Penggantian Nama PROSES PEMBERIAN NAMA ORANG PADA MASYARAKAT BATAK

77

3.5 Penggantian Nama

Ada keyakinan pada masyarakat Batak Toba, bahwa nama tidak selamanya cocok dengan pemiliknya. Ketidakcocokan tersebut bisa dipandang dari berbagai segi seperti nama itu terlalu panjang dan terlalu tinggi sehingga pemiliknya tidak sanggup memakainya. Nama itu tidak diterima tondi ‘roh’ pemiliknya. Ketidakcocokan nam juga sering dihubungkan dengan kondisi kesehatan pemiliknya yang sering sakit-sakitan Panggabean dalam Sibarani dan Guntur, 1993: 39. Terjadinya ketidakcocokan nama juga terjadi karena terlalu banyak harapan yang termuat pada makna namanya. Oleh karena itu harus diganti oleh nama yang lebih cocok untuk orang tersebut. Nama semula tidak boleh disebut- sebut lagi. Penggantian nama karena ketidakcocokan ini, biasanya diikuti dengan pembuatan kue yang terbuat dari tepung beras. Dengan cara menyajikan tepung beras dicampur dengan kelapa dan gula lalu dikepal dengan tangan sehingga menyerupai kue yang disebut dengan itak gurgur. Kue tersebut pun dibagi- bagikan kepada tetangga, dan keluarga, dan lain-lain. Arti dari itak gurgur tersebut, agar nama anak yang baru tersebut cocok kepada si anak tersebut dan jauh dari segala penyakit yang datang kepada si anak. Nama baru yang akan diberikan kepada seseorang sering bersumber dari famili atau sahabat-sahabat keluarga yang bersangkutan. Nama baru tersebut diharapakan akan mengubah nasib si pemilik nama. Artinya, jika sipemilik nama sakit-sakitan diharapkan akan cepat sehat. Universitas Sumatera Utara 78 Penggantian nama anak juga dilakukan oleh masyarakat Pollung oleh ibu R br Banjar Nahor, 35 tahun penuturannya sebagai berikut: “Goarni anakkon nami na ujui Lasma. Alana nuaeng gaorna gabe si Tiur, hu ganti hami gaorna on alana dang cocok manang dang boi diboan gaor Lasmai. Didokkon natua-tua paborat hu goarri tu pamatangna, ditikki dang huganti hami goari holan marsahit-sahit do boru nami on. Nuaeng ungga sehat be si Tiur on”. “Dulunya nama anak kami Lasma. Tetapi karena dia selalu saki-sakitan banyak orang berkata terlebih orang tua katanya dia tidak mampu atau tidak cocok dengan nama lasma. Sehingga kami sepakat menggantikan namanya menjadi Tiur. Setelah diganti namanya menjadi Tiur dia menjadi sehat”. Selain karena ketidakcocokan nama penggantian nama juga terjadi pada pasangan suami istri. Penggantian nama panggilan kepada pasangan suami istri yang sudah mempunyai anak, maka nama ayah dan juga ibu akan berubah sesuai dengan nama anaknya. Khususnya nama anak yang pertama, sebagai contohnya apabila pasangan suami istri di atas tersebut mempunyai anak dan anak tersebut diberi nama Lamtiur maka sang ayah akan dipanggil bapa si Lamtiur bapak Lamtiur dan sang istrinya akan dipanggil nai Lamtiur ibu Lamtiur.

3.6 Pengaruh Adat dan falsafah dalam Pemberian Nama