilakukan setelah sesi di kelas, selama pelatihan magang dan penyeliaan fasilitatif. Sebagai bagian dari Continuous Quality Improvement System (CQIS), protokol ini merupakan dasar untuk hal-hal yang tercantum dalam Indikator Pemantauan Kinerja Klinik (Penilaian Paralel) yang digunakan untuk menilai kinerja petugas pelayanan kesehatan yang dapat menghasilkan Peningkatan Kemampuan Klinik Mandiri secara individual. Protokol merupakan dasar untuk membuat indikator-indikator yang digunakan untuk audit rekam medik (Penilaian Retrospektif) dan Rencana Peningkatan Kinerja Departemen/Fasilitas. Hasil uji-coba memperlihatkan bahwa protokol (yang kemudian disetujui oleh Departemen Kesehatan) ini bahwa pelayanan kesehatan esensial, ternyata dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat melalui promosi dan asuhan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir.

Protokol dan indikator pemantauan kinerja klinis merupakan komponen penting dari CQIS. Rangkuman lengkap mengenai bagaimana CQIS digunakan dapat dilihat pada lampiran protokol ini.

vii

Topik yang tercakup dalam protokol ini dapat diterapkan pada berbagai aspek asuhan yang diterapkan di unit neonatologi rumah sakit propinsi/kota/kabupaten. Telah diajukan pendapat bahwa praktisi di Rumah Sakit Kecamatan atau Puskesmas perlu mengkaji bahan yang dapat diterapkan di unit asuhan neonatus puskesmas untuk membuat penilaian yang baik mengenai kapan, dan bagaimana, merujuk neonatus ke rumah sakit kota/kabupaten. Panduan rujukan tercantum dalam Protokol Neonatal untuk Bidan dan Tim Kesehatan di Puskesmas. Protokol ini juga dimaksudkan untuk membantu dokter anak dan sub spesialis neonatologi yang memberikan pelayanan di ruang bersalin dalam suatu lingkungan asuhan kebidanan risiko tinggi. Selain itu, semua tenaga kesehatan yang menangani neonatus yang sakit harus melengkapi dan memperbaharui pelatihan dalam teknik resusitasi neonatus dengan tidak memandang tingkat asuhan yang ditawarkan di rumah sakit tersebut.

viii

Daftar Isi

Sekapur Sirih iii Ucapan Terima Kasih

v Pengantar

vii Daftar Isi

ix Daftar Tabel

xvii Daftar Bagan

xix Tabel Penilaian Paralel

xx

Pendahuluan: Pelayanan Perinatal dan Sumber Daya untuk Perinatal

Regionalisasi

3 Tingkatan Fasilitas Perinatal

3 Pusat Perinatal Regional

3 Prinsip Kunci Pelayanan Regional

3 Berbagai Faktor Penghambat Keberhasilan Pelayanan Perinatal Regional

4 Pelayanan Transportasi untuk Ibu dan Neonatus/Bayi Baru Lahir

Bab 1: Dampak Penyakit Ibu pada Neonatus

Pendahuluan

9 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Ibu Selama Kehamilan

9 Peranan Asuhan Pranatal

1. Identifikasi Dini Kehamilan

2. Identifikasi Penyakit yang Diperberat oleh Kehamilan

3. Memperkirakan Partus Macet

4. Memperkirakan Kasus yang Berisiko Perdarahan Ante dan Post-Partum

5. Memantau Fungsi Plasenta, Pertumbuhan, dan Kesehatan Janin

6. Memperkirakan Terjadinya Persalinan Kurang Bulan dan Berbagai Risiko yang Mungkin Terjadi

14 Pentingnya Kerjasama Antara Tim Obstetri dan Neonatal bagi Kesehatan Ibu dan Neonatus

7. Pertimbangan Khusus Lainnya

Bab 2: Komunikasi Interpersonal dan Konseling

Masalah di Indonesia

17 Beberapa Unsur Kualitas Pelayanan

17 Memahami Kebutuhan Klien

17 Berbagai Unsur dalam Anamnesis Pasien

17 Komunikasi Interpersonal

17 Keterampilan Anamnesis

18 Berbagi Informasi dengan Klien

19 Keterampilan Memberikan Informasi

ix

Daftar Isi

Konseling

19 Pendidikan Kesehatan

19 Hubungan Dokter-Pasien

19 Komunikasi Antara Dokter dan Pasien

Bab 3: Kriteria Rawat Inap dan Keluar dari Rumah Sakit untuk Neonatus

Pendahuluan

23 Perintah Rawat Inap

23 Ijin untuk Pulang

Bab 4: Transportasi Neonatus

Pendahuluan

27 Jenis Transportasi Neonatus

27 Indikasi Transportasi Neonatus

27 Pengaturan Transportasi

27 Persiapan

28 Kegiatan Tim Transportasi di Rumah Sakit yang Merujuk

Bab 5: Resusitasi Neonatus

Definisi

33 Pemberitahuan

33 Langkah untuk Keberhasilan Resusitasi

33 Sebelum Persalinan Dimulai

33 Sebelum Bayi Lahir

33 Setelah Persalinan

34 Langkah Awal Ventilasi Tekanan Positif

Kompresi Dada

34 Pemberian Obat

35 Sindrom Aspirasi Mekonium

35 Perawatan Lanjutan

35 Peralatan dan Bahan-Bahan Resusitasi Neonatus

36 Penilaian Paralel: Resusitasi Neonatus

40 Penilaian Retrospektif: Asfiksia

Bab 6: Penilaian Fisik

6.1. Penilaian Fisik

Pendahuluan

47 Tanda Vital

47 Ukuran Pertumbuhan

48 Penilaian Sistem

49 Penilaian Usia Kehamilan

51 Penilaian Paralel: Penilaian Fisik

6.2. Penilaian Usia Kehamilan

Pendahuluan

55 Teknik Menilai Usia Kehamilan

58 Melakukan Penilaian Usia Kehamilan

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

Bab 7: Neonatus Kurang Bulan

7.1. Bayi Berat Lahir Rendah

Neonatus Kurang Bulan

65 Berbagai Masalah Bayi Kurang Bulan

66 Pemeriksaan

67 Tatalaksana Neonatus Kurang Bulan

68 Penilaian Paralel: Penilaian Neonatus Kurang Bulan

7.2 Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)

Patologi

74 Faktor Janin

74 Faktor Maternal

74 Pola PJT

74 Berbagai Masalah pada Neonatus

75 Tatalaksana PJT

76 Penilaian Paralel: Pertumbuhan Janin Terhambat

7.3. Asuhan Metode Kangguru

Pendahuluan

80 Memantau Kondisi Bayi

Bab 8: Pedoman Stabilisasi Neonatus

Pendahuluan

87 Prosedur Stabilisasi

Bab 9: Termoregulasi Neonatus

Pendahuluan

91 Mekanisme Termoregulasi

91 Patofisiologi Termoregulasi

92 Tatalaksana

93 Pengukuran Suhu

94 Penilaian Paralel: Hipotermia

96 Penilaian Paralel: Hipertermia

Bab 10: Pengendalian Infeksi di Unit Perawatan Neonatus 101

Pendahuluan 103 Menerapkan Pengendalian Infeksi

103 Kebijakan

106 Penilaian Paralel: Pengendalian Infeksi

Bab 11: Pemberian ASI di Fasilitas Kesehatan 111

Definisi ASI 113 Fisiologi Menyusui

114 Masalah dalam Menyusui

116 Teknik Memerah dan Menyimpan ASI

117 Pedoman Penyimpanan ASI untuk Bayi di Rumah Sakit

Bab 12: Asuhan Kontak Kulit Dengan Kulit 123

Definisi 125

xi

Daftar Isi

Neonatus yang Memerlukan Kontak Kulit dengan Kulit 125 Pedoman Tatalaksana Awal

Bab 13: Pemberian Asupan bagi Neonatus Berisiko Tinggi 127

Definisi 129 Patofisiologi Neonatus Sakit atau Berisiko

129 Rencana Asuhan

129 Kontraindikasi Pemberian ASI Sangat Dini

129 Persyaratan Nutrisi

130 Jenis Pemberian Asupan

130 Alur Pemberian Asupan

131 Metode Pemberian Asupan

132 Jenis Susu

132 Penilaian Paralel: Pemberian Asupan bagi Neonatus Berisiko Tinggi

Bab 14: Tatalaksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus 141

Pendahuluan 143 Tatalaksana Klinis

143 Pertimbangan Lain

144 Skala Sliding Insulin

145 Nutrisi Parenteral untuk Neonatus

146 Pemantauan Nutrisi Parenteral Bayi

148 Melanjutkan ke Pemberian Asupan Oral

148 Penilaian Paralel: Cairan dan Elektrolit

149 Penilaian Paralel: Nutrisi Paranteral Eksklusif

Bab 15: Syok pada Neonatus 155

Definisi 157 Penyebab Syok

157 Patofisiologi dan Presentasi Klinis

158 Berbagai Tanda Penurunan Perfusi

158 Tatalaksana

159 Penilaian Paralel: Syok pada Neonatus

Bab 16: Hipoglikemia pada Neonatus

16.1. Hipoglikemia pada Neonatus 165

Pendahuluan 165 Faktor Risiko

165 Presentasi Klinis

166 Diagnosis

166 Tatalaksana Neonatus Berisiko

166 Tatalaksana Neonatus dengan Hipoglikemia

166 Penilaian Paralel: Hipoglikemia pada Neonatus

xii

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

16.2. Bayi dari Ibu Penderita Diabetes 171

Pendahuluan 171 Insidens

171 Patofisiologi

171 Kelainan Spesifik yang Sering Ditemukan pada Bayi dengan Ibu Penderita Diabetes (IDM)

171 Presentasi Klinis

175 Penilaian Paralel: Bayi dari Ibu Penderita Diabetes

Bab 17: Hiperbilirubinemia pada Neonatus 181

Definisi 183 Insidens

183 Metabolisme Bilirubin

183 Transportasi

183 Pengambilan dan Konyugasi

183 Ekskresi

183 Hiperbilirubinemia Tidak Terkonyugasi/Indirek

184 Ensefalopati Bilirubin (Kernikterus)

189 Hiperbilirubinemia TerkonyugasiDirek

189 Penilaian Paralel: Hiperbilirubinemia Neonatorum

Bab 18: Masalah Hematologis yang Sering Ditemui pada Neonatus 197

Pendahuluan 199 Temuan Klinis

199 Evaluasi Perdarahan pada Neonatus

199 Anemia pada Neonatus

199 Polisitemia

201 Trombositopenia pada Neonatus

203 Evaluasi Laboratorium pada Perdarahan Neonatus

204 Koagulasi Intravaskuler Diseminata (Disseminated intravascular coagulation/DIC)

205 Penyakit Perdarahan pada Neonatus (Hemorrhagic disease of the newborn/HDN)

206 Penilaian Paralel: Perdarahan pada Neonatus

207 Penilaian Paralel: Anemia pada Neonatus

Bab 19: Sepsis Neonatorum 213

Pendahuluan 215 Faktor Risiko

215 Manifestasi Klinis

215 Tatalaksana Sepsis

217 Penilaian Paralel: Sepsis Neonatorum

Bab 20: Gawat Napas pada Neonatus 225

Pendahuluan 227 Gawat Napas yang Umum pada Neonatus

xiii

Daftar Isi

Takipnea Sementara pada Neonatus (TTN/ Transient Tachypnea of The Newborn) 228 Sindrom Gawat Napas (Hyaline Membrane Disease/HMD)

229 Sindrom Aspirasi Mekonium

230 Sindrom Kebocoran Udara

232 Apnea

232 Pneumonia

234 Penilaian Paralel: Gawat Napas pada Neonatus

235 Penilaian Paralel: Apnea

Bab 21: Terapi Oksigen 243

Pendahuluan 245 Oksigen

245 Udara Bertekanan

246 Analyzer Oksigen

246 Oxyhood

246 Memanaskan dan Melembabkan Udara

247 Dokumentasi

Bab 22: Continuous Positive Airway Preassure (CPAP) 249

Definisi 251 Efek Fisiologis CPAP

251 Gangguan yang Dapat Diatasi CPAP Nasal

251 Kriteria Memulai CPAP Nasal

251 Prosedur Masuk RS dan Stabilisasi Awal di NICU

252 Komponen CPAP

252 Materi Unit CPAP

252 Cara Pemasangan CPAP

253 Karakteristik Sistem CPAP yang Baik

253 Pedoman CPAP

253 Penggunaan CPAP

253 Mempertahankan CPAP Nasal

254 Menghentikan Pemakaian CPAP

255 Pemberian Minum dengan CPAP

255 Indikasi Ventilasi Mekanis

255 Pemecahan Masalah Secara Cepat Selama CPAP

256 Penilaian Paralel: Continuous Positive Airway Pressure

Bab 23: Kelainan Jantung yang Sering Ditemui pada Neonatus 263

Duktus Arteriosus Paten 265 Gagal Jantung

266 Penyakit Jantung Kongenital

267 Penilaian Paralel: Kelainan Kelainan Jantung yang Sering Ditemui pada Neonatus

Bab 24: Kejang pada Neonatus 273

Definisi 275 Faktor Risiko

275 Presentasi Klinis

xiv

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

Tatalaksana Kejang 278 Prognosis

279 Penilaian Paralel: Kejang pada Neonatus

Bab 25: Ensefalopati Iskemik Hipoksik 283

Definisi 285 Berbagai Faktor Risiko

285 Presentasi Klinis

286 Tatalaksana Ensefalopati Iskemik Hipoksik

287 Prognosis

288 Penilaian Paralel: Ensefalopati Iskemik Hipoksik

Bab 26: Trauma (Cedera) Lahir 293

Definisi 295 Cedera Kepala

295 Cedera Leher dan Bahu

296 Cedera Intra-abdomen

297 Penilaian Paralel: Trauma (Cedera) Lahir

Bab 27: Kelainan Bawaan yang Sering Ditemui pada Neonatus 303

Pendahuluan 305 Kelainan Kepala dan Wajah

305 Kelainan Rongga Toraks

306 Kelainan Rongga Perut

307 Kelainan Ekstremitas

308 Kelainan Kromosom yang Letal

308 Penilaian Paralel: Kelainan Bawaan yang Sering Ditemui padaNeonatus

Lampiran Lampiran 1: Struktur Organisasi dan Pengaturan Staf di Unit Neonatologi

315 Lampiran 2: Uraian Tugas

323 Lampiran 3: Rekam Medik dan Pengumpulan Data

341 Lampiran 4: Pemeriksaan Peralatan

Lampiran 5: Prosedur Pencucian Peralatan 349

Lampiran 6: Pemasangan Jalur Intra Vena Perifer 353 Lampiran 7: Pemasangan Kateter Umbilikal

359 Lampiran 8: Pemantauan Glukosa Darah

363 Lampiran 9: Terapi Sinar

367 Lampiran 10: Transfusi Tukar

371 Lampiran 11: Sistem Skor Apgar

379 Lampiran 12: Nilai Tekanan Darah Neonatus

383 Lampiran 13: Transfusi Darah

387 Lampiran 14: Sistem Peningkatan Kualitas Berkesinambungan

393 Lampiran 15: Unit Neonatologi, Indikator Pemantauan Kinerja

407 Lampiran 16: Unit Neonatologi, Spesifikasi Struktur Fisik Fasilitas Kesehatan

xv

Daftar Isi

Denah Fasilitas Model Daftar Istilah Singkatan Referensi Kontributor

xvi

Daftar Tabel

Tabel 0.1. Mengurangi Hambatan Asuhan Prenatal Melalui Perubahan Sistem Tabel 0.2. Klasifikasi Risiko Untuk Asuhan Neonatus di Ruang Bersalin Tabel 5.1. Obat-obatan Resusitasi Neonatus – Dosis dan Cara Pemberian Tabel 6.1. Parameter Penilaian Neurologis Neonatus Tabel 6.2. Parameter Penilaian Pernapasan Neonatus Tabel 6.3. Parameter Penilaian Kardiovaskuler Tabel 6.4. Parameter Penilaian Gastrointestinal Tabel 9.1. Lingkungan Bersuhu Netral (NTE) Tabel 10.1. Saat Mencuci Tangan Pra Bedah Tabel 10.2. Prosedur Isolasi Neonatus Tabel 11.1. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui Tabel 11.2. Waktu Penyimpanan ASI Tabel 13.1. Memulai Pemberian Asupan Enteral Tabel 13.2. Protokol Pemberian Asupan Untuk Bayi 1.000-1.500 g menggunakan

selang nasogastrik Tabel 13.3. Protokol Pemberian Asupan Untuk Bayi 1.000-2.000 g Tabel 13.4. Penilaian Nutrisi dan Pertumbuhan Tabel 13.5. Penilaian Toleransi Pemberian Asupan Tabel 13.6. Kriteria Penatalaksanaan Enterokolitis Nekrotikans pada Neonatus (NEC) Tabel 14.1. Kebutuhan Cairan IV (cc/kg/hari) Tabel 14.2. Kebutuhan Elektrolit dan Mineral IV Tabel 14.3. Penilaian Status Hidrasi Neonatus Tabel 14.4. Skala Sliding Pemberian Insulin Tabel 14.5. Kebutuhan Harian Elektrolit, Mineral dan Vitamin dalam Nutrisi Tabel 14.6. Pemantauan Bayi Dengan Nutrisi Parenteral Tabel 17.1. Rencana Keseluruhan Tatalaksana Neonatus Cukup Bulan Sehat Tabel 17.2. Tatalaksana Hiperbilirubinemia pada Neonatus Kurang Bulan Sehat

dan Sakit (< 37 minggu) Tabel 18.1. Evaluasi Laboratorium pada Perdarahan Neonatus Tabel 19.1. Bakteri Patogen Paling Sering Menyebabkan Sepsis Tabel 19.2. Pemberian Antibiotika untuk Sepsis Tabel 20.1. Evaluasi Gawat Pernapasan dengan Menggunakan Skor Downe Tabel 21.1. Konsentrasi Oksigen untuk Campuran Udara dan Oksigen Tabel 22.1. Pemeriksaan Samping Tempat Tidur untuk Setiap Bayi yang

Menggunakan CPAP Tabel 22.2. Daftar Tilik Neonatal ICU

xvii

Daftar Tabel

Tabel 24.1. Pedoman Anti Kejang untuk Neonatus, Dosis dan Efek Sampingnya Tabel A4.

Pengaturan Alarm Monitor Jantung Tabel A10.1. Lembar Transfusi Tukar Tabel A11.1. Sistem Skor Apgar Tabel A12.1. Kisaran Tekanan Darah Berbeda pada Kelompok dengan Berat yang

Berbeda di Antara Penduduk yang Sehat Tabel A12.2. Kisaran Tekanan Darah Berbeda pada Kelompok dengan Usia

Kehamilan yang Berbeda di Antara Penduduk yang Sehat

Tabel A13.1. Waktu Optimal Transfusi Neonatus Tabel A13.2. Kemungkinan Komplikasi Transfusi Tabel R5.1 Unit neonatologi: Formulir Pengumpulan Data Penilaian

Retrospektif: Kesulitan Bernapas Tabel R7.2 Unit neonatologi: Formulir Pengumpulan Data Penilaian Retrospektif: Kelahiran Kurang bulan Tabel R16.3 Unit neonatologi: Formulir Pengumpulan Data Penilaian Retrospektif: Bayi yang Dilahirkan Oleh Ibu Penderita Diabetes Tabel R17.4 Unit neonatologi: Formulir Pengumpulan Data Penilaian Retrospektif: Hiperbilirubinemia Tabel R19.5 Unit neonatologi: Formulir Pengumpulan Data Penilaian Retrospektif: Sepsis

xviii

Daftar Bagan

Bagan 5.1. Gambaran Umum Resusitasi di Ruang Bersalin Bagan 6.1.1. Perkiraan Usia Kehamilan Menurut Maturitasnya Bagan 6.1.2. Klaisifikasi Neonatus Berdsarkan Maturitas dan Pertumbuhan Intrauterin Bagan 13.1. Tatalaksana Intoleransi Pemberian Asupan Bagan 16.1. Pencegahan, Deteksi, dan Penanganan Hipoglikemia pada Neonatus Bagan. 17.1. Metabolisme Pigmen Empedu Neonatus Bagan 21.1. Peralatan untuk Pemberian Oksigen Bagan A6.1. Vena Superfisial di Kulit Kepala Bagan A6.2. Vena Superfisial di Kaki Bagan A6.3. Vena Superfisial di Tangan Bagan A6.4. Vena Superfisial di Lengan Bagan A10.1. Metode Pertukaran ‘Pull-Push’ Bagan A10.2. Metode Tukar ‘Continuous’

xix

Tabel Penilaian Paralel

Penilaian Paralel: Resusitasi Neonatus Penilaian Paralel: Penilaian Fisik Penilaian Paralel: Neonatus Kurang Bulan Penilaian Paralel: Pertumbuhan Janin Terhambat Penilaian Paralel: Hipotermia Penilaian Paralel: Hipertermia Penilaian Paralel: Pengendalian Infeksi Penilaian Paralel: Pemberian Asupan bagi Neonatus Berisiko Tinggi Penilaian Paralel: Nutrisi Parenteral Total Penilaian Paralel: Cairan dan Elektrolit Penilaian Paralel: Syok Neonatus Penilaian Paralel: Hipoglikemia pada Neonatus Penilaian Paralel: Bayi dari Ibu Penderita Diabetes Penilaian Paralel: Hiperbilirubinemia Neonatorum Penilaian Paralel: Perdarahan pada Neonatus Penilaian Paralel: Anemia pada Neonatus Penilaian Paralel: Sepsis Neonatorum Penilaian Paralel: Gawat Napas pada Neonatus Penilaian Paralel: Apnea Penilaian Paralel: Continuous Positive Airway Pressure Penilaian Paralel: Kelainan Kelainan Jantung yang Sering Ditemui pada Neonatus Penilaian Paralel: Kejang Pada Neonatus Penilaian Paralel: Ensefalopati Iskemik Hipoksik (HIE) Penilaian Paralel: Trauma (Cedera) Lahir Penilaian Paralel: Kelainan Bawaan yang Sering Ditemui pada Neonatus

xx

Pendahuluan

Sumber Daya dan Pelayanan Perinatal

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

Pendahuluan: Sumber Daya dan Pelayanan Perinatal

Keberhasilan pemberian pelayanan berkualitas tinggi pada periode perinatal kepada ibu dan bayinya tidak hanya memerlukan kehandalan kinerja dokter, perawat dan para profesional kesehatan lain tetapi juga keterlibatan masyarakat dan sistem organisasi yang memungkinkan para pelaku di bidang kesehatan berfungsi sebagai unit kerja yang kuat.

Regionalisasi

Sistem asuhan perinatal regional adalah suatu sistem asuhan dimana semua dokter dan rumah sakit yang memberikan asuhan perinatal pada ibu dan bayinya di dalam wilayah tertentu akan mengkoordinasikan pelayanannya berdasarkan kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut.

Tingkatan Fasilitas Perinatal • Fasilitas Perinatal Dasar (Tingkat I)

Fasilitas yang dirancang terutama untuk memberikan asuhan bagi ibu dan neonatus yang tidak mengalami komplikasi.

• Fasilitas Perinatal Spesialis (Tingkat II)

Fasilitas ini adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir. Rumah sakit ini terletak di daerah perkotaan atau pinggiran kota dan melayani komunitas yang luas. Fasilitas ini memberikan pelayanan untuk semua ibu dan neonatus, termasuk mereka yang mengalami komplikasi. Pelayanan yang tersedia di unit spesialistik mencakup perawatan neonatus normal dan perawatan bayi dalam asuhan transisi. Asuhan neonatus berisiko tinggi harus diberikan oleh dokter yang memiliki kualifikasi yang sesuai.

• Fasilitas Perinatal Subspesialis (Tingkat III)

Selain sumber daya dan ketersediaan unit spesialistik, fasilitas subspesialistik mampu untuk

memberikan asuhan intensif untuk seluruh komplikasi yang terjadi pada ibu dan neonatus.

Pusat Perinatal Regional

Pusat perinatal regional merupakan suatu fasilitas subspesialistik yang memiliki bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi dan menata laksana pelayanan khusus. Pusat perinatal regional harus mampu menyediakan, membantu atau memenuhi upaya rujukan diri pelayanan rawat jalan dan rawat inap serta pelayanan diagnostik untuk fasilitas dasar dan spesialistik di daerah tersebut. Pusat perinatal ini, juga harus menyediakan asuhan dan keperawatan spesialistik dan konsultasi di bidang gizi, pelayanan sosial, terapi respirasi dan pelayanan laboratorium dan radiologi.

Prinsip Kunci Pelayanan Regional

Prinsip (kunci) adalah prinsip yang membentuk dasar untuk pengembangan pelayanan asuhan kesehatan perinatal. Prinsip ini mengacu pada kebutuhan asuhan bagi ibu, neonatus dan keluarga selama kehamilan dan persalinan, bayi b aru lahir dan keluarga setelah kelahiran.

Pendahuluan

Sumber Daya dan Pelayanan Perinatal

• Akuntabilitas Populasi

Data mengenai kematian dan kesakitan, frekuensi masalah dan kualitas pelayanan dinilai untuk seluruh populasi di daerah tersebut. Kebutuhan pelayanan disuatu daerah geografis atau populasi harus dapat didefinisikan secara baik. Pusat regional dan jaringan institusi terkait akuntabel untuk keseluruhan pelayanan kesehatan perinatal di daerah tersebut.

• Standar Kualitas

Regionalisasi dimaksudkan untuk menerapkan yang sama bagi penyelengaraan pelayanan perinatal berkualitas. Setiap ibu atau bayi harus memiliki akses yang sama terhadap semua unsur sistem pelayanan kesehatan perinatal yang berfungsi.

• Kemampuan Pelayanan Institusi

Perbedaan kemampuan pemberian pelayanan di institusi dapat dilihat dari perbedaan jumlah pasien, latar belakang pendidikan dan pengalaman staf medik dan keperawatan serta ketersediaan peralatan dan fasilitas. Insititusi yang beroperasi dalam satu daerah yang sama mungkin memiliki kemampuan yang berbeda dalam memberikan pelayanan perinatal. Setiap institusi diharapkan dapat memberikan asuhan yang berkualitas tinggi sesuai dengan tingkat kemampuannya. Ketika kebutuhan asuhan melebihi kemampuan ini, pasien harus dirujuk ke fasilitas rujukan terdekat dan memiliki kemampuan yang diperlukan.

• Pendekatan Pelayanan

Jaringan pelayanan regional harus dirancang untuk memungkinkan pasien menerima pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan di fasilitas kesehatan di yang sedekat mungkin dengan rumah mereka.

• Pemakaian Fasilitas dan Staf Secara Optimal

Konsep regionalisasi dirancang untuk mengoptimalkan pemakaian fasilitas dan staf. Dengan penggunaan pusat perinatal regional kita dapat memiliki jumlah ibu dan neonatus berisiko tinggi yang terkonsentrasi di satu lokasi tertentu sebagai alasan untuk memenuhi jumlah kebutuhan staf dan peralatan yang disyaratkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat secara efisien.

• Kebutuhan Pelayanan untuk Berbagai Kelompok yang Berbeda

Kelompok dalam satu populasi mungkin memiliki kebutuhan pelayanan yang berbeda berdasarkan: kondisi sosioekonomi, latar belakang etnis, praktik pelayanan yang terfokus pada kesehatan pribadi, usia dan berbagai faktor lainnya. Manajemen fasilitas dan staf yang terlibat dalam asuhan perinatal harus mencerminkan kebutuhan yang bervariasi ini.

Berbagai Faktor Penghambat Keberhasilan Pelayanan Perinatal Regional

• Kelebihan jumlah dan distribusi yang tidak merata dari dokter dan paramedik. • Keinginan untuk melakukan semua pelayanan tanpa memandang sumber daya dan jenis

pelayanan yang diperlukan. • Takut kehilangan pasien • Tidak mengenali masalah yang memerlukan rujukan • Persiapan dan cara merujuk yang buruk

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

• Keinginan untuk melakukan semua jenis pelayanan hanya untuk memenuhi syarat pengaturan kontrak bagi rumah sakit dengan pihak ketiga. • Tidak jelasnya mekanisme dan kurangnya insentif bagi rumah sakit yang melakukan rujukan sehingga mengurangi jumlah kasus yang dirujuk kepusat rujukan.

Tabel 0.1. Mengurangi Hambatan Asuhan Perinatal melalui Perubahan Sistem Hambatan

Rekomendasi

Finansial Jaminan cakupan pelayanan kesehatan untuk semua ibu hamil Kapasitas

Efisiensi pemanfaatan petugas kesehatan yang ada. Meningkatkan kerjasama kesehatan antara fasilitas pemerintah dan swasta serta pemberi pelayanan keliling.

Kurangnya Mencocokkan kemampuan dan keahlian petugas kesehatan pelayanan yang

dengan kebutuhan dan risiko individu

ramah untuk klien Kehamilan yang

Kesadaran reproduksi di kalangan semua wanita dan keluarga tidak diinginkan

Penekanan yang lebih besar terhadap keluarga berencana Keyakinan dan

Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan untuk semua anak sikap pribadi

Kesadaran reproduksi untuk semua ibu

Isolasi sosial

Program Jaminan Ketersediaan akses

Pelayanan Transport untuk Ibu dan Neonatus/ Bayi Baru Lahir

Diluar berkembangnya cakupan neonatus untuk perawatan spesialistik, jaminan transportasi ibu bersalin dan neonatus merupakan salah satu komponen kunci dalam pelayanan regional.

Idealnya, kelahiran bayi dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu atau dengan berat badan kurang dari 1500 gram harus dilakukan di pusat perinatal regional.

Meskipun perbandingan statistik kematian setelah transportasi ibu versus transportasi neonatus mempunyai berbagai variabel yang merugikan, tetapi beberapa penelitian memperlihatkan angka kesakitan yang lebih rendah dan lama rawat inap neonatus yang lebih pendek apabila ada jaminan transportasi ibu bersalin.

Pelayanan Lain di Sistem Pelayanan Regional

Sistem keperawatan kesehatan yang efektif dan ketersediaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan bagian penting untuk asuhan perinatal. Kunjungan rumah selama kehamilan dan setelah kelahiran bayi memberikan suatu dimensi pelayanan yang tidak dipenuhi oleh praktik dokter dan rumah sakit pada level masyarakat. Kunjungan rumah semakin penting meningkat seiring dengan semakin lamanya ibu dan bayi dipulangkan (dalam waktu 24 sampai 36 jam setelah persalinan).

Sistem pelayanan perinatal terpadu harus dilaksanakan secara terpadu, terutama antara bagian kebidanan dan neonatologi. Sistem ini mencakup sistem informasi segera bagi tim neonatus ketika pasien obstetri masuk dan batas waktu persalinan telah ditegakkan. Dengan mengetahui tingkat risiko yang ditemui pada tiap pasien maka kita dapat mengarahkan upaya tim neonatus bagi kasus berisiko tinggi. Dengan demikian, hasil akhirnya lebih efektif dan penggunaan waktu menjadi lebih efisien.

Pendahuluan

Sumber Daya dan Pelayanan Perinatal

Tabel 0.2. Klasifikasi Risiko untuk Asuhan Neonatus di Ruang Bersalin Tingkatan

0 (Risiko rendah)

I (ringan ke sedang)

II (risiko berat)

Staf

Dokter, perawat dan

Residen neonatologi

Ahli Neonatologi

staf medis

dan perawat neonatus dan perawat neo- natus

Peralatan

Dilengkapi dengan

Dilengkapi dengan alat Dilengkapi dengan

alat pemanas

pemanas, troli darurat, alat pemanas, troli monitor kardiopulmo-

darurat, monitor kar-

diopulmonal dan TD Mengindifikasi

nal dan TD

• Janin < 32 minggu faktor ibu-janin persalinan dan

Kehamilan,

• Seksio saesarea

• Ketuban bercampur

• Kelainan yang

kelahiran tanpa

mekonium

telah diketahui

komplikasi

• Gawat janin

mempengaruhi

• Janin 32-36 minggu

transisi

• Fetus > 42 minggu

• Persalinan kembar

• Setiap janin tingkat

• Sungsang

I yang mengalami

• Inkompatibilitas

komplikasi

Rhesus • Dugaan infeksi • Perdarahan per

vaginam • Anastesi umum • Pemberian narkotik

sedatif • Polihidramnion • Oligohidramnion

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

Bab 1

Dampak Penyakit Ibu pada Neonatus

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

Bab 1: Dampak Penyakit Ibu pada Neonatus

Pendahuluan

Peningkatan kualitas asuhan obstetri dapat berpengaruh langsung pada kelangsungan hidup neonatus. Pencegahan asfiksia neonatorum, kelahiran kurang bulan dan bayi berat lahir rendah bisa dicapai melalui peningkatan kualitas asuhan selama kehamilan dan saat persalinan.

Dalam asuhan perinatal terpadu terkini, asuhan pediatri dan obstetri harus diberikan melalui kerjasama yang harmonis untuk mencapai tujuan utama yaitu persalinan bersih dan aman serta kelangsungan hidup neonatus yang lebih baik.

Bagian ini akan menjelaskan :

1. Identifikasi dini masalah kehamilan.

A. Nutrisi ibu

B. Infeksi perinatal

C. Penyakit Tiroid.

2. Identifikasi penyakit yang terkait dengan masalah kehamilan.

3. Memperkirakan partus macet.

4. Memperkirakan kasus yang berisiko untuk terjadinya perdarahan ante- dan postpartum.

5. Memantau fungsi plasenta ,pertumbuhan dan kondisi kesehatan janin.

6. Memperkirakan terjadinya persalinan kurang bulan dan berbagai resiko yang mungkin terjadi.

7. Pertimbangan khusus lainnya.

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Ibu Selama Kehamilan:

• Penjarangan kehamilan. • Kecukupan asuhan prenatal termasuk imunisasi (4 kunjungan atau lebih). • Menghindari kelebihan berat badan selama kehamilan (terlalu kurus atau obesitas). • Kenaikan berat badan yang sesuai dan melakukan kegiatan fisik. • Keseimbangan nutrisi (asupan mikronutrien; besi, zinc, asam folat, yodium, kalsium). • Menghindari paparan buruk lingkungan (nikotin, NAPZA, obat-obatan, pestisida). • Kesehatan mental termasuk stres dan depresi.

Kurangnya Kepatuhan bisa secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan:

• Komplikasi Neonatus Kurang Bulan, berat lahir rendah, dan hal-hal yang berkaitan dengan kesakitan dan kematian bayi. • Kejadian komplikasi neonatus spesifik yang lebih berat, misalnya anomali kongenital (kelainan tabung syaraf) dan terhambatnya pertumbuhan janin.

Peranan Asuhan Prenatal

• Mengidentifikasi secara dini komplikasi pada ibu dan memberikan bimbingan tentang perilaku sehat kepada ibu hamil

Bab 1

Dampak Penyakit Ibu pada Neonatus

• Mendidik ibu dan masyarakatnya tentang identifikasi secara dini tanda bahaya selama kehamilan. • Membantu ibu mempersiapkan kedatangan bayinya dan memberikan pendidikan dasar mengenai asuhan neonatus/bayi baru lahir termasuk menyusui.

1. IDENTIFIKASI DINI KEHAMILAN

• Penentuan secara akurat usia kehamilan. • Mempromosikan dan diadopsinya perilaku sehat sejak awal dan menghindari perilaku/paparan

yang tidak sehat. • Penapisan dini infeksi dan risiko lainnya. • Meningkatkan kemampuan diagnosis dini dan perawatan penyakit ibu yang bisa mempengaruhi

kehamilan: ß Anemia ß Malnutrisi ibu ß Kondisi medis ibu yang sudah terjadi sebelum hamil (hipertensi, diabetes, TB, malaria, infeksi

menular seksual, infeksi saluran kemih) ß Penyakit jantung ibu ß Kelainan tiroid

A. Nutrisi Ibu

• Mengevaluasi status nutrisi ß Kondisi berat badan sebelum hamil ß Kenaikan berat badan yang optimal (10 – 15 kg) ß Anemia (Hb ≤ 10 gram%) ß Obesitas (uji tapis hipertensi & diabetes) ß Defisiensi yodium endemik ( gondok ) ß Evaluasi asupan terutama vitamin

• Rekomendasi ß Asupan yang seimbang ß Suplementasi Kalsium dan Vit.D (defisiensi yang berat mungkin berhubungan dengan

hipokalsemia pada neonatus) ß Asupan asam folat yang mencukupi (dimulai sebelum kehamilan) mengurangi risiko kelainan

tabung syaraf ß Suplementasi besi yang mencukupi terutama pada kasus anemia ß Menghindari Vit.A dosis tinggi (efek teratogenik)

B. Infeksi Perinatal Infeksi Virus: • Cytomegalovirus

ß Ditularkan melalui plasenta, ASI ß Berkaitan dengan PJT, hepatosplenomegali, mikrosefali, retinopati dan hydrops fetalis. ß Mungkin terjadi pada neonatus dengan ikterus, BBLR, trombositopenia dengan petekie kulit,

dan tuli

• Rubella :

ß Ditularkan melalui plasenta

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

ß Dampaknya berbahaya bagi janin termasuk penyakit jantung kongenital, PJT, retinopati, kerusakan syaraf pendengaran, katarak, purpura dan hepatosplenomegali

• Herpes simpleks ( HSV)

ß Infeksi yang ditularkan saat intrapartum. ß Dampaknya bagi janin termasuk : PJT, Ensefalitis/meningitis, kejang, retinitis, retardasi

mental.

• Varicella Zoster

ß Ditularkan melalui plasenta (< 20 minggu, dan juga melalui kontak setelah lahir) ß Varicella kongenital; mikrosefali, retinitis, jaringan parut pada kulit ß Varicella neonatorum.

• HIV

ß Ditularkan melalui plasenta, selama proses persalinan dan melalui ASI ß Sebagian besar HIV/AIDS pada neonatus tidak menunjukkan gejala pada periode neonatus

awal meskipun beberapa diantaranya mengalami PJT

• Hepatitis B

ß Ditularkan terutama sebagai infeksi yang masuk melalui ibu dan melalui ASI, jarang melalui plasenta.

ß Berkaitan dengan hepatitis kronis pascanatal, sirosis dan karsinoma hepatoseluler.

Infeksi Non-Virus: • Neisseria Gonorrhoea

ß Infeksi yang terjadi pada masa intrapartum (ascending infection) ß Opthalmia neonatorum (awal)

• Treponema pallidum (syphilis)

ß Ditularkan melalui plasenta, disetiap saat selama kehamilan (dampak paling buruk jika infeksi dini).

ß Berkaitan dengan kematian janin, lahir mati dan syphilis kongenital (lesi kulit dan selaput mukosa, hepatosplenomegali, anemia dan trombositopenia, lesi pada tulang)

• Toxoplasma gondii

ß Ditularkan melalui plasenta (dampak paling buruk jika terjadi sejak dini). ß Berhubungan dengan hidrosefalus / mikrosefalus, kalsifikasi otak, hepatosplenomegali,

retinitis/kebutaan, kehilangan pendengaran dan retardasi mental

C. Penyakit Tiroid • Hipotiroidisme

ß Dicurigai setelah operasi tiroid dan dalam kasus gondok (pembengkakan tiroid) ß Berkaitan dengan Hashimoto Thyroiditis ß Dapat menyebabkan lahir mati, PJT, solusio plasenta dan preeklampsia ß Indikasi untuk pemberian Tiroksin

• Hipertiroidisme

ß Lebih umum daripada hipotiroidisme ß Harus dicurigai pada kasus dengan gondok ß Paling sering disebabkan oleh penyakit Grave’s ß Jika tidak diobati bisa berbahaya bagi ibu dan janin

Bab 1

Dampak Penyakit Ibu pada Neonatus

ß Komplikasi pada ibu termasuk preeklampsia berat, gagal jantung dan gangguan irama jantung

2. IDENTIFIKASI PENYAKIT YANG DIPERBERAT OLEH KEHAMILAN

• Identifikasi dan pengobatan dini hipertensi dalam kehamilan sebagai awal dari pre/eklampsia • Identifikasi dan pengobatan diabetes dalam kehamilan • Identifikasi dan pengobatan infeksi yang diperberat oleh kehamilan (ISK, penyakit sistemik,

malaria, TB ,HIV)

A. Preeklampsia • Risiko preeklampsia meningkat pada:

ß Nuliparitas ß Usia ibu > 35 tahun ß Riwayat keluarga dan riwayat pribadi sebelumnya ß Penyakit ginjal kronis, hipertensi, dan diabetes sebelum kehamilan ß Kehamilan kembar ß Obesitas, penyakit jaringan penunjang ß Hydrops fetalis

• Manifestasi hipertensi berat pada kehamilan ß Sistolik ≥ 160 dan diastolik ≥ 110 ß Protein dalam urin ≥ 5 gram dalam urin 24 jam ß Jumlah urin sedikit (< 500 cc / hari) ß Sakit kepala, penglihatan kabur dan kebas ß Nyeri epigastrik ß Gejala kardiopulmoner, edema ß Peningkatan enzym hati, jumlah trombosit menurun ß Pertumbuhan janin buruk

B. Diabetes • Diabetes sebelum kehamilan:

ß Meningkatnya risiko keguguran dan anomali kongenital jika tidak terkontrol ß Penyakit semakin parah jika kasus berlanjut (komplikasi ginjal dan retina)

• Diabetes kehamilan:

ß Terjadi pada 2 – 5 % kehamilan ß Tes toleransi glukosa abnormal pada 18 – 24 minggu ß Indikasi untuk uji celup urin pada trimester dua dan tiga ß Harus dicurigai pada kasus makrosomia dan polihidramnion ß Meningkatnya kejadian persalinan macet dan seksio sesaria serta trauma lahir ß Jika tidak terkontrol dengan diet, pertimbangkan insulin ß Hipoglikemia / hipokalsemia pada neonatus

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

3. MEMPERKIRAKAN PARTUS MACET

• Mengidentifikasi pertumbuhan janin dan ukuran panggul untuk mengetahui kemungkinan disproporsi sefalopelvik (kepala panggul) • Identifikasi dini kehamilan kembar

4. MEMPERKIRAKAN KASUS YANG BERISIKO PERDARAHAN ANTE DAN POSTPARTUM

Hal ini bisa dicapai dengan cara: • Mendiagnosis kasus dengan plasenta previa • Mencegah ruptura uteri • Mengobati dan memantau kondisi yang berkaitan dengan solusio plasenta, misalnya:

ß Berusia lanjut ß Hipertensi ß Pengguna obat terlarang

5. MEMANTAU FUNGSI PLASENTA, PERTUMBUHAN DAN KESEHATAN JANIN

• Merupakan bagian rutin dalam kehamilan tapi harus dipantau terutama pada kasus yang berisiko tinggi, misalnya:

ß Hipertensi dalam kehamilan ß Usia lanjut ß Diabetes dalam kehamilan ß Riwayat janin lahir mati atau persalinan kurang bulan ß Riwayat PJT ß Paparan terhadap tembakau atau perokok

• Mencurigai buruknya fungsi plasenta : ß Terhambatnya pertumbuhan janin ß Oligohidramnion ß Perubahan pola gerakan janin ß Hipertensi berat ß Kasus diabetes yang diperberat oleh kehamilan ß Masalah tiroid ß Terbukti ada infeksi perinatal

• Jika terjadi salah satu situasi yang disebutkan diatas, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan lanjut seperti USG, doppler

• Jika diagnosis dapat ditegakkan, pertimbangkan untuk terminasi dini kehamilan

6. MEMPERKIRAKAN TERJADINYA PERSALINAN KURANG BULAN DAN BERBAGAI RESIKO YANG MUNGKIN TERJADI

• Sekitar 30–40% persalinan kurang bulan tidak diketahui penyebabnya. • Penentu paling kuat terjadinya persalinan kurang bulan adalah kejadian persalinan kurang

bulan sebelumnya. • Pada 70% kasus persalinan kurang bulan berkaitan dengan ketuban pecah dini (KPD).

Bab 1

Dampak Penyakit Ibu pada Neonatus

• Kondisi ibu yang berkaitan dengan persalinan kurang bulan : ß Abnormalitas uterus / serviks: - Malformasi uterus - Fibroid - Inkompetensia serviks

ß Abnormalitas plasenta: - Plasenta previa dan solusio plasenta ß Penyakit ibu selama kehamilan: - Anemia berat, penyakit jantung & ginjal, hipertensi, diabetes - Trauma ß Infeksi ibu : - Infeksi saluran kemih - IMS termasuk HIV

ß Terpapar terhadap zat : tembakau dan obat-obatan terlarang

7. PERTIMBANGAN KHUSUS LAINNYA :

• Inkompatilibitas Rhesus • Genetik dan penyakit keluarga • Sindroma Down dan usia lanjut

Pentingnya Kerjasama antara Tim Obstetri dan Neonatal bagi Kesehatan Ibu dan Neonatus

• Penting bagi tenaga kesehatan asuhan neonatus untuk mengenali kondisi obstetri yang mungkin mempengaruhi kesakitan neonatus. • Perlu bekerjasama harmonis antar bagian kebidanan dan neonatologi untuk mencapai tujuan bersama dalam menolong persalinan bayi yang memerlukan asuhan khusus. • Kerjasama seperti ini akan memastikan lingkungan persalinan yang sesuai dan ketersediaan tenaga profesional untuk memenuhi kebutuhan neonatus. • Persiapan dan rencana rujukan bayi khusus tetapi tidak tersedia pada fasilitas pelayanan primer harus disiapkan jauh hari sebelumnya agar pemilihan fasilitas dan hasil penanganan rujukan berjalan efektif.

• Peluang bayi untuk tetap hidup akan sangat baik jika asuhan yang diperlukan tersedia di fasilitas kesehatan tempat mereka dilahirkan. • Hasil terbaik bagi ibu dan neonatus tercapai jika tenaga kesehatan asuhan obstetri dan neonatus menunjukkan kerjasama dan saling menghargai dan berdasarkan pada prinsip pengelolaan yang sama.

• Hal ini untuk menghindari akan ”terjadinya saling menyalahkan”. • Keberhasilan selalu merupakan hasil pencapaian bersama. • Tenaga kesehatan asuhan neonatus akan mencapai hasil yang terbaik jika memiliki sistem

pendukung yang diperlukan untuk membantu mereka melakukan diagnosis dan perawatan neonatus.

• Antisipasi komplikasi neonatus berdasarkan informasi yang diterima kesehatan ibu akan membantu pemberi asuhan neonatus untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

Bab 2

Komunikasi Interpersonal dan

Konseling

Paket Pelatihan PONEK

Asuhan Neonatal Esensial

Bab 2: Komunikasi Interpersonal dan Konseling

Bab ini menjelaskan tentang keterampilan yang diperlukan oleh seorang dokter untuk dapat berkomunikasi secara efektif dan panduan untuk membangun hubungan baik antara dokter dan pasien.

Masalah di Indonesia

Pasien pada umumnya tidak merasa puas dengan kualitas pelayanan kesehatan yang mereka terima. Survei terhadap perilaku pasien mengungkap adanya ketidakpuasan secara konsisten terhadap dimensi interpersonal. Pasien lebih banyak mengungkapkan kritik mengenai komunikasi yang buruk antara mereka dengan staf medik dibandingkan dengan kritik terhadap berbagai hal lain yang mereka alami di rumah sakit.

Beberapa Unsur Kualitas Pelayanan

Interaksi antara dokter dan pasien/klien merupakan bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan yang efektif. Penting sekalipun untuk memperhatikan hal-hal berikut:

• Membangun persepsi klien terhadap kompetensi teknis dokter • Membangun hubungan interpersonal dokter-klien • Menyampaikan informasi pada klien • Memberikan pilihan pelayanan yang sesuai • Memastikan kesinambungan pelayanan • Pemahaman dan ingatan pasien akan lebih baik melalui komunikasi yang baik sehingga

dapat meningkatkan kepuasan dan kepatuhan klien.

Memahami Kebutuhan Klien

Petugas pelayanan kesehatan harus melakukan segala upaya untuk memahami kebutuhan fisik, sosial dan emosional. Pemahaman ini akan membantu petugas untuk membantu pasien memilih terapi dan perawatan yang paling efektif dan dapat diterima. Anamnesis yang baik akan membantu petugas kesehatan untuk memahami kebutuhan klien.

Berbagai Unsur dalam Anamnesis Pasien

• Riwayat medik, misalnya keluhan, riwayat saat ini dan riwayat masa lalu • Latar belakang sosial, misalnya kondisi kehidupan, jumlah anak, kondisi keuangan pasien • Aspek psikologis, misalnya kekhawatiran pasien, perilaku terhadap bayi, perilaku suami • Dokter harus mengungkap keadaan psikologik, emosional, intelektual dan sosial serta aspek

fisik dari kondisi pasien.

Komunikasi Interpersonal

• Komunikasi perlu memiliki tujuan yang jelas. • Membangun komunikasi yang baik adalah suatu keterampilan. • Kebutuhan komunikasi harus bersifat responsif terhadap kebutuhan pasien. • Komunikasi bersifat verbal dan non verbal

Bab 2

Komunikasi Interpersonal dan Konseling

Pikiran dan emosi berperan penting dalam hal bagaimana orang mempersepsikan suatu peristiwa. Seberapa baik kita dapat berpikir ketika mengalami suatu situasi dan apa yang kita rasakan mengenai apa yang tengah terjadi akan menentukan bagaimana kita memahami, menerima dan merespon informasi yang diberikan kepada kita. Dokter perlu memahami bahwa klien memerlukan informasi dan mendukungnya sebelum ia dapat membuat keputusan dan menyetujui prosedur yang akan dilakukan terhadap bayinya.

Keterampilan Anamnesis

Komunikasi yang baik memerlukan keterampilan bertanya dan mendengar. Keterampilan ini mengembangkan rasa percaya dan memungkinkan pasien menjawab pertanyaan secara benar dan memberikan seluruh informasi yang dimilikinya. Keterampilan ini juga membantu dokter untuk memahami masalah pasien.

Keterampilan Bertanya