Sehingga remaja putri menyadari bahwa untuk diterima oleh lingkungan sosial pergaulannya, ia ingin dianggap anak gaul, stylish, modern, dan
keren. Hal tersebut dapat terjadi karena pada masa remaja, menyesuaikan diri dengan standar kelompok jauh lebih penting bagi anak yang lebih
besar daripada individualitas sehingga penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian sosial sangat dipengaruhi oleh sikap teman-teman sebaya
terhadap perilaku kelompok.Hurlock, 1992:220. Ketertarikan remaja dalam hal asmara juga kuat. Kecenderungan
kuat intensitas asmara cinta bagi remaja juga diperkuat dalam Psikologi Perkembangan Ahmadi Abu Munawar, 2005 :
“Pada masa ini pubertas seorang remaja tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam mencari
dirinya, mencari pedoman hidup, mencoba segala sesuatu dengan semangat yang menyala – nyala. Tetapi ia sendiri belum memahami akan
Hakikat dari sesuatu yang dicari atau ditemukannya itu. Masa ini disebut dengan masa strumund drang badai dan dorongan .Pada kegiatan
strumund drang
anak puber mulai mengenal segala macam corak kehidupan masyarakat tetapi anak belum sempurna pengetahuannya untuk
membedakan ataupun menyeleksinya. Dan hal ini banyak terjadi dalam percintaan remaja. Cinta menjadi salah satu persoalan remaja yang penting
dan penuh misteri, karena di masa ini remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Tidak sedikit remaja yang kesulitan dalam menjalani tugas
perkembangan ini. Kegagalan bercinta pada masa remaja sering mempengaruhi perkembangan kepribandiannya dan juga hari depannya
jika remaja itu tidak bisa mengontrol emosinya.”
2.1.7. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan
ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns 1993:vi konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu
mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu.
Mulyana, 2000:7
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi
dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,
orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan
Hurlock 1990:58 memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan
gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan
prestasi.
William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai Rakhmat, 2005 : 105 :
“Those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with
others ”
Hal tentang persepsi fisik, sosial, dan psikologi dari diri kita yang didapatkan dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.
Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisik. Konsep
diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian seseorang terhadap orang lain. Jadi konsep diri meliputi apa yang
seseorang pikirkan dan dirasakan terhadap orang lain.Rakhmat, 2000 : 99-100
Centi 1993:9 mengemukakan konsep diri self-concept tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal
ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu
menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh
tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Rakhmat, 2005 : 100-104:
a. Orang lain
Seorang filsuf eksistensialis, Gabriel Marcel Rakhmat, 2005:100- 101 mencoba menjawab misteri keberadaan, The Mystery of Being,
menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita,
“The fact is “That we can understand ourselves by starting from the other, or from others, and only by starting from them
.” “Kenyatannya bahwa kita dapat memahami diri kita sendiri
dengan memulai dari yang lain, atau orang lain, dan hanya dengan memulai dari mereka”.
Intinya, kita dapat mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu, karena pandangan orang lain dapat membentuk konsep diri
kita. Pengertian orang lain dapat terkait dengan significant others, meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita.
Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita, dan menyntuh kita secara emosional.
b. Kelompok Rujukan Reference Group
Kelompok rujukan reference group merupakan kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri kita. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Dengan merujuk pada kelompok ini, orang mengarahkan perilaku dan
menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
Rata-rata manusia memiliki “nubuat yang dipenuhi sendiri”, yakni kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya.
Rakhmat, 2005:104
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert Rakhmat, 2005:105 ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri negatif, yaitu:
1. Orang yang peka pada kritik
Bagi orang ini, koreksi kritik seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.
2. Orang yang responsif terhadap pujian
Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapt menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
3. Orang yang bersikap hiperkritis
Orang ini tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain, sebaliknya ia selalu mengeluh,
mencela, atau meremehkan apa pun dan siapa pun.
4. Orang yang merasa tidak disenangi orang lain
Ia merasa tidak diperhatikan, karena itu ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan.
5. Orang yang pesimis
Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Di sisi lain, D.E. Hamachek Rakhmat, 2005:106 menyebutkan sebelas karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif:
1. Ia meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta
bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tetapi, dia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah
prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.
2. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa
bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.
3. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa
yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.
4. Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan,
bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran 5.
Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar
belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya. 6.
Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.
7. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima
penghargaan tanpa merasa bersalah. 8.
Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya. 9.
Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari
sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.
10. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang
meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu
11. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah
diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang- senang dengan mengorbankan orang lain. Brooks dan Emmert, 1976 : 56
Dari penjelasan konsep diri di atas, dapat dipahami pengaruh konsep diri terhadap pola perilaku individu adalah Rakhmat, 2005 : 107-
109:
a. Membuka diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan
tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan
lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan- gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih
cermat memandang diri kita dan orang lain.
b. Percaya diri self confidence
Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri negatif timbul dari kurangnya kepercayaan pada kemampuan sendiri. Orang yang tidak
menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat
mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan
mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam. Dalam pidato, ia berbicara terpatah-patah.
c. Selektivitas
Menurut Anita Taylor et al 1977:112, konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan
apa kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Singkatnya, konsep diri menyebabkan terpaan
selektif selective exposure, persepsi selektif selective perception, dan ingatan selektif selective attention.
2.1.8. Pemahaman Internet