ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURABAYA.

(1)

1

Puji tuhan atas kuasa dan kasihNya, , sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi untuk syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dengan judul Pengaruh “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya” dengan tepat waktu.

Dalam menyelesaikan Skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, karenanya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

2. Dr. Dhani Ichsanudin Nur,MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

3. Drs.Ec.Marseto, DS,Msi Selaku Kepala Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur

4. Dr.Syamsul Huda.SE.MT. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Pengajar yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak-bapak Dan Ibu Dosen serta staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Papa dan Mamaku tercinta kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan baktiku kepada kalian .

Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan Rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.


(2)

Akhir kata penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih penuh dengan kekurangan, oleh karenanya saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Demi kesempurnaan Skripsi ini, akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surabaya, November 2009 Peneliti


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……….. i

DAFTAR ISI………. iii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL……….. ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I : PENDAHULUAN………... 1

1.1.Latar Belakang ……….……... 1

1.2.Perumusan Masalah……….. 5

1.3.Tujuan Penelitian………... 6

1.4.Manfaat Penelitian………... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………... 7

2.1.Hasil Penelitian Terdahulu... 7

2.2.Landasan Teori ...………... 10

2.2.1.Pertumbuhan Ekonomi ………... 11

2.2.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi... 11

2.2.1.2. Definisi Pertumbuhan Ekonomi... 12

2.2.1.3. Faktor – Faktor Yang Mendorong dan Menghambat PertumbuhanEkonomi... 12


(4)

2.2.1.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi... 15

2.2.1.4.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik... 15

2.2.1.4.2. Teori pertumbuhan Schumpeter... 17

. 2.2.1.4.3. Teori pertumbuhan Rostow...18

2.2.1.4.4.Teori Pertumbuhan menurut Robert M. Solow... 21

2.2.1.4.5.Teori Pertumbuhan menurut Simon Kuznet... 21

2.2.1.5. Ciri – Ciri Pertumbuhan Ekonomi... 23

2.2.1.6. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi... 24

2.2.2. Inflasi... 25

2.2.2.1. Pengertian Inflasi... 25

2.2.2.2. Definisi Inflasi... 25

2.2.2.3. Penyebab inflasi... 26

2.2.2.4. Efek Inflasi... 28

2.2.2.5. Jenis Inflasi Berdasarkan Asal Usulnya... 29

2.2.2.6. Laju Inflasi... 30

2.2.2.7. Cara Mencegah Inflasi... 31

2.2.2.8. Hubungan Inflasi dengan Pertumbuhan ekonomi... 32

2.2.3. Pengeluaran Pemerintah... 33

2.2.3.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah... 33

2.2.3.2. Sebab – sebab Pengeluaran Pemerintah Meningkat... 35

2.2.3.3. Klasifikasi pengeluaran Pemerintah... 37

2.2.3.4.Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi... 37


(5)

2.2.4. Investasi... 38

2.2.4.1. Pengertian Investasi... 38

2.2.4.2. Tujuan Teoritis Mengenai Investasi... 38

2.2.4.3. Pengertian PMDN... 41

2.2.4.4. Investasi Melalui PMDN... 42

2.2.4.5.Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi... 44

2.2.5 Tenaga kerja... 44

2.2.5.1. Pengertian tenaga Kerja... 44

2.2.5.2. Definisi dari Jumlah tenaga Kerja... 44

2.2.5.3. Dampak dari Jumlah Tenaga Kerja... 45

2.2.5.4. Hubungan Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan Ekonomi... 46

2.3. Kerangka Pikir... 46

2.4. Hipotesis... 49

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……… 50

3.1.Definisi Operasional dan pengukuran variabel ... 50

3.2.Teori Penentuan Sampel... 52

3.3.Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.3.1. Jenis Data... 52

3.3.2. Sumber Data... 52

3.3.3.Pengumpulan Data... 52

3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 53

3.4.1. Teknis Analisis... 53


(6)

3.5. Uji Asumsi Klasik ( Blue )... 57

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 62

4.1.Deskripsi Obyek Penelitian ………... 62

4.1.1.Deskripsi Kota Surabaya... 62

4.1.2.Keadaan geografis dan Topografis... 62

4.1.3. Keadaan Penduduk ... 63

4.2.Depskripsi hasil penelitian... 64

4.2.1. Perkembangan Inflasi... 64

4.2.2. Perkembangan Pengeluaran pemerintah... 65

4.2.3.Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri... 66

4.2.4.Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja... 67

4.2.5.Pertumbuhan Ekonomi di Surabaya... 68

4.3.Hasil Perhitungan dan Analisis... 69

4.3.1.Pengujian Adanya Pelanggaran asumsi – asumsi Klasik... 69

4.3.2.Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda... 73

4.3.3.Koefisien Determinasi ( R2 ) dan Koefisien Korelasi ( R )... 75

4.4.Pengujian hipotesis... 75

4.4.1.Uji Hipotesis Secara Simultan... 75

4.4.2.Uji Hipotesis secara Parsial... 77


(7)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 83 5.1. Kesimpulan ... 83 5.2. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Teori Penduduk Optimal... 17

Gambar 2 Demand Pull Inflation... 27

Gambar 3 Cost Push Inflation... 28

Gambar Paradigma Kerangka Pikir ………... 48

Gambar 5 Daerah Kritis H0 melalui kurva distribusi F ……… 56

Gambar 6 Daerah kritis H0 melalui kurva distribusi t……….. 57

Gambar 7 Adanya gejala autokorelasi... 59

Gambar 8 Pengujian adanya gejala autokorelasi... 71

Gambar 9 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara Simultan... 76

Gambar 10 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesisi secara Parsial Untuk Variabel X1... 77

Gambar 11 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesisi secara Parsial Untuk Variabel X2... 79

Gambar 12 Kurva Distribusi Penolakan dan Penerimaan Hipotesisi secara Parsial Untuk Variabel X3... 80


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perkembangan Inflasi Kota Surabaya... 64

Tabel 2. Pengembangan Pengeluaran Pemerintah Kota Surabaya... 65

Tabel 3. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Surabaya... 66

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Kota Surabaya... 67

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya... 69

Tabel 6. Nilai VIF... 70

Tabel 7.Nilai VIF... 70

Tabel 8. Batas-batas daerah Test Durbin Watson... 71

Tabel 9. Korelasi antara variabel bebas dengan Residual (error)... 72

Tabel 10 :Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda dengan menggunakan Program SPSS... 73


(10)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURABAYA

Oleh: Winda Aprilia

Abstraksi

Pertumbuhan Ekonomi atau Suistainable Development merupakan satu isu penting yang mewarnai perjalanan pembangunan di Indonesia. Hingga parameter ini dimasukkan dalam salah satu sasaran pembangunan nasional yang dirumuskan dalam trilogi pembangunan. Dewasa ini peranan sektor – sektor dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia khususnya di kota Surabaya menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, karena pada sektor – sektor inilah yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi di kota Surabaya.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur selama 15 tahun mulai dari tahun 1994 – 2008, dengan variabel bebas( X1 ) yaitu Inflasi, variabel ( X2 ) Pengeluaran Pemerintah, variabel ( X3 ) PMDN, variabel ( X4 ) Jumlah Tenaga Kerja dan variabel terikat ( Y ) Pertumbuhan Ekonomi kota Surabaya. Data yang dianalisis menggunakan model regresi linear berganda yaitu suatu analisis untuk mengetahui masing – masing dari variabel bebas ( X ) terhadap variabel terikat ( Y ) baik secara simultan maupun secara parsial.

Dari hasil pengujian hipotesis dengan uji F diperoleh Fhitung sebesar 15,402 dan Ftabel sebesar 3,587 ini berarti secara simultan variabel Inflasi, Pengeluaran pemerintah, dan Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh terhadap Pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat. Pengunjian secara parsial diperoleh thitug untuk variabel X1 sebesar -6,685 > ttabel sebesar 2,201. Berarti variabel X1 dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat ( Y ), disebabkan karena Inflasi menimbulkan kenaikan harga karena adanya kenaikan permintaan akan barang dan jasa dipasaran sedangkan barang dan jasa yang diproduksi terbatas Untuk X2 thitung sebesar -0,527 < ttabel sebesar 2,201, berarti tidak dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota surabaya ( Y ), disebabkan Pengeluaran Pemerintah dari tahun ke tahunnya telah direncanakan terlebih dahulu melalui APBD, dimana penyusunan APBD ini dihitung berdasarkan pada inflasi, sehinnga tidak mempengaruhi laju Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya. Untuk X3 thitung sebesar -0,169 < ttabel sebesar 2,201 berarti variabel X3 tidak dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota surabaya ( Y ), disebabkan karena investor menarik kembali modalnya dari Kota Surabaya, karena tingkat upah minimum regional Kota Surabaya yang tinggi.

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, PMDN, Jumlah Tenaga Kerja


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi di Indonesia yang bermula dari krisis moneter tahun 1997 sering kali dinyatakan sebagai akibat dari berlangsungnya globalisasi. Dunia usahapun mengalami pukulan dahsyat yang melumpuhkan, terutama para konglomerat yang terlampau mengandalkan perkembangan bisnisnya pada pendekatannya dengan pengusaha. Dengan begitu kondisi perbankan dan dunia usaha di Indonesia, terutama mengenai apa yang harus dicermati dari globalisasi agar krisis serupa dapat di hindari.( Basri, 2002 : 192 )

Krisis ekonomi telah menyusahkan banyak orang, dan rakyat kecil makin berat kehidupannya menghadapi kenaikan harga – harga umum. Tetapi yang menyesatkan adalah menggambarkan ekonomi kita telah benar – benar hancur total. (Mubyarto, 2001 : 173 – 174 )

Selama ini pertumbuhan ekonomi yang dirasakan di masyarakat tidak merata, hal ini dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh oleh setiap masing – masing masyarakat yang bekerja, mereka mendapat upah yang berbeda – beda. Contoh lainnya tidak meratanya pertumbuhan ekonomi yaitu di jalan – jalan raya masih banyak pengemis dan anak jalanan.

Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka diperlukan pembanguan ekonomi yang lebih banyak memperhatikan


(12)

keserasian, keselarasan, serta keseimbangan, pada unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional yang sehat dan dinamis (Harijanto, 1996 : 1 )

Dalam Garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) tahun 1988 pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetap merupakan salah satu dari trilogi pembangunan yang harus dipenuhi sebagai landasan pembangunan tidak hanya dibidang ekonomi, tetapi juga di bidang – bidang lainnya seperti politik, sosial dan kebudayaan. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi yang mantap, maka pertumbuhan di bidang – bidang lainnya akan tidak dapat dicapai dengan baik, karena tanpa adanya kondisi ekonomi yang memadai, bangsa Indonesia akan selalu berorientasi pada tujuan jangka pendek dan ruang lingkup pemikiran yang sempit pula ( Irawan, Suparmoko, 2002 : 433 ).

Salah satu indikasi pembangunan adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi ( economic growth ) yang ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pendapatan nasional. Keberhasilan pembangunan akan dapat mempertinggi kemampuan bangsa dalam perubahan dibidang lainnya. Salah satu tujuan pembangunan jangka panjang bidang pertumbuhan ekonomi adalah terciptanya stabilitas ekonomi di bidang pertanian dan industri. Diharapkan adanya pemerataan pembangunan di seluruh tanah air. Sehingga Indonesia yang menuju era tinggal landas diharapkan memiliki landasan yang kuat ( Sukirno, 1994 : 400 ).

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat ( Sukirno, 2004 : 9).


(13)

Hakekat pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan Indonesia dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang pembangunan ( Aziz, 1993 : 135 ).

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang peranan pengeluaran pemerintah dalam perekonomian relatif besar, bahkan dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi pada umumnya. Pengeluaran pemerintah tersebut bukan saja dapat menciptakan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan tetapi juga merupakan salah satu komponen dari permintaan agregat, yang kenaikannya akan mendorong produk domestik. Hal ini juga berkaitan dengan fungsi pemerintah sebagai pelopor dan pengendali ( Anonim, 2003 : 1 ).

Anggaran pemerintah merupakan pedoman bagi pemerintah dalam mengambil segala keputusan yang akan dilaksanakan dan didalam anggaran disajikan rencana-rencana penerimaan dan pengeluaran yang disusun menurut klasifikasinya secara sistematis. Jumlah penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan dapat dicapai dalam tahun anggaran tertentu, yang pada hakekatnya menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh aparat-aparat pemerintah bersama rakyat. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah ( APBD ) yang diduga mempunyai andil yang cukup besar bagi terciptanya tabungan dan investasi daerah yang merupakan faktor penting bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kegiatan dunia usaha.


(14)

Pemasukan modal asing sebagai suplemen tabungan domestik dalam membiayai pembangunan nasional yang saat ini memang dirasa oleh beberapa kalangan sangat dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi modal yang diterima oleh sektor pemerintah terutama dalam bentuk hibah ( gratis ) atau pinjaman luar negeri, sedangkan modal yang diterima oleh sektor swasta dapat berupa investasi langsung atau PMA (Djojo Subroto, 1996 : 7 ).

Investasi atau penanaman modal boleh dibilang adalah suatu motor bagi perekonomian, banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negara akan menunjukan laju pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan, sedangkan investasi yang direalisasikan akan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi ( Rosyidi, 1991 : 110 ).

Investasi hendaknya harus didorong terus agar dapat meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan dan diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan. Dimana semakin banyak investor yang masuk diharapkan setidaknya dapat membantu penyediaan sarana dan prasarana ekonomi di daerah tersebut.

Upaya pemerintah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan iklim investasi guna memperluas kesempatan berusaha terus dilanjutkan. Upaya tersebut dimulai dengan adanya deregulasi di sektor perbankan berupa kebijaksanaan di bidang pengerahan dana masyarakat dan sekaligus mengalokasikannya dalam bentuk kredit.

Peningkatan investasi daerah dari tahun ke tahun akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi regional, penyerapan tenaga kerja dan pada gilirannya juga mempengaruhi distribusi pendapatan.


(15)

Sedangkan pengeluaran pemerintah disini digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan di daerahnya.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah tingkat inflasi. Laju inflasi merupakan satu indikator ekonomi yang paling penting dalam mengukur laju pertumbuhan negara. Oleh karena itu laju inflasi mendapat perhatian untuk dicermati perkembangannya. Selain laju infasi yang cenderung tidak stabil selalu terjadi di indonesia karena fundamental ekonomi bangsa yang relatif masih rendah ( dipengaruhi banyaknya faktor yang lebih eksternal ), karena laju inflasi berpengaruh pada perkembangan pertumbuhan ekonomi lokal di Jawa Timur dan bersifat nasional di seluruh bangsa Indonesia ( Anonim, 2004 : 1 ).

Untuk mencapai sasaran pembangunan jangka panjang yang dititik beratkan pada pertumbuhan ekonomi dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi, tentunya akan lebih baik jika ada keseimbangan struktur ekonomi. Di sentra-sentra industri yang berkembang di daerah hendaknya dapat dimanfaatkan secara maksimal terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada disekitarnya. Hal ini mengingat bahwa jumlah tenaga kerja secara maksimal dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang berarti akan menambah beban pemerintah. Sebagai suatu masyarakat yang perlu mendapat pemecahan yaitu bagaimana untuk meningkatkan investasi agar pertumbuhan ekonomi meningkat.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang tersebut diatas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :


(16)

1. Apakah tingkat inflasi, pengeluaran pemerintah, penanaman modal dalam negeri, dan jumlah tenaga kerja, berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya ?

2. Diantara keempat variabel di atas, manakah yang paling dominan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, pengeluaran pemerintah, penanaman modal dalam negeri, dan jumlah tenaga kerja, tehadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling doniman terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Dengan adanya penelitian ini maka akan dapat di ketahui besarnya pengaruh faktor-faktor variabel X1 (inflasi), X2 (pengeluaran pemerintah), X3 (penanaman modal dalam negeri), dan X4 (jumlah tenaga kerja) terhadap perkembangan pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.

2. Sebagai salah satu sumber informasi untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah acuan akademis yang bertujuan untuk membantu mahasiswa.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan masalah ekonomi

regional pernah disampaikan oleh :

1. Putro,( 2006 : 71 ) dengan judul penelitian "Analisis Pengaruh Pengeluaran

Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia” , diperoleh

kesimpulan bahwa dengan hasil analisis uji regresi linear berganda dapat

diperoleh persamaan regresi dengan menggunakan uji F regresi secara simultan

variabel bebas ( X ) berpengaruh secara nyata terhadap variabel terikat ( Y )

dengan Fhitung = 38,244 > Ftabel = 3,59 dengan menggunakan level of significant ( α

) sebesar 0,05. Sedangkan dari pengujian sacara parsial, menggunakan uji t

dengan α/2 = 0,025, dapat diketahui bahwa variabel bebas pengeluaran pemerintah ( X1 ) berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia ( Y ) dengan thitung = 10,316 > ttabel = 2,201. Untuk variabel bebas

penanaman modal asing ( PMA ) (X2 ) diperoleh thitung = 3,597 > ttabel = 2,201

sehingga secara parsial Penanaman Modal Asing ( PMA ) berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia ( Y ). Untuk variabel investasi (

PMDN ) (X3) diperoleh thitung = -0,772 > ttabel = -2,201 sehingga secara persial

dapat diketahui bahwa investasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena masuknya

penanaman modal dalam negeri tidak digunakan secara maksimal oleh produsen


(18)

2. Irawan, Eric (2005:31) dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Surabaya”. Dengan variabel

bebas investasi (X1), inflasi (X2), tingkat suku bunga (X3), nilai tukar rupiah

terhadap dollar (X4). Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh

hasil Fhitung = 58,495 > Ftabel = 3,48 yang berarti secara simultan keempat variabel

bebas mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di

pemerintah Kota Surabaya (Y). Pengunjian secara parsial diperoleh thitug untuk

variabel X1=2,395 > ttabel = 2,228. Berarti variabel X1 dapat memberikan pengaruh

yang nyata terhadap variabel terikat (Y). Untuk X2 thitung =-5,837 < ttabel = -2,228,

berarti dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota

Surabaya (Y). Untuk X3 thitung= -2,117 > ttabel = -2,228 berarti variabel X3 tidak

dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota

Surabaya (Y). Variabel X4 thitung= 6,464 > ttabel = 2,228, berarti X4 dapat

memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota

Surabaya(Y).

3. Irawan, Dedy ( 2008 : 102 ) dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor

Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Timur” dari hasil analisis

disimpulkan bahwa secara simultan variabel Y dengan variabel X dilakukan uji F

yang secara simultan Fhitung = 7.179 dan Ftabel = 3.587 sehingga Fhitung > Ftabel.. Hal

ini berarti secara keseluruhan variabel X berpengaruh terhadap variabel Y.

Selanjutnya untuk uji pengaruh masing variabel X secara parsial terhadap variabel

Y digunakan uji t yaitu diperoleh X1 = -2.937, X2 = -2.779, X3 = -3.471 sehingga


(19)

hanya inflasi dan investasi sedangkan jumlah tenaga kerja tidak mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.

4. Budianto,( 2008 : 107) dengan judul penelitian “Analisis Faktor Yang

Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Sumenep”. Kesimpulan dari

penelitian ini yaitu secara partial menunjukkan adanya hubungan yang nyata

antara variabel bebas pengeluaran pemerintah (X1)signifikannya0.046 < ketentuan

taraf signifikan 0.05 berarti berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di

kabupaten Sumenep, investasi(PMA & PMDN) (X2) signiikannya sebesar 0.627 >

ketentuan taraf signifikan 0.05 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

Y. Tingkat inflasi (X3)signifikannya sebesar 0.244 > ketentuan taraf signifikan

0.05 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap variabel Y, total eksport (X4)

signifikannya sebesar 0.233 > ketentuan taraf signifikan 0.05 berarti berpengaruh

nyata terhadap variabel Y, kurs atau nilai tukar ( X5 ) signifikannya sebesar 0.511

> ketentuan taraf signifikan sebesar 0.05 berarti tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel Y.

5. Wahyuni,( 2007 : 79 ) dengan judul penelitian “Analisis Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Investasi Pada Industri Kecil Di Kota Surabaya”. Hasil dari

penelitian ini yaitu secara simultan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata

antara variabel bebas pendapatan industri kecil, jumlah tenaga kerja, jumlah unit

usaha dan inflasi terhadap investasi industri kecil di Kota Surabaya, hal ini

diketahui dari uji – F yaitu diperoleh Fhitung = 15,435 > Ftabel = 3,48, sedangkan

secara parsial variabel pendapatan industri kecil (X1) berpengaruh nyata terhadap


(20)

thitung = 5,466 > ttabel = 2,228, variabel jumlah tenaga kerja (X2) berpengaruh

nyata terhadap investasi industri kecil di Kota Surabaya (Y) thitung = 4,417 >

ttabel = 2,228, variabel jumlah unit usaha (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap

investasi industri kecil di Kota Surabaya (Y) dimana thitung = -0,415 < ttabel =

2,228 dan variabel inflasi (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap investasi industri

kecil di Kota Surabaya ( Y ) thitung = 0,830 < ttabel = 2,228.

6. Mubyarto ( 2003 : 1 ) Jurnal Pertumbuhan Ekonomi dengan judul “Kilas Balik

Ekonomi Rakyat 2002” dari jurnal disimpulkan bahwa krisis ekonomi yang

berlangsung selama 5 tahun sejak tahun 1997 akan berlangsung selama

pertumbuhan ekonomi belum beranjak dari tingkat 3-4 %, pemulihan ekonomi

indonesia harus harus berarti pertumbuhan ekonomi 6-7 % pertahun.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis kali ini berbeda dengan penelitian

– penelitian sebelumnya. Perbedaan terletak pada ruang lingkup yang digunakan

serta kurun waktu. Dalam hal ini penulis meneliti pengaruh Inflasi, Pengeluaran

Pemerintah, Jumlah Angkatan Kerja, Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN )

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya pada tahun 1994 – 2008.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisa apakah ada pengaruh Inflasi,

Pengeluaran Pemerintah, Jumlah Angkatan Kerja, Penanaman Modal Dalam

Negeri ( PMDN ) terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.

2.2. Landasan Teori

Landasan teori atau tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui

dan menentukan dasar – dasar secara teoritis guna membantu memecahkan


(21)

2.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1.1.Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Untuk dan dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan

jasmani maupun rohani, maka manusia senantiasa menghadapi masalah ekonomi.

Masalah ekonomi itu sendiri ternyata mengalami perkembangan dari masa ke masa,

masing – masing dengan karakteristiknya sendiri – sendiri. Untuk memecahkan

masalah – masalah ekonomi yang dihadapinya sehari – hari, manusia haruslah

bertindak dan harus berbuat. Kegiatan manusia dengan tujuan memecahkan

masalah – masalah ekonomi, apapun kegiatan itu, baik untuk mencukupi kebutuhan

pribadinya maupun untuk meraih keuntungan dalam usahanya, disebut dengan

kegiatan ekonomi ( Rosyidi, 1995 : 52 ).

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam

masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat ( Sukirno, 2004:9).

Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi di atas,

pengertian pertumbuhan ekonomi dapat kita tarik kesimpulan bahwa pertumbuhan

ekonomi adalah peningkatan kemakmuran masyarakat yang dapat dilihat dari

kenaikan pendapatan per kapita penduduk dari tahun ke tahun.

Para ahli – ahli ekonomi membedakan pengertian antara pembangunan

ekonomi ( Economic Development ) dengan pertumbuhan ekonomi ( Economic

Growth ). Pembangunan ekonomi adalah peningkatan dalam pendapatan perkapita

masyarakat, yaitu tingkat pertambahan GDP (Gross Domestic Product ) atau GNP


(22)

pertambahan penduduk. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

kenaikan dalam GDP (Gross Domestic Product ) atau GNP ( Gross National

Product ), tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil

daripada tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur

ekonomi terjadi atau tidak ( Arsyad, 1997 : 11 )

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan

suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi

kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi

dan penyesuaian kelembagaan serta ideologi yang diperlukan ( Jhinghan, 1990 :

72).

2.2.1.2.Definisi pertumbuhan Ekonomi ada 3 Komponen, yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi bagi suatu bangsa dapat dilihat dari meningkatnya

persediaan barang secara terus menerus.

2. Teknologi maju merupakan faktor penunjang dalam pertumbuhan ekonomi

yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka

macam barang kepada penduduk.

3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisiensi memerlukan adanya

penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

2.2.1.3.Faktor – Faktor Yang Mendorong dan Menghambat Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan


(23)

Pendapatan Nasional ( PDB ). PDB sangat ditentukan oleh digunakannya faktor –

faktor produksi yaitu :

a. Kapital

Faktor kapital merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam

menentukan tinggi rendahnya pendapatan nasional. Namun sering di salah

artikan bahwa tanpa kapital, perekonomian suatu negara dikatakan tidak

dapat berkembang sama sekali. Hal ini tidak seluruhnya benar karena kapital

bukan merupakan faktor satu – satunya yang menentukan pertumbuhan

ekonomi. Kapital sering kali hanya merupakan pelengkap dari pada faktor

utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada permulaan pertumbuhan.

b. Sumber daya alam

Sering dikatakan bahwa suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam

akan lambat dalam mencapai kemajuan ekonomi yang lebih tinggi, tetapi

pada kenyataanya tidak demikian karena yang terpenting adalah

kemampuan yang tinggi penduduknya untuk melakukan pembangunan.

Seperti halnya kapital, sumber daya alam bukan merupakan faktor penentu

dalam pertumbuhan ekonomi akan tetapi lebih merupakan hasil dan bukan

sebab bagi keberhasilan pembangunan suatu daerah.

c. Teknologi

Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi.

Teknologi adalah cara untuk mengolah atau menghasilkan suatu jenis


(24)

yaitu penemuan baru, menemukan komoditi baru, menemukan cara produksi

baru, dan sebagainya.

d. Sosial

Faktor sosial juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya. Faktor

ini penting sekali tetapi sering di lupakan atau dianggap ringan. Faktor

sosial juga dapat menjadi penghambat dalam mencapai sasaran

pembangunan. Faktor sosial diantaranya adalah adat istiadat, kemanan,

politik, dan sebagainya. Pada umumnya faktor –faktor tersebut terdapat

hubungan yang positif antara jumlah dan kualitas faktor – faktor produksi

itu dan Produk Domestik Bruto. Semakin banyak digunakan alat kapital,

tenaga kerja dan sebagainya maka semakin tinggi pula tingkat pendapatan

nasional suatu negara.

e.Tenaga Kerja

Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang terpenting

dalam kaitannya dengan PDB suatu negara. Dari segi jumlahnya, semakin

banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka semakin

tinggi pula kegiatan tersebut. Namun hal ini tidak berlaku sepenuhnya,

karena adanya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga

setelah tingkat penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang

dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain

setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk marginal

tenaga kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi


(25)

tidak cukup di lihat dari segi jumlahnya saja, tetapi juga harus diperhatikan

kualitas dari tenaga kerja tersebut.

2.2.1.4.Teori – Teori Pertumbuhan Ekonomi 2.2.1.4.1.Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut pandangan para ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu : jumlah penduduk,jumlah stok barang

– barang modal, luas tanah dan kekayaan alam. Walaupun pertumbuhan ekonomi

tergantung kepada banyak faktor, namun para ahli ekonomi klasik lebih banyak

menumpukan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada

pertumbuhan ekonomi.

Para ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa hukum hasil lebih yang

semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti

bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada awalnya,

apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat

pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para pengusaha

akan memperoleh keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan

pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus menerus

berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan

menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas marginal penduduk

telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun kembali. Apabila

keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang.


(26)

para ahli ekonomi klasik bahwa setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi

terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut. Mereka hanya mampu

mengundurkan terjadinya keadaan tersebut.

Berdasarkan teori pertumbuhan klasik tersebut, dikemukakan suatu teori

yang menjelaskan perkaitan diantara pendapatan perkapita dan jumlah penduduk

yang disebut dengan teori penduduk optimal. Teori ini menjelaskan bahwa apabila

terdapat kekurangan penduduk, produksi marginal akan lebih tinggi dari pada

pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan

perkapita. Akan tetapi bila penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil lebih

yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi

marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karena itu pendapatan nasional

dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk

yang terus menerus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah penduduk

yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perapita. Pada

keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk

pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Berarti ini akan ditunjukkan gambar


(27)

Gambar 1 : Teori Penduduk Optimal

Pendapatan perkapita

M

Y0

YPK

P0 Jumlah penduduk

0

Sumber : Sukirno, 2002 Pengantar Teori Ekonomi Makro, Penerbit PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta. Hal 43.

2.2.1.4.2.Teori Pertumbuhan menurut Schumpeter

Teori ini menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha didalam

menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para

pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan

atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi : memperkenalkan

barang – barang baru, mempertinggi efesiensi dalam memproduksi barang – barang

baru, memperluas pasar atau suatu barang kepasaran pasaran yang baru,

mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan –

perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efesiensinya.

Dalam megemukakan teorinya schumpeter memulai analisisnya dengan

memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Pada

waktu keadaan tersebut berlakus segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai


(28)

akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal, investasi yang baru ini

akan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat

akan bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah tinggi. Kenaikan tersebut

akan mendorong perusahaan – perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak

barang dan melakukan penanaman modal baru. Menurut schumpeter, investasi

dibedakan menjadi 2 golongan yaitu penanaman modal autonomi dan penanaman

modal terpengaruh.

Menurut schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu perekonomian

maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka

pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Yang pada

akhirnya nanti akan tercapai tingkat “keadaan tidak berkembang atau stationary

state” ( Sukirno, 2004 : 434 )

2.2.1.4.3.Teori Pertumbuhan menurut Rostow

Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau transformasi suatu

masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern adalah merupakan suatu proses

yang mempunyai dimensi banyak. Jadi pembangunan ekonomi bukan saja berarti

perubahan dalam struktur ekonomi suatu negara yang menyebabkan peranan sektor

pertanian menurun dan peranan kegiatan sektor industri meningkat.

Disamping perubahan seperti itu, menurut Rostow pembangunan berarti

pula suatu proses yang menyebabkan antara lain :

i. Perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik dan sosial yang pada


(29)

ii. Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga,

yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi membatasi jumlah keluarga.

iii. Perubahan dalam kegiatan penanaman modal masyarakat dari melakukan

penanam modal yang tidak produktif ( seperti emas, rumah ) menjadi

penanaman modal yang produktif.

iv. Perubahan cara masyarakat dalam menentukan kedudukan seseorang dalam

masyarakat dari oleh kedudukan keluarga atau suku bangsanya menjadi

ditentukan oleh kesanggupan melakukan pekerjaannya.

v. Perubahan dalam pandangan masyarakat yang pada mulanya berkeyakinan

bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh keadaan alam sekitarnya dan

selanjutnya berpandangan bahwa manusia harus memanipulasi keadaan

alam sekitarnya untuk menciptakan kemajuan.

Menurut Rostow perubahan – perubahan ini, dan banyak lagi perubahan

yang bercorak sosial, politik dan kebudayaan merupakan perubahan – perubahan

yang selalu mengikuti perkembangan tingkat kegiatan ekonomi suatu masyarakat.

Prof W. W. Rostow memakai pendekatan sejarah dalam menjelaskan proses

perkembangan ekonomi. Ia membedakan dalam 5 tahap proses pembangunan

ekonomi antara lain :

1. Masyarakat Tradisional

Menurut Rostow, masyarakat tradisional adalah suatu masyarakat yang masih

menggunakan cara – cara memproduksi yang relatif primitif dan cara hidup


(30)

oleh cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah

berlaku secara turun tumurun. Tingkat produksi perkapita dan tingkat

produktivitas per pekerja masih sangat terbatas, oleh sebab itu sebagian besar

dari sumber – sumber daya masyarakat digunakan untuk kegiatan dalam sektor

pertanian.

2. Prasyarat Untuk Lepas Landas

Menurut Rostow tahap ini dinamakan suatu tahap transisi, pada ketika mana

masyarakat mempersiapkan dirinya, atau dipersiapkan dari luar untuk mancapai

pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang. Menurut

Rostow pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlaku

secara otomatis.

3. Lepas Landas

Ciri tahap ini adalah terjadinya kenaikan penanaman modal ( investasi yang

produktif ), pertumbuhan sektor industri yang pesat dan terbentuknya kerangka

dasar politik sosial kelembagaan yang menjamin pertumbuhan yang cepat.

4. Gerakan Kearah Kedewasaan

Pada tahap ini, masa dimana masyarakat sudah secara efektif menggunakan

teknologibmodern dalam proses produksi dan pengolahan sumber – sumber

daya alam. Ciri – ciri adalah tingginya ketrampilan tenaga kerja semakin

dominannya sektor industri.

5. Tahap Konsumtif Tinggi

Tahap terakhir dari teori pertumbuhan Rostow adalah tahap konsumtif tinggi,


(31)

masalah – masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan

masyarakat, dan bukan lagi kepada masalah produksi.

2.2.1.4.4.Teori Pertumbuhan menurut Robert M. Solow.

Teori ini mengemukakan bahwa pertumbuhan dilihat sebagai suatu proses

yang berlangsung dengan perimbangan – perimbangan yang variabel diantara faktor

– faktor produksi dimana kemungkinan untuk subsitusi diantara faktor – faktor

produksi, oleh karena faktor – faktor produksi bersifat fleksibel. Sehubungan

dengan fleksibilitas harga maka pertumbuhan ekonomi mengandung ciri yang intern

stabil dalam pola keadaan yang ekulibirium ( Sumitro, 1994 : 2009 )

Model teoritis Solow memberikan dampak yang sangat besar terhadap

analaisis ekonomi. Dari hanya sebuah alat untuk analisis pertumbuhan, model

tersebut digeneralisir dalam beberapa arah yang berbeda. Model itu diperluas

dengan perkenalan jenis – jenis lain dari faktor produksi dan telah dirumuskan

kembali agar melibatkan ciri –ciri stokastik. Desain hubungan dinamis dalam

beberapa model “numeris’ yang digunakan dalam analisis ekulibirium yang umum

juga didararkan dalam model Solow. Namun yang paling penting adalah model

pertumbuhan Solow merupakan kerangka yang didalamnya tersusun teori makro

ekonomi modern. ( Samuelson, 1997 : 25 )

2.2.1.4.5.Teori Pertumbuhan menurut Simon Kuznet

Dalam ( Todaro, 1996 : 149-154) ada 6 karakteristik pertumbuhan

ekonomi modern yaitu :


(32)

Dalam kedua macam pertumbuhan, yaitu pertumbuhan out put / luaran perkapita

dan pertumbuhan populasi, semua negara yang sekarang sudah maju banyak

sekali mempelajari pengalaman sejarah mereka yang lampau, sewaktu

timbulnyavpertumbuhan ekonomi modern kurang lebih mulai dari sekitar tahun

1770 sampai sekarang.

2. Tingginya tingkat pertumbuhan produktifitas

Tingginya tingkat pertumbuhan jumlah faktor produktifitas yang relatif, yaitu out

put / luaran per unit dari semua masukan / input.

3. Tingginya tingkat transformasi structural ekonomi.

Yaitu tingginya tingkat perubahan struktural dan sektoral yang terjadi dalam

proses pertumbuhan.

4. Tingginya tingkat transformasi sosial, politik, ideologi.

Perubahan stuktural ekonomi cukup besar artinya yang terjadi dalam masyarakat,

tidak bisa lepas dari transformasi dalam sikap – sikap, lembaga- lembaga dan

ideologi, yang kemudian dikenal dengan apa yang dinamakan “modernisasi”.

5. Jangkauan yang dicapai ekonomi internasional.

Kecenderungan negara-negara kaya mencapai jarak jauh keseluruhan penjuru

dunia guna mendapatkan produk-produk pokok dan bahan-bahan baku, upah

buruh yang rendah, dan pasar-pasar yang menguntungkan bagi produk-produk


(33)

6. Luasnya ekonomi nasional masih terbatas.

Kebalikan dari meningkatnya produksi dunia yang luar biasa dalam dua abad

terakhir, maka perluasan pertumbuhan ekonomi modern pada umumnya masih

terbatas pada kurang dari sepertiga populasi dunia.

Dari beberapa teori ekonomi yang telah dijabarkan dapat diketahui bahwa

dalam penelitian ini teori yang paling mengena atau digunakan untuk acuan dalam

proses penelitian oleh peneliti adalah Teori Pertumbuhan menurut Schumpeter.

Karena dalam teori pertumbuhan menurut Schumpeter menekankan bahwa peranan

usaha sangat penting dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dengan inovasi,

penelitian dan ide – ide para pengusaha juga dapat mempengaruhi penurunan

inflasi, peningkatan jumlah tenaga kerja, bertambahnya pemodalan dalam negeri,

sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2.2.1.5. Ciri – Ciri Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Kuznets dalam buku Todaro, bahwa karakteristik dalam proses

pertumbuhan ekonomiada enam yaitu :

1. Tingginya tingkat perkembangan output perkapita dan penduduk.

2. Tingginya penambahan jumlah faktor produksi, terutama tenaga kerja.

3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.

4. Tingginya tingkat transformasi sosial ideologi.

5. Kecenderungan negara – negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi


(34)

6. Pertumbuhan penduduk hanya pada segitiga populasi dunia.

Keenam karakteristik tersebut saling memperkuat dan mempercepat

pertumbuhan ekonomi. Dan yang pada akhirnya akan membawa penemuan –

penemuan baru yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

2.2.1.6. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dari perkembangan

pendapatan nasional riilnya, yaitu melalui Gross National Product ( GDP ) yang

dihitung menurut harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur dapat diukur dari perkembangan

pendapatan daerah riilnya yaitu melalui Produk Domestik Regional ( PDRB ) yang

dihitung dari tahun ke tahun. Sedangkan yang dimaksud dengan Produk Domestik

Regional Bruto ( PDRB ) menurut Badan Pusat Statistik ( BPS ) adalah total nilai

produksi barang dan jasa yang diproduksi diwilayah ( regional ) tertentu dalam

waktu tertentu pula ( biasanya 1 tahun ). Menurut Suparnoko alat pengukur

pertumbuhan ekonomi adalah :

1. Produk Domestik Bruto ( PDB )

Produk Domestik Bruto ( PDB ) merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga

pasar. Produk Domestik Bruto ini merupakan acuan yang sifatnya global dan

bukan merupakan alat pengukuran yang tepat, karena belum dapat mencerminkan


(35)

2. Produk Domestik Bruto Perkapita

Produk Domestik Bruto Perkapita dapat dipakai mengukur pendapatan perkapita

dan lebih tepat mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara dari pada

Produk Domestik Bruto ( PDB ) saja. Produk Domestik Bruto adalah jumlah

produk domestik bruto nasional dibagi dengan jumlah penduduk.

3. Pendapatan Perjam Kerja

Pendapatan perjam kerja sebenarnya paling baik sebagai alat untuk mengukur

maju tidaknya perekonomian. Biasanya suatu negara yang mempunyai

pendapatan atau upah jam kerja lebih tinggi dari upah jam kerja negara lain untuk

jenis pekerjaan yang sama. Pasti boleh dikaitkan bahwa negara yang bersangkutan

lebih maju dari negara lain.

( Suparmoko, 2000 : 205 )

2.2.2. Inflasi

2.2.2.1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikkan harga – harga umum barang – barang terus

menerus, sehingga mengakibatkan melemahnya nilai mata uang. ( Boediono, 1990 :

162 )

2.2.2.2. Definisi Inflasi

Menurut Boediono ( 2001 : 155 ) inflasi adalah kecenderungan dari harga

– harga yang naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan ini meluas kepada (


(36)

Untuk mendefinisikan mencakup tiga aspek :

a) Adanya kecenderungan harga – harga untuk meningkat yang berarti

mungkin saja tingkat inflasi yang terjadi pada waktu tertentu akan turun

atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap akan turun naik

dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan

untuk tetap meningkat.

b) Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus yang berarti tingkat

harga meningkat itu bukan hanya pada suatu atau beberapa komoditi saja.

c) Mencakup pengertian tingkat harga umum yang berarti tingkat harga

meningkat itubukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja.

2.2.2.3 Penyebab Inflasi

Dalam teori – teori moneter, terjadinya inflasi dapat dibedakan menjadi:

a) Demand Pull Inflation

Inflasi ini bermula adanya kenaikan permintaan total, sedangkan di sektor

produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh, sehingga apabila ada

peningkatan terhadap barang dan jasa maka akan mendongkrak harga

barang dan jasa, terlebih bilz ksempatan kerja penuh akan terdapat

Inflationari Gap“ yang dapat menimbulkan inflasi. Inflasi yang sangat

tinggi dan tidak terkendali akan dapat mempengaruhi penanaman modal

spekulatif, tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi dan


(37)

tabungan juga akan merosor karena nilai uang yang semakin turun dan akan

membawa pengaruh pada perbankan.

Gambar berikut menjelaskan proses terjadinya Demand Pull Inflation

Gambar 2 :Demand Pull Inflation

Harga

S

P2

P1 D2

D1

Q1 Q2 Output

Sumber : Budiono, 1994. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta hal 157 .

b) Cost Push Inflation

Inflais jenis ini ditandai dengan adanya ken aikan harga serta turunnya

produksi. Kondisi ini bermila pada saat terjadinya penurunandalam bidang

produksi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus maka akan


(38)

Gambar berikut akan mengambarkan proses Cost Push Inflation

Gambar 3 : Cost Push Inflation

H2

H1

Sumber : Budiono, 1994. Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE, UGM, Yogyakarta, hal

163.

Keterangan:

Bila ongkos produksi naik dari P1 ke P2 (misalnya, karena kenaikan harga

sarana produksi yang di datangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan harga bahan

bakar minyak) maka kurva penawaran masyarakat (agregat suplai) bergeser dari S1

ke S2

Ada beberapa indikator yang digunakan oleh ahli – ahli ekonomi dalam

menggambarkan terjadinya inflasi di suatu negara. Indikator tersebut adalah biaya

hidup, indeks harga konsumen dan indeks perdagangan besar.

2.2.2.4. Efek Inflasi

Dengan adanya inflasi dapat menimbulkan beberapa efek diantaranya :

1) Efek terhadap pendapatan ( Equity Effect ), sifatnya tidak merata ada yang

dirugikan namun ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang

memperoleh pendapatan tetap 5 tahun akan menderita kerugian penurunan D

S2

S1 P2

P1 Q2

Q1 Output


(39)

pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut. Demikian pula orang yang

menumpuk kekayaan dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena

adanya inflasi, sebaiknya mereka yang diuntungkan adalah seseorang yang

memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari

laju inflasi atau mereka yang nilainya naik dengan prosentase yang lebih besar

dari laju inflasi.

2) Efek terhadap efisiensi, pengaruh inflasi dapat terjadi pada perubahan alokasi

faktor produksi. Dengan inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami

kenaikkan yang lebih besar dari barang – barang lain yang mengakibatkan

kenaikkan produksi ini akan menambah pada alokasi faktor produksi yang

sudah ada.

3) Efek terhadap output, akan dipertanyakan bagaimana pengaruh inflasi

terhadap output, apakah menyebabkan output mengalami kenaikan atau justru

penurunan intensitas. Efek inflasi berbeda – beda tergantung apakah inflasi

dibarengi kenaikan produksi atau justru penurunan intensitas efek inlasi

berbeda – beda tergantung apakah inflasi dibarengi kenaikan produksi dan

kesempatan kerja atau tidak ( Nopirin, 2000 : 181 )

2.2.2.5. Jenis inflasi berdasarkan asal usulnya

Berdasarkan asal usulnya inflasi dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1) Inflasi dalam negara ( Domestik Inflation ) adalah inflasi yang timbul karena

adanya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru,


(40)

2) Inflasi luar negari yaitu kenaikan –kenaikan harga –harga luar negeri yang

timbul karena kenaikkan harga tersebut mengakibatkan :

a) Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian

barang – barang tersebut berasal dari impor.

b) Secara tidak langsung menaikkan indeks harga melalui kenaikan

ongkos produksi dari berbagai bahan yang menggunakan bahan

mentah atau mesin –mesin yang harus di impor.

c) Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan harga barang – barang

impor, mengakibatkan kenaikan pengeluaran pemerintah atau swasta

dengan berusaha dengan mengimbangi kenaikan harga impor

tersebut ( Boediono, 1990 : 101-102 )

2.2.2.6. Laju Inflasi

Berdasarkan lajunya inflasi dapat pula dibedakan menjadi :

1) Creeping Inflation, yaitu inflasi merayap biasanya dengan laju inflasi yang

rendah ( kurang dari 10 % per tahun ), kenaikan harga berjalan dengan

prosentase kecil serta dalam jangka waktu yang lama.

2) Galloping Inflation, yaitu di tandai dengan kenaikan harga yang relatif

pendek serta mempunyai sifat akselerasi ( cepat ), artinya harga – harga

minggu atau bulan ini lebih tinggi 5 sampai 6 kali, perputaran cepat, harga

naik secara akselerasi ( cepat ). Biasanya keadaan ini timbul apabila

pemerintah mengalami defisit anggaran belanja, misalnya karena


(41)

2.2.2.7. Cara mencegah Inflasi

Cara mencegah inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan, antara lain:

1) Kebijaksanaan Moneter

Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang

yang beredar ( M ). Uang giral sebagai salah satu komponen jumlah uang

yang diatur oleh bank sentral melalui cadangan minimum yang dinaikan

agar jumlah uang menjadi kecil sehingga dapat menekan laju inflasi.

Moneter adalah gejala – gejala ekonomi terhadap jumlah uang beredar.

2) Kebijaksanaan Fiskal

Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran

pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi

permintaan total sehingga akan mempengaruhi harga. Kebijaksanaan fiskal

yang berupa pengeluaran pemerintah serta kenaikkan pajak akan dapat

mengurangi total sehingga inflasi dapat ditekan.

3) Kebijaksanaan yang berkaitan dengan output

Kenaikan jumlah output dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea

masuk sehingga cenderung menurunkan harga, dan dengan demikian

kenaikan output ini dapat memperkecil laju inflasi.

4) Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing

Kebijaksanaan ini dilakukan dengan penentuan keliling harga, serta

mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji atau upah (dengan

demikian upah atau gaji secara riil tetap ) kalau indeks harga naik maka gaji


(42)

2.2.2.8. Hubungan Inflasi dengan Pertumbuhan ekonomi

Dari hasil analisis perbandingan pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat

diperoleh berbagai fenomena – fenomena antara pertumbuhan ekonomi dengan

inflasi

a) Sejak awal krisis pertumbuhan ekonomi negara – negara Asia Timur,

terutama yang mengalami krisis menurun, dan bahkan ada yang negatif

dari1,90 % sampai dengan -13,30 %, sedangkan tingkat inflasi meningkat

sangat tinggi dari 5,30 % sampai dengan 57,20 %

b) Pasca krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi negara – negara Asia Timur

terutama yang mengalami krisis meningkat kembali menjadi 0,45 % sampai

dengan 3,44 %, sedangkan tingkat inflasi menurun kembali menjadi 40 %

sampai dengan 11,15 %

Dari fenomena tersebut diatas jadi, pertumbuhan ekonomi dengan tingkat

inflasi berhubungan terbalik / negatif, apabila pertumbuhan ekonomi menurun

(stagnant and decreasing ), maka inflasi meningkat ( bahkan terjadi hyperinflation )

dan sebaliknya, atau gejala hubungan ini disebut dengan stagflasi yang sering

terjadi di masa krisis ekonomi ( resesi ), dan apabila gejala stagflasi ini terkendali,

maka akan dapat menimbulkan depresi ekonomi besar ( kemelesetan ekonomi ) (

Mahyudi, 2004 : 6 )


(43)

2.2.3. Pengeluaran Pemerintah

2.2.3.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah atau government expediture adalah semua

pembelian barang atau jasa oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dimana

barang dan jasa yang dimasukkan kedalam pengeluaran pemerintah hanyalah

pembelian barang – barang dan jasa – jasa yang mempunyai produksi tahun yang

bersangkutan. Sedangkan barang – barang dan jasa – jasa yang diproduksi pada

tahun yang lampau tetapi dibeli oleh pemerintah tahun ini bukanlah merupakan

bagian dari laba pengeluaran pemerintah ( Boediono, 2001 : 50 )

Pengeluraran pemerintah adalah merupakan bagian dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ). Pemerintah menggunakan anggaran

untuk mencatat dan mengendalikan masalah – masalah fiskal. Disamping itu suatu

anggaran juga menunjukkan rencana pengeluaran dan penerimaan yang akan

dilakukan untuk suatu tahun tertentu.

Pengeluaran pemerintah itu sendiri terdiri dari dua macam, yaitu

pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

a) Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk membiayai

operasional penyelenggaraan roda pemerintahan yang akhirnya bertujuan untuk

dapat memberikan pelayanan sebaik – baiknya kepada masyarakat. Yang

termasuk dalam pengeluaran rutin adalah :

1. Belanja Pegawai


(44)

3. Subsidi daerah pemeliharaan

4. Belanja Perjalanan Dinas

5. Belanja Lain – lain

6. Angsuran Pinjaman / Hutang dan Bunga

7. Bantuan Keuangan

8. Pengeluaran yang tidak termasuk bagian lain

9. Pengeluaran tidak tersangka

b) Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk

pembiayaan proses pembangunan sebagai kegiatan pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong pertumbuhan

ekonomi daerah melalui peningkatan investasi baik yang langsung dilakukan oleh

pemerintah maupun oleh pihak swasta / masyarakat. Yang termasuk dalam

pengeluaran pembangunan adalah :

1. Industri

2. Pertanian dan Kehutanan

3. Sumber Daya Air dan Irigasi

4. Tenaga Kerja

5. Perdagangan, Pengembangan Usaha Daerah dan Koperasi

6. Transportasi, Meteorologi dan Geofisika

7. Pertambangan dan Energi

8. Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi


(45)

10.Lingkungan Hidup dan Tata Ruang

11.Pendidikan, Kebudayaan Nasional, Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, Pemuda dan Olahraga

12.Kependudukan dan Keluarga Sejahtera

13.Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan Wanita, Anak dan Remaja

14.Perumahan Rakyat dan Pemukiman

15.Agama

16.Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian

2.2.3.2.Sebab – Sebab Pengeluaran Pemerintah Meningkat

Banyak faktor yang dapat menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu

meningkat, namun dari sekian banyak faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa faktor yaitu :

a) Adanya Perang

Perang merupakan kegiatan pemerintah yang sangat besar dalam

menyerap dana karena ini menyangkut pertahanan dan keamanan suatu negara,

sekalipun pengeluaran untuk perang diadakan akan sulit sekali untuk dikurangi

meskipun perang sudah usai. Pengeluaran perang harus tetap diadakan bagi tentara

– tentara yang sudah terlajur diangkat menjadi pegawai negeri, dimana mereka ini

sebelumnya menggangur dan tidak menjadi tanggungan pemerintah. Akibatnya baik

pengeluaran maupun penerimaan negara tetap cenderung meningkat ( displacement

effect ). Disamping itu, kecenderungan ini juga disebabkan oleh pengembalian

pinjaman selama perang yang sekarang justru harus disertai dengan bunganya dan


(46)

b) Adanya Kenaikan Tingkat Penghasilan Dalam Masyarakat

Dengan meningkatnya tingkat penghasilan, maka jelas kebutuhan akan

konsumsi barang – barang maupun jasa akan meningkat. Banyak barang – barang

ataupun jasa yang tidak mungkin diusahakan oleh swasta, seperti misalnya kegiatan

pendidikan, kesehatan umum, pemeliharaan prasarana jalan – jalan dan jembatan

yang jelas harus ditangani oleh pemerintah. Meningkatnya penghasilan menuntut

jumlah barang – barang dan jasa yang lebih banyak serta kualitas barang dan jasa.

c) Adanya urbanisasi yang membarengi perkembangan ekonomi

Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota, perlu dilayani

oleh pemerintah dalam hal penyediaan lapangan kerja, kebutuhan listrik, air minum,

perumahan, keamanan dan kesehatan. Hal ini dikarenakan perpindahan penduduk

dari desa ke kota lebih disebabkan oleh adanya tekanan di desa seperti kurang

adanya kesempatan kerja dan karena belum tentu ada lapangan kerja desa.

d) Perkembangan Demokrasi

Perkembangan demokrasi memerlukan biaya yang sangat besar, terutama

untuk mengadakan musyawarah – musyawarah, pemungutan suara, rapat – rapat

dan sebagainya. Dan pemerintahlah yang harus mengusahakan ini semua, karena

pemerintah yang memiliki kemampuan untuk menjaga kepentingan semua pihak

atau individu dalam masyarakat.

e) Semakin berkembangnya peran pemerintah justru akan mengakibatkan

adanya ketidakefesienan, pemborosan dan biokrasi sehingga pengeluaran


(47)

f) Untuk negara sedang berkembang peranan pemerintah semakin mencolok

karena pemerintah bertindak sebagai penggerak dan pelopor pembangunan

tersebut.

g) Timbulnya program kesejahteraan masyarakat, seperti panti asuhan, rumah

jompo dan sebagainya.

2.2.3.3.Klasifikasi Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat

dibedakan menjadi sebagai berikut :

a) Pengeluaran itu merupakan investasi yang menambah kekuatan dan ketahanan

dimasa yang akan datang.

b) Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi

masyarakat.

c) Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

d) Menyediakan kesempatan kerja yang lebih banyak dan tenaga beli yang lebih

luas. ( Suparmoko, 2003 : 44 )

2.2.3.4.Hubungan Pengeluaran Pemerintah dengan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi

berdasarkan persamaan berikut :

Y = C + I + G

Dimana G = pengeluaran pemerintah

Persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan pengeluaran


(48)

dimana suatu ekonomi yang berisi tiga golongan yaitu perusahaan, rumah tangga,

dan pemerintah. Apabila tingkat pendapatan nasional bertambah maka akan

meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat. Pemerintah akan meningkatkan

pembangunan yang bertujuan untuk menghasilkan investasi yang cukup banyak dan

hal ini akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2.2.4. Investasi

2.2.4.1. Pengertian Investasi

Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau

perusahaan untuk membeli barang – barang modal dan perlengkapan produksi

barang – barang dan jasa – jasa yang tersedia dalam perekonomian.

2.2.4.2.Tujuan Teoritis Mengenai Investasi

Investasi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

kegiatan usaha. Karena investasi ini sangat dibutuhkansebagai faktor penunjang

didalam memperlancar proses produksi. Investasi sering diartikan sebagai

pembelian dari obligasi atau surat saham di anggap telah melakukan investasi.

Menurut pendapat Rosyadi ( 1996 : 152 ) mengatakan bahwa investasi itu

berarti penambahan barang – barang modal baru, sedangkan membeli selembar

kertas saham – saham bukanlah investasi. Menurut Dombusch dan Fisher ( 1999 :

46 ) pengertian investasi adalah yang ditunjukan untuk memperkuat atau

mempertahankan stok barang modal, stok barang modal terdiri dari pabrik, mesin,


(49)

Pengertian investasi bukan hanya untuk menambah atau meningkatkan barang

modal tetapi dapat juga diartikan sebagai usaha membina industri – industri.

Dalam prakteknya, suatu usaha untuk mencatat nilai penanaman modal

yang dilakukan dalam satu tahun tertentu, yang digolongkan dengan investasi (

pembentukan modal atau penanaman modal ) meliputi pengeluaran pembelanjaan

sebagai berikut :

1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin – mesin dan peralatan

produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.

2. Pembelanjaan untuk menbangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,

bangunan pabrik dan bangunan – bangunan lainnya.

3. Pertambahan nilai stok barang – barang yang belum terjual, bahan mentah dan

barang – barang yang masih dalam proses produksi pada akhir perhitungan

pendapatan nasional ( Sukirno, 1997 : 107 )

Sedangkan konsep lain menurut Meicre membagi pengertian investasi

menjadi 3 motif yaitu Profit motive, Technological motive, Marketing motive :

1. Profit Motive

Bahwa investasi itu bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar –

besarnya. Jadi para investor yang menanamkan modalnya akan berusaha

semaksimal mungkin untuk mendapatkan dan mendorong mereka untuk selalu


(50)

2. Teknologi Motive

Pada motif ini para investor lebih mengutamakan kemampuan teknologi

dalam setiap usahanya ini berarti para investor akan lebih cenderung ke

penambahan kapasitas produksi dan menentukan produk – produk baru.

3. Marketing Motive

Yaitu suatu investor yang selalu mengarah keperluasan pasar sehingga akan

memperoleh posisi yang kuat dalam persaingan usaha ini juga dimaksudkan

untuk kepentingan memasarkan hasil yang seluas – luasnya, baik untuk

kedalam maupun keluar negeri

Persaingan investor dari semua penndapat tersebut kiranya dapat

disimpulkan bahwa investasi atau penanaman modal itu merupakan pengeluaran

para pemilik modal untuk membeli barang – barang atau jasa secara ekonomis dan

diharapkan dapat diperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya. Sedangkan sifat

atau motif dari para investor tersebut terbagi menjadi 3 macam yaitu :1. sifat motif

ke arah suatu keuntungan profit dengan sumber datar atau bentuknya naik keatas ke

sebelah kanan yang berarti makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi

investasinya. Fungsi atau investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan

investasi otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan

nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis ekonomi

makro biasanya investasi perusahaan bersifat investor otonomi. Pengertian dari

investasi otonomi adalah pembentukan modal yang tidak dipengaruhi pendapatan

nasional. Dengan kata lain, tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan


(51)

2.2.4.3. PengertianPMDN ( Penanaman Modal dalam Negeri )

Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ) atau domestic investment

sesuai dengan Undang – Undang No.6 tahun 1968 pasal ( 1 ) ayat ( 1 ) adalah “

bagian dari kekayaan rakyat Indonesia, termasuk hak dan benda – benda baik yang

dimiliki negara atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan

atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak

diatur oleh ketentuan – ketentuan Undang – Undang No.1 tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing ( PMA ). Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri

tersebut dalam pasal ( 1 ) ayat ( 2 ) dapat terdiri atas perorangan atau badan hukum

yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia”. Sedangkan yang

dimaksud PMDN sesuai dengan Undang – Undang No. 6 pasal ( 2 ) ialah “

penggunaan kekayaan seperti tersebut dalam pasal ( 1 ) baik secara langsung

maupun tidak langsung untuk menjalankan usaha atas dasar ketentuan Undang –

Undang No.6 tahun 1968”. ( www.pkpm.go.id )

Perumusan pasal ( 1 ) dan ( 2 ) diatas mengandung beberapa unsur antara

lain :

Modal dalam negeri merupakan bagian kekayaan dari masyarakat Indonesia

termasuk didalamnya hak – hak dan benda – benda, modal tersebut juga dapat

dimiliki oleh negara atau swasta nasional dan swasta asing yang berdomisili di

indonesia dan disediakan untuk menjalankan usaha. Pihak swasta sendiri dapat

terdiri perorangan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang


(52)

atau tidak langsung untuk menjalankan suatu usaha berdasarkan ketentuan Undang

– Undang tenteng PMDN.

2.2.4.4. Investasi Melalui Pananaman Modal Dalam Negeri ( PMDN )

Penanaman modal dapat juga di artikan sebagai investasi. Kata investasi

berasal dari bahasa Inggris Investment, menurut Rosyidi ( 1996 : 170 ) jenis – jenis

itu sendiri adalah :

1. Autonomous Investment dan Induce Investment

Autonomous Investment adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi

oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan – perubahan

dan faktor – faktor diluar pendapatan yaitu tingkat teknologi, kebijaksanaan

pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Induce Investment adalah

investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

2. Public Investment dan Private Investment

Public Investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh

pemerintah. Yang dimaksud dengan perkataan pemerintah disini adalah baik

pemerintah pusat ataupun pemerintan daerah tingkat satu dan seterusnya. Private

Investment adalah investasi yang dilaksanakan swasta.

3. Domestic Investment dan Foreign Investment

Domestik artinya dalam negeri sedangkan Foreign artinya luar negari. Dengan itu

jelas bahwa Domestic Investment adalah penanaman modal dalam negeri.

Sedangkan Foreign Investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara

yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam dan faktor produksi tenaga


(53)

sumber – sumber yang dimiliki akan mengundang modal asing ini, agar sumber

yang ada di dalam negeri tetap belum dimanfaatkan bisa digali sehingga tidak

menganggur sia – sia.

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross Investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan

pada suatu ketika. Dengan demikian, Investasi Bruto ini dapat bernilai positif,

tetapi tidak akan bernilai negatif. Yang dimaksud dengan Investasi Bruto ini

adalah semua jenis investasi yang dilaksanakan di suatu negara, dengan tidak

peduli jenis investasi apa sajakah yang dilaksanakan itu, jadi mungkin sekali

Investor Bruto itu mencakup segala jenis investor, baik yang autonomous maupun

yang Induced, baik yang Private maupun yang publik baik yang Domestik yang

Foreign, pendek kata, seluruh investasi yang dilakukan di suatu negara pada suatu

periode waktu tertentu. Net Investment ( Investasi Netto) selisih antara Investasi

Bruto dengan penyusutan.

Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ) merupakan investasi yang

dilakukan oleh investor dalam negeri. Penanaman Modal Dalam Negari ( PMDN )

ini lebih banyak dilakukan oleh pemerintah dengan motivasi untuk kesejahteraan


(54)

2.2.4.5. Hubungan Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian.

Banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negara menunjukkan

tingginya laju pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan.

Investasi yang dilakukan mempunyai keuntungan yang besar didalam

suatu negara terutama negara miskin dan negara sedang berkembang yaitu salah

satunya adalah meningkatkan lapangan kerja dan adanya alih teknologi sehingga

dapat meningkatkan pendapatan suatu negara tersebut dan dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Sehingga hubungan investasi dengan pertumbuhan ekonomi

saling mempengaruhi, apabila tingkat investasi menurun maka dapat menghambat

akan produksi barang dan jasa yang akan dikonsumsi masyarakat karena

terbatasnya modal sehingga pertumbuhan ekonomi akan menurun dan demikian

sebaliknya.

2.2.5. Tenaga Kerja

2.2.5.1.Pengertian Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja adalah total jumlah penduduk dalam usia produktif

dan siap bekerja.

2.2.5.2.Definisi dari Jumlah Tenaga Kerja

Faktor Tenaga Kerja merupakan salah satu faktor produksi yang

terpenting dalam kaitannya dengan peningkatan PDB suatu negara. Dari segi


(55)

maka semakin tinggi pula kegiatan tersebut. Namun hal ini tidak berlaku

sepenuhnya, karena adanya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang,

sehingga setelah tingkat penggunaan tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang

dapat di hasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang dengan kata lain,

setelah jumlah tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk marginal tenaga

kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi pengangguran tenaga

kerja sehingga dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi

jumlahnya saja, tetapi juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut (

Suparmoko, 1991 : 210 )

2.2.5.3.Dampak dari Jumlah Tenaga Kerja

Faktor produksi yang sangat dominan akan mangakibatkan penambahan

tanaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Yang

menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak penambahan tenaga kerja akan

terus meningkatkan output. Hal itu sangat tergantung dari seberapa cepat terjadinya

The Late Of Diminishing Return ( TLDR ). Sedangkan cepat atau lambatnya proses

TLDR sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan keterkaitannya dengan kemajuan

teknologi produksi. Jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam proses

produksi akan semakin sedikit bila teknologi yang digunakan makin tinggi. Untuk

meningkatkan output secara efisien, pilihan yang rasional adalah teknologi padat


(56)

2.2.5.4. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan Ekonomi

Analisa Lewis mengenai proses pembangunan dalam perekonomiaan

yang menghadapi kelebihan tenaga kerja dapat dibedakan dalam tiga aspek, yaitu :

 Analisa mengenai corak proses pertumbuhan itu sendiri

 Analisa mengenai faktor utama yang memungkinkan tingkat penanaman modal menjadi bertambah tinggi dalam proses pembangunan.

 Analisa mengenai faktor- faktor yang menyebabkan proses pembangunantidak berlaku lagi seperti yang digambarkan, yaitu coraknya berubah.

Proses pembangunan yang digambarkan oleh lewis menjelaskan corak

proses perkembangan ekonomi yang akan berlaku. Menurut teorinya, proses

pembangunan bermula, dan selanjutnya terus – menerus berlangsung sebagai akibat

dari penanaman kembali keuntungan yang diciptakan dalam sektor kapitalis.

Kegiatan ini akan menciptakan sejumlah kesempatan kerja di sektor kapitalis,

produksi disektor ini akan meningkat dan dengan demikian pembangunan ekonomi

akan tercipta.

2.3Kerangka Pikir

1. Inflasi ( X1 )

Inflasi turun mengakibatkan harga barang dan jasa secara umum akan

turun sehingga dapat mempengaruhi daya beli masyarakat menjadi naik, dan

pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya meningkat dan ditandai dengan lajunya

inflasi yang rendah serta prosentase kecil dalam jangka waktu yang lama.


(57)

2. Pengeluaran Pemerintah ( X2 )

Pengeluaran pemerintah adalah semua pembelian barang atau jasa oleh

pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dimana barang atau jasa yang dimasukkan

ke dalam pengeluaran pemerintah hanyalah pembelian barang atau jasa yang

merupakan produksi tahun yang bersangkutan ( Boediono, 2001 : 50 ). Apabila

tingkat pendapatan masyarakat naik, maka kebutuhan akan konsumsi barang

maupun jasa juga meningkat, terutama barang atau jasa yang tidak bisa disediakan

oleh swasta ( barang publik ), sehingga mendorong pemerintah dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat. Hal ini akan mengakibatkan pengeluaran pemerintah

meningkat dan secara tidak langsung permintaan agregat pun meningkat. Dengan

adanya proyek tersebut menyebabkan tersediannya sarana dan prasarana

pembangunan yang secara tidak langsung mendorong kegiatan perekonomian yang

akan menciptakan pertumbuhan ekonomi.

3. Penanaman Modal Dalam Negeri ( X3 )

Meningkatnya penanaman modal dalam negeri secara tidak langsung

menyebabkan bertambahnya modal bagi industri dalam negeri sehingga dengan

meningkatnya modal tersebut diharapkan para produsen atau industri dalam negeri

dapat meningkatkan produksi barang dan jasa dan diharapkan mampu untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi baik dalam negeri maupun luar negeri sehingga

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

4. Jumlah tenaga kerja ( X4)

Faktor jumlah tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang


(58)

mengakibatkan tingkat produksi perusahaan meningkat. Hal ini akan bisa menjadi

salah satu faktor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.

Akibat kurangnya jumlah tenaga kerja yang telah dirasakan telah mempengaruhi

laju pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya ( Suparmoko, 1991 : 210 ). Oleh

karena itu, faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi jumlahnya saja tetapi

juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kota Surabaya.

Gambar : Paradigma Kerangka Pikir

Sumber : Penulis

Dari kerangka pikir yang telah sajikan dapatlah diketahui bahwa apabila

peningkatan infasi turun dapat mengakibatkan daya beli masyarakat akan barang

dan jasa naik sehingga pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya meningkat (

Suparmoko, 1991 : 210 ). Sehingga mendorong pemerintah dalam memenuhi

kebutuhan akan komsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa, hal ini membuat

Inflasi 

Pengeluaran Pemerintah 

PMDN 

Jumlah Tenaga Kerja 

Daya Beli Masyarakat 

Permintaan agregat 

Permintaan Agregat 

Tingkat Produksi Perusahaan 

Pertumbuhan ekonomi 


(59)

pengeluaran pemerintah meningkat, secara tidak langsung permintaan agregat pun

meningkatdan akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam menghadapi kondisi

ini penanaman modal dalam negeri sangatlah dibutuhkan guna menambah modal

dalam negeri untuk meningkatkan produksi barang dan jasa. Dalam proses produksi

faktor tenaga kerja juga berpengaruh, bila jumlah tenaga kerja meningkat

mengakibatkan tingkat produksi perusahaan meningkat dan hal ini akan dapat

mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.

2.4. Hipotesis

1) Diduga tingkat inflasi, pengeluaran pemerintah, penanaman modal dalam

negeri, jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kota Surabaya.

2) Diduga tingkat inflasi merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi


(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang

definisi dan pengukuran variabel “penelitian secara operasional berdasarkan teori

yang ada maupun pengalaman empiris.”

Sedangkan definisi pengukuran variabel yang digunakan dalam penulisan

penelitian ini, antara lain terdiri dari :

A. Variabel tidak bebas atau variabel terikat ( Dependent Variabel )

Yaitu variabel yang tergantung atau dipegaruhi variabel lain

Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah :

Pertumbuhan Ekonomi ( Y )

Merupakan peningkatan kemakmuran masyarakat yang bertolak ukur pada

perkembangan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) dari tahun ke tahun,

dimana Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) adalah jumlah nilai seluruh

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam waktu

satu tahun. Dalam penelitian ini satuan pengukuran pertumbuhan ekonomi

dinyatakan dalam bentuk persen ( % ).

B. Variabel bebas atau variabel tidak terikat ( Independent Variabel )

Yaitu variabel yang tidak tergantung atau tidak dipengaruhi oleh variabel lain.


(1)

Sumitro, 1994, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Penerbit

LP3SE, Jakarta.

Samuelson, A. Paul dan Nordhaus.D. William, 1997, Mikro Ekonomi, Edisi Keempat

belas, Erlangga, Jakarta.

Skripsi :

Putro, Dimas Andi Ario 2006 : 71, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia, UPN “Veteran”Jawa Timur.

Irawan, Eric, 2005 : 31, Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di

Surabaya, UPN “Veteran”Jawa Timur.

Irawan, Dedy, 2008 : 102, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi Di Jawa Timur, UPN “Veteran”Jawa Timur.

Budianto, Eko Nurwan, 2008 : 107, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi Di Kabupaten Sumenep, UPN “Veteran”Jawa Timur.

Wahyuni, Sri, 2007 : 79, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Pada

Industri kecil di Surabaya, UPN “Veteran”Jawa Timur.

Jurnal :

Mubyarto, 2003, Jurnal Pertumbuhan Ekonomi Kilas Balik Ekonomi Rakyat Tahun 2002,

Redaksi, Yogyakarta.


(2)

4.6767 6.94327 15

13.6660 22.84086 15

768,808,096.53 538,244,259.330 15

2,395,574.20 690,772.521 15

26,684.4400 16,509.94744 15

Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi(X1)

Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3)

Jumlah tenaga kerja(X4)

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 -.893 .089 -.064 .083

-.893 1.000 -.209 -.012 -.125

.089 -.209 1.000 .555 .891

-.064 -.012 .555 1.000 .771

.083 -.125 .891 .771 1.000

. .000 .376 .410 .384

.000 . .228 .483 .328

.376 .228 . .016 .000

.410 .483 .016 . .000

.384 .328 .000 .000 .

15 15 15 15 15

15 15 15 15 15

15 15 15 15 15

15 15 15 15 15

15 15 15 15 15

Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi(X1) Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3) Jumlah tenaga kerja(X4) Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi(X1) Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3) Jumlah tenaga kerja(X4) Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi(X1) Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3) Jumlah tenaga kerja(X4) Pearson Correlation Significance (1-tailed) N Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi (X1) Pengeluaran pemerintah (X2) PMDN (X3) Jumlah tenaga kerja(X4)

Model Summaryb

.925a .855 .797 3.13123 1.353

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-W atson

Predictors: (constant) Jumlah tenaga kerja(X4), Inflasi(X1), PMDN(X3), Pengeluaran pemerintah(X2)...

a.

Dependent Variable: Pertumbuhan ekonomi(Y) b.


(3)

ANOVAb

576.879 4 144.220 14.709 .000a

98.046 10 9.805

674.925 14

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Significance

Predictors: (constant) Jumlah tenaga kerja(X4), Inflasi(X1), PMDN(X3), Pengeluaran pemerintah(X2)...

a.

Dependent Variable: Pertumbuhan ekonomi(Y) b.

Coefficientsa

13.556 3.672 3.692 .004

-.281 .038 -.926 -7.43 .000 -.920 .937 1.067

-7.22E-09 3.903E-09 -.560 -1.85 .094 -.505 .159 6.302

-3.07E-06 2.140E-06 -.306 -1.44 .182 -.413 .321 3.119

3.0E-04 1.6E-04 .702 1.799 .102 .494 .096 10.5

(Constant) Inflasi(X1) Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3) Jumlah tenaga kerja(X4) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t

Signific

ance Partial Correl ations

Tole ranc

e VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Pertumbuhan ekonomi(Y) a.


(4)

Regression

Descriptive Statistics

4.6767 6.94327 15

13.6660 22.84086 15

768,808,096.53 538,244,259.330 15

2,395,574.20 690,772.521 15

Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi(X1)

Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3)

Mean Std. Deviation N

Correlations

1.000 -.893 .089 -.064

-.893 1.000 -.209 -.012

.089 -.209 1.000 .555

-.064 -.012 .555 1.000

. .000 .376 .410

.000 . .228 .483

.376 .228 . .016

.410 .483 .016 .

15 15 15 15

15 15 15 15

15 15 15 15

15 15 15 15

Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi(X1)

Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3)

Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi(X1)

Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3)

Pertumbuhan ekonomi(Y) Inflasi(X1)

Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3) Pearson

Correlation

Significance (1-tailed)

N

Pertumbuhan ekonomi(Y)

Inflasi (X1)

Pengeluaran pemerintah

(X2)

PMDN (X3)

Model Summaryb

.899a .808 .755 3.43481 .832

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-W atson

Predictors: (constant) PMDN(X3), Inflasi(X1), Pengeluaran pemerintah(X2)...

a.

Dependent Variable: Pertumbuhan ekonomi(Y) b.


(5)

ANOVAb

545.148 3 181.716 15.402 .000a

129.777 11 11.798

674.925 14 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Significance

Predictors: (constant) PMDN(X3), Inflasi(X1), Pengeluaran pemerintah(X2)... a.

Dependent Variable: Pertumbuhan ekonomi(Y) b.

Coefficientsa

9.971 3.383 2.948 .013

-.277 .041 -.911 -6.685 .000 -.896 .941 1.063

-1.114E-09 2.114E-09 -.086 -.527 .609 -.157 .651 1.537

-2.722E-07 1.611E-06 -.027 -.169 .869 -.051 .680 1.470 (Constant) Inflasi(X1) Pengeluaran pemerintah (X2) PMDN(X3) Model 1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standard ized Coefficie nts t Signifi cance Partial Correla tions Tolera nce VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Pertumbuhan ekonomi(Y) a.

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 -.039 -.164 .046

. .889 .558 .869

15 15 15 15

-.039 1.000 -.007 -.100

.889 . .980 .723

15 15 15 15

-.164 -.007 1.000 .650**

.558 .980 . .009

15 15 15 15

.046 -.100 .650** 1.000

.869 .723 .009 .

15 15 15 15

Correlation Coefficient Significance (2-tailed) N Correlation Coefficient Significance (2-tailed) N Correlation Coefficient Significance (2-tailed) N Correlation Coefficient Significance (2-tailed) N Unstandardized Residual Inflasi(X1) Pengeluaran pemerintah(X2) PMDN(X3) Spearman's rho Unstandardiz

ed Residual Inflasi(X1)

Pengeluaran pemerintah

(X2) PMDN(X3)

Corr. is significant at .01 level 2-tail... **.


(6)