Dalam penelitian ini tidak hanya untuk mengetahui motif pengguna Facebook
dan nilai-nilai penggunaan Facebook, namun juga untuk mengetahui isi pesan bahasa dan tulisan dari informan pengguna
Facebook , maka peneliti menggunakan analisis isi. Pada dasarnya analisis
isi merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat mengobservasi dan menganalisis isi
perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih Bungin 2001:134. Peneliti akan melakukan analisis isi pada fitur Facebook wall
status dan notes dari informan penelitian yang merupakan Facebooker
pengguna Facebook.
3.4 . Teknik Analisis Data
Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis ide seperti yang disarankan olrh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
hipotesis itu. Moleong, 2001:103 Terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data Moleong,
2001:105: 1.
Data yang terkumpul dikategorikan dan dipilah-pilah menurut jenis datanya.
2. Melakukan seleksi terhadap data yang dianggap data inti yang berkaitan
langsung dengan permasalahan dan yang hanya merupakan data pendukung.
3. Menelaah, mengkaji, dan mempelajari lebih dalam data tersebut kemudian
melakukan interpretasi data untuk mencari solusi dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Pada penelitian kualitatif ini, analisis data dilakukan semenjak awal penelitian. Pengamatan dilaksanakan di Facebook sebuah situs
jejaring sosial di dunia maya yang banyak digunakan oleh netter pengguna internet sebagai saluran self disclosure melalui cyberspace.
Aktivitas self disclosure yang terjadi di dalamnya diobservasi melalui pesan bahasa dan tulisan yang disampaikan remaja putri di Surabaya
pada fasilitas-fasilitas komunikasi dan informasi wall status dan notes yang tersedia pada Facebook.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1.1. Facebook
Facebook memiliki sejarah yang diawali penciptaannya di Cambridge,
Massachusetts 14 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg seorang Mahasiswa Harvard. Ketika itu Mark mencoba membuat suatu program yang mampu
menghubungkan teman-teman satu kampusnya, sehingga nama situs yang digagas oleh Mark ialah Facebook. Nama ini diambilnya dari buku bernama
Facebook , yakni buku yang biasanya berisi daftar anggota komunitas dalam
satu kampus. Pada sejumlah college dan sekolah preparatory di Amerika Serikat,
buku ini diberikan kepada mahasiswa atau staf fakultas baru agar dapat lebih mengenal orang lain di kampus bersangkutan. Sekitar tahun 2004, Mark yang
memiliki hobi mengotak-atik program pembuatan website berhasil menulis kode orisinal Facebook dari kamar asramanya. Untuk membuat situs ini, dia
hanya membutuhkan waktu berkisar dua minggu. Mark lantas mengumumkan situsnya dan menarik rekan-rekannya untuk bergabung. Hanya dalam waktu
dua mingguan, Facebook telah mampu menjaring dua per tiga lebih
72
mahasiswa Harvard sebagai anggota tetap. Mendapati Facebook dapat menjadi magnet yang kuat untuk menarik banyak orang bergabung, dia
memutuskan mengikuti jejak Bill Gates dengan memilih drop out demi menekuni situs Facebook. Selanjutnya Mark bersama tiga rekannya,
McCollum, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes-Mark, membuka keanggotaan Facebook untuk umum. Mark memiliki banyak alasan untuk
lebih menekuni Facebook. Akhirnya, Mark dan rekannya berhasil membuat Facebook
menjadi situs jaringan pertemanan yang segera melambung namanya, mengikuti tren Friendster yang juga berkembang kala itu. Agar
mempunyai nilai lebih, maka Mark mengolah Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Tidak dipungkiri, kelebihan fitur tersebut membuat Facebook
semakin digemari. Terdapat 9.373 aplikasi serta terbagi dalam 22 kategori yang dapat digunakan sebagai fasilitas Facebook, seperti chat, game, pesan
instan, hingga urusan politik dan berbagai hal lainnya. Kelebihan lainnya,
sifat keanggotaan situs ini sangat terbuka. Jadi, data yang dibuat setiap orang lebih jelas dibandingkan jejaring sosial lain. Hal ini yang membuat orang
semkin nyaman dengan Facebook dalam mencari teman, baik telah dikenal maupun kenalan baru dari seluruh penjuru dunia. Semenjak kemunculan
Facebook tahun 2004 silam, anggotanya terus berkembang pesat. Prosentase
kenaikannya melebihi pendahulunya, Friendster. Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat luar biasa, Facebook
menjadi “barang dagangan” yang sangat laku. Tidak heran, raksasa software
Microsoft tertarik meminangnya. Konon untuk memiliki saham hanya 1,6
saja, Microsoft harus mengeluarkan dana tidak kurang dari US 240 Juta. Ini berarti nilai kapitalisasi saham Facebook dapat mencapai US 15 miliar. Mark
pun dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam sejarah yang memulai dari keringatnya sendiri. Niat baik Mark untuk sekedar “menyatukan” komunitas
kampusnya dalam sebuah jaringan ternyata berdampak keuntungan besar.
4.1.1.2. Aplikasi Fitur di
Facebook
Berbagai fitur yang dimiiki oleh Facebook dapat berdiri sendiri dalam bentuk aplikasi, seakan-akan Facebook adalah sebuah sistem operasi seperti
window dan berbagai fitur di Facebook adalah aplikasi independen yang bisa
berbagi data dengan sistem operasi seperti Microsoft Word. Hal itu penting, dengan memahami serta mengerti cara penggunaan fitur, membuat
Facebooker lebih lihai dalam menjalankan fungsi Facebook. Aplikasi di
Facebook yang bisa kita gunakan, yaitu:
1. Home
Merupakan halaman depan situs yang didalamnya terdapaat news feed, yakni pengguna dapat mengetahui kegiatan pengguna lain yang aktif.
2. Info
Memuat data diri pemilik akun Facebook. Melalui fitur ini, Facebooker dapat memperkenalkan identitas dirinya kepada pihak yang diinginkan,
misalnya friends dalam Facebook. Begitu juga Facebooker lain yang ingin
mengetahui identitas pemilik akun Facebook yang bersangkutan, dapat meng-klik fitur ini.
3. Wall
Fitur di Facebook yang menjadi wilayah Facebooker dapat mengungkapkan dirinya melalui tulisan pada kolom yang bertuliskan
“what’s on your mind ?” , dalam bahasa Facebooker disebut menulis
status. Disini Facebooker dapat pula berinteraksi dengan teman
Facebooker -nya yang memberikan respon pada fitur comment yang
tersedia ataupun merespon kembali tentang suatu hal yang dibahas. Pada wall
dapat dilihat keseluruhan tulisan-tulisan Facebooker yang bersangkutan lengkap dengan feed back atau comment-nya.
4. Notes
Adalah Aplikasi blogging di Facebook. Melalui notes, Facebooker bisa bebas menuliskan yang diinginkan sekaligus membagikannya dengan
teman-teman Facebooker lainnya. Seperti aplikasi lain, di Facebook dapat melihat notes yang dibuat teman Facebooker lain.
5. Poke
Aplikasi untuk “mencubit” atau “mencolek” seseorang. Berguna untuk menunjukkan ketertarikan anda kepada orang tersebut, atau menunjukkan
anda sedang membuka halaman profil teman anda tersebut.
6. Photos
Aplikasi photos adalah tempat dimana anda dapat melihat berbagai gambar atau foto yang dimuat di Facebook, baik oleh anda sendiri atau
oleh teman-teman anda di Facebook. Aplikasi photos mengelompokkan gambar yang dimuat di Facebook ke dalam photo album.
7. MarketPlace
Ialah aplikasi iklan baris di Facebook. Hal yang menarik mengenai marketplace
ialah kita dapat melihat iklan yang dimuat semua orang dari network
tempat kita bergabung seperti Indonesia, atau network universitas kamu. Anda juga memiliki pilihan untuk melihat iklan dari
teman-teman anda saja. 8.
Events Adalah aplikasi dalam Facebook untuk menciptakan, mengikuti, dan
menemukan berbagai acara baik itu yang diciptakan oleh orang lain, teman anda, bahkan oleh anda sendiri. Menggunakan events, anda dapat
mengundang teman untuk hadir pada sebuah acara, menciptakan halaman khusus mengenai acara tersebut, mengirimkan peringatan untuk hadir, dan
sebagainya.
9. Video
Aplikasi video di Facebook hampir serupa dengan aplikasi photos. Perbedaannya adalah aplikasi photos ialah tempat memuat gambar atau
foto sedangkan aplikasi video tempat memuat video atau dokumentasi audio visual.
4.1.2. Identitas Informan
Dalam penelitian ini informan yang berperan sebagai subjek penelitian, tidak dibatasi dan ditentukan jumlahnya. Kriteria menjadi informan
adalah remaja putri di Surabaya yang memiliki akun pribadi di Facebook. Informan berusia 12-21 tahun. Informan seringkali melakukan self disclosure
dengan para Facebooker di media sosial online Facebook dengan memanfaatkan fitur wall dan notes. Adapun self disclosure keterbukaan diri
yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar merupakan informasi pribadi yang disembunyikan maupun tidak disembunyikan. Self disclosure yang
dilakukan remaja putri dalam penelitian ini dipengaruhi oleh referensi dan pengalaman pribadi remaja putri yang bersangkutan. Setelah melakukan
proses penelitian, peneliti menemukan lima informan penelitian. Persamaan dari semua informan adalah remaja putri yang masih menempuh pendidikan
di Surabaya.
Adapun penelitian ini telah dilakukan terhadap informan penelitian berikut: 1.
Informan 1 Informan 1 bernama Sarah nama samaran. Ia adalah mahasiswi salah
satu universitas swasta di Surabaya. Remaja putri ini berusia 19 tahun. Sarah baru satu tahun memiliki Facebook. Dia termotivasi menjadi
Facebooker , karena ingin menjalin hubungan kembali dengan teman-
teman lamanya di SD, SMP, dan SMA. Terlebih lagi Sarah baru saja menetap di Surabaya semenjak kuliah, sebelum dahulunya bertempat
tinggal di Malang. 2.
Informan 2 Informan 2 bernama Dona nama samaran. Ia adalah siswi kelas 3
SMP Negeri Surabaya. Remaja putri ini berusia 14 tahun. Dona memiliki akun pribadi di Facebook sejak dua tahun yang lalu. Keinginannya
memiliki Facebook, karena kebutuhannya untuk mengekspresikan diri secara bebas. Mengingat Dona merupakan anak tunggal yang tergolong
tertutup, sehingga baginya Facebook dapat menemani kesendiriannya. 3.
Informan 3 Informan 3 adalah Rara nama samaran. Dia merupakan siswi kelas 3
SMP Negeri Surabaya yang berusia 14 tahun. Rara telah menjadi Facebooker
semenjak di kelas 1 SMP atau terhitung dua tahun lalu. Motivasi menjadi Facebooker lebih banyak dari teman-temannya yang
menyatakan, Facebook dapat menjadi media yang mengasyikkan untuk mengungkapkan diri.
4. Informan 4
Informan 4 bernama Salsa nama samaran. Ia adalah mahasiswi universitas swasta di Surabaya dan berusia 19 tahun. Salsa sudah dua
tahun memiliki akun pribadi di Facebook. Keinginannya untuk bisa mengaktualisasikan diri adalah alasan utamanya memiliki akun pribadi di
Facebook. Menurutnya, ia merupakan pribadi yang tertutup di dunia
nyata, sehingga keberadaan Facebook dapat membantunya lebih membuka diri.
5. Informan 5
Informan 5 ialah Niken nama samaran. Dia adalah mahasiswi sebuah universitas swasta di Surabaya. Niken telah berusia 20 tahun. Remaja putri
ini telah bergabung di Facebook selama dua tahun. Dia pernah mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan dengan teman-teman lamanya, namun
setelah dia menjadi Facebooker hubungan pertemanan tersebut dapat terjalin kembali.
4.1.3. Penyajian Data dan Analisis Data
Proses penelitian ini dilakukan selama kurang lebih empat bulan. Pada penelitian ini, peneliti berupaya menggambarkan peran media sosial online
Facebook sebagai saluran self disclosure remaja putri di Surabaya. Data
diperoleh dengan melakukan observasi berperan serta dan wawancara mendalam In-Depth-Interview yang dilakukan terhadap Facebooker remaja
putri di Surabaya. Wawancara dilaksanakan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan. Observasi dilakukan untuk mengamati
perilaku dan perkembangan dari situasi yang diteliti itu sendiri. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan analisis dengan kualitatif sehingga
diperoleh gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang telah ditentukan.
4.1.3.1. Motif Remaja Putri di Surabaya Memiliki Akun Pribadi di
Facebook A.
Untuk menjalin hubungan pertemanan lama
Media sosial online Facebook, pada dasarnya merupakan situs jejaring sosial dengan karakteristik unik yang dapat membuat penggunanya
menggunakan motif khusus untuk menjalin hubungan pertemanan lama. Hal tersebut dinyatakankan juga oleh Boyd dan Ellison 2007 :
“Keunikan situs jejaring sosial adalah bukan karena semata- mata media ini mampu membuat individu bertemu orang tak
dikenal strangers, namun lebih untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang memang telah menjadi bagian dari
perpanjangan jejaring sosial mereka.”
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan jejaring sosial online, termasuk Facebook tidak hanya
bertujuan menjalin hubungan dengan orang baru yang tidak dikenal sebelumnya. Melainkan lebih banyak Facebooker memiliki motif
menjalin pertemanan lamanya kembali melalui Facebook.
Saat melakukan penelitian, peneliti juga menemukan informan- informan penelitian yang menggunakan Facebook, karena termotivasi
menjalin hubungan pertemanan lamanya kembali. Salah satunya, Sarah. Semenjak kecil, Sarah tinggal di Malang. Dia baru saja
bertempat tinggal di Surabaya, ketika berada di bangku kuliah. Hal itu memotivasi Sarah memiliki akun pribadi di Facebook, karena
keinginan kuatnya untuk menemukan teman-teman lamanya. Alasan tersebut dinyatakannya kepada peneliti secara langsung.
Informan 1
“Aku sih…kalau ke Facebook lebih pengen nyari temen- temen SMP, SMA, SD. Pokoknya temen yang dulu di Malang.
Soalnya kan pindahan, baru di Surabaya. Jadi cuma pengen…nyari temen lama.”
Interview: Rabu, 22 September 2010. Pukul 13.00 WIB. Lokasi: Rumah Sarah
Motif serupa juga dialami oleh Niken. Dia juga memiliki dorongan untuk menjalin hubungan pertemanan lama melalui Facebook. Ia telah
bertempat tinggal di Surabaya sedari kecil. Banyak teman lamanya terdahulu
berpisah jarak dan waktu darinya, sehingga menurutnya Facebook dapat membantunya kembali menjalin pertemanannya dengan mudah. Sambil
tersenyum, Niken menyatakan hal itu.
Informan 5
“Untuk menjalin hubungan dengan teman-teman lama.Apalagi temen- temen lamaku dah banyak yang pergi ke luar kota atau luar
provinsi..klo lewat Facebook, jadi lebih mudah berkomunikasinya.” Interview: Kamis, 7 Oktober 2010. Pukul 17.00 WIB. Lokasi:
Kantin Kampus Niken Kedua informan di atas mempunyai kesamaan motif dalam
penggunaan Facebook, yakni untuk menjalin hubungan pertemanan lama. Bagi mereka Facebook menjadi alternatif efektif untuk menjalin pertemanan
lama daripada baru. Mengingat Facebook adalah media yang bersifat anonimitas, yakni suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat diidentifikasi.
Anonimitas ini mendorong ke arah timbulnya disembodiment, sebuah identitas yang tidak tergantung atau dibatasi oleh tampilan fisik. Seperti yang
diungkapkan oleh Turkle 1995, “Anda dapat menjadi siapa saja di internet. Anda dapat sepenuhnya menciptakan identitas baru sesuai keinginan.”
Thurlow, Lengel Tomic, 2007:99 Ternyata isu anonimitas ini, juga cukup diwaspadai oleh Sarah dan
Niken. Hal tersebut yang menyebabkan keduanya cenderung tertarik membangun hubungan kembali dengan teman lama yang telah dikenalnya
dibanding teman baru yang sama sekali tidak dikenalnya. Sarah menyatakan
kekhawatirannya menjalin pertemanan di Facebook dengan orang yang tidak dikenalnya sama sekali melalui pernyatannya pada peneliti.
Informan 1
“kalau aku sih…lebih baek nge-add atau ngonfirm temen- temen lama atau sekarang yang udah aku kenal. Takutnya
kalau betemen ma orang baru lewat Facebook, ternyata tu orang nggak bener…apalagi sekarang banyak kejahatan lewat
Facebook
.”
Interview: Rabu, 22 September 2010. Pukul 13.00 WIB. Lokasi: Rumah Sarah
Sementara Niken, juga menyimpan kewaspadaan terhadap orang-orang baru yang tidak dikenalnya sama sekali, namun berupaya
menjadi temannya di Facebook. Baginya, berteman dengan orang yang belum jelas asal usulnya, terutama melalui Facebook, dapat
berpotensi membahayakan dirinya. Berikut penuturan Niken kepada peneliti :
Informan 5
“Aku mending nggak bertemen ma orang baru yang nggak aku kenal sama sekali di Facebook. Lagian menjalin hubungan ma
orang yang belum jelas identitasnya, belum tentu nguntungin buat aku. Malah jangan-jangan…bisa berbahaya buatku. Meski
aku punya temen baru lewat Facebook, tapi liat-liat dulu juga orangnya..kalau feeling-ku dia orang baek, ya aku mau jadi
temennya. Tapi kalau nggak baek, aku tolak aja. Mending bertemen ma temen yang dah pasti kenalnya.”
Interview: Kamis, 7 Oktober 2010. Pukul 17.00 WIB. Lokasi: Kantin Kampus Niken
Kedua informan penelitian tersebut memiliki kecenderungan motif
yang sama dalam menjalin pertemanan lama, daripada berteman dengan orang
asing di Facebook. Mereka menganggap pertemanan lama jauh lebih aman, daripada berteman dengan orang asing yang berpotensi membahayakannya.
Motif tersebut juga diperkuat dengan riset sebelumnya mengenai Facebook yang menyatakan, motif pengguna media ini lebih memilih untuk mencari
orang-orang yang mereka telah kenal sebelumnya di dunia nyata dibanding mereka browsing untuk berkenalan dengan orang asing yang belum dikenal.
Lampe, Ellison, Steinfield, 2006
B. Untuk aktualisasi diri
Motif informan lain memiliki akun pribadi Facebook dalam penelitian ini, sebagai media aktualisasi diri. Informan penelitian yang merupakan
remaja putri memiliki rentang usia yang berada pada posisi pencarian identitas diri atau berupaya untuk menemukan dan menjadi dirinya yang sebenarnya.
Terlebih lagi menurut Soekanto 2003:372, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dalam badai”. Pada fase ini,
perkembangan tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Hal tersebutlah yang pada akhirnya
menjadi alasan bahwa remaja membutuhkan media untuk menumbuhkembangkan potensi dirinya sesuai dengan keinginan serta
kemampuannya. Dengan kata lain, remaja khususnya pada penelitian ini adalah remaja putri, membutuhkan media aktualisasi diri. Dalam Effendy
2003 : 290, aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis dalam
menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya untuk menjadi diri sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Beberapa remaja putri di Surabaya yang sekaligus bertindak sebagai informan penelitian, memiliki motif mengaktualisasikan dirinya melalui
Facebook. Bagi mereka Facebook dapat membantu mengungkapkan dirinya
secara utuh, sehingga jati dirinya mulai terlihat. Dona merasa mampu mengekspresikan dirinya dengan bebas melalui
fasilitas-fasilitas fitur yang disediakan Facebook. Kesehariannya sebagai remaja putri yang cenderung tertutup, membuatnya kesulitan
mengaktualisasikan diri sebebas-bebasnya di kehidupan nyata. Hal itu dipaparkan oleh Dona berikut ini :
Informan 2
“Aku pengen bisa ekspresiin diriku lewat Facebook..dan aku rasa lumayan berhasil. Karena aku terkadang agak sulit
ngungkapin diri lewat kehidupan sehari-hari, tapi di Facebook aku lumayan bisa ngungkapin diriku sebenernya...lebih bebas.”
Interview: Rabu, 29 September 2010. Pukul 15.00 WIB. Lokasi: Rumah Dona
Rara pun merasakan motif yang sama dengan Dona ketika memutuskan untuk memiliki akun pribadi di Facebook. Dia mendengar cerita
teman-temannya yang merasakan kenyamanan mengaktualisasikan diri di Facebook
, maka Rara pun menjadi tertarik mencobanya. Motif tersebut dinyatakan oleh Rara pada peneliti.
Informan 3
“yah..kata temen-temen, asyik loh…ngungkapin apapun di Facebook
. Dan ternyata bener, aku bisa nambah feel buat jadi diri sendiri…Aku mau ngungkapin apa aja sesuai keinginanku,
di Facebook bisa…” Interview: Rabu, 29 September 2010. Pukul 16.00 WIB. Lokasi:
Rumah Rara Motif mengaktualisasikan diri di Facebook juga dimiliki Salsa. Salsa
merupakan remaja putri yang memiliki potensi dan kegemaran dalam hal tulis menulis. Pribadinya yang pendiam serta introvert membuatnya
mengekspresikan dirinya lebih banyak melalui tulisan. Baginya, Facebook adalah saluran yang sangat tepat agar dirinya dapat mengaktualisasikan diri
melalui tulisan. Dia ingin orang lain berempati dengan keberadaannya, sehingga eksistensinya bisa diakui. Salsa menyampaikan hal itu secara singkat
di sela-sela wawancara.
Informan 4
“Ya…pengen aktualisasiin diriku aja. Pengen orang lain tau, apa yang aku rasakan. Jadi aku sukanya nulis-nulis ekspresi
perasaan dan diriku lewat wall status atau notes.Biar tambah eksis.”
Interview: Kamis, 7 Oktober 2010. Pukul 15.00 WIB. Lokasi: Kampus Salsa
Berkaitan dengan motif aktualisasi diri Facebooker sekaligus informan penelitian, menunjukkan kenyataan Facebook memberikan fasilitas
yang berpotensi besar menjadi media aktualisasi diri penggunanya. Hal itu dikuatkan oleh pernyataan Ellison, Steinfeld, et al 2007 :
“Facebook merupakan aplikasi jejaring sosial online yang membuat penggunanya dapat menampilkan diri mereka dalam
profil online, menambah “teman” yang dapat mem-posting komentar serta saling melihat profil satu sama lain. Para
anggotanya juga dapat bergabung dengan grup virtual berbasis kesamaan minat, seperti kelas, hobi, minat, selera musik dan
status hubungan romantis melalui profil mereka.”
Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa Facebook menyediakan fasilitas fitur yang sengaja dibuat agar penggunanya dapat mengaktualisasikan
dirinya. Hal itu dilakukan dengan cara saling menampilkan diri mereka melalui profil diri atau tulisan-tulisannya, menambah pertemanan, berinteraksi
antar individu, dan kelompok, bahkan dapat bergabung dengan group virtual berdasarkan kesamaan minat. Beberapa fasilitas tersebut telah mendukung
aktualisasi diri Facebooker. Kenyataan tersebut diperkuat oleh pengakuan para informan penelitian berikut ini :
Informan 2
“Seringnya aku ngerasa teraktualisasikan keinginanku…kalau aku menampilkan diriku lewat tulisan-tulisan statusku di wall,
aku bisa masuk ke group yang aku mau, ngerespon dan direspon temen…ya, sekitar itu yang aku suka. .”
Interview: Rabu, 29 September 2010. Pukul 15.00 WIB. Lokasi: Rumah Dona
Informan 3
“Hmm…paling sering nulis status di wall, notes juga…itu cara aku nunjukin diri di Facebook. Kadang-kadang ada temen
yang nge-like tulisanku, jadinya ngerasa seneng dan pengen terus nunjukin diriku lewat itu.”
Interview: Rabu, 29 September 2010. Pukul 16.00 WIB. Lokasi: Rumah Rara
Informan 4
“Aku lumayan gemar nulis-nulis di blog. Kalau di Facebook aku juga bisa dapetin itu di notes, temen-temen suka ngerespon
tulisanku. Jadi kita suka berinteraksi dari situ. Bikin aku ngerasa termotivasi menyatakan diriku di Facebook.”
Interview: Kamis, 7 Oktober 2010. Pukul 15.00 WIB. Lokasi: Kampus Salsa
Dalam penelitian ini, para informan penelitian memiliki dua kecenderungan motif dalam memiliki akun pribadi di Facebook, yakni karena
hubungan pertemanan lama dan aktulisasi diri. Motif tersebut berkaitan dengan lingkungan sosial social environment. Namun, lingkungan sosial
disini berada di media sosial online Facebook. Lingkungan sosial dapat menentukan kebutuhan manusia, begitu juga Facebook yang dapat
menentukan kebutuhan Facebooker-nya. Kebutuhan itu disebut sebagai kebutuhan individual individual’s needs. Effendy, 2003 : 294
Berdasarkan motif informan penelitian dalam kategori individual’s needs adalah :
a. Untuk menjalin hubungan pertemanan lama
Merupakan Social Integrative needs kebutuhan sosial secara integratif, yakni kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan
keluarga, teman, dan dunia. b.
Untuk aktualisasi diri
Tergolong Personal Integrative needs kebutuhan pribadi secara integratif, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan penambahan rasa
aktualisasi diri, kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status sosial individu.
Selain itu, motif informan penelitian dalam memiliki Facebook juga memenuhi Hirarki kebutuhan need hierarchy oleh Abraham Maslow
Effendy, 2003 : 290, yakni : 1.
Kebutuhan-kebutuhan penghargaan esteem needs Menjalin hubungan pertemanan lama merupakan wujud kebutuhan
Facebooker untuk mendapatkan penghargaan dari teman lamanya, dapat
berupa pengakuan, penerimaan, perhatian dari teman lamanya tersebut.Hal tersebut menyangkut semua sifat tentang bagaimana teman lamanya
berpikir serta bereaksi terhadap dirinya melalui Facebook. 2.
Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri self actualization needs Motif untuk aktualisasi diri di Facebook jelas termasuk self actualization
needs pada need hierarchy. Aktualisasi diri di Facebook merupakan
kebutuhan psikologis dalam menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuan Facebooker yang bersangkutan untuk menjadi
diri sendiri sesuai dengan kemampuannya.
Motif masing-masing remaja putri sebagai Facebooker ditentukan oleh dominasi kebutuhan atau keinginan yang dia harapkan atau telah
diterimanya dalam penggunaan Facebook. Sebagaimana teori individual’s needs
pada Facebook, dapat mencerminkan Facebook sebagai lingkungan sosial yang telah menentukan kebutuhan penggunanya atau para Facebooker
di dalamnya.
4.1.3.2. Peran
Facebook sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya
Meninjau motif informan penelitian di atas, mereka memiliki Facebook
untuk menjalin pertemanan lama dan mengaktualisasikan dirinya. Kedua motif itu jelas mengindikasikan adanya keterlibatan self disclosure
keterbukaan diri melalui Facebook. Selain itu, remaja putri sebagai wanita yang ditengarai memiliki kecenderungan kuat melakukan self disclosure,
sesuai pernyataan Devito 2006:63, “wanita lebih sering mengekspresikan perasaannya dan memiliki keinginan yang besar untuk selalu mengungkapkan
dirinya”. Dalam menjalin pertemanan dipastikan Facebooker menyampaikan
informasi pribadi tentang dirinya, misalnya menyampaikan identitas pribadinya. Sebab seseorang kemungkinan besar tidak akan menjalin
pertemanan dengan orang yang tidak dikenalnya sama sekali, sebagaimanan penjelasan riset di atas. Tidak dipungkiri, bahwa identitas seseorang seringkali
menjadi daya tarik orang lain mau berteman dengannya. Kecenderungan Facebooker
membuka informasi pribadi tentang dirinya dikuatkan melalui hasil penelitian oleh Acquisti and Gross 2006, Lampe, Ellison, and
Steinfield 2007, Stutzman 2006 yang menunjukkan bahwa para pengguna Facebook
membuka lebar informasi tentang diri mereka, dan tidak sadar dengan opsi privasi mengenai siapa yang dapat menyaksikan profil mereka.
Acquisti and Gross, 2006 dalam Dwyer, et.al, 2007 Kecenderungan pengungkapan informasi pribadi tersebut turut terjadi
pada Facebooker atau informan penelitian yang memiliki motif untuk mengaktualisasikan diri lewat Facebook. Ketika seseorang memutuskan untuk
mengaktualisasikan dirinya di Facebook, maka secara otomatis orang tersebut sedikit banyak melakukan pengungkapan informasi pribadinya. Terlebih lagi
berdasarkan motif di atas, informan penelitian lebih banyak melakukan aktualisasi diri melalui tulisan-tulisan di wall status dan notes. Menurut
mereka, membuat tulisan di wall atau notes dapat membebaskan ekspresi maupun pengungkapan diri mereka. Indikasi keterlibatan self disclosure
tersebut, dibenarkan oleh seluruh informan penelitian melalui pernyataannya kepada peneliti melalui wawancara penelitian.
Dari hasil wawancara penelitian itu, peneliti menemukan tiga kecenderungan sifat self disclosure yang dilakukan informan di Facebook,
yakni bersifat positif, negatif, dan netral. Penggolongan sifat self disclosure tersebut merupakan korelasi dari hasil wawancara penelitian dengan
pengertian sifat-sifat self disclosure. Berikut ini adalah sifat-sifat self disclosure
informan penelitian melalui Facebook berdasarkan wawancara penelitian :
a. Self disclosure bersifat positif
Self disclosure bersifat positif adalah cara keterbukaan diri informan
Facebooker dalam menyampaikan pesan positif yang bertujuan memberikan dampak positif di Facebook bagi informan sendiri maupun teman
Facebooker -nya, misalnya menciptakan motivasi yang membangun melalui
tulisan di wall status atau notes, menuliskan pesan yang dapat menimbulkan kesenangan atau kegembiraan.
Satu-satunya informan yang merasakan kecenderungan melakukan self disclosure
bersifat positif adalah Sarah. Sarah mengungkapkan informasi pribadinya agar orang lain turut berempati dengan perasaan yang
dirasakannya. Self disclosure yang dilakukannya juga sebagai upayanya untuk memotivasi orang lain secara positif. Sarah menyampaikan hal itu, melalui
pernyataannya sebagai berikut :
Informan 1
“Ungkapan informasi pribadiku, biar aman…yang positif aja.Misalnya ada kejadian yang aku rasa perlu kubagikan, apa
yang aku rasakan. Aku ingin berbagi sesuatu yang bisa bikin orang lain itu seneng, bukannya malah bikin tambah kesel.”
Interview: Rabu, 22 September 2010. Pukul 13.00 WIB. Lokasi: Rumah Sarah
Sarah memiliki sifat self disclosure positif, sebab dia mengakui melakukan self disclosure dengan membagikan sesuatu yang dapat
menyenangkan orang lain atau dengan kata lain berdampak positif.
b. Self disclosure bersifat negatif