Dari latar belakang permasalahan tersebut, akhirnya peneliti menggunakan judul “Peran Media Sosial Online Facebook sebagai
Saluran Self disclosure Remaja Putri di Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Peran Media Sosial Online
Facebook sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui Peran Media Sosial Online Facebook sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di
Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atas sumbangan dalam kajian ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan
dengan Peran Media Sosial Online Facebook sebagai Saluran Self Disclosure
Remaja Putri di Surabaya untuk referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2. Secara Praktis
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan wawasan serta masukan bagi pengguna yang berkaitan dengan Peran Media Sosial Online
Facebook sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Self-disclosure
“Self disclosure is communication in which you reveal information about yourself, because self disclosure is a type of communication,
it includes not only overt statements but also, for example,slips of the tongue and unconscious nonverbal signals.it varies from
whispering a secret to a bestfriend to making a public confession on a television talkshow.
” “Self disclosure
adalah komunikasi yang menyatakan pengakuan diri sendiri, karena self disclosure adalah jenis komunikasi yang
tidak hanya menyertakan pernyataan tetapi juga terdapat maksud dari bahasa non-verbal, seperti halnya kita membuka rahasia
kepada teman dekat kita dan melakukan pengakuan kepada publik pada acara talk show di televisi.”
Devito, 2006:103 Menurut Johnson dalam supraktiknya 2002:14, pengungkapan
diri adalah “mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu
yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut”. Sedangkan menurut De Vito 2006:62 pengungkapan diri
adalah “jenis komunikasi antarpribadi yang melibatkan sedikitnya satu orang lain dimana individu mengungkapkan informasi yang rahasia
tentang dirinya kepada orang lain.” Menurut De Vito 2006:61-68, self disclosure adalah suatu jenis
komunikasi, yaitu pengungkapan informasi tentang diri sendiri baik yang disembunyikan maupun yang tidak disembunyikan. Self disclosure sangat
19
penting dalam komunikasi terutama dalam konteks membina dan memelihara hubungan interpersonal. Self disclosure dapat membantu
komunikasi menjadi efektif, menciptakan hubungan yang lebih bermakna dan juga bagi kesehatan untuk mengurangi stress.
Keterbukaan diri self disclosure seseorang dapat menentukan tahap hubungan interpersonal seseorang dengan individu lainnya. Tahap
hubungan tersebut dapat dilihat dari tingkat keluasan breadth dan kedalaman depth topik pembicaraan. Ada individu yang terlalu
membuka diri yang disebut dengan over disclosure, yaitu menginformasikan segala hal tentang dirinya kepada siapapun. Sedangkan
individu yang terlalu menutup dirinya kepada siapapun disebut under disclosure
yaitu jarang sekali membicarakan dirinya kepada orang lain. Menurut de vito 2006:72 topik yang sering dibicarakan dalam self
disclosure adalah topik:
1. Tentang sikap
2. Tentang opini, baik mengenai politik maupun seks
3. Tentang orang-orang terdekat
4. Tentang seks, meliputi khayalan seks, pengalaman seks, dan lain-lain
5. Tentang kebiasaan
6. Keadaan fisik
7. Tujuan hidup pribadi
8. Pengalaman hidup
9. Perasaan, meliputi perasaan bahagia maupun senang
Menurut De Vito 2006:63, “wanita lebih sering mengekspresikan perasaannya dan memiliki keinginan yang besar untuk selalu
mengungkapkan dirinya” Dalam “Interpersonal Communication Book” dituliskan :
“One of the most important forms of interpersonal communication that you could engage in is talking about yourself, or
selfdisclosure. Self-disclosure refers to your communicating information about yourself to another person
.” “Satu bentuk terpenting dari komunikasi interpersonal dimana kita
dapat melibatkan pembicaraan tentang diri kita sendiri, atau membuka diri. Self-disclosure mengacu pada mengkomunikasikan
informasi kita tentang diri kita kepada orang lain”. De Vito, 2006 : 77
Dalam istilah di Indonesia, self-disclosure juga disebut sebagai membuka diri atau penyingkapan diri. Penyingkapan diri adalah
membeberkan informasi tentang diri sendiri. Banyak hal yang dapat diungkapkan tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap tubuh,
pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak di antara perilaku tersebut
tidak disengaja, namun penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja. Penyingkapan diri tidak hanya merupakan bagian
integral dari komunikasi dua orang;penyingkapan diri lebih sering muncul dalam konteks hubungan dua orang dari pada dalam konteks jenis
komunikasi lainnya Tubbs Moss, 1996 dalam De Vito:2006:12-13.
Rakhmat menuliskan bahwa dengan membuka diri melakukan self disclosure
, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai pengalaman kita, maka kita akan lebih terbuka untuk menerima
pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung mengindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan
orang lain. Hubungan atau konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window sebagai berikut:
DIRI YANG DIKETAHUI DIRI YANG TIDAK DIKETAHUI
Gambar 1. Johari Window II Rakhmat, 2000:10 Sebelah kiri jendela menunjukkan aspek diri yang kita ketahui,
sebelah kanan adalah aspek diri yang tidak kita ketahui. Bila kedua jendela digabung menjadi jendela johari yang lengkap dengan masing-masing
daerah yaitu: “terbuka” open, “buta” blind, “tersembunyi” hidden, dan “tidak diketahui” unknown.
KITA KETAHUI TIDAK KITA
KETAHUI PUBLIK TERBUKA
I BUTA II
PRIVAT TERSEMBUNYI III
TIDAK DIKENALI IV
Gambar 2. Johari Window III Rakhmat, 2000:107
Penjelasan dari gambar di atas adalah: Kuadran terbuka I, mencerminkan keterbukaan seseorang pada
dunia secara umum, keinginan yang untuk diketahui. Kuadran ini mencakup semua aspek diri seseorang yang diketahui dan tidak diketahui
oleh orang lain. Kuadran ini adalah dasar bagi kebanyakan komunikasi antar dua orang. Kuadran buta II, meliputi semua hal mengenai diri
seseorang yang dirasakan orang lain tetapi tidak dirasakan sendiri. Mungkin seseorang cenderung memonopoli percakapan tanpa disadarinya,
atau seseorang menganggap dirinya jenaka tetapi rekannya menganggap gurauannya canggung. Kuadran gelap dapat memuat setiap rangsangan
komunikatif yang tidak disengaja. Kuadran tersembunyi III, diri seseorang yang bersangkutanlah yang menentukan kebijaksanaan.
Kuadran ini dibangun oleh semua hal dimana seseorang lebih suka untuk tidak Membeberkannya kepada orang lain, apakah itu mengenai dirinya
ataupun orang lain, seperti gaji, perceraian, perasaan, dan lain-lain. Pendeknya, kuadran ini mewakili usaha seseorang untuk membatasi
masukan atau informasi yang menyangkut dirinya. Kuadran tidak dikenali IV, kuadran ini tidak diketahui oleh diri sendiri, meskipun diketahui
orang lain. Kuadran ini mewakili segala sesuatu tentang diri seseorang yang belum ditelusurinya maupun oleh orang lain semua sumber yang
tidak tersentuh, semua potensi seseorang bagi pengembangan pribadi. De Vito, 2006:98
Self disclosure seringkali merupakan suatu usaha untuk
memasukkan otentisitas ke dalam hubungan sosial. Ada saatnya hubungan self disclosure
lebih merupakan usaha untuk menekankan bagaimana kita memainkan peranan kita daripada bagaimana orang lain mengharapkan
kita memainkan peranan tersebut. Menggambarkan beberapa peranan self disclosure
yang tepat, yaitu : 1.
Merupakan fungsi dari suatu hubungan sedang berlangsung. 2.
Dilakukan oleh kedua belah pihak. 3.
Disesuaikan dengan keadaan yang sedang berlangsung. 4.
Berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini pada dan antara orang-orang yang terlibat.
5. Ada peningkatan dalam penyingkapan, sedikit demi sedikit. Tubbs
Moss, Dalam Devito 2006:18
Ada orang yang terlalu membuka diri disebut sebagai over disclosure
, yakni menginformasikan segala hal tentang dirinya kepada siapapun. Terdapat juga orang yang terlalu menutup diri atau under
disclosure , yaitu jarang sekali membicarakan tentang dirinya kepada orang
lain. Pada umumnya orang lebih banyak berada diantara kedua ekstrim tersebut, mereka memilih topik-topik mana yang diungkapkan dan kepada
siapa mereka akan mengungkapkannya. Devito, 1999 : 84-85
Bagian awal dari penelitian ini dilakukan bahwa melalui self disclosure
seorang individu akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung
menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang dirinya dan orang lain. Adapun keuntungan self-disclosure adalah:
1. Pengetahuan tentang diri, melalui self disclosure kita menemukan
perspektif baru pada diri kita. Pemahaman yang lebih mendalam dari perilaku kita sendiri.
2. Kemampuan untuk mengatasi keadaan, melalui self disclosure
akan ada peningkatan kemampuan yang berhubungan dengan masalah- masalah yang kita hadapi.
3. Komunikasi yang efektif melalui self disclosure, kita dapat
meningkatkan komunikasi yang efektif. 4.
Hubungan yang lebih berarti melalui self disclosure membantu kita menerima hubungan yang lebih dekat dengan orang dimana kita
melakukan self disclosure dengannya. 5.
Kejiwaan yang sehat, melalui self disclosure kita secara tidak langsung melindungi tubuh kita dari stress. Devito, 1999:84
Selain keuntungan di atas, beberapa orang berpendapat bahwa self disclosure memiliki manfaat berikut:
a. Melalui self disclosure seseorang akan menciptakan mental yang sehat
bagi dirinya. b.
Self disclosure dapat juga digunakan sebagai sarana untuk melepaskan emosi.
c. Dapat dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki hubungan.
d. Mendorong perkembangan hubungan.
Untuk melepaskan perasaan bersalah Disamping adanya keuntungan dengan melakukan self disclosure terhadap seseorang, terdapat
pula kerugian yang dapat diperoleh seseorang dengan melakukan self disclosure
. Kerugian-kerugiannya antara lain Devito, 1999 : 85: 1.
Kerugian secara personal. 2.
Kerugian dalam hubungan. 3.
Kerugian secara pekerjaan.
2.1.2. Definisi Peran
Berdasarkan segi bahasa, peran atau “Role” dalam kamus oxford dictionary
ialah actor’s part, one task or function, yang berarti aktor, tugas seseorang atau fungsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia peran
memiliki makna pemain sandiwara film, perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang
Peran menurut Beck, dkk dalam buku Anna B. Keliat, 1992 merupakan pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Dari definisi-definisi peran yang berlaku pada manusia di atas,
turut berlaku pada media, khususnya media sosial online Facebook. Hal itu berarti peran media sosial online Facebook, yakni pola, sikap,
perilaku, nilai, tujuan yang diharapkan dari media sosial online Facebook berdasarkan tugas, fungsi, ataupun posisinya di masyarakat.
2.1.3. Teori Motif Kebutuhan Manusia
Menurut Winkel dan Azwar dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006, motif merupakan suatu keadaan, kebutuhan, dorongan, atau kekuatan yang
berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.
Motif terdiri atas dua dimensi, yaitu : 1.
Kekuatan Intensitas Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan
kekuatan motif yang lain. Kekuatan motif juga dapat dilihat dari tingginya intensitas suatu motif daripada motif lainnya.
2. Jenis
Manusia tergolong makhluk yang dihadapkan pada banyak keadaan, kebutuhan, dorongan, atau kekuatan dari dalam dirinya. Hal itu
mmempengaruhi jenis motif yang timbul. Beberapa ahli memiliki kesimpulan tentang jenis motif yang saling melengkapi, antara lain :
a. Hirarki kebutuhan need hierarchy
Abraham Maslow mencetuskan teori motif tentang kebutuhan alamiah manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi oleh
sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan tersebut
menjadi inti kodrat manusia, baik kebutuhan fisiologis maupun psikologis. Maslow membagi dorongan atau kebutuhan-kebutuhan universal
yang dibawa individu sejak lahir dalam lima tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi dalam hirarki kebutuhan need hierarchy. Susunan dari
tingkatan paling rendah sampai paling tinggi, yakni Effendy, 2003 : 290 : 1.
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis psysiological needs Kebutuhan yang paling dasar, kuat, dan jelas adalah kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, berteduh, oksigen, tidur, seks, dan sejenisnya.
2. Kebutuhan-kebutuhan rasa aman safety needs
Terdiri atas kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari rasa takut dan kecemasan.
3. Kebutuhan-kebutuhan rasa memiliki dan cinta Love needs
Pada umumnya, setiap orang mengharapkan hubungan yang penuh kasih sayang dengan orang lain, lebih khusus lagi kebutuhan akan rasa
memiliki dan dimiliki di tengah kelompoknya. Dalam hubungan ini memberi dan menerima cinta sama pentingnya bagi individu.
4. Kebutuhan-kebutuhan penghargaan esteem needs
Maslow membagi kebutuhan akan penghargaan menjadi dua, yaitu penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain.
Penghargaan diri sendiri atau harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
kemandirian, dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain, yaitu prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, atau
keberhasilan dalam masyarakat, semua sifat dari bagaimana orang lain berpikir dan bereaksi terhadap seseorang.
5. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri self actualization needs
Kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi
dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas, sesuai dengan potensi seseorang untuk menjadi. Atau dengan kata lain
aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis dalam menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya untuk menjadi
diri sendiri sesuai dengan kemampuannya. Individu tidak didorong oleh kelima kebutuhan pada saat yang
sama. Setiap waktu, hanya akan muncul salah satu kebutuhan yang sangat penting, tergantung pemenuhan kebutuhan pada tingkat sebelumnya.
Maslow mengingatkan agar kebutuhan-kebutuhan itu tidak dipandang secara kaku.
Selain kebutuhan di atas, Maslow menambahkan tingkat kedua dari kebutuhan-kebutuhan yang beroperasi sebagai tambahan dari tingkat
pertama. Kebutuhan ini juga dibawa sejak lahir, yaitu kebutuhan untuk mengetahui dan memahami. Kebutuhan untuk mengetahui lebih kuat dan
harus dipuaskan sebelum timbul kebutuhan untuk memahami. b.
Kebutuhan individual individual’s needs Lingkungan sosial social environment dapat menentukan
kebutuhan manusia. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual individual’s
needs dikategorikan sebagai berikut Effendy, 2003 : 294 :
1. Cognitive needs
kebutuhan kognitif Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan, dan
pemahaman mengenai lingkungannya. Kebutuhan ini didasari oleh
dorongan untuk memahami dan menguasai lingkungan dan memuaskan dorongan keingintahuan.
2. Affective needs
kebutuhan afektif Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman
estetis, menyenangkan, dan emosional. 3.
Personal Integrative needs kebutuhan pribadi secara integratif
Kebutuhan yang berkaitan dengan penambahan kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status sosial individu.
4. Social Integrative needs
kebutuhan sosial secara integratif Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman, dan dunia. 5.
Escapist needs kebutuhan pelepasan
Berkaitan dengan menghindar dari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.
c. Motif penggunaan internet
Berangkat dari studi mengenai motif komunikasi interpersonal dan media, para peneliti telah mengembangkan tipologi untuk berbagai motif
dalam penggunaan Internet. Papacharissi dan Rubin 2000 mengidentifikasi 5 lima motif dalam penggunaan Internet, yaitu:
1 kegunaan interpersonal
2 mengisi waktu luang
3 pencarian informasi
4 kemudahankenyamanan
5 hiburan Nabi dan Oliver, 2009:153
2.1.4. Teori Determinisme Teknologi
Teori determinisme teknologi dicetuskan pertama kali oleh Marshall Mc Luhan dengan pernyatannya berupa “the medium is message”
artinya bahwa dampak yang paling penting dari media komunikasi ialah bahwa media komunikasi mempengaruhi kebiasaan persepsi dan berpikir
kita Severin dan Tankard, 2005:536.
Mc Luhan menggolongkan sejarah kehidupan manusia ke dalam empat periode:
a. The tribal age
era suku atau purba
Pada era purba atau era suku zaman dahulu, manusia hanya mengandalkan indera pendengaran dalam berkomunikasi. Komunikasi
pada era itu hanya mendasarkan diri pada narasi, cerita, dongeng tuturan, dan sejenisnya. Jadi, telinga adalah “raja” ketika itu, “hearing
is believing”, dan kemampuan visual manusia belum banyak
diandalkan dalam komunikasi. Era primitif ini kemudian tergusur dengan ditemukannya alfabet atau huruf.
b. The literate age
era literalhuruf
Semenjak ditemukannya alfabet atau huruf, maka cara manusia berkomunikasi banyak berubah. Indera penglihatan kemudian menjadi
dominan di era ini, mengalahkan indera pendengaran. Manusia berkomunikasi tidak lagi mengandalkan tuturan, tapi lebih kepada
tulisan.
c. The print age
era cetak
Sejak ditemukannya mesin cetak menjadikan alfabet semakin menyebarluas ke penjuru dunia. Kekuatan kata-kata melalui mesin
cetak tersebut semakin merajalela. Kehadiran mesin cetak, dan kemudian media cetak, menjadikan manusia lebih bebas lagi untuk
berkomunikasi.
d. The electronic age
era elektronik.
Era ini juga menandai ditemukannya berbagai macam alat atau teknologi komunikasi. Telegram, telpon, radio, film, televisi, VCR,
fax, komputer, dan internet. Manusia kemudian menjadi hidup di dalam apa yang disebut sebagai “global village”. Media massa pada
era ini mampu membawa manusia mampu untuk bersentuhan dengan manusia yang lainnya, kapan saja, di mana saja, seketika itu juga.
Mc Luhan berpendapat, transisi antar periode tadi tidaklah bersifat gradual atau evolusif, akan tetapi lebih disebabkan oleh penemuan
teknologi komunikasi.
Teori determinisme teknologi menjelaskan bahwa teknologi media membentuk individu bagaimana cara berpikir dan berperilaku
dalam masyarakat. Teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi
lain. Nurudin, 2003 : 174. Bahkan Mc Luhan Lister et al, 2003:75 menyatakan media telah
menjadi “the extension of man” atau perpanjangan atas mata, telinga, dan sentuhan manusia yang menembus batasan waktu dan tempat.
Dalam teori ini Mc Luhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk melalui bagaimana cara kita berkomunikasi adapun tahapan-tahapannya
adalah berikut ini: 1.
Penemuan dalam bidang teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya.
2. Perubahan dalam jenis komunikasi akhirnya akan membentuk cara
interaksi manusia yang baru. 3.
Manusia membentuk peralatan untuk berkomunikasi dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu membentuk dan
juga mempengaruhi kehidupan kita. Nurudin, 2003:174 Menurut Mc Luhan, penemuan dalam teknologi komunikasi membuat
dunia yang tadinya terdiri dari negara-negara dan bangsa-bangsa yang
terpisah akan berpindah menjadi sebuah “desa dunia” atau biasa yang disebut “global village”. Severin dan Tankard, 2005:536
2.1.5. Computer Mediated Communication CMC
Bentuk dari perkembangan teknologi komunikasi yang dewasa ini sering digunakan oleh khalayak ialah komunikasi dengan menggunakan
perantaraan media komputer atau yang biasa disebut Computer Mediated Communication
CMC yaitu ruang tanpa batas sebagai bentuk dari interaksi manusia di antara dua atau lebih jaringan komputer. Saat
komunikasi tradisional berpindah ke komunikasi yang terjadi dengan format media komputer, maka komunikasi tersebut juga menggunakan
bentuk lain dari interaksi berbasis teks seperti penggunaan pesan teks. Penelitian pada CMC lebih difokusan pada dampak sosial dari perbedaan
teknologi komunikasi dengan media komputer. Banyak studi yang telah ada melibatkan internet berbasis jaringan sosial yang didukung oleh
software sosial. Fidler, 2003:57
Penggabungan teknologi telekomunikasi dan komputer menjadi komunikasi berbasis komputer yang memiliki konsekuensi tertentu seperti
dinyatakan oleh D. Beckers dalam Raharjo 2002 : 95 : But the merge of telecommunication and computer, the computer
mediated communication CMC might have even bigger concequences than the telephone and the television, because of its
unique characteristics. In the first place the ease to generate and distribute data area unknown to any earlier technique based on
this data can be generated, for example searching-mechanism. Second, computer mediated communication CMC is not limited
to only text, but also transport picture, audio, and video. Third,
computer mediated communication CMC is the first many-to- many medium. For example the telephone can only be used by two
percent of time one-to-one and newspaper send information from one source to many one-to-many. Last computer mediated
communication CMC can be used both synchronies for example for a telephone call the participants have to use the telephone at
the same time as a syncrhronous for example a letter, that is written before hand and is read latter.
Tetapi menggabungkan telekomunikasi dan komputer CMC mungkin memiliki konsekuensi yang besar dibandingkan dengan
telepon dan televisi. Karena CMC memiliki karakteristik yang unik. Pertama: meringankan, menghasilkan, dan mendistribusikan
data sebagai contoh: mekanisme pencarian data yang lebih mudah. Kedua: CMC tidak hanya terbatas pada teks, tetapi juga dapat
mengirimkan gambar, suara, dan video. Ketiga: CMC adalah media pertama yang dapat mengirimkan pesan dari banyak orang
kepada beberapa orang, sebagai contoh telepon hanya mengirimkan pesan dari satu orang ke satu orang yang lain , dan
surat kabar mengirimkan informasi dari satu sumber kepada banyak orang. Terakhir: CMC dapat digunakan mensinkronisasi
sebagai contoh, pada panggilan telepon yang menelepon menggunakan telepon tersebut pada waktu yang sama sebagai
sebuah sinkronisasi contohnya, surat ditulis dan dibaca nanti.
2.1.6. Remaja Putri
Remaja bahsa aslinya adolescence, berasal dari bahasa latin yang artinya “tumbuh untuk mencapai keuntungan”. Anak dianggap sudah
dewasa bila sudah mampu mengadakan reproduksi. Perkembangan lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam
masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau
paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung
banyak aspek afektif, lebih kurang dari usia puberstas. Menurut Desmita dalam bukunya psikologi perkembangan remaja menyatakan bahwa
batasan remaja untuk masyarakat Indonesia adalah usia 12 sampai dengan 21 tahun dan belum menikah. Desmita, 2005:190
Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah termasuk golongan anak-anak, tapi belum juga dapat diterima secara
penuh untuk masuk golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase
“mencari jati diri”. Atau fase “topan dalam badai”. Pada fase ini, remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal
fungsi fisik maupun psikisnya. Namun perlu ditekan disini adalah fase perkembangan tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari
aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode itu, seseorang meninggalkan
tahap anak-anak menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan,
sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Soekanto, 2003:372
Dalam tulisan Psikologi Perkembangan Ahmadi Abu dan Munawar, 2005, menjelaskan pemahaman remaja sebagai berikut :
“Remaja sebagai periode transisi antara anak-anak ke masa dewasa. Remaja juga merupakan restrukturisasi kesadaran
atau masa penyempurnaan dari perkembangan dan puncak perkembangan ditandai dengan perubahan kondisi
“entropy” ke kondisi “negative entropy”. Entropy adalah keadaan kesadaran manusia belum tertata rapi walaupun
isinya sudah banyak pengetahuan, perasaan. Istilah “entropy” ini sebetulnya dipinjam dari ilmu alam fisika
dan ilmu komunikasi khususnya teori komunikasi. Dalam ilmu alam “entropy” berarti keadaan tidak ada sistem yang
tertentu dari suatu sumber energi sehingga sumber tersebut menjadi kehilangan energinya. Dalam ilmu komunikasi
“entropy” berarti keadaan tidak ada pola tertentu dari rangsang-rangsang stimulus yang diterima seseorang,
sehingga rangsang-rangsang tersebut menjadi kehilangan artinya. Entropy secara psikologik berarti isi kesadaran
masih bertentangan, saling tidak berhuhungan sehingga saling mengurangi kapasitas kerjanya dan menimbulkan
pengalaman yang kurang menyenangkan bagi orang yang bersangkutan.”
Pernyataan di atas mencerminkan karakter remaja dengan ketidakjelasan batas-batas emosi yang tidak menentu dan terus menerus
merasakan pertentangan sebagai bentuk kelabilan. Pada episentrum.com menyatakan potensi kelabilan remaja :
“remaja cenderung labil dan berlaku sesuai keinginan hatinya walaupun dapat merugikan orang lain.
Ketidakstabilan emosi yang ada di diri remaja pada masa- masa ini membuat diri remaja merasa untuk mengenal,
mengerti, memahami diri maupun orang lain. Konflik ini muncul dalam bentuk ketegangan emosi yang terus
meningkat dalam diri anak muda, bercampur dengan hal- hal yang berada di luar dirinya dan menjadi suatu
keutuhan. Perasaan-perasaan yang dominan adalah ingin main-main, loncat-loncat, dan selalu membuat tingkah
nakal.”
Meski demikian,dalam dunia remaja antara remaja putra dan putri memiliki perbedaan bahwa remaja putri mempunyai kepercayaan diri yang
lebih rendah dibanding remaja putra. Jika merasa bahwa apa yang ada pada diri mereka tidak cukup menarik untuk diperhatikan, maka hal ini
dapat mempengaruhi kepercayaan diri mereka dalam suatu lingkungan.
Sehingga remaja putri menyadari bahwa untuk diterima oleh lingkungan sosial pergaulannya, ia ingin dianggap anak gaul, stylish, modern, dan
keren. Hal tersebut dapat terjadi karena pada masa remaja, menyesuaikan diri dengan standar kelompok jauh lebih penting bagi anak yang lebih
besar daripada individualitas sehingga penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian sosial sangat dipengaruhi oleh sikap teman-teman sebaya
terhadap perilaku kelompok.Hurlock, 1992:220. Ketertarikan remaja dalam hal asmara juga kuat. Kecenderungan
kuat intensitas asmara cinta bagi remaja juga diperkuat dalam Psikologi Perkembangan Ahmadi Abu Munawar, 2005 :
“Pada masa ini pubertas seorang remaja tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam mencari
dirinya, mencari pedoman hidup, mencoba segala sesuatu dengan semangat yang menyala – nyala. Tetapi ia sendiri belum memahami akan
Hakikat dari sesuatu yang dicari atau ditemukannya itu. Masa ini disebut dengan masa strumund drang badai dan dorongan .Pada kegiatan
strumund drang
anak puber mulai mengenal segala macam corak kehidupan masyarakat tetapi anak belum sempurna pengetahuannya untuk
membedakan ataupun menyeleksinya. Dan hal ini banyak terjadi dalam percintaan remaja. Cinta menjadi salah satu persoalan remaja yang penting
dan penuh misteri, karena di masa ini remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Tidak sedikit remaja yang kesulitan dalam menjalani tugas
perkembangan ini. Kegagalan bercinta pada masa remaja sering mempengaruhi perkembangan kepribandiannya dan juga hari depannya
jika remaja itu tidak bisa mengontrol emosinya.”
2.1.7. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan
ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns 1993:vi konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita
pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu
mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu.
Mulyana, 2000:7
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi
dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,
orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak. Seperti yang dikemukakan
Hurlock 1990:58 memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan
gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan
prestasi.
William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai Rakhmat, 2005 : 105 :
“Those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with
others ”
Hal tentang persepsi fisik, sosial, dan psikologi dari diri kita yang didapatkan dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.
Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisik. Konsep
diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian seseorang terhadap orang lain. Jadi konsep diri meliputi apa yang
seseorang pikirkan dan dirasakan terhadap orang lain.Rakhmat, 2000 : 99-100
Centi 1993:9 mengemukakan konsep diri self-concept tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal
ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu
menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh
tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Rakhmat, 2005 : 100-104:
a. Orang lain
Seorang filsuf eksistensialis, Gabriel Marcel Rakhmat, 2005:100- 101 mencoba menjawab misteri keberadaan, The Mystery of Being,
menulis tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita,
“The fact is “That we can understand ourselves by starting from the other, or from others, and only by starting from them
.” “Kenyatannya bahwa kita dapat memahami diri kita sendiri
dengan memulai dari yang lain, atau orang lain, dan hanya dengan memulai dari mereka”.
Intinya, kita dapat mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu, karena pandangan orang lain dapat membentuk konsep diri
kita. Pengertian orang lain dapat terkait dengan significant others, meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita.
Mereka mengarahkan tindakan kita, membentuk pikiran kita, dan menyntuh kita secara emosional.
b. Kelompok Rujukan Reference Group
Kelompok rujukan reference group merupakan kelompok yang secara emosional mengikat kita dan berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri kita. Setiap kelompok mempunyai norma-norma tertentu. Dengan merujuk pada kelompok ini, orang mengarahkan perilaku dan
menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
Rata-rata manusia memiliki “nubuat yang dipenuhi sendiri”, yakni kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya.
Rakhmat, 2005:104
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert Rakhmat, 2005:105 ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri negatif, yaitu:
1. Orang yang peka pada kritik
Bagi orang ini, koreksi kritik seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.
2. Orang yang responsif terhadap pujian
Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapt menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
3. Orang yang bersikap hiperkritis
Orang ini tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain, sebaliknya ia selalu mengeluh,
mencela, atau meremehkan apa pun dan siapa pun.
4. Orang yang merasa tidak disenangi orang lain
Ia merasa tidak diperhatikan, karena itu ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan.
5. Orang yang pesimis
Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.
Ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Di sisi lain, D.E. Hamachek Rakhmat, 2005:106 menyebutkan sebelas karakteristik orang yang mempunyai konsep diri positif:
1. Ia meyakini betul-betul nilai-nilai dan prinsip-prinsip tertentu serta
bersedia mempertahankannya, walaupun menghadapi pendapat kelompok yang kuat. Tetapi, dia juga merasa dirinya cukup tangguh untuk mengubah
prinsip-prinsip itu bila pengalaman dan bukti-bukti baru menunjukkan ia salah.
2. Ia mampu bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa
bersalah yang berlebih-lebihan, atau menyesali tindakannya jika orang lain tidak menyetujui tindakannya.
3. Ia tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu untuk mencemaskan apa
yang akan terjadi besok, apa yang telah terjadi waktu yang lalu, dan apa yang sedang terjadi waktu sekarang.
4. Ia memiliki keyakinan pada kemampuannya untuk mengatasi persoalan,
bahkan ketika ia menghadapi kegagalan atau kemunduran 5.
Ia merasa sama dengan orang lain, sebagai manusia tidak tinggi atau rendah, walaupun terdapat perbedaan dalam kemampuan tertentu, latar
belakang keluarga, atau sikap orang lain terhadapnya. 6.
Ia sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, paling tidak bagi orang-orang yang ia pilih sebagai sahabatnya.
7. Ia dapat menerima pujian tanpa berpura-pura rendah hati dan menerima
penghargaan tanpa merasa bersalah. 8.
Ia cenderung menolak usaha orang lain untuk mendominasinya. 9.
Ia sanggup mengaku kepada orang lain bahwa ia mampu merasakan berbagai dorongan dan keinginan, dari perasaan marah sampai cinta, dari
sedih sampai bahagia, dari kekecewaan yang mendalam sampai kepuasan yang mendalam pula.
10. Ia mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan yang
meliputi pekerjaan, permainan, ungkapan diri yang kreatif, persahabatan, atau sekedar mengisi waktu
11. Ia peka pada kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang telah
diterima, dan terutama sekali pada gagasan bahwa ia tidak bisa bersenang- senang dengan mengorbankan orang lain. Brooks dan Emmert, 1976 : 56
Dari penjelasan konsep diri di atas, dapat dipahami pengaruh konsep diri terhadap pola perilaku individu adalah Rakhmat, 2005 : 107-
109:
a. Membuka diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan
tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan
lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan- gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih
cermat memandang diri kita dan orang lain.
b. Percaya diri self confidence
Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri negatif timbul dari kurangnya kepercayaan pada kemampuan sendiri. Orang yang tidak
menyenangi dirinya merasa bahwa dirinya tidak akan mampu mengatasi persoalan. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat
mungkin menghindari situasi komunikasi. Ia takut orang lain akan
mengejeknya atau menyalahkannya. Dalam diskusi, ia akan lebih banyak diam. Dalam pidato, ia berbicara terpatah-patah.
c. Selektivitas
Menurut Anita Taylor et al 1977:112, konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan
apa kita bersedia membuka diri, bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Singkatnya, konsep diri menyebabkan terpaan
selektif selective exposure, persepsi selektif selective perception, dan ingatan selektif selective attention.
2.1.8. Pemahaman Internet
Jaringan internet sukses dikembangkan dan dicoba pertama kali pada tahun 1969 oleh US. Departement of Defense dalam proyek
ARPNet Advance Research Project Network. Semenjak itu perkembangan internet berlangsung sangat pesat. Faktor pencetus
menjamurnya pemakaian internet di seluruh belahan dunia adalah perkembangan World Wide Web WWW yang dirancang oleh tim
Berners-Lee dan staf ahli dari laboratorium CERN Conseil European Pour la Recherche Nuclaire
di Jenewa pada tahun 1991. Raharjo, 2002:61
Internet interconnection networking merupakan jaringan
komputer yang dapat menghubungkan suatu komputer atau jaringan komputer dengan jaringan komputer lain, sehingga dapat berkomunikasi
atau berbagi data tanpa melihat jenis komputer itu sendiri. Seperti yang diketahui internet merupakan bentuk konvergensi dari beberapa
teknologi penting terdahulu, seperti komputer, televisi, radio, dan telepon Bungin, 2006:135.
Internet dapat diartikan sebagai sekumpulan jaringan yang terdiri atas jutaan komputer yang dapat berkomunikasi satu sama lain dengan
menggunakan suatu aturan komunikasi jaringan komputer sama. Pada dasarnya internet merupakan jaringan komputer sangat besar yang
terbentuk dari jaringan-jaringan kecil di seluruh dunia dan saling terhubung satu sama lain. Raharjo, 2002:60
Internet memiliki karakteristik unik dan mampu mengadakan interaktif luas. Internet mempunyai karakteristik interactivity menurut
Rafaeli dalam Jaffe et’al 1995:3, internet berpotensi disebut “interpersonal mass medium” media massa interpersonal. Faktor
interpersonal ini membuat CMC memiliki kapabilitas sebagai media massa pertama yang bersifat “many-to- many”. Peranan internet sebagai media
baru dengan keunggulan interaktif dan membangun hubungan secara personal, kelompok maupun massa.
Kemampuan internet tidak hanya terbatas pada kecanggihan hardware, namun juga pada kerumitan software-nya. Aplikasi software
komunikasi dan kolaborasi koneksi digunakan untuk mendukung komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi jaringan yang ada dalam cyber
communication . Sebagai contoh, aplikasi ini meliputi beberapa jenis
seperti dijelaskan oleh Kadir 2003:370, berikut ini: a.
Surat elektronis. b.
Surat bersuara voice mail. c.
Forum diskusi. d.
Sistem percakapan tertulis chat. e.
Konferensi suara. f.
Konferensi video. g.
Sistem pertemuan elektronis. Pada awalnya, internet memiliki misi sebagai saluran khusus untuk
keperluan akademisi dan penyedia sarana bagi para peneliti dalam mengakses data dari sejumlah sumer daya perangkat keras komputer. Saat
ini internet semakin berkembang menjadi media komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga cukup menyimpang dari misi awalnya.
Supiyanto 2005:15 berpendapat, dengan adanya internet saat ini rasanya manusia yang menggunakannya seolah bisa “menggenggam
dunia”. Segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tersedia melalui internet baik yang mengeluarkan biaya maupun tidak. Manusia mampu
berkomunikasi serta menemukan informasi melalui data teks, gambar, video, suara, bahkan komunikasi audio-visual dari segala penjuru dunia.
Melalui internet, jarak, ruang, serta waktu bukan lagi menjadi penghalang untuk berkomunikasi sesuai pernyataan Harold Adam Raharjo
2002 : 97: Introduction of new medium of communication sets in motion deep-
routed changed in important societal institutions by influencing orientations about time and space. Writing more than a decade
before “The medium is the message” became a part of popular culture.
Memperkenalkan media baru komunikasi, yang merubah tatanan penting interaksi sosial dengan mempengaruhi orientasi mengenai
ruang dan waktu. Tertulis beberapa dekade sebelumnya “media adalah pesan” menjadi bagian dari budaya yang populer.
2.1.9. Cyberspace
Cyberspace sebagai bentuk jaringan komunikasi dan interaksi berbasis komputer menawarkan realitas komunikasi virtual dengan
komunitas tersendiri, yaitu komunitas virtual. Sesuai pernyataan Howard Rheingold Raharjo, 2007:107:
Virtual community is social aggregation that emerge from the net when enough people carry on those public discussion long enough,
with sufficient human feeling, to form webs of personal relationships in cyberspace.
Komunitas virtual adalah kesatuan sosial yang muncul dari internet saat seseorang membawa diskusi publik cukup dengan
perasaan manusia, untuk membentuk hubungan pribadi dari jaringan di dunia maya.
Dalam banyak hal, dunia online yang disebut William Gibson
dengan cyberspace, mempunyai harapan, moral, dan budaya sendiri yang membedakannya dengan media lain. Karakteristik cyberspace tersebut
ialah Rogers, 1986:5: 1.
Interactivity
Kemampuan sistem komunikasi baru untuk merespon kembali kepada pengguna.
2. Demassified
Media sosial online cyberspace bersifat massa dengan control sistem komunikasi pada produser pesan.
3. Asynchronous
Dalam pengertian mempunyai kemampuan untuk mengirim atau menerima pesan pada waktu yang diinginkan oleh individu.
Pesatnya pertumbuhan teknologi komunikasi turut memberikan kontribusi besar dalam perkembangan komunikasi melalui cyberspace.
Internet yang senantiasa memberikan inovasi dalam memberikan informasi maupun berkomunikasi sebagai fasilitas yang unggul,
menyebabkan kenyamanan suatu pihak dalam membangun relasi secara online dengan pihak lain.
Devito 2004:248 menyatakan bahwa dalam MUDs sebuah permainan online, 93,6 penggunanya bertujuan untuk mencari teman
dan membangun hubungan yang romantis. Beberapa diantara mereka menggunakan internet sebagai sarana transaksi dan membangun relasi.
Berdasarkan Devito 2004:249 ada kesimpulan tentang keuntungan-keuntungan dalam membangun relasi secara online melalui
cyberspace :
1. Relasi online aman dari serangan secara fisik
2. Kepribadian seseorang muncul terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan
komunikasi tatap muka, yakni penampilan fisik seseorang yang terlihat lebih dahulu dan cukup mempengaruhi dalam memulai suatu
hubungan. 3.
Kemampuan membangun self disclosure yang baik menjadi lebih penting dibandingkan daya tarik fisik dalam membangun intimasi.
4. Relasi online juga berdasarkan prinsip kepercayaan, kejujuran, dan
komitmen seperti layaknya dalam komunikasi tatap muka. 5.
Hubungan pertemanan dan romantis dalam relasi online menjadi lebih mudah bagi seseorang yang sangat pemalu.
6. Relasi online sangat menguntungkan bagi seseorang yang mempunyai
kekurangan secara fisik dan terdapat pilihan untuk mengungkapkan kekurangannya tersebut atau tidak.
Menjalin relasi dengan cyberspace juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Ketidakmampuan melihat lawan bicara.
2. Ketidakmampuan mendengar suara lawan bicara.
3. Dalam relasi online sangat mudah memberikan informasi palsu.
2.1.10. Media Sosial Online
Media sosial online adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial bersifat interaktif dengan berbasis teknologi
internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari sebelumnya bersifat broadcast media monologue satu ke banyak audiens ke social
media dialogue banyak audiens ke banyak audiens. Media sosial online
turut mendukung terciptanya demokratisasi informasi dan ilmu pengetahuan yang mengubah perilaku audiens dari yang sebelumnya
pengonsumsi konten beralih ke pemroduksi konten. media.kompasiana.com
Jenis serta komposisi media sosial online di dunia virtual sangat beragam, antara lain jejaring sosial Facebook, Friendster, Linkedln, dan
sebagainya, microblogging platform Twitter, Plurk, Koprol, dan lain- lain, jejaring berbagi foto serta video Flickr, Youtube, dan sebagainya ,
Podcast, Chat rooms, Message board, Forum, Mailing list, serta masih
banyak lainnya.
Media sosial online yang merupakan media komunikasi di internet memiliki 2 faktor, yakni: Shedletskey dan Aitken, 2004:25:
1. Bahasa dan tulisan
Bahasa membantu manusia dalam bentuk kemampuan untuk mempresentasikan ide-ide, baik secara pikiran maupun ekspresi. Tulisan
membantu manusia untuk merekam, menjaga, dan mengirimkan ide-ide lalu menyebarkannya pada orang banyak.
2. Media visual
Seperti film dan televisi, internet suatu media yang berorientasi visual. Internet mengijinkan transmisi suatu informasi dari suatu sumber
pada orang banyak.
Memahami komunikasi di media sosial online atau internet menempatkan orang-orang pada posisi untuk tampil pada dunia “nyata”
bahwa memahami komunikasi di internet menambah kesadaran kita terhadap dunia. Shedletskey dan Aitken, 2004:24
Tidak dipungkiri terdapat bukti bahwa media sosial online menjadi sarana yang cepat dan tepat untuk menyebarkan berita dan fakta,
menumbuhkan rasa solidaritas, menggalang massa. Sebagai contoh, adanya gerakan cicak vs buaya, koin keadilan untuk Prita, koin cinta untuk
Biqis, Luna maya vs infotainment, gerakan mendukung KPK Bibit- Chandra, Gerakan mendukung Susno Duadji dalam membongkar mafia
peradilan, hingga gerakan menggalang bantuan untuk korban bencana alam di Haiti.
2.1.11. Facebook sebagai Situs Jejaring Sosial
Facebook merupakan situs jejaring sosial yang dapat
menggabungkan jaringan yang diorganisir oleh kota, tempat kerja, sekolah, dan daerah, serta saling berinteraksi dan berhubungan dengan
orang lain yang merujuk kepada suatu komunitas.
Facebook terletak pada kompleksitas dan simplisitas. Layanan
Facebook hadir dengan berbagai macam fitur yang dapat dikatakan
komplit. Semua ada di Facebook, mulai dari sekadar update status, berbagi link, berbagi gambar, bebagi video, berkirim pesan, blogging
note, chatting. Selain itu, Facebook juga menyediakan fitur undangan Invitation, cause, quiz, group, dan lain-lain. Facebook seolah-olah
menawarkan konsep “one-stop-visit” analogi dari konsep belanja “one- stop-shopping
”. Facebook turut memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk mencapai banyak motif yang dapat menunjang eksistensi
Facebooker di dalamnya. Hal ini dinyatakan Ellison, Steinfeld, et al
2007 :
“Facebook merupakan aplikasi jejaring sosial online yang membuat penggunanya dapat menampilkan diri mereka
dalam profil online, menambah “teman” yang dapat mem- posting
komentar serta saling melihat profil satu sama lain. Para anggotanya juga dapat bergabung dengan grup virtual
berbasis kesamaan minat, seperti kelas, hobi, minat, selera musik dan status hubungan romantis melalui profil
mereka.”
Selain itu, Facebook memiliki keunikan sebagai jejaring sosial yang lebih memudahkan menjalin hubungan pertemanan lama. Hal
tersebut dinyatakankan juga oleh Boyd dan Ellison 2007 :
“Keunikan situs jejaring sosial adalah bukan karena semata-mata media ini mampu membuat individu bertemu
orang tak dikenal strangers, namun lebih untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang memang telah
menjadi bagian dari perpanjangan jejaring sosial mereka.”
Sebuah riset menunjukkan, rata-rata pengguna Facebook menghabiskan sekitar 30 menit dalam satu hari hanya untuk melihat status
teman jaringan mereka. Status pada Facebook berisi suatu informasi dari Facebooker
-nya, terkadang informasi tersebut bersifat pribadi namun berubah sifat menjadi informasi publik saat di Facebook. Hal itu terjadi
pula pada fitur profile di Facebook. Ini dibenarkan oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan :
“Di Facebook, tingkat visibilitas untuk melihat profil pengguna lainnya cukup tinggi. Para pengguna yang
merupakan bagian dari jaringan yang sama dapat bebas melihat profil satu sama lain, kecuali jika si pemilik profil
memutuskan untuk menutup profil mereka, membatasi hanya dapat dilihat oleh lingkaran teman terdekat saja.”
Ellison, Steinfeld, et al, 2007
Dilansir melalui AFP, Senin 1622009, para pengguna Facebook telah menghabiskan waktu mem-browsing Facebook setidaknya selama 24
menit dalam satu hari melalui ponsel. Sedangkan saat menggunakan
komputer, mereka mampu menghabiskan waktu 27,5 menit dalam sehari. okezone.com
Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan
penggunanya berinteraksi langsung real time, seperti chatting, tag photo, blog
, game, update status “what are you doing now”. Situs jejaring sosial ini telah membantu banyak orang tidak sekedar mencari teman baru, tetapi
juga menemukan sahabat lama. Tempo Interaktif Di sisi lain, Facebook juga memiliki karakter media sosial online.
Facebook adalah media yang bersifat anonimitas, yakni suatu keadaan
dimana seseorang tidak dapat diidentifikasi. Anonimitas ini mendorong ke arah timbulnya disembodiment, sebuah identitas yang tidak tergantung
atau dibatasi oleh tampilan fisik. Seperti yang diungkapkan oleh Turkle 1995, “Anda dapat menjadi siapa saja di internet. Anda dapat
sepenuhnya menciptakan identitas baru sesuai keinginan.” Thurlow, Lengel Tomic, 2007:99
Orang-orang yang tergabung dalam Facebook memiliki
karakteristik yang beragam berdasarkan ciri-ciri paling menonjol Juju dan Sulianta, 2010:65-68, yaitu:
1. ‘Facebook Ghost’
Orang golongan ini jarang terkoneksi ke internet, dia terkoneksi karena suatu niat tertentu saja. Ia tampaknya penasaran dengan apa yang
dilakukan orang di Facebook, mungkin juga dia memata-matai kekasih lamanya dan setelah itu dia tidak lagi terkoneksi ke Facebook. Mungkin
dia juga sudah melupakan password-nya. Orang kategori ini tidak peduli dengan profil dirinya, mungkin tidak ada foto yang mendeskripsikan
dirinya, hanya tampilan biru saja, maka dari itu dikatakan ghost. 2.
‘Extreme Makeover’ Facebook edition
, orang kategori ini pada dasarnya kurang menarik secara fisik, tetapi begitu ia terjun ke dunia Facebook, semuanya berubah 180
derajat. Bahkan sekarang sudah banyak jasa studio foto yang melakukan perombakan foto atau gambar aslinya, sehingga foto atau gambar hasil
“edit” yang dipampang di Facebook menjadi lebih menarik. 3.
Si Eksklusif Orang kategori ini sangat membanggakan dirinya. Dia memang pada
dasarnya juga berlagak seperti itu di dunia nyata. Dia berteman pada segelintir orang yang menjadi pusat perhatian, dia pun salah satu
diantaranya. Dia hanya mau berteman pada orang-orang yang se-level dengannya, berpengaruh, dan rupawan.
4. Si Eksis
Kebanyakan orang-orang yang tergabung ke dalam Facebook menempati porsi ini, mereka senang sekali meng-update status dan profilnya setiap
saat. Tampaknya menjadi hal yang penting bagi mereka agar ‘dunia’ tahu apa yang mereka lakukan bahkan ha terkecil sekalipun, misalnya: “aku
pergi dulu ya…” atau “aku lagi makan es krim”, atau “pulsaku habis nih,..hiks hiks…”
5. Si Pecandu Pertemanan
Pada dasarnya dia adalah orang-orang yang tidak populer, dia hanya memiliki beberapa teman tetapi di Facebook jumlah teman-temannya
menggelembung ratusan bahkan ribuan, orang-orang demikian kerap kali ingin mendapatkan teman yang dikategorikan sempurna dalam benaknya.
6. Si Ingat Gue?
Ini salah satu permintaan pertemanan yang cukup banyak didapatkan di Facebook
. Malahan banyak yang meminta pertemanan tanpa mencantumkan pesan apa-apa dan berharap si penerimanya mengenalnya.
Meskipun mereka baru saja bertemu beberapa jam kemudian berkenalan, mereka sudah me-request pertemanan.
7. The Facebook Superfan
Teman Facebook kategori ini senang sekali menjadi fans orang-orang terkenal, bukan saja orang-orang terkenal bahkan groups dan siapapun saja
dimasukkan dalam hubungan pertemanannya, coba saja perhatikan update terbaru tentang orang ini, biasanya akan dilihat bahwa: si ‘Facebook
superfan ’ menjadi fans selebriti A, selebriti B, dan seterusnya.
8. Si Hari Bersejarah
Tampaknya Facebook bukan sarana pertemanan untuk orang ini, mereka hanyalah ingin kembali mengumandangkan hal-hal telah terjadi dan
memang apa yang dikumandangkannya sangat membosankan. Mungkin mereka berpikir Facebook merupakan sarana yang tepat untuk kembali
menggemakan masa-masa kemenangan, seperti: kemenangan tim sepak bola sekolah tahun 1991 silam, dan sebagainya.
9. Si Gamers
Mereka umumnya tidak pula tertarik dengan jejaring sosial yang sebenarnya untuk media komunikasi, mereka hanya mencintai permainan
yang disajikan di dalamnya, tidak heran jika dalam dunia sebenarnya mereka ini hanya memiliki beberapa teman tetapi di Facebook, temannya
bisa mencapai angka ribuan, semuanya hanyalah teman-teman game-nya. Orang-orang seperti ini bahkan tidak terlalu perduli dengan foto-foto yang
di-tag untuk mereka, profil foto pun hanyalah maskot atau tokoh game saja.
10. Si Pamer
Orang seperti ini akan terlihat di Facebook dengan semua foto-foto albumnya. Semua yang dilakukannya hanya untuk berpamer ria akan
semua aktivitas. Meskipun tidak dikategorikan hedonis, karena mereka sebenarnya kebanyakan hanya ingin pamer, seperti foto-foto wisata, foto
sewaktu sedang mengunjungi cafe to café, berpesta, berpose dengan ragam kebendaan, dan lain sebagainya.
Di dalam Facebook terdapat kecenderungan Facebooker membuka informasi pribadi tentang dirinya. Hal tersebut dikuatkan melalui hasil
penelitian oleh Acquisti and Gross 2006, Lampe, Ellison, and Steinfield 2007, Stutzman 2006 yang menunjukkan bahwa para pengguna
Facebook membuka lebar informasi tentang diri mereka, dan tidak sadar
dengan opsi privasi mengenai siapa yang dapat menyaksikan profil mereka. Acquisti and Gross, 2006 dalam Dwyer, et.al, 2007
2.2. Keranga Berpikir
Situs jejaring sosial Facebook menjadi salah satu media sosial online
yang paling banyak dipilih sebagai alternatif menjalin hubungan relasi melalui cyberspace. Mengingat adanya kompleksitas fitur yang
memberikan fasilitas lebih inovatif bagi para Facebooker pengguna Facebook
dibandingkan situs pertemanan lainnya, sehingga orang merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan komunikasi
serta memperoleh informasi melalui Facebook.
Fenomena keunggulan Facebook tersebut turut mengundang animo remaja putri di Surabaya dalam berperan serta sebagai Facebooker. Hal
inilah yang potensional memberikan efek ganda positif atau negatif bagi remaja putri pengguna Facebook. Terlebih lagi remaja berada pada fase
“mencari jati diri” atau fase “topan dalam badai”. Pada fase ini, remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal
fungsi fisik maupun psikisnya. Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap
anak-anak menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan
kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Soekanto,2003:372
Menjalin hubungan melalui cyberspace, khususnya pada Facebook dapat dilihat dari aspek self disclosure. Aspek self disclosure De Vito,
2006:61-68, berarti mengungkapkan informasi mengenai diri kita sendiri,
baik yang disembunyikan maupun tidak disembunyikan. Umumnya istilah self disclosure
mengacu pada pengungkapan informasi secara sadar.
Karakter wanita cenderung mudah melakukan self disclosure. Beberapa ahli menyatakan bahwa wanita memiliki kecenderungan
terhadap self disclosure: a.
Devito 2006:63, “wanita lebih sering mengekspresikan perasaannya dan memiliki keinginan yang besar untuk selalu mengungkapkan
dirinya”. b.
Menurut Sprecher: “Women disclose more than men about their previous romantic
relationship, their feelings about their closest same-sex friends, their greatest fears, and what they don’t like about their partner”.
“Kedekatan perempuan lebih daripada laki-laki mengenai cerita hubungan percintaan mereka yang telah lalu, perasaan mereka
mengenai teman dekat dan hal yang sangat mereka takutkan dan apa yang mereka tidak suka dari pasangan mereka”.
c. Terkait self disclosure pada wanita, terdapat penelitian yang dilakukan
oleh Shaffer, Pegalis, dan Bazzini Devito, 2004:74 menyebutkan: “women disclose more intimately and more emotion when talking
with other women than with men”.
“Kedekatan perempuan lebih intim dan lebih menggunakan perasaan dalam bicara dengan perempuan lain daripada dengan laki-laki”.
Maraknya kasus penyalahgunaan Facebook sebagai media kejahatan yang banyak menimpa remaja putri belakangan ini, seringkali
diawali dari keterbukaan diri remaja putri tersebut terhadap pihak yang mencelakainya. Umumnya pihak tersebut berkedok sebagai teman baik
dalam Facebook. Setelah berhasil melakukan pendekatan dengan mengorek informasi diri dari remaja putri yang hendak dijadikan korban,
maka dia akan mengambil kesempatan berdasarkan kelemahan korban.
Sisi ketidakstabilan diri seorang remaja ditambah lagi intensitas yang cukup tinggi dari wanita untuk cenderung melakukan self disclosure,
dapat berpeluang negatif bagi remaja putri pengguna Facebook. Terutama Facebook merupakan situs jejaring sosial yang sangat bebas, tanpa
diketahui baik atau buruk karakter manusia yang berada di dalamnya. Sebaliknya, apabila remaja putri mampu memahami jati dirinya dengan
mengetahui hal yang sebaiknya dan tidak sebaiknya diungkapkan atau dilakukan dalam Facebook, maka self disclosure dapat dilakukan secara
sehat serta terkendali. Terlebih lagi masa remaja merupakan fase perkembangan pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif,
emosi, maupun fisik Soekanto,2003:372. Bila hal ini yang berlaku, maka penggunaan Facebook oleh remaja putri dapat berpotensi positif bagi
perkembangan dan kemajuan dirinya.
Oleh karena itu, penelitan ini penting untuk mengulas secara mendalam mengenai “Bagaimana Peran Media Sosial Online Facebook
sebagai Saluran Self Disclosure remaja putri di Surabaya”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian